Perilaku Lek, Perilaku Harian, Dan Karakteristik Habitat Burung Hibrida Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea Apoda) X Cendrawasih Raggiana (Paradisaea Raggiana) Di Taman Nasional Wasur Merauke, Papua

(1)

PERILAKU LEK, PERILAKU HARIAN, DAN KARAKTERISTIK HABITAT

BURUNG HIBRIDA CENDRAWASIH KUNING BESAR (Paradisaea apoda) x

CENDRAWASIH RAGGIANA (Paradisaea raggiana) DI TAMAN

NASIONAL WASUR MERAUKE, PAPUA

DEWI PRAMITHA SARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(2)

(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perilaku Lek, Perilaku Harian, dan Karakteristik Habitat Burung Hibrida Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda) x Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana) di Taman Nasional Wasur Merauke, Papua adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Dewi Pramitha Sari


(4)

RINGKASAN

DEWI PRAMITHA SARI. Perilaku Lek, Perilaku Harian, dan Karakteristik Habitat Burung Hibrida Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda) x Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana) di Taman Nasional Wasur Merauke, Papua. Dibimbing oleh DYAH PERWITASARI dan YENI ARYATI MULYANI.

Burung cendrawasih tersebar di Indonesia bagian timur yaitu Kepulauan Aru, Pulau Papua dan Australia. Cendrawasih (Famili Paradisaeidae) dari genus

Paradisaea sangat dikagumi karena memiliki bulu yang indah dan perilaku lek

ketika musim kawin. Cendrawasih kuning besar (Paradisaea apoda) tersebar di bagian timur Pulau Papua termasuk Taman Nasional Wasur, Indonesia. Ccendrawasih raggiana (Paradisaea raggiana) merupakan burung endemik di Papua Nugini, persebarannya sekitar 50 km ke arah Barat dari perbatasan Republik Indonesia). Dengan demikian terdapat sebaran yang saling tumpang tindih antara P. apoda dan P. raggiana. Di Taman Nasional Wasur terdapat hibrida antara P. apoda dan P. raggiana, tetapi tidak ada informasi mengenai perilaku lek, perilaku harian, dan habitat burung hibrida. Tujuan dari studi ini untuk mendeskripsikan perilaku harian, perilaku lek, dan karakteristik habitat burung hibrida cendrawasih kuning besar (P. apoda) x cendrawasih raggiana (P. raggiana) di dua habitat yang berbeda yaitu hutan primer dan kebun.

Perilaku yang diamati adalah perilaku harian dan perilaku lek. Perilaku harian meliputi penggunaan ruang, perawatan tubuh, gerak pindah, istirahat, dan makan. Perilaku lek yang diamati meliputi wing pose, pump, bow, dance dan

mounting. Metode yang digunakan dalam mendapatkan data perilaku yaitu focal animal sampling dan Ad-libitum sampling. Pengamatan dilakukan mulai 9 September sampai 24 Oktober 2013. Pengamatan dimulai pukul 05.00 sampai 17.00 WIT (secara terus menerus). Total jam pengamatan yaitu 455 jam terdiri atas 275 jam di habitat hutan primer dan 180 jam di habitat kebun. Parameter habitat lek cendrawasih hibrida yang diukur meliputi: panjang dan diameter dahan, jumlah dahan utama, sudut dahan, arah dahan lek, tinggi pohon keseluruhan dan tinggi pohon dari permukaan tanah ke dahan yang sering digunakan untuk perilaku lek. Pengambilan data kondisi vegetasi menggunakan metode kuadrat, sedangkan penentuan contoh dilakukan secara purposive. Data iklim (curah hujan, suhu udara, kelembaban, arah mata angin, tekanan udara, lama penyinaran matahari, kecepatan angin) diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Merauke. Perbedaan perilaku pada kedua habitat dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U.

Perilaku lek burung hibrida di habitat hutan primer dan kebun menunjukkan perbedaan dalam hal frekuensi, durasi, dan waktu, walaupun hasil analisis dengan uji Mann-Whitney U tidak signifikan (p=0.372). Tahapan perilaku lek dan postur display (wing pose, pump, bow, dan dance) sama di kedua habitat. Karakteristik morfologi menunjukkan bahwa burung cendrawasih di Taman Nasional Wasur adalah cendrawasih hibrida. Frekuensi perilaku harian Perilaku harian di habitat hutan primer berupa gerak pindah (30%), perawatan tubuh (27%), penggunaan ruang (17%), bersuara (14%), makan (11%), tidur (0%) dan perilaku lek (1%). Pada habitat kebun berturut-turut adalah perawatan tubuh


(5)

(9%), tidur (1%) dan perilaku lek (0%). Perilaku lek di habitat hutan primer sering dilakukan pada pukul 08.00 sampai 13.00 dan pada habitat kebun hanya dilakukan dari pukul 08.00 sampai 10.00 WIT. Perilaku lek burung hibrida merupakan perpaduan “mixed leks” antara cendrawasih kuning besar (P. apoda) dan cendrawasih raggiana (P. raggiana). Pohon yang digunakan untuk lek pada dua habitat sama yaitu memiliki karakteristik: pohon tinggi, memiliki diameter batang yang besar, daun lebar, dahan horizontal dan arah dahan menghadap ke barat daya dan timur laut. Tumbuhan yang digunakan untuk lek dan mencari makan diantaranya Mangifera gedebe, Ficus nodosa, Rhodamnia sp., Ficus nodosa, and Ficus sp.

Kata kunci: Burung Cendrawasih, Perilaku lek, Perilaku harian, karakteristik habitat, Hibrida


(6)

SUMMARY

DEWI PRAMITHA SARI. Lek Behavior, Daily Behavior, and Habitat Characteristics in Hybrid Greater Bird of Paradise (Paradisaea apoda) x Raggiana Bird of Paradise (Paradisaea raggiana) in Wasur National Park Merauke, Papua . Supervised by DYAH PERWITASARI and YENI ARYATI MULYANI.

Birds of paradise distribute in Aru Island, Papua Island and Australia. Within the Paradisaeidae, the genus Paradisaea is arguably the best known, because they have beautiful feathers and exhibit lek behaviour during the mating season. Greater Bird of Paradise (Paradisaea apoda) that occurs in east Papua Island inclding in Wasur National Park. While, Raggiana Bird of Paradise (Paradisaea raggiana) is an endemic bird to Papua New Guinea, distribute approximately 50 km to west from Indonesian Republic borders. There are overlapping distribution between P. apoda and P. raggiana. Wasur National Park showed that there was a suspected hybrid bird of paradise between P. apoda and P. raggiana , but no information about lek behavior, daily behavior, and habitat characteristics. Lek behaviour of hybrid birds is poorly known. This study aimed to describe lek behaviour, daily behavior, and habitat characteristic in hybrid Gretaer Bird of Paradise (P. apoda ) x Raggiana Bird of Paradise(P. raggiana) in two contrasting habitat are primary forest and garden.

The observed is a lek behavior and daily behavior. Lek behavior was observed wing pose, pump, bow, dance, and mounting. Daily behavior include the use of rooms, preening, locomotion, sleeping, and feeding. Focal animal and ad libitum sampling methods were used to collect data on daily behavior and lek behavior. Field work was done from 9 September to 24 October 2013. The observations were conducted from 05:00 continuously until 17:00. Total of 455 hours of observation at primary forest habitat for 275 hours and garden habitat for 180 hours. Identification habitat include: measurement of the length and diameter of branches, number of primary branches, branch angle, direction of branches, total tree height and tree height from ground level to the branch that is often used to lek. Vegetation condition data retrieval using squares method and data retrieval with purposive sampling. Climate data (rainfall, air temperature, humidity, wind direction, barometric pressure, solar radiation, wind speed) Obtained from Meteorology Climatology and Geophysics Council (BMKG) Merauke. Behavioral differences in both habitats were analyzed using the Mann-Whitney U test.

There are slight differences in frequency, duration, and timing of lek behavior between primary forest and garden showed, although Mann-Whitney U

test showed no significant difference (p=0.372). The the stage and display postures (poses wing, pump, bow, and dance) during lek behavior in the two habitat types are similar. Morphological characteristics and body coloration of studied birds confirmed that the birds of paradise in Wasur National Park were hybrids. Frequency of daily behavior of hybrid in primary forest habitat, locomotion (30%) was the most behavior shown by the birds, then followed by preening (27%), rooms (17%), vocalization (14%), feeding (11%), sleeping (0%) and lek behavior (1%). Garden habitat preening (38%) was the most behavior shown by the birds, then followed by locomotion (23%), rooms (18%),


(7)

behaviour in garden habitat was done at 08:00 to 10:00 and in tropical forest always does at 08:00-1:00 Lek behaviour of hybrid Greater Bird of Paradise (P. apoda) x Raggiana Bird of Paradise (P. raggiana) was “mixed leks” from the two

parents. Trees used for lek in two habitat that same has characteristics: tall trees, has a large stem diameter, leaf width, horizontal branches and branches facing toward the southwest and northeast. The plants which area used to lek in two habitat and foraging area similar others Mangifera gedebe, Ficus nodosa, Rhodamnia sp., Ficus nodosa, and Ficus sp.

Keywords: Bird of Paradise, Lekbehavior, Daily beahvior, Habitat characteristics, Hybrid


(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

DEWI PRAMITHA SARI

PERILAKU LEK, PERILAKU HARIAN, DAN KARAKTERISTIK HABITAT

BURUNG HIBRIDA CENDRAWASIH KUNING BESAR (Paradisaea apoda) x

CENDRAWASIH RAGGIANA (Paradisaea raggiana) DI TAMAN

NASIONAL WASUR MERAUKE, PAPUA


(10)

(11)

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam rangkaian penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini yaitu perilaku dan habitat, dengan judul Perilaku Lek, Perilaku Harian, dan Karakteristik Habitat Burung Hibrida Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda) x Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana) di Taman Nasional Wasur Merauke, Papua.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir R.R. Dyah Perwitasari, MSc dan Dr Ir Yeni Aryati Mulyani MSc selaku pembimbing, serta Dr. S. (Bas) van Balen selaku penguji luar komisi ujian tesis yang telah memberikan saran dan masukan. Terima kasih kepada Dr. Bruce M Beehler, Dr. Richard Noske, Dr. Colin R Trainor, dan Dr. Edwin Scholes yang telah memberikan masukan serta informasi tentang cendrawasih hibrida. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan Beasiswa Unggulan (BU), segenap petugas Taman Nasional Wasur Merauke, Kepala Kampung Rawa Biru Merauke, Ketua RT dan warga Kampung Yakyu, dan Kepala Badan Meteologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Merauke. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah dan Ibu tercinta, Mama dan Papa terkasih, suamiku tercinta Muhammad Hery Khomsun dan anakku tersayang Akhtar Haidar Syahmi, teman-teman serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Identifikasi Burung Cendrawasih 5

Pengamatan Perilaku 5

Identifikasi Habitat 8 Parameter Lingkungan 9 Alat 9 Analisis Data 9 3 HASIL 11 Deskripsi Morfologi Cendrawasih Hibrida 11

Postur Display Cendrawasih Hibrida 12

Perilaku Lek Cendrawasih Hibrida 16

Perilaku Harian Cendrawasih Hibrida 17

Habitat Cendrawasih Hibrida 19

Iklim Merauke Tahun 2013 32

4 PEMBAHASAN 33

Morfologi Cendrawasih Hibrida 33

Perilaku Lek dan Perilaku harian Cendrawasih Hibrida 37

Karakteristik Pohon Lek Cendrawasih Hibrida 42

Habitat Cendrawasih Hibrida 42

5 SIMPULAN DAN SARAN 44

Simpulan 44

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 45


(14)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan deskripsi perilaku harian burung cendrawasih kuning kecil

(Paradisaea minor) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) 6 2 Deskripsi perilaku lek burung cendrawasih kuning besar

(Paradisaea apoda) 7

3 Karakteristik pohon lek pada dua habitat 19

4 Jarak terdekat pohon dengan pohon lek pada dua habitat 20 5 Jenis tumbuhan pakan yang digunakan untuk aktivitas pada dua

habitat 20 6 Rata-rata tinggi dan jumlah tumbuhan pada dua habitat 22 7 Jumlah jenis famili dan indeks keanekaragaman jenis (H’) di dua habitat 22

8 Tingkat pertumbuhan pohon dan indeks nilai penting (INP) di dua habitat 24 9 a Analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah pada habitat

hutan primer 24

b Analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat hutan primer 25 c Analisis vegetasi tingkat tiang pada habitat hutan primer 26 d Analisis vegetasi tingkat pohon pada habitat hutan primer 26 10 a Analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah pada

habitat kebun 27

b Analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat kebun 28 c Analisis vegetasi tingkat tiang pada habitat kebun 29 d Analisis vegetasi tingkat pohon pada habitat kebun 30 11 Data iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Merauke 2013 32 12 Karakteristik morfologi cendrawasih kuning besar (P. apoda), cendrawasih

raggiana (P. raggiana), dan cendrawasih hibrida 36

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian; (a) Taman Nasional Wasur, (b) Kampung Yakyu. Keterangan lokasi 1 habitat hutan primer dan lokasi 2 habitat kebun

(ArcGis) 4

2 Lokasi 1 Vegetasi habitat hutan primer didominasi oleh tumbuhan pohon

dan tampak lantai hutan yang tidak rapat 4

3 Lokasi 2 Vegetasi habitat kebun didominasi oleh tanaman kebun; kelapa (Cocos nucifera) dan pisang (Musa paradisiaca) 5 4 Postur display cendrawasih kuning besar (P. apoda), (a-b) wing pose, sayap

kaku dengan posisi terbuka, (c) bow, (d-e) dance, (f) kopulasi 7 5 Postur display cendrawasih raggiana (P. raggiana), (a) wing pose,

(b-c) sayap dibuka di belakang tubuh, (d) statik “flower display”,

(e-g) dance 8

6 Plot pengambilan data struktur vegetasi habitat cendrawasih hibrida,

(a) habitat hutan primer, (b) Habitat kebun 9

7 Karakteristik morfologi cendrawasih hibrida 13

8 Postur display cendrawasih hibrida 15


(15)

10 Frekuensi perilaku lek di habitat hutan primer dan habitat kebun 17 11 Frekuensi perilaku cendrawasih hibrida; (a) habitat hutan primer;

(b) habitat kebun 17

12 Frekuensi perilaku cendrawasih hibrida di habitat hutan primer per periode waktu; 05.00-08.00 WIT; 08.00-11.00 WIT; 11.00-14.00 WIT;

14.00-17.00 WIT 18

13 Frekuensi perilaku cendrawasih hibrida di habitat kebun per periode waktu; 05.00-08.00 WIT; 08.00-11.00 WIT; 11.00-14.00 WIT; 14.00-17.00 WIT 18 14 Pohon yang digunakan untuk lek; (a) Ficus nodosa habitat hutan primer,

(b) Mangifera gedebe di habitat kebun 19 15 Jenis buah yang terdapat pada dua habitat; (a) habitat hutan primer

( Diospyros sp., Fagraea sp.), (b) habitat kebun (Ficus nodosa, Ficus

benjamina) 21

16 Profil vegetasi burung hibrida di habitat hutan primer 23 17 Profil vegetasi burung hibrida di habitat kebun 23 18 Morfologi burung cendrawasih P. apoda, P. raggiana (Cooper dan

Forshaw 1977:177-181) dan burung hibrida 34

19 Variasi cendrawasih hibrida (Gambarr oleh Cooper 1969 dalam Frith

dan Beehler 1998) 35


(16)

(17)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Burung cendrawasih (Famili Paradisaeidae) terdiri atas 43 jenis, dan 38 jenis diantaranya dapat ditemukan di Indonesia bagian timur hingga bagian barat pulau Papua(Beehler et al. 2001). Burung cendrawasih dikagumi karena memiliki bulu yang indah dan perilaku lek yang menarik ketika musim kawin.

Sistem kawin dari burung cendrawasih adalah poligini dengan lek. Pada sistem perkawinan poligini, satu jantan kawin dengan lebih dari satu betina dan pada sistem lek gerakan menari ditampilkan oleh individu jantan di suatu arena sebagai perilaku percumbuan untuk menarik perhatian betina (Alcock 2005). Lek

dapat dilakukan secara soliter ataupun berkelompok (agregat) yang terdiri dari 5 sampai 15 individu jantan dan beberapa betina. Pohon yang digunakan untuk lek

biasanya memiliki diameter batang dan dahan yang lebar serta daun-daun yang besar dengan percabangan horizontal (Lecroy 1981).

Burung cendrawasih kuning besar (Paradisaea apoda) tersebar di hutan dataran rendah di sebelah timur Pulau Papua termasuk di Taman Nasional Wasur dan Kepulauan Aru, Indonesia (Kartikasari et al. 2012; Cooper dan Forshaw 1977; Heads 2002). Pada tahun 1990 Menteri Kehutanan menetapkan kawasan Wasur menjadi Taman Nasional. P. apoda memiliki mahkota beludru, dagu hitam, dada merah marun, bulu ekor berwarna kuning dan dada berwarna coklat hitam (Lecroy 1981; Cooper dan Forshaw 1977; Beehler et al. 2001).

Taman Nasional Wasur dikukuhkan pada tahun 1997 dengan luas total kawasan 413.810 ha (SK Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-Vi/1997). Taman Nasional Wasur memiliki ekosistem asli dengan 70% berupa vegetasi savana. Sembilan tipe habitat utama telah diidentifikasi, mulai dari gosong lumpur pesisir, pantai dan bakau, sampai dataran-dataran banjir, padang rumput savana, dan hutan savana pedalaman (Kartikasari et al. 2012).

Cendrawasih raggiana (Paradisaea raggiana) merupakan burung endemik di Papua Nugini dan terdapat pada hutan hujan tropis, hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan dari selatan sampai barat dari Papua sekitar 50 km dari perbatasan Republik Indonesia (Beehler et al. 2001; Cooper dan Forshaw 1977; Heads 2002). P. raggiana memiliki dagu berwarna hijau, mahkota dan tengkuk berwarna kuning, bagian sayap pektoral terdapat garis kuning, dan bulu ekor berwarna jingga kemerahan (Beehler dan Davis 1994; Cooper dan Forshaw 1977).

Burung cendrawasih dari genus Paradisaea dikenal memiliki dimorfisme seksual, jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar, warna bulu yang indah, dan lebih mencolok di bandingkan betina. Warna bulu yang mirip diantara spesies cendrawasih memberikan kesempatan untuk hibridisasi (Lecroy 1981). Satu dari sepuluh spesies burung diketahui telah berhibridisasi di alam, salah satunya dari ordo Passeriformes dengan 5 712 spesies sebesar 8.1% dan meningkat pada tahun 2006 sebesar 16.8% (Grant dan Grant 1992).

Burung P. apoda dan P. raggiana besar kemungkinan telah melakukan hibridisasi (Beehler et al. 2001; Lecroy 1981; Dinsmore 1970; Mayr 1962; Cooper dan Forshaw 1977; Gilliard 1962). Hubungan kekerabatan antara P.


(18)

2

apoda dan P. raggiana telah diketahui sejak lama dan mereka dapat berhibridisasi dengan baik (Mayr 1962). Menurut Irestedt et al. (2009) dengan menggunakan sitokrom b untuk menentukan seleksi seksual diketahui bahwa antara P. apoda

dengan P. raggiana persebarannya saling berdekatan dibandingkan spesies lain dari genus Paradisaea. P. apoda tersebar dari barat ke timur dari Indonesia, sedangkan P. raggiana tersebar di bagian timur Pulau Papua. Habitat spesies ini saling tumpang tindih di perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini (Heads 2002).

Dinsmore (1970) mendeskripsikan perilaku lek dari 48 P. apoda yang ditangkap dari Kepulauan Aru (Indonesia) dan dilepaskan ke Pulau Little Tobago, Hindia barat. Perilaku lek pada P. apoda sering dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 sampai 09.00 dan sore hari pukul 16.00 sampai 18.00, sedangkan pukul 09.00 sampai 15.00. Perilaku lek jarang dilakukan. Pada siang hari P. apoda

meninggalkan arena lek dan kembali pada pukul 13.00. Tiga display diketahui berjarak 63 m di sisi hutan bukit. Secara umum persyaratan utama untuk kawin adalah cabang horizontal atau miring, diameter dahan 8 cm atau kurang, dan di bawah tutupan tajuk yang tebal.

Tahapan display cendrawasih kuning besar (P. apoda) lebih mirip dengan

P. raggiana. Keduanya melakukan lompatan di sepanjang dahan dengan sayap dikepakkan ke belakang dan ke depan (Dinsmore 1970). Hibrida antara cendrawasih kuning besar (P. apoda) dan cendrawasih raggiana (P. raggiana) memiliki karakteristik pektoral sayap berwarna kuning-jingga, warna bulu pada bagian punggung, ekor, dan pinggul sama dengan P. raggiana (Lowe 1923).

Habitat burung cendrawasih ada dua yaitu di tepi hutan sekitar rawa dan hutan di dekat perkampungan warga yang masih dalam cakupan wilayah Taman Nasional Wasur (Kartikasari et al. 2012). Pada habitat hutan primer tumbuhannya didominasi oleh pohon hutan, sedangkan pada habitat kebun tumbuhan didominasi oleh tanaman warga dan sebagian lagi merupakan pohon hutan. Pengamatan perilaku lek, perilaku harian, dan karakteristik habitat burung cendrawasih hibrida di Taman Nasional Wasur dilakukan di dua habitat yaitu di hutan primer dan kebun.

1.2 Perumusan Masalah

Tidak ada informasi mengenai perilaku lek, perilaku harian, dan habitat burung cendrawasih hibrida. Apakah perilaku lek burung cendrawasih hibrida berbeda ataukah sama dengan indukannya. Habitat menentukan keberhasilan kawin. Habitat burung cendrawasih yang berbeda akan mempengaruhi aktivitas dan perilaku lek, perilaku mencari makan dan perilaku lainnya. Berdasarkan hal inilah maka perlu dilakukan penelitian tentang perilaku lek, perilaku harian, dan karakteristik habitat burung hibrida antara cendrawasih kuning besar (P. apoda) dengan cendrawasih raggiana (P. raggiana) di Taman Nasional Wasur Merauke, Papua.


