PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA INOVTAIF UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI MAHASISWA PADA TOPIK KESETIMBANGAN KIMIA.
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA INOVATIF UNTUK MENGATASI
MISKONSEPSI MAHASISWA PADA TOPIK KESETIMBANGAN KIMIA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh:
Atika Ramadani
NIM : 8156141001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
ABSTRAK
Atika Ramadani. Pengembangan Lembar Kerja Inovtaif untuk Mengatasi
Miskonsepsi Mahasiswa pada Topik Kesetimbangan Kimia.
Pengembangan lembar kerja inovatif untuk mengatasi miskonsepsi
mahasiswa pada topik kesetimbangan kimia dijelaskan pada penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi mahasiswa kimia
Universitas Negeri Medan dan penggembangan lembar kerja inovatif untuk
mengatasi miskonsepsi yang terjadi. Sampel dipilih secara purpose sampling.
Sampel adalah mahasiswa kimia semester IV berjumlah 135 mahasiswa sebanyak
5 kelas dengan kode A, B, C, D dan E dan untuk uji coba terbatas lembar kerja
inovatif yang telah dikembangkan dipilih kelas dengan kode E. Intrumen
penelitian ini adalah tes diagnostik Three-Tier Test (TTT) kesetimbangan kimia
dan wawancara. Pengumpulan data dilakukan 2 tahap yaitu (1) analisis
miskonsepsi menggunakan tes diagnostik TTT keseluruh sampel. (2) efektivitas
penggunaan lembar kerja untuk mengatasi miskonsepsi menggunakan tes
diagnsotik akhir TTT pada kelompok dengan kode E. Teknik analisis data dengan
uji normalitias digunakan uji klomogorov-smirnov dan uji homogenitas uji
Leneve’s serta uji hipotesis digunakan uji paired sample t test. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh: (1) sebanyak 56,42% mahasiswa kimia semester IV
Universitas Negeri Medan mengalami miskonsepsi pada topik kesetimbangan
kima berturut-turut untuk kelas dengan kode A, B, C, D dan E. (2) sumber
miskonsepsi berasal dari guru, mahasiswa dan buku. (3) miskonsepsi terjadi pada
subtopik penulisan simbol, pendekatan kesetimbangan, aplikasi prinsip Le
Chartelier, tetapan kesetimbangan, kesetimbangan heterogen, pengaruh katalis
dan hubungan derajat disosiasi dengan tetapan kesetimbangan. (4) terdapat
perbedaan miskonsepsi mahasiswa sebelum dan setelah penggunaan lembar kerja
inovatif dari hasil uji paired sample t test dengan software SPPS 22 For Windows
pada taraf signifikansi α = 0,05 dan thitung > ttabel (10,398 > 1,70) (5) Persentase
efektivitas penggunaan lembar kerja inovatif sebesar 54,69%.
Kata Kunci: lembar kerja, inovatif, tes diagnostik, three-tier test, miskonsepsi
i
ABSTRACT
Atika ramadani. Development of Innovative students’worksheet to avoid
students’ misconceptions in learning chemical equilibrium.
Development
of
innovative
students’worksheet
to
avoid
students’misconceptions in learning chemichal equilibrium have been conducted.
This research aims to determine students’misconceptions of Medan State
University and development of innovative students’worksheet to avoid
misconception. Sample is selected by purpusive sampling techniques. The total
number of samples are 135 students consist of five class by using code A, B, C, D
and E. Andthen testing students’worksheet using class with code E. Instrument in
this research is a Three-Tier Diagnostic Test in chemical equilibrium and
interview. The collect of data consist of two step, (1) analyzing misconception
using diagnostic test for sample, (2) effectiveness students’worksheet to avoid
misconception with using class E. The analyze of techniques to normality using
klomogorov-smirnov and to homogenity using Leneve’s andthen hypothesis
testing is used paired sample t test with software SPPS 22 For Windows. The
result of this research is obtained: (1) there are 56,42% misconceptions’students
of Medan State University semester IV in learning chemical equilibrium. (2)
misconseption caused by teacher, student and textbooks. (3) misconception occurs
at writing symbol, approach to equilibrium, tha application of Le Chartelier’s
principle, reliability of the equilibrium constant, heterogeneous equilibrium, effect
of a catalyst and correlation between α and Kc. (4) different between
misconceptions’students before using worksheet with after using worksheet, its is
seen result paired sample t test have significance 0,000 < 0,05 and tmach > ttable
(10,398 > 1,70) (5) the result of using students’worksheet have been developed
can avoid misconception in learning chemical equilibrium amounted 54,69%.
Keywords: worksheet, innovative, diagnostic test, three-tier test, misconception
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang
telah
melimpahkan
rahmat
dan
karunia-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul:“Pengembangan Lembar Kerja Inovatif
untuk Mengatasi Miskonsepsi Mahasiswa pada Topik Kesetimbangan
Kimia”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam yakni
Rasulullah Muhammad SAW, semoga mendapatkan syafaat dari beliau di Yaumil
Masyar kelak, Amin.
Pada kesempatan ini penulis berkenan mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Zainuddin Muchtar, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.
Ajat Sudrajat, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran dalam memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis. Kepada Ayahanda M. Hasim dan Ibunda Erni Dewita
terima kasih atas kasih sayang yang Engkau berikan, dukungan, serta
pengorbanan baik moril maupun materil yang tak terhitung nilainya dan tak dapat
dibalas dengan apapun juga.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku direktur Pasca Sarjana
UNIMED
2. Bapak prof. Ramlan Silaban, M.Si selaku ketua program studi pendidikan
kimia dan dosen narasumber yang telah banyak memberikan masukan
serta arahan dalam penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Dr. Ajat sudrajat, M.Pd selaku sekretaris Program Studi Pendidikan
Kimia
4. Bapak Dr. Mahmud, M.Sc dan Dr. Destria Roza, M.Si selaku dosen
narasumber yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kimia Pasca Sarjana
UNIMED yang telah mengajar dan mendidik penulis dalam perkuliahan.
6. Ibu Desi Yulian, S.Pd yang telah memberikan informasi dan membantu
administrasi kepada penulis.
ii
7. Teman istimewaku Cecep Sugiyana, S.Pd yang selalu memberikan
semangat dan memotivasi baik dalam keadaan suka maupun duka.
8. Adik-adikku tersayang, Rizki Ilahi dan Paramita Hasni. Terima kasih atas
doa dan motivasinya.
9. Tanteku Yanti Aisyah, S.E, oomku Alfermansyah, S.T dan Anggahku Hj.
Wanidar, S.P yang selalu memberi dukungan moril dan materil kepada
penulis selama perkuliahan yang tak terhitung nilainya.
10. Buat teman-temanku Lia, Eni, Tari, Sheila, Uur, Yogi, Bg Awi, Desy,
Kristin, Bg Nel, Biah, Buk Biah, Bu Nursyam, Nita, Dian, Heri dan atas
kebersamaan dan bantuan yang berarti bagi penulis.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan tesis
ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan
penulis terima dengan senang hati.
