BAB 6 HAKIKAT MANUSIA

BAB 6 HAKIKAT MANUSIA
1. AL Basyar sebagai salah satu nama manusia didalam Al-Qura’n
Kata basyar di dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 36 ayat, sebagai sebutan manusia secara fisik
dan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan hal-hal yang bersifat lahiriyah dan didorong oleh
kebutuhan makan, minum, bersetubuh, akan mengalami kehancuran dan kematian sebagai akhir dari
aktivitasnya. Melalui bersyariah manusia dapat mewujudkan hasil dari fikiran, perasaan, dan
kehendaknya dalam bentuk rasa dan karsanya yang dikenal kebudayaan.
Dikemukakan beberapa kesimpulan yang ditarik dari Al-Qur’an tentang manusia pada umumnya:
Manusia itu pertama sekali diciptakan Tuhan dari tanah (Al-Hajj [22] : 5); (Al-Ruum [30] : 20); (Faathir
[35] : 11); (Al-Mu’min [40] : 67). Penciptaan selanjutnya dari air (Al-Furqon[25] : 54). “Kami jadikan
manusia dari sari pati tanah. Kami jadikan sari pati itu nutfah, tersimpan aman dalam rahim kukuh.
Dari nutfah Kami jadikan segumpal darah. Dari darah Kujadikan segumpal daging. Dari daging
Kujadikan tulang belulang. Tulang belulang disampul daging. Kami jadikan makhluk berbentuk lain.
Maha suci Allah sebaik-baik Pencipta”. (Al-Muminuun [23] : 12-16).
Maurice Bucaille (1984) mengklarifikasi ayat-ayat secara maudhu’i mengenai proses penciptaan
biologis manusia, dengan proses sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.

Manusia tercipta dari Ardh (tanah) tercantum dalam QS. Nuh [71] : 17-18
Kemudian beralih pada Turob (tanah gemuk) tercantum dalam QS. Al-Hajj [22] : 5
Lalu beralih pada Thin (tanah lempung) tercantum dalam QS. Al-An’am [6] : 2
Lalu beralih pada Thin Ladzib (lempung pekat) tercantum dalam QS. Al-Shaaffat [37] : 11
Lalu beralih pada Shalshal (lempung hitam) seperti Fakhtar (tembikar) tercantum dalam QS.
Al-Rahman [55] : 14
Lalu beralih dari hamain masmanun (lempung hitam yang berbentuk) tercantum QS. AlHaqqah [15] : 33
Lalu beralih pada Sulalat Min Thin (sari pati tanah lempung) tercantum dalam QS. AlMu’minun [23] : 12
Lalu diciptakannya buah-buahan sebagai rizki buat manusia tercantum dalam QS. Al-Baqarah
[2] : 21
Lalu berubah pada Ma’un Basyar (air mani) tercantum dalam QS. Al-Furqon [25] : 54

Dengan demikian maka kata Al-Basyar dalam pengertian manusia yang dimaksudkan untuk
menunjukan aspek fisik. Secara fisik manusia terbuat dari tanah melalui suatu proses yang cukup
panjang.

2. Insan Sebagai Salah Satu Nama Manusia
Al-Basyar dan Al-Insan dalam Al-Qur’an menurut Jayadi (2001 : 32) merupakan dua kata kunci
untuk memahami manusia secara komprehensif. Kata Insan menunjukkan kata tunggal sama dengan
kata ins, sedangkan untuk menunjukkan jamak digunakan kata al-nas, unas, insiyya, anasi. Kata insan
disebutkan dalam Al-Qur’an tetulang sebanyak 65 kali dalam 32 ayat. Kata Ins disebut sebanyak 18
kali dalam 17 ayat, kata al-nas 241 dalam 245 ayat, kata unas disebut sebanyak 5 kali dalam 5 ayat,
sedangkan kat anasi dan insiyya masing-masing disebut 1 kali dalam 1 ayat.
Penggunaan kata insan yang berasal dari kata anasa dan masiya dalam kaitannya dengan
potensinya dapat berarti sebagai berikut :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melihat terdapat dalam (QS. Thaha [20] : 10).
Mengetahui terdapat dalam (QS. An-Nisa [4]: 6).
Meminta izin seperti terdapat dalam (QS. An-Nur [24] : 6).

Dapat menerima pelajaran seperti terdapat dalam(QS. Al-Alaq [96] : 5).
Mempunyai musuh yang nyata terdapat dalam (QS. Yusuf [12] : 5).
Dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk menghindari kerugian,
terdapat dalam (QS. Al-Ashr [193] : 1-3).
7. Mendapatkan apa yang dikerjakannya seperti terdapat dalam (An-Najm [53] :
39).
8. Mempunyai keterikatan dengan moral dan etika dalam (QS. Al-Ankabut [29] : 8).
Dengan menggunakan kata al-nas menunjukkan adanya kelompok manusia yang mempunyai
kemampuan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan kehidupannya, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan dibidang peternakan sebagaimana terdapat dalam (QS. Al-Qashash [28]
:23).
2. Pengolahan berbagai bahan besi terdapat dalam (QS. Al-Hadid [57] : 25).
3. Berperan dibidang perubahan social terdapat dalam (QS. Ali Imran [3] : 140).
4. Di bidang kepemimpinan terdapat dalam (QS. Al-Baqarah [2] : 124).
5. Dalam Beribadah (QS. Al-Baqarah [2] : 21).
Akar kata lainnya dari al-insan adalah unasi, unasi digunakan untuk menjelaskan tentang :
1. Pengetahuan manusia tentang air minumnya seperti tercantum dalam (QS. AlAraf [7] 160).
2. Menerangkan kemampuannya dalam memimpin (QS. Al-Isra [17] : 71).
Dalam mengacu pada informasi ayat di atas dapat disimpulkan bahwa istilah al-insan dengan

berbagai kata yang serumpun menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk yang berbudaya.
Keseluruhan kegiatan manusia pada hakikatnya adalah kegiatan yang berdasarkan kemampuan
mengaktualisasikan akalnya dalam berbagai situasi dan kondisi kehidupan konkrit, melalui proses
belajar sepanjang hayat. Sebagaimana diperintahkan oleh Rasulullah SAW. “Tuntutlah ilmu
daribuaian sampai liang lahad”. Manusia memiliki kemampuan untuk belajar atau memperoleh ilmu
sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepada Adam As., tercantum dalam (QS. Al-Baqarah [2] : 31).
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakan kepada para malaikat lalu berfirman : “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jka kamu orang-orang yang benar!.””.
Kata al-insan atau al-nas lebih menitik beratkan pada pengertian manusia dari aspek psikis,
seperti pikiran, perasaan, penglihatan dan pandangan yang semuanya bersumber daya hidup yang
disebut al-Ruh. Karena ruh merupakan daya hidup maka ruh mempunyai unsur kemampuan
(potensi), fungsi, sifat, prinsip kerja, dinamis, mekanis yang unik dalam mewujudkan manusia
sebenarnya. Inilah salah satu sebabnya manusia disebut mahluk yang unik. Ruh bersifat misteri
sehingga manusia sering dipahami sebagai mahluk misteri.
Di dalam Al-Qur’an kata ruh memiliki banyak arti diantaranya :
1. Pemberian hidup dari Allah SWT. Kepada manusia sebagamana terdapat
dalam (QS. Al-Hijr [15] : 29).
2. Berarti penciptaan Nabi Isa As. tercantum dalam (QS. Maryam [19] : 17)
dan (QS. Al-Anbiya [21] : 91).


3. Berati wahyu dan malaikat sebagai pembawanya tercantum dalam (QS.
An-Nahl [16] : 2).
4. Berarti kemuliaan nafs tercantum dalam (QS. An-Naba [78] : 38).
5. Berarti menghembuskan nafs tercantum dalam (QS. Al-Waqi’ah [56] : ).
6. Manusia diciptakan dengan sebaik-baik struktur (baik rohani maupun
jasmani (95 : 4 dan 64 : 2) dan semulia-mulianya mahluk (17 : 70),
melebihi dan mengatasi mahluk-mahluk Allah lainnya. Allah menjadikan
manusia itu berpasang-pasangan agar mereka diam di atas dunia ini
dengan penuh ketentraman jiwa dengan mawaddah (belas kasih) dan
rahmat. Ayat ini menunjukkan bahwa pasangan suami dan isteri yang
melahirakn kemampuan bersama yaitu keluarga. Demikian juga pada diri
manusia terdapat aspek fisik dan aspek psikis yang menghasilkan
kemampuan psiko-fisik yang biasa dinamai dengan al-nafs.
3. Al-Nafs sebagai psiko-fisik manusia
Dalam pandangan Al-Qur’an Al-Nafs diciptakan oleh Allah sebagai totalitas pribadi manusia. Kata
Nafs didalam (QS. Al-Maidah [5] : 32) menunjukan salah satu contoh totalitas manusia yakni “barang
siapa membunuh sesorang (Nafs) yang bukan membunuh atau berbuat kerusakan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh mausia semuanya, dan barang siapa yang
menghidupkannya, maka dia seakan-akan menghidupkan manusia semuanya”.

Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Ahmad Ibnu Hambal penggabungan itu terjadi
ketika janin berusia empat bulan dalam kandungan (Shahih Bukhari, tt. Jus IV, 78), penggabungan ini
dijelaskan dalam QS. Al-Sajdah [32] : 9. Dalam ayat tersebut jelaslah terjadi penggabungan antara
unsur fisik dan psikis, unsur psikis yang berupa ruh ke-Tuhanan, dengan ruh ini manusia diberi
kemampuan mendengar, melihat serta berfikir dan merasa yang menyatu dalam hati (Fuada), tetapi
kebanyakan manusia yang tidak mensyukurinya. Dari ayat itu pula kita memahami bahwa manusia
mampu menguasai mengelola dan memanfaatkan alam semesta karena itu layak untuk mengemban
tugas dari wakil Allah di muka bumi.
Terciptanya nafs atau anfus merupakan totalitas kemampuan mengimani Allah (membenarkan
dengan hati, menyatakan dengan lisan, dan membuktikan dengan seluruh anggota tubuh) dituntut
untuk menjadi dasar semua perilaku, Allah mengambil perjanjian kepada anfus tentang pengakuan
kepada penciptanya, pemelihara, pendidik, dan penguasa yaitu Rabbnya sebagaimana dinyatakan
dalam (QS. Al-A’raf [7] : 172.
4. Kedudukan dan fungsi manusia
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan
manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini
adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini
adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang
ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah

ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai
dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai
khalifatullah.
Di samping peran dan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, ia juga sebagai hamba Allah.
Seorang hamba berarti orang yang taat dan patuh kepada perintah tuannya, Allah SWT.

5. Keutamaan Manusia
Keutamaan manusia yang paling utama ialah Allah menjadikan sebagai khalifah bumi, artinya
sebagai pengganti Allah SWT di muka bumi. Maksudnya manusia merupakan sumber daya untuk
melaksanakan segala kehendak-Nya agar terwujud suatu sebab dan akibat di muka bumi, dengan
kata lain sebagai pelaksana terjadinya proses rahasia takdir yang sudah di tentukan Allah sejak zaman
azali.
Manusia sebaga khalifah bumi, juga mengindikasikan bahwa manusia dengan segala kemampuan
yang dimiliki dijadikan oleh Allah SWT sebagai penguasa di muka bumi, atau menjadi sumber daya
dan pengendali seluruh potensi bumi. Itulah keutamaan dan anugerah terbesar yang diberikan Allah
SWT hanya kepada manusia yang tak diberikan kepada makhluk lain.