Efektivitas Milis Lembaga Sebagai Media Komunikasi Anggota Milis Lembaga (Studi pada Anggota Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unversitas Lampung)
ABSTRAK
Efektivitas Milis Lembaga Sebagai Media Komunikasi Anggota Milis Lembaga
(Studi pada Anggota Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unversitas Lampung) Oleh
Selvi Wulandari
Perkembangan internet membuat media atau sarana berkomunikasi semakin bervariasi, seperti adanya fasilitas mailing list atau milis. Milis adalah sistem berbagi pesan dengan media elektronik yaitu komputer, laptop maupun handphone dengan menggunakan koneksi internet, yang memungkinkan orang-orang yang tertarik pada masalah yang sama untuk saling bertukar informasi dan opini. Fasilitas milis telah menciptakan cara baru untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Seberapa besar efektivitas milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sebagai media komunikasi anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)?” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar efektivitas milis suatu lembaga sebagai media komunikasi anggota milis lembaga, yakni pada milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Responden penelitian ini diambil dengan menggunakan metode simple random sampling, sehingga dari keseluruhan anggota pengguna milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) yaitu 150 anggota. 60 anggota dari 150 anggota milis ditentukan untuk sample penelitian. Selain itu dilakukan juga wawancara di lokasi penelitian sehingga data yang dikumpulkan menjadi lebih akurat. Setelah data terkumpul, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik presentase yang disajikan dengan tabulasi tunggal, serta dengan menggunakan rumus Regresi Linier Sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan nilai r2 (r square) sebagai penggunaan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) berpengaruh terhadap efektivitas milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sebagai media komunikasi anggota milis sebesar 4,7%. Sehingga dapat dikatakan dengan mengakses milis ini, individu dapat mengetahui informasi seputar Ilmu
(2)
(3)
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Jalaludin Rahmat (2000:24), Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan cermat. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi. Menurut Nazir (2003:5) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas pada peristiwa mendatang. Dalam penelitian ini mendeskripsikan penggunaan media terhadap kepuasan anggota menggunakan milis sebagai media komunikasi dan efektivitas milis lembaga sebagai media komunikasi anggota milis lembaga.
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat, 2000:17). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (variabel X).
(4)
2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu variabel yang diduga sebagai akibat/ variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sebagai media komunikasi anggota (variabel Y).
3.3 Definisi Konseptual
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak ditelitinya yang disebut konsep. Konsep yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak:kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Dengan kata lain, konsep ialah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 2006:33-34). Sedangkan, definisi konseptual merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel yang dijadikan pedoman dalam penelitian sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang
Definisi konsep dalam penelitian ini adalah :
1. Efektivitas
Keadaan yang menunjukan sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. Efektivitas yang dimaksud disini ialah dalam bentuk pemilihan media milis sebagai media komunikasi.
(5)
2. Milis Lembaga
Milis lembaga adalah sarana komunikasi melalui internet sebagai sarana diskusi dan tukar pendapat dari anggotanya serta memudahkan tukar menukar informasi pada bidang tertentu dari anggota di seluruh dunia yang digunakan oleh lembaga yaitu dalam penelitian ini adalah milis lembaga Unila khususnya milis Jurusan Ilmu Komunikasi.
3. Media Komunikasi
Media Komunikasi adalah alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Atau media juga diartikan sebagai alat yang terletak diantara dua pihak (orang/golongan) atau sebagai perantara, penghubung. Dalam penelitian ini media komunikasi yang digunakan adalah internet.
4. Anggota Lembaga
Anggota lembaga adalah sekelompok individu yang berada dalam suatu proses yang terstruktur atau tersusun untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu seperti pesantren, taman kanak-kanak, sekolah menengah, perguruan tinggi/ universitas dan lainnya. Dalam penelitian ini adalah anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila yang meliputi dosen, alumi, mahasiswa dan mahasiswi yang mendaftarkan diri dalam milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila.
(6)
3.4 Definisi Operasional
Menurut Singarimbun (1995:46), definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Penggunaan media milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila
1. Frekuensi mengunakan Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila setiap mengakses internet dalam sebulan terakhir.
2. Durasi menggunakan Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila setiap kali penggunaan.
b. Efektivitas Efektivitas Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila sebagai Media Komunikasi Anggota Lembaga
1. Pembentukan kognisi, meliputi:
a. Pengetahuan responden tentang milis Jurusan Imu Komunikasi Unila b. Pengetahuan responden tentang isi pesan dalam milis Jurusan Ilmu
Komunikasi Unila
c. Pengetahuan responden tentang keuntungan menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila
(7)
a. Perasaan responden setiap kali menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila
b. Ketertarikan responden terhadap isi pesan dalam milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila
c. Ketertarikan responden untuk menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila sebagai media komunikasinya.
3. Pembentukan konasi, meliputi:
a. Kecenderungan responden untuk menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila sebagai sarana untuk mengisi waktu luang b. Kecenderungan responden untuk mendapatkan dan memberikan
informasi melalui milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila
c. Kecenderungan responden untuk menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila secara intens
3.5 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2005:108). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila yang menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila sebagai media untuk berkomunikasi antar anggotanya dalam pemenuhan kepuasan untuk mendapatkan informasi di Internet. Populasi dalam penelitian ini memiliki dimensi kelompok yang memiliki ciri:
(8)
1. Merupakan civitas akademika (dosen, alumni dan mahasiswa dan mahasiswi) Unila
2. Memiliki e-mail yang sudah terdaftar keanggotaannya dalam milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila.
3. Merupakan anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila baik yang berinteraksi secara aktif (membaca, dan menjawab diskusi yang ada dalam forum diskusi yang terdaftar pada masing-masing e-mail anggota milis) maupun yang berinteraksi secara pasif (hanya membaca saja atau hanya menerima informasi yang diterimanya dari hasil diskusi melalui e-mailnya masing-masing).
Dalam hal ini yang merupakan pengguna/anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila aktif dan pasif dalam menggunakan milis sebagai media komunikasi anggota sebanyak 150 orang, hal ini dari hasil pra riset yang telah dilakukan sebelumnya pada 20 Juni 2010.
3.6 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2005:109). Sampel dalam penelitian ini adalah para anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila yang menggunakan milis sebagai media komunikasi antar anggota. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel yaitu:
(9)
2 1
Nd N n
Keterangan : n = Sampel N = Populasi
d = Presisi 10% (ditetapkan sebanyak 10% yang berarti penyimpangan dalam sampel sebanyak 10% sehingga sampel akan mencapai 90%)
Sampel dalam penelitian ini yaitu :
1
2
Nd N
n
1 1 , 0 . 150
150
2
n n = 60 orang
3.7 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Hal ini dilakukan agar setiap anggota memperoleh kesempatan yang sama sebagai sampel dalam penelitian ini (Singarimbun, 1995:156). Jadi sampel yang diambil adalah anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila yang menggunakan milis secara aktif dan pasif sebagai media komunikasi antar anggota.
(10)
3.7 Sumber Data
Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah yang diperoleh dengan cara menggali secara langsung dari sumber asli dan catatan lapangan peneliti yang relevan dengan permasalahan penelitian, data primer diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden. Adapun teknik penyebaran kesioner adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada responden melalui e-mail masing-masing anggota milis. 2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung berupa dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.9 Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut : 1. Kuesioner
Yaitu daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden berkenaan dengan masalah penelitian sehingga responden hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat. Adapun proses penyebarannya dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan media internet pada account e-mail responden.
(11)
2. Wawancara
Yaitu mewawancarai sumber data, yaitu administrator dan beberapa anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Unila dengan mengajukan pertanyaan secara tidak terstruktur yang berkaitan dengan keefektivitasan milis lembaga sebagai media komunikasi anggota lembaga. Susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara.
3. Studi Pustaka
Yaitu pengumpulan data dari berbagai literatur pendukung seperti buku, jurnal penelitian atau laporan penelitian, dan internet, yang berkaitan dengan situs milis, penggunaan media dan pendekatan Uses and Gratifications.
3.10 Teknik Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data dengan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah proses pemeriksaan dan penyelesaian kembali data yang telah diisi atau dijawab oleh responden.
2. Koding
Koding merupakan tahap dimana jawaban responden diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan dengan jalan memberi tanda pada tiap-tiap data termasuk dalam kategori yang sama.
(12)
3. Tabulasi
Tabulasi adalah mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa secara teratur dan sistematis untuk kemudian dihitung berapa banyak yang masuk ke dalam suatu kategori yaitu membuat tabel tunggal.
