33 g. Spektrofotometer Serapan Atom SSA, Shimadzu type AA-6650.
h. Shaker, IKA laboratechnik. i. Hot Plate.
j. Magnetic strirer. k. Bunsen.
l. Kawat ose. m. Stop Watch.
2. Bahan yang digunakan. a. Minyak kedelai, SunBeam.
b. Nutrient agar, Merck. c. Nutrient Broth, Merck.
d. NaCl, Merck. e.Inokulum Pseudomonas aeruginosa diperoleh dari PAU UGM FNCC. 063.
f. Cd NO
3 2
. 4H
2
O , Merck. g. CuNO
3 2
. 3H
2
O , Merck. h. Pb NO
3 2
, Merck. i. HNO
3
, Merck. j. Akuades.
k. Kapas steril. l. Alumunium foil.
m. Alkohol 96. n. Khloroform, p.a E. Merck.
o. n-Heksan, p.a E. Merck. p. Limbah pencucian perak dari industri Kota Gede Yogyakarta.
D. Prosedur Penelitian
1. Sintesis Biosurfaktan Pada Kondisi Optimum. a. Pemeliharaan biakan
P. aeruginosa disimpan dalam lemari pendingin 4 °
C sebagai biakan stok stock culture pada NA Nutrient Agar media.
34 b. Penyiapan inokulum pre-culture
P. aeruginosa ditumbuhkan dalam media cair dengan komposisi 8,0 gl Nutrient Broth, 5,0 gl NaCl pada suhu kamar 28
° C-30
° C dengan kecepatan
150 rpm selama 24 jam. Setelah tumbuh, biakan siap untuk dipindahkan ke media fermentasi.
c. Kultur fermentasi. Media fermentasi dibuat dengan komposisi Nutrient Broth 8,0 gl; 5,0 gl
NaCl, dan minyak kedelai 10 vv. Fermentasi dilakukan pada suhu kamar dengan kecepatan 150 rpm dalam tabung reaksi dengan volume 10 ml media
selama 24 jam kemudian dipindahkan ke 25 ml media dan dibiarkan selama 24 jam dengan kecepatan 150 rpm, kemudian dipindah lagi ke 250 ml media dan
dibiarkan selama 7 hari dengan kecepatan 150 rpm. d. Recovery Biosurfaktan .
Pada tahap akhir fermentasi, biosurfaktan dipisahkan dari bakteri dengan cara disentrifuge dengan kecepatan 12500 rpm selama 20 menit. Supernatan yang
dihasilkan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 0 °
C sebagai crude biospasoy crude biosurfaktan.
Supernatan yang diperoleh dari proses sentrifugasi diekstraksi menggunakan n-heksan dan kloroform. Perbandingan pelarut dengan media
fermentasi adalah 1:1 dengan dua kali ekstraksi. Untuk pertama kali media fermentasi digojog dengan pelarut n-heksan. Fase heksan atas diambil dan fase
air bawah digojog kembali dengan pelarut n-heksan. Fase heksan atas diambil dan fase air bawah digojog kembali dengan pelarut kloroform. Fase kloroform
bawah diambil dan fase air atas digojog kembali dengan kloroform. Kemudian ekstrak yang diperoleh dari fase kloroform di evaporasi menggunakan rotary
evaporator. Hasil yang diperoleh sebagai chlo-biospasoy biosurfaktan hasil pemurnian parsial.
2. Pembuatan larutan induk Pb, Cd, dan Cu 1000 ppm a. Larutan Induk Cu.
35 Menimbang CuNO
3 2
.3H
2
O sebanyak 3,72 g kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml dan dilarutkan dengan HNO
3
0,1M hingga batas. b. Larutan Induk Cd.
Menimbang CdNO
3 2
.4H
2
O sebanyak 2,74 g kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml dan dilarutkan dengan HNO
3
0,1M hingga batas. c. Larutan Induk Pb.
Menimbang PbNO
3 2
sebanyak 1,60 g kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml dan dilarutkan dengan HNO
3
0,1M hingga batas. Perhitungan pembuatan larutan induk dapat dilihat di lampiran 2.
