Bakteri Gram-Positif dari Air Kemih

Laporan Kasus

Bakteri Gram-Positif dari Air Kemih
Rosihan Anwar
Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Medan

penyebab terbanyak yang dilaporkan adalah Escherichia coli. Akan tetapi, belakangan ini bakteri
kokus gram-positif cenderung meningkat sebagai penyebab ISK. Studi biakan telah dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Medan. Studi
dilakukan secara acak pada kurun waktu Januari hingga Desember 2006, terhadap 100 bahan air
kemih arus tengah penderita ISK. Hasilnya ternyata menunjukkan Staphylococcus aureus 40
strain dan Staphylococcus saprophyticus 18 strain.
Kata kunci: bakteri gram-positif; air kemih
Abstract: Gram-positive and gram-negative bacteria may cause urinary tract infection.
Escherichia coli is the most common cause of UTI. However, recently gram-positive coccus is
increase in number as an etiology of UTI. A culture study had been done to a total of 100
midstream urine specimens of patients with UTI, from January to December 2006 at Laboratory
of Microbiology, Faculty of Medicine, Universitas Islam Sumatera Utara in Medan. The study was
showed 40 strains of Staphylococcus aureus and 18 strains of Staphylococcus saprophyticus.

Keywords: gram-positive bacteria; urine

PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan
infeksi yang disebabkan oleh pelbagai bakteri,
baik bakteri gram-positif maupun gramnegatif. Infeksi ini ditemukan pada semua
umur, pada pria dan wanita. Gejalanya
bervariasi dari yang ringan hingga berat dan
infeksi dapat berlanjut bila tidak diobati
1
bahkan dapat membahayakan jiwa penderita.
Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan
laboratoris. Diagnosis laboratoris ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan mikrobiologik
untuk mengetahui etiologi dan sekaligus dapat
dilakukan uji kepekaan terhadap pelbagai
antibiotik.
Escherichia coli adalah bakteri gramnegatif yang sering dilaporkan sebagai
penyebab tersering dari ISK. Akan tetapi,
akhir-akhir ini bakteri gram-positif ternyata

mulai menunjukkan kecenderungan meningkat
sebagai
penyebab
ISK,
antara
lain
Staphylococcus
aureus
dan
Staph.
saprophyticus.

36

Untuk mengetahui frekuensi bakteri
gram-positif penyebab ISK tersebut, dilakukan
studi deskriptif biakan air kemih arus tengah
secara acak dari Januari hingga Desember
2006, di Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara,

Medan.
BAHAN DAN CARA KERJA
Bahan studi adalah 100 bahan air kemih
arus tengah dari penderita ISK. Penderita ini
berasal dari kiriman dokter, klinik swasta, dan
rumah sakit di sekitar Medan.
Seratus bahan air kemih tersebut
diperiksa secara mikrobiologik (pembiakan)
2,3
dengan cara yang lazim dan baku.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.
Hasil pembiakan 100 bahan air kemih
Pertumbuhan
Satu bakteri
Dua bakteri

Total
90
10


Majalah Kedokteran Nusantara Volume
41 y No.
1 y Maret
2008
Universitas
Sumatera
Utara

Rosihan Anwar

Bakteri Gram-Positif dari Air Kemih

Hasil pembiakan menunjukkan bahwa
dari satu bahan dapat tumbuh satu bakteri
sehingga
total
bakteri
yang
tumbuh

berdasarkan spesies sebanyak 120 strain.
Tabel 2.
Total bakteri yang diisolasi dari 100 bahan air
kemih berdasarkan pulasan metode gram
Bakteri
Gram-positif
Gram-negatif

Total
56
64

Persentase
46,66
53.34

Berdasarkan
pengelompokan
dengan
pulasan metode Gram ternyata jumlah bakteri

gram-positif mendekati jumlah bakteri gramnegatif.
Tabel 3.
Frekuensi bakteri yang diisolasi dari 100 bahan air
kemih
Bakteri
Staphylococcus aureus
Staphylococcus saprophyticus
Escherichia coli
Proteus vulgaris
Proteus mirabilis
Morganella morganii

Total
38
18
42
12
8
2


Persentase
31,66
15,00
35,00
10,00
6,66
1,68

Pada tabel III tampak bahwa jumlah strain
Staphylococcus aureus frekuensinya mendekati
jumlah strain Escherichia coli.
Bakteri gram-positif pada studi ini
menunjukkan frekuensi mendekati bakteri
gram-negatif. Hal ini diduga karena terjadinya
pergeseran penyebab akibat berbagai faktor,
antara lain penggunaan antibiotik yang tidak
rasional dan berlebihan, serta perubahan
4
genetik atau mutasi bakteri. Frekuensi bakteri
gram-positif yang tinggi ini juga telah

