BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi sekarang ini, Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang di segala bidang. Untuk merealisasikan
pembangunan-pembangunan tersebut dan untuk menyongsong era pasar bebas maka bangsa Indonesia harus memiliki kesiapan bidang. Baik bidang social,
ekonomi, politik maupun pertahanan dan keamanan. Unsur tersebut harus diperbaiki dan di benahi guna memperoleh hasil yang lebih maksimal.
Instansi negeri atau pemerintah dalam memenuhi inventarisnya dibiayai oleh Negara yang diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah,
atau Anggran Pendapatan Belanja Negara. Karena hal tersebut diatur guna tercapainya efisiensi dan efektivitas. Dalam pencapaian barang diinginkan
atau yang sering disebut dengan pengadaan maka diperlukan alat control sebagai pedoman pengelolaannya. Pengadaan merupakan salah satu fungsi
perbekalan yang mencakup kegiatan pembelian barang bekal yang ditentukan, sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, serta penyerahan dari barang dimana
dan kapan
yang disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku.Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80
Tahun 2003 pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui : pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukan
langsung. Selain itu pengadaan barang dapat pula dengan cara penyewaan, peminjaman, penerimaanbantuanhibah, penukaran dan pembuatan. Dan
sebagai tindak lanjut dalam pengadaan dipeganglangsung oleh pimpnan pengadaan yang ditunjuk sesuai peraturan yang berlaku. Pimpinan yang
bertugas dalam pengadaan berkewajiban mengadakan penelitian terhadap benda-benda yang dibutuhkan. Akan tetapi seringkali dalam proses pekerjaan
pengadaan ditemui hambatan-hambatan baik dalam proses pengadaan baik intern maupun ekstern. Hambatan intern diakibatkan dari instansi itu sendiri
1
ataupun pihak-pihak yang terkait pada proses pekerjaan pengadaan. Sedangkan hambatan ekstern dapat terjadi jika terdapat prosedur-prosedur
yang tidak sesuai dalam instansi yang mengikuti pengadaan barang atau pengadaan jasa. Sehingga diperlukan alat pengaturan atau alat kendali dalam
proses pengadaan agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Dalam rangka penyempurnaan pengelolaan barang-barang investaris,
dalam arti barang-barang milik atau kekayaan Negara, maka pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan antara lain : 1 Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1952, Lembaran Negara No 11 Tahun 1952; 2 Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1958, Lembaran Negara No. 45 Tahun
1958; 3 Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan tanggal 29 Januari 1962 dan 4 Keputusan Presiden No. 33 Tahun
1969 Jo, No. 21 Tahun 1970 yang sebagaimana telah diubah, dan yang terakhir yaitu Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
BarangJasa Instansi Pemerintah. Untuk lebih mengefektifkan dan memantapkan pengelolaan barang-barang milikkekayan Negara yang berada
pada instansi-instansi pemerintah, bank-bank pemerintah, rumah sakit pemerintah dan badan usaha milik Negara, hendaknya berpedoman pada
Instruksi Presiden No. 69 Tahun 1970, tentang Pengawasan Inventaris dan Instruksi Pemerintah Presiden No. 3 Tahun 1971, tentang Inventarisasi
Barang-barang Milik NegaraKekayaan Negara, serta Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 470KMK.031994 tanggal 20 September 1994,
tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang MilikKekayaan Negara Sukadanto, 2001:2.
Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003.Pengadaan Barang harus berdasarkan pada pilihan praktis, hemat dan sesuai dengan
kebutuhan dan ruang lingkup kegiatan, baik pengadaannya melalui pembelian, penyewaan, peminjaman, pembuatan sendiri ataupun melalui bantuan luar
negeri. Dalam hal ini termasuk pekerjaan pemborongan kontrak pembelian
barang atau bahan-bahan untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan harus lebih terbuka dan wajar sesuai.
