FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BERGESERNYA TATAUPACARA ADAT MIDODARENI PADA MASYARAKAT ADAT JAWA DI DESA PAGAR GADING KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA 2011

(1)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan suku dan budaya. Suku bangsa yang mendiami pulau-pulau di Indonesia sangat beraneka ragam dengan kebudayaan yang beragam pula. Sedangkan kebudayaan yang mereka pakai berasal dari pewarisan kebudayaan. Menurut Herimanto (2008:34) mengemukakan bahwa: “Pewarisan budaya adalah proses memindahan, penerusan, pemikiran, dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi.”

Masyarakat adat Jawa sebagai masyarakat Adat yang mempunyai penyebaran penduduk begitu luas pun memiliki kebudayaan yang dipakai dari generasi ke generasi. Nilai-nilai kebudayaan masyarakat adat Jawa sangatlah berperan dalam kehidupan masyarakat adat Jawa sendiri bahkan dalam organisasi masyarakat adat Jawa.

Kebudayaan Jawa semula berpusat di Surakarta, tetapi dengan perjanjian Giyanti 1755 pusat kebudayaan Jawa berada di Jogyakarta. Mulanya kebudayaaan masyarakat adat Jawa seperti halnya upacara adat lebih ditekankan pada keluarga-keluarga kraton/kerajaan. Namun tidak menutup kemungkinan dengan masyarakat adat Jawa pada umumnya.


(2)

Di daerah kediaman orang Jawa terdaapat variasi dan perbedaan-perbedaan yang bersifat lokal dalam berbagai unsur kebudayaan, seperti perbedaan istilah teknis, dialek dan bahasa. tetapi kalau diteliti hal-hal itu masih satu pola atau satu sistem kebudayaan Jawa.

Adapun sebenarnya masyarakat adat Jawa memiliki ragam upacara adat sejak manusia dalam kandungan sampai ia wafat. Sedangkan dalam kraton Surakarta sebelum melakukan upacara perkawina ada upacara melamar, pasang tarub, siraman, midodareni, kemudian akad nikah (www.Kratonsurakarta.com,21 Juli 2011)

Suku Jawa menganut garis keturunan ayah atau disebut Patrilinial/ Patriakhat. Hal ini terlihat dari pemakaian nama belakang seseorang sering memakai nama ayah, anak laki-laki juga menjadi kebanggaan keluarga dan mendapatkan perhatiaan khusus dibandingkan anak perempuan karena diyakini seorang laki-laki adalah pemimpin rumah tangga, dalam hal warispun dikenal anak lanang sapikul anak wadon sak gendongan. Yang mana jumlah harta waris yang diberikan kepada anak laki-laki diibaratkan sak pikul yang lebih besar dari sak gendongan yang diberikan kepada anak perempuan. Dikenal pula istilah lanjer yaitu garis keturunan keluarga laki-laki saja.

Pada masyarakat adat Jawa tata upacara adat perkawinan ada lima babak, yaitu: tahap pembicaraan yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraa pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan (gethok dina).


(3)

Kemudian tahap kesaksian, babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh di kanan-kiri tempat tinggalnya.

Babak ketiga disebut juga dengan tahap siaga, pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan.

Tahap rangkaian upacara, tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Dalam tahap inilah terdapat tata upacara adat midodareni.

Babak yang terakhir adalah tahap puncak acara, dimana terdapat acara ijab qobul, yaitu peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan.

Penyebaran masyarakat adat Jawa sangat luas di Indonesia melalui salah satu program pemerintah yaitu trasmigrasi ke pulau-pulau yang belum padat penduduk. Begitu pula dengan masyarakat adat Jawa yang tersebar di Propinsi Lampung terdiri dari masyarakat yang berimigrasi ada juga perantau dan masyarakat adat Jawa yang memang dilahirkan dan tinggal di Propinsi Lampung.


(4)

Masyarakat adat Jawa yang mendiami desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar adalah masyarakat transmigrasi dan masyarakat yang memang dilahirkan dan tinggal di Desa Pagar Gading.

Pada masa sekarang ini masyarakat adat Jawa yang mendiami desa Pagar Gading menyederhanakan tata upacara adat yang telah menjadi warisan secara turun temurun. Hal ini juga sering terjadi pada upacara adat perkawinan pada tahap empat yaitu pada tata upacara adat midodareni. Seperti dikemukakan sebelumnya tata upacara adat midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin.

Peneliti dalam hal ini akan meneliti masyarakat adat Jawa yang sudah melaksanakan perkawinan di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara. Sebagian penduduk yang telah mengadakan upacara perkawinan menggunakan tata upacara adat midodareni namun menyederhanakan bagian-bagian tertentu dan sebagian tidak melakukan tata upacara adat midodareni dalam upacara perkawinan yang mereka adakan. Hal ini dilatar belakangi pula dengan adanya beberapa kasus rumah tangga seperti pisah kebo. Dalam masyarakat adat Jawa dikenal istilah tersebut. Istilah pisah kebo dalam masyarakat adat Jawa diartikan sebagai pisahnya suami istri tetapi tidak diikuti oleh perceraian secara resmi.

Upacara adat midodareni adalah upacara yang penting pada tahap ke empat upacara perkawinan pada masyarakatadat Jawa. Pada malam midodareni


(5)

menerangkan bahwa keluarga calon mempelai laki-laki siap untuk melakukan ijab Kabul pada esok hari.

Menurut wawancara dengan salah satu responden Agustina, ia menyatakan bahwa ia menganggap malam midodareni memang penting karena dalam acara itu terdapat petuah-petuah dari orang tua tentang cara berumahtangga. Namun ia juga menyatakan bahwa, “ saya tidak terlalu memperhatikan budaya Jawa sehingga saya tidak terlalu paham, lagipula masyarakat di Pagar Gading juga sekarang jarang yang menggunakan tradisi-tradisi tersebut.”

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti maka didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1: Perkawinan adat Jawa tahun 2011 di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara

No. Blok Upacara adat midodareni Jumlah

Melaksankan secara lengkap

Tidak melaksanakan secara lengkap

1. I - 6 6

2. II - 5 5

3. III - 4 4

4. IV - 3 3

Jumlah - 18 18

Sumber: Dokumentasi desa Pagar Gading 2011

Banyak faktor yang menjadi alasan masyarakat adat Jawa menggeser tata upacara adat midodareni atau bahkan sama sekali tidak mengadakannya. Faktor tersebut antara lain meliputi faktor waktu, faktor ekonomi, faktor sikap terhadap pelestarian budaya, faktor persepsi individu dan kelompok, faktor pendidikan, faktor pernikahan beda suku serta faktor idiologi.


(6)

Peneliti memilih faktor yang paling dominan yang menyebabkan suatu keluarga melakukan pergeseran pada tata upacara midodareni atau bahkan tidak lagi menggunakannya. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor waktu, faktor ekonomi, faktor pelestarian terhadap budaya, faktor persepsi individu dan kelompok serta faktor pendidikan .

Masyarakat sekarang menginginkan upacara adat perkawinan yang tidak memakan waktu lama. Mengingat dalam upacara sebelum perkawinan maupun upacara parkawinan memerlukan waktu yang cukup lama, maka masyarakat hendak menyederhanakan upacara perkawinan dengan menggeser atau mengurangi bagian-bagian tertentu bahkan ada juga yang tidak menggunakan tata upacara adat midodareni yang menjadi bagian dari upacara adat perkawinan untuk memotong waktu yang cukup lama.