4. Interpretasi
Interpretasi data merupakan tahapan memberikan penafsiran atau penjabaran dari data yang diperoleh agar dapat dimengerti oleh pembaca. 3.11 Teknik Pengujian Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang benar, maka instrumen harus memenuhi persyaratan tertentu. Instrumen yang baik dalam penelitian harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel. Maka, instrumen harus melalui tahap uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut:
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang shahih atau valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002:144).
Pengujian validitas instrument penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment:
rxy =
2 2 22 ( ) }{ ( )
{ ) )( ( ) ( y y N y x N y x xy N
(13)
Keterangan:
Rxy : koefisien korelasi antara variabel y dan variabel x xy : hasil perkalian variabel x dan variabel y
x : hasil skor angket variabel x y : hasil skor angket variabel y
x2 : hasil perkalian kuadrat dari hasil angket variabel x y2 : hasil perkalian kuadrat dari hasil angket variabel y N : Jumlah Sampel
2. Reliabilitas
Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dihandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali, untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Setelah hasil perhitungan per item pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi product momen diperoleh maka, angka kritik tabel korelasi nilai r . Jika nilai hitung tabel korelasi nilai r, maka pertanyaan valid. Untuk mencari realibilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus alpha cronbach sebagai berikut:
a =
2 1 2 11
1
k
k
(14)
Keterangan:
a = nilai reliabilitas instrumen k = jumlah item pertanyaan
= nilai varians masing-masing item (Ari Kunto, 1998:93)3.11 Teknik Penentuan Skor Jawaban
Setiap pertanyaan dalam kuesioner akan di beri tiga alternatif jawaban yaitu A, B, dan C. Penentuan skor untuk masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
1. Alternatif jawaban A akan di beri skor 3, yang menunjukan jawaban tinggi/interval tinggi
2. Alternatif jawaban B akan di beri skor 2, yang menunjukan jawaban sedang/interval sedang
3. Alternatif jawaban C akan di beri skor 1, yang menunjukan jawaban rendah/interval rendah.
3.13 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif, data yang diperoleh di lapangan dimasukkan ke dalam tabel tunggal untuk melihat ada tidaknya efektivitas milis lembaga sebagai media komunikasi angggota lembaga, kemudian dihitung persentasenya, dengan rumus:
% 100
x N F
(15)
Keterangan: P = persentase
F = frekuensi pada kategori variasi
N = jumlah frekuensi seluruh kategori variasi (Soekanto, 1986:288)
Kemudian data dianalisis dengan menggunakan rumus regresi linear , gunanya untuk mengetahui besarnya efektivitas milis lembaga sebagai media komunikasi anggota lembaga.
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif , dimana data yang telah terkumpul kemudian akan dianalisa dengan
menggunakan rumus regresi linear. Gunanya untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel x dan variabel y dengan rumus sebagai berikut : y = a + bx
Keterangan :
y = nilai variabel bebas yang diramalkan a = konstanta
b = koefisien regresi dari x
x = nilai variabel terikat yang diramalkan
Sedangkan untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut : a =
2
22
x x
n
xy x x
(16)
b =
2
2
x x
n
xy x xy
n
Keterangan :
y = jumlah skor dari variabel terikat x = jumlah skor dari variabel bebas n = jumlah sampel
Selanjutnya untuk mengetahui apakah regresi linear tersebut digunakan atau tidak maka dipakai rumus :
Thit = Sb
b
Keterangan :
Sb = standard error b b = koefisien regresi
Dalam pengujian signifikansi regresi linear, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Bila Thit > T tabel dengan syarat signifikansi 5%, maka koefisien regresinya signifikan yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak. 2. Bila Thit < T tabel dengan syarat signifikansi 5%, maka koefisien
regresinya signifikan yang berarti H1 ditolak dan H0 diterima.
Sedangkan untuk memberikan interpretasi nilai pengaruh keefektivitasan yang telah didapatkan maka nilai pengaruh dikonsultasikan dengan lima nilai keajegan berikut:
(17)
0,600 – 0,799 pengaruh kuat (tinggi) 0,400 – 0,599 pengaruh sedang 0,200 – 0,399 pengaruh lemah
(18)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas
Efektivitas merupakan faktor penting yang harus diwujudkan oleh setiap lembaga agar dimasa akan datang dapat berkembang dan mampu melaksanakan seluruh tugas dan fungsinya secara baik. Lemah atau rendahnya efektivitas dalam organisasi merupakan indikasi kegagalan organisasi dalam mewujudkan mekanisme dan prosedur kerja yang ditetapkan.
Malayu SP. Hasibuan (2001:9) menyatakan bahwa efektivitas adalah penyelesaian pekerjaan secara tepat pada waktu yang ditetapkan. Sedangkan efektivitas menurut Soewarno Handayaningrat (2000:16) dimaksud dengan efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Winarno Surachmad dalam Pengantar Metodologi Ilmiah (1986: 38) mengatakan bahwa efektivitas adalah keadaan yang menunjukan sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.
2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam
(19)
Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok(http://adiprakosa.blogspot.com, 2007).
2.2.1 Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, adapun beberapa klasifikasi kelompok, yaitu :
a. Kelompok Primer dan Sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1991:143) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat mmbedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
(20)
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
b. Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan.
Theodore Newcomb pada tahun 1930 (dalam Jalaludin Rakhmat 1991:145) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok
(21)
yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif.
John F. Cragan dan David W. Wright (dalam Jalaludin Rakhmat 1991:147) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang suatu kegiatan. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
(22)
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
1. ukuran kelompok. 2. jaringan komunikasi. 3. kohesi kelompok.
4. kepemimpinan (Rakhmat, 1991:159). 2.2.3 Kelompok Maya (Virtual Communities)
Seperti yang telah dijelaskan diatas, komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok
“kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya. Sedangkan menurut Burgoon dan Michael Ruffners (dalam Djuarsa Sendjaja S., 1999:91), menyatakan bahwa :
(23)
“Komunikasi kelompok merupakan interaksi tatap muka dari tiga atau lebih
individu, guna memperoleh maksud, tujuan yang dikehendaki, seperti: berbagai informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat”.
Dalam hal ini, milis sebagai media komunikasi dalam kelompok berbeda dari kelompok nyata pada umumnya. Kelompok dalam milis merupakan kelompok yang maya (cyber community) meskipun ada anggota milis yang merupakan rekan atau teman dekat kita. Dalam buku Teori Komunikasi Massa (Severin, 2005:447) menyatakan bahwa virtual communities atau komunitas maya adalah komunitas-komunitas yang lebih banyak muncul di dunia komunikasi elektronik daripada dunia nyata.
Salah satu bentuk virtual communities yang paling awal adalah buletin komputer yang diakses dengan menyambungkan modem pada tahun 1970-an. Ruang chatting, e-mail, milis, dan kelompok-kelompok diskusi via elektronik adalah contoh baru tempat-tempat yang dapat dipakai oleh komunitas untuk saling berkomunikasi tanpa mengenal terlebih dahulu siapa lawan bicaranya melainkan melalui pertemanan dengan perbincangan tentang suatu topik yang diinginkan atau ketertarikan dalam topik yang sama. Pada penelitian ini, anggota-anggota suatu kelompok maya (virtual communities) milis memiliki dimensi kelompok yaitu:
1. Anggota milis memiliki e-mail sebagai sarana berkomunikasi dengan komunikan lainnya.
2. Anggota milis dapat berinteraksi secara aktif maupun secara pasif. Anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)
(24)
yang berinteraksi secara aktif dalam kelompok artinya dapat membaca dan menjawab diskusi yang ada dalam forum diskusi yang terdaftar pada masing-masing e-mail anggota milis sedangkan berinteraksi secara pasif dalam kelompok artinya hanya membaca saja atau dengan kata lain hanya menerima informasi yang diterimanya dari hasil diskusi melalui e-mailnya masing-masing.
3. Anggota milis sudah terdaftar pada milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sehingga keanggotaannya terlihat dengan jelas.
2.3 Tinjauan Tentang Media Massa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, media adalah alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, internet, poster, dan spanduk. Atau media juga diartikan sebagai alat yang terletak diantara dua pihak (orang/golongan) atau sebagai perantara, penghubung.
Lasswell mengemukakan fungsi media di masyarakat adalah untuk: pengawasan (surveillance), yaitu menyampaikan informasi-informasi tentang lingkungan; korelasi (correlation), yaitu memberikan opsi atau pilihan untuk menyelesaikan masalah dan transmisi (transmission), yaitu melakukan sosialisasi dan pendidikan. Kemudian Wright menambahkan satu fungsi lagi yaitu untuk hiburan (entertainment) (Lasswell & Wright, 2004:208).
