Penyebab Keterlambatan Proyek Keterlambatan Proyek

25 d. Negosiasi dan perijinan pada kontrak e. Perselisihan pekerjaan antara bagian-bagian dalam proyek. f. Komunikasi yang kurang antara owner dengan perencana pada perencanaan. g. Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek h. Organisasi yang jelek pada kontraktor dan konsultan i. Kontrol kontraktor utama terhadap sub-kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan 9. Faktor waktu dan control scheduling and controlling : a. Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang berjalan b. Prosedur pemeriksaan dan pengetesan dalam proyek c. Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada pekerjaan dalam lokasi proyek d. Kekurangan tenaga dan manajemen terlatih untuk mendukung pelaksaan konstruksi. e. Masalah yang terjadi selama pelaksanaan f. Tidak memenuhi perencanaan awal proyek g. Persiapan dan ijin shop drawing h. Menunggu ijin untuk control material Menurut Andy et al., 2003, faktor-faktor yang potensial untuk mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi, yang terdiri dari tujuh 7 kategori, antara lain : 1. Tenaga Kerja labors, antara lain : a. Keahlian tenaga kerja b. Kedisiplinan tenaga kerja c. Motivasi kerja para pekerja d. Angka ketidakhadiran e. Ketersediaan tenaga kerja f. Penggantian tenaga kerja baru g. Komunikasi antara tenaga kerja dan badan pembimbing 2. Bahan material, antara lain : a. Pengiriman bahan 26 b. Ketersediaan bahan c. Kualitas bahan 3. Peralatan equipment, antara lain : a. Ketersediaan peralatan b. Kualitas peralatan 4. Karakteristik Tempat site characteristic, antara lain : a. Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah b. Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar c. Karakteristik fisik bangunan sekitar lokasi proyek d. Tempat penyimpanan bahanmaterial e. Akses ke lokasi proyek f. Kebutuhan ruang kerja g. Lokasi proyek 5. Manajerial managerial, antara lain : a. Pengawasan proyek b. Kualitas pengontrolan pekerjaan c. Pengalaman manajer lapangan d. Perhitungan keperluan material e. Perubahan disain f. Komunikasi antara konsultan dan kontraktor g. Komunikasi antara kontraktor dan pemilik h. Jadwal pengiriman material dan peralatan i. Jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan j. Persiapanpenetapan rancangan tempat 6. Keuangan financial, antara lain : a. Pembayaran oleh pemilk b. Harga material 7. Faktor-faktor lainnya other factors, antara lain : a. Intensitas curah hujan b. kondisi ekonomi c. Kecelakaan kerja 27 Penelitian mengenai keterlambatan yang dilakukan oleh Levis dan Atherley pada 30 proyek bangunan gedung di India, yang dibangun antara tahun 1978 sampai tahun 1992 telah dapat mengidentifikasi beberapa penyebab keterlambatan, yaitu antara lain : 1. Keterlambatan pembayaran oleh client owner. 2. Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek oleh kontraktor. 3. Kesalahan pengelolaan material oleh kontraktor. 4. Kekurangan tenaga kerja oleh kontraktor. 5. Hujan deras lokasi pekerjaan yang tergenang air. 6. Keadaan tanah yang berbeda dari yang diharapkan. 7. Pekerjaan tambahan yang diminta oleh client owner. 8. Perubahan dalam pekerjaan plumbing, struktur, elektrikal. 9. Kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasil. 10. Ketidakjelasan perencanaan dan spesifikasi. 11. Perubahan-perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi. 12. Kesalahan dalam menginterprestasikan gambar atau spesifikasi. 13. Perubahan metode kerja oleh kontraktor. 14. Change order oleh client owner. 15. Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor. 16. Produktifitas yang kurang optimal dari kontraktor. 17. Perubahan scope pekerjaan konsultan. 18. Pemogokan yang dilakukan oleh kontraktor. 19. Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai. 20. Memperbaiki kerusakan suatu pekerjaan akibat pemogokan. 21. Terlambatnya persetujuan shop drawing oleh konsultan. Menurut Alifen et al. 2000 dalam Oktavia 2012, keterlambatan proyek dapat disebabkan oleh pihak kontraktor, pemilik atau disebabkan oleh keadaan alam dan lingkungan diluar kemampuan manusia atau disebut dengan force majeur. Standard dokumen kontrak yang diterbitkan oleh AIA American Institute Of Architects membedakan keterlambatan proyek menjadi tiga 3 kelompok yaitu : 28 a. Compensable Delay adalah keterlambatan yang beralasan dan dapat dikompensasi. Kasus keterlambatan yang beralasan dan dapat dikompensasi adalah keterlambatan yang disebabkan oleh pihak pemilik dalam kaitannya karena tidak dapat menyediakan jalan tempuh ke proyek, perubahan gambar rencana, perubahan lingkup pekerjaan kontraktor, keterlambatan dalam menyetujui gambar kerja, jadwal, material, kurangnya koordinasi dan supervisi lapangan, pembayaran tertunda, dan campur tangan pemilik yang bukan wewenangnya. Dalam kasus ini kontraktor berhak atas dispensasi waktu dan biaya ekstra. b. ExcusableNon Compensable Delay adalah keterlambatan yang beralasan, tetapi tidak dapat dikompensasi. Kasus keterlambatan yang beralasan, tetapi tidak dapat dikompensasi adalah keterlambatan yang diluar kemampuan baik kontraktor maupun pemilik. Sebagai contoh, cuaca buruk, kebakaran banjir, pemogokan buruh, peperangan, perusakan oleh pihak lain, larangan kerja, wabah penyakit, inflasieskalasi harga dan lain sebagainya. Kasus ini biasanya disebut dengan force majeur. c. Non-Excusable Delay adalah keterlambatan yang tidak beralasan. Kasus keterlambatan yang tidak beralasan adalah keterlambatan yang disebabkan karena kegagalan kontraktor memenuhi tanggung jawabnya dalam pelaksanaan proyek. Sebagai contoh, kekurangan dalam penyediaan sumber daya proyek manusia, alat, material, subkontraktor, uang, kegagalan koordinasi lapangan, kegagalan perencanaan jadwal, produktivitas yang rendah, dan sebagainya. Dalam kasus ini kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak. Menurut Kraiem dan Dickman dalam Proboyo, 1999, penyebab-penyebab keterlambatan waktu pelaksanaan proyek dapat dikategorikan dalam tiga 3 kelompok besar, yakni : a. Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi Compensable Delay, yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik proyek. 29 b. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan Non-Excusable Delay, yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian, atau kesalahan kontraktor. c. Keterlambatan yang dapat dimaafkan Excusable Delay, yakni keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik pemilik maupun kontraktor. Tinjauan dan studi pustaka yang telah dilakukan oleh Proboyo 1999 untuk mendapatkan penyebab-penyebab keterlambatan, menghasilkan rangkuman sebanyak 22 jenis penyebab untuk kategori Compensable Delay CD, 18 jenis penyebab untuk kategori Non Excusable Delay NED dan 5 jenis penyebab untuk kategori Excusable Delay ED. Temuan 45 jenis penyebab keterlambatan yang telah dikelompokkan dalam 3 kategori, dengan demikian perlu juga diklasifikasikan keberadaannya dalam aspek manajemen yang akan ditinjau. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Proboyo 1999, diambil 6 aspek kajian, yakni : A. Aspek Perencanaan dan Penjadwalan Pekerjaan, sebanyak 6 jenis penyebab. B. Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan, sebanyak 8 jenis penyebab. C. Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi, sebanyak 9 jenis penyebab. D. Aspek KesiapanPenyiapan Sumber Daya, sebanyak 8 jenis penyebab. E. Aspek Sistim Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi Pekerjaan, sebanyak 7 jenis penyebab. F. Aspek Lain-lain Aspek diluar kemampuan Pemilik dan Kontraktor, sebanyak 7 jenis penyebab. Hubungan antara ke 45 jenis penyebab keterlambatan, 6 aspek manajemen dan 3 kategori jenis penyebab dapat dilihat pada Tabel 2.1 30 Tabel 2.1 Hubungan antara ke 45 jenis penyebab keterlambatan, 6 aspek manajemen dan 3 kategori jenis penyebab 13 No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Kategori Jenis Keterlambatan CD NED ED A Aspek Perencanaan dan Penjadwalan 1 Penetapan jadwal proyek yang amat ketat oleh pemilik 2 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan yang harus ada  3 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baikterpadu  4 Penentuan durasi waktu yang tidak seksama  5 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah  6 Metode konstruksipelaksanaan kerja yang salah satu tidak tepat  B Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan Kontrak 1 Perencanaan gambar spesifikasi yang salahtidak lengkap  2 Perubahan desaindetail pekerjaan pada waktu pelaksanaan  3 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan  4 Proses pembuatan gambar kerja oleh kontraktor  5 Proses permintaan dan persetujuan gambar kerja oleh pemilik  6 Ketidaksepahaman aturan pembuatan gambar kerja  7 Adanya banyak sering pekerjaan tambah  8 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai  C Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi 1 Keterbatasan wewenang personel pemilik dalam pengambilan keputusan  2 Kualifikasi personelpemilik yang tidak profesional di bidangya  3 Cara inspeksi dan kontrol pekerjaan yang birokratis oleh pemilik  4 Kegagalan pemilik mengkoordinasi pekerjaan dari banyak kontraktorsubkontraktor  5 Kegagalan pemilik mengkoordinasi penyerahanpenggunaan lahan  6 Keterlambatan penyediaan alatbahan, dll yang disediakan pemilik  7 Kualifikasi teknis dan manajerial yang buruk dari  personel-personel dalam organisasi kerja kontraktor 31 Tabel 2.1 Lanjutan 23 No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Kategori Jenis Keterlambatan CD NED ED 8 Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian- bagian  dalam organisasi kerja kontraktor 9 Terjadinya kecelakaan kerja  D Aspek KesiapanPenyiapan Sumber Daya 1 Mobilisasi Sumber Daya bahan, alat, tenaga kerja yang lambat  2 Kurangnya keahlian dan ketrampilan serta motivasi kerja para pekerja lapangan  3 Jumlah pekerja yang kurang memadaisesuai dengan aktivitas pekerjaan yang ada  4 Tidak tersedianya bahan secara cukup pastilayak sesuai kebutuhan  5 Tidak tersedianya alatperalatan kerja yang cukup memadai atau sesuai kebutuhan  6 Kelalaianketerlambatan oleh subkontraktor pekerjaan  7 Pendanaan kegiatan proyek yang tidak terencana dengan baik  kesulitan pendanaan di kontraktor 8 Tidak terbayarnya kontraktor secara layak sesuai haknya  kesulitan pendanaan oleh pemilik E Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol dan Evaluasi Pekerjaan 1 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal  2 Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan oleh pemilik yang lama  3 Proses pengujian dan evaluasi uji bahan dari pemilik yang tidak relevan  4 Proses persetujuan ijin kerja yang bertele-tele  5 Kegagalan kontraktor melaksanakan pekerjaan  6 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaikidiulang karena cacattidak benar  7 Proses dan tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan lewat jadwal yang disepakati  32 Tabel 2.1 Lanjutan 33 No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Kategori Jenis Keterlambatan CD NED ED F Aspek Lain-lain Aspek diluar kemampuan pemilik dan kontraktor 1 Kondisi fisik lapangan kerja proyek ternyata tidak sesuai dengan  Dugaan 2 Transportasi ke lokasi proyek yang sulit  3 Terjadinya hal-hal yang tak terduga seperti kebakaran, banjir,  badaiangin ribut, gempa bumi, tanah longsor 4 Adanya huru-harakerusakan, perang  5 Adanya pemogokan buruh  6 Terjadinya kerusakanperusakan akibat kelalaian atau perbuatan  pihak ketiga 7 Perubahan situasi atau kebijaksanaan politikekonomi pemerintah  Sumber : Proboyo, 1999 Keterangan : CD = Compensable Delay NED = Non-Excusable Delay ED = Excusable Delay

