Analisis jalur pemasaran, marjin pemasaran, dan transmisi harga lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS JALUR PEMASARAN, MARJIN PEMASARAN, DAN TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING

KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Carolin Ita Wulansari Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui jalur-jalur pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading, (2) untuk mengetahui distribusi marjin pemasaran dalam jalur-jalur pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading, (3) untuk mengetahui transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading.

Alat analisis yang digunakan untuk mendapatkan tujuan tersebut adalah analisis marjin pemasaran dan farmer’s share serta analisis elastisitas transmisi harga. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan studi kasus dengan lokasi penelitian di Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani karet dan pedagang karet di Desa Pagar Gading. Adapun dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik snowball sampling. Penelitian ini menggunakan data primer sebagai data utama. Data diperoleh dari wawancara dengan petani dan pedagang getah karet. Bentuk data yang digunakan dalam analisis ini adalah data cross-section dan data time series. Data cross-section digunakan dalam analisis jalur-jalur pemasaran dan distribusi marjin pemasaran, sedangkan data time series digunakan dalam analisis elastisitas transmisi harga.

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jalur-jalur pemasaran para petani menggunakan jasa perantara pedagang pengepul, pedagang besar, dan pemasok industri. Dari analisis farmer’s share disimpulkan bahwa bagian harga yang dinikmati petani cukup besar, yaitu dari tingkat petani skala produksi besar sebesar 70,72 persen, dari tingkat petani skala produksi sedang sebesar 71,11 persen, dan dari tingkat petani skala produksi kecil sebesar 70,57 persen. Dari analisis elastisitas transmisi harga disimpulkan bahwa kepekaan perubahan harga di tingkat petani lebih kecil daripada perubahan harga di tingkat pedagang pemasok industri.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS ON MARKETING CHANNELS, MARKETING MARGINAL AND PRICE TRANSMISSION OF LATEX AT DESA PAGAR GADING

KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA

CarolinItaWulansari Sanata Dharma University

2015

The goals of this research are: (1) to know the marketing channels of latex at DesaPagarGading, (2) to know the marketing marginal of the latex marketing channels at Desa Pagar Gading, (3) to know the price transmission which happens in marketing the latex at Desa Pagar Gading.

The means of analysis to reach those goals are the marginal analysis, farmer’s share and elasticity of price transmission. The type of this research is descriptive. It is a case study. The research location is at Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Population of this research are all latex farmers and latex sellers at Desa Pagar Gading. Snowball sampling is a technique to take the samples. The research uses primary data as the main data. The data were maintained from interview with the farmers and sellers of latex. The data in this analysis are cross-section data and time series data. The cross-section data were used in analyzing the marketing channels and distribution of marketing marginal, while the time series data were used in analyzing the elasticity of price transmission.

Based on the research, it can be concluded that the farmers use the service of distributors, agents, big sellers and industry suppliers in marketing their products.

Based on the farmer’s share analysis, it can be concluded that price percentage which is obtained by the farmers is quite big; the percentage of farmers at the big production scale is 70,72%, percentage of farmers at the medium production scale is 71,11%, and the percentage of the farmers at the small production scale is 70,57%. Based on the analysis on the elasticity of price transmission, it can be concluded that the sensitivity of price change in farmers is smaller than the price change in the level of the supplier.

Keywords: Marketing Channels, Marketing Marginal, Elasticity of Price Transmission


(3)

ANALISIS JALUR PEMASARAN MARJIN PEMASARAN DAN

TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING

KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR

KABUPATEN LAMPUNG UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Carolin Ita Wulansari NIM: 111324010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

ANALISIS JALUR PEMASARAN MARJIN PEMASARAN DAN

TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING

KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR

KABUPATEN LAMPUNG UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Carolin Ita Wulansari NIM: 111324010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSIAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk mereka yang selalu memberi dukungan, semangat, bantuan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Tuhan Yesus Kristus Bapak tercinta Stepanus Jumari Ibu tercinta Veronika Triwasiati Mas Budi, Mbak Desi, dan Keponakan satu-satunya Yosefa Keluarga besar Mbah Kakung Ig. Tamin dan Mbah Putri Sutiarti Keluarga besar di Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung Sepupu tercinta: Mas Risto, Mas Yogi, Pipot, Toti, Risa, Vino dan Ega Adek tercinta May Anggriani Teman-teman Kos Condong Asri Teman-teman Pendidikan Ekonomi 2011 Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(8)

MOTTO

“Jangan biarkan hidupmu seperti air karena air akan selalu mengalir kearah yang lebih rendah”

- Egadisayu-


(9)

(10)

(11)

ABSTRAK

ANALISIS JALUR PEMASARAN, MARJIN PEMASARAN, DAN TRANSMISI HARGA LATEKS DI DESA PAGAR GADING

KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Carolin Ita Wulansari Universitas Sanata Dharma

2015

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui jalur-jalur pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading, (2) untuk mengetahui distribusi marjin pemasaran dalam jalur-jalur pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading, (3) untuk mengetahui transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran getah karet di Desa Pagar Gading.

Alat analisis yang digunakan untuk mendapatkan tujuan tersebut adalah analisis marjin pemasaran dan farmer’s share serta analisis elastisitas transmisi harga. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan studi kasus dengan lokasi penelitian di Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani karet dan pedagang karet di Desa Pagar Gading. Adapun dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik snowball sampling. Penelitian ini menggunakan data primer sebagai data utama. Data diperoleh dari wawancara dengan petani dan pedagang getah karet. Bentuk data yang digunakan dalam analisis ini adalah data cross-section dan data time series. Data cross-section digunakan dalam analisis jalur-jalur pemasaran dan distribusi marjin pemasaran, sedangkan data time series digunakan dalam analisis elastisitas transmisi harga.

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jalur-jalur pemasaran para petani menggunakan jasa perantara pedagang pengepul, pedagang besar, dan pemasok industri. Dari analisis farmer’s share disimpulkan bahwa bagian harga yang dinikmati petani cukup besar, yaitu dari tingkat petani skala produksi besar sebesar 70,72 persen, dari tingkat petani skala produksi sedang sebesar 71,11 persen, dan dari tingkat petani skala produksi kecil sebesar 70,57 persen. Dari analisis elastisitas transmisi harga disimpulkan bahwa kepekaan perubahan harga di tingkat petani lebih kecil daripada perubahan harga di tingkat pedagang pemasok industri.

Kata Kunci : Jalur Pemasaran, Marjin Pemasaran, Elastisitas Transmisi Harga


(12)

ABSTRACT

ANALYSIS ON MARKETING CHANNELS, MARKETING MARGINAL AND PRICE TRANSMISSION OF LATEX AT DESA PAGAR GADING

KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR KABUPATEN LAMPUNG UTARA

CarolinItaWulansari Sanata Dharma University

2015

The goals of this research are: (1) to know the marketing channels of latex at DesaPagarGading, (2) to know the marketing marginal of the latex marketing channels at Desa Pagar Gading, (3) to know the price transmission which happens in marketing the latex at Desa Pagar Gading.

The means of analysis to reach those goals are the marginal analysis, farmer’s share and elasticity of price transmission. The type of this research is descriptive. It is a case study. The research location is at Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Population of this research are all latex farmers and latex sellers at Desa Pagar Gading. Snowball sampling is a technique to take the samples. The research uses primary data as the main data. The data were maintained from interview with the farmers and sellers of latex. The data in this analysis are cross-section data and time series data. The cross-section data were used in analyzing the marketing channels and distribution of marketing marginal, while the time series data were used in analyzing the elasticity of price transmission.

Based on the research, it can be concluded that the farmers use the service of distributors, agents, big sellers and industry suppliers in marketing their products. Based on the farmer’s share analysis, it can be concluded that price percentage which is obtained by the farmers is quite big; the percentage of farmers at the big production scale is 70,72%, percentage of farmers at the medium production scale is 71,11%, and the percentage of the farmers at the small production scale is 70,57%. Based on the analysis on the elasticity of price transmission, it can be concluded that the sensitivity of price change in farmers is smaller than the price change in the level of the supplier.

Keywords: Marketing Channels, Marketing Marginal, Elasticity of Price Transmission.


(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kasih karena skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul “Analisis Jalur Pemasaran Marjin Pemasaran dan Transmisi Harga Lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi.

4. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah x


(14)

6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

7. Masyarakat Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara yang sudah banyak membantu dalam hal pengumpulan data. 8. Seluruh mahasiswa angkatan 2011 yang juga telah memberi masukan dan

dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Orang Tua Tercinta, Bapak Stepanus Jumari dan Ibu Veronika Triwasiati yang sudah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

10.Kakak tercinta, Mas Budi beserta Mbak Desi dan Yosefa yang yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

11.Keluarga besar Mbah Ig. Tamin dan Mbah Trimo yang sudah memotivasi dan memberi dukungan kepada penulis.

12.Para sepupu tercinta, Mas Risto, Mas Yogie, Pipot, Risa, Toti, Vino, dan Ega. 13.Adek tercinta May Anggriani yang sudah memberikan banyak kontribusi dalam

penyelesaian skripsi ini.

Penulis masih sadar terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan rendah hati penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi semakin sempurna.

Yogyakarta, 12 Agustus 2015 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….…. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….... iv

HALAMAN MOTTO ……….… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI ………..….… vii

ABSTRAK ………... viii

ABSTRACT ………. ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR TABEL ………... xvii

DAFTAR GAMBAR ……….………... xix

DAFTAR LAMPIRAN ………... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….... 4 xii


(16)

C. Batasan Masalah ………... 4

D. Definisi Operasional ……….… 5

E. Tujuan Penelitian ………... 5

F. Manfaat Penelitian ………. 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Perdagangan Komoditi ……….. 7

B. Sistem Perdagangan Karet di Indonesia ……….... 12

C. Pengertian Pasar dan Pemasaran ……… 15

1. Pengertian Pasar ………... 15

2. Pemasaran ………. 17

D. Jalur Pemasaran Produk Pertanian ……….. 24

1. Pengertian Jalur Pemasaran ……… 24

2. Lembaga dalam Jalur Pemasaran ………... 25

3. Mata Rantai Jalur Pemasaran ………. 28

E. Marjin Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani ………. 29

1. Arti Marjin Pemasaran ……… 29

2. Biaya Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani ……. 31

F. Elastisitas Transmisi Harga ………... 31

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 35

C. Subjek dan Objek Penelitian ………. 35 xiii


(17)

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ……… 36

E. Data yang dibutuhkan ………... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ……… 40

G. Teknik Analisis Data ………. 40

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian………. 45

1. Keadaan Geografis ……….. 45

2. Luas Wilayah ………... 46

B. Keadaan Demografi ………... 46

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ………... 46

2. Jumlah Penduduk Menurut Agama ………. 46

3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ………. 47

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ……… 48

C. Sarana dan Prasarana ……… 49

1. Sarana Transportasi dan Komunikasi ………. 49

2. Sarana Pendidikan ……….. 50

3. Sarana Perekonomian ………. 50

4. Sarana Kesehatan ……… 51

5. Sarana Olahraga ……….. 51

6. Sarana Peribadatan ……….. 52

D. Produksi Pertanian ………. 52


(18)

E. Budidaya Tanaman Karet ……….. 53 1. Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemasaran Hasil Produksi ……. 53 2. Gambaran Pertanian Karet di Desa Pagar Gading …….……… 54 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Jalur-jalur Pemasaran Getah Karet (Lateks) di Desa

Pagar Gading ……… 55 1. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala

Produksi Besar ……… 56 2. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala

Produksi Sedang ……….. 58 3. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani Skala

Produksi Kecil ……….. 59 B. Analisis Distribusi Marjin dalam Jalur-jalur Pemasaran Lateks …… 61

1. Distribusi Marjin Pemasaran Getah Karet dari Tingkat

Petani Skala Produksi Besar ……… 62 2. Distribusi Marjin Pemasaran Getah Karet dari Tingkat

Petani Skala Produksi Sedang ………. 67 3. Distribusi Marjin Pemasaran Getah Karet dari Tingkat

Petani Skala Produksi Kecil ……… 70 C. Analisis Elastisitas Transmisi Harga Lateks di Desa

Pagar Gading ………. 73


(19)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 75

B. Saran ……….. 76

DAFTAR PUSTAKA ……… 78

LAMPIRAN ………... 81


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks di Desa

Pagar Gading ……… 42 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Agama ………….. 47 Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Tingkat

Pendidikan ……… 48 Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Matapencahari ….. 49 Tabel 4.4. Jumlah Lembaga Pendidikan Desa Pagar Gading ……… 50 Tabel 4.5. Sarana Perekonomian Desa Pagar Gading ………... 51 Tabel 5.1. Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi

Besar pada Bulan Mei 2014 ……….. 62 Tabel 5.2. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks Dari Tingkat

Petani Skala Produksi Besar di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015 ……….. 64 Tabel 5.3. Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi

Sedang pada Bulan Mei 2014 ……….. 67 Tabel 5.4. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks Dari Tingkat

Petani Skala Produksi Sedang di Desa Pagar Gading pada Bulan Mei 2015 ……….. 68 Tabel 5.5. Rata-rata Harga Lateks dari Tingkat Petani Skala Produksi

Kecil pada Bulan Mei 2014 ………. 70 xvii


(21)

Tabel 5.6. Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks Dari Tingkat Petani Skala Produksi Kecil di Desa Pagar Gading pada Bulan

Mei 2015 ………. 71 Tabel 5.7. Hasil Dugaan Nilai Elastisitas Transmisi Harga ………. 73


(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani

Skala Produksi Besar ……… 56 Gambar 5.2. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani

Skala Produksi Sedang ……….……… 59 Gambar 5.3. Jalur Pemasaran Lateks yang Dilalui oleh Petani

Skala Produksi Kecil ……… 60


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ………. 81 Lampiran 2. Pedoman Wawancara ……….. 84 Lampiran 3. Identitas Sampel Petani dan Hasil Wawancara ……… 89 Lampiran 4. Identitas Sampel Pedagang dan Hasil Wawancara ……….. 92 Lampiran 5. Harga Jual Lateks di Desa Pagar Gading ……… 97 Lampiran 6. Uji Regresi Linier Sederhana ….………... 99 Lampiran 7. Perhitungan Elastisitas Transmisi Harga Dengan Persamaan

Regresi Linier Sederhana ………. 101 Lampiran 8. Gambar Keadaan Lingkungan Desa Pagar Gading ….……… 103


(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor perkebunan adalah salah satu penyumbang devisa yang besar bagi Indonesia. Hal ini wajar apabila dilihat dari keunggulan perekonomian Indonesia yang lebih banyak terdapat pada kegiatan produksi yang berbasis sumber daya alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun modal. Komoditi karet adalah salah satu komoditi unggulan yang menjadi primadona ekspor Indonesia. Pada tahun 2012 Indonesia mampu menghasilkan 3.107,54 ribu ton karet, sedangkan pada tahun 2013 menurun menjadi 3.012,26 ribu ton (www.bps.go.id). Untuk ekspor karet sendiri, pada tahun 2013 Indonesia melakukan ekspor karet ke beberapa negara sebesar 2.339,7 juta ton, sedangkan pada tahun 2014 ekspor karet di Indonesia meningkat menjadi 2.590,2 ribu ton (www.bps.go.id).

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting bagi perekonomian rakyat Indonesia. Banyak petani di Desa Pagar Gading meninggalkan tanaman singkong dan jagung dan menggantinya dengan tanaman karet yang dirasa lebih menguntungkan. Hampir sebagian besar masyarakat di Desa Pagar Gading memiliki ladang dengan tanaman karet.


(25)

Meskipun harus menunggu 5-7 tahun sebelum menikmati lateks yang pertama, masyarakat tetap antusias untuk menanam karet di ladangnya. Padahal biaya untuk membeli bibit dan perawatannya sangat mahal bila dibandingkan dengan perawatan singkong dan jagung yang sudah lama menjadi tanaman utama bagi masyarakat di Desa Pagar Gading tersebut. Oleh karena itu, petani mengganti tanaman-tanaman tersebut dengan karet dengan harapan akan mendapat penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan tanaman jagung dan singkong.

Dalam penjualan lateks di Desa pagar Gading para petani dibantu oleh pedagang perantara atau sering disebut oleh warga sebagai tengkulak karet yang menyalurkan lateks dari petani produsen sampai ke konsumen akhir. Pedagang perantara tersebut antara lain pedagang besar, pedagang pengepul, dan pemakai industri. Pedagang perantara akan meningkatkan harga jual, sehingga harga yang diterima petani akan berbeda dengan harga yang ada ditingkat konsumen. Dalam hal ini petani dihadapkan pada pola distribusi pemasaran tradisional yang panjang dan tidak terorganisasi. Dalam pola distribusi yang demikian tingkat harga setiap kali bisa berubah dengan cepat dan menimbulkan ketidakpastian bagi petani.

Dengan kondisi tersebut, pedagang perantara akan mengambil keuntungan, maka lateks yang sampai kepada pemakai industri harganya semakin mahal. Lemahnya penguasaan aspek-aspek manajemen dapat mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran, sehingga para pelaku pasar tidak bekerja secara professional dan menimbulkan masalah pemasaran.


(26)

Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar merupakan salah satu desa di Kabupaten Lampung Utara yang sebagian besar pertaniannya adalah perkebunan karet. Hampir seluruh masyarakat di desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani kebun karet, sehingga tidak heran kalau desa tersebut dikelilingi oleh pepohonan karet. Sekarang ini yang menjadi permasalahan penting para petani karet adalah masalah pemasaran hasil pertaniannya. Permasalahan tersebut tidak dapat diatasi oleh para petani. Dalam pemasaran lateks petani tidak dapat menentukan harga. Naik turunnya harga ditentukan oleh pedagang perantara, hal ini lebih disebabkan oleh terbatasnya kemampuan para petani dalam memasarkan hasil pertaniannya. Jika petani ingin menjual hasil pertaniannya sendri sampai ke pasar, mereka dihadapkan pada biaya transportasi yang mahal dibandingkan jika pettani menjual lateks melalui pedagang perantara yang langsung mendatangi langsung ke rumah para petani karet. Oleh karena itu permasalahan penjualan lateks di desa Pagar Gading sangat menarik untuk diteliti terutama mengenai jalur-jalur pemasaran lateks, distribusi marjin pemasaran, dan transmisi harga lateks.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengambil judul “Analisis Jalur Pemasaran, Marjin Pemasaran, dan Transmisi Harga Lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara”.


(27)

Berdasarkan latar belakang masalah, dalam penelitian ini penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara?

2. Bagaimana distribusi margin pemasaran dalam jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara?

3. Bagaiman transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung Utara?

C. Batasan Masalah

1. Dalam penelitian ini hanya meneliti jalur-jalur pemasaran, marjin pemasaran, dan transmisi haraga getah karet di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar.

2. Tingkat harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.

3. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam pemasaran getah karet adalah yang berlaku pada saat penelitian.

4. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengetahui biaya operasional yang dikeluarkan oleh petani lateks dalam pengelolaan hasil pertaniannya.


(28)

D. Definisi Operasional

1. Jalur pemasaran adalah jalur yang dipakai oleh produsen untuk memasarkan produk mereka melalui suatu lembaga yang mereka pilih.

2. Margin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. 3. Transmisi harga adalah perbandingan perubahan persentase dari harga di

tingkat konsumen dengan perubahan harga di tingkat produsen, yang bertujuan untuk mengetahui berapa besar perubahan harga di pasar konsumen akibat terjadinya perubahan harga sebesar satu satuan unit di pasar produsen.

E. Tujuan Penelitian

Dilihat dari rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar.

2. Untuk mengetahui distribusi margin pemasaran dalam jalur-jalur pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar.

3. Untuk mengetahui transmisi harga yang terjadi dalam pemasaran lateks di Desa Pagar Gading Kecamatan Blambangan Pagar.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, antara lain:


(29)

1. Bagi petani karet

Sebagai pertimbangan dalam memilih jalur pemasaran sehingga petani mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan.

2. Bagi pemerintah

Sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang akan di tempuh dalam pemasaran usaha tani lateks khususnya di Desa Pagar Gading Kecamatan Lampung Utara.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa dan siapa saja yang membutuhkan.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk melatih peneliti dalam bidang penelitian.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sistem Perdagangan Komoditi

Komoditi adalah barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan atau disediakan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Ricky Ferlianto, 2008:11). Mayoritas penduduk Indonesia hidup dari sektor pertanian, karena itu diperlukan berbagai pemikiran dan aktivitas untuk mendukung usaha petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Selain membantu dalam usaha produksi, yang tidak kalah penting adalah membantu mereka dalam hal memasarkan hasil produksinya. Secara agronomis, Indonesia memiliki daerah yang luas dan masing-masing memiliki potensi sebagai penghasil komoditas agro yang spesifik, yang secara geografis tersebar di berbagai wilayah kabupaten atau kota. Untuk itu perlu diupayakan pembangunan pertanian dalam arti luas mulai dari hulu sampai hilir dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat di setiap kabupaten atau kota itu (kemenperin.go.id).

Masalah yang saat ini sering terjadi dan belum dapat teratasi dalam proses pembangunan ekonomi berbasis pertanian itu adalah sering terjadinya harga menurun pada saat panen raya, dan harga melambung tinggi di saat “paceklik”. Selain jumlah panen yang tidak teratur, naik-turunnya harga secara tajam itu juga disebabkan oleh mutu produksi yang kurang baik, pelaku dan penyelenggaraan pasar yang belum terorganisasi, sehingga harga yang diterima petani tidak


(31)

menguntungkan. Mekanisme pemasaran yang selama ini terjadi, petani mengirim barang kepasar dengan kesepakatan harga tertentu. Jika harga di pasar stabil, semua akan berjalan lancar, petani atau pemasok akan memperoleh pembayaran sesuai kesepakatan. Tetapi kalau harga d ipasar tiba-tiba turun, biasanya pedagang akan menurunkan harga kesepakatan sebelumnya. Jadi harga turun yang terjadi lebih merugikan petani atau pemasok. Posisi petani atau pemasok sangat lemah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, banyak hal yang harus dilakukan dan salah satu solusi yang memiliki pengaruh paling besar terhadap penyelesaian masalah itu adalah dengan membenahi dan mengembangkan institusi pasar induk, pasar penunjang, jaringan informasi dan merevitalisasi pasar tradisional. Pasar induk yang rata-rata posisinya berada di kota, berfungsi sebagai media paling berpengaruh dalam pembentukan harga secara nasional. Menurut Kemenperin (2014) ada empat hal yang perlu dibenahi dalam penyelenggaraan jaringan pemasaran dalam memasarkan hasil pertanian komoditi, yaitu:

1. Membangun jaringan antar pasar induk di kota-kota besar yang potensial mempengaruhi terbentuknya harga secara nasional.

2. Pengelolaan pelaku pasar induk agar berperilaku adil, konsisten, dan terbuka terhadap para pemasok produk yang berasal dari daerah.

3. Memberikan informasi kepada petani atau kelompok tani di daerah produsen tentang jenis, mutu, dan jumlah produk pertanian yang dibutuhkan oleh masing-masing pasar induk setiap waktu tertentu dan memberi kesempatan


(32)

untuk memasok produknya langsung kepasar induk sehingga memperpendek jalur distribusi.

4. Pemanfaatan jaringan pasar induk untuk memberikan informasi harga harian dan memasarkan komoditi pertanian milik kelompok tani yang diresi gudangkan agar mendapatkan harga yang lebih baik

Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan sejalan dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket Reformasi 15 Januari 1998, pemerintah Indonesia telah mengurangi campur tangan di bidang tata niaga komoditi dan menyerahkannya pada mekanisme pasar. Kehadiran Bursa Berjangka di Indonesia sebagai tempat diselenggarakannya perdagangan Kontrak Berjangka Komoditi sangatlah relevan,karena Kontrak Berjangka merupakan instrumen apsar yang telah dikenal luas di negara-negara maju dan berkembang dan yang paling banyak digunakan untuk pengelolaan resiko harga yang dibutuhkan dunia usaha.

Berbeda dengan pengertian kontrak dalam perdagangan biasa, Kontrak Berjangka merupakan kontrak yang standar dan waktu penyerahan telah ditetapkan terlebih dahulu. Karena bentuknya yang standar maka yang di negosiasikan hanya harganya, sedangkan performance atau terpenuhinya Kontrak Berjangka sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak dijamin oleh suatu lembaga khusus yaitu Lembaga Kliring Berjangka.

Berdasarkan UU No.32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli


(33)

komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka dan Opini atas Kontrak Berjangka (www.bappebti.go.id). Perdagangan berjangka dilakukan di Bursa Berjangka, yang selanjutnya disebut dengan Bursa, yang memperdagangkan Kontrak Berjangka berbagai komoditi. Tempat dimana Kontrak Berjangka diperdagangkan juga disebut pasar berjangka. Dengan demikian di Bursa akan terdapat banyak pasar berjangka sesuai dengan banyaknya komoditi yang diperdagangkan. Di bursa, pembeli dan penjual bertemu satu sama lain dan melakukan transaksi untuk membeli atau menjual sejumlah komoditi untuk penyerahan di kemudian hari sesuai isi atau spesifikasi kontrak.

Harga komoditi yang terbentuk di Bursa berlangsung secara transparan dimana harga tersebut akan mencerminkan kekuatan pasokan dan permintaan yang sebenarnya. Transaksi di Bursa dilakukan oleh para anggota bursa, yang terdiri dari Pialang Berjangka dan Pedagang Berjangka, baik dengan cara open outcry atau secara eletronik (automated atau electric trading system). Selanjutnya harga yang terjadi dicatat menurut bulan penyerahan masing-masing Kontrak Berjangka dan diumumkan secara luas kepada masyarakat. Dalam tahun-tahun terakhir ini, dan khususnya di Bursa-bursa yang baru, sistem perdagangan umumnya dilakukan secara elektronik menggunakan komputer yang memiliki akses ke komputer induk yang ada di Bursa.

Ada 2 manfaat utama dari perdagangan berjangka komoditi, yaitu sebagai sarana pengelolaan resiko (risk management) melalui kegiatan hedging dan sarana


(34)

pembentukan harga (price discovery). Pada dasarnya harga komoditi primer sering berfluktuasi karena ketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit dikuasai seperti kelainan musim, bencana alam, dan lain-lain. Dengan kegiatan hedging menggunakan Kontrak Berjangka, mereka dapat mengurangi sekecil mungkin dampak (resiko) yang diakibatkan gejolak harga tersebut. Dengan memanfaatkan Kontrak Berjangka, produsen komoditi dapat menjual komoditi yang baru akan mereka panen beberapa bulan kemudian pada harga yang telah dipastikan atau dikunci sekarang. Dengan demikian mereka dapat memperoleh jaminan harga sehingga tidak terpengaruh oleh kenaikan atau penurunan harga jual di pasar tunai. Manfaat yang sama juga dapat diperoleh pihak lain seperti eksportir yang harus melakukan pembelian komoditi di masa yang akan datang, pada saat harus memenuhi kontraknya dengan pembeli di luar negeri, atau pengolah yang harus melakukan pembelian komoditi secara berkesinambungan. Manfaat kedua adalah sebagai sarana pembentukan harga yang transparan dan wajar, yang mencerminkan kondisi pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang diperdagangkan. Hal ini dimungkinkan karena transaksi hanya dilakukan oleh atau melalui anggota bursa. Kontrak Berjangka tidak saling kenal atau mengetahui secara langsung. Harga yang terjadi di bursa umumnya dijadikan sebagai harga acuan (reference price) oleh dunia usaha, termasuk petani dan produsen atau pengusaha kecil, untuk melakukan transaksi di pasar fisik.


(35)

B. Sistem Perdagangan Karet di Indonesia

Komoditas karet dan produk dari karet Indonesia merupakan komoditas ekspor perkebunan andalan kedua setelah kelapa sawit (CPO). Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekpor karet urutan ke 2 setelah Thailand. Estimasi produksi karet di Indonesia untuk tahun 2011 adalah 2,64 juta ton dengan luas lahan sekitar 3,45 juta hektar (Ditjenbun, 2011).

Produksi dan ekspor karet dunia sampai saat ini masih didominasi oleh tiga negara, yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia. Sampai tahun 1990 Malaysia masih merupakan produsen karet alam terbesar dunia yang disusul dengan Thailand dan Indonesia. Thailand mengambil alih posisi tersebut yang diikuti oleh Indonesia dan Malaysia, setelah Malaysia yang secara tradisional merupakan produsen karet alam melakukan konversi ke tanaman yang lebih prospektif, utamanya kelapa sawit. Sejak tahun 1999 muncul negara pesaing baru, yaitu Vietnam. Selama 1997-2002 laju ekspor karet negara ini mencapai lebih dari 21,1 persen, di mana volume dan nilai ekspor karet tahun 2002 mencapai lebih dari 448 ribu ton dan US $ 229 juta. Laju ekspor karet alam dari Vietnam yang tinggi ini telah menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan di pasar dunia, sehingga harga karet alam di pasar dunia cenderung untuk terus menurun. Produk karet Indonesia yang diekspor terutama terdiri atas karet olahan berupa smokesheet, SIR 10 dan SIR 20. Penggunaan karet olahan sebagian besar ditujukan untuk industri ban dan komponen-komponennya dengan negara importir utama adalah Amerika Serikat 25%, Jepang 14%, China 9%, Korea Selatan 6% dan Jerman 5%.


(36)

Dalam tahun 1997 stok karet alam dunia diperkirakan mencapai lebih dari dua juta ton, dimana sekitar 35% dikuasai oleh negara-negara konsumen (Ditjenbun, 2011).

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet masih positif walaupun lambat yaitu, 1,58% per tahun. Sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15% per tahun. Oleh karena itu tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan (Balitbang, 2013).

Karet sebagai salah satu komoditas ekspor hasil perkebunan Indonesia kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet, misalnya ban mobil, pembungkus kawat listrik, telepon, sepatu, alat kedokteran, beberapa peralatan rumah tangga dan kantor, alat-alat olah raga dan aspal. Oleh karena itu karet memiliki pengaruh besar terhadap transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, dan banyak bidang lain yang vital bagi kehidupan manusia.


(37)

Sistem pemasaran yang dijalankan oleh petani masih tergolong rumit, yaitu distribusi yang sangat rumit dan saluran distribusi yang panjang, tidak adanya standar mutu, sistem harga tidak transparan, petani tidak memperoleh informasi mengenai harga dan situasi pasar, petani kekurangan dana dan tidak ada kesempatan untuk mengembangkan mutu, serta kepercayaan petani pada Koperasi Unit Desa (KUD) sangat lemah. Kondisi ini kemudian berakibat pada lemahnya kedudukan petani produsen yang kemudian berimplikasi pada rendahnya pangsa pasar (price share) dan rendahnya pendapatan, serta daya saing produk (Depperindag, 2003).

Menurut Mubyarto (1989) bahwa efisiensi pemasaran itu tercapai bila mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut. Namun untuk mencapai efisiensi pemasaran tersebut masih banyak ditemukan masalah. Masalah pemasaran produk pertanian yang sering terjadi adalah ketidakadilan harga yang diperoleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Berbagai alasan yang menyebabkan hal tersebut adalah posisi penawaran petani lemah, khususnya posisi harga untuk komoditi ekspor.

C. Pengertian Pasar dan Pemasaran 1. Pengertian Pasar


(38)

Pada dasarnya pasar dapat diartikan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau tempat bertemunya kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang membentuk suatu harga. Menurut Stanton (Umar, 2005:29), menyatakan bahwa pasar merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya. Selain itu, Staton juga menyatakan bahwa istilah pasar mengandung pengertian yang beraneka ragam, ada yang mendefinisikannya sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan kepemilikan. Selain itu ada pula definisi yang menyatakan bahwa pasar adalah permintaan yang dibuat oleh sekelompok pembeli potensial terhadap suatu barang atau jasa (Umar, 2005:30).

Definisi mengenai pemasaran telah dikemukakan dari berbagai ahli pemasaran baik dalam arti umum maupun khusus. Salah satu definisi diantaranya, Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian (Rangkuti, 2007:6). Dengan demikian, ukuran pasar bergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan


(39)

dan keinginan, memiliki sumber daya yang menarik pihak lain, serta bersedia dan mampu menawarkan sumber daya ini untuk ditukar dengan apa yang mereka inginkan.

Menurut Umar (2005:30), berdasarkan pada konsep manajemen pemasaran, pasar dapat dibagi atas empat golongan yaitu :

a. Pasar Konsumen. Pasar konsumen merupakan macam pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh perorangan atau keluarga untuk penggunaan pribadi (tidak untuk bisnis).

b. Pasar Industri. Pasar industri adalah pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh perorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi barang atau jasa lain, baik untuk dijual maupun disewakan (dipakai untuk diproses lebih lanjut).

c. Pasar Penjual Kembali (Reseller). Pasar penjual kembali adalah suatu pasar yang terdiri dari perorangan dan atau organisasi yang biasa disebut para pedagang menengah (middleman) yang terdiri dari dealer, distributor, grosir, agen dan pengecer yang kesemuanya melakukan penjualan kembali dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan.

d. Pasar Pemerintah. Pasar pemerintah merupakan pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintah yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk menjalankan tugas-tugas pemerintah, misalnya di sektor pendidikan, perhubungan, kesehatan dan lain-lain.


(40)

2. Pemasaran

a. Pengertian Pemasaran

Definisi mengenai pemasaran telah dikemukakan dari berbagai ahli pemasaran baik dalam arti umum maupun khusus. Salah satu definisi diantaranya, pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2006:9).

Menurut Saladin (2007:1), pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Definisi lain pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Di dalam tata niaga pertanian (pemasaran pertanian), pemasaran diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau mengumpulkan barang dari produsen ke konsumen (Mubyarto, 1989:166). Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu proses atau kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, serta memuaskan


(41)

kebutuhan dan keinginan pelanggan akan barang dan jasa, serta menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan melalui proses pertukaran dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

b. Konsep Pemasaran

Menurut Swasta dan Irawan (2008:77), terdapat tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran, yaitu:

1) Orientasi Konsumen

Perusahaan yang berorientasi pada konsumen harus memperhatikan konsumennya untuk dapat menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani, menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan, menentukan produk dan program pemasarannya, mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta perilaku mereka serta menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik yaitu apakah lebih mengacu pada mutu yang tinggi, harga murah, atau model yang menarik dan sebagainya.

2) Koordinasi dan Integrasi dalam Perusahaan

Kegiatan pemasaran secara terkoordinasi dan terintegrasi berarti setiap orang dan bagian dalam perusahaan turut serta dalam suatu usaha yang


(42)

terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan tercapai.

3) Mendapatkan Laba Melalui Pemasaran Konsumen

Kepuasan konsumen merupakan faktor penentu perusahaan untuk mendapatkan laba, dimana konsumen yang puas cenderung akan melakukan transaksi pembelian ulang atau menjadi media promosi yang efektif terhadap calon konsumen yang lain dengan menceritakan pengalamannya yang memuaskan. Untuk itu perusahaan harus berusaha memaksimalkan kepuasan untuk mendapatkan keuntungan. c. Fungsi-Fungsi Pemasaran

Menurut Muhammad Firdaus (2009:79-81), fungsi pemasaran meliputi, anatara lain:

1) Fungsi Pertukaran.

Produk harus dijual dan dibeli sekurangnya sekali dalam proses pemasaran. Fungsi pertukaran yaitu melibatkan kegiatan yang menyangkut pengalihan hak kepemilikan dari satu pihak ke pihak lainnya dalam sistem pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini ialah pedagang, distributor dan agen yang memperoleh komisi karena mempertemukan pembeli dan penjual. Fungsi Pertukaran dalam fungsi pemasaran terdiri atas 2 bagian, yaitu:


(43)

Tugas pokok pemasaran adalah mempertemukan permintaan dan penawaran (pembeli atau penjual). Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (melalui perantara). Fungsi penjualan yaitu meliputi sejumlah fungsi tambahan sebagai berikut.

(1) Fungsi perencanaan dan pengembangan produk. Sebuah produk yang memuaskan konsumen merupakan tujuan mendasar dari semua usaha pemasaran. Perencanaan dan pengembangan produk dianggap sebagai fungsi produksi, tetapi hal itu penting pula bagi pemasaran.

(2) Fungsi mencari kontak. Fungsi ini meliputi tindakan-tindakan mencari dan membuat kontak dengan para pembeli.

(3) Fungsi menciptakan permintaan. Fungsi ini meliputi semua usaha yang dilakukan oleh para penjual untuk mendorong para pembeli membeli produk-produk mereka. Termasuk pada tindakan yang menjual secara individu, dengan undian dan juga mengadakan reklame.

(4) Fungsi melakukan negosiasi. Syarat serta kondisi penjualan harus dirundingkan oleh para pembeli dan penjual. Termasuk merundingkan kualitas, kuantitas, waktu, harga, pengiriman, cara pembayaran dan sebagainya.

(5) Fungsi melakukan kontak. Fungsi ini mencakup persetujuan akhir untuk melakukan penjualan dan tranfer hak milik.


(44)

b) Fungsi pembelian.

Fungsi pembelian yaitu meliputi segala kegiatan dalam rangka memperoleh produk dengan kualitas dan jumlah yang diinginkan pembeli serta mengusahakan agar produk tersebut siap dipergunakan pada waktu dan tempat tertentu dengan harga yang layak. Fungsi Pembelian, sebagai berikut.

(1) Fungsi perencanaan. Pembeli harus mempelajari pasar mereka sendiri untuk mengetahui Kualitas, jenis dan kuantitas dari produk yang mereka perlukan. Konsumen akhir juga harus dapat membuat keputusan mengenai produk yang ingin mereka miliki.

(2) Fungsi Mencari Kontak. Fungsi ini meliputi usaha-usaha mencari sumber produk yang mereka inginkan. Penting bagi seorang pembeli agar mencari para penjual yang dapat menawarkan produk atau jasa tertentu.

(3) Fungsi assembling. Persediaan bahan harus dikumpulkan untuk digunakan dalam proses produksi oleh para produsen dan pedagang eceran atau untuk dikonsumsi sendiri oleh para konsumen akhir.

(4) Fungsi mengadakan perundingan. Dalam hal ini syarat serta kondisi pembelian harus dirundingkan terlebih dahulu dengan pihak penjual agar tidak ada perselisihan di kemudian hari.


(45)

(5) Fungsi kontrak. Setelah syarat dan kondisi tertentu yang telah disepakati, selanjutnya dibuat perjanjian akhir dalam bentuk kontrak jual beli dan perpindahan hak milik terjadi.

2) Fungsi Fisis

Kegunaan waktu, tempat dan bentuk ditambahkan pada produk ketika produk diangkut, diproses dan disimpan untuk memenuhi keinginan konsumen. Oleh karena itu, fungsi fisis meliputi hal-hal berikut.

a) Pengangkutan.

Pengangkutan merupakan gerakan perpindahan barang-barang dari asal mereka menuju ke tempat lain yang diinginkan (konsumen). b) Penyimpanan atau penggudangan.

Penyimpanan berarti menyimpan barang dari saat produksi mereka selesai dilakukan sampai dengan waktu mereka akan dikonsumsi. c) Pemrosesan.

Bahan hasil pertanian sebagian besar adalah bahan mentah bagi industri sehingga pengolahan sangat diperlukan untuk memperoleh nilai tambah (value added).

3. Fungsi Penyediana Sarana

Fungsi penyediaan sarana adalah kegiatan-kegiatan yang dapat membantu sistem pemasaran agar mampu beroperasi lebih lancar.


(46)

Fungsi ini meliputi hal-hal berikut. a) Informasi pasar.

Pembeli memerlukan informasi mengenai harga dan sumber-sumber penawaran. Informasi pasar ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik itu media massa, pemerintahan, perusahaan swasta, maupun lembaga pendidikan.

b) Penanggungan risiko.

Pemilik produk menghadapi risiko sepanjang saluran pemasaran. c) Standardisasi dan grading.

Standardisasi memudahkan produk untuk dijual dan dibeli, sedangkan Grading adalah klasifikasi hasil pertanian ke dalam beberapa golongan mutu yang berbeda-beda, masing-masing dengan lebel dan nama tertentu.

d) Pembiayaan.

Pemasaran modern memerlukan modal (uang) dalam jumlah besar untuk membeli mesin-mesin dan bahan-bahan mentah, serta untuk menggaji tenaga kerja.

D. Jalur Pemasaran Produk Pertanian 1. Pengertian Jalur Pemasaran

Saluran distribusi atau saluran pemasaran kadang-kadang disebut saluran perdagangan atau saluran pemasaran, dapat didefinisikan dalam


(47)

beberapa cara, Umumnya definisi yang ada memberikan gambaran tentang saluran distribusi ini sebagai suatu rute atau jalur.

David A. Revzan (Fuad, 2006:129) mengatakan bahwa Saluran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan.akhirnya sarnpai pada pemakai. Jalur pemasaran didefinisikan sebagai suatu sistem hubungan yang ada di antara lembaga-lembaga yang terlihat dalam proses penjualan dan pembelian. Definisi lain tentang saluran pemasaran dikemukakan oleh The American Marketing Association, yang menekankan tentang banyaknya lembaga yang ada dalam aliran atau arus barang. Asosiasi tersebut menyatakan bahwa Saluran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk, atau jasa dipasarkan.

C. Glenn Walters (Fuad, 2006:130), bahwa Saluran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan phisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Menurut Kotler (2006:122), saluran distribusi adalah suatu perangkat organisasi yang tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis. Warren Keegan (Jeff, 2007:83) mengartikan saluran distribusi sebagai saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau


(48)

pemakai industri. Dari definisi tersebut dapat diketahui adanya beberapa unsur penting, yaitu :

a. Saluran merupakan sekelompok lembaga yang ada diantara berbagai lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan. b. Karena anggota-anggota kelompok terdiri atas beberapa pedagang dan

beberapa agen, maka ada sebagian yang ikut memperoleh nama dan sebagian yang lain tidak.

c. Tujuan dari saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu. Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran

d. Saluran melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan penggolongan produk dan mendistribusikannya. Penggolongan produk menunjukkan jumlah dari berbagai keperluan produk yang dapat memberikan kepuasan kepada pasar.

2. Lembaga dalam Jalur Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk pertanian kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas dengan badan usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul sebagai akibat kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan sesuai waktu, tempat dan bentuknya.

Peran lembaga pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal.


(49)

Konsumen memberikan balas jasa atas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga konsumen. Nilai balas jasa tersebut tercermin pada besarnya margin pemasaran. Umumnya lembaga pemasaran dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan fungsi pemasaran yang dilakukan.

Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan lembaga pemasaran dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa atas produk (agent middleman), di antaranya:

1) Perantara, makelar, atau broker baik selling broker maupun buying broker. Broker merupakan pedagang perantara yang tidak secara aktif berpartisipasi dalam melakukan fungsi pemasaran, mereka hanya berperan menghubungkan pihakpihak yang bertransaksi. Bila transaksi berhasil dilaksanakan, broker akan memperoleh komisi atas jasa mereka.

2) Commission agent, yaitu pedagang perantara yang secara aktif turut serta dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terutama yang berkaitan dengan proses seleksi produk, penimbangan dan grading. Umumnya mereka memperoleh komisi dari perbedaan harga produk.

b. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk pertanian yang diperjualbelikan, antara lain:


(50)

1) Pedagang pengepul atau pengumpul, penebas, tengkulak atau contract buyer, whole seller adalah mereka yang pada umumnya menaksir total nilai produk pertanian dengan cara menaksir jumlah hasil panen dikalikan dengan harga yang diharapkan pada saat panen (expectation price).

2) Grain millers, yaitu pedagang atau lembaga pemasaran yang memiliki gudang penyimpan produk pertanian. Mereka membeli aneka produk pertanian utamanya padi dan palawija dan sekaligus menangani pasca panen.

c. Eksporter dan importer, yaitu lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai produk pertanian yang ditransaksikan:

1) Processors dan manufaktur, yaitu lembaga-lembaga ini sangat berperan dalam proses tata niaga agroproduk sebab keberadaannya menjadi jaminan pasar bagi produk pertanian.

2) Trade associations, yaitu asosiasi perdagangan agroproduk yang terutama bertujuan untuk mengumpulkan, mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi pada anggotanya.

3. Mata Rantai Jalur Pemasaran

Saluran distribusi barang industri juga mempunyai kemungkinan atau kesempatan yang sama bagi setiap produsen untuk menggunakan kantor atau cabang penjualan. Kantor atau cabang ini digunakan untuk mencapai lembaga distribusi berikutnya. Menurut Swastha (2008:117), ada empat macam saluran


(51)

yang dapat digunakan untuk mencapai pemakai industri. Keempat saluran distribusi itu adalah:

a. Produsen – Pemakai lndustri

Saluran distribusi dari produsen ke pemakai industri ini merupakan saluran yang paling pendek, dan disebut sebagai saluran distribusi langsung. Biasanya saluran distribusi ini dipakai oleh produsen bilamana transaksi penjualan kepada pemakai industri relatif cukup besar. Saluran distribusi semacam ini cocok untuk barang-barang industri seperti kapal, lokomotif dan sebagainya (yang tergolong jenis instalasi).

b. Produsen – Distributor Industri – Pemakai Industri

Produsen barang-barang jenis perlengkapan operasi dan kasesoris, dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya antara lain: produsen barang bangunan, produsen alat-alat untuk bangunan, dan sebagainya.

c. Produsen – Agen – Pemakai lndustri

Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran. Juga perusahaan yang ingin memperkenalkan barang baru atau ingin memasuki daerah pemasaran baru lebih suka menggunakan agen.


(52)

d. Produsen – Agen – Distributor lndustri – Pemakai lndustri

Saluran distribusi ini dapat digunakan oleh perusahaan dengan pertimbangan antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara langsung. Selain itu faktor penyimpanan pada saluran perlu dipertimbangkan pula. Dalam hal ini agen penunjang seperti agen penyimpanan sangat penting peranannya.

E. Marjin Pemasaran dan Bagian Harga yang Diterima Petani 1. Arti Marjin Pemasaran

Menurut Hanafie (2010:205), margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah kuantitas produk yang dipasarkan. Analisis margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap lembaga perantara serta bagian harga yang diterima petani. Atau dengan kata lain analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi dari para pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran atau disribusi.

Riyanto (2008:35) memberikan pengertian profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan dalam persentase. Pengertian ini digunakan untuk menghitung marjin secara


(53)

individual atau untuk masing-masing pelaku pemasaran. Ukuran besar kecilnya marjin pemasaran seringkali dijadikan kriteria untuk menilai apakah pasar sudah atau belum efisien. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya marjin antara lain, ketersediaan fasilitas fisik pemasaran yaitu pengangkutan, penyimpanan, pengolahan risiko kerusakan, dan lain-lain.

Selain itu, Daniel (2002:107) mengartikan margin tataniaga sebagai selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Makin panjang tataniaga (semakin banyak lembaga yang terlibat) maka semakin besar selisih harga yang terlihat dari berbagai tingkat jalur pemasaran.

Tomek dan Robinson (Hanafie, 2010:206), menjelaskan marjin pemasaran sebagai berikut:

a) Perbedaan harga yang hares dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.

b) Gabungan balas jasa yang diterima oleh jasa pemasaran sebagai akibat adanya permintaan dan penawaran.

2. Biaya Pemasaran dan Bagian Harga yang diterima Petani

Biaya pemasaran seringkali diukur dengan marjin pemasaran yang sebenarnya hanya menunjukkan bagian dari pembayaran konsumen yang diperlukan untuk menutup biaya yang dikeluarkan dalam pemasran. Sebagai contoh pemasaran getah karet (lateks), dalam memasarkan getah tersebut


(54)

memerlukan biaya dalam proses pemasaran sampai ke pemakai industri. Proses pemasaran ini erat kaitannya dengan bagaian akhir yang diterima petani produsen.

Menurut David Downey (Riyanto, 2008:41), ada empat karakteristik utama produk yang mempengaruhi keanekaragaman bagian akhir yang diterima oleh petani, yaitu

a) Kadar kerusakan b) Besarnya produk c) Sifat musiman

d) Perbedaan bentuk antara produk mentah dan produk akhir.

F. Elastisitas Transmisi Harga

Untuk menyatakan peka tidaknya jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan harga dipergunakan istilah elastisitas. Menurut Tri Kunangwasih & Antyo Pracoyo (2006:76), elastisitas didefinisikan sebagai presentase perubahan jumlah yang diminta dibandingkan dengan persentase perubahan dari variabel bebas. Sedangkan Ari Sudarman (2000:94) mengartikan elastisitas harga (price elasticity) adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen, akibat adanaya perubahan tingkat barang. Dengan kata lain elastisitas harga adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan proporsional dari harga.


(55)

Elastisitas transmisi harga digunakan untuk menjelaskan perbandingan persentase perubahan harga di pemakai industri dengan persentase perubahan harga di tingkat produsen. Analisis transmisi ini memberikan gambaran bagaimana harga yang dibayarkan konsumen akhir ditransmisikan kepada produsen. Untuk melihat hubungan elastisitas harga di tingkat produsen dan tingkat konsumen, dapat dilihat elastisitas transmisi harganya yaitu perubahan dari harga eceran terhadap perubahan harga di tingkat produsen.

Selain itu, Hasyim (Bustanul, 2004:19) berpendapat bahwa analisis elastisitas transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang disatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tingkat pasar lainnya. Marjin pemasaran merupakan akibat adanya permintaan turunan (derived demand) dari pemakai industri kepada petani produsen. Secara sistematik elastisitas transmisi harga adalah:

=

= x

Dimana :

= elastisitas transmisi harga

= perubahan harga lateks di tingkat pemakai industri

= perubahan harga lateks di tingkat petani = harga lateks ditingkat pemakai industri = harga lateks ditingkat petani


(56)

Kriteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga, antara lain adalah sebagai berikut.

=1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani sama dengan perubahan harga ditingkat pemakai industri.

>1, maka kepekaan perubahan harga di tingkat petani lebih besar daripada perubahan harga ditingkat pemakai industri.

<1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani lebih kecil daripada perubahan harga ditingkat pemakai industri.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian 1. Deskriptif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan jalur pemasaran, sedangkan deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan marjin pemasaran dan transmisi harga. Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Selain itu, Sugiyono (2012: 13) juga berpendapat bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

2. Studi Kasus

Studi kasus adalah suatu penelitian yang mendalam mengenai unit sosial tertentu yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu, karena pengumpulan data dan analisis data dilakukan pada waktu tertentu (Winarno Surachman, 2006:143). Menurut Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang


(58)

dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan daerah penelitian adalah Desa Pagar Gading, Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan 1 Mei – 15 Juni 2015.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek

Yang dimaksud subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran (Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862). Subjek dalam penelitian ini adalah para petani dan para pedagang perantara lateks di Desa Pagar Gading.

2. Objek

Menurut Supranto (2000:21) objek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti.


(59)

Objek dalam penelitian ini adalah jalur-jalur pemasaran karet, margin pemasaran lateks, dan transmisi harga.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Basuki (2006 :182) mengemukakan populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani karet di Desa Pagar Gading yang berjumlah sekitar 967 jiwa, dan yang kedua adalah para pedagang karet yang berjumlah 10 orang pedagang pengepul, 5 orang pedagang besar, dan 3 orang pedagang pemasok industri.

2. Sampel

Menurut Basuki (2006 :183) Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili dari populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah 9 orang petani karet dan 9 orang pedagang karet sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik area probability sampling. Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel yang mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang ada pada populasi.


(60)

Artinya daerah yang ada pada populasi dibagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih kecil.

a. Sampel Daerah

Pengambilan sampel daerah dilakukan secara purposif yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang dipakai dalam pemilihan daerah antara lain:

1) Penjualan karet yang beragam kebeberapa pedagang

2) Pertimbangan dalam memilih desa Pagar Gading sebagai sampel penelitian karena desa Pagar Gading memiliki dusun-dusun yang sebagian besar masyarakatnya memiliki perkebunan karet.

b. Sampel Petani dan Sampel Pedagang

Dalam pengambilan sampel petani dan sampel pedagang dalam penelitian ini menggunakan Snowball Sampling, yaitu pertama-tama kelompok responden dipilih secara Accidental. Setelah responden-responden itu diminta untuk mengidentifikasi responden-responden lain yang merupakan bagian populasi target. Dalam pengambilan sampel petani diambil 9 orang petani yang sesuai dengan karakteristik petani, dibagi menjadi:

1) Sampel petani skala produksi besar berjumlah 3 orang. 2) Sampel petani skala produksi sedang berjumlah 3 orang. 3) Sampel petani skala produksi kecil berjumlah 3 orang.


(61)

Untuk sampel pedagang, cara menentukan sampel pedagang adalah sebagai berikut; pertama-tama akan dipilih 3 orang sampel petani sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan dan kemudian 3 orang petani akan memilih pedagang pengepul dan pedagang besar untuk dijadikan sampel berikutnya, demikian seterusnya sampai dengan pedagang pemasok industri.

Karakteristik yang dipakai dalam penelitian menurut Joko Cahyono (wawancara pribadi, 7 Mei 2015) adalah sebagai berikut.

1) Petani skala produksi kecil, yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet kurang dari 20.000 .

2) Petani skala produksi sedang, yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet dari 20.000 sampai dengan 40.000 .

3) Petani skala produksi besar, yaitu petani yang memiliki lahan perkebunan karet lebih dari 40.000 .

E. Data yang Dibutuhkan

Berdasarkan variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini, maka data yang akan dicari adalah data primer. Data primer terdiri dari 2 bentuk, yaitu:

1. Data Cross-section

Data cross-section yaitu data yang dikumpulkan pada waktu tertentu. Data cross-section diperoleh dari wawancara dengan menggunakan daftar


(62)

pertanyaan kepada petani karet, pedagang pengepul, dan pedagang besar. Data cross-section ini merupakan data yang dibutuhkan dalam analisis jalur-jalur pemasaran dan distribusi marjin pemasaran. Adapun data itu adalah:

a. Tingkat harga beli yang dikeluarkan oleh pedagang pengepul dan pedagang besar.

b. Tingkat harga jual oleh pedagang pengepul dan pedagang besar.

c. Besar kecilnya biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengepul dan pedagang besar yang meliputi;

1) Biaya transportasi 2) Biaya timbang 3) Biaya upah. 2. Data Time-series

Data time-series adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Data ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan dalam rentang waktu tertentu. Data yang berbentuk time-series dalam penelitian ini adalah data harga getah karet (lateks). Data harga getah karet (lateks) akan diperoleh melalui pedagang pengepul dan pedagang besar yang melakukan kegiatan “timbang karet” setiap 3 kali dalam satu minggu, yaitu setiap hari senin, rabu dan sabtu. Data ini dibutuhkan dalam elastisitas trasmisi harga.


(63)

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data. Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada petani maupun pedagang yang berhubungan langsung dengan penelitian ini dan dengan menggunakan daftar pertanyaan.

G. Teknik Analisis Data

1. Untuk menganalisis masalah yang pertama tentang jalur-jalur pemasaran yaitu dengan menghubungkan barang produsen (lateks) yang siap disalurkan melalui pedagang perantara seperti pedagang pengepul dan pedagang besar yang memiliki fungsi yang sama untuk menyalurkkan getah karet (lateks) kepada konsumen akhir.

2. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga tingkat produsen dengan harga ditingkat konsumen. Marjin pemasaran terdiri dari biaya dan keuntungan. Menurut Sugiharto (2003), untuk menghitung besarnya marjin pemasaran adalah sebagai berikut.

= - = -


(64)

Dimana:

= marjin pemasaran pada saluran pemasaran

= harga jual getah karet (lateks) di tingkat konsumen

= harga beli getah karet (lateks) di tingkat produsen = biaya pemasaran

= keuntungan pemasaran di tingkat konsumen Dengan demikian total marjin pemasaran (M) adalah :

Konsep marjin pemasaran erat kaitannya dengan farmer’s share. Farmer’s share merupakan bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani, yang dinyatakan dalam presentase. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku ditingkat konsumen yang dinikmati oleh tingkat petani. Menurut Sugiharto (2003) rumusan untuk farmer’s share komoditi karet cukup sederhana adalah :

=

x

100%

Dimana :

= bagian harga lateks yang diterima petani = harga lateks ditingkat petani


(65)

Konsep pengukuran satuan dalam analisis ini adalah sebagai berikut :

a. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual dalam rupiah per kilogram.

b. Tingkat harga beli dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian per kilogram.

c. Tingkat harga jual dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan per kilogram.

Untuk perhitungan biaya dan marjin pemasaran lateks secara terperinci, dapat dilihat dari tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1

Analisis Biaya dan Marjin Pemasaran Lateks di Pagar Gading

No Uraian Nilai

(Rp/Kg) Pangsa Harga Industri (%) 1. 2. 3. Petani

Harga jual petani Pedagang Pengepul Biaya transportasi Biaya Upah

Marjin keuntungan pedagang pengepul Harga jual pedagang pengepul

Pedagang Besar Biaya transportasi xxx xx xx xxx xxx xx xxx xx xx xxx xxx xx


(66)

4.

Biaya Upah

Marjin keuntungan pedagang besar Harga jual pedagang besar

Pedagang pemasok industri Biaya Transportasi

Biaya transportasi Biaya Upah

Marjin keuntungan pedagang pemasok industri Harga jual pedagang pemasok industri

xx xxx xxx xx xx xx xxx xxx xx xxx xxx xx xx xx xxx xxx 3. Menurut Sugiharto (2003), untuk menganalisis elastisitas transmisi harga

yang terjadi di setiap rantai pemasaran digunakan rumus sebagai berikut :

=

= [

] [

]

Dimana :

= elastisitas transmisi harga

= perubahan harga lateks di tingkat pemakai industri

= perubahan harga lateks di tingkat petani

= harga lateks ditingkat pedagang pemasok industri = harga lateks ditingkat petani

Jika ;

=1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani sama dengan perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri.


(67)

> 1, maka kepekaan perubahan harga di tingkat petani lebih besar daripada perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri.

< 1, maka kepekaan perubahan harga ditingkat petani lebih kecil daripada perubahan harga ditingkat pedagang pemasok industri.

Elastisitas transmisi harga tersebut dapat diduga dengan menggunakan model regresi linier sederhana yang merupakan persamaan hubungan harga lateks pada suatu tingkat pemasaran tertentu dengan harga lateks pada tingkat pemasaran berikutnya sebagai berikut:

= a + b Sehingga, Et

=

[

][


(68)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis

Desa Pagar Gading secara administratif terletak di Kecamatan Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. Dilihat dari orbitannya (letak ditinjau dari pusat pemerintahan desa) ke pusat pemerintahan kecamatan kurang lebih 7 Km, ke pusat kabupaten kurang lebih 18 Km, sedangkan ke pusat provinsi adalah 90 Km.

Desa Pagar Gading terdiri dari 4 wilayah dusun. Empat wilayah yang dimaksud adalah Dusun Girimulyo, Gading Rejo, Purworejo, dan Gedung Jaya. Wilayah-wilayah tersebut merupakan daerah potensial pengembangan usaha pertanian, perkebunan, peternakan, dan perekonomian serta jasa lainnya.

Desa Pagar Gading terletak pada ketinggian 43 MDPL dari permukaan laut dengan suhu rata-rata C - C dan memiliki curah hujan rata-rata sebesar 2400 Mm/tahun. Adapun batas-batas wilayah Desa Pagar gading adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Blambangan Sebelah Timur : Desa Tulung Singkip


(69)

Sebelah Selatan : Desa Karang Jawa, Lampung Tengah Sebelah Barat : Desa Jagang

2. Luas Wilayah

Wilayah Desa Pagar Gading merupakan wilayah datar tanpa pegunungan. Luas keseluruhan mencapai 1554 Ha. Keadaan topografinya secara umum merupakan daerah lahan kering dan daerah sawah yang relatif subur dan rata. Daerah lahan kering umumnya terletak dibagian Selatan, Utara, dan timur, sedangkan daerah persawahan hanya terletak dibagian Barat.

B. Keadaan Demografi

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Desa Pagar Gading pada tahun 2014 mempunyai penduduk sebesar 1925 jiwa, yang terpancar pada 749 kepala keluarga. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk terdiri dari 932 jiwa laki-laki dan 993 jiwa perempuan. Dengan demikian “sex ratio” yakni perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan per 100 penduduk (L/P x 100) adalah 93,86. Hasil ini berarti tiap 100 penduduk perempuan hanya terdapat 93,86 penduduk laki-laki.

2. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Sebagian besar penduduk Desa Pagar Gading beragama Islam. Sedangkan sebagian kecil lainnya menganut agama Katolik dan Kristen. Tetapi walaupun berbeda agama dan kepercayaan, masyarakat Desa Pagar


(70)

Gading tetap hidup rukun dan saling menghormati antara pemeluk agama yang satu dan pemilik agama yang lainnya.

Untuk lebih jekasnya jumlah penduduk menurut agama ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Agama

No Agama Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1. 2. 3. 4. 5 Islam Katholik Kristen Hindu Budha 1427 798 0 0 0 74,12 25,88 0 0 0

Jumlah 1925 100

Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014. 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pada tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan jumlah penduduk Desa Pagar Gading menurut tingkat pendidikan. Desa Pagar Gading yang berpendidikan Sekolah Dasar lebih banyak dari pada yang berpendidikan SMP/SLTP, SMA/SLTA, tingkat akademi, maupun tingkat sarjana. Jumlah penduduk yang berkependidikan Sekolah Dasar mencapai 60,15%. Ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Pagar Gading masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh karena minat sekolah yang rendah dan biaya yang kurang mencukupi, sehingga tidak mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang lebih tinggi.


(71)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Tingkat Pendidikan No Jenis Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%) 1.

2.

Lulusan Pendidikan Umum a. Taman Kanak-kanak b. Sekolah Dasar c. SMP/SLTP d. SMA/SLTA e. Akademi/ D1-D3 f. Sarjana (S1-S3)

Lulusan Pendidikan Khusus a. Kursus/Ketrampilan 22 946 485 367 61 24 20 1,12 49,15 25,21 19,06 3,18 1,26 1,02

Jumlah 1925 100

Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014. 4. Jumlah Penduduk Menurut Matapencaharian

Mata pencaharian di Desa Pagar Gading Menggambarkan aktivitas penduduk setempat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan sudah terdistribusi pada berbagai sector perekonomian. Matapencaharian pada daerah pedesaan yakni sektor pertanian. Matapencaharian ini merupakan mata pencaharian pokok bagi penduduk setempat. Penduduk Desa Pagar Gading yang mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 967 jiwa atau sebesar 50,23% dari jumlah penduduk yang bekerja, sedangkan 30,59% penduduk masih berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa. Melihat kenyataan tersebut, berarti sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam menopang kehidupan ekonomi masyarakat Desa Pagar


(72)

Gading. Jumlah penduduk berdasarkan matapencaharian di Desa Pagar Gading dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Desa Pagar Gading Menurut Matapencaharian No Jenis Matapencaharian Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Petani Buruh Tani Pedagang Bidan Guru

Pegawai Negeri Sipil Karyawan Perusahaan Perawat 967 150 73 5 46 20 76 1 50,23 7,79 3,79 0,25 2,38 1,03 3,94 0,05

Jumlah 1338 69,51

Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014.

C. Sarana dan Prasarana

1. Sarana Transprortasi dan Komunikasi

Untuk memperlancar berbagai jenis kegiatan ekonomi ataupun kegiatan non-ekonomi seharusnya diperlukan sarana pendukung yang berupa fisik maupun non-fisik yang memadai. Akan tetapi, di Desa Pagar Gading tidak memiliki sarana transportasi dan komunikasi yang baik. Sarana transportasi tidak didukung oleh keadaan jalan yang baik, keadaan jalan di desa tersebut masih sangat buruk. Jalan-jalan di Desa Pagar Gading masih berupa jalanan batu dan sebagiannya lagi masih tanah. Selain itu, sarana


(73)

komunikasi di desa tersebut juga masih sulit. Jaringan internet belum ada, sehingga masyarakat Desa Pagar Gading tidak mampu menerima arus informasi dengan baik.

2. Sarana Pendidikan

Desa Pagar Gading tidak memiliki sarana pendidikan yang baik. Di Desa Pagar Gading hanya terdapat beberapa sekolah saja, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4

Jumlah Lembaga Pendidikan Desa Pagar Gading No Jenis

Pendidikan

NEGERI SWASTA

Gedung (Buah) Guru (Orang) Murid (Orang) Gedung (Buah) Guru (Orang) Murid (Orang)

1 TK - 2 4 32

2 SD 1 12 152 1 6 54

3 SLTP - - - 1 8 29

4 SLTA - - - 1 5 18

5 Akademi - - - - - -

6 PT - - - -

Jumlah 1 12 152 5 23 1

Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014. 3. Sarana Perekonomian

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-haridan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dibutuhkan tempat khusus yang menyediakan kebutuhan masyarakat. Desa Pagar Gading memiliki sarana perekonomian yang dapat dilihat dalam tabel berikut.


(74)

Tabel 4.5

Sarana Perekonomian Desa Pagar Gading

No Jenis Sarana Perekonomian Jumlah

1. 2. 3.

Pasar desa Kios desa

Koperasi simpan pinjam

1 buah 1 buah 2 buah Sumber: Data Monografi Desa Pagar Gading, Tahun 2014.

4. Sarana Kesehatan

Pemerintah Desa Pagar Gading dengan segenap kemampuan berusaha untuk mensejahterakan masyarakat atau warganya melalui beberapa unit usaha kesehatan. Sedangkan menjadi peserta KB adalah sudah menjadi kebutuhan. Kegiatan posyandu bagi bayi dan anak balita sangat rutin dilakukan, yaitu seminggu sekali setiap hari selasa. Desa Pagar Gading memiliki 1 buah puskesmas, 2 pos posyandu, 2 orang bidan desa dan satu orang mantri desa, serta 2 orang bidan praktek.

5. Sarana Olahraga

Sarana olahraga yang dimiliki oleh Desa Pagar Gading ini digunakan oleh masyarakat Desa Pagar gading, biasanya oleh anak-anak muda masyarakat tersebut. Dengan adanya sarana olahraga ini, mereka bisa terus melatih dan mengembangkan bakat mereka di bidang olahraga. Adapun jenis sarana yang dimaksud adalah 1 buah lapangan sepak bola, 3 buah lapangan voli, dan 2 buah lapangan bulutangkis.


(1)

102

Hasil perhitungan nilai elastisitas transmisi harga getah karet berdasarkan model persamaan regresi linier sederhana. Diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 (Statistical Program for Social Science)

Pendugaan elastisitas transmisi harga dari harga tingkat petani ke pedagang pemasok industri.

Pf = -11004,459 + 3,169 Pr ( R Square = 0,890)

Berdasarkan pada rumus persamaan elastisitas transmisi harga dan memasukkan nilai rata harga getah karet di tingkat petani sebesar Rp 6.610 serta nilai rata-rata harga getah karet ditingkat pedagang pengepul sebesar Rp 7.570, maka dapat dihitung nilai elastisitas transmisi harga sebagai berikut.

Et

=

[

][

]

Et

=

[

][

]

Et = 0,21


(2)

103

LAMPIRAN VIIi

Gambar Keadaan Lingkungan Desa Pagar Gading


(3)

104


(4)

105


(5)

106


(6)

107