Kajian kasus degenerasi lemak pada burung cendrawasih (paradisaeidae minor)

KAJIAN KASUS DEGENERASI LEMAK PADA BURUNG
CENDRAWASIH (Paradisaeidae minor)

HIDAYATI

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Kasus
Degenerasi Lemak pada Burung Cendrawasih (Paradisaeidae minor) adalah
benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Hidayati
NIM B04100080

ABSTRAK
HIDAYATI. Kajian Kasus Degenerasi Lemak pada Burung Cendrawasih
(Paradisaeidae minor). Dibimbing oleh WIWIN WINARSIH dan VETNIZAH
JUNIANTITO.
Paradisaeidae minor yang dikenal dengan nama burung cendrawasih adalah
satwa yang dilindungi dan banyak digunakan sebagai salah satu contoh satwa ciri
khas Indonesia sehingga burung cendrawasih sering dikonservasikan di kebun
binatang ataupun pusat konservasi lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji kejadian degenerasi lemak pada organ hati dan ginjal burung
cendrawasih. Burung cendrawasih kuning kecil Paradisaeidae minor dinekropsi
untuk pengambilan organ hati dan ginjal. Setelah itu, organ hati dan ginjal
difiksasi dalam Buffered Neutral Formalin 10% selama 48 jam untuk pembuatan
preparat histopatologi. Selanjutnya preparat histopatologi diberi pewarnaan HE
(Hematoksilin dan Eosin) dan PAS (Periodic Acid Schiff). Hasil dari pewarnaan
HE yaitu adanya degenerasi lemak pada organ hati dan ginjal. Pada pewarnaan

PAS, vakuol-vakuol yang ada pada tubulus di organ hati dan ginjal tidak
terwarnai yang menandakan bahwa vakuol tersebut adalah lemak.Gangguan
dalam sintesis atau sekresi dalam tubuh dapat menyebabkan akumulasi lemak di
hepatosit atau peningkatan trigliserida dalam darah yang mengakibatkan deposisi
lemak pada organ hatidan ginjal. Fatty Liver and Kidney Syndrome (FLKS) dapat
disebabkan akibat defisiensi biotin.
Kata kunci: burung cendrawasih, degenerasi lemak, ginjal, hati, FLKS

ABSTRACT
Hidayati. Case Study of Fatty Degeneration In The Bird of Paradise
(Paradisaeidae minor). Supervised by WIWIN WINARSIH and VETNIZAH
JUNIANTITO.
Paradisaeidae minor, known as the bird of paradise is a protected species
and generally known as Indonesia special attraction, so this bird is often
conserved in zoos or other conservation centre. The purpose of this study was to
assess the incidence of fatty degeneration in the liver and kidney of birds of
paradise. Small yellow bird of Paradise (Paradisaeidae minor) was necropsied for
organs sampling. Afterwords, the liver and kidneys were fixed in Neutral Buffered
Formalin 10% during 48 hours of making preparations for histopathology.
Furthermore, given the histopathological preparations HE staining (hemotoxylin

and eosin) and PAS (Periodic Acid Schiff). The result of HE staining are fatty
degeneration of the liver and kidneys. In PAS staining, vacuoles existing in the
cytoplasm of kidney tubules and hepatocytes were not stained, suggesting that
these vacuoles are actually fatty cells. Disruption in the synthesis or secretion in
the body may lead to the accumulation of fat in hepatocytes or elevated
trigylcerides in the blood resulting in deposition of fat in the liverand kidneys.
Fatty Liver and Kidney Syndrome (FLKS) might be due to deficiency of biotin or
other nutrients.
Keywords: birds of paradise, fatty degeneration, kidney, liver, FLKS

KAJIAN KASUS DEGENERASI LEMAK PADA BURUNG
CENDRAWASIH (PARADISAEIDAE MINOR)

HIDAYATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan


DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah
degenerasi lemak, dengan judul Kajian Kasus Degenerasi Lemak pada Burung
Cendrawasih (Paradisaeidae minor). Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr
Drh Wiwin Winarsih, MSi,APVet dan Bapak Drh Vetnizah Juniantito,
PhD,APVetselaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Drh Piter Kombo beserta staf bagian Taman Reptil dan Burung
Taman Mini Indonesia Indah Jakarta yang telah memberikan kadaver burung
cendrawasih untuk diteliti. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Untuk
civitas akademika FKH IPB khususnya angkatan 47, 46, dan 48 untuk dukungan

serta bantuannya.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Hidayati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Burung Cendrawasih

2

Pakan Burung Cendrawasih


2

Degenerasi Lemak

3

FLKS (Fatty Liver and Kidney Syndrome)

4

Hati

4

Ginjal

5

METODE


5

Waktu dan Tempat Penelitian

5

Bahan

5

Alat

5

Prosedur

6

Analisis Data


7

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Anamnese dan Signalement

7

Makroskopik

7

Mikroskopik

8

SIMPULAN DAN SARAN


13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1 Perubahan organ secara patologi anatomi pada burung cendrawasih