2.7 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi

Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan usaha jasa pengawas konstruksi didasarkan pada kriteria tingkatkedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, serta kemampuan melakukan perencanaan dan pengawasan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko danatau kriteria penggunaan teknologi danatau kriteria besaran biaya nilai proyeknilai pekerjaan.

2.7.1 Penetapan Kualifikasi

1. Badan Usaha yang berbadan hukum yang bersifat umum tanpa pengalaman atau baru berdiri dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal disetor sama atau lebih dari Rp. 1 miliar tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi M2 dan maksimum 4 empat sub bidang pekerjaan atau bagian sub bidang pekerjaan. 33 2. Badan Usaha kualifikasi M2 sebagaimana dimaksud pada No.1 diatas setelah 6 enam bulan sejak diterbitkan sertifikatnya, dapat menambah subbidang atau bagian subbidang pekerjaan baru sesuai dengan perolehan pekerjaan dari subbidang atau bagian subbidang pekerjaan yang dimilikinya, dengan melampirkan bukti perolehan pekerjaan tersebut, batas jumlahnya sesuai dengan yang ditetapkan untuk kualifikasi M2. 3. Badan Usaha yang berbadan hukum bersifat spesialis tanpa pengalaman atau baru berdiri, dan memiliki persyaratan serta memiliki modal disetor sama atau lebih besar dari Rp. 1 miliar yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi M2 satu sub bidang pekerjaan. 4. Badan Usaha bersifat umum tanpa pengalaman atau berdiri, dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 miliar dan yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi K2 dengan maksimum 4 empat sub bidang atau bagian sub bidang pekerjaan 5. Badan Usaha bersifat spesialis tanpa pengalaman dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 milyar yang tercantum didalam akta pendirian atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi K2, dengan maksimum diberi satu sub bidang atau satu bagian sub bidang pekerjaan.

2.7.2 Penjelasan Kualifikasi

Kualifikasi K1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan nilai proyek sampai dengan Rp. 1 milyar. Badan usaha untuk kualifikasi K1 dapat berbentuk Perseroan Komanditer CV, Firma, Koperasi atau Perseroan Terbatas PT, tidak termasuk badan usaha PT-PMA. Minimal memiliki Surat Keterampilan Teknik SKT untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik PJT. Kualifikasi K2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan nilai proyek sampai dengan Rp. 1,75 milyar. Badan usaha untuk kualifikasi K2 dapat berbentuk Perseroan Komanditer CV, Firma, Koperasi atau 34 Perseroan Terbatas PT, tidak termasuk badan usaha PT-PMA. Minimal memiliki Surat Keterampilan Teknik SKT untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik PJT. Kualifikasi K3 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan nilai proyek sampai dengan Rp. 2,5 milyar. Badan usaha untuk kualifikasi K3 dapat berbentuk Perseroan Komanditer CV, Firma, Koperasi atau Perseroan Terbatas PT, tidak termasuk badan usaha Perseroan terbatas Penanam Modal Asing PT-PMA. Minimal memiliki Surat Keterampilan Teknik SKT untuk ditetapkan sebagai Penanggung jawab teknik PJT. Kualifikasi M1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan nilai proyek sampai dengan Rp. 10 milyar. Badan usaha untuk kualifikasi M1 dapat berbentuk Perseroan Terbatas PT, Firma, Koperasi atau Perseroan Komanditer CV, tidak termasuk badan usaha Penanam Modal Asing PT-PMA. Menimal memiliki Surat Keterampilan Teknik SKT untuk ditetapkan sebagai Penanggung jawab teknik PJT. Kualifikasi M2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan nilai proyek diatas Rp. 1 milyar sampai dengan Rp. 50 milyar. Badan usaha untuk kualifikasi M2 harus berbentuk Perseroan Terbatas PT, tidak termasuk badan usaha Penanam Modal Asing PT-PMA. Memiliki Sertifikat Keterangan Ahli SKA minimal ahli muda untuk ditetapkan sebagai Penanggung jawab teknik PJT dan Penanggung Jawab Bidang PJB. Kualifikasi B1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan nilai proyek diatas Rp. 1 milyar sampai Rp. 250 milyar. Badan usaha untuk kualifikasi B1 harus berbentuk Perseroan Terbaras PT. Memiliki Sertifikat Keterangan Ahli SKA minimal ahli madya untuk Penanggung jawab teknik PJT dan Sertifikat Keterangan Ahli SKA minimal ahli muda untuk Penanggung Jawab Bidang PJB. Kualifikasi B2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai pekerjaan nilai proyek diatas Rp. 1 milyar sampai dengan tidak terbatas. Badan usaha untuk kualifikasi B2 harus berbentuk Perseroan Terbaras PT, termasuk badan usaha Penanam Modal Asing PT-PMA. Memiliki Sertifikat Keterangan

Dokumen yang terkait

Identifikasi Faktor-Faktor Utama Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Konstruksi Proyek Budget Hotel di Jakarta

0 3 7

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI PROPINSI D.I. YOGYAKARTA DAN PAPUA.

0 4 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI PEMERINTAH DAN SWASTA DI TIMOR LESTE.

0 4 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI TIMOR LESTE.

0 3 13

TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI TIMOR LESTE.

0 2 12

KESIMPULAN DAN SARAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI TIMOR LESTE.

1 17 5

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI JATENG DAN DIY.

0 2 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REWORK PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REWORK PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI.

0 4 13

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI.

0 1 6

Analisis Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi di Wilayah Kota Denpasar.

0 0 33