Pendahuluan Data dan Pengukuran

37 dalam pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiarto 2003, sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya, dimana populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Penelitian lapangan bertujuan untuk memperoleh jawaban penegasan setuju atau tidak setuju responden terhadap pernyataan dalam kuesioner yang dibagikan Proboyo, 1999. Data yang didapatkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang bukan berupa angka atau secara praktis bermakna tidak dapat dijadikan dalam operasi matematika seperti penambahan, pengurangan maupun perkalian dan pembagian. Termasuk dalam klasifikasi data kualitatif adalah data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Yang dimaksud dengan data nominal adalah data yang hanya menghasilkan satu dan hanya satu-satunya kategori. Data nominal disebut juga dengan data kategori. Data nominal dalam praktek statistik biasanya akan dijadikan ’angka’, yaitu proses yang disebut kategori. Misal dalam pengisian data, je nis kelamin lelaki dikategorikan sebagai ’1’ dan perempuan sebagai ’2’. Kategori ini hanya sebagai tanda saja, jadi tidak dapat dilakukan operasi matematika, seperti 1+2 atau 1-2 dan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan data ordinal adalah data yang mempunyai tingkatan data Santoso, 2001. Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu ditentukan skala pengukuran. Maksud dari skala pengukuran adalah untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala pengukuran tersebut antara lain : skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratio. Selain keempat jenis skala pengukuran tersebut, ternyaat skala interval yang sering digunakan untuk mengukur gejala dalam penelitian sosial. Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu: 1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan kepribadian skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisiasi sosial. 2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial skala mengukur status sosial ekonomi, lembaga- 38 lembaga swadaya masyarakat sosial, kemasyarakatan, kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya. Dari tipe-tipe skala pengukuran tersebut, yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap. Bentuk-bentuk skala sikap yang sering digunakan ada lima macam, yaitu ; Skala Likert, Skala Guttman, Skala Simantic Defferensial, Rating Scale, dan Skala Thurstone. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Alternatif jawaban misalnya: Sangat Puas, Puas, Cukup Puas, Kurang Puas, Tidak Puas. Ini ada sebagian ahli identik dengan skala ordinal, tetapi juga ada yang berpendapat interval. Keduanya mempunya alasan yang kuat dan tergantung persepsi masing-masing. Jika yang berpendapat skala interval tanpa menggunakan transformasi MSI, tetapi alternatif jawaban responden 1-5 ini dikatakan ordinal, maka untuk persyaratan analisis parametik data ordinal transformasi MSI ke data interval. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata Riduwan, 2008 Dengan menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala seperti : 1. Sangat Setuju SS • 2. Setuju S • 3. Netral N 4. Tidak Setuju TS •

Dokumen yang terkait

Identifikasi Faktor-Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Konstruksi Proyek Budget Hotel di Jakarta

0 3 7

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI PROPINSI D.I. YOGYAKARTA DAN PAPUA.

0 4 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI PEMERINTAH DAN SWASTA DI TIMOR LESTE.

0 4 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI TIMOR LESTE.

0 3 13

TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI TIMOR LESTE.

0 2 12

KESIMPULAN DAN SARAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI TIMOR LESTE.

1 17 5

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI JATENG DAN DIY.

0 2 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REWORK PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REWORK PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI.

0 4 13

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI.

0 1 6

Analisis Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi di Wilayah Kota Denpasar.

0 0 33