BAB satu

(1)

BAB I

Persekutuan Pembentukan,

Operasi dan Pembagian Laba/Rugi

Dalam bab ini penekanan pembahasannya pada akuntansi Persekutuan. Dimana pembahasannya mengenai masalah-masalah umum berkaitan dengan bentuk persekutuan mulai dari organisasi usaha, akuntansi untuk operasi persekutuan dan akuntansi untuk pembagian laba-rugi. Meskipun perlakuan akuntansi modal pemilik pada persekutuan berbeda dengan perlakuan akuntansi bentuk usaha lainnya, namun prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk aktiva, kewajiban, pendapat dan biaya tetap bisa diterapkan pada persekutuan. Dengan kata lain, pencatatan transaksi yang tidak mempengaruhi kepemilikan modal umumnya sama, baik untuk persekutuan maupun untuk bentuk usaha lain.

Pengertian Persekutuan.

Persekutan (Partnership) didefinisikan suatu asosiasi atau kerja sama diantara dua orang atau (badan) atau lebih untuk memiliki bersama-sama dan secara langsung menjalankan perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Atau menurut Undang-Undang Hukum Perdata Bab 8 bagian kesatu, menyebut persekutuan “sebagai suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya”.

Masalah yang timbul didalam persekutuan adalah berhubungan dengan perlakuan dan prosedur akuntansinya. Permasalahan ini dikarenakan persekutuan memiliki karakteristik yang berbeda dengan Perseroan Terbatas. Dimana didalam Perseroan Terbatas sudah memisahkan secara jelas antara Pemilik (Pemegang Saham) dengan Manajemennya, sedangkan didalam persekutuan pemisahan seperti yang ada di Perseroan Terbatas masih belum jelas atau bahkan tidak ada. Namun walaupun tidak ada pemisahan dengan jelas penyelenggaraan akuntansinya harus berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan.

Karakteristik Persekutuan

Bentuk usaha persekutuan banyak kita jumpai pada berbagai macam bidang usaha mencakup usaha jasa, perdagangan eceran, grosir dan kegiatan manufaktur, serta bidang usaha jasa profesi, khususnya bidang usaha jasa konsultan, medis, kantor akuntan publik dan jenis usaha yang lain.

Adapun karakteristik umum yang ada dalam bentuk persekutuan antara lain adalah : a. Umurnya terbatas.

Kelangsungan hidup persekutuan berakhir apabila para anggota secara sukarela sepakat untuk membubarkan persekutuan, masuknya sekutu/rekanan baru, pengunduran diri salah satu atau lebih sekutu atau meninggalnya sekutu lama, atau pembubaran dikarenakan terpaksa, misalnya karena bangkrut. Berakhirnya persekutuan dalam penjelasan diatas tidak berarti kegiatan persekutuan tersebut berhenti atau entitas akuntansinya juga berhenti, akan tetapi kegiatan persekutuan masih tetap berjalan, kecuali persekutuan tersebut dibubarkan karena bangkrut atau alasan lain berdasarkan kesepakatan para anggota persekutuan.

b. Tanggung jawab tidak terbatas.

Tanggung jawab anggota persekutuan tidak terbatas pada jumlah modal yang ditanamkan dalam usaha persekutuan. Hal ini berhubungan dengan kemungkinan tidak mampunya persekutuan untuk membayar hutang-hutangnya kepada pihak ketiga, maka kreditur berhak menagih pada salah seorang dari anggota persekutuan tersebut.


(2)

Setiap sekutu dianggap sebagai agen bagi seluruh kegiatan persekutuan dengan kekuatan yang mengikat sekutu lainnya melalui aktivitas yang dilakukannya atas nama persekutuan.

d. Memiliki bagian hak dari harta Persekutuan dan Pendapatan.

Kekayaan milik persekutuan tidak diidentifikasikan untuk para anggotanya. Tetapi yang dimiliki anggotanya adalah mengenai hak dalam perekutuan jika haknya dijual pada pihak lain atau pada saat pembubaran , demikian pula pada saat terjadi laba atau rugi dalam persekutuan.

Selain karakteristik diatas, Karakteristik persekutuan akan lebih mudah dipahami dengan lebih jelas jika dibandingkan dengan karakteristik perseroan seperti yang dikemukakan oleh Fisher, Taylor dan Leer (1990).

Perbedaan Karakteristik Persekutuan dan Perseroan

Karakteristik Persekutuan Perseroan

1. Kesinambungan usaha Umur Persekutuan terbatas dan secara hukum dinyatakan bubar jika ada perubahan dalam komposisi sekutu atau anggota, tetapi secara ekonomis dapat terus beroperasi untuk melanjutkan usahanya, tidak perlu dilikuidasi

Umur dianggap tidak terbatas. Perubahan komposisi pemilikan per usahaan tidak mengakibatkan barakhir nya umur perseroan.

2. Pendirian Untuk memperoleh ijin usaha relatif mudah.

Didirikan berdasarkan ijin negara dan harus taat pada aturan-aturan yang telah ditetapkan. Prosedur untuk memperoleh ijin usaha biasanya relatif lama dan sulit. 3. Tanggung jawab pemilik

terhadap hutang/ kewajiban

Tanggung jawab setiap anggota pemilik tidak terbatas, bahkan sampai harta pribadi ikut dijaminkan

Kewajiban pemilik (pemegang saham) hanya terbatas sebesar modal yang ditanamkan/diinvestasikan

4. Keterlibatan dalam pe-ngelolaan perusahaan

Masing-masing anggota terlibat aktif dalam pengelolaan persekutuan secara langsung (sekutu aktif) atau tidak aktif dalam pengelolaan (sekutu pasif)

Pemegang saham bisa tidak aktif dalam pengelolaan perseroan. Mereka memilih Dewan Direksi untuk melaksanakan pengelolaan langsung terhadap perseroan

Dengan adanya beberapa karakteristik persekutuan dan perbedaan antara persekutuan dengan perseroan atau perusahaan yang lain, maka jelaslah bahwa persekutuan memiliki kekhasan tersendiri. Meskipun tidak dapat dipisahkan antara pemilik dan manajemen dalam persekutuan, namun pencatatan akuntansinya pada persekutuan harus tetap berpedoman pada standar akuntansi yang ada, yaitu persekutuan merupakan salah satu usaha yang berdiri sendiri dan mempunyai kedudukan yang terpisah dengan pemiliknya (business entity).

Dalam persekutuan mungkin ada anggota yang tidak menyumbangkan modal/ harta kekayaan kedalam persekutuan, akan tetapi hanya menyumbangkan tenaganya, maka untuk anggota yang menyumbangkan tenaganya juga harus mendapatkan bagian keuantungan sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan pada saat pendirian atau disesuaikan dengan imbalan tenaga yang diberikan.

Isi Perjanjian Persekutuan

Persekutuan dapat didirikan atau dibentuk hanya dengan cara lisan antara dua orang atau lebih untuk melakukan kegiatan yang menguntungkan. Atau didirikan dengan disertai ijin pendirian usaha dihadapan Notaris. Isi perjanjian yang biasanya dicantumkan dalam akta pendirian persekutuan antara lain adalah :


(3)

b. Pihak-pihak yang tersangkut dalam persetujuan. c. Lokasi persekutuan.

d. Tanggal berdirinya persekutuan. e. Bidang usaha yang dilakukan.

f. Hak, wewenang dan kewajiban masing-masing anggota pesekutuan, serta batasan-batasan berdasarkan otoritas para sekutu.

g. Besarnya investasi masing-masing anggota persekutuan dan nilai yang ditetapkan atas masing-masing investasi. h. Buku-buku catatan dan laporan keuangan.

i. Cadangan untuk tambahan atau pengambilan investasi.

j. Cara pembagian laba-rugi, yang meliputi ketentuan-ketentuan khusus untuk penetapan selisih-selisih dalam investasi dan sumbangan jasa.

k. Asuransi jiwa, atas kematian anggota sekutu.

l. Penyelesaian apabila ada perselisihan antar anggota persekutuan. m. Investasi dan pengambilan prive oleh salah seorang sekutu. n. Sifat dan ruang lingkup perusahaan dan lokasinya.

Jenis-jenis Persekutuan

Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa persekutuan dilihat dari jenis usahanya dapat dikelompokkan ke dalam : persekutuan yang bergerak di bidang jasa, perdagangan dan manufaktur. Namun kalau ditinjau dari aktivitas sekutunya, maka persekutuan dapat dibedakan menjadi persekutuan umum (General Partnership), persekutuan terbatas (Limited Partnership) dan Joint Stock Companies.

Persekutuan Umum (General Partnership) adalah suatu persekutuan dimana semua sekutu boleh bertindak secara umum atas nama perusahaan dimana masing-masing sekutu dapat bertanggungjawab akan kewajiban-kewajiban perusahaan. Sekutu-sekutu demikian disebut sekutu umum (General Partner).

Persekutuan Terbatas (Limited Partnership) adalah persekutuan yang aktivitas anggotanya dibatasi dan tanggung jawab pribadi dibatasi sampai sejumlah tertentu. Sekutu-sekutu demikian disebut Sekutu terbatas/sekutu khusus.

Joint Stock Company adalah bentuk persekutuan dimana struktur modalnya berupa saham-saham yang dapat dipindahtangankan, Joint Stock Company dapat juga disebut sebagai perusahaan saham patungan. Hanya saja untuk jenis persekutuan ini sedikit berbeda karakternya bila dibandingkan dengan persekutuan yang lain.

Akuntansi dalam Persekutuan

Dalam persekutuan laporan keuangan juga sangat diperlukan. Laporan keuangan yang disusun harus dapat memenuhi kebutuhan para pemakainya, baik pihak anggota sendiri, kreditur maupun pihak fiskus. Para sekutu membutuhkan informasi akuntansi untuk merencanakan dan mengontrol harta kekayaan dan aktivitas persekutuan dan untuk membuat keputusan investasi baik secara pribadi maupun persekutuan. Jika tidak ada perjanjian khusus, setiap sekutu memiliki akses untuk melihat buku catatan keuangan persekutuan setiap saat. Pihak-pihak lain seperti kreditur atau lembaga keuangan lainnya yang berhubungan dengan persekutuan tersebut biasanya juga memerlukan laporan keuangan untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan permohonan pemberian kredit serta masalah-masalah lain yang berhubungan dengan persekutuan.

Masalah yang spesifik dalam persekutuan adalah berhubungan dengan pengukuran modal masing-masing anggota sekutu. Hal ini berhubungan dengan penyertaan (hak) masing-masing anggota didalam persekutuan tersebut.

Hak-hak anggota sekutu diikhtisarkan dalam rekening modal masing-masing anggota yang terdiri dari investasi awal, investasi tambahan dan prive, serta bagian keuantungan atau pembebanan kerugian pada periode tertentu.


(4)

Informasi-informasi yang berhubungan dengan investasi, prive, pembagian laba-rugi serta aktivitas operasi dalam suatu peride merupakan dasar penyusunan laporan keuangan dalam persekutuan.

Pembentukan Persekutuan.

Persekutuan dapat dibentuk dengan menggabungkan perusahaan perseorangan yang sudah berjalan dengan anggota sekutu yang baru dengan cara menyetorkan modalnya, atau dapat juga didirikan perusahaan yang sama sekali baru yang sebelumnya tidak ada (belum berdiri).

a. Pendirian Persekutuan baru.

Catatan akuntansi untuk Pendirian persekutuan baru adalah mencatat investasi masing-masing anggota menjadi harta persekutuan. Investasi awal tersebut dicatat kedalam rekening modal untuk masing-masing anggota.

Contoh 1-1

Eka dan Indra sepakat untuk mendirikan persekutuan dengan investasi awal untuk Eka sebesar Rp 10.000.000 dan Indra sebesar Rp 20.000.000. Catatan akuntansinya adalah :

K a s Rp 20.000.000

Modal Eka Rp 10.000.000

Modal Indra Rp 10.000.000

Jika pendirian persekutuan baru tersebut salah seorang anggota sekutu menginvestasikan tidak dalam bentuk uang tunai, akan tetapi dalam bentuk harta non-kas, maka harta non-kas tersebut dicatat pada nilai wajarnya pada saat investasi dilakukan. Nilai wajar dalam akuntansi dinilai oleh pihak independen, atau berdasarkan kesepakatan masing-masing anggota sekutu.

Contoh 1-2

Eka dan Indra sepakat untuk mendirikan persekutuan dengan investasi awal untuk Eka uang tunai sebesar Rp 10.000.000, sedangkan Indra menginvestasikan Tanah dan bangunan masing-masing untuk tanah harga perolehan sebesar Rp 4.000.000 dan bangunan harga perolehan Rp 6.000.000 (Nilai wajar berdasarkan penilaian Tim Appraisal (Tim penilai) nilai tanah Rp 6.000.000 dan bangunan sebesar Rp 9.000.000). Catatan akuntansinya adalah :

K a s Rp 10.000.000

T a n a h Rp 6.000.000

Bangunan Rp 9.000.000

Modal Eka Rp 10.000.000

Modal Indra Rp 15.000.000

Investasi harta non-kas tersebut dicatat sebesar nilai wajarnya karena seluruh harta yang diinvestasikan ke dalam persekutuan menjadi milik persekutuan. Masalahnya akan berbeda apabila investasi harta non-kas tersebut dicatat sebesar harga perolehannya tidak sebesar nilai wajarnya .

Sebagai bahan diskusi dengan menggunakan contoh tersebut diatas misalnya Investasi dicatat berdasarkan harga perolehan, sedangkan pembagian laba-ruginya dengan perbandingan yang sama, kemudian harta tersebut dijual berdasarkan nilai wajarnya sebesar Rp 15.000.000 (diasumsikan usaha belum berjalan kemudian harta dijual), maka


(5)

catatan akuntansi investasi, penjualan harta, pendistribusian keuntungan penjualan harta dan pembagian kepada masing-masing anggota adalah sbb:

Jurnal Investasi awal.

K a s Rp 10.000.000

T a n a h Rp 4.000.000

Bangunan Rp 6.000.000

Modal Eka Rp 10.000.000

Modal Indra Rp 10.000.000

Jurnal Penjualan harta.

K a s Rp 15.000.000

T a n a h Rp 4.000.000

Bangunan Rp 6.000.000

Laba penjualan tanah

dan bangunan Rp 5.000.000

Jurnal pendistribusian keuntungan dari penjualan tanah dan bangunan.

Laba penjualan tanah dan bangunan Rp 5.000.000

Modal Eka Rp 2.500.000

Modal Indra Rp 2.500.000

Jurnal pembagian kepada para anggota.

Modal Eka Rp 12.500.000

Modal Indra Rp 12.500.000

K a s Rp 25.000.000

Eka menginvestasikan uang kas sebesar Rp 10.000.000 mendapat pengembalian Rp 12.500.000. sedangkan Indra menginvestasikan harta non-kas sebesar nilai wajar Rp 15.000.000, tetapi hanya mendapat pengembalian Rp 12.5000.000 sama dengan Eka, maka akan terjadi pihak-pihak yang diuntungkan dan dirugikan.

Masalah dalam Investasi Awal

Dari gambaran di atas, timbulnya pihak-pihak yang dirugikan dan diuntungkan akan membawa konsekwensi pada pengakuan investasi awal yang berbeda dengan nilai sesungguhnya. Sebagai contoh kasus diatas Eka dan Indra sepakat untuk membagi laba rugi dengan perbandingan yang sama, meskipun Eka menginvestasikan uangnya sebesar Rp 10.000.000 dan Indra sebesar Rp 15.000.000 (nilai wajarnya), maka saldo modal kedua sekutu tersebut harus disesuaikan untuk memenuhi perjanjian tersebut. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kasus tersebut yaitu “Pendekatan Bonus dan Pendekatan Goodwill”.

a. Metode Bonus.

Apabila pendekatan bonus yang digunakan, maka catatan akuntansinya adalah : Jurnal Investasi awal :

K a s Rp 10.000.000

T a n a h Rp 4.000.000

Bangunan Rp 6.000.000

Modal Eka Rp 10.000.000

Modal Indra Rp 10.000.000


(6)

Modal Indra Rp 2.500.000

Modal Eka Rp 2.500.000

b. Metode Goodwill.

Apabila pendekatan goodwill yang digunakan, maka catatan akuntansinya adalah : Jurnal Investasi awal :

K a s Rp 10.000.000

T a n a h Rp 4.000.000

Bangunan Rp 6.000.000

Modal Eka Rp 10.000.000

Modal Indra Rp 10.000.000

Jurnal untuk mencatat Goodwill yang diberikan kepada Eka :

Goodwill Rp 5.000.000

Modal Eka Rp 5.000.000

Kedua pendekatan ini dapat digunakan dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan mana yang lebih rasional dan sesuai dengan asumsi akuntan akan etika kejujuran dan rasional dalam bisnis. Atau yang kedua didasarkan pada kesepakatan masing-masing sekutu untuk menggunakan pendekatan yang mana.

b. Persekutuan didirikan dari Perusahaan Perseorangan yang sudah berdiri.

Persekutuan yang didirikan sebagai pengembangan dari perusahaan perseorangan, maka akan membawa konsekwensi pada penilaian kembali aset-aset perusahaan perseorangan tersebut. Penilaian kembali tersebut akan melibatkan tim penilai (Appraisal) atau berdasarkan kesepakatan diantara masing-masing anggota sekutu yang didasarkan pada nilai wajarnya atau nilai pasarnya. Persoalan lain yang akan timbul didalam pendirian persekutuan ini adalah berhubungan dengan penggunaan catatan akuntansinya. Ada dua metode yang dapat digunakan yaitu : a. Melanjutkan catatan akuntansi perusahaan perseorangan yang sudah berjalan.

b. Membuat catatan akuntansi yang baru.

Sebagai gambaran dari kedua metode diatas dapat kita ambil contoh sbb :

Contoh 1-3.

Sdr Eka dan Indra sepakat untuk mendirikan persekutuan dengan nama CV. “ELMA”. Sdr. Eka telah memiliki perusahaan perseorangan yang sudah berjalan. Sedangkan sdr Indra menanamkan modalnya dalam bentuk uang tunai sebesar Rp 50.000.000.

Adapun neraca perusahaan Eka pada saat masih menjadi perusahaan perseorangan adalah sebagai berikut :

Perusahaan Eka Neraca


(7)

Per 31 Desember 2000

K a s Rp 5.000.000 Hutang dagang Rp 15.000.000

Piutang Rp 12.000.000

Persediaan Rp 8.000.000

T a n a h Rp 15.000.000 Modal Eka Rp 50.000.000 Gedung (Nilai buku) Rp 25.000.000

Total Aktiva Rp 65.000.000 Total Passiva Rp 65.000.000

Perjanjian yang disepakati oleh masing-masing sekutu sehubungan dengan penilain kembali asset sdr Eka adalah sebagai berikut :

1. Piutang yang ada perlu dibentuk cadangan kerugian piutang sebesar 5% dari jumlah piutang yang ada. 2. Persediaan dinilai kembali sebesar Rp 7.100.000

3. Tanah dinilai kembali sebesar Rp 16.500.000 4. Gedung dinilai kembali sebesar Rp 30.000.000.

5. Karena kinerja perusahaan Eka dalam beberapa tahun menguntungkan dan mempunyai prospek dimasa yang akan datang maka sekutu Indra berinisiatif untuk memberikan goodwill kepada sdr Eka yang telah memiliki perusahaan perseorangan tersebut sebesar Rp 10.000.000.

Berdasarkan data diatas, maka catatan akuntansinya dengan menggunakan kedua metode adalah : 1. Melanjutkan catatan akuntansi perusahaan Eka.

a. Mencatat hasil penilaian kembali asset yang dimiliki oleh perusahaan Eka berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

T a n a h Rp 1.500.000

Gedung Rp 5.000.000

Goodwill Rp 10.000.000

Persediaan Rp 900.000

Cad. Kerugian Piutang Rp 600.000

Modal Eka Rp 15.000.000

b. Mencatat investasi sdr Indra.

K a s Rp 50.000.000

Modal Indra Rp 50.000.000

Setelah disusun jurnal seperti tersebut diatas, maka Neraca CV ELMA adalah sebagai berikut :

CV. “ELMA” Neraca Per 02 Januari 2001


(8)

K a s Rp 55.000.000 Hutang dagang Rp 15.000.000 Piutang Rp 12.000.000

Cad. Ker. Piutang Rp 600.000

Piutang Netto Rp 11.400.000 Persediaan Rp 7.100.000

T a n a h Rp 16.500.000 Modal Eka Rp 65.000.000 Gedung (Nilai buku) Rp 30.000.000 Modal Indra Rp 50.000.000 Goodwill Rp 10.000.000

Total Aktiva Rp 130.000.000 Total Passiva Rp 130.000.000

2. Membuat Catatan Akuntansi baru.

a. Mencatat investasi Eka (setelah disesuaikan).

K a s Rp 5.000.000

Piutang dagang Rp 12.000.000

Persediaan Rp 7.100.000

T a n a h Rp 16.500.000

Gedung Rp 30.000.000

Goodwill Rp 10.000.000

Cad. Kerugian Piutang Rp 600.000

Hutang dagang Rp 15.000.000

Modal Eka Rp 65.000.000

c. Mencatat investasi sdr Indra.

K a s Rp 50.000.000

Modal Indra Rp 50.000.000

Setelah disusun jurnal seperti tersebut diatas, maka Neraca CV EI adalah sebagai berikut :

CV. “ELMA” Neraca Per 02 Januari 2001

K a s Rp 55.000.000 Hutang dagang Rp 15.000.000 Piutang Rp 12.000.000

Cad. Ker. Piutang Rp 600.000

Piutang Netto Rp 11.400.000 Persediaan Rp 7.100.000

T a n a h Rp 16.500.000 Modal Eka Rp 65.000.000 Gedung (Nilai buku) Rp 30.000.000 Modal Indra Rp 50.000.000 Goodwill Rp 10.000.000

Total Aktiva Rp 130.000.000 Total Passiva Rp 130.000.000

Jadi dari kedua cara pencatatan akuntansi tersebut diatas akan menghasilkan laporan keuangan (Neraca) yang sama.


(9)

Sebagaimana layaknya perusahaan yang berorientasi untuk mencari keuantungan, ,maka masalah akuntansi yang timbul dalam penyelenggaraan persekutuan tidak banyak berbeda dengan jenis badan usaha yang lain. Hanya saja dalam perhitungan laba/rugi dalam satu periode tertentu, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi harus dipisahkan dari biaya yang dibebankan pada periode yang bersangkutan. Hal ini dilakukan supaya ada pemisahan biaya untuk kepentingan persekutuan atau kepentingan pribadi. Pengambilan uang kas oleh salah satu sekutu harus diperlakukan sebagai pengurang modal sekutu yang bersangkutan. Atau apabila ada penambahan modal (investasi) dari salah satu sekutu harus diperlakukan sebagai penambah modal sekutu yang bersangkutan.

Masalah Pembagian Laba-rugi Persekutuan

Pembagian laba-rugi persekutuan dapat menggunakan berbagai macam cara. Cara yang digunakan tentunya didasarkan pada hasil kesepakatan para sekutu pada saat pendirian. Apabila tidak diatur secara spesifik maka pembagiannya dilakukan dengan perbandingan yang sama. Terdapat banyak cara pembagian laba-rugi yang dapat digunakan oleh persekutuan. Dasar pembagian laba-rugi tersebut harus dinyatakan didalam perjanjian persekutuan. Adapun cara-cara pembagian laba-rugi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dibagi sama.

2. Dibagi berdasarkan perbandingan sesuai dengan perjanjian. 3. Dibagi berdasarkan perbandingan modal.

a. Didasarkan pada perbandingan modal awal b. Didasarkan pada perbandingan modal akhir c. Didasarkan pada perbandingan modal rata-rata

4. Dibagi berdasarkan bunga modal, saldonya dibagikan dengan perbandingan tertentu.

5. Mula-mula diperhitungkan gaji kepada sekutu yang aktif dan atau bonus, sisanya dibagikan sesuai dengan perbandingan tertentu.

6. Mula-mula diperhitungkan bunga modal, gaji kepada sekutu yang aktif atau bonus untuk anggota tertentu, baru sisanya dibagi sesuai dengan perbandingan tertentu.

7. Atau pembagian yang lain.

Contoh 1-4.

Sdr Sri dan Wulan sepakat untuk mendirikan persekutan dengan Nama CV “Purnama”. Setoran modal masing-masing sekutu dan prive dalam satu periode akuntansi adalah sebagai berikut :

Tanggal Modal Sri Modal Wulan

2 Januari 2001 Rp 10.000.000 Rp 15.000.000

1 April 2001 Rp 5.000.000

-30 Juli 2001 Rp 10.000.000 Rp 15.000.000

1 Oktober 2001 Rp (5.000.000) *)

-Jumlah Rp 20.000.000 Rp 30.000.000


(10)

Selama tahun 2001 persekutuan memperoleh keuntungan bersih setelah dikurangi pajak sebesar Rp 10.000.000 yang akan dibagi dengan ketentuan sbb :

1. Laba rugi dibagi sama.

Apabila laba-rugi dibagi sama, maka perhitungan pembagiannya untuk masing-masing sekutu adalah : ½ x Rp 10.000.000 = Rp 5.000.000

Jadi masing-masing sekutu memperoleh pembagian keuntungan sebesar Rp 5.000.000 yang akan dikreditkan sebagai penambah modalnya.

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 5.000.000

Modal Wulan Rp 5.000.000

2. Laba-rugi dibagi berdasarkan perbandingan 2 : 3 atau (40% : 60%).

Perhitungan pembagian laba-rugi untuk masing-masing sekutu adalah : Untuk Sdr Sri = 2/5 x Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000

Untuk sdr Wulan = 3/5 x Rp 10.000.000 = Rp 6.000.000

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 4.000.000

Modal Wulan Rp 6.000.000

3. Laba-rugi dibagi berdasarkan perbandingan modal. a. Didasarkan pada perbandingan modal awal

Perhitungan pembagian laba-rugi untuk masing-masing anggota sekutu adalah : Untuk sdr Sri 10/25 x Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000

Untuk sdr Wulan 15/25 x Rp 10.000.000 = Rp 6.000.000

Keterangan : 10/25 adalah perbandingan dari modal awal Sri 10.000.000 dengan total modal 10.000.000 + 15.000.000 = 25.000.000, sedangkan 15/25 adalah perbandingan modal awal Wulan sebesar 15.000.000 dengan total modal 25.000.000.

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 4.000.000

Modal Wulan Rp 6.000.000

b. Didasarkan pada perbandingan modal akhir

Perhitungan pembagian laba-rugi untuk masing-masing anggota sekutu adalah : Untuk sdr Sri 20/50 x Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000

Untuk sdr Wulan 30/50 x Rp 10.000.000 = Rp 6.000.000

Keterangan : 20/50 adalah perbandingan modal akhir sri Rp 20.000.000 dengan total modal akhir sri dan wulan Rp 50.000.000, sedangkan 30/50 adalah perbandingan modal akhir wulan dengan total modal akhir periode. Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :


(11)

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 4.000.000

Modal Wulan Rp 6.000.000

c. Didasarkan pada perbandingan modal rata-rata.

Perhitungan pembagian laba-rugi dengan perbandingan modal rata-rata adalah sebagai berikut :

Nama

sekutu TanggalMutasi Investasi(Prive) JumlahModal JangkaWaktu Jumlah modal dlmwaktu ybs Sri 2 Januari 2001

1 April 2001 30 Juli 2001 1 Oktober 2001

Rp 10.000.000 Rp 5.000.000 Rp 10.000.000 (Rp 5.000.000) Rp 10.000.000 Rp 15.000.000 Rp 25.000.000 Rp 20.000.000 3 bulan 4 bulan 2 bulan 3 bulan 30.000.000 60.000.000 50.000.000 60.000.000 J u m l a h 200.000.000 Wulan 2 Januari 2001

30 Juli 2001 Rp 15.000.000Rp 15.000.000 Rp 15.000.000Rp 30.000.000 7 bulan5 bulan 105.000.000150.000.000 J u m l a h 255.000.000

Perhitungan pembagian laba-rugi untuk masing-masing anggota sekutu adalah Untuk sdr Sri 200/455 x Rp 10.000.000 = Rp 4.395.600 (pembulatan)

Untuk sdr Wulan 255/455 x Rp 10.000.000 = Rp 5.604.400 (pembulatan)

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 4.395.600

Modal Wulan Rp 5.604.400

4. Laba-rugi dibagi berdasarkan bunga modal sebesar 12%, saldonya dibagikan dengan perbandingan 2 : 3.

Perhitungan pembagian laba-rugi berdasarkan bunga modal dapat dilakukan dengan dua cara :

Cara pertama :

Yaitu dengan cara mengalikan jumlah setoran modal terhadap lamanya modal tersebut mengendap diperusahaan (dalam bulan) dibagi dengan 12 (bulan) kemudian dikalikan dengan tingkat bunga.

Untuk sdr Sri = Rp 10.000.000 x 12/12 x 12% = Rp 1.200.000 Rp 5.000.000 x 9/12 x 12% = Rp 450.000 Rp 10.000.000 x 5/12 x 12% = Rp 500.000 Rp 2.150.000 Dikurangi Rp 5.000.000 x 3/12 x 12% = Rp 150.000

J u m l a h Rp 2.000.000

Untuk sdr Wulan = Rp 15.000.000 x 12/12 x 12% = Rp 1.800.000 Rp 15.000.000 x 5/12 x 12% = Rp 750.000

J u m l a h Rp 2.550.000

Cara Kedua :

Yaitu dengan cara membagi jumlah modal rata-rata dengan 12 (bulan) dikalikan dengan tingkat suku bunga. Untuk sdr Sri = 200.000.000/12 x 12% = 2.000.000


(12)

Jadi dari kedua cara tersebut menghasilkan perhitungan yang sama untuk pembagian laba-ruginya. Sedangkan sisanya dari keuntungan sebesar Rp 10.000.000 dikurangi dengan bunga sebesar Rp 4.550.000 adalah 5.450.000 dibagi dengan perbandingan pembagian 2 : 3.

Untuk sdr Sri = 2/5 x Rp 5.450.000 = 2.180.000 Untuk sdr Wulan = 3/5 x Rp 5.450.000 = 3.270.000 Sehingga pembagian laba-rugi untuk masing-masing sekutu adalah :

Untuk sdr Sri = Rp 2.000.000 + 2.180.000 = 4.180.000 Untuk sdr Wulan = Rp 2.550.000 + 3.270.000 = 5.820.000

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah : Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 4.180.000

Modal Wulan Rp 5.820.000

5. Pembagian laba-rugi mula-mula diperhitungkan gaji kepada sekutu yang aktif. Karena yang aktif sdr Sri, maka Sdr Sri setiap bulannya mendapatkan gaji sebesar Rp 300.000 dan sisanya dibagikan dengan perbandingan 2 : 3. Laba Rp 10.000.000 dikurangi gaji sdr Sri Rp 3.600.000 = Sisa Rp 6.400.000

Untuk sdr Sri = Rp 300.000 x 12 = Rp 3.600.000 = Rp 6.400.000 x 2/5 = Rp 2.560.000 J u m l a h Rp 6.160.000 Untuk sdr Wulan = Rp 6.400.000 x 3/5 = Rp 3.840.000

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 6.160.000

Modal Wulan Rp 3.840.000

6. Pembagian laba-rugi mula-mula diperhitungkan bunga modal sebesar 12%, gaji kepada sdr Sri sebesar Rp 300.000 tiap bulan, baru sisanya dibagi dengan perbandingan 2 :3.

Perhitungan bunga modal dan gaji penyelesaiannya seperti contoh diatas. Sisa keuntungan sebesar Rp 1.850.000 diperoleh dari 10.000.000 dikurangi bunga modal 4.550.000 dan gaji 3.600.000.

Untuk sdr Sri = bunga modal Rp 2.000.000

G a j I Rp 3.600.000

Pembagian sisa 2/5 X Rp 1.850.000 Rp 740.000 J u m l a h Rp 6.340.000 Untuk sdr Wulan = bunga modal Rp 2.550.000

Pembagian sisa 3/5 x 1.850.000 Rp 1.110.000 J u m l a h Rp 3.660.000

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 6.340.000

Modal Wulan Rp 3.660.000


(13)

Secara teoritis gaji pemilik dalam satu periode akuntansi adalah sebagai beban bagi persekutuan dan bukan pembagian laba-rugi. Gaji pemilik adalah beban yang terjadi atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

Untuk kepentingan perusahaan alangkah baiknya apabila gaji pemilik diperlakukan sebagai beban usaha. Karena dengan perlakuan yang konsisten dan sesuai, maka informasi laba-rugi akan lebih bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu perlakukan pembagian laba-rugi harus ditegaskan didalam perjanjian. Hal ini penting karena untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat. Apakah pemberian gaji itu merupakan beban atau sebagai pembagian laba rugi.

Latihan soal

1.1

Yudi , Ima dan Rini sepakat mendirikan persekutuan dengan nama CV Pelangi yang bergerak dalam bidang industri makanan ringan dengan modal masing-masing Rp 30.000, Rp 40.000 dan Rp 60.000 dengan pembagian laba rugi sesuai dengan perbandingan modal. Ketiganya sepakat untuk meminta bantuan konsultan dalam kepentingan pengurusan surat ijin pendirian CV Pelangi tersebut. Dengan data diatas seandainya saudara sebagai konsultannya maka bagaimana penyelesaian pengurusan surat ijin pendirian CV Pelangi tersebut. Apabila data diatas kurang lengkap maka saudara diminta untuk menambahi sesuai dengan kebutuhan persyaratan yang harus dicantumkan dalam pendirian sebuah persekutuan.

1.2

Eka dan Indra adalah sekutu yang pada tanggal 2 Januari 2000 mempunyai saldo modal masing masing Rp 100.000 dan Rp 150.000 . Dalam perjanjian pembagian laba rugi persekutuan menyebutkan bahwa masing-masing sekutu akan mendapatkan bunga sebesar 20% dari saldo modal awal, Eka mendapatkan gaji bulanan sebesar Rp 2.000 tiap bulan dan sisa laba dibagi sama rata.

Diminta : susun skedul pembagian laba-rugi apabila dalam tahun 2000 mendapatkan keuntungan setelah pajak sebesar Rp 90.000

1.3

CV PMU didirikan pada tanggal 2 Januari 2002 yang berusaha dibidang industri keramik.

Dalam tahun pertama operasionalnya memperoleh laba bersih setelah pajak sebesar Rp

10.000.000. CV PMU dimiliki oleh AMIR dan BUDI. Mutasi modal kedua anggota sekutu

tersebut adalah sebagai berikut :

Mutasi Kredit

AMIR

BUDI

1 Januari 2002 Investasi awal Rp 22.000.000 Rp 15.000.000

1 Maret 2002 Tambahan investasi Rp 2.500.000

-15 Agust 2002 Tambahan Invest

-

Rp 5.000.000

Mutasi Debit

AMIR

BUDI

1 Apil 2002 Penarikan

Rp 2.000.000

-1 Juli 2002 Penarikan

-

Rp 2.500.000

Diminta :

Dengan menggunakan ketentuan pembagian laba/rugi dibawah ini, buatlah jurnal

pembagian laba-rugi tahun buku 2002 (lampirkan perhitungannya).

a. Laba rugi dibagi sama.


(14)

c. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal akhir

d. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal rata-rata.

e. Sebagai sekutu pengelola maka AMIR mendapatkan bonus sebesar 10% dari laba

bersih setelah pajak, setelah itu baru dibagi dengan perbandingan 6 : 4.

1.4

Helmi dan Wildan pada tanggal 1 April 2000 mendirikan persekutuan dengan investasi

masing-masing sebesar Rp 100.000 dan Rp 150.000. Disepakati bahwa Helmi sebagai

sekutu pengelola dengan menerima gaji Rp 5.000 per bulan. Disamping menerima gaji

Helmi sebagai sekutu pengelola juga mendapatkan bonus 5% dari laba bersih setelah pajak,

sisa laba dibagi sesuai dengan perbandingan modal awal. Neraca saldo sebelum

penyesuaian per 31 Desember 2000 menunjukkan saldo sebagai berikut:

K a s

Rp 150.000

Piutang dagang

Rp 200.000

Inventaris Kantor

Rp 30.000

Pembelian

Rp 300.000

Retur penjualan

Rp 20.000

Biaya usaha

Rp 65.000

Prive Helmi

Rp 35.000

Hutang dagang

Rp 50.000

Penjualan

Rp 500.000

Modal Helmi

Rp 100.000

Modal Wildan

Rp 150.000

Data penyesuaian : Persediaan digudang sebesar Rp 40.000, pajak yang harus dibayar sebesar

Rp 20.000 dan biaya-biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp 10.000. Penyusutan inventaris

sebesar 20% per tahun.

Diminta :

1. Jurnal penyesuaian

2. Susunlah laporan keuangan (Laba rugi dan Neraca) per dan untuk tahun yang berakhir 31

Desember 2000.


(15)

1.5

Pada tanggal 2 April 2012 Agus dan Rini sepakat untuk mendirikan persekutuan dengan nama

CV PRIMA. Agus telah mempunyai usaha yang sudah berjalan 3 tahun yang lalu dan Rini akan

menanamkan modalnya berupa uang tunai sebesar Rp

15.000.000 dan bangunan yang

bernilai wajar Rp 30.000.000. Neraca usaha Agus sebelum pendirian CV PRIMA menunjukkan

data sebagai berikut :

Perusahaan AGUS

N E R A C A Per 1 April 2012

K a s

Rp 5.000.000

Hutang dagang

Rp 8.000.000

Piutang Usaha

Rp 20.000.000

Hutang Bank

Rp 42.000.000

Persediaan

Rp 30.000.000

Peralatan

Rp 15.000.000

Modal Agus

Rp 20.000.000

Total aktivaRp 70.000.000 Total Passiva

Rp 70.000.000

Dalam pendirian CV PRIMA disepakati untuk menilai kembali asset yang dimiliki oleh AGUS.

Hasil penilaian asset perusahaan agus adalah sebagai berikut :

1. Kas riil sebesar Rp 5.000.000, piutang riil Rp 20.000.000

2. Persediaan dinilai kembali sesuai dengan nilai wajarnya sekarang sebesar Rp 32.200.000.

3. Peralatan dinilai berdasarkan nilai wajar sebesar Rp 12.000.000.

4. Kepada Rini diberikan bonus sebesar Rp 5.000.000

5. Bunga bank belum dibayar saat pendirian CV PRIMA sebesar Rp 2.000.000


(16)

1.6

Pada tanggal 2 Januari 2003 Manto dan Mimin sepakat untuk mendirikan

persekutuan dengan nama CV APEL PRIMA. Sebelum pendirian kedua

orang tersebut telah memiliki usaha perseorangan. Neraca kedua usaha

tersebut menunjukkan data sebagai berikut :

N E R A C A

Per 2 Januari 2003

MANTO

MIMIN

K a s

Rp 5.000.000

Rp 3.000.000

Piutang dagang

Rp 8.000.000

Rp 4.000.000

Persediaan

Rp 17.000.000

Rp 13.000.000

Aktiva tetap lainnya

Rp 50.000.000

Rp 20.000.000

Total Aktiva

Rp 80.000.000

Rp 40.000.000

Hutang dagang

Rp 20.000.000

Rp 10.000.000

Modal

Rp 60.000.000

Rp 30.000.000

Total Passiva

Rp 80.000.000

Rp 40.000.000

Sebelum penggabungan kedua orang tersebut sepakat untuk menilai

kembali asset-asset yang dimiliki. Hasil kesepakatan tersebut adalah :

1. Persediaan Manto dinilai kembali sebesar Rp 15.000.000

2. Kedua saldo piutang dagang perlu dibentuk cadangan kerugian piutang

sebesar 5% dari saldo piutang.

3. Karena kebutuhan pribadi Mimin, maka ia menarik uang tunainya

sebesar Rp 2.000.000.

4. Manto diberikan goodwill sebesar Rp 5.000.000.

Untuk kepentingan pembukuan,

maka disepakti untuk (1) melanjutkan

pembukuan Manto, (2) membuat catatan akuntansi baru.


(17)

a. Jurnal penyesuaian dan pembentukan CV.

b. Neraca CV APEL PRIMA per 2 Januari 2003.


(1)

Jadi dari kedua cara tersebut menghasilkan perhitungan yang sama untuk pembagian laba-ruginya. Sedangkan sisanya dari keuntungan sebesar Rp 10.000.000 dikurangi dengan bunga sebesar Rp 4.550.000 adalah 5.450.000 dibagi dengan perbandingan pembagian 2 : 3.

Untuk sdr Sri = 2/5 x Rp 5.450.000 = 2.180.000 Untuk sdr Wulan = 3/5 x Rp 5.450.000 = 3.270.000 Sehingga pembagian laba-rugi untuk masing-masing sekutu adalah :

Untuk sdr Sri = Rp 2.000.000 + 2.180.000 = 4.180.000 Untuk sdr Wulan = Rp 2.550.000 + 3.270.000 = 5.820.000

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 4.180.000

Modal Wulan Rp 5.820.000

5. Pembagian laba-rugi mula-mula diperhitungkan gaji kepada sekutu yang aktif. Karena yang aktif sdr Sri, maka Sdr Sri setiap bulannya mendapatkan gaji sebesar Rp 300.000 dan sisanya dibagikan dengan perbandingan 2 : 3. Laba Rp 10.000.000 dikurangi gaji sdr Sri Rp 3.600.000 = Sisa Rp 6.400.000

Untuk sdr Sri = Rp 300.000 x 12 = Rp 3.600.000 = Rp 6.400.000 x 2/5 = Rp 2.560.000 J u m l a h Rp 6.160.000 Untuk sdr Wulan = Rp 6.400.000 x 3/5 = Rp 3.840.000

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 6.160.000

Modal Wulan Rp 3.840.000

6. Pembagian laba-rugi mula-mula diperhitungkan bunga modal sebesar 12%, gaji kepada sdr Sri sebesar Rp 300.000 tiap bulan, baru sisanya dibagi dengan perbandingan 2 :3.

Perhitungan bunga modal dan gaji penyelesaiannya seperti contoh diatas. Sisa keuntungan sebesar Rp 1.850.000 diperoleh dari 10.000.000 dikurangi bunga modal 4.550.000 dan gaji 3.600.000.

Untuk sdr Sri = bunga modal Rp 2.000.000

G a j I Rp 3.600.000

Pembagian sisa 2/5 X Rp 1.850.000 Rp 740.000

J u m l a h Rp 6.340.000

Untuk sdr Wulan = bunga modal Rp 2.550.000

Pembagian sisa 3/5 x 1.850.000 Rp 1.110.000

J u m l a h Rp 3.660.000

Jurnal yang dibuat untuk mengalokasikan pembagian keuntungan tersebut adalah :

Ikhtisar Laba-rugi Rp 10.000.000

Modal Sri Rp 6.340.000

Modal Wulan Rp 3.660.000


(2)

Secara teoritis gaji pemilik dalam satu periode akuntansi adalah sebagai beban bagi persekutuan dan bukan pembagian laba-rugi. Gaji pemilik adalah beban yang terjadi atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

Untuk kepentingan perusahaan alangkah baiknya apabila gaji pemilik diperlakukan sebagai beban usaha. Karena dengan perlakuan yang konsisten dan sesuai, maka informasi laba-rugi akan lebih bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu perlakukan pembagian laba-rugi harus ditegaskan didalam perjanjian. Hal ini penting karena untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat. Apakah pemberian gaji itu merupakan beban atau sebagai pembagian laba rugi.

Latihan soal

1.1

Yudi , Ima dan Rini sepakat mendirikan persekutuan dengan nama CV Pelangi yang bergerak dalam bidang industri makanan ringan dengan modal masing-masing Rp 30.000, Rp 40.000 dan Rp 60.000 dengan pembagian laba rugi sesuai dengan perbandingan modal. Ketiganya sepakat untuk meminta bantuan konsultan dalam kepentingan pengurusan surat ijin pendirian CV Pelangi tersebut. Dengan data diatas seandainya saudara sebagai konsultannya maka bagaimana penyelesaian pengurusan surat ijin pendirian CV Pelangi tersebut. Apabila data diatas kurang lengkap maka saudara diminta untuk menambahi sesuai dengan kebutuhan persyaratan yang harus dicantumkan dalam pendirian sebuah persekutuan.

1.2

Eka dan Indra adalah sekutu yang pada tanggal 2 Januari 2000 mempunyai saldo modal masing masing Rp 100.000 dan Rp 150.000 . Dalam perjanjian pembagian laba rugi persekutuan menyebutkan bahwa masing-masing sekutu akan mendapatkan bunga sebesar 20% dari saldo modal awal, Eka mendapatkan gaji bulanan sebesar Rp 2.000 tiap bulan dan sisa laba dibagi sama rata.

Diminta : susun skedul pembagian laba-rugi apabila dalam tahun 2000 mendapatkan keuntungan setelah pajak sebesar Rp 90.000

1.3

CV PMU didirikan pada tanggal 2 Januari 2002 yang berusaha dibidang industri keramik.

Dalam tahun pertama operasionalnya memperoleh laba bersih setelah pajak sebesar Rp

10.000.000. CV PMU dimiliki oleh AMIR dan BUDI. Mutasi modal kedua anggota sekutu

tersebut adalah sebagai berikut :

Mutasi Kredit

AMIR

BUDI

1 Januari 2002 Investasi awal Rp 22.000.000 Rp 15.000.000

1 Maret 2002 Tambahan investasi Rp 2.500.000

-15 Agust 2002 Tambahan Invest

-

Rp 5.000.000

Mutasi Debit

AMIR

BUDI

1 Apil 2002 Penarikan

Rp 2.000.000

-1 Juli 2002 Penarikan

-

Rp 2.500.000

Diminta :

Dengan menggunakan ketentuan pembagian laba/rugi dibawah ini, buatlah jurnal

pembagian laba-rugi tahun buku 2002 (lampirkan perhitungannya).


(3)

c. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal akhir

d. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal rata-rata.

e. Sebagai sekutu pengelola maka AMIR mendapatkan bonus sebesar 10% dari laba

bersih setelah pajak, setelah itu baru dibagi dengan perbandingan 6 : 4.

1.4

Helmi dan Wildan pada tanggal 1 April 2000 mendirikan persekutuan dengan investasi

masing-masing sebesar Rp 100.000 dan Rp 150.000. Disepakati bahwa Helmi sebagai

sekutu pengelola dengan menerima gaji Rp 5.000 per bulan. Disamping menerima gaji

Helmi sebagai sekutu pengelola juga mendapatkan bonus 5% dari laba bersih setelah pajak,

sisa laba dibagi sesuai dengan perbandingan modal awal. Neraca saldo sebelum

penyesuaian per 31 Desember 2000 menunjukkan saldo sebagai berikut:

K a s

Rp 150.000

Piutang dagang

Rp 200.000

Inventaris Kantor

Rp 30.000

Pembelian

Rp 300.000

Retur penjualan

Rp 20.000

Biaya usaha

Rp 65.000

Prive Helmi

Rp 35.000

Hutang dagang

Rp 50.000

Penjualan

Rp 500.000

Modal Helmi

Rp 100.000

Modal Wildan

Rp 150.000

Data penyesuaian : Persediaan digudang sebesar Rp 40.000, pajak yang harus dibayar sebesar

Rp 20.000 dan biaya-biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp 10.000. Penyusutan inventaris

sebesar 20% per tahun.

Diminta :

1. Jurnal penyesuaian

2. Susunlah laporan keuangan (Laba rugi dan Neraca) per dan untuk tahun yang berakhir 31

Desember 2000.


(4)

1.5

Pada tanggal 2 April 2012 Agus dan Rini sepakat untuk mendirikan persekutuan dengan nama

CV PRIMA. Agus telah mempunyai usaha yang sudah berjalan 3 tahun yang lalu dan Rini akan

menanamkan modalnya berupa uang tunai sebesar Rp

15.000.000 dan bangunan yang

bernilai wajar Rp 30.000.000. Neraca usaha Agus sebelum pendirian CV PRIMA menunjukkan

data sebagai berikut :

Perusahaan AGUS

N E R A C A Per 1 April 2012

K a s

Rp 5.000.000

Hutang dagang

Rp 8.000.000

Piutang Usaha

Rp 20.000.000

Hutang Bank

Rp 42.000.000

Persediaan

Rp 30.000.000

Peralatan

Rp 15.000.000

Modal Agus

Rp 20.000.000

Total aktivaRp 70.000.000 Total Passiva

Rp 70.000.000

Dalam pendirian CV PRIMA disepakati untuk menilai kembali asset yang dimiliki oleh AGUS.

Hasil penilaian asset perusahaan agus adalah sebagai berikut :

1. Kas riil sebesar Rp 5.000.000, piutang riil Rp 20.000.000

2. Persediaan dinilai kembali sesuai dengan nilai wajarnya sekarang sebesar Rp 32.200.000.

3. Peralatan dinilai berdasarkan nilai wajar sebesar Rp 12.000.000.

4. Kepada Rini diberikan bonus sebesar Rp 5.000.000

5. Bunga bank belum dibayar saat pendirian CV PRIMA sebesar Rp 2.000.000


(5)

1.6

Pada tanggal 2 Januari 2003 Manto dan Mimin sepakat untuk mendirikan

persekutuan dengan nama CV APEL PRIMA. Sebelum pendirian kedua

orang tersebut telah memiliki usaha perseorangan. Neraca kedua usaha

tersebut menunjukkan data sebagai berikut :

N E R A C A

Per 2 Januari 2003

MANTO

MIMIN

K a s

Rp 5.000.000

Rp 3.000.000

Piutang dagang

Rp 8.000.000

Rp 4.000.000

Persediaan

Rp 17.000.000

Rp 13.000.000

Aktiva tetap lainnya

Rp 50.000.000

Rp 20.000.000

Total Aktiva

Rp 80.000.000

Rp 40.000.000

Hutang dagang

Rp 20.000.000

Rp 10.000.000

Modal

Rp 60.000.000

Rp 30.000.000

Total Passiva

Rp 80.000.000

Rp 40.000.000

Sebelum penggabungan kedua orang tersebut sepakat untuk menilai

kembali asset-asset yang dimiliki. Hasil kesepakatan tersebut adalah :

1. Persediaan Manto dinilai kembali sebesar Rp 15.000.000

2. Kedua saldo piutang dagang perlu dibentuk cadangan kerugian piutang

sebesar 5% dari saldo piutang.

3. Karena kebutuhan pribadi Mimin, maka ia menarik uang tunainya

sebesar Rp 2.000.000.

4. Manto diberikan goodwill sebesar Rp 5.000.000.

Untuk kepentingan pembukuan,

maka disepakti untuk (1) melanjutkan

pembukuan Manto, (2) membuat catatan akuntansi baru.


(6)

a. Jurnal penyesuaian dan pembentukan CV.

b. Neraca CV APEL PRIMA per 2 Januari 2003.