3. Studi Awal Perbandingan Presentase Pengambilan Ion Logam Pb oleh crude biospasoy dan chlo-biospasoy
a. Pengambilan Ion Logam Pb oleh 0,1 g chlo-biospasoy. Larutan ion logam Pb 1 ppm sebanyak 10 ml ditambahkan 0,1 g chlo-
biospasoy. Larutan diatur pH = 4 dan 6, kemudian digojog dengan kecepatan 150 rpm selama 5 dan 10 menit. Setelah digojog, larutan disaring dengan
menggunakan kertas Whatman no.42. Filtrat yang dihasilkan dianalisis menggunakan SSA.
b. Pengambilan Ion Logam Pb oleh 1 ml crude biospasoy. Larutan ion logam Pb 1 ppm sebanyak 10 ml ditambahkan 1 ml crude
biospasoy. Larutan diatur pH = 4 dan 6, kemudian digojog dengan kecepatan 150 rpm selama 5 dan 10 menit. Setelah digojog, larutan disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman no.42. Filtrat yang dihasilkan dianalisis menggunakan SSA.
4. Pembuatan Larutan Induk Logam Bersaing. Logam CuNO
3 2
.3H
2
O, CdNO
3 2
.4H
2
O, dan PbNO
3 2
berturut-turut sebanyak 3,72 g, 2,74 g, 1,60 g dicampur ke dalam labu ukur 1000 ml, dan
dilarutkan dengan HNO
3
0,1M hingga batas.
36 5. Penentuan Waktu Kontak dan pH Optimum.
a..Pembuatan Kurva Standar Larutan Pb, Cd, dan Cu. Membuat larutan Pb, Cd, dan Cu dengan konsentrasi 0,5; 1,0; 1,5; 2,0;
2,5 dan 3,0 ppm. Kemudian larutan dicari absorbansinya menggunakan SSA. Lalu dibuat kurva hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi ion logam.
b. Penentuan Waktu Kontak dan pH Optimum Ion Logam Pb. Larutan Pb dengan konsentrasi 2,5 ppm sebanyak 8,0 ml, ditempatkan ke
dalam erlenmeyer 25 ml, kemudian ditambahkan crude biospasoy sebanyak 2,0 ml 0,0192 g. Larutan diatur pada pH = 2, 4, dan 6, kemudian digojog dengan
shaker pada kecepatan 150 rpm selama 0, 5, 10, 20, 30, 40, dan 60 menit untuk masing-masing pH. Kemudian larutan disaring menggunakan kertas Whatman
no 42. Filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan SSA.
c. Penentuan Waktu Kontak dan pH Optimum Ion Logam Cd. Larutan Cd dengan konsentrasi 2,5 ppm sebanyak 8,0 ml, ditempatkan
ke dalam erlenmeyer 25 ml, kemudian ditambahkan crude biospasoy sebanyak 2,0 ml 0,0192 g. Laruan diatur pada pH = 2, 4, dan 6, kemudian digojog
dengan shaker pada kecepatan 150 rpm selama 0, 5, 10, 20, 30, 40, dan 60 menit untuk masing-masing pH. Kemudian larutan disaring menggunakan kertas
Whatman no 42. Filtrat yang dihasilkan dianalisis menggunakan SSA.
d. Penentuan waktu kontak dan pH Optimum Ion Logam Cu. Larutan Cu dengan konsentrasi 2,5 ppm sebanyak 8 ml, ditempatkan ke
dalam erlenmeyer 25 ml, kemudian ditambahkan crude biospasoy sebanyak 2,0ml 0,0192 g. Larutan diatur pada pH = 2, 4, dan 6, kemudian digojog
dengan shaker pada kecepatan 150 rpm selama 0, 5, 10, 20, 30, 40, dan 60 menit untuk masing-masing pH. Kemudian larutan disaring menggunakan kerta
Whatman no 42. Filtrat yang dihasilkan dianalisis menggunakan SSA.
37 6. Pengambilan Ion Logam Pb, Cd, dan Cu oleh Media Nutrient Broth + Minyak
Kedelai Larutan ion Logam Pb, Cd, dan Cu 1 ppm masing-masing sebanyak 8,0
ml, ditambahkan 2,0 ml 0,0160 g Nutrient Broth. Kemudian diatur pH optimum dan digojog dengan kecepatan 150 rpm selama 10 menit. Larutan logam dan
NBdan Minyak kedelai kemudian disaring menggunakan kertas Whatman no 42, filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan SSA.