Faktor ekonomi keluarga pun menjadi faktor yang dominan yang menyebabkan suatu keluarga menyederhanakan tata upacara adat midodareni bahkan ada juga yang tidak lagi menggunakan tata upacara adat midodareni tersebut. Mengingat tata upacara adat perkawinan dari tahap pertama hingga sebelum tata upacara adat midodareni memakan biaya yang tidak sedikit. Maka mereka menghemat biaya dengan menyederhanakannya atau tidak menggunakan tata upacara adat mododareni sama sekali.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, pola pikir manusia pun semakin berubah. Banyak hal yang mempengaruhi pola pikir mereka. Sikap terhadap pelestarian budaya semakin rendah. Mereka kini kurang peduli


(7)

dengan budaya yang telah menjadi warisan secara turun temurun seperti halnya tata upacara adat midodareni.

Adapun persepsi individu dan kelompok yang menginginkan tata upacara adat midodareni untuk disederhanakan. Alasan mereka karena hal tersebut kurang rasional dan tidak dapat diterima dalam kepercayaan mereka. Karena midodareni bagi mereka hanyalah sebuah saat yang tepat untuk memberi nasihat kepada kedua mempelai saja.

Faktor pendidikan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tata upacara adat midodareni. Dalam hal ini semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin dapat ia mempertimbangkan untung ruginya pelaksanaann tata upacara adat menjelang ijab kabul.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melihat dan mengetahui lebih jauh lagi mengenai faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan suatu keluarga menyederhanakan atau tidak menggunakan tata cara adat midodareni di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar. Maka peneliti mengangkat judul “Faktor-faktor Penyebab Bergesernya Tata Upacara Adat Midodareni Pada Masyarakat Adat Jawa di Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar Tahun 2011.


(8)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Faktor waktu merupakan faktor yang mengakibatkan suatu keluarga menggeser atau tidak menggunakan upacara adat midodareni. Masyarakat menginginkan upacara adat perkawinan yang tidak memerlukan waktu yang cukup lama.

2. Faktor ekonomi keluarga diduga menjadi salah satu penghambat dalam melaksanakan tata upacara adat midodareni. Mengingat dalam masyarakat adat Jawa tata cara sebelum pernikahan memerlukan biaya yang tidak sedikit.

3. Faktor sikap terhadap pelestarian budaya, berkaitan dengan semakin majunya pemikiran manusia sehingga dapat mempengaruhi pemahaman manusia terhadap bergesernya nilai-nilai budaya yang mereka anut. Sikap kurang peduli terhadap kebudayaan semakin menjadi ancaman terhadap pelestarian kebudayaan yang menjadi warisan turun temurun. 4. Faktor persepsi individu dan kelompok juga diindikasikan sebagai

penyebab suatu keluarga Jawa menggeser atau bahkan tidak menggunakan tata upacara adat midodareni.

5. Faktor pendidikan, dalam hal ini pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara pandang mengenai pelaksanaan upacara adat sebelum ijab kabul.


(9)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor-faktor penyebab bergesernya tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Tahun 2011

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan bergesernya tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa Kecamatan Blambangan Pagar Kelurahan Pagar Gading?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab suatu keluarga tidak melakukan upacara adat midodareni.

2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis

Penelitian tentang faktor-faktor penyebab bergesernya tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar akan memperkaya konsep ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan secara teoritik, dalam kajian hukum dan kemasyarakatan yang


(10)

membahas tentang hukum adat dan mengenai adat istiadat dan tata upacaranya.

b. Secara praktis

1. Secara praktis penelitian ini dapat memperkaya wawasan juga sebagai sumber pengetahuan kepada pihak yang berkepentingan dalam mempelajari adat Jawa.

2. Sebagai suplemen bahan ajar mata pelajaran PKn yang membahas tentang norma dan hukum di kelas VII (Semester 1) SMP yang berkaitan dengan norma adat istiadat yang berkaitan dengan nilai-nilai kebudayaan masyarakat.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah peleksanaan upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa di Desa Pagar Gading Kecamatan Blmabangan Pagar Tahun 2011

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat adat Jawa di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar.

3. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu pendidikan, khususnya hukum adat yang mengkaji tentang adat istiadat dan upacara adatnya pada masyarakat Indonesia.


(11)

4. Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah penelitian ini adalah desa Pagar Gading kecamatan Blambangan Pagar.

5. Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian ini adalah sesuai dengan surat izin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertian Masyarakat Adat Jawa

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Selo Sunarjdan,1982:24). Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, dengan adanya hidup bersama maka akan timbul sistem komunikasi dan timbul peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dan kelompok tersebut.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi (Koentjaraningrat 2006:144). Pengertian lain mengenai masyarakat dikemukakan oleh J.L Gillin dan J.P Gillin dalam buku Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan yang diterjemahkan oleh Abdul Sani, menyatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan yang sama (Abdul Sani, 2002:32).

Masyarakat yang terdiri dari berbagai macan individu tentunya mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Itulah yang membedakan masyarakat


(13)

yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Mulai dari kebiasaan, adat istiadat, agama bahkan ciri-ciri biologis yang mereka miliki.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda saling berinteraksi satu sama lain dapat menghasilkan ikatan yang kuat karena latar belakang yang sama.

Salah satu masyarakat yang mempunyai ikatan yang kuat adalah masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa sering disebut dengan masyarakat adat Jawa. Masyarakat Adat merupakan istilah umum yang dipakai di Indonesia untuk paling tidak merujuk kepada empat jenis masyarakat asli yang ada didalam negara-bangsa Indonesia. Dalam ilmu hukum dan teori secara formal dikenal Masyarakat Hukum Adat.

Masyarakat Jawa erat pula dengan kebudayaannya yang diwariskan oleh leluhurnya secara turun-temurun. Daerah kebudayaan Jawa sangatlah luas. Daerah-daerah yang secara kolektif disebut dengan kejawen. Sebelun ada perubahan status wilayah seperti sekarang ini daerah itu meliputi Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Daerah di luar tersebut dinamakan daerah Pesisir dan Ujung Timur.

Masyarakat Jawa agama yang dianut mayoritas adalah agama Islam, kemudian Katolik, Kristen protrestan, Hindu dan Budha. Ada pula masyarakat Jawa yang di sebut dengan Islam santri dan Islam kejawen.


(14)

Orang Islam santri adalah mereka yang secara patuh dan teratur menjalankan ajaran agama Islam sedangkan masyarakat Islam kejawen biasanya tidak menjalankan shalat, puasa dan tidak bercita-cita naik haji, tetapi mereka mengakui keimanan Islam.

Sistem kekerabatan masyarakat Jawa berdasarkan prinsip bilateral. Sistem kekerabatan ialah sistem klasifikasi menurut angkatan-angkatan. Semua kakak laki-laki maupun perempuannya ayah dan ibu, beserta istri dan suami mereka masing-masing diklasifikasikan menjadi satu, yaitu dengan istilah siwa atau uwa. Sedangkan adik-adik dari ayah dan ibu yang bebeda jenis kelamin, yaitu paman bagi adik laki-laki dan bibi bagi adik perempuan.

Pada masyarakat berlaku adat yang menentukan bahwa dua orang tidak boleh saling menikah apabila:

1. Saudara sekandung,

2. Pancer lanang, yaitu anak dari dua orang saudara sekandung laki-laki,

3. Pihak laki-laki lebih muda abunya daripada perempuan.

Adapun perkawin yang diperbolehkan yang diperbolehkan antara dua orang yang tidak terikat karena hubungan kekerabatan seperti diatas.


(15)

Perkawinan pada masyarakat Jawa dikenal beberapa istilah.

1. Ngarang wulu adalah perkawinan seorang duda dengan seorang wanita salah satu adik almarhum istrinya.

2. Wayuh adalah perkawinan lebih dari seorang istri (poligami) 3. Kumpul kebo adalah laki-laki dan perempuan yang tinggal satu

rumah, sudah atau belum mempunyai anak dalam kurun waktu tertentu akan tetapi belum menikah secara resmi. Kumpul kebo juga dipakai untuk member pengertian terhadap berkumpulnya (rujak) suami-istri yang dahulu sudah bercerai, tetapi rujaknya kembali itu tidak melewati pernikahan resmi lagi.

4. Pisah kebo adalah pisahnya suami istri tetapi tidak diikuti oleh perceraian secara resmi.

2. Pengertian Perkawinan

Manusia diciptakan berpasang-pasangan dengan harapan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dalam hal ini manusia merasa saling membutuhkan satu sama lainnya secara erat dan akrab. Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan dua insan yang berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah perkawinan atau pernikahan. Menurut Anik Farida (2001:32) “pernikahan merupakan syariat Tuhan untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan dalam perkumpulan kekeluargaan yang penuh kasih sayang dan berkah”.


(16)

Menurut Willian Good dalam buku Perempuan dalam Perkawinan dan Perceraian diberbagai Komunitas dan Adat yang diterjemahkan oleh Anik Farida dan kawan-kawan, mengemukakan bahwa pernikahan adalah institusi penting bagi terbentuknya unit masyarakat terkecil yakni keluarga (Anik Farida dkk, 2001:23).

Menurut Soebekti yang dikutip Lestawati (1999:39)“Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama”.

Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 menyatakan, bahwa perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dapat disimpulkan bahwa perkawinan merupakan suatu cara untuk membentuk sebuah keluarga yang mempunyai ikatan batin yang bertujuan agar hidup bahagia.

3. Tata Upacara Perkawinan Adat Jawa

Tata upacara perkawinan adat Jawa terdiri dari lima tahap penting. Masing-masing tahap masih terdiri dari beberapa tata cata lagi. Kelima tahap penting tersebut meliputi:

1. Babak I (tahap pembicaraan) yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraa


(17)

pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan (gethok dina).

2. Babak II (tahap kesaksian), babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh dikanan-kiri tempat tinggalnya, melalui acara-acara sebagai berikut:

1.Srah-srahan yaitu, menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir.

2.Peningsetan yaitu, lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.

3.Asok tukon hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.

4.Gethok dina yaitu, menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam perhitungan Jawa.

3. Babak III (tahap siaga) pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan.

1. Sedhahan yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan. 2. Kumbakarnan yaitu pertemuan membentuk panitia hajatan mantu


(18)

4. Babak IV (tahap rangkaian upacara), tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Ada beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :

1. Pasang tratag dan tarub, yaitu pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri kas tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.

2. Kembar mayang Berasal dari kata kembar artinya sama dan mayang artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang.

3. Pasang tuwuhan (pasren) yaitu Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin.

4. Siraman Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga.

5. Adol dhawet, pacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak.


(19)

Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.

6. Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni (bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.

5. Babak V (Tahap Puncak Acara)

1. Ijab qobul, yaitu peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake anak.


(20)

2. Upacara panggih adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :

a. Liron kembar mayang saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan. b. Gantal, yaitu daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang

saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.

c. Ngidak endhog pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra dengan makna mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.

e. Minum air degan maknanya air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).

f. Di-kepyok dengan bunga warna-warni, mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin.

g. Masuk ke pasangan bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.

h. Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar.


(21)

Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :

1. Timbangan yaitu, bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.

2. Kacar-kucur, yaitu pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya.

3. Dulangan, antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng.

4. Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.


(22)

4. Upacara Midodareni

Upacara midodareni sebagai salah satu upacara masyarakat adat Jawa yang mempunyai makna yang dalam. Ritus ini dilakukan oleh masyarakat adat Jawa untuk memperoleh keselamatan, terutama dalam rangkaian upacara perkawinan. Dalam ritus midodareni ini, masyarakat Jawa percaya akan peran bidadari yang mampu mempercantik dan memberi restu kepada calon pengantin yang akan melangsungkan perkawinannya.

Tradisi ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa tradisional, tetapi juga oleh masyarakat modern yang sudah beragama. Oleh karena itu, paham keselamatan menjadi semakin bervariatif sesuai dengan kemampuan, pengetahuan, dan keyakinan masyarakat.

Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon pengantin tidak boleh tidur.

Midodareni, wengi iku wengisuci widodari-widodari padha tumurun paring berkah. Artinya midodarenin adalah malam yang suci, bidadari-bidadari turun memberi berkah. (A.Sandiwan Brata,Pr 1980:78)

Saat akan melaksanakan midodareni ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:


(23)

1. Sepasang kembarmayang (dipasang di kamar pengantin)

2. Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi

3. Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.

4. Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.

B.Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pergeseran Tata Upacara Midodareni pada Masyarakat Adat Jawa

Sekarang ini pelaksanaan tata upacara adat perkawinan pada masyarakat adat Jawa sudah mulai bergeser terlebih pada tata upacara adat midodareni di masyarakat adat Jawa desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara. Hal itu disebabakan oleh berbagai faktor antata lain:

a.Faktor waktu

Rangkaian upacara adat perkawinan Jawa dengan empat babak merupakan upacara adat yang memerlukan waktu lama. Masyarakat adat Jawa dimasa sekarang ini menghendaki upacara perkawinan yang singkat.

b. Faktor ekonomi keluarga

Faktor ekonomi sangat mempengaruhi prosesi upacara adat perkawinan pada masyarakat Jawa. Apabila suatu keluarga akan melaksanakan


(24)

uapacara adat perkawinan secara lengkap maka mereka memang benar-benar siap materi maupun imateri. Mengingat dalam tata upacara perkawinan terdapat lima tahap perkawinan yang memerlukan biaya yang tidak sedikit

c. Faktor sikap terhadap pelestarian budaya

Kurangnya kepedulian terhadap pelestarian budaya sering terjadi dimasa sekarang ini. Hal ini mengakibatkan budaya yang menjadi warisan secara turun temurun semakin memudar dan kurang di lestarikan. Akibatnya sering terjadi pergeseran-pergeseran pada tata upacara adat yang sebenarnya merupakan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

d. Faktor persepsi individu dan kelompok

Persepsi individu dan kelompok merupakan faktor yang mempengaruhi pergeseran tata upacara adat mododareni. Kelompok masyarakat adat Jawa di desa Pagar Gading yang menghendaki pergeseran tata upacara adat midodareni adalah masyarakat santri dan masyarakat adat Jawa yang memeluk agama Katolik. Mereka menghendaki upacara midodareni yang lebih singkat. Artinya mereka masih melakukan upacara namun dipersingkat (disederhanakan). Pada dasarnya perubahan yang terjadi tidak hilang fungsinya dan kesakralannya.

e. Faktor Pendidikan

Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pola pikir seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan membuat pola pikir mereka semakin maju pula, terlebih cara berfikir dibidang kebudayaan. Demikian


(25)

juga dengan pendidikan penduduk di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan. Mereka yang mempunyai pendidikan lebih tinggi mempertimbangkan untung rugi dalam pelaksanaan upacara adat sebelum akad nikah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa upacara adat midodareni di desa Pagar Gading telah mengalami pergeseran yang disebabkan oleh faktor waktu, faktor ekonomi keluarga, faktor sikap pelestarian budaya, faktor persepsi individu dan kelompok dan faktor pendidikan. Mereka menghendaki upacara adat perkawinan yang singkat, hemat biaya, namun tidak meninggalkan fungsi dari upacara adat pernikahan yang sakral. C.Kerangka Pikir

Setelah dilakukan penguraiaan terhadap beberapa pengertian dan konsep yang akan membatasi penelitian ini, maka kerangka pikir merupakan instrumen yang memberikan penjelasan bagaimana upaya penulis memahami pokok masalah, maka penulis mengambil beberapa faktor terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni yaitu faktor waktu, faktor ekonomi keluarga, faktor pelestarian budaya dan faktor persepsi individu.


(26)

Gambar 1. Kerangka pikir faktor-faktor penyebab bergesernya tata upacara adat midodareni di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara.

Keterangan : garis hubungan Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni di desa Pagar Gading, yaitu:

a. Faktor waktu

b. Faktor ekonomi keluarga c. Faktor penghargaan

terhadap kebudayaan d. Faktor persepsi individu

dan kelompok e. Faktor pendidikan

Tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa di desa Pagar Gading

a. Dilaksanakan sepenuhnya

b. Dilaksanakan hanya sebagian

c. Tidak dilaksanakan sama sekali


(27)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang ditulis oleh peneliti, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif (Descriptive Resarach), karena dalam penelitian ini membahas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni pada masyarakat Adat Jawa di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara yang terjadi hingga saat ini. Hingga sekarang ini banyak keluarga-keluarga Jawa di desa Pagar Gading melaksanakan upacara perkawinan dengan tidak memperhatikan kelengkapan tata upacaranya terlebih pada tata upacara adat midodareni. Hal ini diperkuat oleh adanya beberapa faktor yang diindikasikan berbagai sebab meleputi faktorwaktu, faktor ekonomi keluarga, faktor penghargaan terhadap budaya dan faktor persepsi individu dan kelompok. Pergeseran tata upacara adat midodareni merupakan masalah utama yang akan di bahas dalam penelitian ini.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti berpendapat bahwa sangat tepat jika menggunakan penelitian deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya pergeseran dalam tata upacara adat midodareni dalam masyarakat adat Jawa di desa Pagar Gading kecamatan Blambangan Pagar kabupaten Lampung Utara.


(28)

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dianggap relevan untuk di pakai karena menggambarkan keadaan obyek yang ada pada masa sekarang secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah seluruh keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan dan tumbuhan, gejala-gejala, nilai-nilai tes, pristiwa-pristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian (Hadari Nawawi, 1983:141).

Adapun tujuan dari penentuan menurut Husaini Usman (2009:42) adalah,”Agar dapat menentukan besarnya anggota sampelyang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi”. Dari uraian diatas, maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah tokoh adat, tokoh agama serta seluruh masyarakat adat Jawa yang sudah melaksanakan upacara adat midodareni di desa Pagar Gading yang berjumlah 18 kepala keluarga (KK). (Data primer Kelurahan Pagar Gading Tahun 2011).


(29)

2. Sampel

Sampel penelitian merupakan bagian dari data penelitian yang diambil dari populasi. Penelitian ini adalah penelitian populasi, di karnakan populasi kurang dari 100, hal ini sesuai dengan pendapat Husaini Usman (2009:42) “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau atau lebih.

Sampel dari penelitian ini dapat dilihat dari table berikut:

Tabel 2. Jumlah perkawinan yang menggunakan upacara adat midodareni secara tidak lengkap.

No Blok

Perkawinan adat Jawa dengan tata upacara adat midodareni secara

tidak lengkap

1. I 6

2. II 5

3. III 4

4. IV 3

Jumlah 18

Sumber: Dokumentasi Desa Pagar Gading Tahun 2011

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling random. Untuk mendapatkan sampel diambil dengan cara random yang mewakili setiap unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang paling kecil dapat memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau mewakili populasi.


(30)

C. Variabel Penelitian, Devinisi Oprasional Variabel dan Pengujiannya 1. Variable Penelitian

1.1variabel Bebas (X)

Variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara (diberi symbol X)

1.2variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tata upacara adat midodareni di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara (diberi simbol Y)

2. Definisi Oprasional Variabel dan Pengukurannya 2.1Variabel X

Definisi oprasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasi (sumadi Suryabrata,2010:29)

Faktor faktor penyebab terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni adalah faktor waktu, faktor ekonomi keluarga, faktor perkembangan zaman, faktor persepsi individu dan kelompok serta faktor pendidikan.

Sedangkan Indikatornya adalah : 1. Faktor waktu

2. Faktor ekonomi keluarga

3. Faktor sikap terhadap peestarian budaya 4. Faktor persepsi individu dan kelompok


(31)

5. Faktor pendidikan a. Faktor waktu

Tata upacara perkawian adat Jawa memerlukan waktu yang cukup lama mengingat sebelum menginjak ke tahap pernikahan dalam masyarakat Jawa terdapat lima tahap yang penting. Sedangkan indikator yang diukur adalah banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan tata upacara adat dengan waktu yang mereka miliki.

b. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi adalah faktor yang dilatarbelakangi kemampuan finansial seseorang yang dilihat dari jumlah pendapatan dan pengeluaran. Indikator yang diukur meliputi: 1. Mempunyai banyak biaya

2. Keterbatasan biaya 3. Tidak mempunyai biaya

Apabila suatu keluarga ingin melaksanakan upacara adat perkawinan secara keseluruhan mulai dari tahap pertama hingga tahap akhir, maka suatu keluarga harus mempunyai dana yang cukup besar untuk pembiayaannya. Jadi faktor ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa Pagar Gading tidak melakukan upacara midodareni pada upacara perkawinan.


(32)

c. Faktor sikap terhadap pelestarian budaya

Pelestarian budaya sekarang ini kurang diperhatikan oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari nilai-nilai budaya yang banyak mengalami pergeseran. Sedangkan indikator yang diukur meliputi sikap pelestarian budaya itu sendiri :

1. Melestarikan budaya

2. Kurang melestarikan budaya 3. Tidak melestarikan budaya d.Faktor Pesepsi individu dan kelompok

Masyarkat adat Jawa di Desa Pagar Gading terdiri dari kelompok masyarakat yang memeluk agama Islam dan katolik. Sebagian dari mereka menghendaki perubahan tata upacara adat midodareni. Ini karena menurut mereka hal itu tudak terlalu penting untuk di lakukan secara lengkap. Mereka adalah sebagian masyakat adat Jawa yang telah memeluk agama Islam dan Katolik yang sudah meninggalkan kejawennya.

e. Faktor Pendidikan

Manusia senantiasa belajar sepanjang hayat, dengan belajar manusia semakin mengetahui hal-hal yang baru. Misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Manusia mendapat sebuah pembelajaran secara formal dan informal serta pengalaman-pengalaman dalam hidupnya. Menempuh jalur pendidikan secara formal sering dilakukan masyarakat untuk merubah cara berfikir semakin maju.


(33)

Masyarakat yang telah menempuh pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan lebih kritis dalam cara berfikirnya. Serta dapat mempengaruhi keadaan suatu masyarakat misalnya dalam hal kebudayaan. Misalnya dalam hal ini mereka akan mempertimbangkan untung rugi dalam pelaksanaan tat upacara adat sebelum ijab kabul.

