PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI PERIODE PENGELOLAAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN LINDUNG REGISTER 22 WAY WAYA – KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

ABSTRACT
ESTIMATION OF CARBON RESERVE AT VARIOUS PERIODS OF
FOREST MANAGEMENT IN PROTECTED FOREST AREA
REGISTER 22 WAY WAYA OF CENTRAL LAMPUNG DISTRICT

By
Melinda

Register 22 Way Waya of Central Lampung District is a protected forest area.
Since 1998 almost all forest areas have been encroached by people who live
around the forest area and used as perennial crops. In 1999 the Forestry and
Plantation with the community around the protected forest area through the
Community Forest Program began to agroforestry. Measurement of carbon needs
to be done because it can describe of CO2 in the atmosphere that absorbed by
plants (Hairiah and Rahayu, 2007). Carbon stock data in protected forest area
Register 22 Way Waya will support to carbon emission and climate change
impacts.
The research purposes was estimate above ground carbon at various periods of
forest management in protected forest area Register 22 Way Waya of Central
Lampung District.
The location of a study is the Protected Forest Register 22 Way Waya of Central

Lampung District with an area of 5.118,000 hectares which is divided into 4
groups: (1) Working Area Community Forest (HKm) which has been managed by
the community since 1999 covering an area of 1.049,000 Ha, (2) Working Area
Community Forest (HKm) which has been managed by the community since
2004, covering an area of 2.500,804 hectares, (3) Working Area Community
Forest (HKm) is designated as Block Protection covering an area of 882,731 Ha
and (4) Protected Forest area Register 22 Waya Way of Central Lampung District
that are not proposed by the community as the Working Area Community Forest
(HKm), covering an area 685,465 Ha. The research was conducted in September
until December 2010.
Estimation of carbon reserves methods using allometric equation based on studies
of Kettering (2001), Arifin (2001), Hairiah (2002) and Van Noordwijk (2002).
Dominant tree species are known to vegetation analysis at the level of trees, poles,
saplings, seedlings and plants below.

The results showed that an increase in the amount of carbon reserves of ages
Community Forest Management. Average carbon stocks in 1999 period is
180,704 Mg/ha; in the 2004 period is 148,054 Mg/ha; on the protection block is
211,568 Mg/ha and the area is not proposed as a Community Forest is 184,520
Mg/ha. Protection block has biomass, carbon absorption and carbon dioxide

absorption biggest than the other 423,136 Mg/ha; 211,568 Mg/ha and 776,454
Mg/ha. Trees are the largest component of biomass, in the 1999 period is 68,22 %,
in 2004 period is 73,97 % and protection blok is 65,04 %. In the area is not
proposed as a Community Forest component of necromass lower plants that
provide the greatest contribution, is about 53,09 %.
The results of vegetation analysis, in Protected Forest Area Register 22 Way
Waya has 29 species of trees, 37 species of poles, 29 species of saplings and
35 species of seedlings and plants below. Dominant tree species in the 1999
period is rubber (Hevea brasiliensis Mull. Arg.) and sonokeling (Dalbergia
latifolia Roxb.); in the 2004 period is sengon (Paraserinthes falcataria L.) and
sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.); in the protection block is pulai (Alstonia
scholaris R. Br) and sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.); in the areas is not
proposed as a Community Forest is a durian (Durio zibethinus L.) and sugar palm
(Arenga pinanga).
Key words : Carbon, Biomass, Protected Forest Area, Register 22 Way
Waya, Management Period of Community Forest.

ABSTRAK
PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI
PERIODE PENGELOLAAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

REGISTER 22 WAY WAYA – KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
MELINDA

Register 22 Way Waya Kabupaten Lampung Tengah merupakan kawasan hutan
lindung. Sejak tahun 1998 hampir seluruh kawasan hutan telah dirambah oleh
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan dan dijadikan kebun tanaman
semusim. Kemudian pada tahun 1999 program Hutan Kemasyarakatan mulai
dilaksanakan di wilayah tersebut. Pengukuran jumlah cadangan karbon yang
tersimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu lahan perlu dilakukan
karena dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfir yang diserap oleh
tanaman (Hairiah dan Rahayu, 2007). Apabila cadangan karbon tersimpan telah
diketahui, diharapkan dapat mendukung Pemerintah Indonesia berpartisipasi
dalam menurunkan emisi karbon dan upaya menekan perubahan iklim global.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga besarnya cadangan karbon tersimpan
di atas permukaan tanah pada berbagai periode pengelolaan hutan di kawasan
Hutan Lindung Register 22 Way Waya – Kabupaten Lampung Tengah.
Lokasi penelitian adalah Kawasan Hutan Lindung Register 22 Way Waya –
Kabupaten Lampung Tengah dengan luas 5.118,000 Hektar yang terbagi ke dalam
4 kelompok yaitu: (1) Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang dikelola