7. Pengambilan crude biospasoy Terhadap Ion Logam Bersaing. Larutan ion logam bersaing dengan konsentrasi 2,5 ppm sebanyak 8,0
ml, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml kemudian ditambahkan crude biospasoy sebanyak 2,0 ml 0,0192 g diatur pada pH optimum kemudian
digojog menggunakan shaker pada kecepatan 150 rpm selama waktu optimum. Kemudian larutan disaring menggunakan kertas Whatman no 42. Filtrat yang
dihasilkan dianalisis menggunakan SSA.
8. Pengambilan crude biospasoy Terhadap Ion Logam Tunggal Larutan ion logam Pb, Cd, dan Cu masing-masing 2,5 ppm sebanyak 8
ml, masing-masing dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml kemudian ditambahkan 2 ml crude biospasoy 0,0192 g diatur pada pH optimum
kemudian digojog menggunakan shaker pada kecepatan 150 rpm selama waktu kontak optimum. Kemudian larutan disaring menggunakan kertas Whatman
no.42. Filtrat yang dihasilkan dianalisis menggunakan SSA.
9. Penentuan Konsentrasi Awal Logam dalam Limbah Pencucian Perak Limbah pencucian perak diambil sebanyak 8,0 ml ditambahkan 2,0 ml
aquades dan diatur pada pH optimum, kemudian disaring menggunakan kertas Whatman no.42. Filtrat yang dihasilkan di ukur konsentrasi logamnya
menggunakan SSA. Konsentrasi yang dihasilkan sebagai konsentrasi logam awal.
38 10. Pengambilan Ion Logam Pb, Cd, dan Cu dalam Limbah Pencucian Perak oleh
crude biospasoy Limbah pencucian perak sebanyak 8,0 ml dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 25 ml, diatur pada pH optimum, kemudian ditambahkan crude biospasoy sebanyak 2,0 ml 0,0192 g dan digojog dengan shaker pada
kecepatan 150 rpm selama waktu kontak optimum. Kemudian larutan disaring menggunakan kertas Whatman no.42. Filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan
menggunakan SSA untuk mengetahui konsentrasi ion logam yang tidak terambil oleh crude biospasoy.
E. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari eksperimen adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif yang diperoleh adalah uji daya serap Pb, Cd, dan Cu oleh biosurfaktan hasil biotransformasi minyak kedelai oleh Pseudomonas aeruginosa. Untuk
mengetahui kemampuan pengambilan optimum dari biosurfaktan, maka dilakukan variasi kondisi percobaan yang meliputi waktu kontak dan pH. Efektivitas dari
pengambilan biosurfaktan terhadap ion logam, secara analitik ditentukan dengan turunnya absorbansi larutan sampel setelah proses pengambilan. Untuk mencari
konsentrasi larutan sampel setelah penambahan biosurfaktan digunakan cara regresi linear.
F.Analisis Data Analisis data pada penelitian ini menggunakan suatu data tabel dengan
mempertimbangkan variabel-variabel yang berhubungan dengan data yang diperoleh, yaitu variasi waktu kontak dan pH larutan.
Kondisi waktu kontak optimum dan pH optimum pengambilan logam berat oleh biosurfaktan dapat ditentukan dengan variasi waktu kontak dan variasi
pH secara bersama-sama. Kondisi optimum tersebut juga didukung dari analisis statistik uji Duncan.
39 Untuk mengetahui ion logam berat yang terambil digunakan
Spektrofotometer Serapan Atom SSA. Untuk mengetahui kapasitas penyerapan pada berbagai variasi pH dan waktu kontak menggunakan persamaan:
m = VCi – Cf S
Keterangan : m = Kapasitas penyerapan mgg
V = Volume larutan L Ci = Konsentrasi awal larutan mgL
Cf = Konsentrasi akhir larutan mgL S = Berat crude biospasoy g
Penentuan waktu kontak dan pH optimum diperoleh dari grafik waktu kontak versus kapasitas penyerapan crude biospasoy atau chlo-biospasoy terhadap
logam pada berbagai pH.
40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN