HAKIKAT MANUSIA HAKIKAT PENDIDIKAN DAN T (1)

HAKIKAT MANUSIA, HAKIKAT PENDIDIKAN DAN TUJUAN
PENDIDIKAN

TUGAS KELOMPOK

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan
Pengampu: Prof. Dr. Sugiyo & Titi Prihatin

Oleh
Kelompok I

Fira Nadliratul Afrida (0103516080)
R. Gita Ardhy Nugraha (0103516101)
Pipin Yunita Aspin (0103516116)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (PGSD)
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Hakikat manusia dari sisi penciptanya adalah makhluk yang sempurna

karena dibekali dengan akal. Maka dengan akal itulah manusia akan selalu
berfikir tentang kelangsungan hidupnya dan generasinya. Manusia akan selalu
berupaya untuk menemukan berbagai cara untuk survive baik bagi dirinya
maupun

keturunan

atau

generasinya,

sekaligus


meningkatkan

kalitas

kehidupannya baik fisik maupun non fisik yang berlangsung secara alami. Hal
tersebut merupakan hakikat pendidikan secara umum.
Seiring perkembangan peradaban

manusia, pendidikan dilaksanakan

secara lebih sistematis dan terorganisir dalam bentuk pendidikan formal di
sekolah. Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam hal ini manusia pada
dasarnya bisa sebagai subyek sekaligus obyek dari pendidikan. Sebagai subyek
artinya mereka berperan aktif dalam proses pelaksanaannya, mereka bertanggung
jawab sebagai perencana, pengelola, sekaligus pihak yang harus mengevaluasi dan
mengawasi proses berlangsungnya pendidikan tersebut. Sedangkan sebagai obyek
berarti mereka menjadi sasaran yang harus digarap dan dituju oleh pendidikan.
Dari hakikat manusia dan hakikat pendidikan yang ibarat dua sisi mata

uang tersebut, jelaslah bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdasakan
kehidupan berbangsa, meningkatkan kualitas hidup manusia, baik pendidikan
yang bersifat alami dari orang tua atau pendidikan formal, jadi pada dasarnya
manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi
intelektual, rasa, karya, karsa dan religi yang bisa dan akan ditumbuh dan
kembangkan melalui proses pendidikan yang baik dan terarah.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa materi tentang “Hakikat
Manusia, Hakikat Pendidikan dan Tujuan Pendidikan. Dengan pemahaman yang

baik dan benar mengenai hal-hal tersebut, maka orang orang-orang yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan diharapkan mampu melaksanakan tugas
dan kewajiban sebagai insan pendidikan dengan tidak mengabaikan atau
meninggalkan tanggung-jawabnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini
diantaranya:
1.

Apa yang dimaksud dengan Hakikat Manusia?


2.

Apa yang dimaksud dengan Hakikat Pendidikan?

3.

Bagaimana tujuan dari Pendidikan?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan pembahasan dalam makalah ini diantaranya:
1.

Mengetahui dan memahami arti dari Hakikat Manusia.

2.

Mengetahui dan Memahami arti dari Hakikat Pendidikan.

3.


Mengetahui tujuan dari Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia

dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam
rangka survive manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya
sehingga manusia melakukan berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun
fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia.

Sesungguhnya

hakikat

manusia adalah mahluk yang bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia

diberi naluri.
Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk
memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki
dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada
stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya.
Naluri ini tidak setiap waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul
naluri kejahatan. Namun pada hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun
kejahatan manusia memiliki tanggung jawab.
Hakikat manusia adalah sebagai berikut ;
1.

Individu yang mmiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intlektual. Yang mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

2.

Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati.


2.1.2

Hakikat Manusia dari Dimensi pendidikan

1.

Pengembangan manusia sebagai makhluk individu
Setiap individu dikaruniai potensi yang berbeda dengan individu lain.

Dikatakn oleh Langeveld, bahwa setiap anak itu unik, artinya setiap individu

memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, semangat, dan daya tahan yang berbeda.
Langeveld juga mengatakan bahwa tiap individu mempunyai dorongan untuk
mandiri, meskipun di sisi lain pada diri anak terdapat rasa tidak berdaya sehingga
ia memerlukan bimbingan dari orang lain. Untuk dapat menolong dirinya sendiri,
anak (individu) perlu mendapatkan pengalaman di dalam pengembangan konsep,
prinsip, inisiatif, kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilannya.
2.


Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sejak lahir dikaruniai potensi sosialis, artinya setiap individu

mempunyai kemungkinan untuk bergaul, yang di dalamnya ada kesediaan untuk
memberi dan menerima. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkannya
seorang diri. Kehadiran manusia lain dihadapannya bukan saja penting untuk
mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan saran untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya. Melalui pendidikan dapat dikembangkan antara
aspek individual dan aspek sosial manusia, artinya individulitas manusia dapat
dikembangkan dengan belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang
dikagumi dari orang lain untuk dimiliknya, serta menolak sifat-sifat yang
dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat yang tidak
dicocokinya. Dikatakan oleh Imanuel Kant (filosof Jerman) bahwa manusia hanya
menjadi manusia jika berada di antara manusia.
3.

Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
Manusia dapat menetapkan tingkah laku mana yang baik dan bersifat

susila serta tingkah laku mana yang tidak baik dan tidak bersifat susila. Melalui

pendidikan diusahakan agar individu menjadi dua pendukung norma kaidah dan
nilai – nilai susila yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan menjadi milik
pribadi yang tercermin dalam tingkah laku sehari – hari. Penghayatan dan
perwujudan norma, nilai, dan kaidah – kaidah sosial adalah sangat penting dalam
rangka menciptakan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat.
4.

Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama/religius
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang beragama. Beragama

merupakan kebutuhan manusia karena manussia adalah makhluk yang lemah
sehingga memerlukan tempat bertopang. Untuk itu, ia dituntut untuk menghayati

dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan sebaik-baiknya melalui
pendidikan. Dalam hal ini orang tualah yang paling cocok sebagai pendidik
karena pendidikan agama adalah persoalan afektif dan kata hati. Oleh karena itu
harus dimulai sedini mungkin. Pemerintah dengan berlandaskan pada UU
Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) memasukkan pendidikan agama di
sekolah- sekolah merupakan pengkajian aghama yang telah ditingkatkan pada
pengembangannya.

2.1.3

Wujud dan Sifat Manusia
1.

Kemampuan Menyadari Diri, Kemampuan Mengeksplorasi potensi
yang ada, dan mengembangkannya kearah kesempurnaan dan
menyadarinya sebagai kekuatan.

2.

Kemampuan Bereksistensi, Manusia bersifat aktif dan manusia
dapat menjadi manejer terhadap lingkungannya.

3.

Pemilikan Kata Hati, Kemampuan membuat keputusan tentang
baik/benar

dengan


yang

buruk/salah

bagi

manusia,- Cara

meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi
4.

Moral (etika), Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan.
Bermoral sesuai dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan
sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai
sopan santun.

5.

Kemampuan Bertanggung Jawab, Suatu perbuatan harus sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia.

6.

Rasa

Kebebasan

(Kemerdekaan),

Kebebasan

yang

terikat(bertanggung jawab) Tugas pendidikan membuat pesreta didik
merasa merdeka dalam menjalankan tuntutan kodrat manusia.
7.

Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak, Dapat
ditempuh dengan pendidikan disiplin:
a.

Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah

b.

Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah

c.

Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu

d.
8.

Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa

Kemampuan Menghayati Kebahagiaan, Kesanggupan menghayati
kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-norma, dan
Takdir.

2.2 Hakikat Pendidikan
Pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Semenjak
masih di dalam kandungan hingga dewasa, pendidikan terus berlangsung selama
manusia itu hidup. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Pendidikan
dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar oleh manusia. Pendidikan sendiri
digunakan sebagai alat untuk bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UU No. 23 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Secara umum, pendidikan dilakukan semenjak manusia diciptakan.
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang bersifat umum pada masyarakat.
Pendidikan pada secara umum didasarkan pada insting seorang manusia.
Mendidik secara insting didikuti oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan
pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara dalam mendidik
karena perkembangan pikirannya. Semakin maju perkembangan pikiran, semakin
pula variasi orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Pendidikan

mencakup

segala

sesuatu

yang

berkaitan

dengan

perkembangan manusia. Pendidikan bermaksud membuat manusia meningkatkan
hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Pendidikan erat kaitannya
dengan membudayakan manusia. Membudayakan manusia sendiri merupakan
proses atau upaya meningkatkan hidup dan kehidupan manusia atau kelompok.
Secara sederhana adalah cara hidup yang dikembangkan oleh masyarakat.
Insting, pendidikan, dan kebudayaan saling berkatian. Insting dibawa
oleh manusia sejak lahir. Pendidikan dan kebudayaan didapat melalui proses
pembelajaran yang didasarkan pada insting itu sendiri. Pendidikan dan budaya

berjalan bersama untuk saling memajukan. Makin tinggi kebudayaan, makin
tinggi pula pendidikan dan cara mendidiknya. Pendidikan merupakan aspek dari
kehidupa manusia dan ada dalam kebudayaan akan tetapi, kebudayaan hanya bisa
dibentuk melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan diperlukan untuk
membudayakan atau memanusiakan manusia.
2.2.1