Yang diukur dari variabel bebas ini adalah faktor yang menyebabkan pergeseran tata upacara adat midodareni meliputi faktor waktu, ekonomi keluarga, faktor sikap terhadap pelestarian budaya, faktor persepsi individu dan kelompok dan faktor pendidikan.

2.2Varibel Y

Definisi dari variabel yang mempengaruhi oleh variabel bebas dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah besarnya pelaksanaan tata upacara adat midodareni dengan ukuran:

1. dilaksanakan sepenuhnya 2. dilaksanakan hanya sebagian 3. tidak dilaksanakan sama sekali

D.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(34)

1. Teknik Pokok 1.1Angket

Penelitian ini menggunakan angket tertutup sehingga responden hanya menjawab pertanyaan dari alternatif jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat pengaruh faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara.

Angket tersebut ditujukan kepada responden yang menjadi subjek penelitian. Sedangkan yang menjadi responden adalah mereka yang telah melangsungkan upacara pernikahan pada tahun 2011.

Angket yang dibuat dalam bentuk soalpilihan ganda yang bersifat tertutup sehingga item memiliki alternative kemungkinan jawaban a, b, dan d yang masing-masing diberi:

a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai harapan

b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan. c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan

2. Teknik Penunjang 2.1Teknik observasi

“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada pola penelitian”. (Margono, 2005:158).


(35)

Teknik ini bertujuan untuk mengamati faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran tata upacara midodareni pada masyarakat Adat Jawa di desa Pagar Gading.

2.2 Teknik wawancara

Dalam melakukan wawancara ada dua teknik yang dilakukan yaitu wawancara tersetruktur dan wawancara tidak tersetruktur. wawancara tersetruktur dilakukan berdasarkan pedoman pertanyaan (interview guide) yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan wawancara terlaksana sesuai dengan tujuan penelitian dan tanpa menggunakan teks formal.

E. Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) “ Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaidanan kesohihan dalam suatu instrumen dengan demikian untuk menentukan item soal dilakukan control langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator yang dipakai.”

Untuk menentukan validitas item soal dilakukan control langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang dipakai validitas yang dipakai yaitu logical validity dengan cara mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabelitas merupakan instrument yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrument tersebut sudah cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya (Suharsimi Arikunto, 2006:170)


(36)

Maka sebelum diuji coba, langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut; 1. menyebarkan angket untuk uji coba kepada responden

2. Untuk menguji soal angket digunakan teknik belah dua atau ganjil dan genap

3. Kemudian mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan korelasi product moment yaitu:

Dimana:

rxy = Koefisien antara variable X dan Y X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat N = Jumlah responden

a. Kemudian untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus Sperman Brown. (Manase Malo, 195:139), yaitu :

 

rgg rgg rxy   1 2

rxy = Koefisien reliabilitas seluruh item rgg = Koefisien antara item genap dan ganjil

b. Hasil ananlisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas, dengan kriteria sebagai berikut :

0,09 - 1,00 = Reliabilitas tinggi



                   

N y y N x x N y x xy rxy 2 2 2 2


(37)

0,05 - 0,89 = Reliabilitas sedang 0,00 - 0,49 = Reliabilitas rendah

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif yang diperoleh dari analisis dari tabel dan persentase, yang selanjutnya diuraikan beberapa keterangan atau kalimat.

Untuk mengelola dan menganalisis data, akan digunakan rumus : I =��−��

� Keterangan : I = Interval NT = Nilai tertinggi NR = Nilai rendah K = Kategori

Penentuan tingkat persentase digunakan rumus yang dikemukakan oleh Muhammad Ali (1984:184), sebagai berikut:

P = �

� X 100% Keterangan :

P = Besarnya persentase

F = Jumlah skor yang diperoleh item N = Jumlah responden


(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data instrument penelitian berupa angket, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pergeseran tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa adalah faktor waktu, faktor ekonomi keluarga, faktor sikap terhadap pelestarian budaya, faktor persepsi indifidu dan kelompok dan faktor pendidikan. Dari keempat fator tersebut kesimpulannya ialah:

1. Faktor waktu merupakan faktor yang kurang berpengaruh dalam pergeseran tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa. Mereka tidak mempersoalkan lamanya waktu pelaksanaan tata upacara adat midodareni, melainkan mereka mempunyai persepsi bahwa ada faktor lain yang menyebabkan pergeseran tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa. Hal ini ditunjukkan dengan data yang di peroleh dari 18 responden 7 responden atau 38,89% termasuk dalam kategori kurang berpengaruh.

2. Faktor ekonomi pun bagi mereka bukanlah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pergeseran dalam tata upacara adat midodareni. Terbukti dari jawaban angket yang diberikan oleh responden memperlihatkan 50% faktor ekonomi kurang berpengaruh terhadap tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa.


(39)

3. Faktor sikap terhadap pelestarian budaya merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran tata upacara adat midodarei. Ini terbukti dari dari pelestarian budaya Jawa khususya pada tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa mulai digeser dan bahkan ada yang tidak lagi menggunakannya. Data yang diperolehpun menunjukkan bahwa sikap terhadap pelestarian budaya merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni. 8 responden dari 18 responden atau 44,44% responden masuk ke dalam kategori berpengaruh. 4. Faktor persepsi individu dan kelompokpun merupakan faktor yang sangat

memepengruhi tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing jawaban yang diberikan individu. Kelompok didesa Pagar gading dapat dilihat dari asal kelompok mereka seperti halnya penduduk awal yang melakukan transmigrasi ke desa tersebut adalah kelompok masyarakat yang menganut agama Katolik, kelompok merekapun menginginkan suatu pergeseran pada tata upacara adat midodareni. selain itu, 8 responden dari 18 responden atau 44,44% responden masuk ke dalam kategori berpengaruh.

5. Faktor pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pergeseran tata upacara adat midodareni. Hal ini terbukti pada jawaban angket yang diberikan pada responden. 55,56% responden menyatakan bahwa faktor pendidikanlah yang menyebabkan terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa.


(40)

B. SARAN

Dari kesimpulan di atas maka penulis ingin memberikan saran kepada:

1. Masyarakat adat Jawa khususnya masyarakata adat Jawa di desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar untuk tetap melestarikan kebudayaan Jawa yang merupakan warisan turun temurun yang patut dibanggakan terlebih pada tata upacara adat midodareni

2. Para ketua adat diharapkan memberikan penjelasan kepada masyarakat adat Jawa yang belum mengerti dan memahami budaya Jawa khususnya pada tata upacara adat midodareni.

3. Para generasi muda supaya tetap melestarikan budaya Jawa dan tetap menggunakannya sebagai kebanggaan dan warisan secara turun temurun sehingga kebudayaan Jawa tidak luntur atau bahkan punah karena mereka enggan memakainya.

4. Dunia pendidikan hendaknya tetap memberikan pembelajaran tentang kebudayaan dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sehingga generasi muda dapat mengetahui kebudayaan asli Indonesia khususnya melalui pendidikan formal. Pada mata pelajaran PPKn sehingga guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai budayadalam proses pembelajaran.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Praktis.Jakarta:Bina Aksara.

Basrowi.2005.Pengantar Sosiologi.Bogor:Galia Indonesia

Brata, Sandiwan.1980.Tata Cara Katolik-Jilid 1.Jogjakarta:Kanisius Farida, Anik.2007.Perempuan dalam Sistem Perkawinan dan Perceraian

diberbagai Komunitas dan Adat.Jakarta:Departemen Agama RI Balai Pustaka Penelitian dan Pengembangan Agama

Herimanto.2008.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta:Sinar Grafika Offset Hartomo.2004.Ilmu Soaial Dasar.Jakarta:Bumi Aksara

Ihromi, T.O.2006.Pokok-Pokok Antropologi Budaya.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

Koentjaraningrat.2006.Pengantar Antropologi-Jilid1, cetakan ketiga, Jakarta:Rineka Cipta.

Pringgawidagda,Suwarna.2003.Peningset, Srah-sarahan dan midodareni.Jakarta:Adicita Karya Cipta

Sani, Abdul.2002.Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta:Bumi Aksara Sekertariat Negara.1974.Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1947.Jakarta Suryabrata,Sumadi.2010.Metodologi Penelitian.Jakarta:Raja Grafindo Persada Soekamto,Soerjono.2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Raja Grafindo Tim Penulis.1980.Upacara Mantu Jangkep Gagrak Surakarta.Semarang:Effhar

publishing

Usman, Husaini.2008.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:Bumi Aksara Wiyasa,Thomas Bratawidjaja.2000.Upacara Tradisional Masyarakat

Jawa.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan

Wiyasa, Thomas Bratawidjaja.2002.Upacara Perkawinan Adat Sunda.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan


(42)

Primantoro,2008.Upacara Pernikkahan/Pengantin Tradisional Adat Jawa Jogjakarta,http://Kratonsurakarta.com 21 Juli 2011


(43)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Holilulloh, M.Si. ………….

Sekertaris : Hj. Arnida Warganegara, S.H. …………. Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Adelina Hasyim , M.Pd. …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. NIP: 19600315 198503 1 003


(44)

(45)

DI DESA PAGAR GADING KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA 2011

Oleh

Pauline Septi Dwi Kurnia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(46)

DI DESA PAGAR GADING KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA 2011

(Skripsi)

Oleh

Pauline Septi Dwi Kurnia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(47)

Jika engkau bermimpi, bangunlah dan

segeralah laksanakan impianmu.

(Pauline)

Jangan katakana tidak bisa sebelum mencoba.

(Pauline)

Harga sebuah kegagalan dan kesuksesan

bukan diniai dari hasil akhir tetapi dari

proses perjuangannya.

(Andrie Wongso)


(48)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1 Perkawinan adat Jawa tahun 2011 di desa Pagar Gading

Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten

Lampung Utara ... 5 Tabel 2 Jumlah perkawinan yang menggunakan upacara adat

midodareni secara tidak lengkap ... 29 Tabel 3 Hasil Uji Coba Diluar Responden Item

Ganjil (X) ... ... 42 Tabel 4 Hasil Uji Coba Diluar Responden Item

Ganjil (X) ... 43 Tabel 5 Tabel Kerja Antara Item Ganjil (X) dengan Item Ganjil (Y) . 44 Tabel 6. Tempat Ibadah ... 49 Tabel 7. Sarana Pendidikan ... ... 50 Tabel 8. Distribusi Skor Angket Faktor Waktu Terhadap Pergeseran

TataUpacara Adat Midodareni Pada Masyarakat ... 51 Tabel 9. Distribusi Skor Angket Faktor Waktu Penyebab Bergesernya

Tata Upacara Adat Midodareni pada Masyarakat Adat Jawa ... 52 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Skor Angket Faktor Waktu Penyebab

Bergesernya TataUpacara Midodareni pada

Masyarakat Adat Jawa ... 53 Tabel 11. Distribusi Skor Angket Faktor Ekonomi Terhadap Pergeseran

Tata Upacara Adat Midodareni Pada Masyarakat Adat Jawa .. 55 Tabel 12. Distribusi Skor Angket Faktor Ekonomi Penyebab

Bergesernya Tata Upacara Adat Midodareni pada

Masyarakat Adat Jawa ... 56 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Angket Faktor Ekonomi Penyebab

Bergesernya Tata Upacara Midodareni pada


(49)

Tabel 15. Distribusi Skor Angket Faktor Sikap Terhadap Pelestarian Budaya Penyebab Bergesernya Tata Upacara Adat Midodareni pada Masyarakat Adat Jawa ... 60 Tabel 16. Distribusi Frekuensi Skor Angket Faktor Sikap Terhadap

Pelestarian Budaya Penyebab Bergesernya Tata Upacara

Midodareni pada Masyarakat Adat Jawa... 62 Tabel 17. Distribusi Skor Angket Faktor Persepsi Individu dan Kelompok

Penyebab Bergesernya Tata Upacara Adat Midodareni pada Masyarakat Adat Jawa ... 63 Tabel 18. Distribusi Skor Angket Faktor Persepsi Individu dan

Kelompok Tata Upacara Adat Midodareni pada Masyarakat Adat Jawa ... 64 Tabel 19. Distribusi Frekuensi Skor Angket Faktor Persepsi

Individu dan Kelompok Penyebab Bergesernya Tata

Upacara Midodareni pada Masyarakat Adat Jawa ... 66 Tabel 20. Distribusi Skor Angket Faktor Pendidikan Penyebab

Bergesernya Tata Upacara Adat Midodareni pada

Masyarakat Adat Jawa ... 67 Tabel 21. Distribusi Skor Angket Faktor Pendidikan

Tata Upacara Adat Midodareni pada Masyarakat Adat Jawa .. 69 Tabel 22. Distribusi Frekuensi Skor Angket Faktor Pendidikan

Penyebab Bergesernya Tata Upacara Midodareni

pada Masyarakat Adat Jawa ... 70 Tabel 23. Distribusi Skor Angket Faktor-faktor Penyebab

Pergeseran Tata Upacara Adat Midodareni pada Masyarakar Adat Jawa di desa Pagar Gading

Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara. ... 72 Tabel 24. Distribusi Skor Angket Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pergeseran Tata Upacara Adat Midodareni pada

Masyarakat Adat Jawa ... 75 Tabel 25. Distribusi Frekuensi Skor Angket Faktor Pendidikan

Penyebab Bergesernya Tata Upacara Midodareni pada


(50)

(51)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Abstrak ... i

Halaman Judul ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Halaman Riwayat Hidup ... v

Halaman Pernyataan ... vi

Halaman Persembahan ... vii

Halaman Motto ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Kegunaan Penelitian ... 9

a. Kegunaan Secara Teoritis ... 9

b. Kegunaan Secara Praktis ... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1. Ruang Lingkup Obyek Penelitian ... 10

2. Ruang Lingkup Subyek Penelitian ... 10

3. Ruang Lingkup Ilmu ... 10

4. Ruang Lingkup Wilayah ... 11

5. Ruang Lingkup Waktu ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Deskripsi Teoritis ... 12

1. Pengertian Masyarakat Adat Jawa ... 12


(52)

Adat Midodareni ... 23

a. Faktor Waktu ... 23

b. Faktor Ekonomi Keluarga ... 23

c. Faktor Sikap Terhadap Pelestarian Budaya ... 24

d. Faktor Persepsi Individu dan Kelompok ... 25

e. Faktor Pendidikan ... 25

C. Kerangka Pikir ... 26

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Metode Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 29

C. Variabel Penelitian, Definisi Oprasional Variabel dan Pengujiannya ... 30

1. Variabel Penelitian ... 30

1.1. Variabel Bebas ... 30

1.2. Variabel Terikat ... 30

2. Definisi Oprasional Varibel dan Pengukurannya ... 30

2.1.Variabel X ... 30

a. Faktor Waktu ... 31

b. Faktor Perkembangan Zaman ... 31

c. Faktor Ekonomi Keluarga ... 32

d. Faktor Sikap Terhadap Pelestarian Budaya ... 32

e. Faktor Persepsi Individu dan Kelompok ... 33

2.2. Variabel Y ... 34

3. Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Teknik Pokok ... 34

1.1. Angket ... 34

2. Teknik Penunjang ... 34

2.1. Teknik Observasi ... 34

2.2. Teknik Wawancawa ... 35

D.Validitas dan Uji Reliabilitas ... 35

1. Validitas ... 35

2. Uji Reliabilitas ... 36

E.Teknik Analisis Data ... 37

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Langkah-langkah Penelitian ... 38

1. Persiapan Judul ... 38


(53)

1. Analisis Validitas Uji Coba Angket ... 41

2. Analisis Reliabilitas Angket ... 41

C. Gambaran Umum Desa Pagar Gading ... 46

a. Sejarah Berdirinya desa Pagar Gading ... 46

b. Keadaan Alam Desa Pagar Gading ... 47

c. Struktur Organisasi ... 48

d. Keadaan Penduduk ... 49

D. Deskripsi Data ... 50

1. Pengumpulan Data ... 50

2. Penyajian Data ... 50

a. Penyajian Data Faktor Waktu ... 50

b. Penyajian Faktor Ekonomi Keluarga ... 54

c. Penyajian Faktor Sikap Terhadap Pelestarian Budaya ... 59

d. Penyajian Faktor Persepsi Individu dan Kelompok ... 63

e. Penyajian Faktor Pendidikan ... 67

f. Penyajian Faktor Pendidikan ... 71

E. Pembahasan ... 77

V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA


(54)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Kerangka pikir faktor-faktor penyebab bergesernya tata upacara adat midodareni di desa Pagar Gading

Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara ... 26 2. Stuktur Pemerintahan Desa ... 48


(55)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BERGESERNYA TATAUPACARA ADAT MIDODARENI PADA MASYARAKAT ADAT JAWA

DI DESA PAGAR GADING KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA 2011

Oleh

Pauline Septi Dwi Kurnia

Masyarakat adat Jawa sebagai masyarakat Adat memiliki kebudayaan yang dipakai dari generasi ke generasi. Seperti halnya upacara perkawinan yang terbagi menjadi lima tahap. Tahap-tahap tersebut meliputi tahap pembicaraan, tahap kesaksian, tahap siaga, tahap rangkaian upacara, dan tahap puncak acara. Masyarakat adat Jawa di desa Pagar Gading telah banyak menggeser kelima tahap perkawinan tersebut bahkan yang sering terjadi adalah pergeseran pada tahap rangkaian upacara yakni pada tata upacara midodareni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor waktu, faktor ekonomi keluarga, faktor sikap terhadap pelestarian budaya, faktor persepsi individu dan kelompok dan faktor pendidikan yang menyebabkan terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni pada masyarakat adat Jawa.

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif (Descriptive Resarach), karena dalam penelitian ini membahas faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran tata upacara adat midodareni pada masyarakat Adat Jawa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari faktor waktu 22,22% tesponden termasuk kedalam kategori tidak berpengaruh, 28,89% responden termasuk ke dalam kategori kurang berpengaruh, dan 28,89% responden termasuk kedalam kategori berpengaruh. Faktor ekonomi keluarga menunjukkan 0,18% tesponden termasuk kedalam kategori tidak berpengaruh, 50% responden termasuk ke dalam kategori kurang berpengaruh dan 44,44% responden termasuk kedalam kategori berpengaruh. Faktor sikap terhadap pelestarian budaya menunjukkan bahwa 27,78% tesponden termasuk kedalam kategori tidak berpengaruh 27,78% responden termasuk ke dalam kategori kurang berpengaruh, 44,44% responden termasuk ke kedalam kategori berpengaruh. Faktor persepsi individu dan kelompok menunjukknan bahwa 16,67% tesponden termasuk kedalam kategori tidak berpengaruh 38,89% responden termasuk ke dalam kategori kurang berpengaruh 44,44% responden termasuk dalam kategori berpengaruh. Sedangkan dari faktor pendidikan 16,67% tesponden termasuk kedalam kategori tidak


(56)

Berdasarkan analisis hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikanlah yang paling berpengaruh menyebabkan pergeseran tata upacara adat midodareni hal ini disebabkan oleh cara pandang mereka yang sudah berubah mereka menginginkan upacara perkawinan yang praktis dan modern.


(57)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah: Nama : Pauline Septi Dwi Kurnia

NPM : 0743032031

Program Studi : PPKn

Jurusan/ Fakultas : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Alamat : Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain. Kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2012


(58)

SANWACANA

Trimakasih kepada Tuhan Jesus Kristus yang telah melimpahkan kasih dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor -faktor Penyebab Bergesernya Tata Upacara Adat Midodareni Pada Masyarakat Adat Jawa di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara 2011”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan kripsi ini. penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Penulisan mengucapkan trimakasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr.Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad,M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(59)

Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Holilullah, M.Si. selaku Ketua Program Studi PKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah member bimbingan dan petunjuk selama pembuatan skripsi.

6. Ibu Hj. Arnida Warganegara, S.H selaku membimbing II dan sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan petunjuk selama pembuatan skripsi.

7. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. delaku pembahas Utama.

8. Seluruh Dosen dan Staff pengajar serta administarif Universitas Lampung 9. Almamaterku Universitas Lampung yang aku banggakan.

10.Bapak M.Saleh.A.R beserta Bapak yang telah member izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

11.Papa dan Ibuku tersayang yang telah memberikanku kasih sayang, doa, motivasi tenaga dan keringat untuk ku. “Aku akan menjadi suatu kebanggaan kalian, aku sayang pada kalian”.

12.Kakak-kakakku Mbak Ima dan Mas Yopi yang selalu memberikan motivasi, semangat, serta perhatian untuk keberhasilanku.

13.Adikku Yohan dan Dian yang selalu memberikan semangat bagiku, kalian adalah adik-adikku yang punya semangat untuk berhasil pula, jangan berhenti meraih impian kalian.


(60)

15.Pembimbing karya-karyaku Bapak Fx. Sumarja, Ibu Indriani, Ibu Ch. Dwi Yuli Nugahani, Romo Blacius Soekoto,Scj dan Sr.Dominika,Fch

16.Teman-teman ku Jesi, Himawan, Niki, dan Agung di Minat Bakat Penulis dan Buletin Excelsis Universitas Lampung jangan pernah menghentikan impian kita sebagai seorang penulis, tetaplah bersemangat meraih mimpi kita.

17.Teman-temanku OMK Indonesia Setefanus Budiyanto,Yustinus Coko, Yohanes Ariyanto, Martinus Enryanto, Yohanes Eko Apriliant, Antonuis, Yakubz Benny dan Stefanus Theo Adi trimakasih atas doa dan motivasi kalian, semoga kita sama-sama berhasil.

18.Sahabat-sahabatku di Copy Paste Merli, Santi dan Rita tetaplah bersemangat meraih impian-impian kita untuk meraih masa depan dengan sebuah kejujuran.

19.Teman-temanku di FKIP PKn UNILA ’07 Okto Marlina, Imam, Mariyanto, Tio, Andri, Ade, Intan, Putri, Melya, Taufik, Mbak Patmawati,… dan temen-teman yang tak bisa di sebutkan satu persatu trimakasih untuk semangat, bantuan dan kebersamaan kalian, aku akan selalu merindukan kalian kelak. 20.Teman-teman PPL ku di SMP Negeri 8 Bandar lampung Yuri, Dewi, Desma,

Desri, Marsdaria, Goras, Merta, Victoria, Fajar, Nia, trimakasih untuk kebersamaan kalian.

21.Teman-temanku di Asrama Lia Indah, Mba Lili, Eka, Lita, sukses buat semua


(61)

trimakasih untuk kebersamaan kalian

23.Teman-temanku di Perumahan Residen Santi, Lia, Elia, dan Bobo tetap semangat dan suksek buat kita semua.

24.Kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Kiranya Tuhan Jesus Kristus memberkati dan menyertai saudara-saudari sekalian dan Tuhanlah yang membalas semua kebaikan kalian. Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis


(62)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Pauline Septi Dwi Kurnia, dilahirkan di Blambangan pada tanggal 11 September 1988 dari pasangan Cornelius Sutiman dan Maria Monique Subiastuti yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Blambangan. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama PGRI 5 Padang Ratu dan diselesaikan pada tahun 2003 dan penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menerngah Atas Negeri 1 Abung Semuli yang diselesaikan pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB), penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis aktif dalam mengikuti kegiatan Minat Bakat Penulis dan sebagai anggota perintis buletin Excelsis UNILA dibawah bimbingan Bpk. Dr. FX. Sumarja, M.H dan Ibu Indriani, M.Si.

Pada bulan Januari 2011 sampai bulan Maret 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 8 Bandar Lampung.


(63)

Jesus yang senantiasa menyertaiku sepanjang

hidupku terlebih dalam penyusunan karya

ini.

Papa dan Ibuku tercinta yang mendukung

dan memberiku cinta, memberikan segalanya

kepadaku baik moral maupun material. Yang

telah membesarkanku, mendidik dan

memberiku semangat dan mendoakan

kebeerhasilanku.

Kakak-kakakku Mbak Ima dan Mas Yopi,

adik-adikku Yohan dan Dian yang senantiasa

menantikeberhasilanku.

Para guru dan dosen yang telah berjasa

mendidikku.

Pembimbing karya-karya tulisku.

Almamater Universitas Lampung yang ku


(1)

SANWACANA

Trimakasih kepada Tuhan Jesus Kristus yang telah melimpahkan kasih dan

rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor -faktor Penyebab Bergesernya Tata Upacara Adat Midodareni Pada Masyarakat Adat Jawa di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten

Lampung Utara 2011”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan kripsi ini. penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Penulisan mengucapkan trimakasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr.Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad,M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(2)

4. Bapak Drs. Hi.Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Holilullah, M.Si. selaku Ketua Program Studi PKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah member bimbingan dan petunjuk selama pembuatan skripsi.

6. Ibu Hj. Arnida Warganegara, S.H selaku membimbing II dan sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan petunjuk selama pembuatan skripsi.

7. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. delaku pembahas Utama.

8. Seluruh Dosen dan Staff pengajar serta administarif Universitas Lampung 9. Almamaterku Universitas Lampung yang aku banggakan.

10.Bapak M.Saleh.A.R beserta Bapak yang telah member izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

11.Papa dan Ibuku tersayang yang telah memberikanku kasih sayang, doa,

motivasi tenaga dan keringat untuk ku. “Aku akan menjadi suatu kebanggaan

kalian, aku sayang pada kalian”.

12.Kakak-kakakku Mbak Ima dan Mas Yopi yang selalu memberikan motivasi, semangat, serta perhatian untuk keberhasilanku.

13.Adikku Yohan dan Dian yang selalu memberikan semangat bagiku, kalian adalah adik-adikku yang punya semangat untuk berhasil pula, jangan berhenti meraih impian kalian.


(3)

14.Seluruh keluargaku yang telah menunggu keberhasilanku. Trimakasih untuk doannya.

15.Pembimbing karya-karyaku Bapak Fx. Sumarja, Ibu Indriani, Ibu Ch. Dwi Yuli Nugahani, Romo Blacius Soekoto,Scj dan Sr.Dominika,Fch

16.Teman-teman ku Jesi, Himawan, Niki, dan Agung di Minat Bakat Penulis dan Buletin Excelsis Universitas Lampung jangan pernah menghentikan impian kita sebagai seorang penulis, tetaplah bersemangat meraih mimpi kita.

17.Teman-temanku OMK Indonesia Setefanus Budiyanto,Yustinus Coko, Yohanes Ariyanto, Martinus Enryanto, Yohanes Eko Apriliant, Antonuis, Yakubz Benny dan Stefanus Theo Adi trimakasih atas doa dan motivasi kalian, semoga kita sama-sama berhasil.

18.Sahabat-sahabatku di Copy Paste Merli, Santi dan Rita tetaplah bersemangat meraih impian-impian kita untuk meraih masa depan dengan sebuah kejujuran.

19.Teman-temanku di FKIP PKn UNILA ’07 Okto Marlina, Imam, Mariyanto, Tio, Andri, Ade, Intan, Putri, Melya, Taufik, Mbak Patmawati,… dan temen -teman yang tak bisa di sebutkan satu persatu trimakasih untuk semangat, bantuan dan kebersamaan kalian, aku akan selalu merindukan kalian kelak. 20.Teman-teman PPL ku di SMP Negeri 8 Bandar lampung Yuri, Dewi, Desma,

Desri, Marsdaria, Goras, Merta, Victoria, Fajar, Nia, trimakasih untuk kebersamaan kalian.

21.Teman-temanku di Asrama Lia Indah, Mba Lili, Eka, Lita, sukses buat semua


(4)

22.Teman-temanku di Pondokan Narumi Kiki, Dwi, Mba Ani, Vera, Wanti, Nurul, Giri dan kawan-kawan yang tak bisa disebutkan satu persatu trimakasih untuk kebersamaan kalian

23.Teman-temanku di Perumahan Residen Santi, Lia, Elia, dan Bobo tetap semangat dan suksek buat kita semua.

24.Kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Kiranya Tuhan Jesus Kristus memberkati dan menyertai saudara-saudari sekalian dan Tuhanlah yang membalas semua kebaikan kalian. Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Pauline Septi Dwi Kurnia, dilahirkan di Blambangan pada tanggal 11 September 1988 dari pasangan Cornelius Sutiman dan Maria Monique Subiastuti yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Blambangan. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama PGRI 5 Padang Ratu dan diselesaikan pada tahun 2003 dan penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menerngah Atas Negeri 1 Abung Semuli yang diselesaikan pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB), penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis aktif dalam mengikuti kegiatan Minat Bakat Penulis dan sebagai anggota perintis buletin Excelsis UNILA dibawah bimbingan Bpk. Dr. FX. Sumarja, M.H dan Ibu Indriani, M.Si.

Pada bulan Januari 2011 sampai bulan Maret 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 8 Bandar Lampung.


(6)

PERSEMBAHAAN KARYA INI KEPADA

Jesus yang senantiasa menyertaiku sepanjang

hidupku terlebih dalam penyusunan karya

ini.

Papa dan Ibuku tercinta yang mendukung

dan memberiku cinta, memberikan segalanya

kepadaku baik moral maupun material. Yang

telah membesarkanku, mendidik dan

memberiku semangat dan mendoakan

kebeerhasilanku.

Kakak-kakakku Mbak Ima dan Mas Yopi,

adik-adikku Yohan dan Dian yang senantiasa

menantikeberhasilanku.

Para guru dan dosen yang telah berjasa

mendidikku.

Pembimbing karya-karya tulisku.

Almamater Universitas Lampung yang ku