Pubertas Fase Estrus pada Sapi

11

B. Reproduksi Sapi Bali

Reproduksi pada hewan merupakan suatu proses yang kompleks dan dapat terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus reproduksi Toelihere, 1985. Hardjosubroto 1994 menyatakan bahwa produktivitas sapi khususnya sapi potong biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat reproduksi dan pertumbuhan. Reproduksi yang normal melingkupi penyerentakkan serta penyesuaian banyak mekainsme fisiologik.

1. Pubertas

Pubertas dapat didefinisikan sebagai umur atau waktu seekor ternak yang organ- organ reproduksinya mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi Toelihere, 1985. Pada umumnya semua hewan akan mencapai kedewasaan kelamin sebelum dewasa tubuh. Perkembangan dan pendewasaan alat kelamin dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bangsa sapi dan manajemen pemberian pakan Toelihere, 1985. Pada hewan betina pubertas ditandai dengan terjadinya estrus dan ovulasi. Estrus dan ovulasi pertama akan disertai oleh kenaikan ukuran dan berat organ reproduksi secara cepat. Menurut AKK 1995, umur bangsa sapi tropis mulai dewasa kelamin umur 1,5--2,0 tahun dan dewasa tubuh pada umur 2,0--2,5 tahun. Berat dewasa sapi Bali berkisar antara 211--494 kg Talib dkk., 2003.

2. Fase Estrus pada Sapi

Ternak-ternak betina menjadi estrus pada interval waktu yang teratur, namun berbeda dari spesies satu ke spesies yang lainnya Frandson, 1993. Interval 12 antara timbulnya satu periode estrus ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus estrus. Siklus estrus pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus Marawali, dkk., 2001. Berikut ini dapat dilihat level hormon dan aktivitas ovarium pada siklus estrus. Gambar 1. Level Hormon dan Aktivitas Ovarium pada Siklus Estrus Sumber : Mottershead 2001 Proestrus adalah fase sebelum estrus yang ditandai dengan folikel de graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan ekstradiol yang makin bertambah. Pada periode ini terjadi peningkatan di tuba fallopii, sekresi estrogen ke urine meningkat, dan terjadi penurunan konsentrasi progresteron dalam darah. Pada akhir periode ini hewan betina biasanya memperlihatkan perhatiannya pada hewan jantan Toelihere, 1985. Estrus didefinisikan sebagai periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina Toelihere, 1985. Menurut Frandson 1993, fase estrus ditandai dengan sapi yang berusaha dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan bening dari vulva dan peningkatan sirkulasi sehingga tampak PGF2α 13 merah. Lama estrus pada sapi sekitar 12--24 jam Toelihere, 1985 dan Putro, 2008. Selama atau segera setelah periode ini, terjadilah ovulasi. Ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan penaikan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi, folikel membesar dan turgid serta ovum yang ada di situ mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira-kira pada saat pecahnya folikel ovari atau terjadinya ovulasi Frandson, 1993. Metestrus adalah periode setelah estrus yang ditandai dengan corpus luteum tumbuh cepat dari sel-sel granulosa Toelihere, 1985. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya LTH Luteotropic Hormone yang disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini terdapat penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari Frandson, 1993. Selama metestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai berubah menjadi jaringan luteal, menghasilkan corpus luteum. Fase ini sebagian besar berada di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum Frandson, 1993. Pada sapi, kuda, babi, dan domba lama metestrus kurang lebih 3--4 hari Toelihere, 1985. Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus estrus, corpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata Marawali, dkk., 2001. Pada fase ini mulai terjadi perkembangan folikel- folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke proestrus. Pada sapi lama diestrus kurang lebih 13 hari Toelihere, 1985. 14

3. Lama estrus

Dokumen yang terkait

PENGARUH PARITAS TERHADAP PERSENTASE ESTRUS DAN KEBUNTINGAN PADA SAPI BALI YANG DISINKRONISASI ESTRUS DENGAN DUA KALI PENYUNTIKAN PROSTAGLANDIN F 2 α (PGF 2 α )

2 48 34

PENGARUH PARITAS TERHADAP PERSENTASE ESTRUS DAN KEBUNTINGAN SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DISINKRONISASI ESTRUS MENGGUNAKAN PROSTAGLANDIN F2α (PGF2α)

1 17 32

RESPON KECEPATAN TIMBULNYA ESTRUS DAN LAMA ESTRUS PADA BERBAGAI PARITAS SAPI BALI SETELAH DUA KALI PEMBERIAN PROSTAGLANDIN F2α (PGF2α

0 36 32

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BALI

2 25 50

PENGARUH CARA PEMBERIAN KONSENTRAT-HIJAUAN TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PERFORMA SAPI PERANAKAN SIMENTAL

0 4 52

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR SUPER ACI

0 0 6

RESPONS ESTRUS SAPI RESIPIEN FH YANG DISINKRONISASI DENGAN HORMONE GnRH, ESROGEN, PROGESTERON DAN PROSTAGLANDIN ESTRUS RESPONSE OF FH COWS RECIPIENT AFTER SYNCHRONIZED WITH GnRH HORMONE, ESROGEN, PROGESTERON DAN PROSTAGLANDIN

0 0 10

PENGGUNAAN PREPARAT PROGESTERON DAN HORMON GnRH DALAM PENENTUAN ESTRUS PADA PROGRAM SUPEROVULASI SAPI LIMOSIN USING PREPARATE PROGESTERONE AND HORMONE PROGESTERONE GnRH IN THE DETERMINATION OF ESTRUS IN CATTLE LIMOUSINE SUPEROVULATION PROGRAM

0 1 10

23 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN FERMENTASI URIN SAPI

0 1 7

RESPON ESTRUS DOMBA GARUT BETINA PADA PERLAKUAN LASERPUNTUR DENGAN FASE REPRODUKSI YANG BERBEDA

0 0 6