Medan, Maret 2017
Atika Ramadani
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi Masalah
5
1.3 Batasan Masalah
6
1.4 Rumusan Masalah
6
1.5 Tujuan Penelitian
7
1.6 Manfaat Peneltian
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Miskonsepsi
8
2.2 Miskonsepsi pada Topik Kesetimbangan Kimia
16
2.3 Certainty Response Indeks (CRI) ( Indeks Respon Keyakinan)
18
2.4 Three-Tier Diagnostic Test (TTT) (Tes Diagnostik Tiga Tingkat)
18
2.5 Identifikasi Miskonsepsi dengan Three-tier Diagnostic Test
19
2.6 Penelitian Pengembangan
20
2.7 Lembar Kerja Mahasiswa
23
2.8 Kerangka Konseptual
25
2.9 Hipotesis Penelitian
26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
28
3.3 Rancangan Penelitian
29
3.4 Instrumen Penelitian
31
iv
3.5 Teknik Analisis Data
35
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Deskripsi Penelitian
37
4.2 Analisis Intrumen dan LKM
37
4.3 Analisis Miskonsepsi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan
41
4.4 Analisis Miskonsepsi Mahasiswa pada Setiap Subtopik
42
4.5 Faktor yang Menyebabkan Miskonsepsi
49
4.6 Pengembangan Lembar Kerja
49
4.7 Uji Coba Lembar Kerja
53
4.8 Efektivitas Penggunaan Lembar Kerja
55
4.9 Pembahasan
58
4.10Keterbatasan Penelitian
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
61
5.2 Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
69
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Hal-hal yang menyebabkan miskonsepsi siswa
12
Tabel 2.2 Pengelompokan derajat pemahaman konsep
15
Tabel 2.3 Miskonsepsi pada topik kesetimbangan kimia
16
Tabel 2.4 Kriteria pengelompokan konsepsi siswa
19
Tabel 3.1 Distribusi sampel masing-masing kelas
28
Tabel 3.2 Konten pertanyaan dalam wawancara
34
Tabel 3.3 Kriteria pengelompokkan konsepsi mahasiswa
35
Tabel 4.1 Hasil uji validitas item soal
38
Tabel 4.2 Hasil uji reliabilitas item soal
39
Tabel 4.3 Hasil uji indeks kesukaran item soal
39
Tabel 4.4 Hasil uji daya beda item soal
40
Tabel 4.5 Hasil uji distruktor
40
Tabel 4.6 Persentase miskonsepsi topik kesetimbangan kimia
41
Tabel 4.7 Penyebaran soal topik kesetimbangan kimia
42
Tabel 4.8 Persentase pemahaman mahasiswa pada penulisan simbol
42
Tabel 4.9. Persentase pemahaman mahasiswa konsep pendekatan kesetimbangan
43
Tabel 4.10 Persentase pemahaman mahasiswa pada aplikasi prinsip Le Chartelier
44
Tabel 4.11 Persentase pemahaman mahasiswa pada tetapan kesetimbangan45
Tabel 4.12 Persentase pemahaman mahasiswa pada kesetimbangan heterogen
46
Tabel 4.13 Persenatse pemahaman mahasiswa pada efek katalis
46
Tabel 4.14 Persenatse pemahaman mahasiswa pada derajat disosiasi
47
Tabel 4.16 Hasil Validasi media terhadap Lembar kerja diinovasikan
50
Tabel 4.18 Persentase miskonsepsi mahasiswa (D1) dan (D2)
56
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Alur penelitian miskonsepsi
30
Gambar 3.2 Prosedur pengembangan lembar kerja
31
Gambar 4.1 Grafik pendistribusian miskonsepsi mahasiswa
48
Gambar 4.2 Persentase respon wawancara
49
Gambar 4.3 Tampilan evaluasi interaktif ada bagian pilihan ganda
52
Gambar 4.4 Tampilan evaluasi interaktif ada bagian activitas Cloze
53
Gambar 4.5 Grafik perbandingan hasil diagnostik awal dan akhir
57
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus
69
Lampiran 2. Kisi-Kisi Soal Diagnostik Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia
75
Lampiran 3. Soal Three Tier Test Materi Kesetimbangan Kimia
91
Lampiran 4. Instrumen Wawancara
102
Lampiran 5. Analisis Butir Soal
105
Lampiran 6. Persentase Distribusi Renspon Mahasiswa
108
Lampiran 7. Persentase Pemahaman Konsep Mahasiswa
113
Lampiran 8. Hasil Validasi Ahli Pada Lembar Kerja Inovatif
118
Lampiran 9. Data Hasil Tes Diagnostik Mahasiswa
120
Lampiran 10.Uji Normalitas dan Homogenitas
121
Lampiran 11.Uji Hipotesis
122
Lampiran 12.Persentase Distribusi Respon Mahasiswa Setelah Perlakuan 123
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru memiliki peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan. Hal
ini dipertegas oleh pernyataan Bell (1997) yaitu bahwa guru adalah faktor penting
dalam mengaktifkan pembelajaran siswa di setiap tingkatan kelas. Walaupun
banyak faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, namun guru
merupakan kunci yang sangat besar perannnya dalam pendidikan (Soehendro,
1996).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hattie, faktor dominan penentu
prestasi siswa adalah: (1) karakteristik siswa (49%), (2) guru (30%), (3) dan lainlain (21%) (Hurriyati, 2016). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
guru juga memiliki faktor penting dalam penentu prestasi siswa yang sejalan
dengan keberhasilan pendidikan. Masalah yang dihadapi saat ini adalah kualitas
guru di Indonesia masih rendah. Ini dibuktikan dengan kemampuan penguasaan
bidang kompetensi rata-rata calon guru berdasarkan kemampuan menjawab soal
uji kompetensi ternyata masih di bawah 50%, yaitu hanya 44% (Hurriyati, 2016).
Mahasiswa pendidikan kimia merupakan calon-calon guru yang akan
berperan serta dalam peningkatan mutu pendidikan di masa depan. Mahasiswa
dalam sebuah Perguruan Tinggi berasal dari sekolah yang berbeda. Terkadang
konsep yang mereka peroleh dari awal berbeda-beda, dikarenakan sebagai siswa
mereka mempunyai konsep awal sebelum memasuki ruang pembelajaran, dan
siswa cenderung membangun persepsi serta makna-makna yang sifatnya konsisten
dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya (Tarigan, 2011). Konsep yang
diciptakan tersebut belum sama atau berbeda dengan konsep ilmiah, konsepsi itu
yang dinamakan prakonsepsi. Kekacauan konsep yang berbeda dan suatu konsep
yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli, maka hal tersebut
dinamakan miskonsepsi. Sesuai dengan Suparno (2005) menyatakan bahwa
penafsiran konsep yang berbeda dengan konsep yang disepakati para ahli disebut
miskonsepsi (salah konsep) atau konsep alternatif (Pedrosa dan Dias, 2000;
Talanquer, 2006). Hal ini juga diperjelas oleh Berg (1991) menyatakan bahwa
2
ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai
oleh para ahli bisa menyebabkan terjadinya salah konsep atau miskonsepsi.
Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi
penyebab miskonsepsi pada siswa. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi
diringkas dalam lima kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks, konteks dan
metode mengajar (Suparno, 2005). Hal ini juga dipertegas oleh penelitian Sendur
(2012) terkait miskonsepsi guru kimia di mata kuliah kimia organik. Miskonsepsi
dapat menghambat pemahaman materi, karena konsep saling berhubungan erat
dan merupakan kunci untuk memahami konsep yang lain, sehingga miskonsepsi
pada satu konsep mengakibatkan miskonsepsi pada konsep lain (Tekkaya, 2002).
Penelitian miskonsepsi kimia selama ini masih jarang dilakukan. Dominasi
penelitian pendidikan kimia, khususnya miskonsepsi kimia terjadi sejak 17 tahun
terakhir yang dipicu oleh kenyataan bahwa kimia berisi konsep kimia yang
cenderung bersifat abstrak (Gabel, 1999; Stieff dan Wilensky, 2003). Hal ini
berbeda dengan penelitian bidang pendidikan fisika dan biologi yang telah banyak
mengkaji miskonsepsi sejak tahun 1980-an (Nakhleh, 1992). Meskipun
miskonsepsi sulit dibetulkan, tetapi jika dapat dideteksi secara dini, maka dapat
dilakukan pencegahan sesegera mungkin (Berg, 1991).
Penelitian miskonsepsi pada materi kesetimbangan kimia sangat penting.
Hal ini juga dipertegas oleh Erdemir dan kawan-kawan (2000) bahwa
kesetimbangan kimia merupakan topik yang dianggap paling sulit bagi mahasiswa
karena topik ini sangat abstrak dan beberapa kata dalam bahasa sehari-hari
digunakan dalam makna yang berbeda. Beberapa peneliti telah berusaha mengkaji
dan mengungkapkan berbagai bentuk miskonsepsi yang dialami siswa maupun
mahasiswa dalam materi kesetimbangan kimia. Diantaranya oleh Sendur dan
kawan-kawan (2011) telah melakukan penelitian berupa analisis miskonsepsi
mengenai kesetimbangan kimia. Dari penelitian ini ditemukan bahwa terjadi
kesulitan dalam memahami konsep kesetimbangan kimia dan mengaplikasikan
prinsip Le Chatelier. Penelitian Bilgin dan Uzuntiryaki (2003) juga menyatakan
bahwa terdapat empat miskonsepsi mahasiswa pada topik kesetimbangan kimia
berupa pendekatan kesetimbangan kimia, karakteristik kesetimbangan kimia,
pergeseran kesetimbangan kimia, dan pengaruh penambahan katalis.
3
Adaminata dan Nyoman (2011) juga meneliti kesalahan konsep pada
pokok bahasan kesetimbangan kimia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kesalahan konsep dalam pokok bahasan kesetimbangan kimia yaitu 1) keadaan
kesetimbangan akan tercapai jika konsentrasi pereaksi sama dengan konsentrasi
hasil reaksi, 2) tidak dapat mengaitkan nilai K dengan komposisi kimia saat
kesetimbangan, 3) pada suhu tetap, penambahan padatan atau cairan murni akan
menggeser kesetimbangan heterogen, 4) tidak dapat menentukan pengaruh dari
suatu gangguan terhadap kesetimbangan, dan 5) penambahan katalis akan
meningkatkan nilai K. selain itu, Ozmen (2008) melakukan penelitian berupa
penentuan konsepsi alternatif mahasiswa mengenai kesetimbangan kimia.
Hasilnya
adalah
mahasiswa
cenderung
mengalami
kesulitan
dalam
merepresentasikan dan memahami dinamika fenomena kimia, khususnya keadaan
kesetimbangan kimia.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengidentifikasi atau
mendeteksi miskonsepsi yang dialami siswa atau mahasiswa. Salah satunya yaitu
dengan memberikan tes multiple choice atau pilihan ganda dan wawancara (Katu,
1995). Hal ini juga dibuktikan dari penelitian Muchtar dan Harizal (2012) bahwa
penggunaan instrumen berbentuk soal pilihan ganda terbuka efektif untuk
menganalisis miskonsepsi pada topik asam basa.
Metode terbaru dalam meneliti miskonsepsi yaitu dengan menggunakan
metode Three Tier-Test yang dikenal juga dengan sebutan metode TTT. Metode
Three Tier-Test (TTT) terdiri dari tiga tingkat yaitu tingkat pertama biasanya
berbentuk pilihan ganda, tingkat kedua merupakan alasan dari jawaban pada
tingkat pertama dan tingkat terakhir merupakan indeks kepercayaan diri siswa
untuk dua tingkat sebelumnya (Pesman, 2005). Penelitian terkait dilakukan oleh
Milenkoví dan kawan-kawan pada tahun 2016 dengan mengembangkan metode
TTT dalam mendiagnostik miskonsepsi pada topik karbohidrat. Metode ini dapat
membedakan mahasiswa yang mengalami miskonsepsi dengan mahasiswa yang
tidak mengerti dan dapat memperkecil persentase menebak (Milenkoví, 2016).
Ardiansyah (2016) telah melakukan penelitian miskonsepsi siswa pada
topik ikatan kimia dengan metode TTT. Hasil penelitiannya diperoleh bahwa
terdapat miskonsepsi siswa SMA Medan pada topik ikatan kimia dengan
4
persentase 48,98%. Hal ini menunjukkan bahwa metode TTT sangat efektif untuk
mendeteksi miskonsepsi. Peneliti ingin menggabungkan dua instrumen yang telah
dikembangkan, yaitu tes pilihan ganda dengan alasan terbuka (Amir, Frankl, &
Tamir, 1987: 20, Krishnan & Howe, 1994: 654) dan tes pilihan ganda dengan
alasan tertentu pada tingkat kedua metode TTT. Jadi pada metode TTT di tingkat
pertama soal pilihan ganda, tingkat kedua alasan jawaban dari tingkat pertama
dalam bentuk tes pilihan ganda alasan tertentu dan alasan terbuka dan tingkat
terakhir indeks kepercayaan diri (CRI).
Wawancara juga dapat dijadikan instrumen dalam mendiagnostik
miskonsepsi. Hal ini juga dibuktikan oleh Unal, S., Coştu, B. dan Ayas, A. (2010)
dengan meneliti miskonsepsi siswa pada topik ikatan kimia. Unal dan kawankawan
menggunakan wawancara semi-terstruktur. Penggunaan instrumen
wawancara juga digunakan Sendur dan kawan-kawan (2011) pada topik
kesetimbangan kimia. Jenis wawancaranya adalah wawancara terstruktur dimana
terdapat pertanyaan dan tabel sebagai pedoman bagi pewawancara. Tabel berisi
topik tanggapan siswa dan persentase jawabannya. Peneliti ingin mengadopsi
instrumen yang dikembangkan Sendur dan kawan-kawan dengan menambahkan
tabel sumber informasi.
Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi tidak sama dengan proses
pembelajaran di Sekolah. Pembelajaran di Perguruan Tinggi lebih mengutamakan
kemandirian mahasiswa untuk belajar. Pengembangan lembar kerja mahasiswa
dapat menunjang pembelajaran mandiri. Ini sesuai denegan Dale (2002)
menyatakan bahwa penggunaan lembar kerja untuk pembelajaran mandiri lebih
efektif. Sehingga diperlukan pengembangan lembar kerja yang dapat menunjang
kemandirian mahasiswa dalam belajar. peneliti akan menggunakan model
penggembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation) (Padmo, 2004). Dari hasil observasi awal belum ada penggunaan
lembar kerja mahasiswa dalam perkuliahan di Universitas Negeri Medan.
