KONFLIK ANTAR ANGGOTA NARAPIDANA SELAMA DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I, Rajabasa, Bandar Lampung)

(1)

KONFLIK ANTAR ANGGOTA NARAPIDANA SELAMA DI

DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN

(Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I, Rajabasa, Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh :

DESI RATNASARI

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRACT

CONFLICTS AMONG PRISONERS DURING IN THE PRISON PERIODE (Study on Prison PeriodeClass 1, Rajabasa Bandar Lampung)

by Desi Ratnasari

This research is aimed at finding out the conflicts among prisoners during in the prison periode. This research was conducted to prisoners in general class and officers in class 1 prison Rajabasa Bandar Lampung which has different misdeed background, age, social status and variant conflicts. By this research, the writer hopes it may minimaze the conflicts occur and lead the conflicts positively by conflicts management. This research is a quantitative research. The informants were 6 persons in total, by division 4 person from the prisoners and 2 others from officers. The data collecting technique used deep interview, observation, and documentation. While the data analysis used data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The obstacles during the research were the lack of conflict data from the prison and the reclusive from the officers and prisoners. Based on the result, it is known that the conflicts among the prisoners still often particularly among room mate and block mate. It is because of mis communication, envios, and bad talks, also the provocation from others. The conflicts were quarrel and fight


(3)

ABSTRAK

KONFLIK ANTAR ANGOTA NARAPIDANA SELAMA DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN

(Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1, Rajabasa, Bandar Lampung)

Oleh Desi Ratnasari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik atar anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Penelitian ini dilakukan pada Narapidana golongan umum dan petugas (sipir) Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Rajabasa, Bandar Lampung dimana golongan umum tersebut mempunyai latar belakang kejahatan, umur, status sosial yang berbeda serta konflik yang beragam. Dengan adanya penelitian tentang konflik diharapkan dapat meminimalisir adanya konflik dan mengarahkan konflik kearah positif dengan melakukan manajemen konflik. Tipe penelitian ini adalah pendekatan secara kualitatif. Informan dalam penelitian ini berjumlah.6 orang, 4 dari Narapidana dan 2 dari petugas Lembaga Pemasyarakatan (sipir). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi, sedangkan analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hambatan yang peneliti dapatkan selama melakukan penelitian adalah, kurangnya data konflik yang peneliti dapatkan dari Lembaga Pemasyarakatan, selain itu sikap tetutup dari pihak lapas dan narapidana juga merupakan salah satu penyebab kurang maksimalnya penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa konflik antar anggota narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan masih sering terjadi terutama antar teman sekamar dan antar blok, konflik ini banyak disebabkan oleh mis komunikasi, silkap iri sesama anggota narapdana, perkataan yang kurang menyenangkan, utang piutang, serta hasutan atau dorongan teman sekamar maupun teman bloknya. Bentuk konfliknya cekcok atau adu mulut, berkelahi yang menyebabkan baku hantam.


(4)

KONFLIK ANTAR ANGGOTA NARAPIDANA SELAMA DI

DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN

(Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I, Rajabasa, Bandar Lampung

Oleh:

DESI RATNASARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosiologi

pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

(8)

MOTO

Maka nikmat TUHANMU yang manakah yang kamu dustakan

(ar-rahman)

Hal yang sangat penting dari komunikasi adalah mendengarkan apa yang tidak

diucapkan

(Peter F Drucker)

Sahabat paling baik dari kebenaran adalah waktu, musuh yang paling besar

adalah prasangka dan pengiringnya yang paling setia adalah kerendahan hati

(charles caleb colton)

Yang membuat hubungan itu harmonis bukan karena tidak ada konflik, tetapi

karena kreativitas dalam menangani konflik

(An Ubaedy)

Hidup di dunia harus sabar dan jujur, narapidana juga manusia terimalah kami

(salah satu ungkapan narapidana)


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdullilahi robbil ‘alamin, dengan mengacap syukur kepada ALLAH SWT saya persebahkan karya tulis ini untuk:

Kedua orang tuaku tersayang, yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik membimbing dan senantiasa menyangi serta mendoakan saya sampai saat ini. Putri kecilmu kini sudah mendapatkan gelar sarjana. Saya haturkan terimaksih

buat segala jasa-jasa yang tak mungkin bisa saya membalasnya.

Buat adik-adikku tersayang yang memberikan saya dorongan dan motivasi serta semangat yang selalu memberikan saya senyuman disaat kepenatan melanda, dan

menyeruak dalam diri.

Keluarga besarku terimakasih buat doa dan dukungan untuk keberhasilan saya. Semua guru, dosen dan orang orang yang telah memberikan warna dan pengajaran

dalam hidup saya sehingga hidupku jauh lebih berwarna dan menjadi sosok wanita yang jauh lebih baik lagi.

Semua petugas Lembaga Pemasyarakatan dan juga para narapidana yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian saya tak lupa untuk petugas Lembaga


(10)

berada dalam lingkungan yang sama.

Teman-teman kosan Sejati 1 yang selalu membantu dan memberi dukungan saya untuk selalu menjadi orang yang jauh lebih baik lagi.

Almamater tercinta Universitas Lampung.semoga ilmu yang saya dapat selama dibangku perkuliahan dapat bermanfaat bagi saya keluarga dan teman-temanku terimaksih untuk semuanya semoga kita selalu diberikan keberkahan, kebahagian,


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur, pada tanggal 09 Desember 1992. Merupakan putri pertama dari Bapak Suyanto dan Ibu Suprihatin.

Penulis menempuh pendidikan formal dari sekolah dasar SDN 2 Bandar Agung.yang di selesaikan pada tahun 2004. Sekolah lanjutan tingkat pertama MTS Ma’arif Sidorejo selesai pada tahun 2007. Kemudian dilanjutkan sekolah menengah atas SMAN 1 Bandar Sribhawono diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis tercatat sebagai mahasisiwi Universitas Lampung pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Sosiologi. Pada awal tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Toto Projo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur selama 40 hari.


(12)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrohim

Segala puji dan syukur Kehadirat Allah SWT, yang memberikan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ahir ini. Serta kepada junjunga Nabi besar Muhammad SAW, yang senantiasa memberikan syafa’atnya kepada kita semua hingga yaumul qiyamah.

Skripsi dengan judul “Konflik Antar Narapidana Selama di Dalam Lembaga Pemasyarakatan (studi pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung)” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca walaupun disadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Peneliti mengharapkan kritik dan saranya untuk memperbaiki hasil karya ini agar lebih baik lagi, banyak dukungan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak yang penulis dapatkan untuk penyelesaian skripsi ini maka dari itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang atas pertolongannya penulis bisa menyelesaikan tugas ahir ini.


(13)

saya bisa menyelesaikan tugas ahir ini, terimakasih buat semua semangat yang selalu diberikan buat saya tanpa saya minta kalian selalu mencurahkan itu ke saya. Salam sayang dari putri kecilmu muuuaaacchhhh. Buat adek ku Indri kuliah yang bener, walau kadang ngeselin, makasih ya buat dukungan dan semangatnya, adik aku yang paling unyuuu Zio yang selalu bikin kangen, jadi anak yang baik ya, cepet jalan biar bisa lari-lari ama Eci .

3. Bapak Drs, Hi. Agus Hadiawan, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

4. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H, selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi penulis, terimaksih atas waktu, motivasi, bimbingan masukan-masukan dan kesabaran dalam penulisan skripsi ini, sehingga saya dapat meraih gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos) di Universitas Lampung.

6. Ibu Dra. Yuni Ratna Sari, M.Si, selaku dosen pembahas seminar usul, seminar hasil dan ujian kompre yang telah memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini, terimakasih banyak ya buk buat semuanya. 7. Seluruh dosen di jurusan Sosiologi FISIP Unila, yang telah memberikan


(14)

9. Seluruh guru-guru Desi selama menjalani masa sekolah terimakasih banyak buat ilmu yang selama ini Bapak dan Ibu berikan kepada saya. 10.Seluruh petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar

Lampung, terimakasih untuk semua bantuannya. Bapak Barus, Bapak Walid, Bapak Bowo, dan narapidana dalam penelitian ini dan yang membantu, terimaksih banyak untuk semua bantuan yang diberikan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Buat Pak Muslim dan Ibu Muslim, seluruh teman-teman kosan Sejati 1, teman-teman seperjuangan Sosiologi 2010, teman- teman KKN dan teman-teman ku diruang yang berbeda terimakasih untuk kalian semua telah memberikan warna dalam kehidupanku, banyak canda tawa dan tangis bersama kalian semua.

12.Buat semua pihak yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu tanpa terkecuali terimaksih banyak telah menorehkan cerita, dalam lembar kehidupanku, sukses selalu buat kita semua.

Penulis hanya bisa berdoa semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan semua pihak kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semog skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua aamiin....

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

PERNYATAAN...ii

RIWAYATHIDUP...iii

PERSEMBAHAN...iv

MOTTO...v

SANWACANA...vi

DFTARISI...vii

DAFTAR TABEL...viii

I.PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Rumusan Masalah………...9

C. Tujuan Penelitian……….9

D. Kegunaan Penelitian………..10

II. TINJAUAN PUSTAKA………11

A. Tinjauan Tentang Konflik……….11

1. Pengertian konflik………11

2. Sebab-Sebab Terjadinya Konflik……….12

3. Akibat Konflik……….12

4. Cara Memecahkan Konflik………..13

5. Bentuk-Bentuk Konflik………...15

6. Faktor-Faktor Penyebab konflik Secara Kusus (di Indonesia)………....15

7. Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik………..16

B. Tinjauan Tentang Narapidana………...17

1. Pengertian Narapidana……….17

2. Hak dan Kewajiban Narapidana………..18

C. Tinjauan Tentang Lembaga Pemasyarakatan………19


(16)

2. Fokus Penelitian……….31

3. Lokasi Penelitian………31

4. Jenis dan Sumber Data………...32

5. Penentuan Informan………...33

6. Teknik Pengumpulan Data……….34

7. Analisa Data………...37

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………41

A. Ganbaran Umum Lembaga Pemasyarakatan ………..41

1. Sejarah………41

2. Visi……….43

3. Misi……….43

4. Tujuan……….43

5. Fungsi……….43

6. Tata Nilai………....44

7. Azaz Pembinaan……… 44

8. Tugas Pokok………...44

9. Sasaran………46

10.Arah Kebijakan………...46

B. Organisasi dan Tata Kerja………46

C. Fasilitas………50

D. Ketata Usahaan………51

E. Ketatalaksanaan………...51

F. Substantif……….53

V. ANALISIS HASIL PENELITIAN………...58

1. Profil Informan………...58

2. Hambatan Penelitian………..61

3. Hasil Wawancara………...62

A. Penyesuaian diri para Narapidana di dalam lingkungan yang baru (Lembaga Pemasyarakata)………62


(17)

C. Faktor penyebab terjadinya konflik………..69

D. Konflik yang pernah dialami dan diketahui oleh Narapidana selama menjadi warga binaan dan sipir………73

E. Hal- hal yang dilakukan dalam penyelesaian konflik………...78

F. Faktor yang menghambat penyelesaian konflik………...82

G. Tindakan yang dilakukan untuk menghindari konflik……….84

H. Dampak konflik yang dirasakan Narapidana………...87

I. Hal yang dilakukan pihak Lembaga Pemasyarakatan dalam meminimalkan konflik tersebut………88

4. Pembahasan………91

a. Bentuk-bentuk konflik yang ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung………..91

b. Akibat atau dampak yang ditimbulkan dari konflik antar anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung………..93

c. Faktor penyebab konflik yang ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas1 Rajabasa Bandar Lampung………..96

VI. KESIMPULAN DAN SARAN………...98

A. Kesimpulan……….98

B. Saran………99

DAFTAR PUSTAKA……….100


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kriminalitas tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah Narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan (LP). Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat dari Wakil Kepala Badan Reserse.Kriminal Polri Jendral Polisi Saud Usman, menurutnya jumlah kejahatan di tahun 2012 tepatnya sampai ahir November mencapai 316500 kasus. Jadi setiap 1 menit 31 detik terjadi satu tindak kejahatan (Nasional.Kompas.com).

Pelbagai tindak kejahatan yang sering terjadi di masyarakat, misalnya pencurian, perampokan, penipuan, pembunuhan, pemerkosaan, asusila, aniaya dan lain sebagainya. Semua tindak kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang memengaruhinya, seperti keterpaksaan seseorang melakukan tindak kejahatan. Tindak kejahatan yang terjadi tersebut harus mendapat ganjaran yang setimpal atau seimbang,


(19)

sehingga dengan demikian agar ketertiban, ketentraman dan rasa keadilan di masyarakat dapat tercapai dengan baik.

Provinsi Lampung kususnya kota Bandar Lampung tak sedikit pula tindak kejahatan yang ada. Tak hanya kasus pencurian, narkoba, korupsi, pemerkosaan, penganiayaan, pembunuhan namun masih banyak lagi kasus-kasus kejahatan yang ada di Bandar Lampung. Hal ini didukung oleh data yang peneliti dapatkan dariLembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung pada bulan November dan Desember 2014 mengalami peningkatan yaitu dari 780 Narapidana menjadi 827 Narapidana yang dibina.Orang-orang yang melakukan tindak kejahatan ini harus diamankan agar tidak meresahkan masyarakat, Karena jika dibiarkan begitu saja maka akan menggangu ketertiban yang ada di dalam masyarakat. Lembaga Pemasyarakatan adalah salah satu elemen penting dalam pembinaan Narapidana agar Narapidana tersebut menjadi warga negara yang baik. Salah satu Lembaga Pemasyarakatan yang ada di Bandar lampung adalah Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung. Lembaga Pemasyarakatan ini menangani banyak kasus yang mempunyai tingkat hukuman yang relatif lama yaitu diatas 1 tahun dan harus dipisahkan dari tahanan-tahanan lain.

Lapas kelas 1 dalam Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa Bandar Lampung, di dalamnya merupakan Narapidana dari latar belakang suku, agama dan setatus sosial yang berbeda, selain itu di dalam Lembaga Pemasyarakatan ini Narapidana yang dibina dikelompokkakn ke dalam 4 golongan berdasan kejahatannya. Golongan kejahatan tersebut adalahTIPIKOR, narkoba, human


(20)

trafficking dan golongan umum (di dalamnya merupakan semua jenis tindak kejahatan selain 3 golongan yang disebutkan)golongan tersebut mendiami blok yang berbeda dan terpisah dari blok lainnya walaupun masih dalam satu komplek Lembaga pemasyarakatan tersebut.

Beragam jenis kejahatan, latar belakang budaya, ekonomi, pandangan hidup dalam golongan umum, hal ini tak jarang memicu terjadinya konflik diantara sesama Narapidana. Konflik antar narapidana pasti akan selalu terjadi walau intensitasnya tidak setiap hari. Hasil wawancara yang penelitidapat dari petugas lembaga pemasyarakatan selama melakukan penelitian adalahintensitas konflik tidak selalu terjadi setiap hari akan tetap dalam seminggu pasti akan terjadi konflik yaitu 4 sampai 5 hari menangani konflik terkadang dalam semnggu hampir setiap hari petugas Lapas menangani konflik. konflik yang terjadi di dalam Lapas tidak pernah lama 1 sampai 3 hari konflik itu berlangsung, karena hal ini langsung diselesaikan oleh Narapidana yang berkonflik itu sendiri atau atau petugas Lapas, karena itulah peneliti melakukan penetitian disini dan mengambil golongan pidana umum. Pengambilan golongan ini didasarkan jenis kejahatan yang ada di dalamnya. Narapidana dalam golongan umum yang dibina lebih beragam daripada golongan lain yang hanya satu jenis kejahatan saja, sehingga konflik dalam golongan umum lebih beragam.Konflik ini biasanya banyak dipicu karena mis-komunikasi, hutang piutang dan rasa iri terhadap teman sesama Narapidana. Konflik tersebut tidak sampai mencuat kepermukaan karena biasanya konflik itu diketahui sipir yang bertugas atau sikap sipir yang tegas langsung mendamaikan pihak yang berkonflik agar konflik yang terjadi tidak


(21)

semakin besar karena dapat mengganggu proses pembinaan dan mengganggu Narapidana yang lain.

Adapun jumlah Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung berdasarkan golongan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 :

Tabel 1. Jumlah Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung Berdasarkan Golongan Kejahatan

NO Penggolongan tindak pidana Jumlah

1 TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi) 36Orang

2 Narkoba 270 Orang

3 Human Trafficking (perdagangan Manusia ) 3 Orang 4 Umum (tidak pidana selain yang ada di atas

seperti pencurian pemerkosaan pembunuhan dan lain-lain)

576 Orang

Jumlah 835 Orang

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung (pada tanggal 26 maret 2014)

Tabel diatas merupakanpenggolongan kejahatandan jumlah Narapidanayang dibina dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung adalah Narapidana yang dibina di golongkan menjadi empat (4) golongan. Golongan tersebut adalah TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi), Narkoba, Human Trafficking (Perdagangan Manusia), dan Umum (yang masuk ke umum ini selain dari tiga (3) golongan diatas misalnya kasus pencurian, pemerkosaan, pembunuhan dan lain-lain). Dari data yang didapat per tanggal 26 Maret 2014 dapat disimpulkan bahwa tindak kejahatan dalam golongan umum paling banyak jumlahnya yaitu sebesar 576 Narapidana yang dibina. Hal ini terjadi karena di dalam Umum ini Narapidanayang ada lebih beragam


(22)

jenisnya yaitu selain dari tiga golongan tersebut. Golongan umum menempati 3 blok yaitu blok B(B1, B2), C(C1, C2), dan D (D1, D,2). Setelah itu disusul oleh kasus Narkoba yaitu sebanyak 270 Narapidanayang dibina.Narapidana golongan narkoba ini menempati 1 blok yaitu blok A (A1, A2, dan A3) Lalu TIPIKOR sebanyak 36 Narapidana yang dibiana yang menempati blok D3 dan paling sedikit adalah Human Trafficking yaitu sebanyak 3 Narapidana yang dibina. Dari data jumlah Narapidana yang diperoleh diatas menggambarkan bahwa tingkat kejahatan dan kriminalitas masih cukup besar yaitu dalam golongan Umum dan Narkoba. Peneliti dalam penelitian ini akan mengambil informan dari golongan umum, karena Narapidana yang dibina lebih beragam. Selain itu interaksi diantara mereka lebih beragam karena mereka menempati jumlah blok yang paling banyak diantara yang lainnya dengan jumlah Narapidana yang dibina yang tak sedikit pula.

Narapidana sebagai makluk sosial merupakan bagian dari masyarakat juga, bedanya dengan anggota masyarakat lainnya adalah untuk sementara waktu kebebasan mereka dicabut. Walaupun demikian sebagai makluk sosial yang berinteraksi Narapidana menghendaki dapat bergaul dengan masyarakat sekitarnya, ingin kehadirannya diterima dan diperhatikan orang lain. Narapida mempunyai kebebasan yang terbatas, tetapi sebagai warga negara Indonesia hak-hak Narapidana masih di lindungi. Hak-hak Narapidana ini diatur dalam undang-undang tentang Pemasyarakatan Republik Indonesia dalam pasal 14 Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sudah terpenuhi dan didapatkan oleh seluruh Narapidana yang di bina di dalam


(23)

Lembaga Pemasyrakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung (pra riset), yang tertuang yang isinya Narapidana itu berhak: melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepecayaannya, mendapatkan perawatan (perawatan jasmani atau rohani), mendapatkan pendidikan dan pengajaran, mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak, menyampaikan keluhan, mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang, mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan, menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, mendapatkan pengurangan masa pidana, mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga, mendapatkan pembebasan bersyarat, mendapatkan cuti menjelang bebas, mendapatkan hak-hak lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(http://www.hukumonline.com).

Dengan demikian walaupun untuk sementara kebebasannya sebagai warga negara di cabut tapi para Narapidana masih bisa menikmati hak-haknya sebagai warga binaan. Hak-hak yang tertuang dalam pasal tersebut masih bisa di nikmati oleh para Narapiadana. Selain hak yang mereka dapat para narapinana harus memenuhi kewajibannya sebagai warga binaan agar pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan itu dapat tercapai dengan baik. Lembaga Pemasyarakatan sebagai tempat pembinaan dan perbaikan terhadap para Narapidana diharapkan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat mengurangi tingkat kejahatan di dalam masyarakat. Tujuan dari Lembaga Pemasyarakatan ini adalah agar Narapidana tidak mengulangi lagi


(24)

perbuatannya dan bisa menemukan kembali kepercayaaan dirinya serta dapat diterima kembali menjadi bagian dari anggota masyarakat. Dengan demikian tujuan dari lembaga pemasyarakatan adalah memberikan efekjera kepada warga binaan agar kembali ke jalan yang benar dan tidak mengulangi perbuatannya dan kembali menjadi anggota masyarakat yang lebih baik lagi. Cara yang digunakan adalah dengan pemberian pembinaan yang dilakukan selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan, seperti pembinaan rohani dan pemberian bekal ketrampilan, memberikan dorongan supaya bisa menjadi manusia yang jauh lebih baik lagi setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan dan siap kembali kedalam masyarakat.

Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat atau sarana perbaikan diri para Narapida selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana dibina agar menjadi manusia yang jauh lebih baik lagi selain, dan diharapkan setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan menjadi masyarakat yang taat hukum dan tidak lagi melanggar hukum yang ada. Banyak kegiatan yang dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk memanusiakan Narapidana, contohnya, pembekalan ilmu agama, pemberian kajian-kajian rohani untuk menambah keriligiusan para Narapidana, selain itu pembekalan kreatiftas dan memaksimalkan kreatifitas Narapidana juga diberikan disini, contohnya saja pengajaran ketrampilan dalam hal pertukangan( seperti: pebuatan lemari, paving blok, pembuatan aquarium), kesenian (jaranan, orgen tunggal, marhabanan), kerajinan (pembuatan miniatur kapal dari bambu, tapis, pembuatan batu cincin)dan kegiatan positif lainnya seperti budidaya lele, potong rambut, menjahit, dan cuci motor dan


(25)

mobil. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah langkah pembinaan yang di lakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang peneliti ambil sebagai studi kasus yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung.

Proses pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan melibatkan seluruh Narapidana yang ada. Jumlah narpidana yang setiap bulannya bertambah, karena tingginya tingkat kejahatan yang ada selain itu latar belakang kehidupan para Narapidana sebelum masuk ke dalam Lapas, usia, jenis kejahatan yang berbeda, lamanya dibina merupakan salah satu kendala yang dirasakan petugas Lapas dalam proses pembinaan. Over kapasiti lemabaga pemasyarakatan yang melebihi kapasitas atau daya tampung yang seharusnya, konflik dalam proses interaksi Narapidana juga menyumbang kurang maksimalnya proses pembinaan yang dilakukan di dalam Lembaga Pemasyrakatn ini.

Selama proses pembinaan yang ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan terdapat pertentangan atau konflik sesama anggota Narapidana. Konflik yang terjadi biasanya terjadi antara penghuni blok atau sesama penghuni blok. Konflik ini biasanya di picu masalah mis-komunikasi, utang piutang atau iri sesama teman penghuni Lapas. Bisa juga karena tindakan yang kurang menyenangkan hati atau tantangan yang di lakukan secara tidak langsung tapi melalui tingkah laku atau gerak-gerik. Hal ini juga salah satu pemicu konflik.

Dari latar belakang yang diuraikan diatas peneliti tertarik melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung. Karena peneliti merasa tertarik mengenai konflik yang ada di Lembaga


(26)

Pemasyarakatan tersebut. Dimana orang yang melakukan kejahatan tersebut dari latar belakang yang berbeda, dari umur yang berbeda dan status sosial yang berbeda pula. Selain itu lamanya masa tahanan juga berpengaruh terhadap konflikantar Narapidana.

Penelitian ini digunakan untuk melihat bagaimana konflik sesama anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan tersebut dapat terjadi. Fokus dari penelitian ini adalah pertentangan atau konflik sesama anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung, karena peneliti ingin mengetahui penyebab terjadinya konflik sesama anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat terjadi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk konflik sesama anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat terjadi?

2. Bagaimana penyebab terjadinya konflik sesama anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Melihat bentuk konflik sesama anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat terjadi


(27)

2. Mengetahui apasaja yang menjadi penyebab terjadinya konflik sesama anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis, praktis maupun bagi mahasiswa:

1. KegunaanTeoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangsih pemikiran dan dapat dijadikam landasan bagi peneliti kususnya dalam pengembangan disiplin ilmu sosial yang berkaitan dengan manajemen konflik mengenai faktor yang menyebabkan konflik antar Narapidana selama di dalam Lembahga Pemasyarakatan.

2. Kegunaan Praktis, sebagai bahan pembelajaran bagi penulis untuk dapat menganalisis suatu fenomena konflik di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Setelah mengetahui hal tersebut kedepannya pihak Lembaga Pemasyarakatan atau instansi terkait lebih memperhatiakandan memaksimalkan lagi dalam melakukan pembinaan terhadap Narapidanasupaya konflik di dalam Lapas dapat diminimalkan dan dirahkan ke koflik yang lebih positif.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Konflik 1. Pengertian Konflik

Istilah 'konflik' berasal dari kata Latin 'configere' yang berarti saling memukul. Dalam pengertian sosiologi, konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan

MenurutRobert M.Z. Lawang, konflik adalahperjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya, di mana tujuan mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya.Konflik merupakan keadaan yang wajar dalam setiap masyarakat. Tidak ada orang atau masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik dalam hidupnya.


(29)

2. Sebab-Sebab Terjadinya Konflik

Hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya konflik antara lain sebagai beriku

a. Adanya perbedaan kepribadian di antara mereka yang terlibat konflik, akibat adanya perbedaan latar belakang kebudayaan.

b. Adanya perbedaan pendirian atau perasaan antara individu yang satu dengan individu yang lain.

c. Adanya perbedaan kepentingan individu atau kelompok di antara mereka

d. Adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat karena adanya perubahan nilai atau sistem yang berlaku.

3. Akibat Konflik

Konflik dapat mengakibatkan hal yang positif maupun hal yang negatif. Hal itu tergantung apabentuk konflik itu dan dari mana kita memandangnya, secara umum konflik dapat menimbulkan akibat berikut ini.

a. Bertambah kuatnya rasa solidaritas di antara sesama anggota kelompok. Hal ini biasanyadicapai apabila terjadi konflik antarkelompok dalam masyarakat.

b. Hancur atau retaknya kesatuan kelompok. Hal ini biasanya muncul dari konflik yang terjadi diantara anggota dalam suatu kelompok. c. Adanya perubahan kepribadian individu.


(30)

d. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.

4. Cara Pemecahan Konflik

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan konflik, di antaranya: rujuk, tawar-menawar, arbitrase, mediasi, konsiliasi, stalemate, ajudikasi, kompromi, elimination, subjugation atau domination, majority rule, minority consent, dan integrasi.

a. Rujuk, merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat kerja sama untuk menjalani hubungan yang lebih baik untuk kepententingan bersama.

b. Tawar-menawar, suatu penyelesaian yang dapat diteriam oleh kedu belah pihak.

c. Arbitrase, pihak ketiga mendengar keluahan dari kedua belah pihak dan berfungsi sebagai hakim yang mencari pemecahan yang memikat

d. Mediasi, menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sebuah konflik, mediator dapat membantu dalam pencarian fakta, menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memecahkan masalah serta melapangkan jalan dalam penyelesaian masalah atau konflik, mediasi adalah hal yang digunakan dalam penyelesaian


(31)

konflik yang dilakukan oleh para sipir atau petugas Lapas. (Rajaprestasi, 2009).

e. Konsiliasi, usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama.

f. Stalemate, keadaan keduabelah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang lalu berhenti pada suatu titik karena tidak mungkin kedua belahpihak maju atau mundur.

g. Ajudikasi, penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

h. Kompromi, jalan tengah yang diambil oleh pihak-pihak yang terlibat konflik. (Harun, 2013).

i. Elimination, berarti pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik antara lain,dengan ucapan 'kami mengalah', 'kami mundur', 'kami keluar', dan sebagainya.

j. Subjugation atau domination, berarti orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk menaatinya, terutama pihak yang lemah.

k. Majority rule, berarti suara terbanyak yang ditentukan melalui pemungutan suara atau voting yang akan menentukan keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.

l. Minority consent, berarti ada kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan, serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama.

m. Integrasi, berarti pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai


(32)

kelompok yang saling bertentangan mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak(alfinnitihardjo,2013)

5.

Bentuk-Bentuk Konflik

Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa bentuk konflik, yaitu konflik pribadi, politik, rasial, antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.

a. Konflik pribadi adalah konflik yang terjadi di antara individu karena masalah-masalah pribadi.

b. Konflik politik adalah konflik antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan citacita politik.

c. Konflik rasial adalah konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan.

d. Konflik antarkelas sosial adalah konflik yang disebabkan munculnya perbedaan-perbedaan kepentingan

e. Konflik yang bersifat internasional adalah konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing. (alfinnitihardjo,2013)

6. Faktor-Faktor Penyebab Konflik secara Kusus (di Indonesia)

a. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. b. Apabila terjadi persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian


(33)

c. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain.

d. Apabila terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat.

7. Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik

a. Konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak.

b. Konflik tertutup merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik.

Jadi konflik itu adalah suatu tindakan yang disertai dengan ancaman tapi tidak di ikuti tidak kekerasan terhadap lawannya. Konflik ini kebanyakan disebabkan karena ketidakharmonisan antarindividu, antar kelompok maupun antara individu dan kelompok sosial. Konflik ini yang menyebabkan permusuhan karena perbedaan fisik maupun emosi, di mana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan

Konflik diantara Narapidanapasti terjadi, baik konflik sosial yang terbuka maupun tertutup. Tetapi kebanyakan dari konflik ini bersifat tertutup karena konflik hanya di ketahui oleh warga binaan yang berkonflik dan para petugas yang berwenang. Karena biasanya konflik yang sering terjadi sering di sebabkan oleh utang piutang sesama anggota Narapidana yang


(34)

karena tidak mau membayar atau karena lupa maka menyebabkan konflik. Mis-komunikasi antar blok satu dengan blok lainnya karena salah mengartikann tanda-tanda komunikasi atau salah mengartikan tindakan yang di lakukan merupakan pemicu konflik tertutup juga. Tindakan yang kurang menyenangkan hati atau tantangan yang di lakukan secara tidak langsung tapi melalui tingkah laku atau gerak-gerik. Hal ini juga salah satu pemicu terjadinya konflik.Fokus dari penelitian ini adalah melihat konflik sesama anggota Narapidana selama didalam Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung. Fokus ini diambil untuk mengetahui apasaja yang menjadi penyebab terjadinya konflik sesama anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

B. Tinjauan Tentang Narapidana 1. Pengertian Narapidana

Menurut UU No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana adalah orang hukuman yang sedang menjalani masa hukuman penjara atau kurungan di Lembaga Pemasyarakatan atas dasar surat keputusan hakim, untuk dibina agar menjadi manusia yang sadar atau tidak melanggar hukuman lagi setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan.

Dengan kata lain bahwa Narapidana adalah orang yang telah melakukan kesalahan atau melanggar hukum sehingga karena kesalahannya ia di vonis atau dijatuhi hukuman yaitu di penjarakan. Narapidana selama


(35)

berada di Lembaga Pemasyarakatan untuk menjalani hukuman diberi upaya-upaya pembinaan (Herayanti, 2011).

2. Hak dan Kewajiban Narapidana

Pasal 14 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, hak dan kewajiban Narapidana:

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya 2. Mendapatkan perawatan, baik perawatan jasmani maupun rohani 3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak 5. Menyampaikan keluhan

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang

7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan 8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang

tertentu lainnya

9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

10. Medapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

11. Mendapatkan pembebasan bersyarat 12. Mendapatkan cuti menjelang bebas

13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku (http://www.hukumonline.com)


(36)

Kewajiban warga binaan ditetapkan pada pasal 15 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yaitu:

1. Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu

2. Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (http://www.hukumonline.com).

Hak dan kewajiban diatas adalah yang diperoleh para Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga binaan yaitu bahwa setiap Narapidana wajib mengikuti program pendidikan dan bimbingan agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya selama menjadi penghuni Lembaga Pemasyarakatan.

C. Tinjauan Tentang Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap Narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Sebelum dikenal istilah Lapas di Indonesia, tempat tersebut di sebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal PemasyarakatanKementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman). Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa Narapidana (napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim


(37)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Pemasyarakatan).

Lembaga Pemasyarakatan potensial dan strategis sebagai tempat berinteraksi antara Narapidana berpengalaman dengan Narapidana pemula. Hal ini dimungkinkan pada saat berlangsung suatu acara maupun kegiatan pembinaan. Oleh karena itu, semakin lama berada di penjara semakin mungkin seseorang itu menjadi terpenjara.

1. Pembagian kelas-kelas Lembaga Pemasyarakatan a. Kelas I

1. Yang menjalani pidana seumur hidup

2. Yang menjalani pidana penjara terbatas yang berbahaya

3. Mereka ini harus ditempati terpisah dari tahanan-tahanan yang lainnya

b. Kelas II

1. Mereka yang di pidana lebih dari 3 bulan penjara 2. Terpidana kelas I yang diturunkan ke kelas II 3. Terpidana kelas III yang dikembalikan ke kelas II c. Kelas III

1. Mereka yang diturunkan dari kelas II d. Kelas IV

1. Mereka yang dipidana penjara 3 bulan atau kurang 2. Mereka ini harus terpisah dari yang lain lainya.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 yaitu,Lapas kelas 1 dalam Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa Bandar


(38)

Lampung, di dalamnya merupakan Narapidana dari latar belakang suku, agama dan setatus sosial yang berbeda, selain itu di dalam Lembaga Pemasyarakatan ini Narapidana yang dibina dan strata sosial yang berbeda dengan masa hukuman yang relatif lama yaitu diatas 1 tahun, di dalam lembaga pemasyarakatan ini dikelompokkakn ke dalam 4 golongan berdasan kejahatannya. Golongan kejahatan tersebut adalah TIPIKOR, narkoba, human trafficking dan golongan umum (di dalamnya merupakan semua jenis tindak kejahatan selain 3 golongan yang disebutkan) golongan tersebut mendiami blok yang berbeda dan terpisah dari blok lainnya walaupun masih dalam satu kompleksehingga lokasi ini sangat cocok untuk di lakukan sebuah penelitian tentang konflik antar anggota Narapidana.

1. Tujuan terbentuknya Lembaga Pemasyarakatan

Penempatan Narapidana pada rumah penjara adalah merupakan manifestasi dari pelaksanaan pidana penjara yang pada hakikatnyamerupakanpencabutankebebasan individu. Lembaga Pemasyarkatan selain berfungsi sebagai tempat menjalankan pidana bagiNarapidana, juga sekaligus berfungsi untuk melaksanakan pembinaan bagi mereka.

Dengan demikian jelas bahwa Lembaga Pemasyarakatan bukan semata-mata sebagai tempat pelaksanaan pidana penjara, akan tetapi masih mempunyai satu fungsilain yang bersifat kemanusiaan yaitu membina Narapidana agar dapat menjadi warga masyarakat yang berguna bagi lingkungan masyarakat dan negaranya kalau bebas nanti.Dalam sistem


(39)

pemasyarkatan, tidak saja masyarakat yang dilindungi terhadap diulanginya perbuatan jahat oleh Narapidana melainkan juga orang yang tersesat dilindungi dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang berguna, untuk membina Narapidana supaya menjadi seorang anggota masyarakat Indonesia yang berdasarkan pancasila, maka harus dipehatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Selama ia menjalani pidana ia harus dikenalkan pada masyarakat dan tidak boleh diasingkan, hal ini sesuai dengan sila kedua dari pacasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.

b. Pekerjaan dan pendidikan yang diberikan kepadanya tidak boleh bersifat mengisi waktu atau hanya untuk kepentingan Negara saja, pekerjaannya harus satu dengan sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Bimbingan dan pendidikanharus berdasarkan Pacasila, segala macam kegiatan dalam pembinaan Narapidana harus didasarkan Pancasila, seperti adanya saling harga menghargai, kebebasan dalam beribadat, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat, punya hak dan kewajiban yang sama.

Jadi tujuana dari terbentuknya lembaga pemasyarakatan bagi warga binaan adalah supaya mereka mendapatkan perlindungan, walaupun setatus mereka sebagai warga binaan. Karena walaupun mereka merupakan warga binaan tapi mereka merupkan bagian dari masyarakat juga.


(40)

Pembinaan Narapidana merupakan suatu cara perlakuan terhadap Narapidana yang dikehendaki oleh sistem pemasyarakatan dalam usaha mencapai tujuan, yaitu agar sekembalinya Narapidana dapat berperilaku sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi dirinya, masyarakat serta negara

(repository.usu.ac.id/.../chapter%20II.pdf).

Menurut (Suparlan 1983) dalam kamus istilah Kesejahteraan Sosial mengartikan bahwa: “pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, penyusunan program, koordinasi pelaksanaan dan pengawasan sesuatu pekerjaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan hasil yang semaksimal mungkin”.

Maka yang perlu dibina adalah pribadi dan budi pekerti Narapidana agar membangkitkan kembali rasa percaya dirinya dan dapat mengembangkan fungsi sosialnya dengan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat. Jadi pembinaan sangat memerlukan dukungan dan keikutsertaan dari masyarakat. Bantuan tersebut dapat dilihat dari sikap positif masyarakat untuk menerima mereka kembali di masyarakat.

Berdasarkan pasal 5 Undang-undang No.12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan pembinaan Narapidana dilaksanakan dengan sistem:


(41)

Pengayoman adalah perlakuan terhadap Narapidana dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Narapidana, juga memberikan bekal hidup kepada Narapidana agar menjadi warga yang berguna dalam masyarakat. 2. Persamaan Perlakuan dan Pelayanan

Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada Narapidana tanpa membeda-bedakan orang.

3. Pendidikan dan Pembimbingan

Pendidikan dan pembimbingan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembimbingan dilaksanakan berdasarkan Pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, ketrampilan, pendidikan kerohanian dan kesempatan untuk menunaikan ibadah. 4. Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia

Penghormatan harkat dan martabat manusia adalah sebagai orang yang tersesat, Narapidana harus tetap diperlakukan sebagai manusia.

5. Kehilangan Kemerdekaan Merupakan Satu-satunya Penderitaan Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan adalah Narapidana yang harus berada dalam Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan untuk jangka waktu tertentu sehingga Negara mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya.


(42)

6. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang.

3. Wujud Pembinaan

Wujud pembinaan Narapidana meliputi: 1. Pendidikan umum

2. Pendidikan keterampilan

3. Pendidikan mental, spiritual dan agama

4. Sosial budaya, kunjungan keluarga, seni musik dan lain-lain 5. Kegiatan rekreasi (olah raga, hiburan segar,dan membaca).

4. Proses Pembinaan

Empat tahap proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan:

1. Tahap pertama: Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap Narapidana untuk mengetahui hal ikhwal yang bersangkutan. 2. Tahap kedua: Bilamana proses pembinaan telah berjalan

selama-lamanya sepertiga dari masa pidananya dan menurut Dewan pembina Pemasyarakatan sudah terdapat kemajuan (insyaf, disipiln dan patuh terhadap peraturan tata tertib), maka yang bersangkutan ditempatkan pada lembaga pemasyarakatan dengan sistem keamanan yang medium dengan kebebasan yang lebih banyak. 3. Tahap ketiga: bilamana proses pembinaan terhadap Narapidana

telah berlangsung selama setengah dari masa pidananya dan menurut dewan pembina pemasyarakatan telah terdapat cukup


(43)

kemajuan, baik secara fisik, mental maupun keterampilannya, maka dapat diadakan asimilasi dengan masyarakat luas.

4. Tahap keempat: bilamana proses pembinaannya telah berlangsung selama dua pertiga dari masa pidananya atau sekurang-kurangnya sembilan bulan, maka kepada yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat, atas usul dari dewan pembina pemasyarakatan.

5. Tujuan Pembinaan

Secara umum tujuan pembinaan adalah: a. Memantapkan iman (ketahanan mental)

b.Membina mereka agar segera mampu berintegrasi secara wajar dalam kehidupan berkelompok selama dalam Lembaga Pemasyarakatan dan kehidupan yang lebih luas (masyarakat), setelah selesai menjalani pidana.

Sedangkan secara khusus pembinaan bertujuan untuk:

a. Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya.

b. Berhasil memperoleh pengetahuan minimal keterampilan untuk bekal hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional.

c. Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum dengan tidak lagi melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

d. Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan negara (repository.usu.ac.id/.../chapter%20II.pdf).


(44)

D. Kerangka Pikir

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung merupakan proses pembinaan pemasyarakatan bagi Narapidana tindak kasus kejahatan yang melanggar hukum yang dibagi ke dalam 4 golongan kejahatan, yaitu: TIPIKOR, Human trafficking (perdagangan manusia), narkoba dan umum, dengan tujuan, tugas pokok dan fungsinya yaitu:

Tujuan:

Sistem Pemasyarakan diselenggarakan dalam rangkan membentuk Narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang menyadari keseluruhan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi lagi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dan dapat aktif berperan dalam pembangunan, hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Pembinaan Lapas

Kaonflik Narapidana


(45)

Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan adalah melaksanakan pembinaan kepribadian dan kemandirian yang ditunjang dengan keamanan antara pembinaan dan keamanan seperti satu mata uang yang tidak dapat dipisahkan yaitu kalau keadaan aman pembinaan didepan dan keamanan membantu, serta kalau keadaan darurat keamanan didepan dan pembinaan yang membantu. Disamping tugas pokok tersebut, Lembaga Pemasyarakatan juga mempunyai tugas pelayanan dan perawatan yaitu terkait dengan pelayanan kesehatan dan makanan. Keseluruhan tugas pokok dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan tersebut berwujud hak-hak Narapidana yang diatur dalam pasal 14 Undang-undang Nomor: 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Pembinaan Narapidana di dalam lembaga pemasyarakat tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan yaitu membentuk Narapidana menjadi manusia yang taat hukum, menyadari kesalahan dan tidak mengulagi lagi perbuatan yang melanggar hukum guna memperbaiki diri supaya menjadi warga yang baik dan bertanggung jawab.Banyak faktor yang menyebabkan proses pemasyarakatan atau pembinaan ini kurang maksimal yaitu adanya konflik di tengah-tengah proses pembinaan tersebut. Konflik yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan ini lebih banyak terjadi pada teman sekamar maupun teman antar blok. Hal ini biasanya dipicu karena mis-komunikasi, utang piutang atau sikap iri selain itu karena tindakan yang kurang menyenangkan hati atau tantangan yang di lakukan secara tidak langsung tapi melalui tingkah laku atau gerak-gerik. Hal inilah yang


(46)

menyebabkan konflik itu muncul. Konflik yang muncul kebanyakan dari golongan umum, pengambilan golongan ini didasarkan jenis kejahatan yang ada di dalamnya. Narapidana dalam golongan umum yang dibina lebih beragam daripada golongan lain yang hanya satu jenis kejahatan saja, sehingga konflik dalam golongan umum lebih beragam.

Konflik itu sendiri adalah suatu proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan (Hedisasrawan,2013)

Tujuan penelitian ini adalah melihat bagaimana konflik sesama anggota Napapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat terjadi, dan mengetahui apasaja penyebab terjadinya koflik dilihat dari kejahatan yang mereka lakukan dan lama mereka berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Agar peneliti mengetahui bagaimana konflik itu dapat terjadi dan bagaimana proses penyelesaian konflik tersebut.


(47)

III. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci. Pengumpulan data dari penelitian ini tidak dipandu oleh teori tapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan. Hasil ahir dari penelitian kualitatif ini menghasilkan data atau informasi yang bermakna bahkan hepotesis atau ilmu baru yang dapat mengatasi masalah (Sugiyono, 2008). Lebih lanjut bahwa kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara natural dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadisecara alamiah. Konsep ini lebih menekankan pentingnya sifat data yang diperoleh oleh penelitian kualitatif, yaitu data alamiah. Data alamiah ini diperoleh dari subjek peneliti yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yakni penelitian yang bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya tentang salah satugejala nyata yang ada dalam kehidupan masyarakat yangdapat digunakan


(48)

untuk menelaah suatatu keadaan, kelompok, masyarakat, lembaga-lembaga maupun individu-individu.(Renfil, 2012).

Tujuan digunakan metode studi kasus ini adalah untuk mengetahui secara mendalam mengenai gambaran tentang konflik antar Narapidana selama di dalam lembaga pemasyarakatan, alasan menggunakan metode studi kasus karena peneliti mempunyai sedikit kontrol tentang kasus yang akan diselidiki.

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pedoman untuk mengambil data apa saja yang relevan dengan permasalahan penelitian. Fokus harus konsisten dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang ditetapkan terlebih dahulu. Fokus penelitian ini juga berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah ditetapkan (Moleong, 2007). Adapun yang menjadi fokus penelitian yang akan penulis lakukan nantinya yakni:melihat penyebab konflik, konflik antar kelas di dalam blok, bentuk pembinaan yang dilakukan, kegiatan manajemen konflik sesama anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan kelas I Rajabasa Bandar Lampung. Alasan penulis mengambil lokasi penelitian ini dikarenakan merupakan tempat yang cocok untuk mengadakan suatu penelitian tentang konflik antar anggota Narapidana, karena di Lapas ini pernah terjadi konflik yang besar yaitu yang menyebabkan bentrok antar Narapidana serta Narapidana dan petugas Lembaga Pemasyarakatan, alasan


(49)

inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian disini. Hal lain yang membuat peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena merupakan tempat yang sesuai dengan tema yang peneliti ambil, karena di dalam Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Rajabasa ini banyakNarapidana yang memiliki latar belakang kejahatan, umur, dan status sosial yang berbeda dengan masa hukuman yang relatif lama. Selainitu karena proses pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang melibatkan seluruh Narapidana yang ada. Jumlah narpidana yang setiap bulannya bertambah, karena tingginya tingkat kejahatan yang ada membuat proses pembinaan tidak selalu berjalan seperti yang diharapkan, banyak kedala yang dirasakan oleh para petugas Lembaga Pemasyarakatan dalam proses pembinaan. Sehingga lokasi ini sangat cocok untuk di lakukan sebuah penelitian tentang konflik sesama anggota Narapidanaselama di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

4. Jenis dan Sumber Data

Data yang diambil dalam penelitian ini berupa:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti.

2. Data sekunderadalah data yang digunakan untuk mendukung danmencari fakta yang sebenarnya dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi dan arsip-arsip. Data sekunder atau data yang tertulis yang digunakan dalam penelitian dapat berupa:


(50)

1. Peraturan perundang-undangan tentang pemasyarakatan contohnya uu no 12 tentang pemasyarakatan.

2. Buku atau literatur yang berkaitan dengan lembaga pemasyarakatan.

2. Penentuan Informan

Informan (narasumber) adalah orang yang mengetahui serta memiliki informasi yang luas terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Keberadaan atau peran informan dalam suatu penelitian sangat vital, karena dari informanlah peneliti mendapatkan informasi tentang sesuatu yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Informan yang penulis maksudkan disini adalah para Narapidana yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Rajabasa Bandar Lampung dengan latar belakang kejahatan, umur dan lamanya masa hukuman. Peneliti dalam penelitian ini mengambil informan dari golongan umum, Karena di dalam golongan ini Narapidana yang dibina lebih beragam jenisnya, misalnya: pencurian, pemerkosan, pembunuhan, penganiayaan sehingga konfliknya juga beragam Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapat dari petugas Lapas dalam golongan umum intensitas konfliknya lebih sering 4 sampai 5 hari berturut-turut dalam seminggu,terkadang dalam seminggu hampir setiap hariterjadi konflik.

Selain Narapidana, sipir juga merupakan salah satu bagian dari informan karena mereka juga mengetahui bagaimana pola interaksi yang di lakukan Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive yakni dipilih secara sengaja


(51)

berdasarkan kriteria yang ditentukan berikut keriteria informan yang ditentukan dsalam penelitian ini:

1. Narapidana yang sedang menjalani pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung

2. Sudah berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan ini minimal 2 tahun baik bagi Narapidana maupun Sipir.

3. Narapidana yang menjadi informan adalah dari golongan umum. 4. Bagi Narapidana, mereka sudah pernah mengalami sendiri konflik 5. Bagi petugas yang masih aktif dalam interaksi dengan para Narapidana

dan aktif dalam penyelesaian konflik

Berdasarkan kriterian diatas, maka dipilih jumlah informan yang akan peneliti ambil sebanyak enam (6) orang. Alasan peneliti mengambil enam orang karena empat (4) dari informan itu mewakili Narapidana yang akan diteliti dan merupakan orang yang terlibat didalam konflik tersebut, dua (2) diantaranya adalah sipir yang menjaga Narapidana tersebut,karena sipir merupakan orang yang sering terlibat dengan Narapidana, dan aktifitas-aktifitas Narapidanasehingga kemungkinan besar mengetahui interaksi konflik yang terjadi.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itudilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview)


(52)

yangmengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yangmemberikan jawaban pertanyaan itu (Moleong, 2007).

Wawancara juga dimaksudkan untuk memverifikasi khususnya pengumpulan data. Wawancara yang akan dilakukan secara terstruktur bertujuan mencari data yang mudah dikualifikasikan, digolongkan, diklasifikasikan dan tidak terlalu beragam, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan data pertanyaan.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada para Narapidana dan sipir di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung. Sebagai informan untuk mengetahui konflik antar Narapidana selama didalam Lembaga Pemasyarakatan ini.

b. Observasi

Disamping melakukan wawancara, peneliti juga melakukan metode observasi. Observasi atau pengamatan adalah dimana peneliti berusaha untukmengumpulkan data penelitian dengan mengamati segala sesuatu ataukejadian-kejadian yang berkaitan dengan fenomena yang sedang diteliti. Dalam pelaksanaannya peneliti melakuakan pengamatan langsung terhadap interaksi Narapidana selamamenjalani wawancara dengan peneliti.

Data observasi menjadi data penting karena:

1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dimana suatu hal yang diteliti itu terjadi.


(53)

2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara imduktif. 3. Observasi memungkinkan peneliti melihal hal-hal yang oleh

partisipan atau subjek penelitian sendiri kurang disadari

4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

5. Observasi memungkinkan peneliti bergerarak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain.

6. Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap intospektif terhadap penelitrian yang dilakukan.

Data hasil penelitian menjadi penting karena penelitinakan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks dimana hal itu terjadi.peneliti akan bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk medekati masalah secara induktif (Renfil. 2012).

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumendapat berupa tulisan, gambar, foto, dan sebagainya. Dokumen sudah lamadigunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena


(54)

dalam banyak haldokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan (Moleong, 2007).

Dokumentasi sendiri merupakan salah satu pengumpul data dimana sumber dokumentasi ini diperoleh dari beberapa data atau dokumen, laporan, buku, surat kabar, dan juga beberapa bacaan lainnya yang mendukung penelitiaan tentang konflik antar anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung. Alasan-alasan penggunakanmetode dokumentasi di dalam penelitian ini adalah:

1. Sesuai dengan penelitian kualitatif

2. Dapat digunakan sebagaai bukti pengajuan 3. Merupakan sumber yang stabil

7. Analisa Data

Dalam setiap kegiatan penelitian pasti diperlukan adanya suatu analisis datasebagai media pengumpulan data. Analisis data adalah proses mengatur urutandata, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutandasar (Patton dalam Moleong, 2007).

Teknik analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data. Seperti digambarkan di bawah ini model komponen-komponen analisis data model interaktif.

Hasil data yang diperoleh dari wawancara dan observasi dianalisis secara kualitatif data yang terkumpul ditulis dalam bentuk transkrip kemudian


(55)

dilakuakan pengkatagorian dengan melakukan reduksi data yang terkait yang kemudian dilakukan interpretasi yang mengarah pada fokus penelitian.Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Miles dan Huberman (Suprayogo dan Tobroni, 2001) menyatakanbahwa :

“Reduksi data diartikan sebagi proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung.”

yang diperoleh di lapangan berupa wawancara, observasi dan dokumentasi akan dituangkan dalam sebuah narasi yang kemudian Hasil wawancara dengan Sipir Lembaga Pemasyarakatan dan Narapidana yang berkonflik disederhanakan dengan memilih hal-hal yang sejenis dan dibutuhkan serta mengelompokkannya sesuai pembahasan agar lebih mudah dalam penyajiannya dan sesuai dengan fokus penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian hasil dari penelitian akan dipaparkan berdasarkan temuan-temuan di lapangan dengan bahasa khas dari informan yang disertaibahasa indonesia agar mudah dipahami. Melakukan interpretasi datayaitu mengintepretasikan apa yang telah diintepretasikan oleh informan terhadap masalah yang diteliti, yaitu tentang konflik antar


(56)

anggota Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan sehingga mengetahui penyebab terjadinya konflik tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari khusus ke umum), seperti dikemukakan Faisal (Bungin, 2003) bahwa :

“Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif, Suatu logika yang bertitik tolak dari khusus ke umum, bukan dari umum ke khusus sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier”.

Penarikan kesimpulan mulai dari permulaan pengumpulan data, mencari arti, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kemudian peneliti berkompeten untuk membentuk kesimpulan-kesimpulan dan tetap terbuka, namun pada mulanya belum jelas dan kemudian menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Mulai dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan satu kesatuan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.

Tahapan-tahapan dalam analisis data di atas merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sehingga saling berhubungan antara tahapan yang satu dengan yang lain. Analisis dilakukan secara berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian, untuk mengetahui bagaimana konflik sesama anggota


(57)

Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung.


(58)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambarann Umum Lembaga Pemasyarakatan

1. Sejarah

Pembangunan infrastruktur dinamis Kotamadya Bandar Lampung dengan ciri khusus pertanian dan industri dapat memicu pendapatan perkapita masyarakat Kotamadya Bandar Lampung. Kemajaun pembangunan dapat menimbulkan dampak ikatan atau efek samping yang menunjukkan adanya tendensi kriminologen-kriminologen baru akibat pergeseran nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga Kotamadya Lampung membutuhkan instansi untuk menampung para pelanggar hukum. Untuk menjawab kebutuhan tersebut telah dibangun gedung Lembaga Pemasyarakatanb Kelas 1 Bandar Lampung pada tahun 1985, dengan daya tampung 620 orang yang dioprasionalkan dengan fungsi perlakuan yaitu: perlakuan sesudah putusan pengadilan dalam hal ini pembinaan-pembinaan terhadap Narapidana selaku Narapidana pemasyarakatan.


(59)

Sebagai cikal bakal berdirinya Lembaga Pemasyarakatan di Lampung di kelurahan Lebakbudi Tanjungkarang pada Tahun 1951 dengan nama Bina Tuna Warga, dan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M-01-PR-07.03 Tahun 1985 tanggal 26 Febuari 1985, Lembaga Pemasyarakatan sebagai unit Pelaksana Teknis di Bidang Pemasyarakatan Tingkat Daerah bertanggungjawab langsung kepada Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Lampung.

Wilayah Kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung meliputi Kota Bandar Lampung dan sekitarnya, sedangkan lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung terletak di Rajabasa tepatnya di jalan Pramuka Nomor 12 Rajabasa.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung mempunyai luas areal tanah merupakan pemberian Hibah dari Gubernur Propinsi Lampung pada tahun 1980 dengan sertifikat hak Guna Pakai dengan luas areal tanah sebesar: 50.000 m2 yang meliputi bangunan hunian, bangunan kantor dan sarana pembinaan seluruhnya seluas 30.000 meter persegi, sedangkan sisanya untuk lahan pertanian dan rumah Dinas Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung. Kapasitas isi yang ideal Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung adalah 620 orang, namun pada kenyataannya Lembaga Pemasyarakatan ini selalu menampung penghuni melebihi kapasitas ideal.


(60)

2. Visi

Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan Narapidana pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makluk Tuhan Yang Maha Esa (membangun manusia mandiri).

3. Misi

Melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan pembimbingan Narapidana dalam kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta perlindungan hak azasi manusia.

4. Tujuan

Sistem Pemasyarakan diselenggarakan dalam rangkan membentuk Narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang menyadari keseluruhan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi lagi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dan dapat aktif berperan dalam pembangunan, hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

5. Fungsi

Sistem Pemasyarakatan menyiapkan Narapidana/Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dab bertanggung jawab.


(61)

6. Tata Nilai

Setiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun dia telah sesat, tidak boleh selalu ditunjukkan pada Narapidana Pemasyarakatan bahwa dia itu seorang penjahat, serta sebaliknya dia harus selalu merasa bahwa dipandang dan diperlakukan sebagai manusia.

2. Azaz Pembinaan

Sistem Pemasyarakatan dilaksanakan berdasarakan azaz: a. Pengayoman

b. Persamaan Perlakuan dan Pelayanan c. Pendidikan

d. Pembimbingan

e. Penghormatan harkat dan martabat manusia

f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan

g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu

3. Tugas Pokok

Tugas pokok dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan adalah melaksanakan pembinaan kepribadian dan kemandirian yang ditunjang dengan keamanan antara pembinaan dan keamanan seperti satu mata uang yang tidak dapat dipisahkan yaitu kalau keadaan aman pembinaan didepan dan keamanan membantu, serta kalau keadaan darurat keamanan didepan dan


(62)

pembinaan yang membantu. Disamping tugas pokok tersebut, Lembaga Pemasyarakatan juga mempunyai tugas pelayanan dan perawatan yaitu terkait dengan pelayanan kesehatan dan makanan. Keseluruhan tugas pokok Lembaga Pemasyarakatan tersebut berwujud hak-hak Narapidana yang diatur dalam pasal 14 Undang-undang Nomor: 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yaitu:

1. Melakukan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya

2. Mendapatkan perawatan, baik perawatan jasmani maupun rohani 3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak 5. Menyampaikan keluhan

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang

7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan 8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang

tertentu lainnya

9. Mendapatkan pengurangan masa pidana

10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk Cuti Mengunjungi Keluarga

11. Mendapatkan Pembebasan Bersyarat 12. Mendapatkan Cuti Menjelang Bebas

13. Mendapatkan hak-hak lainnya sesuai dengan peraturan perundangan


(63)

4. Sasaran

1. Menciptakan transparansi sistem pemasyarakatan dalam bentuk keterbukaan akan masalah yang sedang dihadapi terhadap pengawasan internal dan eksternal untuk mengurangi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan

2. Menciptakan ruang partisipasi yang lebih luas bagi pihak-pihak luar pemasyarakatan seperti memberikan bantuan hukum bagi Narapidana Pemasyarakatan, keterlibatan dalam proses pembinaan

3. Meningkatkan akuntabilitas Pemasyarakatan melalui perbaikan dalam pengelolaan keuangan yang telah dianggarkan untuk kepentingan Narapidana Pemasyarakatan, perbaikan sistem administrasi serta pengelolaan sumber daya manusia

5. Arah Kebijakan

Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga Pemasyarakatan agar menjadi manusia yang seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulang tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

B. Organisasi dan Tata Kerja

Berdasarkan keputusan mentri kehakiman repuplik indonesia nomor: M.01RP.07.03 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan


(64)

pada pasal 2 bahwa:”Lembaga Pemasyakatan mempunyai tugas melaksanakan Pemasyaakatan Narapidana atau anak didik”. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Lembaga Pemasyarakatan mempunyai fungsi:

1. Melakukan pembinaan narapiana/ anak didik

2. Memberikan bimbinhgan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja

3. Melakukan bimbingan sosial kerohanian Narapidana/ anak didik

4. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan

5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung dibantu oleh Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang, Kepala Seksi dari:

1. Kepala bagian tata usaha

2. Kepala kesatuan pengamanan Lapas 3. Kepala bimbingan Narapidana/ anak didik 4. Kepala bidang kegiatan kerja


(65)

1. Bagan Oganisasi Lapas Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung

Gambar 2. Bagan Organisasi Lapas Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung KALAP

KABAG

KASUBAG KEU KASUBAG

KEPEG KASUBAG

UMUM

KEAMANAN KA. KPLP

KABID ADM KAMTIB KABID

KEGIATAN KABID

BINADIK

Kasi Portatib Kasi Keamanan Kasi Bimker

Kasi Sarana Kerja

Kasi Penghasil Kerja Kasi registrasi

Kasi Perawatan Kasi Bimkes


(66)

Tabel 2 Daftar jumlah petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung

No Jenis Jumlah

1.  Pendidikan

S2 2

S1 25

D3 9

SLTA 104

SLTP 7

SD 5

 Jumlah 152

2.  Tugas/Jabatan

Struktural 17

Staf adm 79

Pengamanan 56

 Jumlah 152

Sumber: Dokumen Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung, 2014.

Tabel 3. Daftar jumlah Narapidana yang dibina di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung per Desember 2014

No. Jenis Kejahatan Jumlah Narapidana

1. Laka Lantas 3

2. Thd Ketertiban 8

3. Mata uang 5

4. Kesusilaan 23

5. Penculikan 4

6. Pembunuhan 119

7. Penganiayaan 9

8. Pencurian 8

9. Perampokan 99

10. Pemerasan/Mengancam 3

11. Penggelapan 5

12. Penipuan 13

13. Penadahan 2

14. Sajam/Senpi 3

15. Narkotika 218

16. Korupsi 46

17. Perlindungan Anak 252

18. Trafiking 5

19. KDRT 4

20. Lain-lain 1

Jumlah 827

Sumber: Dokumen Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung, 2014.


(67)

C. Fasilitas

1. Lingkungan Fisik

Prototif konstruksi dan disain banguann Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung terdiri dalam blok-blok terdiri dari sub-sub blokyang berkekuatan rata-rata 62 orang, tiap-tiap blok dilengkapi dengan fasilitas:

1. Lahan untuk pertamanan 2. Ruang tidur

3. Kamar mandi dan WC 4. Ruang petugas

5. Sel pengasingan 6. Aula

Dimana bentuk ini memerhatikan segi-segi kebutuhan manusia akan adanya suasana lingkungan yang nyaman dan sehat sebagai elemen perikemanusiaan yang menciptakan tatanan sosial yang ada di masyarakat.

Tabel4.Luas Tanah Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung

No. Tanah yang Digunakan Luas/m²

1. LAPAS, Jl Pramuka 48.050 m²

2. Perumahan Dinas, Jl. Sisisngamangaraja 506 m²

3. Perumahan Dinas Jl. Pramuka 320 m²

Jumlah 48.876 m²

Sumber: Dokumen Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung, 2014.


(68)

Tabel5. Luas Bangunan yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung

No. Bangunan Luas/m²

1. Kantor 3.000 m²

2. Kamar Hunian 6.000 m²

3. Aula 430 m²

4. Dapur 400 m²

5. Bengkel Kerja 1.100 m²

6. Masjid 100 m²

7. Gereja 80 m²

Jumlah 11.110 m²

Sumber: Dokumen Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung, 2014

D. Ketata Usahaan

Bertugas melakukan urusan ketatausahaan kepegawaian dan rumah tangga sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rangka pelayanan administrasi dan fasilitatis di Lembaga Pemasyarakatan.

E. Ketatalaksanaan

Pembinaan terhadap Narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan disesuaikan dengan asas-asas yang terkandung dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Undang-Undang-Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dan tercermin dalam 10 prinsip Pemasyarakatan. Pemasyarakatan merupakan merupakan bagian ahir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan adalah bagian integral dari tata peradilan terpadu. Dengan demikian, Pemasyarakatan baik ditinjau dari sistem kelembagaan, cara pembinaan dan petugas peasyarakatan, merupakan bagian yang tidak terpiahkan dari satu rangkaian proses penegakan hukum.


(1)

8. Perpustakaan

9. Bekerja pada pos masing-masing di Lembaga Pemasyarakatan 10.Kunjungan atau besuk bagi Narapidana

11.Kunjungan untuk tahanan 12.Taman pendidikan Al-Quran 13.Ceramah agama islam

14.Kesenian (orgen tunggal, jaranan, marhabanan) 15.Gamelan

16.Pendidikan pemberantasan buta huruf 17.Penyuluhan hukum / KADARHUM 18.Kebaktian

19.Rekreasi menonton televisi 20.Makan siang

21.Solat dzuhur berjamaah 22.Solat jumat

23.Apel siang

24.Kebersihan kamar dan lingkungan 25.Solat ashar berjamaah

26.Angin-angin (santai sore)di blok masing-masing 27.Makan sore

28.Berada di kamar masing-masing (penguncian kamar) 29.Solat magrib dikamar masing-masing

30.Apel malam


(2)

(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa, konflik antar Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyrakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung ini dipicu masalah yang biasa dialami oleh kebanyakan orang di dalam masyarakat. Hal ini dirasa wajar karena mengingat di dalam Lembaga Pemasyrakatan para penghuninya adalah para Narapidana dari semua golongan dan latar belakang ekonomi, budaya dan keluarga yang berbeda, karena menempati tempat baru yang membuat mereka sedikit tertekan dan melakukan itu untuk pembelaan diri supaya mereka tidak ditindas oleh para seniornya.Konflik yang dialami Narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyrakatan beragam, tetapi konflik itu banyak dipicu oleh perkataan yang kurang menyenangkan sesama anggota Narapidana, cekcok antar sesama teman sekamar, berkelahi, dan mis komunikasi. 2. Konflik yang sering muncul dan terjadi di dalam Lembaga

Pemasyarakatan banyak terjadi karena adanya pihak ketiga (Narapidana) yang memperparah dan memperkeruh sebuah konflik dengan cara


(4)

para Narapidana, sehingga pengawasan dan pembinaan guna meminimalkan konflik menjadi kurang maksimal. Utang yang tak kunjung dibayar, selain itu sikap iri sesama Narapidana juga merupakan penyumbang konflik ini dapat muncul.

B. SARAN

1. Selama masyararakat masih ada maka konflik itu pasti akan muncul, di dalam Lembaga Pemasyaraktan juga merupakan sebuah masyarakat walau cakupan dan lingkupnya terbatas, walaupun konflik yang muncul adalah jenis konflik yang tertutup karena konflik ini tidak sampai mencuat kepermukaan dan hanya diketahui oleh Narapidana yang berkonflik dan pihak Lapas, peminimalisiran dan manajemen konflik juga perlu diterapkan hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pembinaan para Narapidana agarvisi, misi, tujuan dan fungsi lembaga pemasyarakatan dapat berfungsi secara maksimal.

2. Banyak hal di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang menarik untuk diteliti seperti kerja sama antar Narapidana, kegiatan bengker, kegiatan para narapidana selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang sangat menarik untuk di angakat. Penulis menyadari kurang maksimalnya penelitian dalam skripsi ini maka diharapkan penelitian tentang konflik antar anggota Narapidana agar dapat dilanjutkan kembali supaya penelitian dapat disempurnakan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

An Ubaedy. 2008. Skill (Bagaimana Anda Membangun, Mempertahankan dan Mengatasi Konflik Hubungan).Bee Media indonesia. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Model Penguasaan Aplikasi.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Milles, M.B dan A.M Humberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta.

Moleong, Lexy.J. 2007. Metodelogi penelitian kualitatif. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif.Alfabeta, Bandung. Y.B. Suparlan, 1983. Kamus Istilah Pekerjaan Sosial.

Skripsi:

Herayanti. 2011. Peranan Petugas Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanggamus (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Agung, Tanggamus). Universitas Lampung, Lampung. Renfil.2012. Analisis Sosiologis Kegiatan Narapidana Narkotika Selama Proses

Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan(studi di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Jl. Rycudu Way Hui Bandar Lampung).Universitas Lampung.Lampung.

Internet:

Ahmad Harun.2013.Penyelesaian Konflik (Internal dan Eksternal) Diakses 29 Januari 2015.

Alfin Nitihardjo. Interaksi sosial. /http://alfinnitihardjo.ohlog.com/interaksi-sosial.oh112676.html, Diakses 30 september 2013.

Hendisasrawan. Interaksi Sosial, Diakses 27 September 2013. http://www.hukumonline.com, Diakses 10 Januari 2014.


(6)

2013.

Nasional.Kompas.Com.Setiap 91 Detik Terjadi Satu Kejahatan di Indonesia, Diakses 15 Juli 2014.

repository.usu.ac.id/.../chapter%20II.pdf, Diakses 27 September 2013.

Rajaprestasi. 2009.Manajemen Konflik.(Cara ,Mengelola Konflik Secara Efektif), Diakses 28 Januari 2015.

Tika Chan. 2012 Dampak Positif dan Negatif konflik., Diakses 28 Januari 2015.

Data Lapangan

Data Pra-Riset, Maret 2014.

Data Profil Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Rajabasa Bandar Lampung. Januari 2014


Dokumen yang terkait

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM MEMBINA KARAKTER NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 BANDAR LAMPUNG

6 55 57

UPAYA PENANGGULANGAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Kasus pada Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa Bandar Lampung)

0 10 48

ANALISIS SOSIOLOGIS KEGIATAN NARAPIDANA NARKOTIKA SELAMA PROSES PEMBINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Way Hui Bandar Lampung)

0 10 37

PENGETATAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA KORUPSI (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung)

2 26 78

UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP NARAPIDANA SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa Bandar Lampung)

1 7 41

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PEMBINAAN PETUGAS LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM MEMBENTUK SIKAP POSITIF NARAPIDANA (Studi Pada Narapidana Narkoba Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Way Hui Bandar Lampung)

6 42 87

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TEHADAP NARAPIDANA YANG MELARIKAN DIRI DARI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 A Rajabasa)

3 37 63

PENDAHULUAN KERUSUHAN NARAPIDANA DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta).

0 2 17

UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENIPUAN MELALUI TELEPON GENGGAM YANG DILAKUKAN OLEH NARAPIDANA DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IA Bandar Lampung)

0 0 19

PEMBINAAN KEAGAMAAN BAGI NARAPIDANA ( Studi Deskriptif di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Rajabasa, Bandar Lampung ) - Raden Intan Repository

0 0 153