Teori umum pendidikan
John Dewey mengatakan bahwa pendidikan itu adalah the general theory

of education sekaligus philosophy is the general theory of education. Ungkapan
berikut menandakan bahwa pendidikan didasarkan pada filsafat yang berkaitan
dengan pendidikan (Rohman, 2011: 6). Teori yang diungkapkan oleh John Dewey
hanya menjelaskan prinsip-prinsip secara umum seperti metode khusus dalam
pembelajaran yang lebih dikenal sebagai proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar menitik beratkan agar materi pembelajaran mudah diamati, dihayati, dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan dibantu oleh alat peraga atau
media pembelajaran. Proses belajar mengajar tidak pernah terlepas dari seni atau
kiat mendidik, karena konsep-konsep pendidikan tidak selalu sesuai dengan
kondisi yang terjadi di lapangan. Pendidikan sering mencari beberapa strategi atau
pendekatan untuk mencapai tujuannya. Strategi atau pendekatan diciptakan oleh
para pendidik berdasarkan pengetahuan, logika, dan pengalamannya. Strategi atau
pendekatan ini dilandaskan pada sebuah realitas yang berkaitan dengan metafisika
pendidikan.
2.2.2

Pendidikan sebagai suatu ilmu
Pendidikan dikatakan sebagai suatu ilmu jika memenui persyaratannya

sebagai ilmu itu sendiri (Pidarta, 2009: 6), yaitu:
a. Memiliki objek
Objek pendidikan ada dua macam, yaitu objek materi dan objek formal.
Objek materi berkaitan dengan peserta didik dan warga belajarnya. Objek
formal merupakan gejala yang tampak, dirasakan, dihayati, dan diekpresikan
dalam kehidupan manusia.
b.

Mempunyai metode penyelidikan

Secara umum, pendidikan dikatakan sebagai suatu ilmu jika pendidikan itu
mempunyai metode penyelidikan yang mencakup ruang lingkup, masalah,
tujuan, hipotesis, tempat penelitian, subjek penelitian, objek penelitian,
instrumen pengambilan data tentang variabel yang diteliti, dan analisis data
c.

berserta simpulannya.
Sistematis
Adanya keterkaitan antara pokok-pokok yang terdapat pada pendidikan.
Pokok-pokok itu berbicara mengenai pendidikan sebagai ilmu secara global,
bahan dan proses dalam pendidikan, faktor-faktor yang menjunjang proses
pendidikan, pendidik, penyelenggaraan pendidikan, dan alat-alat yang
digunakan untuk mengembangkan pendidikan itu sendiri. Pokok-pokok
pendidikan dibahas secara sistematis tanpa mengurangi atau memindahkan

d.

urutan.
Mempunyai tujuan
Pendidikan untuk mengembangkan individu baik jasmani maupun rohani
secara optimal agar mampu meningkatkan hidup dan kehidupan diri,
keluarga,

dan

masyarakat

di

sekitarnya,

Tujuan

pendidikan

juga

memperhatikan aspek ontologis (apa), epistimologis (bagaimana), dan
aksiologis (untuk apa) agar pendidikan dapat berjalan secara selaras.
2.3

Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-Undang Republik

Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan. Dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat 1 disebutkan pendidikan bertujuan
untuk meletakkan dasar:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kecerdasan
Pengetahuan
Kepribadian
Akhlak mulia
Ketrampilan untuk hidup mandiri
Megikuti pendidikan lebih lanjut
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesai sudah mencakup ranah

perkembangan manusia, yaitu: Afeksi, Kognisi, Psikomotor. Disamping itu

peserta didik tidak dipaksakan untuk mengikuti pendidikan tertentu, melainkan
diberi kebebasan untuk memilih sendiri sesuai dengan bakat dan kemampuannya
masing-masing. Hal ini dapat ditangkap dari kalimat yang berbunyi untuk dapat
berkembangnya potensi peserta didik.
Pelayanan dalam pendidikan itupun tetap memberikan kebebasan kepada
peserta didik dalam mengembangkan dirinya pada PPRI No. 19 Tahun 2005 Pasal
19 tertulis sebagai berikut: proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, kreatif, berpeluang untuk berprakasa, dan
mandiri sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologisnya.
Namun ada yang belum terurai secara eksplisit dalam tujuan pendidikan,
yaitu bertalian dengan Pancasila, walaupun dalam UURI No. 20 Tahun 2003 Pasal
2 disebutkan pendidikan nasional berdasarkan pancasila. Pancasila inilah yang
mewarnai perkembangan peserta didik. Untuk keperluan itu pendidik harus paham
dan terampil memasukkan sila-sila pancasila ke dalam diri peserta didik ketika
melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam suatu hasil penelitian tentang konsep-konsep baru dalam
pendidikan (Made Pidarta, 1991) ditemukan bahwa para ahli pendidik mutakhir
menyerang system pendidikan sekarang yang dikatakannya sebagai upaya
mempertahankan kaum kapitalis dengan cara mendidik anak-anak agar siap
melayani industry, perdagangan, dan jasa tanpa memperhatikan kebebasan dan
hak-hak mereka sebagai anak manusia yang mempunyai bakat dan harkat pada
diri masing-masing.
Beberapa ahli mengemukakan pandangan tentang tujuan pendidikan.
Paulo Freire mengemukakan bahwa pendidikan hendaknya membuat manusia
menjadi transitif, yaitu suatu kemampuan menangkap dan menanggapi masalahmasalah lingkungan serta kemampuan berdialog tidak hanya dengan sesame,
tetapi juga dengan dunia beserta segala isinya. Selanjutnya dikatakan pendidikan
harus pula membekali manusia suatu kemampuan untuk mempertahankan diri
terhadap kecenderungan semakin kuatnya kebudayaan industri, walaupun
kebudayaan itu dapat menaikkan standar hidup manusia.
Alvin Toffler berpendapat bahwa masa sekarang tidak sama dengan masa
yang akan datang. Teknologi dan manusia mempunyai peranan yang berbeda.
Teknologi masa depan akan menangani arus materi fisik, sementara itu manusia

akan menangani arus informasi dan wawasan. Sebab itu kegiatan manusia akan
semakin terarah kepada tugas intelektual sebagai pemikir dan kreatif. Bukan
hanya melayani mesin-mesin.
Beberapa pandangan ahli mutakhir menyatakan bahwa pendidikan
merupakan usaha memberikan pengalaman hidup bagi para peserta didik, kegiatan
ilmiah, pelayanan terhadap pengembangan kemampuan dan minat, metode belajar
yang baik, kebebasan individu, cinta kasih terhadap sesama, sampai dengan
pentingnya hubungan antara guru dengan peserta didik. Jadi, tujuan pendidikan
tidak lain hanyalah mengembangkan potensi peserta didik secara alamiah, dalam
arti memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi mereka
apa adanya. Tidak perlu diarahkan ke arah tertentu untuk kepentingan kelompok.
Dengan demikian pendidikan hanya memberikan bantuan atau layanan dengan
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan serta bimbingan yang secukupnya.
Diharapkan peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang seutuhnya.
Di dalam praktik pendidikan, khusunya pada lembaga pendidkan terdapat
beberapa tujuan yang menjembatani terlaksanya tujuan pendidikan nasional
diantaranya:
a) Tujuan umum pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
b) Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan
tertentu untuk mencapainya. Misalnya tujuan pendidikan tingkat SD berbeda
dari tujuan tingkat menengah, dan seterusnya. Jika semua lembaga (institusi)
c)

dapat mencapai tujuannya berarti tujuan nasional tercapai.
Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran, misalnya
tujuan pembelajaran IPA, IPS, atau Matematika. Setiap lembaga pendidikan

menggunakan kurikulum tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan
d) Tujuan instruksional, yaitu tujuan yang ada dalam pokok bahasan dan sub
pokok bahasan tertentu. Yaitu terkait dengan penguasaan materi pokok
bahasan/sub pokok bahasan.

BAB III
PENUTUP

3.1

Simpulan
Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia

dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam
rangka survive manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya
sehingga manusia melakukan berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun
fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia.
Hakikat pendidikan berbicara tentang proses pendidikan yang tidak
pernah terpisah dari kehidupan manusia. Pendidikan adalah khas milik dan alat
manusia. Pendidikan dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar oleh
manusia. Pendidikan sendiri digunakan sebagai alat untuk bertahan hidup dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan juga merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Tujuan pendidikan mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional yaitu: mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta mempunyai
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
3.2

Saran
Hendaknya pada pemakalah yang membahas mengenai hakikat manusia,

hakikat pendidikan, dan tujuan pendidikan selanjutnya, melengkapi dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan itu sendiri. Pemakalah selanjutnya
juga dapat menambahkan pentingnya mempelajari hakikat manusia, pendidikan,
dan tujuan manusia
DAFTAR PUSTAKA

Jjang news, (2015). Apa itu Pengertian Hakikat Manusia. [Online]. Tersedia:
http://jjangnews.blogspot.co.id/2015/03/apa-itu-pengertian-hakikatmanusia.html. [4 September 2016]
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Rohman, Arif. 2011. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
LaksBang Mediatama Yogyakarta
Santi, (2012). Hakikat Manusia. [Online]. Tersedia:
http://santisaridewi.blogspot.co.id/2012/02/hakikat-manusia.html. [4
September]
Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wawasan Pendidikan, (2013). Artikel Tentang Sifat dan Wujud Hakekat Manusia.
[Online]. Tersedia: http://www.wawasanpendidikan.com/2013/05/artikelpendidikan-tentang-sifat-dan-wujud-hakekat-manusia.html.[4 September]