II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kejahatan dan Kriminologi
Kejahatan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang telah disahkan oleh hukum
tertulis hukum pidana.
27
Menurut Bonger kejahatan adalah perbuatan anti sosial yang secara sadar mendapatkan reaksi dari negara berupa pemberian derita dan
kemudian, sebagai reaksi-reaksi terhadap rumusan hukum mengenai kejahatan.
Richard Quinney berpendapat bahwa kejahatan adalah suatu rumusan tentang perilaku manusia yang diciptakan oleh yang berwenang dalam suatu masyarakat
yang secara politis terorganisasi; kejahatan merupakan suatu hasil rumusan perilaku yang diberikan terhadap sejumlah orang oleh orang lain; dengan
demikian kejahatan adalah sesuatu yang diciptakan.
28
Kriminologi di Indonesia memandang kejahatan sebagai pelaku yang telah diputus oleh pengadilan; perilaku yang perlu dekriminalisasi; populasi pelaku yang
ditahan; perbuatan yang melanggar norma; danatau perbuatan yang mendapatkan reaksi sosial. Kejahatan dalam KUHP misdrivenrechtdelicten diatur dalam
Buku II, yaitu Pasal 104 sampai Pasal 488 KUHP.
27
Firganefi dan Deni Achmad. 2013. Buku Ajar Hukum Kriminologi. Bandar Lampung: PKK- PUU Universitas Lampung, hlm. 11.
28
Yesmil Anwar. 2013. Kriminologi. Bandung: Refika Aditama, hlm. 178.
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pola keteraturan, keseragaman, dan sebab musabab kejahatan, pelaku, dan reaksi masyarakat
terhadap keduanya serta meliputi cara penanggulangannya.
29
Secara etimologis, kriminologi berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan atau penjahat dan
logos yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu pengetahuan tentang kejahatan atau penjahat. Istilah kriminologi pertama kali
digunakan oleh P. Topinard seorang antropolog Prancis pada tahun 1879.
30
Ruang lingkup kriminologi mencakup mempelajari manusia sebagai pelaku kejahatan,
kejahatan sebagai reaksi dari masyarakat serta penanggulangan kejahatan termasuk penegak hukum.
B. Pengertian Kejahatan Penculikan Bayi
Penculikan berasal dari kata culik atau menculik yang berarti mencuri atau melarikan orang lain dengan maksud tertentu dibunuh, dijadikan sandera,
sedangkan penculik berarti orang yang menculik, dan penculikan adalah proses, cara atau perbuatan menculik.
Kitab Undang-Undang Pidana KUHP tidak menyebutkan istilah penculikan bayi, tetapi yang ada adalah istilah membawa pergi seseorang dari tempat
kediamannya dan tidak menyebutkan ketentuan mengenai umur seseorang yang dibawa pergi. Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 328 yaitu:
“Barangsiapa membawa pergi seseorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara dengan maksud untuk menempatkan orang
itu secara melawan hukum dibawah kekuasaannya atau kekuasaan orang
29
Andi Hamzah, op.cit., hlm. 91.
30
Topo Santoso. 2001. Kriminologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 9.
lain, atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengsara, diancam karena penculikan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.
Unsur penculikan dari pasal tersebut adalah:
1. Unsur obyektif, adalah unsur yang terdapat di luar diri si pelaku tindak
kriminal yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan dimana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan
31
, berupa: a.
Barangsiapa Barangsiapa menunjukkan bahwa siapa saja yang apabila orang tersebut
terbukti memenuhi semu unsur yang dimaksud didalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 328 KUHP, maka ia dapat disebut
sebagai pelaku dari kejahatan tersebut. b.
Melarikan atau membawa pergi seseorang dari kediamannya Delik dalam pasal ini adalah tindakan membawa pergi seseorang dari
kediamannya dengan disertai niat untuk merampas kemerdekaan atau kebebasan seseorang tersebut.
c. Melarikan atau membawa pergi seseorang dari tempat tinggal
sementara Melarikan atau membawa pergi seseorang dari tempat tinggal
sementara merupakan tindakan merampas hak kemerdekaan si korban yang sedang berada pada tempat kediaman sementaranya ataupun di
luar tempat tinggalnya, seperti penculikan yang terjadi di rumah sakit. 2.
Unsur subyektif, adalah unsur yang terdapat dalam diri si pelaku untuk berbuat kriminal
32
, yaitu:
31
Yesmil Anwar, op.cit., hlm. 230.
32
Ibid.
a. Dengan maksud
Pada unsur ini si pelaku melaksanakan tindakan terlarangnya disertai dengan kesengajaan atau dengan kesengajaan yang bersumber pada
kehendak hatinya untuk melakukan apa yang diperbuatnya tersebut. R. Soesilo menyebutkan bahwa pelaku agar dapat dihukum berdasarkan
pasal ini, harus dapat dibuktikan bahwa pada waktu melarikan atau membawa orang tersebut harus mempunyai maksud akan membawa
orang itu dengan melawan hak dibawah kekuasaannya sendiri atau kekuasaan orang lain.
33
b. Melawan hak
Unsur melawan hak adalah kunci bahwa si pelaku penculikan bersalah, sebab dengan unsur melawan hak tindakan pelaku dikatakan sebagai
perampasan kemerdekaan dan sekaligus menyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah penculikan menschenroof.
Pasal lain dalam KUHP yang dapat dijadikan dasar penculikan bayi adalah Pasal 330 KUHP, yaitu:
1 “Barangsiapa dengan sengaja menarik orang yang belum cukup umur
dari kekuasaan yang menurut undang-undang ditentukan atas dirinya atau dari pengawasan orang yang berwenang untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
2 Bilamana dalam hal ini dilakukan tipu muslihat, kekerasan atau
ancaman kekerasan, atau bilamana anaknya belum berumur dua belas tahun,
dijatuhkan pidana penjara paling lama sembilan tahun”. Padanan Pasal 330 KUHP terdapat dalam W.v.S. Netherland, yaitu Pasal 279 Sr.
yang isinya sama persis dengan Pasal 330 kecuali ancaman pidananya yang di
33
R. Soesilo. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Bogor: Politea. 1996, hlm. 234.