(25)
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa media massa secara luas telah membantu masyarakat dalam merumuskan persepsi dan menginterpretasi sekaligus mendefinisikan realitas sosial dan menyebarkan standard-standard kenormalan dalam berbagai hal di sekitar yang ditemui dalam keseharian. Berdasarkan teori peran-peran mediasi, media massa sehubungan dengan hal tersebut, berperan sebagai:
1.Suatu jendela (window) terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dan berbagai pengalaman hidup sehingga masyarakat bisa memperluas pandangannya tanpa campur tangan pihak lain.
2.Suatu cermin atas peristiwa yang terjadi di masyarakat dan di dunia sehingga dapat memberikan refleksi yang dapat dipercaya.
3.Suatu saringan dan penjaga gerbang. Gatekeeper yang memilihkan bagian-bagian dari pengalaman tertentu untuk mendapatkan perhatian lebih atau kurang.
4.Suatu pemandu atau penerjemah yang memberi petunjuk dan arahan atas apa yang membingungkan masyarakat.
5.Suatu forum atau platform untuk menyampaikan ide-ide atau pikiran kepada masyarakat.
6.Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima melalui berbagai macam umpan balik (McQuail, 1987:53).
Menurut (Gunadi YS,1998 : 259), pada umumnya media massa (mass media) dapat digolongkan dalam 2 kelompok yaitu:
(26)
1. Media Massa Cetak
Media massa yang menggunakan perangkat cetak dalam penyajian pesan atau berita atau informasinya kepada khalayak. Seperti: surat kabar, koran, tabloid dan sebagainya.
2. Media Massa Elektronik
Media massa elektronik adalah media massa yang menggunakan perangkat-perangkat elektronik dalam penyajian pesan atau berita atau informasinya kepada khalayak seperti: TV, radio.
Perkembangan zaman juga mempengaruhi perkembangan pengelompokan media massa. Pengelompokan media massa diperluas oleh tulisan Marshall McLuhan (1964; McLuhan dan Fiore, 1967, 1968) tentang sumber gagasan yang kaya untuk melakukan riset tentang media baru yaitu internet (Severin & Tankard, 2001:458).
2.4 Tinjauan Tentang Internet
Internet pada dasarnya merupakan sebuah jaringan antar komputer yang saling berkaitan. Jaringan ini tersedia secara terus-menerus sebagai pesan-pesan elektronik, termasuk e-mail, transmisi file, dan komunikasi dua arah antar-individu atau komputer. Sedangkan Levy menggambarkan internet sebagai saluran komunikasi yang tidak terbatas, pembangunan komunikasi, iklan elektronik dan interaksi yang sangat kompleks yang mengaburkan batas antara penyedia dan konsumen (Severin & Tankard, 2001:6).
(27)
Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan jaringan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun, sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya.
Sebagian besar pengguna melukiskan (atau “Net”) sebagai suatu “jaringan dari jaringan” pertumbuhannya tampaknya tak pernah berhenti. Internet adalah semacam jagat raya yang terus menerus berkembang, memiliki geografi,
“cuaca” dan budaya sendiri. Dalam bola dunia cyber (terjemahan dunia elektronik) ini, berbagai orang dari penjuru dunia berkomunikasi melalui zona waktu yang berbeda tanpa saling bertatap muka, dan informasinya tersedia selama 24 jam sehari dari ribuan tempat (LaQuey, 1997:1-2).
Penemuan teknologi internet seolah mewujudkan konsep yang dikemukakan oleh McLuhan pada tahun 1960-an lalu tentang global village (terjemahan perkampungan sedunia). Istilah global village tersebut digunakan untuk menggambarkan kondisi dunia yang mana pengaruh teknologi komunikasi telah menghilangkan sekat-sekat geografis dan mengatasi keterpisahan jarak, sehingga dunia seakan menjadi satu perkampungan besar. Keberadaan internet saat ini telah menyatukan heterogenitas umat manusia di seluruh dunia dalam suatu jaringan komunikasi global. Dengan teknologi internet, jarak ribuan
(28)
kilometer ataupun perbedaan waktu tidak lagi menjadi halangan untuk berkomunikasi dan menjalin interaksi (http://nurriest.blogdrive.com/).
Tempat diskusi dalam internet salah satunya adalah milis. Milis merupakan group diskusi berbasis e-mail (Rafiudin, 2005:91).
2.5 Tinjauan Tentang Milis
Milis adalah singkatan dari mailing list, daftar alamat e-mail. Dengan memiliki milis maka akan mempercepat pengiriman suatu informasi ke sekumpulan orang banyak (Onggo, 2004:61).
Milis merupakan sistem berbagi pesan secara elektronik yang memungkinkan orang-orang yang tertarik pada masalah yang sama untuk saling bertukar informasi dan opini (Severin & Tankard, 2001:7). Pesan secara elektronik adalah pesan dengan media elektronik yaitu komputer, laptop maupun handphone dengan menggunakan koneksi internet (http://www.waena.org).
Milis merupakan tipe komunikasi tertutup, sehingga hak suara hanya diperuntukkan bagi para anggota yang sudah mendaftarkan e-mailnya. Sehingga, seseorang yang belum mendaftar ke sebuah milis, tapi mencoba mengirim e-mail maka e-mail orang tersebut tidak sampai (http://www.indonesiaindonesia.com).
(29)
2.5.1 Istilah-Istilah dalam Milis
Menurut Rahmat Rafiudin dalam membangun sendiri Server Mailing List (2005:93), ada 6 variabel yang dianggap penting keberadaannya, yaitu: 1. Subscriber
Orang-orang yang mendaftarkan diri sebagai anggota (subscriber), biasanya mereka mengirim alamat e-mail mereka ke milis yang mereka tuju. Proses ini dikenal subscribing.
Saat permintaan berlangganan kita disetujui oleh sebuah list, maka kita akan menerima pesan ”selamat datang” beserta informasi-informasi lainnya. Biasanya, akan terdapat perintah-perintah apa saja yang akan kita lakukan demi masuk ke milis yang kita tuju.
2. Mailing List Agent
Untuk membangun sebuah server Milis, kita membutuhkan program/software khusus yang harus diinstal ke server. Software ini sering disebut Mailing List Agent.
Di internet kita memiliki segudang software mailing list agent. Mulai dari versi komersial sampai freeware (terjemahan program komputer yang diberikan secara gratis) seperti LISTSERV, ListProcessor/ListProc, majordomo, dan ecratis/Listat. Masing-masing menawarkan fitur-fitur yang beragam seperti kemudahan berkonfigurasi, mendukung beragam tipe list, mendukung list digest (daftar layanan milis) dan masih banyak lagi.
(30)
3. List Manager
List Manager adalah sang ”penguasa” server/jaringan, yaitu orang yang mengelola server milis. Jika kita menginstal dan mengkonfigurasikan sendiri agent milis, maka kitalah yang akan menjadi list manager. List manager dapat merekrut beberapa orang untuk dijadikan list owner. List manager bertugas melayani list owner dalam banyak hal, seperti perawatan list. Promosi dan marketing list, serta perlindungan file-file konfigurasi arsip.
4. List Owner
List owner adalah orang yang bertanggung jawab atas administrator list/pengurus list. Sebagai list manager, kita dapat menyerahkan tugas administrasi sebuah milis ke beberapa list owner. Sebuah list baru biasanya dibangun atas rekomendasi list owner
5. List Moderator
List Moderator adalah orang yang memonitor pesan yang terkirim ke list diskusi atas perintah list owner. Dalam banyak kasus, list moderator biasanya terdiri atas beberapa orang sukarelawan yang ditunjuk. Pesan-pesan yang dikirim member terlebih dahulu diperiksa moderator. Jika Pesan-pesan dinyatakan lolos ”sensor” pesan baru dikirimkan kembali ke list.
6. Digest
Digest merupakan salah satu bentuk layanan milis dimana pesan-pesan per periode waktu tertentu atau per jumlah tertentu dipadukan menjadi satu
(31)
dalam sebuah pesan tunggal yang besar. Kebanyakan list yang beredar di internet menyediakan versi digest.
2.5.2 Jenis Milis
Bob Julius Onggo (2004: 63-64) mengemukakan terdapat dua jenis milis, yaitu :
1. Milis yang moderated. Jenis milis ini ada penjaganya yang bertindak seperti administrator/pengurus yang menyaring pesan-pesan yang masuk sebelum diteruskan ke anggotanya.