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik morfologi burung cendrawasih hibrida, mendeskripsikan perilaku (perilaku harian dan perilaku lek), dan karakteristik habitat burung cendrawasih hibrida di habitat hutan primer dan kebun.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai morfologi, perilaku (perilaku lek dan perilaku harian), dan karakteristik habitat burung cendrawasih hibrida. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan dalam pengelolaan burung cendrawasih di habitat aslinya dan dapat menjadi masukan dalam penentuan status kawasan Kampung Yakyu sebagai pelestari burung cendrawasih di kawasan Taman Nasional Wasur Merauke. Hasil penelitian juga diharapkan sebagai rujukan untuk mendorong terbangunnya kesadaran masyarakat untuk menjadi pelaku konservasi agar tidak melakukan perburuan liar terhadap burung cendrawasih di habitat aslinya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah penelitian etologi dan bio-ekologi burung cendrawasih hibrida di alam. Pendekatan dilakukan dengan pengamatan tingkah laku serta ekologi yang mencakup dua habitat yang berbeda

2

METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Taman Nasional Wasur tepatnya di Kampung Yakyu. Pengamatan dilakukan pada dua habitat yaitu di habitat hutan primer atau lokasi 1 (S08°3852.6 E141°0055.0 ) pada kisaran ketinggian 34 mdpl dan habitat kebun atau lokasi 2 (S08°3839.3 E141°0046.0 ) pada kisaran ketinggian 4 mdpl (Gambar 1). Pengamatan dilakukan pada bulan 9 September sampai dengan 24 Oktober 2013.

Vegetasi pada habitat hutan primer didominasi oleh tumbuhan Rhodamnia

sp., Mangifera gedebe, Pthycosperma sp. (Gambar 2). Vegetasi pada habitat kebun didominasi oleh tanaman perkebunan misalnya kelapa (Cocos nucifera), sagu (Metroxylon sagu), mangga (Mangifera mucronata) (Gambar 3).


(20)

4

Gambar 1 Lokasi penelitian; (a) Taman Nasional Wasur, (b) Kampung Yakyu. Keterangan lokasi 1 habitat hutan primer dan lokasi 2 habitat kebun (ArcGis)

Lokasi 2

Lokasi 1

PAPUA A

B

Gambar 2 Lokasi 1 Vegetasi habitat hutan primer didominasi oleh pohon dengan lantai hutan yang tidak rapat


(21)

2.2 Identifikasi Burung Cendrawasih

Pengamatan terhadap burung cenderawasih dilakukan menggunakan bantuan teropong binokuler berukuran 8 x 10 dan kamera (potret dan video). Beberapa cara dilakukan untuk membantu identifikasi terhadap spesies burung cendrawasih yang ditemukan yaitu mengambil gambar burung cendrawasih, buku panduan lapang, dan konsultasi dengan pakar burung baik nasional maupun internasional.

2.3 Pengamatan Perilaku 2.3.1 Pengamatan Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk mengetahui gambaran katalog perilaku dari burung cendrawasih. Pengamatan pendahuluan dilakukan selama 1 minggu terhadap burung cendrawasih kuning kecil (Paradisaea minor). Semua perilaku yang teramati selama pengamatan dicatat. Data yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam mengamati perilaku burung cendrawasih di alam.

2.3.2 Pengamatan Perilaku Burung Cendrawasih di Alam

Perilaku yang di amati yaitu perilaku harian dan perilaku lek. Perilaku harian meliputi penggunaan ruang (bertengger dan berpindah tempat), perawatan tubuh (menelisik bulu, merentangkan kaki dan sayap, menggerakkan bulu, dan membuang kotoran), gerak pindah (lompat dan terbang), istirahat, dan makan (Hailman 1985). Perilaku lek yang diamati mengikuti (Dinsmore 1970), yaitu Gambar 3 Lokasi 2 Vegetasi habitat kebun didominasi oleh tanaman kebun;


(22)

6

wing pose, pump, bow, dance, dan mounting (Tabel 2). Metode yang digunakan adalah focal animal sampling dan ad-libitum sampling.

Pengamatan perilaku lek dilakukan bersamaan dengan perilaku harian. Pengamatan dimulai dari pukul 05.00 WIT sampai 17.00 WIT (secara terus menerus). Pada habitat hutan primer pengamatan terhadap lima individu jantan dengan jam pengamatan masing-masing individu 55 jam dan total jam pengamatan 275 jam, sedangkan habitat kebun terdiri dari tiga individu jantan dengan jumlah masing-masing pengamatan individu 60 jam dan total jam pengamatan 180 jam. Total pengamatan untuk kedua lokasi yaitu 455 jam. Data pengamatan dikelompokkan menjadi empat periode yaitu pukul 05.00-08.00, 08.00-11.00, 11.00-14.00, dan 14.00-17.00 WIT (Martinez 2000).

2.3.3 Jenis dan Deskripsi Perilaku

Jenis dan deskripsi perilaku harian burung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan acuan untuk pengamatan perilaku harian burung cendrawasih di alam (Tabel 1) dan perilaku lek burung cendrawasih (Tabel 2).

Tabel 1 Jenis dan deskripsi perilaku harian burung cendrawasih kecil (Paradisaea minor) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Perilaku Deskripsi

Bertengger Diam tidak melakukan gerakan apapun

Berpindah tempat Perilaku gerak berpindah dari satu tempat dengan berjalan kemudian melompat

Terbang Perilaku berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sayap

Lompat Gerak berpindah dilakukan dengan dua kaki

Menelisik Membersihkan bulu dan kaki dengan menggunakan paruh biasanya dipatuk dan ditelisik dengan lidah

Membersihkan paruh

Menggesek-gesekkan kaki ke paruh atau paruh digesek-gesekkan ke benda-benda disekitarnya misalnya dahan Menggerakkan

bulu

Bulu dikembangkan dengan menggerakkan badan atau tidak

Tidur Memejamkan mata, leher dilipat kebelakang disisipkan antara bulu-bulu atau tidak

Merentangkan kaki dan sayap

Meregangkan kedua sayap, meregangkan kaki dan sayap kiri, meregangkan kaki dan sayap kanan, atau secara bergantian disertai dengan menguap

Membuang kotoran

Badan dibungkukkan, mengeluarkan kotoran dari dalam tubuh

Makan Mengambil makanan menggunakan paruh, dipatuk lalu ditelan dengan berdiri


(23)

Tabel 2 Deskripsi perilaku lek burung cendrawasih kuning besar (Paradisaea apoda)

Perilaku Deskripsi

Berkunjung Betina datang ke tempat bertengger jantan

Display Tampak gelisah, bulu dada berdiri, melompat dari dahan satu ke yang lain, mengepakkan sayap dan menggetarkan bulu, ekor terhimpit di

Wing pose

Menegakkan sayap selama beberapa detik, bulu ekor dan bersuara “wauk”(Dinsmore 1970)

Pump

Tubuh diturunkan, sayap dipanjangkan, kepala sedikit ke bawah, meregangkan kaki, ekor digerakkan dengan cepat, bergerak dari dahan satu ke yang lain dilakukan berulang-ulang (Dinsmore 1970)

Bow

Kepala menunduk, bagian belakang berpunuk, sayap hampir memeluk dahan. Bersuara ‘baa’ tubuh kaku hingga satu menit. Posisi ini akhir dari courtship.

Betina tidak selalu hadir dalam tahap ini (Dinsmore 1970).

Dance

Melompat-lompat, menggerakkan sayap (Dinsmore 1970).

Kopulasi Mendekati jantan, diam, jantan menaiki punggung betina (Beehler 1983a).

a

b

c d

e f

Gambar 4 Postur display cendrawasih kuning besar (P. apoda), (a-b) wing pose, sayap kaku dengan posisi terbuka, (c) bow, (d-e) dance, (f) kopulasi (Frith dan Beehler 1998: 455)

a

b

d

e f


(24)

8

2.4 Identifikasi Habitat

2.4.1 Karakteristik pohon lek

Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran panjang dan diameter dahan, jumlah dahan utama, sudut dahan, arah dahan, tinggi total pohon dan tinggi pohon dari permukaan tanah ke dahan yang sering digunakan untuk lek. Identifikasi tumbuhan mengacu pada Buku Pengenalan Jenis Tumbuhan Berkayu di Taman Nasional Wasur (La Hisa et al. 2012) dan Handbooks of The Flora of Papua New Guinea Nugini (Womersley 1978; Henti 1981; Conn 1995).

2.4.2 Profil Vegetasi

Vegetasi pada habitat burung cendrawasih digambarkan menurut kriteria umum hutan tropis (Loveless 1983). Data yang dikumpulkan untuk melukiskan jalur struktur vegetasi yang diperoleh dengan menggambarkan profil diagram vegetasi disekitar pohon lek. Data yang diambil hanya strata pohon, kemudian dicatat jenis tumbuhan dan tinggi total vegetasi dalam jalur profil (100 x 7 m ) secara vertikal.

2.4.3 Struktur Vegetasi dan Komposisi Jenis Tumbuhan

Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui karakteristik vegetasi di habitat lek dengan menggunakan metode kuadrat. Peletakan plot dilakukan secara

purposive. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih Gambar 5 Postur display cendrawasih raggiana (P. raggiana), (a) wing pose,

(b-c) sayap dibuka dibelakang tubuh, (d) statik “flower display”,

(e-g) dance (Frith dan Beehler 1998: 465) a

b

c

d

e

f


(25)

dengan cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian yaitu dengan mengambil sampel menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu (Bookhout 1996).

Plot vegetasi ditentukan dari perilaku burung cendrawasih melakukan aktivitas harian, perilaku lek, dan berdasarkan persebaran burung hibrida di Kampung Yakyu (Gambar 6). Pada habitat hutan primer plot mengarah ke arah barat, timur, selatan, dan utara, sedangkan pada habitat kebun plot mengarah ke utara. Pada masing-masing habitat diambil lima plot yaitu satu plot yang sering digunakan untuk lek dan empat plot (tempat yang tidak pernah digunakan untuk

lek). Jarak dari plot satu dan yang lain sekitar 10 meter. Petak ukur kelompok pohon (diameter > 20 cm) luas 20 x 20 m, tiang (diameter 10-20 cm) luas 10 x 10 m, pancang (tingggi > 5 m) luas 5 x 5 m, semai (tinggi < 1,5 m) luas 2 x 2 m (Fachrul 2012).

a a

b

Gambar 6 Plot pengambilan data struktur vegetasi habitat cendrawasih, (a) habitat hutan primer, (b) Habitat kebun


(26)

10

2.5 Parameter Lingkungan

Pengukuran sifat abiotik meliputi suhu udara, kelembaban udara dan cuaca. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan tiga kali dalam sehari pada pukul 06.00 WIT, 12.00 WIT dan 16.00 WIT. Data iklim (curah hujan, suhu udara, kelembaban, arah mata angin, tekanan udara, lama penyinaran matahari, kecepatan angin) diperoleh dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Merauke Tahun 2013.

2.6 Alat

Kamera DSLR Canon 1100D, termometer, Rh meter, teropong binokuler nikon 8 x 40, tali rafia kompas, meteran, stopwatch, kertas millimeter block.