oleh masyarakat sejak tahun 1999 seluas 1.049,000 Ha; (2) Areal Kerja Hutan
Kemasyarakatan (HKm) yang dikelola oleh masyarakat sejak tahun 2004 seluas
2.500,804 Ha; (3) Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang diperuntukkan
sebagai Blok Perlindungan seluas 882,731 Ha dan (4) areal yang tidak diusulkan
oleh masyarakat sebagai Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan (HKm) seluas
685,465 Ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember
2010.
Metode pendugaan cadangan karbon tersimpan menggunakan persamaan
allometrik yang telah ada berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya oleh
Kettering (2001), Arifin (2001), Hairiah (2002) dan Van Noordwijk (2002). Jenis
pohon dominan diketahui dengan analisis vegetasi pada tingkat pohon, tiang,
pancang, semai dan tumbuhan bawah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah cadangan karbon
seiring bertambahnya waktu pengelolaan hutan lindung dengan skema Hutan
Kemasyarakatan. Rata-rata cadangan karbon tersimpan pada periode pengelolaan
tahun 1999 sebesar 180,704 Mg/Ha; pada periode pengelolaan tahun 2004 sebesar
148,054 Mg/Ha; pada Blok Perlindungan sebesar 211,568 Mg/Ha dan pada areal
Hutan Lindung yang tidak diusulkan sebagai areal Hutan Kemasyarakatan
sebesar184,520 Mg/Ha. Blok Perlindungan memiliki biomasa, serapan karbon

dan serapan karbon dioksida terbesar yaitu 423,136 Mg/Ha; 211,568 Mg/Ha dan
776,454 Mg/Ha. Pohon merupakan komponen terbesar dari biomasa pada periode
pengelolaan tahun 1999 (68,22 %), 2004 (73,97 %) dan Blok Perlindungan (65,04
%). Pada areal Hutan Lindung yang tidak diusulkan sebagai areal kerja Hutan
Kemasyarakatan diketahui bahwa nekromasa, tumbuhan bawah memberikan
sumbangan terbesar, yaitu sekitar 53,09 %.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi diketahui di Hutan Lindung Register 22 Way
Waya Kabupaten Lampung Tengah terdapat 29 jenis vegetasi tingkat pohon, 37
jenis vegetasi tingkat tiang, 29 jenis vegetasi tingkat pancang dan 35 jenis vegetasi
tingkat semai serta tumbuhan bawah. Jenis pohon yang dominan pada periode
pengelolaan tahun 1999 adalah karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg.) dan
sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.); pada periode pengelolaan tahun 2004
adalah sengon (Paraserinthes falcataria L.) dan sonokeling (Dalbergia latifolia
Roxb.); pada Blok Perlindungan adalah pulai (Alstonia scholaris R.Br) dan
sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.); serta pada areal yang tidak diusulkan
Hutan Kemasyarakatan adalah durian (Durio zibethinus L.) dan aren (Arenga
pinanga).
Kata kunci : Karbon, Biomasa, Hutan Lindung, Register 22 Way Waya, Periode
Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan.


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan mengenai Pendugaan Cadangan Karbon
Tersimpan pada Berbagai Periode Pengelolaan Hutan di Kawasan Hutan Lindung
Register 22 Way Waya – Kabupaten Lampung Tengah dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jumlah cadangan karbon semakin meningkat seiring bertambahnya waktu
pengelolaan Hutan Kemasyarakatan.
2. Blok Perlindungan memiliki jumlah biomasa, serapan karbon dan serapan
karbon dioksida terbesar yaitu 423,136 Mg/Ha; 211,568 Mg/Ha dan 776,454
Mg/Ha

dibandingkan

nilai

biomasa,

serapan


karbon

dan

serapan

karbondioksida periode pengelolaan tahun 1999, periode pengelolaan tahun
2004 dan areal hutan lindung tidak diusulkan sebagai areal kerja HKm.
3. Cadangan karbon di hutan Lindung Register 22 Way Waya Kabupaten
Lampung Tengah sebesar 181,212 Mg/Ha sehingga total cadangan karbon
tersimpan

sebesar

927.443,016

Mg

dengan


serapan

CO2

sebesar

3.403.715,869 Mg.
4. Hutan Lindung Register 22 Way Waya Kabupaten Lampung Tengah
mendiskripsikan hasil 29 jenis vegetasi tingkat pohon, 37 jenis vegetasi
tingkat, 29 jenis vegetasi tingkat pancang serta 35 jenis vegetasi tingkat semai

dan tumbuhan bawah.

Jenis

pohon

yang


dominan

pada

periode

pengelolaan tahun 1999 adalah karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg.) dan
sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.); pada periode pengelolaan tahun 2004
adalah sengon (Paraserinthes falcataria L.) dan sonokeling (Dalbergia
latifolia Roxb.); pada Blok Perlindungan adalah pulai (Alstonia scholaris
R.Br) dan sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.); serta pada areal yang tidak
diusulkan Hutan Kemasyarakatan adalah durian (Durio zibethinus L.) dan
aren (Arenga pinanga).

B. Saran
1. Cadangan karbon tersimpan pada areal kerja Hutan Kemasyarakatan milik
Kashuri Mulyo Rejo Agung yang dikelola sejak tahun 2004 sebesar 66,701
Mg/Ha dan cadangan karbon pada Blok Perlindungan milik Kashuri Inten Aji
sebesar 61,643 Mg/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa cadangan karbon
tersimpan di atas permukaan tanah pada kedua lokasi tersebut masih sangat

kurang, sehingga masyarakat perlu untuk menambah jumlah tanaman.
2. Mendorong pemerintah daerah untuk menjamin kepastian tentang pengelolaan
jasa lingkungan demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Saran ini diajukan karena berdasarkan penelitian bahwa masyarakat sekitar
kawasan memanfaatkan air untuk keperluan sehari-hari dan pengairan sawah.
3. Perlu penelitian tentang karakteristik perilaku masyarakat yang terkait dalam
pengelolaan areal kerja HKm di Register 22 Way Waya Kabupaten Lampung
Tengah. Penelitian tentang hal ini diperlukan karena berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa pola agroforestri telah dilakukan dalam mengelola
kawasan hutan lindung.