2. Milis yang tidak moderated. Jenis milis ini walaupun ada administratornya namun semua e-mail anggota yang masuk langsung diteruskan ke anggota-anggota yang lain. Biasanya jenis milis ini adalah milis yang berbau iklan, promosi atau obrolan muda-mudi dan sarat akan e-mail dengan isi yang sangat bervariasi.
2.5.3 Ciri Khusus Milis
Milis dapat dikatakan mirip dengan forum internet karena sama-sama merupakan situs perkumpulan suatu kelompok dengan ketertarikan yang sama. Perbedaan milis dengan forum internet terletak pada adanya notifikasi yang didapat anggota milis pada e-mail mereka masing-masing. Anggota milis dapat memilih apakah ia ingin setiap tulisan terbaru di milis masuk ke dalam notifikasi e-mail mereka atau tidak.
(32)
Sebuah [[mailing list]] hanyalah merupakan daftar dari alamat [[e-mail]] orang yang tertarik pada subjek yang sama dan merupakan anggota dari kelompok kerja yang sama, atau yang mengambil kelas bersama-sama. Ketika seorang anggota daftar mengirim catatan ke grup alamat khusus, e-mail akan disiarkan ke semua anggota daftar. Kunci keuntungan dari milis atas hal-hal seperti diskusi berbasis web adalah bahwa pesan baru akan tersedia dan segera disampaikan pada ’kotak surat’ pada e-mail para anggota.
Sebagian besar anggota milis merasa info-info dari milis tersebut hanya dapat memenuhi muatan e-mail sehingga banyak yang memilih untuk tidak mendapatan notifikasi dari setiap info terbaru dari milis. Padahal, tidak semua orang sempat mengecek pembicaraan terbaru di milis sehingga notifikasi di e-mail sebetulnya mempermudah anggota suatu milis agar mereka tidak ketinggalan satu info pun (http://id.wikipedia.org/wiki/Milis). Seluruh anggota milis dapat menerima email yang dikirim oleh salah satu anggota tanpa perlu mengirim satu persatu ke masing-masing anggota (http://y3pp33.wordpress.com/2008/08/11/mailing-list-milis-fungsi-tujuan-dan-cara-membuat/, 2008).
2.5.4 Macam-Macam Milis Menurut Arah Komunikasi
Milis searah, disebut newsletter (terjemahan koran internet), karena yang berhak memposting e-mail adalah pemilik/moderator milis seperti halnya koran kita pada kehidupan sehari-hari. Biasanya newsletter ini diterima
(33)
pelanggan secara rutin; per hari, per minggu. Tidak ada diskusi terbuka di sini. Contoh milis ini adalah pada milis berita/risalah Islam/fatwa, seperti Buletin Online dari alsofwah.or.id.
Selain itu ada milis dua arah. Ini pun dibagi dua: memakai moderator dan yang bebas bicara. Untuk jenis pertama, semua kiriman yang masuk harus mendapat persetujuan dari pemilik/moderator milis. Semua anggota punya hak bicara dalam diskusi, namun sebelum diteruskan ke seluruh anggota, postingan akan diseleksi dahulu oleh moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Riilnya seperti milis salafyoon dan assunnah di yahoogroups.
Sedangkan pada jenis kedua (bebas bicara), setiap anggota bebas memposting e-mail tanpa disensor oleh moderator. Resikonya, kadang dijumpai ada juga e-mail yang ”nyasar” masuk ke milis jenis ini, sehingga cukup meributkan suasana, misalnya ada anggota yang sengaja mengirim virus dalam bentuk attachment/lampiran atau anggota yang bicara tidak jelas. Dalam kondisi ini, moderator bisa membatasi hak bicara orang yang melanggar tersebut, atau bahkan mengeluarkannya dari keanggotaan karena dia tidak mau memahami visi/misi dan aturan di milis tersebut (http://www.indonesiaindonesia.com, 2008).
(34)
2.5.5 Milis Berdasarkan Keanggotaannya
Milis berdasarkan keanggotaannya ada tiga macam yaitu, open (terbuka), restricted (terbatas), closed (tertutup). Jenis pertama (open); maka siapa saja yang ingin bergabung ke suatu milis bisa mendaftar dan langsung jadi anggota. Jenis kedua (restricted) artinya semua yang ingin boleh daftar, namun harus antri menunggu persetujuan moderator milis. Ini untuk mencegah orang-orang yang memiliki reputasi jelek dalam dunia per-milis-an, misalnya suka merilis perdebatan yang tidak perlu, suka spam (membanjiri milis dengan e-mail-e-mail sampah), dan lain lain. Jenis terakhir (closed) adalah milis khusus untuk anggota yang dikehendaki. Misalnya seseorang ingin membuat sebuah milis khusus bagi kelompok tertentu. Maka otomatis orang lain yang bukan anggotanya tapi ingin masuk tidak diperbolehkan (http://www.indonesiaindonesia.com, 2008).
2.5.6 Sejarah Milis
Network mail, atau yang sekarang lebih sering disebut dengan e-mail mulai digunakan di ARPAnet pada pertengahan tahun 1970-an. Perangkat e-mail tersebut kemudian dikembangkan oleh kelompok kerja "MSGGroup" dengan menggunakan milis mulai tahun 1975. Menurut salah satu perintis MSGGroup, Einar Stefferud, bersamaan dengan milis tersebut, terdapat group/milis lainnya seperti "Header-People". Sedangkan norma milis yang paling tua yang dapat ditemukan ialah norma milis "NamesDroppers" (1983).
(35)
Menurut Rahmat M. Samik Ibrahim, seorang ahli komputer Universitas Indonesia yang juga salah satu pelopor internet di Indonesia, kemunculan milis ditandai dengan masuknya sebuah script/naskah yang mengirimkan pesan atau e-mail ke semua staf melalui sebuah mesin komputer mini di Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Milis internal inilah yang dianggap sebagai generasi pertama penggunaan milis di Indonesia.
Tiga hal dapat dikatakan menandai dimulainya generasi kedua penggunaan milis di Indonesia. Hal pertama ialah ketersediaan perangkat keras (modem dan PC) yang memadai sejak pertengahan tahun 1980-an. Kedua, kegiatan komunitas di Indonesia yang memulai bereksperimen dalam penggunaan perangkat keras di atas. Dan hal ketiga, komunitas Indonesia di luar negeri (terutama pelajar) mulai menggunakan e-mail untuk berkomunikasi. Komunikasi antar pelajar inilah yang memiliki pengaruh besar dalam mendorong kelahiran Internet di Indonesia sehingga milis di Indonesia pun turut berkembang.
Menjelang akhir tahun 1980-an, tercatat beberapa komunitas BBS, seperti Aditya (Ron Prayitno), BEMONET (BErita MOdem NETwork), JCS (Jakarta Computer Society -- Jim Filgo), dan lain-lain. Konon, BEMONET cukup populer dan bermanfaat sebagai penghilang stress dengan milis seperti "JUNK/Batavia". Di kalangan akademis, pernah ada UNInet dan Cossy. UNINET merupakan sebuah jaringan yang konon pernah menghubungkan Dikti, ITS, ITB, UI, UGM, UnHas, dan UT. Cossy pernah dioperasikan dengan menggunakan X.25 dengan pihak dari Kanada. Milis
(36)
yang kemudian muncul menjelang akhir tahun 1980-an ialah the Indonesian Development Studies (IDS) (Syracuse, 1988); UKIndonesian (UK, 1989); INDOZNET (Australia, 1989); ISNET (1989); JANUS ([email protected]), yang saking besarnya sampai punya beberapa geographical relayers (penyampai geografis); serta tentunya milis kontroversial seperti APAKABAR (http://rms46.vlsm.org, 2004).
Penggunaan e-mail untuk forum diskusi kelompok yang besar di kenal dengan teknik atau aplikasi milis. Mailing list menjadi aplikasi dasar utama dalam pembentukan berbagai komunitas maya.
Pada dasarnya milis bekerja dengan konsep yang sangat sederhana, seorang pengguna cukup mengirimkan sebuah e-mail ke sebuah alamat e-mail milis untuk kemudian di sebarkan ke semua anggota milis yang tergabung atau berlangganan ke alamat e-mail tersebut.
Bayangkan bagi seorang yang sedang kesulitan masalah komputer kemudian mengirimkan pertanyaan melalui e-mail ke milis tempat berkumpul para hacker, dapat diharapkan bahwa kemungkinan satu-dua orang hacker mengetahui jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Akhirnya dengan segera solusi dari masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dalam waktu yang singkat mungkin hanya diperlukan menunggu dalam waktu beberapa jam sebelum salah seorang hacker (terjemahan orang yang memasuki program komputer untuk merubah data atau cara kerja suatu program)tersebut memberikan jawabannya.