Sehingga pada model pengembangan ADDIE yang digunakan berupa modifikasi
dimana pada tahap analysis tidak dilakukan dan pada tahap Development tidak
dilakukan namun digantikan dengan tahap validation.
Penginovasian lembar kerja dalam pembelajaran di Perguruan Tinggi
5
sangat dibutuhkan. Hal ini karena lembar merupakan media pembelajaran yang
efektif penunjang kemandirian mahasiswa. Lembar kerja merupakan bagian dari
bahan ajar. Bahan ajar yang baik sangat efektif dipergunakan sebagai media
pembelajaran karena berfungsi sebagai alat komunikasi membawa informasi
akurat dari sumber belajar (Silitonga & Situmorang, 2009).
Materi kimia dalam bahan ajar harus tuntas, sistematik, mudah dimengerti,
menarik, memotivasi belajar mandiri, dan memiliki materi tambahan sebagai
pengayaan sesuai dengan karakteristik pembelajaran (Situmorang, dkk., 2014).
Dalam memotivasi pembelajaran mandiri dibutuhkan lembar kerja yang inovatif.
Inovasi pada lembar kerja berupa pembelajaran interaktif. Pembelajaran interaktif
dibuat dengan menggunakan software exelearning yang dapat menunjang
penggunaan media lain dalam lembar kerja seperti pemasukkan gambar, video,
animasi dan soal-soal interaktif sehingga memotivasi belajar mandiri dan dapat
mengurangi miskonsepsi-miskonsepsi pada topik kesetimbangan kimia.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik meneliti miskonsepsi
mahasiswa dan mengembangkan lembar kerja inovatif untuk mengatasi
miskonsepsi tersebut. Oleh karena itu, penulis menggangkat penelitian dengan
judul : ”Pengembangan Lembar Kerja Inovatif untuk Mengatasi Miskonsepsi
Mahasiswa pada Topik Kesetimbangan Kimia”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut.
1. Kemampuan penguasaan bidang kompetensi rata-rata baik guru dan calon
guru masih rendah
2. Konsep awal yang dimiliki mahasiswa sering berbeda dengan konsep yang
sebenarnya.
3. Penafsiran pengetahuan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri.
4. Miskonsepsi berupa konsep alternatif yang diciptakan sendiri dari hasil
pemikiran yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya.
5. Mahasiswa mengalami miskonsepsi di topik kesetimbangan kimia.
6. Aktivitas
dominan
di
Perguruan
Tinggi
menuntut
kemandirian
6
pembelajaran.
7. Lembar kerja yang tepat dalam pembelajaran mandiri dan inovasi yang
tepat untuk lembar kerja sehingga dapat mengatasi miskonsepsi.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah dan agar penelitian ini lebih
terfokus serta keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini masalah dibatasi
pada hal-hal berikut:
1. Penguasaan konsep yang diteliti adalah konsep kesetimbangan dinamis,
hukum
kesetimbangan
kimia,
karakteristik
kesetimbangan
kimia,
pergeseran kesetimbangan kimia dan pengaruh katalis.
2. Analisis miskonsepsi menggunakan istrumen tes dengan metode three tier
test (TTT) dan wawancara
3. Menyusun lembar kerja inovatif pada materi kesetimbangan kimia
4. Komponen yang diintegrasikan ke dalam lembar kerja inovatif adalah
memadukan teknologi komputer melalui penggunaan software exelearning
2.04.
5. Uji coba lembar kerja inovatif dilakukan dengan uji coba terbatas
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa persentase besarnya tingkat miskonsepsi mahasiswa kimia di
Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia?
2. Apa saja konsep-konsep yang mengalami miskonsepsi pada mahasiswa
kimia di Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan
kimia?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan miskonsepsi mahasiswa kimia di
Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia?
4. Adakah perbedaan miskonsepsi mahasiswa sebelum penggunaan lembar
kerja inovatif dan sesudah penggunaan lembar kerja inovatif?
5. Bagaimana tingkat efektifitas penggunaan lembar kerja inovatif dalam
7
mengatasi miskonsepsi mahasiswa kimia di Universitas Negeri Medan
(UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui seberapa besar tingkat miskonsepsi mahasiswa kimia di
Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia.
2. Mengetahui pada konsep-konsep apa saja yang mengalami miskonsepsi
dalam topik kesetimbangan kimia.
3. Mengetahui penyebab miskonsepsi mahasiswa kimia di Universitas Negeri
Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia.
4. Mengetahui adanya perbedaan miskonsepsi mahasiswa penggunaan
lembar kerja inovatif dan sesudah penggunaan lembar kerja inovatif.
5. Mengetahui tingkat efektifitas penggunaan lembar kerja inovatif dalam
mengatasi miskonsepsi mahasiswa pada topik kesetimbangan kimia.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat memperkaya data ilmiah dan sebagai rujukan bagi
peneliti lanjutan yang berminat dalam mendalami permasalahan yang
sama.
2. Memberikan informasi bagi tenaga kependidikan yang dapat memperluas
wawasan pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai solusi menghadapi
kendala yang dihadapi saat pembelajaran yang berhubungan dengan
miskonsepsi.
3. Menghasilkan suatu lembar kerja inovatif yang dapat mengatasi
miskonsepsi mahasiswa.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada
BAB IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Persentase miskonsepsi mahasiswa kimia semester IV Universitas Negeri
Medan sebesar 56,42%
2. Konsep-konsep
yang
mengalami
miskonsepsi
terdapat
pada
topik
kesetimbangan dengan persentase masing-masing subtopik sebagai berikut:
a. Penulisan simbol, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang terjadi
sebesar 44,83%.
b. Pendekatan kesetimbangan, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 44,54%.
c. Aplikasi prinsip Le Chartelier, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 58,12%.
d. Tetapan kesetimbangan kimia, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 61,86%.
e. Kesetimbangan heterogen, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 85,11%.
f. Pengaruh penggunaan katalis, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 60,99%.
g. Hubungan derajat disosiasi dengan tetapan kesetimbangan, nilai rata-rata
persentase miskonsepsi yang terjadi sebesar 64,95%.
3. Faktor yang menyebabkan miskonsepsi mahasiswa berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan bersumber pada informasi guru, mahasiswa itu sendiri
dan buku.
4. Terdapat perbedaan miskonsepsi mahasiswa sebelum dan setelah penggunaan
lembar kerja inovatif pada topik kesetimbangan kimia dengan memiliki harga
signifikansi 0,000 < 0,05 dan t hitung > ttabel (10,398 > 1,70).
5. Persentase efektivitas penggunaan lembar kerja inovatif sebesar 54,69%.
62
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka peneliti menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Lembar kerja inovatif kesetimbangan kimia dapat dijadikan alternatif
pembelajaran mandiri bagi mahasiswa semester II dalam mata kuliah
kimia umum 2.
2. Tes diagnostik yang telah dikembangkan dapat dijadikan referensi bagi
dosen dalam perkuliahan kimia umum 2 pada semester II.
3. Sangat diharapkan ada penelitian selanjutnya yang meneliti penggunaan
lembar kerja inovatif ini terhadap motivasi mahasiswa dan karakter
kemampuan berfikir baik berfikir kritis maupun kreatif.
MISKONSEPSI MAHASISWA PADA TOPIK KESETIMBANGAN KIMIA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh:
Atika Ramadani
NIM : 8156141001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
ABSTRAK
Atika Ramadani. Pengembangan Lembar Kerja Inovtaif untuk Mengatasi
Miskonsepsi Mahasiswa pada Topik Kesetimbangan Kimia.
Pengembangan lembar kerja inovatif untuk mengatasi miskonsepsi
mahasiswa pada topik kesetimbangan kimia dijelaskan pada penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi mahasiswa kimia
Universitas Negeri Medan dan penggembangan lembar kerja inovatif untuk
mengatasi miskonsepsi yang terjadi. Sampel dipilih secara purpose sampling.
Sampel adalah mahasiswa kimia semester IV berjumlah 135 mahasiswa sebanyak
5 kelas dengan kode A, B, C, D dan E dan untuk uji coba terbatas lembar kerja
inovatif yang telah dikembangkan dipilih kelas dengan kode E. Intrumen
penelitian ini adalah tes diagnostik Three-Tier Test (TTT) kesetimbangan kimia
dan wawancara. Pengumpulan data dilakukan 2 tahap yaitu (1) analisis
miskonsepsi menggunakan tes diagnostik TTT keseluruh sampel. (2) efektivitas
penggunaan lembar kerja untuk mengatasi miskonsepsi menggunakan tes
diagnsotik akhir TTT pada kelompok dengan kode E. Teknik analisis data dengan
uji normalitias digunakan uji klomogorov-smirnov dan uji homogenitas uji
Leneve’s serta uji hipotesis digunakan uji paired sample t test. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh: (1) sebanyak 56,42% mahasiswa kimia semester IV
Universitas Negeri Medan mengalami miskonsepsi pada topik kesetimbangan
kima berturut-turut untuk kelas dengan kode A, B, C, D dan E. (2) sumber
miskonsepsi berasal dari guru, mahasiswa dan buku. (3) miskonsepsi terjadi pada
subtopik penulisan simbol, pendekatan kesetimbangan, aplikasi prinsip Le
Chartelier, tetapan kesetimbangan, kesetimbangan heterogen, pengaruh katalis
dan hubungan derajat disosiasi dengan tetapan kesetimbangan. (4) terdapat
perbedaan miskonsepsi mahasiswa sebelum dan setelah penggunaan lembar kerja
inovatif dari hasil uji paired sample t test dengan software SPPS 22 For Windows
pada taraf signifikansi α = 0,05 dan thitung > ttabel (10,398 > 1,70) (5) Persentase
efektivitas penggunaan lembar kerja inovatif sebesar 54,69%.
Kata Kunci: lembar kerja, inovatif, tes diagnostik, three-tier test, miskonsepsi
i
ABSTRACT
Atika ramadani. Development of Innovative students’worksheet to avoid
students’ misconceptions in learning chemical equilibrium.
Development
of
innovative
students’worksheet
to
avoid
students’misconceptions in learning chemichal equilibrium have been conducted.
This research aims to determine students’misconceptions of Medan State
University and development of innovative students’worksheet to avoid
misconception. Sample is selected by purpusive sampling techniques. The total
number of samples are 135 students consist of five class by using code A, B, C, D
and E. Andthen testing students’worksheet using class with code E. Instrument in
this research is a Three-Tier Diagnostic Test in chemical equilibrium and
interview. The collect of data consist of two step, (1) analyzing misconception
using diagnostic test for sample, (2) effectiveness students’worksheet to avoid
misconception with using class E. The analyze of techniques to normality using
klomogorov-smirnov and to homogenity using Leneve’s andthen hypothesis
testing is used paired sample t test with software SPPS 22 For Windows. The
result of this research is obtained: (1) there are 56,42% misconceptions’students
of Medan State University semester IV in learning chemical equilibrium. (2)
misconseption caused by teacher, student and textbooks. (3) misconception occurs
at writing symbol, approach to equilibrium, tha application of Le Chartelier’s
principle, reliability of the equilibrium constant, heterogeneous equilibrium, effect
of a catalyst and correlation between α and Kc. (4) different between
misconceptions’students before using worksheet with after using worksheet, its is
seen result paired sample t test have significance 0,000 < 0,05 and tmach > ttable
(10,398 > 1,70) (5) the result of using students’worksheet have been developed
can avoid misconception in learning chemical equilibrium amounted 54,69%.
Keywords: worksheet, innovative, diagnostic test, three-tier test, misconception
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang
telah
melimpahkan
rahmat
dan
karunia-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul:“Pengembangan Lembar Kerja Inovatif
untuk Mengatasi Miskonsepsi Mahasiswa pada Topik Kesetimbangan
Kimia”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam yakni
Rasulullah Muhammad SAW, semoga mendapatkan syafaat dari beliau di Yaumil
Masyar kelak, Amin.
Pada kesempatan ini penulis berkenan mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Zainuddin Muchtar, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.
Ajat Sudrajat, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran dalam memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis. Kepada Ayahanda M. Hasim dan Ibunda Erni Dewita
terima kasih atas kasih sayang yang Engkau berikan, dukungan, serta
pengorbanan baik moril maupun materil yang tak terhitung nilainya dan tak dapat
dibalas dengan apapun juga.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku direktur Pasca Sarjana
UNIMED
2. Bapak prof. Ramlan Silaban, M.Si selaku ketua program studi pendidikan
kimia dan dosen narasumber yang telah banyak memberikan masukan
serta arahan dalam penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Dr. Ajat sudrajat, M.Pd selaku sekretaris Program Studi Pendidikan
Kimia
4. Bapak Dr. Mahmud, M.Sc dan Dr. Destria Roza, M.Si selaku dosen
narasumber yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kimia Pasca Sarjana
UNIMED yang telah mengajar dan mendidik penulis dalam perkuliahan.
6. Ibu Desi Yulian, S.Pd yang telah memberikan informasi dan membantu
administrasi kepada penulis.
ii
7. Teman istimewaku Cecep Sugiyana, S.Pd yang selalu memberikan
semangat dan memotivasi baik dalam keadaan suka maupun duka.
8. Adik-adikku tersayang, Rizki Ilahi dan Paramita Hasni. Terima kasih atas
doa dan motivasinya.
9. Tanteku Yanti Aisyah, S.E, oomku Alfermansyah, S.T dan Anggahku Hj.
Wanidar, S.P yang selalu memberi dukungan moril dan materil kepada
penulis selama perkuliahan yang tak terhitung nilainya.
10. Buat teman-temanku Lia, Eni, Tari, Sheila, Uur, Yogi, Bg Awi, Desy,
Kristin, Bg Nel, Biah, Buk Biah, Bu Nursyam, Nita, Dian, Heri dan atas
kebersamaan dan bantuan yang berarti bagi penulis.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan tesis
ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan
penulis terima dengan senang hati.
Medan, Maret 2017
Atika Ramadani
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi Masalah
5
1.3 Batasan Masalah
6
1.4 Rumusan Masalah
6
1.5 Tujuan Penelitian
7
1.6 Manfaat Peneltian
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep dan Miskonsepsi
8
2.2 Miskonsepsi pada Topik Kesetimbangan Kimia
16
2.3 Certainty Response Indeks (CRI) ( Indeks Respon Keyakinan)
18
2.4 Three-Tier Diagnostic Test (TTT) (Tes Diagnostik Tiga Tingkat)
18
2.5 Identifikasi Miskonsepsi dengan Three-tier Diagnostic Test
19
2.6 Penelitian Pengembangan
20
2.7 Lembar Kerja Mahasiswa
23
2.8 Kerangka Konseptual
25
2.9 Hipotesis Penelitian
26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
28
3.3 Rancangan Penelitian
29
3.4 Instrumen Penelitian
31
iv
3.5 Teknik Analisis Data
35
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Deskripsi Penelitian
37
4.2 Analisis Intrumen dan LKM
37
4.3 Analisis Miskonsepsi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan
41
4.4 Analisis Miskonsepsi Mahasiswa pada Setiap Subtopik
42
4.5 Faktor yang Menyebabkan Miskonsepsi
49
4.6 Pengembangan Lembar Kerja
49
4.7 Uji Coba Lembar Kerja
53
4.8 Efektivitas Penggunaan Lembar Kerja
55
4.9 Pembahasan
58
4.10Keterbatasan Penelitian
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
61
5.2 Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
69
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Hal-hal yang menyebabkan miskonsepsi siswa
12
Tabel 2.2 Pengelompokan derajat pemahaman konsep
15
Tabel 2.3 Miskonsepsi pada topik kesetimbangan kimia
16
Tabel 2.4 Kriteria pengelompokan konsepsi siswa
19
Tabel 3.1 Distribusi sampel masing-masing kelas
28
Tabel 3.2 Konten pertanyaan dalam wawancara
34
Tabel 3.3 Kriteria pengelompokkan konsepsi mahasiswa
35
Tabel 4.1 Hasil uji validitas item soal
38
Tabel 4.2 Hasil uji reliabilitas item soal
39
Tabel 4.3 Hasil uji indeks kesukaran item soal
39
Tabel 4.4 Hasil uji daya beda item soal
40
Tabel 4.5 Hasil uji distruktor
40
Tabel 4.6 Persentase miskonsepsi topik kesetimbangan kimia
41
Tabel 4.7 Penyebaran soal topik kesetimbangan kimia
42
Tabel 4.8 Persentase pemahaman mahasiswa pada penulisan simbol
42
Tabel 4.9. Persentase pemahaman mahasiswa konsep pendekatan kesetimbangan
43
Tabel 4.10 Persentase pemahaman mahasiswa pada aplikasi prinsip Le Chartelier
44
Tabel 4.11 Persentase pemahaman mahasiswa pada tetapan kesetimbangan45
Tabel 4.12 Persentase pemahaman mahasiswa pada kesetimbangan heterogen
46
Tabel 4.13 Persenatse pemahaman mahasiswa pada efek katalis
46
Tabel 4.14 Persenatse pemahaman mahasiswa pada derajat disosiasi
47
Tabel 4.16 Hasil Validasi media terhadap Lembar kerja diinovasikan
50
Tabel 4.18 Persentase miskonsepsi mahasiswa (D1) dan (D2)
56
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Alur penelitian miskonsepsi
30
Gambar 3.2 Prosedur pengembangan lembar kerja
31
Gambar 4.1 Grafik pendistribusian miskonsepsi mahasiswa
48
Gambar 4.2 Persentase respon wawancara
49
Gambar 4.3 Tampilan evaluasi interaktif ada bagian pilihan ganda
52
Gambar 4.4 Tampilan evaluasi interaktif ada bagian activitas Cloze
53
Gambar 4.5 Grafik perbandingan hasil diagnostik awal dan akhir
57
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus
69
Lampiran 2. Kisi-Kisi Soal Diagnostik Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia
75
Lampiran 3. Soal Three Tier Test Materi Kesetimbangan Kimia
91
Lampiran 4. Instrumen Wawancara
102
Lampiran 5. Analisis Butir Soal
105
Lampiran 6. Persentase Distribusi Renspon Mahasiswa
108
Lampiran 7. Persentase Pemahaman Konsep Mahasiswa
113
Lampiran 8. Hasil Validasi Ahli Pada Lembar Kerja Inovatif
118
Lampiran 9. Data Hasil Tes Diagnostik Mahasiswa
120
Lampiran 10.Uji Normalitas dan Homogenitas
121
Lampiran 11.Uji Hipotesis
122
Lampiran 12.Persentase Distribusi Respon Mahasiswa Setelah Perlakuan 123
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru memiliki peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan. Hal
ini dipertegas oleh pernyataan Bell (1997) yaitu bahwa guru adalah faktor penting
dalam mengaktifkan pembelajaran siswa di setiap tingkatan kelas. Walaupun
banyak faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, namun guru
merupakan kunci yang sangat besar perannnya dalam pendidikan (Soehendro,
1996).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hattie, faktor dominan penentu
prestasi siswa adalah: (1) karakteristik siswa (49%), (2) guru (30%), (3) dan lainlain (21%) (Hurriyati, 2016). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
guru juga memiliki faktor penting dalam penentu prestasi siswa yang sejalan
dengan keberhasilan pendidikan. Masalah yang dihadapi saat ini adalah kualitas
guru di Indonesia masih rendah. Ini dibuktikan dengan kemampuan penguasaan
bidang kompetensi rata-rata calon guru berdasarkan kemampuan menjawab soal
uji kompetensi ternyata masih di bawah 50%, yaitu hanya 44% (Hurriyati, 2016).
Mahasiswa pendidikan kimia merupakan calon-calon guru yang akan
berperan serta dalam peningkatan mutu pendidikan di masa depan. Mahasiswa
dalam sebuah Perguruan Tinggi berasal dari sekolah yang berbeda. Terkadang
konsep yang mereka peroleh dari awal berbeda-beda, dikarenakan sebagai siswa
mereka mempunyai konsep awal sebelum memasuki ruang pembelajaran, dan
siswa cenderung membangun persepsi serta makna-makna yang sifatnya konsisten
dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya (Tarigan, 2011). Konsep yang
diciptakan tersebut belum sama atau berbeda dengan konsep ilmiah, konsepsi itu
yang dinamakan prakonsepsi. Kekacauan konsep yang berbeda dan suatu konsep
yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli, maka hal tersebut
dinamakan miskonsepsi. Sesuai dengan Suparno (2005) menyatakan bahwa
penafsiran konsep yang berbeda dengan konsep yang disepakati para ahli disebut
miskonsepsi (salah konsep) atau konsep alternatif (Pedrosa dan Dias, 2000;
Talanquer, 2006). Hal ini juga diperjelas oleh Berg (1991) menyatakan bahwa
2
ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai
oleh para ahli bisa menyebabkan terjadinya salah konsep atau miskonsepsi.
Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi
penyebab miskonsepsi pada siswa. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi
diringkas dalam lima kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks, konteks dan
metode mengajar (Suparno, 2005). Hal ini juga dipertegas oleh penelitian Sendur
(2012) terkait miskonsepsi guru kimia di mata kuliah kimia organik. Miskonsepsi
dapat menghambat pemahaman materi, karena konsep saling berhubungan erat
dan merupakan kunci untuk memahami konsep yang lain, sehingga miskonsepsi
pada satu konsep mengakibatkan miskonsepsi pada konsep lain (Tekkaya, 2002).
Penelitian miskonsepsi kimia selama ini masih jarang dilakukan. Dominasi
penelitian pendidikan kimia, khususnya miskonsepsi kimia terjadi sejak 17 tahun
terakhir yang dipicu oleh kenyataan bahwa kimia berisi konsep kimia yang
cenderung bersifat abstrak (Gabel, 1999; Stieff dan Wilensky, 2003). Hal ini
berbeda dengan penelitian bidang pendidikan fisika dan biologi yang telah banyak
mengkaji miskonsepsi sejak tahun 1980-an (Nakhleh, 1992). Meskipun
miskonsepsi sulit dibetulkan, tetapi jika dapat dideteksi secara dini, maka dapat
dilakukan pencegahan sesegera mungkin (Berg, 1991).
Penelitian miskonsepsi pada materi kesetimbangan kimia sangat penting.
Hal ini juga dipertegas oleh Erdemir dan kawan-kawan (2000) bahwa
kesetimbangan kimia merupakan topik yang dianggap paling sulit bagi mahasiswa
karena topik ini sangat abstrak dan beberapa kata dalam bahasa sehari-hari
digunakan dalam makna yang berbeda. Beberapa peneliti telah berusaha mengkaji
dan mengungkapkan berbagai bentuk miskonsepsi yang dialami siswa maupun
mahasiswa dalam materi kesetimbangan kimia. Diantaranya oleh Sendur dan
kawan-kawan (2011) telah melakukan penelitian berupa analisis miskonsepsi
mengenai kesetimbangan kimia. Dari penelitian ini ditemukan bahwa terjadi
kesulitan dalam memahami konsep kesetimbangan kimia dan mengaplikasikan
prinsip Le Chatelier. Penelitian Bilgin dan Uzuntiryaki (2003) juga menyatakan
bahwa terdapat empat miskonsepsi mahasiswa pada topik kesetimbangan kimia
berupa pendekatan kesetimbangan kimia, karakteristik kesetimbangan kimia,
pergeseran kesetimbangan kimia, dan pengaruh penambahan katalis.
3
Adaminata dan Nyoman (2011) juga meneliti kesalahan konsep pada
pokok bahasan kesetimbangan kimia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kesalahan konsep dalam pokok bahasan kesetimbangan kimia yaitu 1) keadaan
kesetimbangan akan tercapai jika konsentrasi pereaksi sama dengan konsentrasi
hasil reaksi, 2) tidak dapat mengaitkan nilai K dengan komposisi kimia saat
kesetimbangan, 3) pada suhu tetap, penambahan padatan atau cairan murni akan
menggeser kesetimbangan heterogen, 4) tidak dapat menentukan pengaruh dari
suatu gangguan terhadap kesetimbangan, dan 5) penambahan katalis akan
meningkatkan nilai K. selain itu, Ozmen (2008) melakukan penelitian berupa
penentuan konsepsi alternatif mahasiswa mengenai kesetimbangan kimia.
Hasilnya
adalah
mahasiswa
cenderung
mengalami
kesulitan
dalam
merepresentasikan dan memahami dinamika fenomena kimia, khususnya keadaan
kesetimbangan kimia.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengidentifikasi atau
mendeteksi miskonsepsi yang dialami siswa atau mahasiswa. Salah satunya yaitu
dengan memberikan tes multiple choice atau pilihan ganda dan wawancara (Katu,
1995). Hal ini juga dibuktikan dari penelitian Muchtar dan Harizal (2012) bahwa
penggunaan instrumen berbentuk soal pilihan ganda terbuka efektif untuk
menganalisis miskonsepsi pada topik asam basa.
Metode terbaru dalam meneliti miskonsepsi yaitu dengan menggunakan
metode Three Tier-Test yang dikenal juga dengan sebutan metode TTT. Metode
Three Tier-Test (TTT) terdiri dari tiga tingkat yaitu tingkat pertama biasanya
berbentuk pilihan ganda, tingkat kedua merupakan alasan dari jawaban pada
tingkat pertama dan tingkat terakhir merupakan indeks kepercayaan diri siswa
untuk dua tingkat sebelumnya (Pesman, 2005). Penelitian terkait dilakukan oleh
Milenkoví dan kawan-kawan pada tahun 2016 dengan mengembangkan metode
TTT dalam mendiagnostik miskonsepsi pada topik karbohidrat. Metode ini dapat
membedakan mahasiswa yang mengalami miskonsepsi dengan mahasiswa yang
tidak mengerti dan dapat memperkecil persentase menebak (Milenkoví, 2016).
Ardiansyah (2016) telah melakukan penelitian miskonsepsi siswa pada
topik ikatan kimia dengan metode TTT. Hasil penelitiannya diperoleh bahwa
terdapat miskonsepsi siswa SMA Medan pada topik ikatan kimia dengan
4
persentase 48,98%. Hal ini menunjukkan bahwa metode TTT sangat efektif untuk
mendeteksi miskonsepsi. Peneliti ingin menggabungkan dua instrumen yang telah
dikembangkan, yaitu tes pilihan ganda dengan alasan terbuka (Amir, Frankl, &
Tamir, 1987: 20, Krishnan & Howe, 1994: 654) dan tes pilihan ganda dengan
alasan tertentu pada tingkat kedua metode TTT. Jadi pada metode TTT di tingkat
pertama soal pilihan ganda, tingkat kedua alasan jawaban dari tingkat pertama
dalam bentuk tes pilihan ganda alasan tertentu dan alasan terbuka dan tingkat
terakhir indeks kepercayaan diri (CRI).
Wawancara juga dapat dijadikan instrumen dalam mendiagnostik
miskonsepsi. Hal ini juga dibuktikan oleh Unal, S., Coştu, B. dan Ayas, A. (2010)
dengan meneliti miskonsepsi siswa pada topik ikatan kimia. Unal dan kawankawan
menggunakan wawancara semi-terstruktur. Penggunaan instrumen
wawancara juga digunakan Sendur dan kawan-kawan (2011) pada topik
kesetimbangan kimia. Jenis wawancaranya adalah wawancara terstruktur dimana
terdapat pertanyaan dan tabel sebagai pedoman bagi pewawancara. Tabel berisi
topik tanggapan siswa dan persentase jawabannya. Peneliti ingin mengadopsi
instrumen yang dikembangkan Sendur dan kawan-kawan dengan menambahkan
tabel sumber informasi.
Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi tidak sama dengan proses
pembelajaran di Sekolah. Pembelajaran di Perguruan Tinggi lebih mengutamakan
kemandirian mahasiswa untuk belajar. Pengembangan lembar kerja mahasiswa
dapat menunjang pembelajaran mandiri. Ini sesuai denegan Dale (2002)
menyatakan bahwa penggunaan lembar kerja untuk pembelajaran mandiri lebih
efektif. Sehingga diperlukan pengembangan lembar kerja yang dapat menunjang
kemandirian mahasiswa dalam belajar. peneliti akan menggunakan model
penggembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation) (Padmo, 2004). Dari hasil observasi awal belum ada penggunaan
lembar kerja mahasiswa dalam perkuliahan di Universitas Negeri Medan.
Sehingga pada model pengembangan ADDIE yang digunakan berupa modifikasi
dimana pada tahap analysis tidak dilakukan dan pada tahap Development tidak
dilakukan namun digantikan dengan tahap validation.
Penginovasian lembar kerja dalam pembelajaran di Perguruan Tinggi
5
sangat dibutuhkan. Hal ini karena lembar merupakan media pembelajaran yang
efektif penunjang kemandirian mahasiswa. Lembar kerja merupakan bagian dari
bahan ajar. Bahan ajar yang baik sangat efektif dipergunakan sebagai media
pembelajaran karena berfungsi sebagai alat komunikasi membawa informasi
akurat dari sumber belajar (Silitonga & Situmorang, 2009).
Materi kimia dalam bahan ajar harus tuntas, sistematik, mudah dimengerti,
menarik, memotivasi belajar mandiri, dan memiliki materi tambahan sebagai
pengayaan sesuai dengan karakteristik pembelajaran (Situmorang, dkk., 2014).
Dalam memotivasi pembelajaran mandiri dibutuhkan lembar kerja yang inovatif.
Inovasi pada lembar kerja berupa pembelajaran interaktif. Pembelajaran interaktif
dibuat dengan menggunakan software exelearning yang dapat menunjang
penggunaan media lain dalam lembar kerja seperti pemasukkan gambar, video,
animasi dan soal-soal interaktif sehingga memotivasi belajar mandiri dan dapat
mengurangi miskonsepsi-miskonsepsi pada topik kesetimbangan kimia.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik meneliti miskonsepsi
mahasiswa dan mengembangkan lembar kerja inovatif untuk mengatasi
miskonsepsi tersebut. Oleh karena itu, penulis menggangkat penelitian dengan
judul : ”Pengembangan Lembar Kerja Inovatif untuk Mengatasi Miskonsepsi
Mahasiswa pada Topik Kesetimbangan Kimia”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut.
1. Kemampuan penguasaan bidang kompetensi rata-rata baik guru dan calon
guru masih rendah
2. Konsep awal yang dimiliki mahasiswa sering berbeda dengan konsep yang
sebenarnya.
3. Penafsiran pengetahuan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri.
4. Miskonsepsi berupa konsep alternatif yang diciptakan sendiri dari hasil
pemikiran yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya.
5. Mahasiswa mengalami miskonsepsi di topik kesetimbangan kimia.
6. Aktivitas
dominan
di
Perguruan
Tinggi
menuntut
kemandirian
6
pembelajaran.
7. Lembar kerja yang tepat dalam pembelajaran mandiri dan inovasi yang
tepat untuk lembar kerja sehingga dapat mengatasi miskonsepsi.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah dan agar penelitian ini lebih
terfokus serta keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini masalah dibatasi
pada hal-hal berikut:
1. Penguasaan konsep yang diteliti adalah konsep kesetimbangan dinamis,
hukum
kesetimbangan
kimia,
karakteristik
kesetimbangan
kimia,
pergeseran kesetimbangan kimia dan pengaruh katalis.
2. Analisis miskonsepsi menggunakan istrumen tes dengan metode three tier
test (TTT) dan wawancara
3. Menyusun lembar kerja inovatif pada materi kesetimbangan kimia
4. Komponen yang diintegrasikan ke dalam lembar kerja inovatif adalah
memadukan teknologi komputer melalui penggunaan software exelearning
2.04.
5. Uji coba lembar kerja inovatif dilakukan dengan uji coba terbatas
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa persentase besarnya tingkat miskonsepsi mahasiswa kimia di
Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia?
2. Apa saja konsep-konsep yang mengalami miskonsepsi pada mahasiswa
kimia di Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan
kimia?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan miskonsepsi mahasiswa kimia di
Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia?
4. Adakah perbedaan miskonsepsi mahasiswa sebelum penggunaan lembar
kerja inovatif dan sesudah penggunaan lembar kerja inovatif?
5. Bagaimana tingkat efektifitas penggunaan lembar kerja inovatif dalam
7
mengatasi miskonsepsi mahasiswa kimia di Universitas Negeri Medan
(UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui seberapa besar tingkat miskonsepsi mahasiswa kimia di
Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia.
2. Mengetahui pada konsep-konsep apa saja yang mengalami miskonsepsi
dalam topik kesetimbangan kimia.
3. Mengetahui penyebab miskonsepsi mahasiswa kimia di Universitas Negeri
Medan (UNIMED) pada topik kesetimbangan kimia.
4. Mengetahui adanya perbedaan miskonsepsi mahasiswa penggunaan
lembar kerja inovatif dan sesudah penggunaan lembar kerja inovatif.
5. Mengetahui tingkat efektifitas penggunaan lembar kerja inovatif dalam
mengatasi miskonsepsi mahasiswa pada topik kesetimbangan kimia.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat memperkaya data ilmiah dan sebagai rujukan bagi
peneliti lanjutan yang berminat dalam mendalami permasalahan yang
sama.
2. Memberikan informasi bagi tenaga kependidikan yang dapat memperluas
wawasan pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai solusi menghadapi
kendala yang dihadapi saat pembelajaran yang berhubungan dengan
miskonsepsi.
3. Menghasilkan suatu lembar kerja inovatif yang dapat mengatasi
miskonsepsi mahasiswa.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada
BAB IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Persentase miskonsepsi mahasiswa kimia semester IV Universitas Negeri
Medan sebesar 56,42%
2. Konsep-konsep
yang
mengalami
miskonsepsi
terdapat
pada
topik
kesetimbangan dengan persentase masing-masing subtopik sebagai berikut:
a. Penulisan simbol, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang terjadi
sebesar 44,83%.
b. Pendekatan kesetimbangan, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 44,54%.
c. Aplikasi prinsip Le Chartelier, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 58,12%.
d. Tetapan kesetimbangan kimia, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 61,86%.
e. Kesetimbangan heterogen, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 85,11%.
f. Pengaruh penggunaan katalis, nilai rata-rata persentase miskonsepsi yang
terjadi sebesar 60,99%.
g. Hubungan derajat disosiasi dengan tetapan kesetimbangan, nilai rata-rata
persentase miskonsepsi yang terjadi sebesar 64,95%.
3. Faktor yang menyebabkan miskonsepsi mahasiswa berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan bersumber pada informasi guru, mahasiswa itu sendiri
dan buku.
4. Terdapat perbedaan miskonsepsi mahasiswa sebelum dan setelah penggunaan
lembar kerja inovatif pada topik kesetimbangan kimia dengan memiliki harga
signifikansi 0,000 < 0,05 dan t hitung > ttabel (10,398 > 1,70).
5. Persentase efektivitas penggunaan lembar kerja inovatif sebesar 54,69%.
62
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka peneliti menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Lembar kerja inovatif kesetimbangan kimia dapat dijadikan alternatif
pembelajaran mandiri bagi mahasiswa semester II dalam mata kuliah
kimia umum 2.
2. Tes diagnostik yang telah dikembangkan dapat dijadikan referensi bagi
dosen dalam perkuliahan kimia umum 2 pada semester II.
3. Sangat diharapkan ada penelitian selanjutnya yang meneliti penggunaan
lembar kerja inovatif ini terhadap motivasi mahasiswa dan karakter
kemampuan berfikir baik berfikir kritis maupun kreatif.