5
6
dikemukakan oleh Brown , Sujudi dkk. dan
7
Anwar. Staphylococcus aureus merupakan
bakteri yang sangat virulen yang dapat
menyebabkan infeksi, termasuk di saluran
kemih; terutama pada penderita dengan
‘indwelling catheters’. Pada era pra-antibiotik,
Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi
ginjal hematogen yang menimbulkan abses
8
korteks dan perinefrik. Pada era antibiotik,
bakteri ini dikaitkan dengan manipulasi
saluran kemih, termasuk kateterisasi saluran
kemih, dan penggunaan antibiotik.
Staphylococcus saprophyticus merupakan
penyebab kedua paling sering ISK pada wanita
8,9
dewasa muda. Meskipun telah ditemukan

strain yang resisten penisilin, tetapi organisme
ini sensitif terhadap sebagian besar antibiotik

8

lainnya. Staphylococcus saprophyticus tergolong
ke dalam staphylococci koagulase-negatif,
tidak memfermentasi mannitol dan resisten
8,10
terhadap novobiosin.
Pertumbuhannya
tidak secepat E.coli atau Staph.aureus dalam
8
air kemih atau media biakan rutin.
Bakteri gram-negatif yang terbanyak
ditemukan adalah E.coli. Data dari luar negeri
mengemukakan bahwa sekitar 90% ISK
disebabkan oleh E.coli, sedangkan di Indonesia
E.coli merupakan penyebab ISK yang paling
sering tetapi kekerapannya tidak sampai

8,11
90%.
KESIMPULAN
Hasil pembiakan 100 bahan air kemih
penderita ISK didapatkan bakteri gram-positif
sebanyak 56 biakan, yang terdiri atas
Staphylococcus aureus 38 strain dan Staph.
saprophyticus 18 strain. Sedangkan bakteri
gram-negatif yang ditemukan, antara lain
E.coli, Proteus vulgaris, P.mirabilis, dan
Morganella morganii.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bailey WR, Scott EG. Diagnostic
Microbiology, 4th edn. St.Louis: Mosby,
1974: 70-74.
2. Tandjung A, Anwar R, Nasution K.
Kuman non-spesifik yang diisolir dari air
kemih dan hasil uji kepekaan in vitro
dibekacin dan antibiotika lain. Dalam
Josodiwondo S, Utji R, Warsa UC (eds.),

Mikrobiologi di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia,
1983: 125-131.
3. Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS.
Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology,
th
12 edn. St. Louis: Mosby Elsevier, 2007:
842-55.
4. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Jawetz,
Melnick
&
Adelberg’s
Medical
Microbiology, 19th edn. East Norwalk:
Appleton & Lange, Prentice Hall, 1991:
194-9.
5. Brown

CB.

Urinary

tract

infections.

Medicine, 1972: 9: 808.
6. Sujudi dkk. Pola resistensi kuman-kuman.
Cermin Dunia Kedokteran, 1976: 10: 569.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 1 y Maret 2008

Universitas Sumatera Utara37

Karangan Asli

7. Anwar R. Bakteri Gram-positif dari air
kemih penderita infeksi saluran kemih.
Kongres Nasional IV PAMKI. Semarang:
2000.
8. Kunin CM. Detection, Prevention and
Management of Urinary Tract Infections,
th
4 edn. Philadelphia: Lea & Febiger,
1987: 156-9.
9. Baron EJ, Chang RS, Howard DH, et al.
Medical Microbiology: A Short Course.
New York: Wiley-Liss, 1994: 130-1.

38

10. Tally FP. Staphylococci: Abscesses and
other disease. In Schaechter M, Medoff
G, Eisenstein BI (eds.), Mechanisms of
Microbial Disease, 2nd edn. Baltimore:
Williams & Wilkins, 1993: 187-97.
11. Sidabutar RP, Prodjosudjadi W, Rahardjo
P. Diagnostik infeksi saluran kemih.
Dalam Sidabutar RP, Oesman R,
Suhardjono, Siregar P (eds.), Infeksi
Saluran
Kemih:
Diagnostik
dan
Penatalaksanaan. Jakarta: Perhimpunan
Nefrologi Indonesia-Zambon, 1988: 1-13.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume
41 y No.
1 y Maret
2008
Universitas
Sumatera
Utara