2 Perubahan organ secara histopatologi pada burung cendrawasih

8
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Burung Cendrawasih
Patologi Anatomi Organ Hati dan Jantung
Patologi Anatomi Organ Ginjal
Hati Burung Cendrawasih dengan pewarnaan HE
Ginjal Burung Cendrawasih dengan pewarnaan HE degenerasi lemak
Ginjal Burung Cendrawasih dengan pewarnaan HE nekrosis
Organ Hati Burung Cendrawasih dengan pewarnaan PAS
Organ Ginjal Burung Cendrawasih dengan pewarnaan PAS

2
7
8
9
9
10
10
11

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia kaya akan berbagai macam flora dan fauna. Kelestarian fauna
khususnya merupakan tanggung jawab seluruh penduduk Indonesia. Hewan di
Indonesia atau di dunia terbagi dalam hewan yang dilindungi dan tidak dilindungi.
Salah satu upaya pelestarian fauna yaitu dengan konservasi satwa liar yang
dilindungi agar tidak punah. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam
peraturan yang menyangkut satwa yang dilindungi seperti Undang-Undang nomor
5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya juga
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.52/Menhut-II/2006 tentang Peragaan
Tumbuhan dan Satwa Liar Dilindungi (Soedarmadji 2013). Namun, keberagaman
satwa liar di Indonesia sering kali menimbulkan berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh terganggunya habitat dari satwa liar tersebut. Saat ini semakin
banyak timbul penyakit baru yang bermunculan pada satwa liar terutama unggas
liar.
Unggas liar yang dilindungi antara lain burung cendrawasih. Habitat asli
cendrawasih di Indonesia bagian timur, pulau-pulau Selat Torres, dan Papua
Nugini. Cendrawasih yang berjenis kelamin jantan memiliki bulu yang lebih
indah dibandingkan betina. Hal ini disebabkan oleh keindahan bulu cendrawasih
jantan digunakan sebagai alat untuk menarik perhatian cendrawasih betina. Pada
umumnya bulu burung cendrawasih berwarna cerah dengan gabungan sebagian
warna hitam, cokelat, kemerahan, orange, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.
Keindahan burung cendrawasih yang tidak dimiliki oleh burung lain memberikan
nilai komersil yang sangat tinggi bagi manusia baik dalam keadaan hidup ataupun
mati. Oleh karena itu, gangguan pada habitat burung cendrawasih dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit yang dapat menyerang hewan tersebut
sebagai salah satu satwa yang dilindungi (Buntu 2002).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kejadian degenerasi lemak pada
organ hati dan ginjal burung cendrawasih. Selain itu bertujuan mengindentifikasi
faktor-faktor penyebab terjadinya degenerasi lemak pada burung cendrawasih
melalui pemeriksaan histopatologi.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberi informasi tentang degenerasi
lemak yang muncul pada organ hati dan ginjal burung cendrawasih. Selain itu
penelitian ini juga bermanfaat memberikan informasi tentang faktor-faktor
penyebab timbulnya degenerasi lemak sebagai upaya pencegahan penyakit.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Burung Cendrawasih
Burung cenderawasih memiliki berbagai macam ukuran. Dimulai dari
yang memiliki ukuran 15 cm dengan berat 50 gram seperti pada jenis cendrawasih
Raja (Cicinnurus regius), sampai yang memiliki ukuran sebesar 110 cm
cendrawasih Paruh Sabit Hitam (Epimachus albertisi) atau yang beratnya
mencapai 430 gram seperti pada cendrawasih Manukod Jambul-bergulung
(Manucodia comrii) (Saputra 2013). Jenis burung yang digunakan dalam
penelitian ini ialah cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaeidae minor) (Buntu
2002).

Gambar 1 Burung cendrawasih
(Sumber: Saputra 2013)
Menurut Saputra 2013, klasifikasi ilmiah dari burung cendrawasih yaitu :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Passeriformes
Famili
: Paradisaeidae
Spesies
: Paradisaeidae minor

Pakan Burung Cendrawasih
Pakan alami burung cendrawasih sangat bervariasi baik bentuk maupun
ukurannya. Pakan alami tersebut terdapat di hutan seperti buah-buahan, serangga,
dan reptil. Buah-buahan yang dimakan yaitu buah berdaging dan banyak
mengandung cairan seperti buah beri dan pepaya. Selain itu, sumber pakan burung
cendrawasih banyak terdapat pada daerah bekas tebangan dan pinggiran hutan
yaitu belalang (Setio et al2001). Untuk pakan burung cendrawasih digolongkan
dalam 3 kelompok morfologi yaitu bentuk fig (F) seperti buah kurma, drupe (D)
seperti buah beri atau pala, dan capsule (C) seperti bentuk kapsul. Dari beberapa
spesies pohon yang buahnya dimakan adalah jenis Disoxylum sp. (C),

3
Endospermum sp. (D), Pandanus sp. (D), Myristica sp. (C), Aglaia sp. (C), dan
Sterculia sp. (C).

Degenerasi Lemak
Degenerasi lemak sering disebut dengan lipidosis. Degenerasi lemak
membutuhkan iritan yang hebat untuk mengganggu metabolisme lemak sel.
Beberapa jaringan akan membentuk lipid pada sitoplasma sel saat mengalami
gangguan, tetapi beberapa jaringan yang lain akan memproduksi lipid lebih sedikit
(Cheville 1999). Akumulasi lemak dalam sel hati biasanya terjadi bila terlalu
banyak asupan asam lemak bebas ke dalam sel hati, peningkatan pembentukan
lipid di dalam sel hati akibat toksin yang merusak jalur metabolisme lemak,
hipoksia kronis yang menghambat kerja enzim pada metabolisme lemak, dan
kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan peningkatan mobilisasi lemak dari
jaringan adiposa seperti pada saat kelaparan dan diabetes mellitus. Toksin
penyebab kerusakan hati adalah toksin bakteri, keracunan organik (kloroform,
karbon tetra klorida, glukosida, dan glukoid tanaman).
Secara makroskopis hati yang mengalami degenerasi lemak akan terlihat
membengkak, kekuningan, rapuh dengan bidang sayatan licin. Secara mikroskopis
sel hati akan terlihat membesar berisi vakuola-vakuola lemak pada sitoplasma.
Degenerasi lemak dapat berlanjut menjadi kematian sel dengan inti piknosis atau
karyolisis (Carlton et al 1995). Lemak ataupun kolesterol dialirkan ke hati
melewati sistem gastrointestinalis dan jaringan adiposa dalam bentuk kilomikron
dan asam lemak bebas (trigliserida). Pada saat terjadi degenerasi lemak,
trigliserida tidak mengalami perubahan menjadi lipoprotein akibat enzim yang
digunakan dalam metabolisme lemak dihambat oleh toksin. Asam lemak akhirnya
digunakan untuk memproduksi energi di dalam mitokondria. Akibatnya hepatosit
akan melakukan jalur metabolisme lipid yang tidak normal, sehingga substrat
molekul lemak seperti kolesterol, fosfolipid atau asam lemak akan terakumulasi di
intraseluler (Hayes 2004).
Pada umumnya degenerasi lemak terjadi pada organ hati, jantung, ginjal,
dan limpa. Etiologinya berupa toksin, anorexia, intoksikasi zat kimia, malnutrisi,
dan diabetes mellitus. Patogenesis penyakit perlemakan hati non alkoholik belum
sepenuhnyadimengerti. Hipotesis yang sampai saatini banyak diterima adalahthe
two hit theory (Schreuder et al2008).Pada first hitterjadi steatosis hepatik
sedangkan second hitberupalesio dan inflamasi hati.
Abnormalitas metabolik primer yang mengarahpada akumulasi lipid dalam
hepatosit masih belum jelas diketahui(Schreuder et al 2008).First hitdapat terjadi
karena berbagai keadaan, sepertidislipidemia, diabetes mellitus, dan obesitas.
Dalam keadaan normal, asamlemak bebas dihantarkan memasuki hati lewat
sirkulasi darah arteri danvena portal. Di dalam hati, asam lemak bebas akan
mengalamimetabolisme lebih lanjut, seperti proses re-esterifikasi menjadi
trigliseridaatau digunakan untuk pembentukan lemak lainnya. Adanya
peningkatan massa jaringan lemak tubuh, khususnya pada obesitassentral, akan
meningkatkan pelepasan asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA)yang kemudian
terakumulasi di dalam hepatosit. Bertambahnya asamlemak bebas di dalam hati
akan menimbulkan peningkatan oksidasi danesterifikasi (Schreuder et al 2008).

4
Fatty Liver and Kidney Syndrome
Fatty Liver and Kidney Syndrome(FLKS)merupakan suatu gangguan
metabolik pada unggas yang menimbulkan mortalitas tinggi dan penurunan
produksi telur yang mendadak. Sindrom tersebut dapat ditemukan di berbagai
peternakan ayam petelur di dunia, termasuk Indonesia. Fatty Liver and kidney
Syndrome terutama ditemukan pada ayam petelur yang dipelihara di dalam
kandang baterai. Sindrom tersebut disebabkan oleh adanya obesitas ( kegemukan)
dan penurunan produksi. Unggas yang menderita FLKS biasanya mempunyai
balung dan pial yang membesar, pucat, dan berwarna kebiru-biruan (sianosis).
Gejala awal dari sindrom tersebut adalah peningkatan mortalitas pada unggas
yang sedang berproduksi maksimal.
Unggas yang mati biasanya menunjukkan daerah kepala yang pucat dan
mortalitas biasanya