Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sistem Manajemen K3 Perbuatan dan keadaan yang tidak selamat berakar lebih dalam daripada kecelakaan yang terlihat atau teralami, dan untuk mengatasi hal ini diperlukan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut SMK3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05MEN1996 Pasal 1 menyebutkan bahwa Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistim manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mendapat perhatian yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan kerja. SMK3 bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta commit to user terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif Sastro Hadiwiryo, 2002. Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan SMK3 Permenaker No 05MEN1996 Pasal 3. Pengelolaan SMK3 ini memiliki pola “Total Loss Control” Loss Control Management yaitu suatu kebijakan untuk menghindarkan kerugian bagi perusahaan, properti, personil di perusahaan dan lingkungan melalui penerapan SMK3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen yaitu Plan, Do, Check dan Improvement PDCI Rudiyanto, 2003. commit to user Gambar.1 : Konsep Plan, Do, Check, Actions P.D.C.A Sumber: OHSAS 18001, 2012 Manajemen sebagai ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab K3, baik dari segi perencanaan, maupun dari segi pengambilan keputusan dan organisasi. Tidak semua manajemen mempunyai pandangan yang sama tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang mungkin disebabkan karena tidak dapat menjabarkan pencegahannya dan manfaatnya dengan jelas, misalnya biaya pencegahan kecelakaan kerja dapat dihitung dengan uang tetapi tidak dengan manfaatnya. Dalam penerapan SMK3 perusahaan wajib melaksanakan ketentuan- ketentuan sebagai berikut Permenaker No 05MEN1996 Pasal 4 ayat 1: Continual Improvement of The Quality Management System Continual Improvement of The Quality Management System Customers Customers Customers Customers Management Responsibility Management Responsibility Resource Management Resource Management Measurement, Analysis and Improvement Measurement, Analysis and Improvement Product Realization Product Realization Requirements Satisfaction Product Product Input Output Value-adding Activities Information Flow Continual Improvement of The Quality Management System Continual Improvement of The Quality Management System Customers Customers Customers Customers Management Responsibility Management Responsibility Resource Management Resource Management Measurement, Analysis and Improvement Measurement, Analysis and Improvement Product Realization Product Realization Requirements Satisfaction Product Product Input Output Value-adding Activities Information Flow commit to user a. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3. b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3. c. Menerapkan kebijakan secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3. d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3. Langkah-langkah dalam mengembangkan Sistem Manajemen K3 memuat sebagai berikut : a. Peraturan perundang-undangan dan standar Implementasi harus di identifikasi dengan semua peraturan perundang-undangan dan standar K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Dibentuknya tim untuk mendokumentasikan peraturan perundang-undangan dan standar dibidang K3. Dari hasil identifikasi ini kemudian disusun peraturan K3 perusahaan dan pedoman pelaksanaan K3 dengan cara mencetak peraturan keselamatan dan kesehatan kerja berupa buku saku yang menjelaskan peraturan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja agar setiap pekerja memahami peraturan tersebut. commit to user b. Kebijakan K3 Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan manajemen menurut partisipasi dan kerja sama semua pihak. Setiap pekerja diberi arahan dan pemikiran yang akan membantunya mencapai sasaran dan hasil, setiap kebijakan mengandung sasaran jangka panjang dan ketentuan yang harus dipatuhi setiap kategori fungsional perusahaan. Kebijakan K3 merupakan pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 yang menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi keselamatan dan kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stacholder lainnya seperti pelanggan dan pemasok. c. Penerapan SMK3 Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang memadai sesuai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan. 1 Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 2 Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh. commit to user d. Audit SMK3 Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistemik terdokumentasi, periodik dan objektif terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja untuk mendeteksi kelemahan, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan secara terus- menerus sebelum terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja, kebakaran, penyakit akibat kerja ataupun hal-hal yang dapat merugikan perusahaan ataupun tenaga kerjanya. Audit sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dapat dilakukan dengan sebagai berikut : 1 Audit Sistem Manajemen K3 Umum Audit sistem manajemen K3 umum yaitu bersifat mendalam dan menyeluruh, meninjau segi SDM yaitu manusianya, perangkat keras dan manajemen. 2 Audit Sistem Manajemen K3 Khusus Audit Sistem Manajemen K3 Khusus yaitu bersifat survey K3, menilai secara mendalam salah satu segi atau jenis kegiatan unit operasional tertentu. 