(37)
Milis di Internet beroperasi 24 jam tanpa henti sepanjang tahun, mari kita bayangkan bersama apa yang terjadi jika kita melakukan diskusi secara terus menerus tanpa henti. Jika seseorang secara serius terus menerus dalam selang waktu lama (beberapa bulan bahkan tahun) aktif berdiskusi - dapat diharapkan orang tersebut akan menjadi "ahli" dalam bidang yang didiskusikan tersebut. Dalam dunia pendidikan, proses diskusi merupakan media yang paling efektif untuk melakukan transfer pengetahuan implisit dari kepala masing-masing partisipan (http://id.wikibooks.org, 2008).
2.5.7 Penggunaan Milis
Sebagai suatu grup e-mail, mailing list tidak kehilangan fungsinya sebagai alat pengirim dan penerima e-mail. Surat yang dikirim ke alamat milis akan diterima oleh anggota melalui alamat e-mail masing-masing anggota (tipe penerimaan e-mail bersifat fleksibel, dapat diatur oleh moderator atau anggota—untuk account e-mail pribadinya sendiri). E-mail yang anggota terima dari atau kirim ke milis tetap bisa memakai semua fasilitas account e-mail pribadi seperti memuat tulisan, gambar-gambar, ataupun melampirkan berkas-berkas. Fasilitas yang tersedia tergantung pada perusahaan penyedia e-mail.
Milis memiliki beberapa fasilitas yang tidak dimiliki oleh akun e-mail biasa. Milis bisa menyimpan berkas yang dimuat oleh anggota (berkas yang disimpan di dalam milis, bukan berkas yang dilampirkan pada e-mail), membuat folder-folder untuk merapikan penempatan berkas, serta
(38)
membolehkan anggota untuk men-download/memindahkan berkas-berkas yang ada di dalamnya. Moderator ataupun pemilik milis bisa memasang foto/gambar dan beberapa tulisan yang mendeskripsikan tentang tujuan pembuatan milis. Keanggotaan milis dapat berubah dengan adanya akun e-mail yang mendaftar, diundang oleh moderator atau pemilik, atau akun e-mail yang dicabut keanggotaannya. Selain itu semua, anggota milis juga bisa melihat akun e-mail anggota lain.
E-mail yang diterima anggota dari milis memiliki ciri khusus yaitu diawali
dengan rentetan karakter “[ ]” yang mana di antara dua kurung siku tertulis
ID milis, misalnya untuk ID milis [email protected] akan tertulis [nusantaraku]. Anggota bisa memanfaatkan ciri tersebut untuk membuat filter sehingga e-mail dari milis bisa dipisahkan secara otomatis dari e-mail lain. Cara pembuatan filter berbeda-beda, sekali lagi tergantung pada perusahaan penyedia akun e-mail yang dipakai (http://teknologibroadband.blogspot.com, 2008).
2.5.8 Perbedaan Milis dengan Forum pada Situs Jejaring Sosial
Dalam sebuah forum pada situs jejaring sosial, seseorang tidak harus mengirim pesan dalam bentuk surat, ia akan mengirimnya dalam bentuk postingan yang bisa langsung muncul di dalam website forum pada situs jejaring sosial tersebut. Sebelum bisa saling menulis postingan di dalam sebuah forum situs jejaring sosial, kita perlu mendaftar dahulu di situs
(39)
tersebut, kita membuat sebuah profil (akun) baru dalam situs tersebut, kemudian bergabung dan bebas membaca serta menulis pesan (postingan). Perbedaan lain antara forum pada situs jejaring sosial dengan mailing list, selain cara pembuatan dan kesulitan, yaitu dalam forum pada situs jejaring sosial semua pesan yang kita kirim dalam forum pada situs jejaring sosial akan bisa dibaca oleh pengunjung situs tersebut, hanya saja keanggotaan diharuskan bila pengunjung ingin ikut mengirim pesan dan berinteraksi di dalam forum pada situs jejaring soaial, bukan sekadar membacanya (http://ibreakmoment.wordpress.com/2010/02/26/e-mail-mailing-list-forum-website-blog-dan-social-networking-site/, 2010).
2.5.9 Milis Sebagai Media Komunikasi
Milis sebagai media komunikasi merupakan suatu sarana komunikasi yang memungkinkan menjangkau peserta dari berbagai penjuru tempat yang berjauhan secara geografis, memungkinkan untuk melakukan komunikasi antar personil dalam satu grup secara efisien (http://www.istecs.org).
Milis sebagai media komunikasi juga efektif untuk menyebarkan informasi melalui fasilitas e-mail ke banyak alamat e-mail yang sudah terdaftar sebagai anggota untuk berkomunikasi, berdiskusi, berbagi informasi dan berbagai sumber digital seperti foto, file, dan sebagainya (Tutang, Saefudin & Tutuko, 2007: 48).
(40)
2.6 Tinjauan Tentang Lembaga
Menurut Hoarton dan Hunt lembaga adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang dipandang penting oleh masyarakat. Secara formal, lembaga merupakan sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain lembaga adalah proses yang terstruktur atau tersusun untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu. Lembaga disebut juga institusi atau pranata (www.wordpress.com, 2009).
Lembaga (pranata) sosial merupakan sekumpulan tata aturan yang mengatur interaksi dan proses-proses sosial di dalam masyarakat. Lembaga sosial memungkinkan setiap struktur dan fungsi serta harapan-harapan setiap anggota masyarakat dapat berjalan dan memenuhi harapan sebgaimana yang disepakati bersama. Wujud konkrit pranata sosial adalah aturan, norma, adat istiadat dan semacamnya yang mengatur kebutuhan masyarakat dan terinternalisasi dalam kehidupan manusia, dengan kata lain pranata sosial adalah sistem norma yang telah melembaga atau jadi kelembagaan disuatu masyarakat. Misalnya, kebutuhan penyembuhan penyakit menghasilkan kedokteran, perdukunan, penyembuhan alternatif. Kebutuhan manusia terhadap pendidikan bagi anggota keluarganya menghasilkan pesantren, taman kanak-kanak, sekolah menengah, perguruan tinggi/ universitas dan lainnya (Burhan, 2006:48-49).
(41)
2.7 Tinjauan Tentang Milis Sebagai Media Lembaga
Salah satu penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi di bidang pendidikan adalah dengan memanfatkan teknologi informasi melalui pengadaan ICT (information communication technology). ICT adalah suatu bentuk paduan antara komputer dan komunikasi. Bentuk implementasi paling nyata dari pemanfaatan ICT adalah ialah digunakannya suatu sistem pertukaran informasi yang digunakan dalam suatu lembaga seperti perguruan tinggi yaitu penggunaan Mailing List (Milis).
Milis biasa digunakan oleh kelompok atau komunitas tertentu untuk saling berkomunikasi, berdiskusi, dan berbagi informasi yang diminati. Contohnya seperti komunitas peneliti, programmer, civitas akademika perguruan tinggi, dan masih banyak lagi (Tutang, Saefudin & Tutuko, 2007: 48).
Mailing List (milis) merupakan salah satu sarana komunikasi melalui internet yang dapat memberikan satu kemudahan tukar pendapat dan mendidik untuk berdiskusi dan melatih kedewasaan (http://www.djuni.blogspot.com, 2005).
2.7.1 Perbedaan Milis Lembaga Dengan Milis Perusahaan
Universitas merupakan lembaga pendidikan yang menjalankan manajemen pengetahuan. Setiap individu dituntut untuk memelihara dan meningkatkan pengetahuan sehingga dapat memiliki kemampuan untuk belajar, beradaptasi, dan berubah sebagai kompetensi utama untuk tetap bertahan (laboratorium sistem informasi departemen teknik informatika ITB, 2005:111).
(42)
Manajemen pengetahuan dapat dilakukan dengan sistem informasi sederhana seperti milis. Milis sebagai salah satu bentuk jaringan digital yang bisa digunakan sebagai alat bertukar data oleh para anggotanya. Milis adalah sistem informasi yang sederhana sehingga data-data (kumpulan fakta) yang tersedia di dalamnya belum tentu sudah berbentuk informasi (data atau kumpulan data yang memiliki arti) ataupun knowledge (pengetahuan, informasi yang bisa digunakan untuk membuat keputusan atau melakukan tindakan). Oleh karena hal tersebut, ada beberapa hal yang bisa anggota milis lakukan dalam memanfaatkan milis sebagai alat berbagi pengetahuan (http://teknologibroadband.blogspot.com, 2008).
Sedangkan milis dalam perusahaan merupakan milis yang menggabungkan orang-orang yang saling memiliki keterkaitan kepentingan bisa menjadi alat yang bagus untuk memenuhi kebutuhan orang-orang tersebut. Milis ini digunakan untuk berkomunikasi secara lancar dan bahka berdialog dengan publik maupun calon pelangan dan pelanggan itu sendiri apabila ada press release/informasi, update/pembaharuan suatu produk atau harga, juga yang berkaitan dengan dukungan, diskon khusus atau product launch/peluncuran produk tertentu (Onggo, 2004:68).
2.7.2 Perbedaan Milis Lembaga Dengan Blog
Adanya respon dan komentar dari anggota milis lembaga sangatlah mutlak diperlukan bagi kelangsungan hidup milis tersebut. Jika dalam milis tidak ada yang bertanya atau tidak ada yang menjawab, maka aliran diskusi akan menjadi terhambat sedangkan blog tidak begitu memerlukan respon ataupun komentar
(43)
dari orang lain. Dengan kata lain, blog lebih dimaksudkan kepada komunikasi satu arah dari penulis blog kepada pembacanya (http://www.sony-ak.com, 2005).
2.7.3 Perbedaan Milis Lembaga dengan Newsgroup
Dalam newsgroup diperlukan program tertentu untuk membaca suatu informasi atau pesan, yaitu newsreader. Dengan program aplikasi newsreader tersebut, pembaca akan dapat melihat daftar berbagai informasi baru yang dapat dibaca atau disimpan. Sedangkan dalam milis semua informasi akan langsung masuk dalam e-mail (Purawanto, 1997:339).
2.8 Tinjauan Tentang Teori Penunjang Penelitian
Karena peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Milis Lembaga Sebagai Media Komunikasi Anggota Lembaga, Maka penelitian ini meminjam teori yang terdapat dalam komunikasi massa, yaitu teori Uses and Gratifications. Model ini pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi ilmu komunikasi massa sebagai persuasi. Katz menunjukan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak (What do the media do to people?) kebanyakan penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi massa berpengaruh kecil terhadap khalayak yang dipersuasi, oleh karena itu para peneliti berbelok kepada variabel-variabel yang menimbulkan
(44)
lebih banyak efek, misalnya efek kelompok. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori inidan relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. Dengan bergabung pada milis, kita dapat mencari hal-hal yang baru, yang menjangkau pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif yang mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. Milis secara tidak langsung dapat memberikan informasi, pengetahuan, dan keterampilan seperti apa yang dapat diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikan meskipun tidak secara terstruktur.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber–sumber lain untuk memuaskan kebutuhkannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat tergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. Penggunaan milis mendatangkan manfaat berupa informasi dan dapat berhubungan dengan orang lain sehingga kebutuhan anggota akan informasi dapat terpenuhi.
4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya, seorang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi–situasi tertentu. Milis dalam penggunaannya bukan hanya membantu orang untuk
(45)
mengembangkan sikap tertentu, tetapi juga menyajikan berbagai cara untuk melaporkan kepentingan anggotanya sesuai dengan apa yang mereka minati.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diamati lebih dahulu orientasi khalayak. Kepuasan dalam menggunakan milis membuat para anggotanya memperoleh identitas peranan tambahan yang meningkatkan konsep dirinya sehingga penilaian tentang arti kulturalnya dari media massa ikut bertambah (Blumler dan Katz, 1974: 22).
Model Uses and Grafications memandang individu sebagai makhluk suprarasional dan sangat selektif, dalam hal ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Pendekatan Uses and Gratifications mempersoalkan apa yang dilakukan orang pada media, yakni menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media (Rakhmat, 1999: 66).
Teori dan pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi, karena sebagian besar perilaku audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) mereka sebagai suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan media). Pendekatan uses and gratifications memberikan alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media dan audience, dan pengkategorian isi media menurut fungsinya.
(46)
Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media (Rakhmat, 1999: 66).
Sebagai khalayak aktif, pendekatan uses and gratifications mencoba menjelaskan bahwa pada hakikatnya individu menggunakan media untuk memperoleh kepuasan kebutuhan, keinginan, dan kepentingannya. Inilah yang disebut kepuasan media (media gratification). Adapun tiga pembentukan dasar dari teori ini yang ada kaitannya dengan penelitian ini adalah pembentukan kognisi, afeksi, dan konasi. Teori ini juga terkait dengan penelitian ini yaitu penggunaan milis yang memiliki tujuan untuk memenuhi kepuasan akan media bagi anggota dalam suatu kelompok setiap penggunaannya melalui media internet. Sehingga memudahkan anggotanya untuk saling berinteraksi, mendapat serta memberi informasi.
Dari hal-hal diatas maka efektivitas milis lembaga sebagai media komunikasi anggota milis dapat dikategorikan menjadi 3 indikator yaitu :
1. Pembentukan Kognisi
Pembentukan kognisi yang menjelaskan dan berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk memahami objek yaitu pengetahuan tentang milis.
(47)
2. Pembentukan Afeksi
Pembentukan afeksi yang berkaitan dengan perasaan, emosi, dan penilaian anggota lembaga terhadap obyek yang turut menentukan pembentukan dan perubahan sikap anggota. Aspek ini dapat berupa perasaan menyukai atau tidak menyukai, menerima atau menolak pada suatu objek yaitu perasaan setelah mengakses milis.
3. Pembentukan Konasi
Pembentukan konasi yang berhubungan dengan kecenderungan responden untuk bertindak tehadap objek. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek yaitu motivasi yang ditimbulkan dari milis untuk menggunakan milis sebagai media komunikasinya.
2.9 Kerangka Pikir
Keberadaan media massa pada abad ini menandai semakin kompleksnya kehidupan dan kebutuhan seseorang. Bila dahulu, kebutuhan masyarakat akan informasi hanya dapat dipenuhi oleh teknologi audio visual seperti televisi dan radio, kini telah hadir teknologi informasi yang lebih modern dan canggih bernama internet.
Penemuan teknologi internet semakin memudahkan anggota suatu kelompok untuk berkomunikasi dengan anggota lainnya pada jarak yang sangat jauh. Melalui teknologi internet ini, berita dapat ditampilkan dengan cara yang
(48)
sangat ringkas dan sangat mudah untuk disebarkan ke seluruh penjuru dunia seperti misalnya website (www), e-mail, newsgroup, mailing list, dan lain-lainnya.
Milis sebagai salah satu fitur dalam internet yang menggunakan komputer sebagai medianya turut memberikan kemudahan dalam berinteraksi satu sama lain. Dalam hal ini, milis yang diteliti adalah milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila). Hal ini mengingat dalam berkomunikasi, manusia memerlukan media agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pemilihan media komunikasi yang digunakan manusia ditentukan juga oleh kemajuan teknologi media komunikasi itu sendiri.
Perkembangan milis di Indonesia sendiri mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari segi topik dan kategori milis di Indonesia yang semakin variatif seperti milis motor, milis musik, milis pendidikan, dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui tingkat efektivitas media komunikasi anggota lembaga, milis merupakan media yang dipilih anggota suatu lembaga untuk memenuhi kebutuhannya terhadap informasi dan motivasi tentang kepentingan anggota khususnya seputar fenomena sosial yang terjadi pada lembaga tersebut. Efektivitas ini disesuaikan dengan meminjam asumsi dasar teori Uses and Gratifications yang dikemukakan oleh Elihu Katz dari teori komunikasi massa yang meliputi tiga aspek pembentukan yaitu pembentukan kognisi, pembentukan afeksi dan pembentukan konasi. Melalui ketiga aspek
(49)
pembentukan tersebut, sampel responden akan menjabarkan sejauhmana efektivitas milis lembaga sebagai media komunikasi anggota lembaga.
(50)
Penjelasan diatas dapat dilihat pada bagan kerangka pikir dibawah ini: Penggunaan Milis Jurusan
Ilmu Komunikasi Universitas Lampung
Efektivitas Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sebagai Media
Komunikasi Anggota Lembaga 1. Pembentukan kognisi, meliputi: a.Pengetahuan responden tentang milis
Jurusan Imu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)
b.Pengetahuan responden tentang isi pesan dalam milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)
c.Pengetahuan responden tentang keuntungan menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)
2. Pembentukan afeksi, meliputi: a.Perasaan responden setiap kali
menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)
b.Ketertarikan responden terhadap isi pesan dalam milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)
c.Ketertarikan responden untuk menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sebagai media
komunikasinya.