2.7 Analisis Data 2.7.1 Data Perilaku

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis data secara kuantitatif menurut Martin dan Bateson (1986) sebagai berikut.

Rata-rata perilaku X/jam = Jumlah perilaku x Total jam pengamatan Durasi adalah jangka waktu berlangsungnya perilaku.

Durasi perilaku = Jumlah waktu aktivitas Jumlah waktu keseluruhan

Data perbandingan perilaku antara dua habitat dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U dan secara deskriptif digambarkan dengan grafik dan diagram lingkaran.

2.7.2 Data Vegetasi Tumbuhan.

Analisis Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) menggunakan rumus Shannon-Wienner (Desmukh 1992). Pengukuran frekuensi meliputi identifikasi jumlah dan jenis tumbuhan (Indriyanto 2006). Kerapatan merupakan banyaknya individu atau jenis tumbuhan dalam satuan luas.

Kerapatan = Jumlah individu untuk spesies ke-i Luas seluruh petak contoh

Kerapatan Relatif = Kerapatan spesies ke-i x 100% JuKerapatan seluruh spesie

Frekuensi sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem. Berikut adalah penghitungan memperoleh nilai frekuensi:

Frekuensi = Jumlah petak contoh ditemukannya spesies ke-i Jumlah seluruh petak contoh


(27)

Frekuensi Relatif = Frekuensi suatu spesies ke-i x 100% Frekuensi seluruh spesies

Frekuensi tumbuhan dibagi menjadi lima kelas yaitu (1) A: 0-20%;

(2) B: 21-40%; (3) C: 41-60%; (4) D: 61-80 %;

(5) E: 81-100 % (Sebaran homogen)

Dominansi adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan sebagai kontrol terhadap komunitas.

Dominansi = Luas basal area Luas seluruh petak contoh Basal are = 1/4 π. D2

D : diameter batang pohon

Dominansi Relatif = Total luas basal area spesies ke-i x 100% Dominansi seluruh spesies

Indeks Nilai Penting (INP) = Kerapatan Relatif+Frekuensi Relatif+Dominansi Relatif

Untuk mengetahui Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) menggunakan rumus Shannon-Wienner (Desmukh 1992).

H’ = Σ pi ln pi

H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wienner Pi = ni/N

ni = Jumlah individu jenis ke-i, dimana i=1.2.3... N = Jumlah total individu semua jenis dalam komunitas

Untuk membandingkan tingkat kesamaan jenis komunitas antara dua lokasi yang berbeda, digunakan indeks kesamaan jenis Jaccard.

ISj = c x 100% (a+b+c)

ISj = indeks kesamaan Jaccard

c = Jumlah jenis pohon yang sama pada dua plot habitat pengamatan a = Jumlah jenis pohon yang yang hanya terdapat pada lokasi pertama b = Jumlah jenis pohon yang yang hanya terdapat pada lokasi kedua

3

HASIL

Pada saat pengamatan selama 2 bulan total jumlah individu yang teramati 14 ekor terdiri atas 8 cendrawasih hibrida jantan, 2 jantan P. apoda, 1 jantan muda P. apoda, 2 betina P. apoda, dan 1 betina P. raggiana.

3.1 Deskripsi Morfologi Cendrawasih Hibrida

Burung cendrawasih hibrida (jantan) selanjutnya dijelaskan sebagai burung hibrida. Burung hibrida memiliki ciri-ciri tenggorokan hijau, terdapat garis kuning di bagian berbatasan leher dan dada berwarna coklat, mahkota kuning kusam,


(28)

12

punggung coklat, bagian dalam sayap jingga, kaki berwarna abu-abu, tubuh dan sayap merah hati-coklat, dagu hijau, bagian atas ekor berwarna merah muda-coklat dan bagian bawah berwarna jingga (Gambar 7).

3.2 Postur Display Cendrawasih Hibrida

Dalam pengamatan postur display yang terjadi antara lain wing pose, bow, pump, dan dance (Gambar 8). Selama display betina hanya melihat dari jauh dan tidak mendekati jantan sehingga tidak pernah terjadi mounting.

Perilaku lek cendrawasih hibrida dilakukan secara berkelompok, satu atau dua sampai tiga individu jantan. Selama pengamatan, display dilakukan sebanyak 31 kali, 24 kali pada habitat hutan primer dan 7 kali di habitat kebun dan. Skema tahapan display burung hibrida merupakan perilaku lek campuran dari indukannya (Gambar 9).

Tahap 1. Wing pose. Display dimulai ketika jantan telah berkumpul pada tempat bertengger, display diawali dengan suara kicauan yang saling bersahut-sahutan antara jantan. Tubuh dibungkukkan mendekati dahan, bagian ekor ditegakkan, kepala menunduk sejajar dengan sayap (kepala tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari sayap), sayap dibuka dan dibentangkan lurus searah dengan dahan dan tubuh dalam posisi yang kaku, sayap digerakkan secara perlahan ke atas dan dihentakkan kebawah, diam beberapa detik kemudian digerakkan ke atas kembali. Ekor tidak dilipat meluas dibawah tempat bertengger seperti pada P. apoda dan P. raggiana. Tahap ini merupakan "lek campuran" antara P. apoda

dan P. raggiana.

Tahap 2. Pump. Kaki semakin kaku, ekor beridri tegak hampir vertikal, tubuh semakin dibungkukkan hampir menyentuh cabang, kepala menunduk dan menoleh ke kanan dan kekiri (masih sejajar dengan sayap). "lek campuran" antara

P. apoda dan P . raggiana.

Tahap 3. Bow. Tubuh menunduk dengan kaki kaku dan berpegangan kuat pada dahan, sayap digerakkan ke atas dan ke bawah dengan cepat, kemudian berjalan mnegikuti arah dahan secara cepat dan sesekali melompat, bulu ekor diteggakkan hampir vertikal. Tahap ini merupakan "lek campuran" antara P. apoda dan P. raggiana.

Tahap 4. Dance. Tubuh berdiri tegap, kepala lurus menghadap ke atas, sayap dibentangkan dan dibuka secara luas, sayap digerakkan ke depan ke belakang dan kedua sayap saling menyentuh, sayap digerakkan dengan cepat dan tubuh bergerak ke kanan dan ke kiri dengan kaki yang kaku berpegangan kuat pada dahan dengan suara ‘klik’. Tahap ini sama dengan P. raggiana.

Perilaku lek cendrawasih hibrida menarik karena adanya pose “inverted posture” pada saat sebelum dance, kaki berpegangan kuat pada dahan, tubuh menggantung, kepala menghadap ke arah bawah, posisi sayap terbuka lebar dan sejajar dengan kepala, sayap dikepakkan perlahan.


(29)

a b

c d

e

Gambar 7 Karakteristik morfologi cendrawasih hibrida. Keterangan (a) mandibula atas dan bawah mirip P. apoda, sedangkan corak warnanya mirip P. raggiana; (b) garis kuning antara leher dan dada mirip P. raggiana; (c) pektoral sayap coklat mirip P. apoda; (d) warna ekor bagian atas berwarna merah muda-coklat dan bagian bawah jingga merupakan perpaduan kedua indukannya; (e) sayap bagian dalam merah hati-coklat sama dengan P. raggiana


(30)

14

a


(31)

c

d

Gambar 8 Postur display cendrawasih hibrida; (a) wing pose merupakan perpaduan antara P. apoda dan P. raggiana; (b) pump call

merupakan perpaduan antara P. apoda dan P. raggiana; (c) Posisi terbalik “inverted posture” merupakan mekanisme

evolusi dari P. raggiana; (d) Dance cendrawasih hibrida mirip


(32)

16

3.3 Perilaku Lek Cendrawasih Hibrida

Perilaku lek burung hibrida di habitat hutan primer dan kebun berbeda mulai dari frekuensi, durasi, dan waktu, tetapi tahapan dan postur display (wing pose, pump, bow, dan dance) sama. Hasil analisis uji Mann-Whitney U

menunjukkan bahwa perilaku lek di dua habitat tidak berbeda secara signifikan (p=1.88). Perilaku lek di dua habitat kemungkinan memang berbeda, tetapi mungkin saja tidak berbeda disebabkan jumlah sampel yang sedikit.

Pada habitat hutan primer perilaku lek dilakukan pada pukul 07.00 sampai 13.00, sedangkan di habitat kebun dilakukan hanya pada pukul 08.00 sampai 09.00. Puncak perilaku lek pada habitat hutan primer terjadi pada pukul 09.00, sedangkan pada habitat kebun pada pukul 08.00. Frekuensi perilaku lek lebih sering dilakukan pada habitat hutan primer dibandingkan habitat kebun (Gambar 10).

Gambar 9 Skema postur display cendrawasih hibrida; (a-b) wing pose (c-d)

dance mirip P. raggiana, (e) posisi terbalik (inverted posture) (f)

Frontal display dengan kehadiran betina tetapi tidak terjadi

mounting (Gambar oleh Tri Asri Khalisya dari foto oleh Dewi Pramitha Sari)

a b c


(33)

3.4 Perilaku Harian Burung Hibrida

Perilaku harian burung hibrida pada habitat hutan primer dan kebun berbeda dari segi frekuensi, durasi dan waktu munculnya perilaku. Hasil analisis uji Mann-Whitney U menunjukkan bahwa perilaku lek di dua habitat tidak berbeda secara signifikan (p=0.372). Perilaku lek di dua habitat kemungkinan memang berbeda, tetapi mungkin saja tidak berbeda disebabkan jumlah sampel yang sedikit.

Pada habitat hutan primer dan kebun aktivitas yang sering dilakukan berturut-turut gerak pindah, perawatan tubuh, penggunaan ruang, bersuara, makan, istirahat, dan perilaku lek (Gambar 11).

a b

Gambar 11 Frekuensi perilaku cendrawasih hibrida; (a) habitat hutan primer; (b) habitat kebun

38% 18% 23% 9% 0% 1% 11% Perawatan tubuh Penggunaa ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara 38% 18% 23% 9% 0% 1% 11% Perawatan tubuh Penggunaa ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara Gambar 10 Frekuensi perilaku lek di habitat hutan primer dan habitat kebun

0 10 20 30 40 50 60

05.00 06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00

P

er

se

n

Waktu pengamatan

Hutan primer Kebun


(34)

18

Perilaku yang sering dilakukan cendrawasih per periode waktu pengamatan berbeda. Pada habitat hutan primer aktivitas gerak pindah merupakan aktivitas yang sering dilakukan mulai pagi sampai sore hari (Gambar 12).

3.6 Habitat Cendrawasih Hibrida

Habitat burung cendrawasih pada habitat hutan primer dan habitat kebun berbeda. Habitat hutan primer memiliki vegetasi yang lebih renggang dengan jumlah dan jenis tumbuhan yang lebih sedikit.

Gambar 12 Frekuensi perilaku burung cendrawasih di habitat hutan primer per periode waktu; 05.00-08.00 WIT; 08.00-11.00 WIT; 11.00-14.00 WIT; 14.00-17.00 WIT

27% 17% 30% 11% 1%0%14% 05.00-08.00 WIT Perawatan tubuh Penggunaan ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara 25% 13% 27% 15% 3% 0% 17% 08.00-11.00 WIT Perawatan tubuh Penggunaan ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara 29% 14% 29% 9% 1% 2% 16% 11.00-14.00 WIT Perawatan tubuh Penggunaan ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara 30% 13% 28% 13% 0% 0% 16% 14.00-17.00 WIT Perawatan tubuh Penggunaan ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara

Gambar 13 Frekuensi perilaku burung cendrawasih di habitat kebun per periode waktu; 05.00-08.00 WIT; 08.00-11.00 WIT; 11.00-14.00 WIT; 14.00-17.00 WIT 38% 18% 22% 11% 0%0% 11% 05.00-08.00 WIT Perawatan tubuh Pengunaan ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara 34% 17% 21% 15% 1%0% 12% 08.00-11.00 WIT Perawatan tubuh Penggunaan ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara 39% 19% 23% 8%

0% 2% 9%

11.00-14.00 WIT Perawatan tubuh Penggunaan ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara 43% 18% 24%

2%0%0% 13%

14.00-17.00 WIT Perawatan tubuh Penggunaan ruang Gerak Pindah Makan Lek Istirahat Bersuara


(35)

3.5 Habitat Cendrawasih Hibrida

Habitat cendrawasih hibrida pada habitat hutan primer dan habitat kebun berbeda. Habitat hutan primer memiliki vegetasi yang lebih jarang dengan jumlah dan jenis tumbuhan yang lebih sedikit.

3.5.1 Karakteristik Pohon Lek

Karakteristik pohon lek di habitat hutan primer dan kebun tidak berbeda secara signifikan (p= 0.07). Pohon yang digunakan untuk lek tinggi dan besar, daun lebar dan besar, percabangannya sedikit, dahan yang digunakan untuk lek

lurus dan berdiameter 8 cm sampai 15 cm (Tabel 3). Pada habitat hutan primer jenis tumbuhan yang digunakan untuk lek adalah Mangifera gedebe, sedangkan di habitat kebun adalah Ficus nodosa (Gambar 14).

Tabel 3 Karakteristik pohon lek pada dua habitat

Identifikasi Pohon Hutan primer kebun

Spesies Mangifera gedebe Ficus nodosa

Tinggi pohon 18 m 19.5 m

Jumlah dahan utama 10 10

Tinggi dahan lek dahan 1=7 m; dahan 2=8,5 m 18 m Diameter dahan dahan 1=10 cm; dahan 2= 8,5 cm 15 cm Panjang dahan dahan 1=3 m; dahan 2= 3 m 3,5 m

Sudut dahan dahan 1=50°, dahan 2=45° 30°

Arah dahan Timur laut Barat daya

Lek di dahan ke- 2 dan 4 2

a b

Gambar 14 Pohon yang digunakan untuk lek; (a) habitat hutan primer Ficus nodosa, (b) habitat kebun Mangifera gedebe


(36)

20

3.5.2 Jarak pohon lek dengan pohon terdekat

Pada habitat hutan primer jarak pohon lek dengan pohon disekitarnya lebih jauh dan tidak rapat dibandingkan habitat kebun. Terdapat empat jenis pohon yang jaraknya lebih dekat diantaranya Garcinia sp., Mangifera gedebe, Diospyros

sp., dan Rhodania sp. Pada habitat kebun, terdapat lima jenis pohon yang jaraknya lebih dekat diantaranya Terminalia sp., Ficus benjamina, Syzygium cadiflora,

Garcinia sp., dan Planconella sp. (Tabel 4).

3.5.3 Pohon Lek dan Jenis-jenis Pohon yang berhubungan dengan Aktivitas

Harian Burung

Dari hasil analisis indeks kesamaan Jaccard (ISj) yaitu 25 %, vegetasi dianggap sama jika indeks kesamaannya di atas 80% (Sutisna dan Suyatman 1984). Dengan demikian habitat burung cendrawasih dari kedua lokasi berbeda. Tumbuhan yang terdapat di habitat hutan primer meliputi Mangifera gedebe, Diospyros sp., Ficus rupaceae, Fagraea sp. Tumbuhan yang hanya terdapat di habitat kebun meliputi Ficus benjamina, Acacia auriculiformis,dan Ficus nodosa . Sedangkan tumbuhan yang terdapat pada dua habitat yaitu Rhodamnia sp. dan

Ficus sp. (Tabel 5).

Tabel 4 Jarak pohon lek dengan pohon terdekat di dua habitat

No Hutan primer Kebun

Jenis Tumbuhan Jarak (m) Jenis Tumbuhan Jarak (m) 1 Garcinia sp. 6 Terminalia sp. 5 2 Mangifera gedebe 4 Ficus benjamina 7

3

3 Diospyros sp. 3.5 Syzygium cadiflora 2

4 1.5

4 3 Garcinia sp. 2

5 Rhodamnia sp. 9 Planchonella sp. 2.5 3.5

Tabel 5 Jenis tumbuhan pakan yang digunakan untuk aktivitas pada dua habitat

No Nama Jenis Famili Kebun

(INP) (%)

Hutan primer (INP) (%) Sm Pg Tg Ph Sm Pg Tg Ph 1 Ficus benjamina Moraceae 4 10 9.8 9.4 - - - - 2 Ficus sp. Moraceae 4.8 0 0 4.5 4.5 0 0 27 3 Acacia

auriculiformis

Fabaceae 0 0 7.2 19 - - - -

4 Diosphyros sp Ebenaceae - - - - 4.2 40 34 0 5 Rhodamnia sp Myrtaceae 2.1 5.3 0 4.5 12 27 58 80 6 Mangifera gedebe Anacardiaceae - - - - 5.4 3.8 14 54 7 Ficus nodosa Moraceae 2.1 3.5 0 19 - - - - 8 Ficus rupacea Moraceae - - - - 0 0 0 28 Keterangan: Sm: semai, Pg: pancang, Tg: tiang, Ph: pohon


(37)

Jenis buah pada dua habitat sama berbentuk kapsul yaitu terdapat beberapa biji dalam kulit buah. Jenis buah pada habitat hutan primer yaitu Diospyros sp., dan Fagraea sp., sedangkan pada habitat kebun didominasi oleh buah dari Famili Moraceae yaitu Ficus nodosa, Ficus benjamina, Ficus sp. (Gambar 15).

3.5.4 Profil Habitat Cendrawasih

Dari profil diagram vegetasi jumlah tumbuhan di habitat hutan primer lebih banyak dibandingkan habitat kebun mulai dari strata A sampai strata E. Secara umum vegetasi yang terdapat di habitat kebun lebih tinggi dan lebih lebat dibandingkan di hutan primer (Tabel 6). Dari profil vegetasi kedua lokasi tampak perbedaan jumlah tumbuhan yang tercatat pada kebun lebih banyak dibandingkan habitat hutan primer. Tinggi rata-rata strata A dan strata B habitat kebun lebih tinggi dibandingkan hutan primer, sedangkan vegetasi strata C, D dan E hampir sama. Data tersebut menggambarkan secara umum vegetasi yang ada di habitat kebun lebih tinggi dan lebih lebat dibandingkan dengan habitat hutan primer. Pada habitat hutan primer tampak lantai hutan tidak rapat dan jenis tumbuhan yang sedikit (Gambar 16). Pada habitat kebun tumbuhan pada lantai hutan rapat dan jenis tumbuhannya lebih banyak (Gambar 17).

a b

c d

Gambar 15 Jenis buah yang terdapat pada dua habitat; (a) habitat hutan primer

Diospyros sp. dan Fagraea sp., (b) habitat kebun Ficus nodosa dan


(38)

22

3.5.5 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Tumbuhan pada Dua Habitat

Vegetasi habitat hutan primer terdapat 28 jenis tumbuhan dari 25 famili. Vegetasi di habitat kebun berupa hutan lebat, terdapat 59 jenis tumbuhan dari 35 famili. Pada habitat kebun memiliki jumlah jenis dan famili yang lebih banyak dibandingkan dengan habitat hutan primer. Keanekaragaman jenis tumbuhan (H’) untuk tingkat pertumbuhan semai pada kedua lokasi adalah rendah. Sedangkan, untuk tingkat pancang sampai pohon (H’) lebih tinggi di habitat kebun dibandingkan habitat hutan primer (Tabel 7).

Tabel 6 Tinggi rata-rata dan jumlah tumbuhan pada dua habitat

Strata vegetasi Tinggi rata-rata tumbuhan (m) Jumlah Tumbuhan

Hutan primer Kebun Hutan

primer

Kebun

A(Tinggi > 30 m) 29 31 1 4

B (Tinggi 15-30 m) 18.7 20.8 52 119

C (Tinggi 5-15 m) 9.4 10.2 59 135

D (Tinggi 1-5 m) 4.4 3.3 415 602

E (Tinggi 0-1 m) 0.55 0.64 455 784

Jumlah 982 1544

Tabel 7 Jumlah jenis famili dan Indeks Keanearagaman Jenis (H’) di dua habitat Tingkat pertumbuhan

pohon Kategori Hutan primer Lokasi pengamatanKebun Jumlah H’ Jumlah H’ Semai dan tumbuhan

bawah JenisFamili 2017 1.2 5241 1.6

Pancang Jenis 13 0.9 37 1.5

Famili 11 23

Tiang Jenis 7 0.8 14 1.1

Famili 5 17

Pohon Jenis 7 0.8 27 1.3

Famili 6 11

Keseluruhan Jenis 28 0.9 59 1.5


(39)

Gambar 16 Profil habitat burung hibrida di hutan primer. Keterangan: Mg :

Mangifera gedebe, R: Rhodamnia sp., H: Helicia sp., P:

Ptycosperma sp., C: Cyperum rotundus, D: Diospyros sp, P:

Planchonelia sp., A: Alloxylon sp., G: Garcinia sp., Sc: S.

suborbicularis

Gambar 17 Profil habitat burung hibrida di kebun. Keterangan: E: Endiandra sp. , GS: Gahnia aspera, P: Planchonella, LC: Lantana camara, Am: Aleurites moluccana, Cr: Caryota rumphiana, A: Alpinia sp., Xp: Xanthostemon paradoxus, Mc: Melaleuca cajuputi, Sc:

Syzygium cadiflora, T: Terminalia, Sa:: Schefflera actinophylla, Da: Dillenia alata, Cn: Cocos nucifera, Ml: Melaleuca

leucadendra, Ms: Metroxylon sagu, Mc: Mangifera mucronata, Fn: Ficus nodosa, Aa: Acacia auriculiformis


(40)

24

3.5.6 Jenis Tumbuhan dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada dua Habitat

Jenis tumbuhan pada kedua habitat berbeda mulai dari tingkat semai dan tumbuhan bawah sampai pohon. Dari data pengamatan diambil tiga jenis tumbuhan yang memiliki indeks nilai penting (INP) paling tinggi. Pada habitat hutan primer mulai dari yang tertinggi pada tingkat semai dan tumbuhan bawah meliputi Ptycosperma sp., Alloxylon sp., Helicia sp., tingkat pancang meliputi

Ptycosperma, Diospyros sp., Planchonella sp., tingkat tiang meliputi Planconella

sp., Rhodamnia sp., Syzygium suborbicularis, tingkat pohon meliputi Rhodamnia

sp., Fagraea sp., Mangifera gedebe. Pada habitat kebun tumbuhan yang memiliki inp mulai dari yang tertinggi untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah berturut-turut Gahnia aspera, Endiandra sp., Ptycosperma sp., tingkat pancang meliputi

Planchonella sp., Lantana camara, Ptycosperma sp., tingkat tiang meliputi

Planconella sp., Lantana camara, Melaleuca cajuputi, tingkat pohon meliputi

Melaleuca leucadendra, Acacia auriculiformis, Syzygium cadiflora (Tabel 8).

Pada habitat hutan primer tingkat semai dan tumbuhan bawah terdapat 20 jenis tumbuhan dari 17 famili. Tumbuhan dengan indeks nilai penting terendah antara lain Asplenium nidus (1.4%), Garsinia sp. (4.2%), dan Gahnia aspera

(4.7%) (Tabel 9a).

Tabel 8 Tingkat pertumbuhan pohon dan indeks nilai penting (INP) di dua habitat Tingkat

pertumbuhan pohon

Hutan primer INP (%)

Kebun INP

(%)

Semai Ptycosperma sp. 37 Gahnia aspera 14.6

Alloxylon sp. 20.7 Endiandra sp. 14

Helicia sp. 19.6 Ptycosperma sp. 8.4 Pancang Ptycosperma sp. 41 Ptycosperma sp. 14.5

Diospyros sp. 40 Lantana camara 15.2

Planchonella sp. 37 Planchonella sp. 15.8 Tiang Planchonella sp. 93 Planchonella sp. 62.2

Rhodamnia sp. 57.6 Melaleuca cajuputi 25.6

S. suborbicularis 44.1 Lantana camara 32.2 Pohon Rhodamnia sp. 80.4 Acacia auriculiformis 22.8

Fagraea sp. 83 Melaleuca leucadendra 33.3

Mangifera gedebe 54.1 Syzygium cadiflora 25

Tabel 9a Analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah pada habitat hutan primer

No Nama Jenis Famili Nama Lokal KR FR INP (%)

1 Mangifera gedebe Anacardiaceae Mangga hutan 1.4 4 5.4 2 Rhodamnia sp. Myrtaceae Bayur 5.0 6.7 11.7 3 Ptycosperma sp. Arecaceae Palm 30.3 6.7 37.0 4

Antidesma

parviflorum Phyllanthaceae Muni 4.0 2.7 6.7 5 Alloxylon sp. Proteaceae Kayu dayung 14.0 6.7 20.7 6 Endiandra sp. Lauraceae Medang 4.6 6.7 11.3 7 Calophyllum soulattri Calophyllaceae Bintanggur 5.2 5.3 10.6 8 Helicia sp. Proteaceae - 12.9 6.7 19.6 Keterangan: KR = Kerapatan relatif, FR = Frekuensi relatif, INP = Indeks nilai penting


(41)

Pada habitat hutan primer tingkat pancang terdapat 13 jenis tumbuhan dari 11 famili. Tumbuhan dengan indeks nilai penting terendah antara lain Terminalia microcarpa (3.8%), Mangifera gedebe (3.8%), dan Cupaniopsis sp. (4.2%) (Tabel 9b).

Tabel 9a Analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah pada habitat hutan primer (lanjutan)

No Nama Jenis Famili Nama Lokal KR FR INP (%)

9 Cupaniopsis sp. Sapindaceae - 0.8 5.3 6.1 10 Atractocarpus sp. Rubiaceae - 6.8 2.7 9.5 11 Nephrolepis radicans Nephrolepidaceae Paku kikir 1.3 6.7 7.9 12

Helminthostachys zeylanica

Selaginelaceae Paku Manon

2.6 5.3 7.9 13 Pandanus spiralis Pandanaceae Pandan duri 3.4 4 7.4 14 Planchonelia sp. Myrsinaceae Aper 0.5 6.7 7.2 15

Syzygium suborbicularis

Myrtaceae Jambu hutan

3.6 4 7.6

16 Asplenium nidus

Aspleniaceae Paku sarang

burung 0.1 1.3 1.4

17 Diospyros sp. Ebenaceae Eboni 0.7 6.7 7.4 18 Gahnia aspera Clusiaceae 0.7 4 4.7 19 Garcinia sp.

Clusiaceae Manggis

hutan 1.6 2.7 4.2

20 Ficus sp. Moraceae Ara 0.5 5.3 5.8

Jumlah 100 100 200

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) 1.2

Keterangan tabel mengacu pada Tabel 9a

Tabel 9b Analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat hutan primer

No Nama Jenis Famili Nama Lokal KR FR INP (%)

1 Diospyros sp. Ebenaceae Pohon 26.4 13.8 40.2 2 Rhodamnia sp. Myrtaceae Bayur 13.2 13.8 27.0 3 Ptycosperma sp. Arecaceae Palm 23.8 17.2 41.0 4 Alloxylon sp. Proteaceae Kayu dayung 1.1 3.4 4.6 5 Garcinia sp. Clusiaceae Manggis hutan 1.9 6.9 8.8 6 Planchonelia sp. Myrsinaceae Aper 23.4 13.8 37.2 7 Mangifera gedebe Anacardiaceae Mangga hutan 0.4 3.4 3.8 8 Decaspermum sp. Myrtaceae Benten 4.9 10.3 15.3 9 Endiandra sp. Lauraceae Medang 1.9 3.4 5.3 10 Helicia sp. Proteaceae - 0.8 3.4 4.2 11 Atractocarpus sp. Rubiaceae - 1.1 3.4 4.6 12 Cupaniopsis Sapindaceae - 0.8 3.4 4.2 13

Terminalia microcarpa

Combretaceae Kayu krop

0.4 3.4 3.8

Jumlah 100 100 200

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) 0.9


(42)

26

Pada habitat hutan primer tingkat tiang terdapat 7 jenis tumbuhan dari 5 famili. Tumbuhan dengan indeks nilai penting terendah antara lain Mangifera gedebe (114.4%), Decaspermum sp. (28.6%), dan Garsinia sp. (27.9%) (Tabel 9c).

Pada habitat hutan primer tingkat pohon terdapat 7 jenis tumbuhan dari 6 famili. Tumbuhan dengan indeks nilai penting terendah antara lain Ficus rupacea

(18.4%), Garcinia sp. (18.2%), dan Ediandra sp. (18.7%) (Tabel 9d).

Pada habitat kebun tingkat semai dan tumbuhan bawah terdapat 52 jenis tumbuhan dari 41 famili. Tumbuhan dengan indeks nilai penting terendah antara lain Psychotria nesophila (1.1%), Clerodenrum sp. (1%), dan Alloxylon sp. (1.1%) (Tabel 10a).

Tabel 9c Analisis vegetasi tingkat tiang pada habitat hutan primer

No Nama Jenis

Famili

Nama

Lokal KR FR DR

INP (%)

1 Planchonelia sp. Myrsinaceae Aper 42.4 9.1 41.5 93.0 2

Syzygium suborbicularis

Myrtaceae Jambu

hutan 12.1 18.2 13.8 44.1 3 Diospyros sp. Ebenaceae Eboni 9.1 18.2 7.1 34.4 4 Rhodamnia sp. Myrtaceae Bayur 15.2 27.3 15.2 57.6 5 Decaspermum sp. Myrtaceae Benten 9.1 9.1 10.5 28.6 6 Mangifera gedebe Anacardiaceae Mangga 3.0 9.1 2.2 14.4 7 Garcinia sp. Clusiaceae Manggis 9.1 9.1 9.7 27.9

Jumlah 100 100 100 300

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) 0.8

Keterangan tabel mengacu pada Tabel 9a

Tabel 9d Analisis vegetasi tingkat pohon pada habitat hutan primer

No Nama Jenis

Famili

Nama

Lokal KR FR DR

INP (%)

1 Mangifera gedebe

Anacardiaceae Mangga

hutan 25.0 8.3 20.7 54.1 2 Rhodamnia sp. Myrtaceae Bayur 29.2 25.0 26.3 80.4 3 Garcinia sp.

Clusiaceae Manggis

hutan 4.2 8.3 5.7 18.2 4 Fagraea sp. Saxifagraceae - 29.2 25.0 28.8 83.0 5 Endiandra sp. Lauraceae Medang 4.2 8.3 6.2 18.7 6 Ficus sp. Moraceae Ara 4.2 16.7 6.5 27.3 7 Ficus rupacea Moraceae - 4.2 8.3 5.9 18.4

Jumlah 100 100 100 300

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) 0.8


(43)

Tabel 10a Analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah pada habitat kebun

No Nama Jenis Famili Nama Lokal KR FR INP (%)

1 Syzygium cadiflora Myrtaceae Jambu hutan 1.7 2.6 4.3 2 Ptycosperma sp. Arecaceae Palm 4.9 3.5 8.4 3 Pandanus spiralis Pandanaceae Pandan duri 2.7 1.8 4.5 4 Mangifera mucronata Anacardiaceae Manga 2.4 1.8 4.1 5 Ficus nodosa Moraceae Ara 0.4 1.8 2.1 6 Alpinia sp. Zyngiberaceae Lengkuas 2.3 2.6 5.0 7 Leea brunoniana leeaceae Girang 4.2 1.8 6.0 8 Lantana camara Verbenaceae Cente 3.1 3.5 6.6 9 Bambusa vulgaris Poaceae Bambu 0.4 0.9 1.3 10 Colocasia esculenta Araceae keladi 1.0 1.8 2.7 11 Gahnia aspera Clusiaceae - 11.1 3.5 14.6 12 Cyperus brefifolius Gramineae - 0.7 1.8 2.5 13 Axonopus compressus Poaeceae Jukut pahit 0.9 0.9 1.8 14 Terminalia sp. Combretaceae Ketapang 3.4 0.9 4.3 15 Endiandra sp. Lauraceae Medang 11.3 2.6 14.0 16 Abrus precatorius Fabaceae Saga 1.8 1.8 3.6 17 Glochidion sp. Euphorbiaceae Dempul 0.9 1.8 2.7 18 Psychotria nesophila Rubiaceae Wati 5.6 0.9 6.5 19 Barringtonia

acutangula

Lecythidaceae Putat rawa

0.1 0.9 1.0 20 Myristica sp. Myristicaceae Pala hutan 0.2 1.8 2.0 21 Vavavea amicorum Meliaceae Cendana 0.1 0.9 1.0 22 Ficus sp. Moraceae Ara 0.4 4.4 4.8 23 Aleurites moluccana Euphorbiaceae kemiri 2.1 1.8 3.8 24 Caryota rumphiana Arecaceae Palm aren 3.0 2.6 5.6 25 Decaspermum sp. Myrtaceae Benten 1.7 2.6 4.3 26 Alstonia apocynaceae Apocynaceae Kayu gabus 0.8 0.9 1.7 27 Cryptocarya sp. Lauraceae - 2.4 0.9 3.3 28 Tetracera nordiana Dilleniaceae Pulasari 1.3 1.8 3.0 29 Erythroxylum

carinatum

Erythroxylaceae Sempawar

0.6 0.9 1.5 30 Exoecaria egallocha Euphorbiaceae Kayu mata 1.2 2.6 3.8 31 Dodonaea polyandra Sapindaceae Hop bush 0.7 1.8 2.4 32 Cyperum sp. Gramineae - 3.4 2.6 6.0 33 Plachonella sp. Sapotaceae Aper 2.0 2.6 4.6 34 Polyalthia nitidissima Annonaceae Karau 2.0 1.8 3.8 35 Melodorum sp. Annonaceae - 0.9 1.8 2.7 36 Xymenia sp. Olacaceae Bidara 1.4 3.5 4.9 37 Grevillea sp. Proteaceae - 1.2 1.8 3.0 38 Nephrolepis radicans Nephrolepidaceae Paku kikir 5.5 2.6 8.1 39 Helicia sp. Moraceae beringin 0.4 0.9 1.3 40 Rhodamnia sp. Myrtaceae Bayur 0.4 1.8 2.1 41 Syzygium

suborbicularis

Myrtaceae Jambu

0.7 3.5 4.2 42 Polyscias sp. Araliaceae Cakra cikri 0.2 0.9 1.1 Keterangan: KR = Kerapatan relatif, FR = Frekuensi relatif, INP = Indeks nilai penting


(44)

28

Pada habitat kebun tingkat pancang terdapat 37 jenis tumbuhan dari 19 famili. Tumbuhan dengan indeks nilai penting terendah antara lain Buchanania arborescens (1.5%), Atractocarpus sp. (1.5%), dan Cocos nucifera (1.5%) (Tabel 10b).