2. OHSAS 18001 OHSAS 18001 merupakan serial dari persyaratan dan spesifikasi dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. OHSAS 18001:2007 merupakan pembaharuan dari OHSAS 18001:1999 commit to user yang menjelaskan tentang persyaratan dan spesifikasi standar dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan dimaksudkan untuk mengelola aspek keselamatan dan kesehatan kerja daripada keamanan produk. OHSAS 18001:2007 menitikberatkan pada pencegahan cedera dan sakit serta kecelakaan. Selain itu juga menitikberatkan pada pengontrolan resiko K3 untuk meningkatkan kinerja K3 Natsir, 2009. Tujuan dari OHSAS 18001 adalah untuk membantu organisasi dalam mengelola dan mengendalikan keselamatan dan kesehatan kerja dan tingkat risiko serta meningkatkan performa dalam bidang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Serta mendukung dan mempromosikan praktek Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3, agar seimbang dengan kebutuhan sosial dan ekonomi. OHSAS 18001:2007 terdiri dari: a. Perencanaan Planning b. Penerapan dan Operasi Implementation and Operation c. Pemeriksaan dan tindakan koreksi Checking and Corrective Action d. Tinjauan manajemen Management review Tahapan proses penerapan OHSAS 18001 yaitu : a. Tahap Identifikasi Awal Identifikasi terhadap tingkat kecukupan terhadap sistem dan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja di organisasi. commit to user b. Tahap persiapan dan implementasi Tahap persiapan dokumen dan program kerja serta pelaksanaan implementasinya. c. Tahap penilaian kinerja proses Tahap penilaian terhadap sistem yang telah diterapkan mencakup penilaian dokumentasi, verifikasi penerapan, dan tindakan perbaikan atau pencegahan yang diperlukan. OHSAS 18001 versi 2007 diterapkan oleh organisasi karena memiliki beberapa manfaat. Diantaranya adalah sebagai berikut: a. Menetapkan SMK3 untuk menurunkan risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3. b. Menerapkan, memelihara, dan memperbaiki sistem secara berkesinambungan. c. Memastikan pemenuhanpentaatan terhadap kebijakan yang sudah ditetapkan. d. Menunjukkan pemenuhan terhadap sistim ini melalui sertifikasi atau registrasi sistem pernyataan sendiri atas pemenuhan sistem yang telah diterapkan. commit to user Gambar.2 : Bagan elemen OHSAS 18001 versi 2007 Sumber: OHSAS 18001, 2012 Tabel 1. Daftar klausul atau elemen standar OHSAS 18001 versi 2007 No Klausul KLAUSUL OHSAS 18001 : 2007 1. Ruang Lingkup 2. Referensi Publikasi 3. Istilah Definisi 4. Persyaratan Sistem Manajemen K3 4.1. Persyaratan Umum 4.2. Kebijakan K3 4.3. Perencanaan 4.3.1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko Dan Pengendalian Resiko 4.3.2. Persyaratan Hukum Lainnya Bersambung CONTINUAL IMPROVEMENT IN OHS PERFORMANCE POLICY MONITOR OBJECTIVES REVIEW PROGRAMME Assess Risks Legal Other requirements Identify Hazards Control Measures Tolerable or Intolerable Eliminate Risk Residual Risk Corrective Preventitive Action INTERNAL AUDIT commit to user Sambungan 4.3.3. Sasaran Program 4.4. Penerapan Pengoperasian 4.4.1. Sumber Daya, Peranan, Tangung-Jawab, Pertangungjawaban Kewenangan 4.4.2. Kompetensi, Pelatihan Kesadaran 4.4.3. Komunikasi, Partisipasi Konsultasi 4.4.4 . Dokumentasi 4.4.5. Pengendalian Dokumen 4.4.6. Pengendalian Operasional 4.4.7 Kesiapan Tanggap Darurat 4.5 Pemeriksaan 4.5.1 Pengukuran Dan Pemantauan Kinerja 4.5.2 Evaluasi Kepatuhan 4.5.3 Investigasi Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan Pencegahan 4.5.3.1 Investigasi Insiden 4.5.3.2 Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan Pencegahan 4.5.4 Pengendalian Catatan 4.5.5 Audit Internal 4.6 Tinjauan Manajemen Sumber: OHSAS 18001, 2012 3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Secara filosofis Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan pada manusia pada umumnya beserta hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja lahir dari doktrin yang menyatakan bahwa “Manajemen yang berhasil mensukseskan seluruh komponen industri adalah manajemen yang selalu mengutamakan keselamatan di atas kepentingan produksinya”. Bennet dan Rumondang, 1995. commit to user Berdasarkan doktrin tersebut Keselamatan Kerja bertujuan untuk memberikan perlindungan atas keselamatan yang merupakan hak tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional Suma’mur 1989. 4. Tempat Kerja Menurut undang-undang No. 1 th 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja. Termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Berikut adalah beberapa pengertian yang terkait dengan tempat kerja: a. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. b. Pengusaha adalah orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja. c. Direktur adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-Undang ini. d. Pegawai Pengawas adalah pegawai tehnis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. commit to user e. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga tehnis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang- Undang ini. 5. Faktor Bahaya Bahaya merupakan suatu kondisi secara alamiah maupun karena ulah manusia yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya memiliki potensi menimbulkan bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana. Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan Suma’mur, 2009. Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau menimbulkan penyakit atau kombinasi dari semuanya OHSAS 18001, 2012. Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan evisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah : commit to user a. Faktor lingkungan fisik Faktor lingkungan yaitu bahaya yang berasal dari atau benda di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir. Bahaya yang bersifat fisik dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar seperti ruangan yang terdapat panas, dingin, kebisingan, penerangan, getaran, dan radiasi. b. Faktor lingkungan kimia Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi. Bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja. Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses. Salah satunya adalah debu. c. Faktor lingkungan biologik Bahaya biologi ditimbulkan oleh kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari tenaga kerja yang menderita penyakit tertentu. Selain itu, disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja. d. Faktor faal kerja atau ergonomi Bahaya yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku. e. Faktor psikologik commit to user Bahaya ditimbulkan oleh kondisi aspek psikologi ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang perhatian. 6. Kecelakaan Kerja Kecelakaan Kerja adalah situasi yang tidak diinginkan dan dapat mengakibatkan kerugian manusia sakit, cedera, cacat, bahkan kematian dan kerusakan properti, serta kerugian dalam proses. E. Bird, 1990. Kecelakaan kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh setiap tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dengan kerugian tidak hanya korban jiwa dan materi bagi pekerja dan pengusaha tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara keseluruhan dan merusak lingkungan yang pada akhirnya berdampak langsung dengan masyarakat sekitar. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang terjadi secara tiba-tiba yang dapat mengganggu operasi atau kegiatan, atau dapat juga diartikan bahwa kecelakaan merupakan suatu kejadian tidak direncanakan yang dapat menyebabkan suatu reaksi baik dari objek atau orang atau sumber bahaya sehingga mengakibatkan kerugian baik materi maupun nyawa. Suatu kecelakaan kerja akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi. Kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian. Berikut penyebab kecelakaan secara umum dikelompokkan sebagai berikut : commit to user a. Sebab Dasar Sebab yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan kerja di industri antara lain: 1 Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan K3 di perusahaannya. 2 Manusia atau para pekerjanya sendiri. 3 Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja. b. Sebab Utama Sebab utama dari kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi faktor : 1 Faktor manusia Unsafe Actions yaitu tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab seperti : a Mengerjakan pekerjaan orang lain, tidak hati-hati b Kurang pengetahuan dan keterampilan c Sikap masa bodoh, sikap dan tingkah laku yang tidak aman d Kelelahan dan kejenuhan e Penurunan konsentrasi. Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan kerja seringkali disebut “Human Error”. Tindakan tidak aman Unsafe Actions commit to user adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan. 2 Faktor Lingkungan Unsafe Conditions yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan sistem kerja. Unsafe Conditions merupakan suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan. 7. Pengendalian Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan melalui berbagai metode. Salah satunya adalah dengan hirarki pengendalian, meliputi : a. Eliminasi atau meniadakan potensi bahaya b. Subtitusi atau mengganti bahanalat yang lebih aman c. Pengendalian Teknik isolasi atau mengurangi potensi bahaya terhadap sumbernya. d. Pengendalian administrasi e. Pelatihan K3 f. Penggunaan alat pelindung diri OHSAS 18001, 2012 8. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya menurut OHSAS 18001:2007 klausul 4.3.2 menerangkan bahwa : a Organisasi harus membuat, menerangkan dan memelihara suatu prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan commit to user perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang diaplikasikan untuk K3. b Organisasi harus memastikan bahwa peraturan perundangan dan persyaratan lain yang relevan dimana organisasi mendapatkannya harus dipertimbangkan dalam membuat, menerapkan dan memelihara Sisitem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 organisasi. c Organisasi harus selalu memutakhirkan informasi ini. d Organisasi harus mengkomunikasikan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan kepada orang yang bekerja di dalam kendali organisasi dan pihak-pihak terkait lainnya. Menurut Bambang Wiyono dalam Training OHSAS 18001 Tahun 2009, isi dari Klausul 4.3.2 “Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya” OHSAS 18001:2007 adalah sebagai berikut: a. Adanya prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan perundangan dan persyaratan yang relevan. b. Adanya daftar peraturan perundangan dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 lainnya yang relevan dimana telah dilakukan identifikasi sebelumnya. c. Adanya regular contact dengan institusi pemerintah untuk “update” informasi, sebagai pendekatan untuk memeriksa adanya peraturan perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang baru dan revisi. Waktu pelaksanaan “updating” terhadap peraturan perundangan dan commit to user persyaratan K3 lainya diatur sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh masing-masing organisasi. d. Adanya pelaksanaan sosialisasi terhadap peraturan perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang telah di”up-date” secara rutin kepada seluruh karyawan yang terkait. Persyaratan 4.3.2 OHSAS 18001 dimaksudkan untuk mematuhi persyaratan peraturan dan perundangan, sehingga mempermudah untuk mengetahui persyaratan-persyaratan apa saja yang harus dimengerti terkait aktivitas-aktivitas sebuah perusahaan. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05MEN1996 tentang Sistem Manejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada bab III pasal 3, disebutkan bahwa “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3”. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05MEN1996 pada lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3 diatur Sistem dan Pengawasan, antara lain sebagai berikut: commit to user a. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja. b. Apabila upaya pengendalian diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian. c. Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem ijin kerja untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi. d. Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oeh petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk. e. Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai. f. Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilakukan dengan aman dan mengikuti prosedur yang telah ditentukan. g. Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat risiko tugas. commit to user

B. Kerangka Pemikiran