3. Pembentukan konasi, meliputi: a.Kecenderungan responden untuk
menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sebagai saranauntuk mengisi waktu luang
b.Kecenderungan responden untuk mendapatkan dan memberikan informasi melalui milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)
c.Kecenderungan responden untuk menggunakan milis Jurusan Ilmu KomunikasiUniversitas Lampung (Unila)secara intens
Sub Variabel : a. Frekuensi mengunakan
Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) setiap mengakses internet dalam sebulan terakhir. b. Durasi menggunakan
Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) setiap kali penggunaan.
(51)
2.10 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka disusun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Penggunaan media milis berpengaruh terhadap efektivitas milis sebagai media komunikasi angggotanya
Ho : Penggunaan media milis tidak berpengaruh terhadap efektivitas milis sebagai media komunikasi anggotanya
(52)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini, peneliti akan menyajikan data hasil objek penelitian dengan perangkat yang telah ditentukan yaitu perangkat analisis regresi linier dengan menggunakan teori uses and gratifications. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 60 orang, yang terdiri dari civitas akdemika Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila).
5.1.1 Hasil Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen penelitian. Dengan kata lain tujuan uji validitas agar diperoleh instrumen penelitian yang valid, dengan demikian instrumen penelitian tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.
(53)
Tabel 1. Nilai Indeks Validitas
Sumber : Data primer, 2010 (lihat lampiran)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa semua pertanyaan dinyatakan valid, artinya dapat digunakan sebagai instrumen penelitian karena dapat mengukur apa yang ingin diukur. Pertanyaan-pertanyaan dapat
dinyatakan valid karena memiliki nilai koefisien korelasi di atas nilai r tabel. Dimana dengan responden sebanyak 30 orang r tabelnya adalah 0,361. No. Pertanyaan Koefisien Korelasi Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 0,458 0,423 0,776 0,735 0,672 0,554 0,438 0,483 0,494 0,492 0,511 0,573 0,672 0,661 0,539 0,430 0,588 0,424 0,395 0,653 0,444 0,690 0,406 0,540 0,492 0,511 0,573 0,766 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
(54)
5.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Valid
Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian menggunakan rumus alpha dengan bantuan program SPSS versi 17.0. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel:
Tabel 2. Alpha Variabel X Alpha
Cronbach
N of Items N of
Cases
0,808 5 30
Sumber : Data primer, 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai reliabilitas untuk variabel X yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach adalah 0,808 (> r tabel). Hal ini berarti alat ukur yang digunakan adalah reliabel atau instrumen tersebut dapat dipercaya atau diandalkan untuk mengukur gejala yang sama.
Tabel 3. Alpha Variabel Y Alpha
Cronbach
N of Items N of
Cases
0,889 23 30
Sumber : Data primer, 2010
Berdasarkan tabeldi atas, dapat dilihat bahwa nilai reliabilitas untuk variabel Y yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach adalah 0,889 (> r tabel). Hal ini berarti alat ukur yang digunakan adalah reliabel atau instrumen tersebut dapat dipercaya atau diandalkan untuk mengukur gejala yang sama.
(55)
5.1.3 Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini responden adalah anggota milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) yang berjumlah 60 orang. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai responden dalam penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka karakteristik responden dibagi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Pada tabel-tabel berikut dapat dilihat karakteristik responden: Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Persentase
(%)
20 6 10,0
21 7 11,7
22 23 24 25 26
11 14 13 2 7
18,3 23,3 21,7 3,3 11,7
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer diolah dari hasil penelitian, 2010
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak berumur 23 tahun,yaitu sebanyak 14 orang atau 23,3%, dan paling sedikit adalah responden yang berumur 25 tahun (2 orang atau 3,3 %), sisanya adalah umur 20 tahun (6 orang atau 10,0%), 21 tahun (7 orang atau 11,7%), 22 tahun (11 orang atau 18,3%), 24 tahun (13 orang atau 21,7%) dan responden yang berumur 26 tahun sebanyak 7 orang atau hanya 11,7% dari total responden.
(56)
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Perempuan 37 61,7
Laki-laki 23 38,3
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer diolah dari hasil penelitian, 2010
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak apabila dibandingkan dengan responden laki-laki, yaitu sebanyak 37 responden perempuan (61,7 %) dan 23 responden laki-laki (38,3 %).
5.1.4 Hasil Penelitian Penggunaan Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) (Variabel X)
Penggunaan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) dalam penelitian ini adalah responden sebagai komunikan menerima pesan dalam milis tersebut yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan mereka dalam mendapatkan maupun memberikan informasi. Untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai penggunaan milis tersebut, peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden berdasarkan indikator-indikator penggunaan milis tersebut. Indikatornya adalah sebagai berikut: tingkat penggunaan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) dalam sebulan terakhir, tingkat aktifitas membuka milis tersebut ketika pertama kali mengakses internet, intensitas waktu yang digunakan setiap kali mengakses milis tersebut,
(57)
tingkat aktifitas mengakses milis tersebut sering menganggu aktifitas lain, dan tingkat aktifitas mengakses milis tersebut sampai lupa waktu. 5.1.4.1 Tingkat Penggunaan Responden Menggunakan Milis Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Lampung (Unila) dalam 1 bulan Terakhir Tingkat penggunaan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) dalam penelitian ini menunjukkan tingkat keseringan atau berapa kali responden menggunakan milis tersebut dalam 1 (satu) bulan terakhir. Berikut dapat dilihat distribusi tingkat penggunaan responden menggunakan milis tersebut dalam 1 (satu) bulan terakhir dari tabel di bawah ini:
Tabel 6. Tingkat Penggunaan Responden Menggunakan Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) dalam 1 Bulan Terakhir
Jawaban
Responden Frekuensi Persentase (%)
>5 kali per- bulan 24 40,0
3-5 kali per- bulan 28 46,7
<3 kali per- bulan 8 13,3
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer (kuesioner nomor 1), 2010
Dari tabel 6, sebanyak 28 (46,7%) responden menyatakan menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) dengan tingkat penggunaan 3-5 kali per- bulan, 24 orang (40,0%) responden menyatakan menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) dengan tingkat penggunaan >5 kali per- bulan, dan 8 (13,3%) responden menyatakan menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) dengan tingkat penggunaan <3
(58)
kali per- bulan. Dari data tabel di atas dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sebanyak 3-5 kali per- bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intensitas responden menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) tiap bulannya termasuk kategori sedang.
Tabel 7. Tingkat Aktifitas Membuka Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) Ketika Pertama Kali Mengakses Internet
Jawaban
Responden Frekuensi
Persentase (%)
Sering (> 5 kali) 35 58,3
Cukup sering (3-5kali) 22 36,7
Jarang (< 3 kali) 3 5,0
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer (kuesioner nomor 2), 2010
Dari tabel 7, dapat diketahui bahwa sebanyak 35 (58,3%) responden menyatakan sering (>5 kali) membuka milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) ketika pertama kali mengakses internet, 22 (36,7%) responden menyatakan cukup sering (3-5 kali), dan hanya 3 (5,0%) responden yang menyatakan jarang (<3 kali) membuka milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) ketika pertama kali mengakses internet. Dari data pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas responden membuka milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) ketika pertama kali mengakses internet, cukup tinggi, yaitu sebanyak 35 responden atau 58,3%. Hal ini pertanda bahwa para responden tertarik mengakses milis tersebut.
(59)
Setelah mengetahui intensitas responden membuka milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) ketika pertama kali mengakses internet, selanjutnya akan dilihat Intensitas Waktu yang dibutuhkan setiap kali menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. Intensitas Waktu yang Dibutuhkan Setiap Kali Menggunakan Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)
Jawaban
Responden Frekuensi
Persentase (%)
> 2 jam 23 38,3
1-2 jam 27 45,0
< 1 jam 10 16,7
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer (kuesioner nomor 3), 2010
Dari tabel 8, terlihat bahwa sebanyak 27 (45,0%) responden menjawab cukup lama (1-2 jam) untuk mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila), 23 (38,3%) responden menjawab lama (> 2 jam), dan hanya 10 (16,7%) responden yang menjawab membutuhkan waktu yang sebentar (< 1 jam) untuk mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 45,0% cukup lama (1-2 jam) .
Setelah mengetahui intensitas waktu yang dibutuhkan setiap kali menggunakan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila), selanjutnya akan dilihat tingkat aktifitas mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sering menganggu aktifitas lain sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:
(60)
Tabel 9. Tingkat Aktifitas Mengakses Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) Sering Menganggu Aktifitas Lain
Jawaban
Responden Frekuensi
Perse ntase
(%)
Sering (> 5 kali) 27 45,0
Cukup sering (3-5kali) 25 41,7
Jarang (< 5 kali) 8 13,3
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer (kuesioner nomor 4), 2010
Dari tabel 9, dapat diketahui bahwa sebanyak 27 (45,0%) responden menyatakan mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sering (>5 kali) menganggu aktifitas lain, 25 (41,7%) responden menyatakan cukup sering (3-5 kali), dan 8 (13,3) responden yang menyatakan mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) jarang (<3 kali) mengganggu aktifitas lain. Dari data pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas responden mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sering mengganggu aktifitas yang lain, yaitu sebanyak 45,0% dari total responden yang ada. Kemudahan mengakses milis lewat handphone dapat menyebabkan hal ini terjadi, misalnya ketika jam kerja, anggota milis tersebut secara diam-diam mengakses milis untuk mengetahui berita terbaru dari milis tersebut
Setelah mengetahui penerimaan responden mengenai tingkat aktifitas mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sering menganggu aktifitas lain, selanjutnya akan dilihat penerimaan tingkat aktifitas mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
(61)
Lampung (Unila) sampai lupa waktu sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 10. Tingkat Aktifitas Mengakses Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) Sampai Lupa Waktu
Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)
Sering (> 5 kali) 3 5,0
Cukup sering (3-5 kali) 24 40,0
Jarang (<3 kali) 33 55,0
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer (kuesioner nomor 5), 2010
Dari tabel 10, sebanyak 33 (55,0%) responden menyatakan jarang (<3 kali) mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sampai lupa waktu, sebanyak 24 (40,0%) responden menyatakan cukup sering (3-5 kali)mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sampai lupa waktu, dan hanya 3 (5,0%) responden yang menyatakan sering (>5 kali) mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sampai lupa waktu. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menjawab jarang mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sampai lupa waktu. Responden dapat mendapat maupun memberikan informasi melalui milis tersebut yang membuat mereka betah berlama-lama mengakses milis tersebut, namun hal tersebut tidak terjadi pada responden dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat dari angka mayoritas yang menyatakan jarang mengakses milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila) sampai lupa waktu.
(62)
Beragam isi pesan yang terdapat dalam milis tersebut dapat membuat para anggotanya reala menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengakses milis tersebut. Hal ini tidak terjadi pada para responden dalam penelitian ini. Hal tersebut terlihat dari tabel jawaban responden di atas.
5.1.4.2 Analisis Kategori Frekuensi Pada Penggunaan Milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila)
Untuk mengetahui frekuensi pada penggunaan milis Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila), berdasarkan total skor yang diperoleh oleh masing-masing responden pada kuesioner nomor 1-5, dapat ditentukan kelas intervalnya dengan rumus sebagai berikut:
I =
K Nr Nt
Diketahui:
NT (Nilai Tertinggi) : 15 NR (Nilai Terendah) : 5 K (Klas/Interval) : 3 Maka: I (Interval Klas) =
3 5 15
I = 3,33 dibulatkan menjadi 3
Setelah diketahui interval klasnya, maka disusun kategori:
≥11 kategori tinggi 8-10 kategori sedang 5-7 kategori rendah
(1)
Akrabi, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang pertama. Adapun masa kepemimpinan FISIP Unila adalah: Dekan periode 1997-2000 : Drs. M. Sofie Akrabi, M.A.
Dekan periode 2000-2004 : Prof. Dr. Bambang Sumitro, M.S. Dekan periode 2004-2009 : Drs. Hertanto, M.Si.
(http://www.unila.ac.id)
Filosofi FISIP Unila
Untuk melkitasi Tri Dharmanya, telah dirumuskan filosofi FISIP Unila yang menjadi dasar pertimbangan dalam memilih alternatif, gerakan, dan langkah.
Filosofi FISIP Unila adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada kepuasan pelanggan.
2. Bertumpu pada organisasi dan manajemen yang profesional. 3. Peningkatan kualitas secara berkelanjutan.
4. Bekerja berdasarkan perencanaan top down-bottom up. 5. Lingkungan kerja yang kondusif.
Visi
Dengan mengacu kepada visi Universitas Lampung dan kondisi nyata yang ada di FISIP, maka visi FISIP 2001-2010 adalah : ”Terwujudnya FISIP sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mandiri, pusat pengembangan ilmu-ilmu social.
(2)
berdaya saing tinggi, mandiri, berbudaya, dan mampu menerangkan, memprediksikan dan megarahkan proses perubahan social.”
(http://unila.ac.id)
Misi
Untuk mencapai visi di atas, FISIP Unila memiliki misi antara lain:
1. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas serta mendukung pelaksanaan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Membentuk insan akademik yang beretika, profesional, dan mengembangkan kultur akademik yang kondusif serta dinamis.
3. Menambah dan meningkatkan prasarana dan sarana, serta mengembangkan manajemen Pendidikan Tinggi yang profesional.
4. Menggalang kerjasama yang sinergis dengan pihak lain.
(http://unila.ac.id)
Tujuan FISIP Universitas Lampung
Tujuanyang ingin dicapai oleh FISIP Universitas Lampung adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, beretika, bermoral, berdaya saing tinggi, serta memiliki kepekaan terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masalah-masalah sosial.
(3)
2. Mengamalkan ilmu pengetahuan melalui pendidikan, riset dan pengabdian untuk mendukung pelaksanaan pembangunan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
3. Melakukan evaluasi diri dan meningkatkan akreditasi semua jurusan/program studi yang ada di lingkkungan FISIP.
4. Mengembangkan budaya akademis dan menciptakan suasana yang kondusif, dinamis, dan demokratis.
5. Meningkatkan mutu manajemen dalam rangka menciptakan efisiensi dan efektifitas.
6. Mengembangkan jaringan kerjasama kemitraan dengan semua pihak.
Organisasi Fakultas
Pimpinan Fakultas
Dekan :
Pembantu Dekan I :
Pembantu Dekan II :
Pembantu Dekan III :
Kabag TU :
Kasubag Kepegawaian :
Kasubag pendidikan : Kasubag Kemahasiswaan : Kasubag Perlengkapan dan Umum :
(4)
Pimpinan Jurusan/Program Studi
Ketua Jurusan Sosiologi : Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan : Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi : Ketua Jurusan Adm Negara : Ketua Jurusan Adm Bisnis : Ketua Prodi Adm Perkantoran : Ketua Prodi Kehumasan : Ketua Prodi Pusdokinfo :
Pimpinan Laboratorium
Laboratorium Sosilogi : Laboratorium Ilmu Pemerintahan : Laboratorium Ilmu Komunikasi : Laboratorium Adm Negara : Laboratorium Adm Bisnis :
Organisasi Kemahasiswaan di FISIP Universitas Lampung
1. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM-FIFIP) 2. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM-FISIP) 3. UKMF LPM Republica
4. UKMF LSSP Cendekia 5. UKMF FSPI
(5)
6. UKMF Cakrawala 7. HMJ Sosiologi
8. HMJ Ilmu Pemerintahan 9. HMJ Ilmu Komunikasi 10. HMJ Adm Negara 11. HMJ Adm Bisnis 12. HMD Adm Perkantoran 13. HMD Kehumasan 14. HMD Pusdokinfo
Tenaga Kependidikan/Akademik
Tenaga kependidikan/akademik di FISIP Unila terdiri dari dosen dan tenaga penunjang akademik.
a. Dosen, adalah seorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya
diangkat oleh Unila dengan tugas utama mengajar di Unila, sehingga disebut Dosen Unila.
b. Tenaga Administrasi, adalah tenaga pelaksana administrasi baik administrasi umum dan keuangan maupun administrasi akademik. FISIP Unila memiliki 26 orang tenaga administrasi.
Mahasiswa FISIP Universitas Lampung
Dari tahun ke tahun jumlah mahasiswa yang terdaftar di FISIP Unila terus
bertambah. Adapun jumlah mahasiswa reguler dan D3 FISIP Unila sampai saat ini adalah 2409 orang. Dengan komposisi: Mahasiswa Juruasan Sosiologi 360 orang,
(6)
Jurusan Ilmu Pemerintahan 384 oranng, Jurusan Ilmu Komunikasi 395 orang, Jurusan Adm Negara 327 orang, Jurusan Adm Bisinis 330 orang, D3 Adm Perkantoran 236 orang, D3 Kehumasan 261 orang, dan D3 Pusdokinfo 116 orang (http://unila.ac.id).