Tabel 10a Analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah pada habitat kebun (lanjutan)

No Nama Jenis Famili Nama Lokal KR FR INP (%)

43 Calicarpa sp. Verbenaceae Siborbor 4.9 2.6 7.5 44 Helminthostachys

zeylanica

Selaginelaceae Paku manon

0.8 0.9 1.7 45 Antidesma parviflorum Phyllanthaceae Muni 1.1 0.9 1.9 46 Psychotria nesophila rubiaceae Wati putih 0.2 0.9 1.1 47 Phyllantus sp. Euphorbiaceae - 0.1 1.8 1.9 48 Alloxylon sp. Proteaceae Kayu dayung 0.2 0.9 1.1 49 Atractocarpus sp. Rubiaceae - 0.2 2.6 2.9 50 Spondias sp. Meliaceae Kedondong 0.1 1.8 1.9 51 Clerodenrum sp. Verbenaceae 0.1 0.9 1.0 52 Ficus benjamina Moraceae Beringin 0.5 3.5 4.0

Jumlah 100 100 200

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) 1.6

Tabel 10b Analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat kebun

No Nama Jenis Famili Nama Lokal KR FR INP (%)

1 Syzygium cadiflora Myrtaceae Jambu hutan 2.2 2.7 4.9 2 Planchonella sp. Myrsinaceae Aper 9.1 6.7 15.8 3 Ptycosperma sp. Arecaceae Palm 11.9 2.7 14.5 4 Aleurites moluccana Euphorbiaceae Kemiri 5.7 2.7 8.3 5 Pandanus spiralis Pandanaceae Pandan duri 3.8 4.0 7.8 6 Cocos nucifera Arecaceae kelapa 0.2 1.3 1.5 7 Ficus nodosa Moraceae Ara 2.2 1.3 3.5 8 Leea brunoniana Leeaceae Girang 1.1 1.3 2.4 9 Lantana camara Verbenaceae Cente 11.2 4.0 15.2 10 Terminalia sp. Combretaceae Ketapang 0.4 1.3 1.7 11 Psychotria sp. Rubiaceae Wati putih 4.2 5.3 9.5 12 Rhodamnia sp. Myrtaceae Bayur 1.3 4.0 5.3 13 Melaleuca cajuputi Myrtaceae Kayu putih 1.5 1.3 2.8 14 Melaleuca leucadendra Myrtaceae Bush 1.1 1.3 2.4 15 Ficus benjamina Moraceae Beringin 4.8 5.3 10.1 16 Endiandra sp. Lauraceae Medang 1.1 2.7 3.8 17 Cryptocaria sp. Lauraceae - 4.4 2.7 7.1 18 Flagellaria indica Flagellariaceae Owar 0.9 2.7 3.6 19 Erythruxylum ecarinatum Erythroxylaceae Sempawar 0.4 4.0 4.4 20 Exoecaria egallocha Euphorbiaceae Kayu mata 4.4 1.3 5.7 21 Dodonaea polyandra Sapindaceae Hop bush 5.5 2.7 8.2 22 Polyscias sp. Araliaceae Cakra cikri 3.1 2.7 5.8 23 Xanthostemon paradoxus Myrtaceae Lara 0.4 1.3 4.9 Keterangan tabel mengacu pada Tabel 10a


(45)

Pada habitat kebun tingkat tiang terdapat 18 jenis tumbuhan dari 14 famili. Tumbuhan dengan indeks nilai penting terendah antara lain Polyalthia nitidissima

(7.3%), Metroxylon sagu (7.1%), dan Acacia auriculiformis (7.2%) (Tabel 10c). Tabel 10b Analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat kebun (lanjutan)

No Nama Jenis Famili Nama Lokal KR FR INP (%)

24 Barringtonia acutangula Erythroxylaceae Sempawar 0.4 1.3 1.7 25 Garcinia sp. Clusiaceae Manggis hutan 0.9 4.0 4.9 26 Buchanania arborescens Anacardiaceae Gerok ayam 0.2 1.3 1.5 27 Caryota rumphiana Arecaceae Serai 2.2 4.0 6.2 28 Metroxylon sagu Arecaceae Sagu 6.9 1.3 8.3 29 Calicarpa sp. Verbenaceae Siborbor 0.5 1.3 1.9 30 Alpinia sp. Myrtaceae Jambu hutan 0.5 1.3 1.9 31 Colocasia esculenta Arecaceae Keladi 6.0 5.3 11.4 32 Cupaniopsis sp. Sapindaceae - 0.5 2.7 3.2 33

Gymnacranthera paniculata

Myristicaceae Pala hutan

0.2 2.7 2.8 34 Alloxylon sp. Proteaceae Kayu dayung 0.4 2.7 3.0 35 Atractocarpus sp. Annonaceae Sukun 0.2 1.3 1.5 36 Spondias sp. Meliaceae Kedondong 0.4 1.3 1.7 37 Clerodenrum sp. Verbenaceae - 0.2 4.0 4.2

Jumlah 100 100 200

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) 1.5

Keterangan tabel mengacu pada Tabel 10a

Tabel 10c Analisis vegetasi tingkat tiang pada habitat kebun

No Nama Jenis Famili Nama Lokal KR FR DR INP (%)

1 Planchonella sp. Myrsinaceae Aper 22.7 16.7 22.8 62.2 2 Metroxylon sagu Arecaceae Sagu 1.5 4.2 1.4 7.1 3 Lantana camara Verbenaceae Cente 12.1 8.3 11.9 32.4 4 Syzygium cadiflora Myrtaceae Jambu hutan 4.5 4.2 4.9 13.6 5 Mangifera mucronata Anacardiaceae Manga 1.5 4.2 1.7 7.4 6 Terminalia sp. Combretaceae Ketapang 4.5 4.2 4.5 13.2 7 Ficus benjamina Moraceae Beringin 3 4.2 2.6 9.8 8 Aleurites moluccana Euphorbiaceae Kemiri 1.5 4.2 1.7 7.4 9 Endiandra sp. Lauraceae Medang 3 4.2 3.5 10.7 11 Garcinia sp.

Clusiaceae Manggis

hutan 9.1 8.3 8.1 25.5

12 Glochidion sp. Euphorbiaceae Dempul 9.1 12.5 9.2 30.8 Keterangan tabel mengacu pada Tabel 10a


(1)

Keanekaragaman tumbuhan pada habitat kebun lebih sedikit dibandingkan habitat kebun. Kedua habitat cendrawasih masih dalam satu kawasan, tetapi keduanya berada dalam ekosistem yang berbeda. Taman Nasional Wasur memiliki sembilan jenis ekosistem salah satunya hutan dataran rendah (Kartikasari et al. 2012). Pada habitat hutan primer merupakan hutan dataran rendah yang tersusun atas tumbuhan homogen, jenis tumbuhannya sedikit dan jumlah yang sedikit. Sedangkan pada habitat kebun merupakan hutan heterogen, jenis tumbuhannya banyak dengan jumlah yang lebih banyak. Vegetasi yang menjadi habitat cendrawasih di habitat kebun tampak lebih terbuka karena adanya kegiatan masyarakat berupa pembukaan hutan untuk dijadikan kebun. Habitat burung cendrawasih adalah tempat melakukan segala aktivitas harian mencari makan, bermain, dan bertengger. P. raggiana dan P. apoda merupakan spesies dari genus Paradisaea ditemukan paling banyak pada area yang secara ekologi terganggu dibandingkan ditengah hutan (Diamond 1972).

Komponen penting flora yang menyusun hutan terdiri dari famili Podocarpaceae, Fagaceae, Moraceae, Lauraceae, Meliaceae, Myristicaceae, Sapin daceae, Euphorbiaceae, Combreta ceae, Sapotaceae, Annonaceae, Clusiaceae, dan Rubiaceae (Kartikasari et al. 2012). Semua famili tersebut terdapat pada kedua habitat pengamatan. Tingkat pertumbuhan dan keanekaragaman tumbuhan pada kedua habitat mulai dari semai, pancang, tiang, dan pohon berbeda. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku harian dan lamanya perilaku lek berlangsung. Fenomena ini memberikan indikasi bahwa kehadiran spesies yang berbeda pada tingkat ketinggian yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan cenderung berbeda pula. Oleh karenanya spesies tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator suatu lingkungan (Setiadi 2005).

Jenis tumbuhan yang memiliki nilai INP tertinggi pada habitat kebun diantaranya Cocos nucifera, Planchonela, Gahnia aspera. Sedangkan habitat hutan primer sebagian besar tumbuhan yang memiliki nilai INP tertinggi adalah jenis tumbuhan yang digunakan untuk aktivitas cendrawasih yaitu Diospyros sp., Mangifera gedebe, Rhodamnia sp., Fagraea sp., dan Alloxylon sp. Habitat yang tidak mengalami gangguan dari manusia akan memiliki banyak jenis tumbuhan yang digunakan untuk burung beraktivitas dibandingkan habitat yang mengalami gangguan (Jankowski et al. 2012).

Perbedaan habitat lek burung cendrawasih selain dilihat dari kerapatan vegetasi juga dari jarak terdekat dengan pohon yang lain. Pada habitat kebun jarak antar pohon lebih rapat dibandingkan habitat hutan primer. Perilaku lek salah satunya dipengaruhi oleh tutupan tajuk, semakin rapat tutupannya maka akan semakin sulit pandangan betina untuk melihat display cendrawasih jantan (Shekib et al. 1997). Faktor lain yang menentukan kehadiran suatu tumbuhan atau komunitas tumbuhan tidak hanya mencakup kondisi fisik dan kimia, tetapi juga hewan dan manusia yang mempunyai pengaruh besar terhadap tumbuhan (Loveless 1983).


(2)

5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Cendrawasih hibrida di Taman Nasional Wasur Merauke merupakan hasil kawin silang antara P. apoda dan P. raggiana. Cendrawasih hibrida memiliki karakteristik yang merupakan perpaduan antara P. apoda dan P. raggiana.

