Pertanggungjawaban Bank Pada Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Dalam Transaksi Mencurigakan

Pertanggungjawaban Bank Pada Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Dalam Transaksi Mencurigakan
Sulvia Triana Hapsari
Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
Abstrak Pada umumnya harta yang berasal dari hasil tindak pidana tidak langsung dibelanjakan atau digunakan oleh para pelaku kejahatan karena akan mudah dilacak oleh para penegak hukum, akan tetapi hasil tindak pidana tersebut dimasukkan ke dalam sistem keuangan (financial System) terutama ke dalam sistem perbankan. Untuk mengaburkan asal-usul hasil tindak pidana tersebut terdapat tiga tahap: (1) Placement, (2) Layering, dan (3) Integration. Bank memegang peranan penting dalam tiga tahap proses pencucian uang ini dan oleh karena itu memiliki kewajiban untuk melaporkan setiap transaksi mencurigakan yang memiliki indikasi upaya pencucian uang. Transaksi mencurigakan adalah transaksi yang menyimpang dari profil, karakteristik atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan. Tidak mudah untuk menentukan transaksi mencurigakan oleh karena inl Bank Indonesia dan Kepala Pusat Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengeluarkan ketentuan mengenai Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) khususnya bagi Penyedia Jasa Keuangan diantaranya Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/23/PBI/2001 tentang perubahan atas PBI No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/29/DPNP tanggal 13 Desember 2001 tentang Pedoman Standar Prinsip Mengenal Nasabah, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/1/KEP. PPATK/2O03 tentang Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Bagi Penyedia Jasa Keuangan, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP. PPATK/2003 Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/6/KEP. PPATK/2003 tentang Pedoman Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 3/I/KEP. PPATK/2004 tentang Pedoman Laporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata Cara Pelaporannya Bagi Penyedia Jasa Keuangan. Bank akan dikenai sanksi apabila sengaja tidak melaporkan adanya transaksi mencurigakan pada banknya sebagaimana yang terdapat dalam pasal 8 Undang-undang No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 25 tahun 2003. Akan tetapi tidak dicantumkan secara jelas didalam Undang-undang ini tentang sanksi yang dapat dikenakan kepada pengurus bank yang melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang, hal ini tidaklah adil karena pengurus bank merupakan bagian dari bank tersebut dan dapat dimintakan pertanggungjawabannya.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara