Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

52 jasmani dan kesehatan melalui pengalaman dan penanaman sikap positif, serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani Dedikbud, 1993:1. Tujuan ini diharapkan agar dapat tercapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani khususnya tinggi dan berat badan secara harmonis, terbentuknya sikap disiplin, kejujuran, kerja sama, mematuhi peraturan, menyenangi aktivitas jasmani dan tercapainya kemampuan dalam penampilan gerakan yang lebih baik. Dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas meliputi kegiatan pokok atau intrakurikuler terdiri dari : atletik, senam, permainan, dan kesehatan, sedangkan kegiatan pilihan meliputi : renang, tennis meja, sepak takraw, pencak silat Depdikbud, 1993:3. Kegiatan pilihan ini dilakukan sesuai dengan keadaan sekolah yang ada.

2.7.2 Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pengajaran khususnya dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat dipandang sebagai seni dan ilmu. Sebagai seni, pengajaran hedaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improvisasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru mempunyai kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan proses pembelajaran selama dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Walaupun proses untuk membentuk teori pengajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehtan merupakan perjalanan yang panjang, namun upaya untuk memahami tentang proses pengajaran merupakan arah yang harus dituju, selama tentang pengajaran belum mapan, atau selama pengajaran cenderung merupakan seni, 53 maka perilaku guru dalam pengajaran akan menjadi tetap menarik untuk dikaji oleh pengamat tingkah laku setiap saat. Proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah memantau dan meningkatkan keterampilan gerak, disamping agar mereka merasa senang dan mau berprestasi dalam berbagai aktivitas Siedentop dalam bucher,1998:550. Diharapkan apabila mereka memiliki pondasi pengembangan keterampilan gerak, pemahaman kognitif dan sikap positif terhadap pendidikan jasmani kelak akan menjadi manusia dewasa yang sehat dan segar jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap. Proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah suatu proses untuk memperoleh dan menguasai pengetahuan atau keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang diperoleh dari instruksi Gane,1988:65. Pada saat siswa terlibat dalam pengalaman belajar, maka siswa sebetulnya terlibat dalam melakukan tugas gerak khusus tertentu yang terorganisir secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu Rusli Lutan, 2000:34. Pendidikan jasmani memberikan sumbangan terhadap pendidikan menyeluruh Harsuki, 1989:14. Salah satu usaha untuk mencapai keberhasilan kegiatan pemebelajaran adalah ketetapan dalam memilih metode. Sebab kemampuan dan kecakapan pengajar terhadap penguasaan metode mengajar berbeda-beda. Masing-masing individu memiliki seni dan cara yang belainan satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh bahan, situasi, dan kondisi pembelajaran. 54 Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diutamakan tidak hanya faktor psikomotornya namun juga adanya faktor afektif dan kognitif siswa. Seperti yang dilakukan Rusli Lutan 2000:36 bahwa aspek dalam pendidikan jasmani bukan hanya aspek psikomotor saja namun aspek kognitif dan aspek afektif merupakan aspek yang sangat penting dikembangkan dalam pendidikan jasmani. Dengan adanya faktor psikomotor, faktor afektif dan aspek kognitif dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan akan berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan dengan ketiga faktor tersebut dilakukan dengan seimbang. 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Syarat mutlak dalam suatu penelitian adalah metodologi penelitian. Baik buruknya penelitian atau berbobot tidaknya tergantung pada metodologinya, maka diharapkan dalam penggunaan metodologi penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi, bahwa metodologi penelitian sebagaimana yang kita kenal sekarang ini memberikan garis-garis yang cermat dan mengajukan syarat-syarat yang keras, maksudnya adalah untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari suatu penelitian dapat mempunyai karya ilmiah yang setinggi-tingginya Sutrisno Hadi, 1993:4. Populasi adalah keseluruhan penduduk yang di maksud untuk diselidiki. Populasi merupakan dari sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama, Sutrisno Hadi, 1993.220 Populasi dalam penelitian ini adalah SMA Swasta di Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang, jumlah SMA yang digunakan untuk penelitian sebanyak 4 sekolah, dengan jumlah populasi guru sebanyak 100 orang, dengan kata lain penelitian ini merupakan total sampling, berikut ini jumlah guru SMA dari setiap sekolah seperti tampak pada tabel 3.1.