Perilaku lek burung hibrida di habitat hutan primer dan kebun berbeda mulai dari frekuensi, durasi, dan waktu, tetapi tahapan dan postur display (wing pose, pump, bow, dan dance) sama. Perilaku lek burung hibrida merupakan perpaduan “Mixed leks” antara cendrawasih kuning besar (P. apoda) dan cendrawasih raggiana (P. raggiana). Perilaku lek sering dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08.00 sampai 11.00 WIT.

Frekuensi perilaku harian di habitat hutan primer mulai dari aktivitas yang sering dilakukan antara lain gerak pindah (30%), perawatan tubuh (27%), penggunaan ruang (17%), bersuara (14%), makan (11%), tidur (0%) dan perilaku lek (1%). Pada habitat kebun berturut-turut perawatan tubuh (38%), gerak pindah (23%), penggunaan ruang (18%), bersuara (11%), makan (9%), tidur (1%) dan perilaku lek (0%).

Pohon yang digunakan untuk lek di dua habitat memiliki karakteristik pohonnya tinggi dan memiliki diameter batang yang besar, daun lebar, dahan horizontal dan arah dahan menghadap ke barat daya dan timur laut. Tumbuhan yang digunakan untuk lek dan mencari makan diantaranya Mangifera gedebe, Ficus nodosa, Rhodamnia sp., Ficus nodosa, and Ficus sp.

Habitat lek pada hutan primer vegetasinya lebih jarang, jarak antara pohon lek dengan pohon sekitar lebih jarang, didominasi oleh tumbuhan pohon, jumlah dan jenis tumbuhan lebih sedikit. Pada habitat kebun vegetasinya dan jarak antara pohon lek dengan pohon sekitar rapat, didominasi oleh tumbuhan kebun, jumlah dan jenis tumbuhan lebih banyak.

5.2 Saran

1. Penelitian lebih lanjut mengenai filogenetik dan analisis hormon burung hibrida

2. Perlu dilakukan penelitian yang sama dengan biogeografi yang lebih luas dan jumlah individu yang lebih banyak untuk

3. Pengamatan perilaku lek burung cendrawasih di Taman Nasional Wasur sebaiknya dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober, pada bulan ini adalah akhir dari musim penghujan cenderung menghasilkan cuaca sejuk dan kering. 4. Pengelola Taman Nasional Wasur sebaiknya melakukan monitoring kondisi

habitat dan populasi burung cendrawasih

5. Pengelola hendaknya menetapkan jarak pengamatan minimum, hal ini untuk mencegah gangguan yang dapat mengubah perilaku harian dan perilaku lek burung cendrwasih.

6. Penduduk setempat agar idak melakukan perburuan liar terhadap burung cendrawasih di habitat alaminya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anegay K. 1994. Diurnal and nocturnal activity patterns of semi-captive Houbara Bustards Chlamydotis Undulata. Sand grouse.16: 41-6.

Andersson L, Simmons LW. 2006. Sexual selection and mate choice. J. Elsivier. 21:298-302.

Alcock. 2005. Animal Behavior. Eight Edition. Sunderland (US):Sinauer Associates.

(BMKG) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Merauke. 2013. Merauke (ID).

Ball GF, Balthazart J. 2007. Individual variation and the endocrine regulation of behaviour and physiology in birds: a cellular/molecular perspective. Philosophical Transactions of the Royal Society B. 363:1699-1710.

Beehler B. 1983a. Lek behavior of the Lesser Bird of Paradise. J. Ornithology. 100:993-994.

Beehler B. 1983b. Frugivory and polygamy in Birds of Paradise. J. Ornithology. 100:4-6.

Beehler B, Davis WE. 1994. Nesting behavior od a Raggiana Bird of Paradise. Wilson Buletin.106(3):522-530.

Beehler B, Pratt TK, Zimberman DA. 2001. Burung Burung di Kawasan Papua. Bogor (ID) : LIPI Puslitbang Biologi.

Bischoff RJ, Gould JL, Rubenstein DI. Tail size and female choice in the guppy ( Poecilia reticulata). Behavioral Ecology and Sociobiology. 17:253-255. Bookhout TA. 1996. Research and Management Techniques for Wildlife and

Habitats. Maryland (AU): The wildlife Society Bethesda.

Barbour GM, Burk Jk, Pitts WD. 1987. Terrestrial Plant Ecology. New York (US): The Benyamin/Cummings Publishing Company.

Carranza J, Hidalgo EJ, Ena V. 2011. Mating system flexibility in the Great Bustard: a comparative study. Bird Study.36:192-198.

Conn BJ. 1995. Handbooks of the Flora of Papua New Guinea. Vol ke-3. Australia (AU): Melbourne University Pr.

Cooper WT, Forshaw JM. 1977. The Birds of Paradise and Bower Birds. Sidney (AU): Collins Publishers.

Dawson AR, Bennet AF. 1980. Metabolism and thermoregulation in hatchling westren gulls. Cooper Ornithology Society.82:102-105.

Desmukh I. 1992. Ecology and Tropical Biology. California (US): Blackwell Scientific Publication.

Diamond JM. 1972. Avifauna of the Eastern Highlands of New Guinea. New York (US): Cambrigde University Pr.

Dinsmore JJ. 1970. Courtship behavior of the Greater Bird of Paradise. Auk.87:305-321.

Dudley SD, Salisbury RS, Adkins-Regan EK, Weisz J. 1984. Courtship stimulates aromatase activity in preoptic area of brain in male ring doves. Endocri nology. 115:1224–1226.

Fachrul MF. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Frith BC, Behleer BM. 1998. The Birds of Paradise. Oxford (US): Oxford


(4)

Fusani L. 2008. Testosterone control of male courtship in birds. J. Elsevier. 54:227-233.

Gilliard ET. 1962. On the breeding behavior of the cock-of-the-rock (Aves, Rupicola rupicola). Bulletin American Museum National History. 124:31-68.

Gilliard ET. 1969. Birds of Paradise and Bower Birds. New York (US): Natural History Press.

Grant PR, Grant BR. 1992. Hybridization of bird species. J. Science.256:193-197. Hafner H, Boy V, Gory G. 1982. Feeding methods, flock size and feeding

success in the Little Egret Egretta garzetta and the Squacco Heron Ardeola ralloides in Camargue, Southern France. Ardea.70:45-5. Hailman JP. 1985. Behaviour Ornithology in Laboratory and Field. New York

(US): Academic Pr.

Heads M. 2002. Birds of Paradise, vicariance biogeography and terrane tectonics in New Guinea. J. Biogeography.29:261-283.

Heads M. 2001. Birds of paradise (Paradisaeidae) and bowerbirds (Ptilonorhynchidae): regional levels of biodiversity and terrane tectonics in New Guinea. J. Zoologi. 255:331-339.

Henti EE. 1981. Handbooks of the Flora of Papua New Guinea. Vol ke-2. Australia: Melbourne University Pr.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Irestedt M, Jønsson KA, Fjeldsa J, Charistidis L, Ericson PG. 2009. An unexpectedly long history of sexual selection in birds-of-paradise. BMC Evolutionary Biology.9:235.

Jankowaski JE, Graham GH, Para LJ, Robinson SK, Seddon N, Tobias JA. 2012. The role competition in structuring tropical bird communities. Ornitologia Neotropical.23:115-124.

Jiguet F, Bretagnolle V. 2001. Courtship behaviour in a lekking species: individual variations and settlement tactics in male little bustard. J. Elesevier. 55:107–118.

Kartikasari A, Beehler B, Marshall J. 2012. Ekologi Papua. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan Conservation International.

La Hisa, Anwar S, Suprajitno A. 2012. Pengenalan Jenis Tumbuhan Berkayu di Taman Nasional Wasur. Merauke (ID): Balai TamanNasionalWasur.

Lecroy M. 1981. The Genus Paradisaea: display and evolution. American Museum Novitates.2714:1-52.

Loveless AR. 1983. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakarta (ID): Gramedia.

Lowe PR. 1923. Description of Paradisea apoda luptoni. Bulletin of the British Ontithologists' Club. 43:10.

Mackenzie A, Reynolds JD, Brown VJ, Sutherland WJ. 1994. Variation in male mating success on leks. The American Naturalist. 145(4):633-653.

McGarty C, Yzerbyt VY, Spears R. 2002. Stereotypes as explanation. New York (US): Cambridge University Pr.

Martin P, Bateson P. 1986. Measuring Behaviour. New York (US): Cambrigde University Pr.

Martinez C. 2000. Daily activity patterns of Great Bustards Otis Tarda. Ardeola.47:57-68.


(5)

Mayr E. 1962. Family Paradisaeidae. In Check-list of birds of the world (ed.E.Mayr & J.C.Greenway Jr). MA:Museum of Comparative Zoology 15:181-204.

Nolan PM, Hill GE. 2004. Female choice for song characteristics in the house finch. Animal Behavior. 67:403-410.

Payne RB.1984. Sexual selection, lek and arena behavior, and sexual size dimorphism in birds. American Ornithologists Union. 1-45.

Puttick GM. 1979. Foraging behaviour and activity Budgets of Curlew Sandpipers. Ardea.67:111-122.

Pienkowski MW. 1983. Changes in the foraging pattern of plovers in relation to environmental factors. Animal Behaviour.31:244-264.

Prum RO, Vololontiana, Razafindratsita R. 1997. Lek behavior and natural history of the velvet asity (Philepina Castanea: Eurylaimidae). The Wilson Bulletin. 109(3):371-392.

Prijono SN, Handini S. 1998. Memelihara, Menangkar, dan Melatih Nuri. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Setiadi D. 2005. Keanekaragaman spesies tingkat pohon di Taman Wisata Alam Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Biodiversitas.6:118-122.

Seth W, Coleman, Gail L, Patricelli, Gerald B. 2004. Variable female preferences drive complex male displays. Nature. 428:

Shekib D, Kim D, Jeff P, Hamid S. 1997. Evolution of Leks. New York (US): New York Universiry.

Sutisna U, Suyatman HC. 1984. Komposisi Jenis Hutan Bekas Tebangan di Malili Sulawesi Selatan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Short LL. 1969. Taxonomic aspects of avian hybridization. Auk.86:84-105. Short LL. 1993. The life of bird of the world and their behavior. New York (US):

Henry Holt and Company.

Wingfield JC, Lynn SE, Soma KK. 2001. Avoiding the ‘costs’ of testosterone: ecological bases of hormone-behavior interactions. Brain Behavior Evolution. 57:239–251.

Womersley JS. 1978. Handbooks of the Flora of Papua New Guinea.Vol ke-1. Australia (AU): Melbourne University Pr.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Merauke pada tanggal 18 April 1989 dari ayah Machmud Martin dan ibu Denok Ganefawati. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Jember, lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi Biosains Hewan pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Beasiswa Unggulan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI).

Selama mengikuti pendidikan sarjana, penulis pernah menjadi asisten praktikum Mikrobiologi. Selama mengikuti program S-2, penulis juga secara aktif mengikuti beberapa seminar nasional maupun internasional. Penulis telah menyusun artikel yang berjudul First Description of Lek Behaviour in Hybrid Gretaer Bird of Paradise (Paradisaea apoda) x Raggiana Bird of Paradise (Paradasaea raggiana) in Wasur National Park, Papua pada jurnal Kukila yang masih dalam tahap In-review.