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau yang sering disebut dengan Setwan DPRD Kota Surakarta bertugas menyelenggarakan rapat-rapat
DPRD, penyelenggaraan adm. Keuangan, dll.Dan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh Sekretariat DPRD Kota Surakarta setiap tahunnya adalah
melakukan kegiatan pengadaan barangjasa. Dalam proses pengadaan barangjasa juga perlu dikontrol, karena DPRD merupakan instansi
pemerintah, sehingga dalam proses pengadaannya harus sesuai peraturan yang berlaku agar terlaksana dengan efektif dan efisien.
Tabel 1.1 Rekapitulasi Pengadaan Barang dan Jasa Belanja Modal TA 2009 Pada Pemerintahan Kota Surakarta
Jenis Pengadaan Nomor
kontrak Tanggal
kontrak Nilai kontrak
Jasa Cleaning Service Gedung
dan Kantor DPRD 018147
050209 Rp 48.000.000
Pemeliharaan Rutin Berkala Gedung
Kantor Sekretariat 032255
050309 Rp 48.953.000
Pengadaan Kendaraan
DinasOperasional Sepeda
024612 030609
Rp 43.650.000
Pengadaan Jasa Asuransi Kesehatan
Pimpinan 173754
290609 Rp 298.000.000
Pengadaan Peralatan Gedung Kantor
Sekretariat DPRD 022820
170709 Rp 33.000.000
Pengadaan Pakaian Dinas Anggota
DPRD Kota Surakarta
025837 210709
Rp 29.900.000
Pengadaan Internet
Speede 022.2
1.098 110909
Rp 6.980.000 Kegiatan
Pemeliharaan RutinBerkala Rumah
Dinas Jabatan Ketua 012
1.169 301009
Rp 17.000.000
DPRD Kegiatan
Pemeliharaan Meubelair Kantor
Sekretariat DPRD 023
1.385.a 191109
Rp 11.240.000
Kegiatan Pemeliharaan
RutinBerkala Perlengkapan Rumah
Dinas Pimpinan DPRD
012.2 1.477
251109 Rp 16.370.000
Sumber : Sekretariat DPRD Kota Surakarta
Dari penjelasan yang telah disampaikan di muka, maka penulis tertarik umtuk mengungkapkan tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi
mengenai pengadaan barang di DPRD Kota Surakarta. Dan di DPRD Kota Surakarta sendiri hanya menggunakan metode penunjukan langsung dan
metode lelang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memilih
judul “PROSEDUR PENGADAAN BARANG DI SEKRETARIAT DPRD KOTA SURAKARTA”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam pengamatan ini diharapkan agar dapat mengetahui objek-objek yang diamati serta bertujuan agar tulisan dan ruang
lingkup pengamatan uraiannya terbatas dan terarah. Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka dirumuskan permasalahannya
sebagai berikut : Bagaimana prosedur pengadaan barang atau jasa di Sekretariat DPRD Kota Surakarta?
C. Tujuan Pengamatan
Pengamatan ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui dan memahami prosedur dalam proses pengadaan di Sekretariat DPRD Kota Surakarta.
2. Melatih diri dalam bidang pengadaan barang atau jasa.
D. Manfaat Pengamatan
Pengamatan ini diharapkan mempunyai manfaat : 1. Manfaat teoritis
a. Untuk mendapatkan pengetahuan tambahan, yang diharapkan dapat menjadi suatu informasi serta referensi bagi para mahasiswa
Manajemen Administrasi pada khususnya dan Mahasiswa yang mengambil jurusan lain pada umumnya.
b. Untuk mengembangkan ilmu npengetahuan dan ilmu yang didapat terutama mengenai metode pengadaan barangjasa.
c. Untuk lebih memahami teori yang telah diperoleh selama menempuh kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas
Maret Program Studi D III Manajemen Administrasi.
2. Manfaat Praktis a. Dapat memberikan sumbangan jawaban atas permasalahan yang
dibahas. b. Dapat digunakan sebagai referensi bagi Sekretariat DPRD Kota
Surakarta dalam menyusun maupun merevisi peraturan-peraturan, khususnya dalam hubungannya dengan peningkatan pelayanan dan
pengembangan yang akan datang.
c. Dapat memberi masukan kepada Kepala serta pegawai Sekretariat DPRD Kota Surakarta untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
ditemui dalam pelaksanan pengadaan barangjasa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA