BAHASA ARAB DASAR

(1)

BAHASA ARAB DASAR

Ilmu Nahwu dan Shorof


(2)

Daftar Isi

Daftar Isi

... 1

Keutamaan Bahasa Arab

... 5

Pendahuluan

... 9

Bahasa Arab Dasar 1: Nahwu Shorof

... 9

Bahasa Arab Dasar 2: Al-Harfu (Huruf)

... 10

Bahasa Arab Dasar 3: Kalimah

... 11

Bahasa Arab Dasar 5: Ciri-Ciri Fi'il

... 12

Bahasa Arab Dasar 6: Catatan Beda Isim Fi'il

... 13

Bahasa Arab Dasar 7: Idhofah

... 13

Bahasa Arab Dasar 8: Jumlah Mufidah

... 14

Bahasa Arab Dasar 9: Syibhul Jumlah

... 15

Bahasa Arab Dasar 10: Isim Mufrod Dan Mutsanna

... 15

Bahasa Arab Dasar 11: Isim Jamak

... 17

Bahasa Arab Dasar 12: Ketentuan Jamak

... 18

Bahasa Arab Dasar 13: Isim Mudzakkar dan Muannats

... 19

Bahasa Arab Dasar 14: Tanda-Tanda Isim Muannats

... 20

Bahasa Arab Dasar 15: Isim Ma'rifat dan Nakirah

... 22

Bahasa Arab Dasar 16: Pembagian Isim Ditinjau Dari Sisi Bangunan Akhirnya

... 23

Bahasa Arab Dasar 17: Dhomir (Kata Ganti Orang)

... 25

Bahasa Arab Dasar 19: Isim Isyaroh dan Isim Maushul

... 27

Bahasa Arab Dasar 20: Isim Mu'rob Dan Isim Mabni

... 28

Bahasa Arab Dasar 21: Isim Mabni

... 28

Bahasa Arab Dasar 22: Asmaul Khomsah

... 30

Bahasa Arab Dasar 23: Ciri-Ciri I'robnya Isim

... 30

Bahasa Arab Dasar 24: Pembagian Fi'il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya

... 31

Bahasa Arab Dasar 25: Tashrif Lughowi Fi'il Madhi

... 32

Bahasa Arab Dasar 26: Tashrif Lughowi Fi'il Mudhori'

... 34

Bahasa Arab Dasar 27: Tashrif Lugh

owi Fi’il Amr

... 35

Bahasa Arab Dasar 28: Huruf Mudhoro'ah

... 36


(3)

Bahasa Arab Dasar 30: Pembentukan Fi'il Majhul

... 37

Bahasa Arab Dasar 31: Pembagian Fi'il Di Tinjau Dari Objeknya

... 38

Bahasa Arab Dasar 32: Fi'il Mu'rob Dan Fi'il Mabni

... 39

Bahasa Arab Dasar 33: Fi'il Mabni

... 40

Bahasa Arab Dasar 34: Pembagian Fi'il Mudhori'

... 41

Bahasa Arab Dasar 35: Fi'il Al-Af'alul Khomsah

... 42

Bahasa Arab Dasar 36: Ciri-Ciri I'rob Fi'il

... 43

Bahasa Arab Dasar 37: Amil-Amil Pada Fi'il

... 44

Bahasa Arab Dasar 38: Adawatul Jazimah

... 45

Bahasa Arab Dasar 39: Macam-Macam Laa

... 47

Bahasa Arab Dasar 40: Macam-Macam Lam

... 48

Bahasa Arab Dasar 41: Marfu'atul Asma

... 49

Bahasa Arab Dasar 42: Fa'il

... 50

Bahasa Arab Dasar 43: Catatan Fa'il

... 51

Bahasa Arab Dasar 44: Macam-Macam Fail

... 52

Bahasa Arab Dasar 45: Fa'il Berbentuk Dhomir Dari Fi'il Madhi

... 53

Bahasa Arab Dasar 46: Fa'il Berbentuk Dhomir Dari Fi'il Mudhori

... 54

Bahasa Arab Dasar 47: Fa'il Berbentuk Dhomir Dari Fi'il Amr

... 55

Bahasa Arab Dasar 48: Catatan Macam-Macam Fa'il

... 56

Bahasa Arab Dasar 49: Naibul Fa'il

... 56

Bahasa Arab Dasar 50: Catatan Naibul Fa'il

... 58

Bahasa Arab Dasar 51: Mubtada Khobar

... 59

Bahasa Arab Dasar 52: Macam-macam Mubtada

... 60

Bahasa Arab Dasar 53: Macam-Macam Khobar

... 61

Bahasa Arab Dasar 54: Catatan Mubtada Khobar

... 62

Bahasa Arab Dasar 55: Isim Kana Dan Saudari-Saudarinya

... 63

Bahasa Arab Dasar 56: Isim Kaana

... 63

Bahasa Arab Dasar 57: Saudari-Saudari Kaana

... 64

Bahasa Arab Dasar 58: Khobar Kaana

... 65

Bahasa Arab Dasar 59: Catatan Kaana

... 66

Bahasa Arab Dasar 60: Khobar Inna Dan Saudari-Saudarinya

... 66

Bahasa Arab Dasar 61: Saudari-Saudari Inna

... 67


(4)

Bahasa Arab Dasar 63: Macam-Macam Isim Inna

... 68

Bahasa Arab Dasar 64: Pembagian Khobar Inna

... 69

Bahasa Arab Dasar 65: Catatan Khobar Inna

... 70

Bahasa Arab Dasar 66: Tabi' Dan Tawabi'

... 71

Bahasa Arab Dasar 67: Na'at Man'ut

... 71

Bahasa Arab Dasar 68: Faidah Tambahan Na'at Man'ut

... 72

Bahasa Arab Dasar 69: 'Athaf Ma'thuf

... 73

Bahasa Arab Dasar 70: Macam-Macam Huruf 'Athaf

... 73

Bahasa Arab Dasar 71: Taukid

... 74

Bahasa Arab Dasar 72: Lafazh-Lafazh Taukid

... 75

Bahasa Arab Dasar 73: Faidah Tambahan Taukid

... 76

Bahasa Arab Dasar 74: Badal

... 76

Bahasa Arab Dasar 75: Macam-Macam Badal

... 76

Bahasa Arab Dasar 76: Catatan Badal

... 77

Bahasa Arab Dasar 77: Catatan Khusus Badal

... 78

Bahasa Arab Dasar 78: Manshubatul Asma

Maf'ul Bih

... 78

Bahasa Arab Dasar 79: Macam-Macam Maf'ul Bih

... 79

Bahasa Arab Dasar 80: Letak-Letak Maf'ul Bih Dalam Struktur Kalimat

... 79

Bahasa Arab Dasar 81: Catatan Maf'ul Bih

... 80

Bahasa Arab Dasar 82: Maf'ul Fih (Zhorof)

... 81

Bahasa Arab Dasar 83: Macam-Macam Zhorof

... 82

Bahasa Arab Dasar 84: Catatan Zhorof

... 83

Bahasa Arab Dasar 85: Maf'ul Liajlih

... 83

Bahasa Arab Dasar 86: Maf'ul Muthlaq

... 84

Bahasa Arab Dasar 87: Ketentuan-Ketentuan Maf'ul Muthlaq

... 85

Bahasa Arab Dasar 88: Maf'ul Ma'ah

... 85

Bahasa Arab Dasar 89: Perbedaan Wau Ma'iyyah Dan Wau Athaf

... 86

Bahasa Arab Dasar 90: Hal

... 86

Bahasa Arab Dasar 91: Ketentuan-Ketentuan Hal

... 87

Bahasa Arab Dasar 92: Macam-Macam Hal

... 87

Bahasa Arab Dasar 93: Faidah Hal

... 88

Bahasa Arab Dasar 94: Tamyiz

... 89


(5)

Bahasa Arab Dasar 96: Mumayyaz Malhuzh

... 90

Bahasa Arab Dasar 97: Tamyiz 'Adad

... 91

Bahasa Arab Dasar 98: Hukum 'Adad Ma'dud

... 91

Bahasa Arab Dasar 99: Rumus Hapal 'Adad Ma'dud

... 92

Bahasa Arab Dasar 100: Mustatsna

... 93

Bahasa Arab Dasar 101: Hukum Mustatsna Dengan Illa

... 93

Bahasa Arab Dasar 102: Hukum Mustatsna Dengan Ghoir Dan Siwa

... 94

Bahasa Arab Dasar 103: Hukum Mustatsna Dengan Khola, 'Ada Dan Hasya

... 95

Bahasa Arab Dasar 104: Khobar Kana

... 95

Bahasa Arab Dasar 105: Isim Inna

... 95

Bahasa Arab Dasar 106: Munada

... 96

Bahasa Arab Dasar 107: Macam-Macam Munada

Manshub

... 97

Bahasa Arab Dasar 108: Macam-Macam Munada

Mabni

... 98

Bahasa Arab Dasar 109: Beda Munada Maqshudah Ghoiru Maqshudah

... 98

Bahasa Arab Dasar 110: Munada Dengan Alif Lam

... 99

Bahasa Arab Dasar 111: Faidah Munada

... 99

Bahasa Arab Dasar 112: Tawabi Dari Isim Manshub

... 100

Bahasa Arab Dasar 113: Majruratul Asma Huruf Jer

... 101

Bahasa Arab Dasar 114: Contoh Penggunaan Huruf Jer

... 102

Bahasa Arab Dasar 115: Faidah Isim Majrur Dengan Huruf Jer

... 103

Bahasa Arab Dasar 116: Majrur Dengan Idhafah

... 104

Bahasa Arab Dasar 117: Macam-Macam Mudhaf Ilaihi

... 104

Bahasa Arab Dasar 118: Syarat-Syarat Idhofah

... 105

Bahasa Arab Dasar 119: Faidah Idhofah

... 107


(6)

Keutamaan Bahasa Arab

Tidak perlu diragukan lagi, memang sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha menguasainya. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Allah ta’ala:

َنوُلِقْعَ ت ْمُكلَعَل ايِبَرَع اًنآْرُ ق ُاَْلَزْ نَأ انِإ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”

Ibnu katsir berkata ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2 di atas: “Yang demikian itu (bahwa Al

-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas,

luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada rosul yang paling mulia (yaitu: Rosulullah), dengan bahasa yang termulia (yaitu Bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia diatas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (yaitu Romadhan), sehingga Al-Qur an menjadi sempurna dari segala sisi.”(Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir surat Yusuf). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Berkata: “Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-sunnah), serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa

Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Allah dan menegakkan syi’ar-syi’ar agama

ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam

keseluruhan perkara mereka.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Sungguh sangat menyedihkan sekali, apa yang telah menimpa kaum muslimin saat ini, hanya segelintir dari mereka yang mau mempelajari bahasa Arab dengan serius. Hal ini memang sangat wajar karena di zaman modern ini banyak sekali kaum muslimin tenggelam dalam tujuan dunia yang fana, Sehingga mereka enggan dan malas mempelajari bahasa Arab. Karena mereka tahu tidak ada hasil duniawi yang bisa diharapkan jika pandai berbahasa Arab. Berbeda dengan mempelajari bahasa Inggris, kaum muslimin di saat ini begitu semangat sekali belajar bahasa Inggris, karena mereka tahu banyak tujuan dunia yang bisa diperoleh jika pandai bahasa Inggris, sehingga kita dapati mereka rela untuk meluangkan waktu yang lama dan biaya yang banyak untuk bisa menguasai bahasa ini.

Sehingga kursus-kursus bahasa Inggris sangat laris dan menjamur dimana-mana walaupun dengan biaya yang tak terkira. Namun bagaimana dengan kursus bahasa Arab…??? seandainya mereka benar-benar yakin terhadap janji Allah ta’ala untuk orang yang menyibukkan diri untuk mencari

keridhoanNya, serta yakin akan kenikmatan surga dengan kekekalannya, niscaya mereka akan berusaha keras untuk mempelajari bahasa arab. Karena ia adalah sarana yang efektif untuk memahami agama-Nya.


(7)

Kenyataan ini tidak menunjukkan larangan mempelajari bahasa Inggris ataupun lainnya. Tapi yang tercela adalah orang yang tidak memberikan porsi yang adil terhadap bahasa arab. Seyogyanya mereka juga bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari bahasa Arab.

Syaikh Utsaimin pernah ditanya: “Bolehkah seorang penuntut ilmu mempelajari bahasa Inggris

untuk membantu dakwah ?” Beliau menjawab: “Aku berpendapat, mempelajari bahasa Inggris tidak

diragukan lagi merupakan sebuah sarana. Bahasa Inggris menjadi sarana yang baik jika digunakan untuk tujuan yang baik, dan akan menjadi jelek jika digunakan untuk tujuan yang jelek. Namun yang harus dihindari adalah menjadikan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab karena hal itu tidak boleh. Aku mendengar sebagian orang bodoh berbicara dengan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab, bahkan sebagian mereka yang tertipu lagi mengekor (meniru-niru),

mengajarkan anak-anak mereka ucapan “selamat berpisah” bukan dengan bahasa kaum muslimin.

Mereka mengajarkan anak-anak mereka berkata “bye-bye” ketika akan berpisah dan yang

semisalnya. Mengganti bahasa Arab, bahasa Al-Qur’an dan bahasa yang paling mulia, dengan bahasa

Inggris adalah haram. Adapun menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana untuk berdakwah maka tidak diragukan lagi kebolehannya bahwa kadang-kadang hal itu bisa menjadi wajib. Walaupun aku tidak mempelajari bahasa Inggris namun aku berangan-angan mempelajarinya. terkadang aku merasa sangat perlu bahasa Inggris karena penterjemah tidak mungkin bisa mengungkapkan apa

yang ada di hatiku secara sempurna.” (Kitabul ‘Ilmi).

Dan termasuk hal yang sangat menyedihkan, didapati seorang muslim begitu bangga jika bisa berbahasa Inggris dengan fasih namun mengenai bahasa Arab dia tidak tahu?? Kalau keadaannya sudah seperti ini bagaimana bisa diharapkan Islam maju dan jaya seperti dahulu. Bagaimana

mungkin mereka bisa memahami syari’at dengan benar kalau mereka sama sekali tidak mengerti bahasa Arab…???

Hukum Orang Yang Mampu Berbahasa Arab Namun Berbicara Menggunakan Bahasa Selain Bahasa Arab

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Berkata: “Dibenci seseorang berbicara dengan bahasa selain bahasa

Arab karena bahasa Arab merupakan syiar Islam dan kaum muslimin. Bahasa merupakan syiar terbesar umat-umat, karena dengan bahasa dapat diketahui ciri khas masing-masing

umat.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Asy-Syafi’iy berkata sebagaimana diriwayatkan As-Silafi dengan sanadnya sampai kepada Muhammad

bin Abdullah bin Al Hakam, beliau berkata: “Saya mendengar Muhammad bin Idris Asy-syafi’iy

berkata: “Allah menamakan orang-orang yang mencari karunia Allah melalui jual beli (berdagang)

dengan nama tu’jar (tujjar dalam bahasa Arab artinya para pedagang-pent), kemudian Rosululloh juga menamakan mereka dengan penamaan yang Allah telah berikan, yaitu (tujjar) dengan bahasa

arab. Sedangkan “samasiroh” adalah penamaan dengan bahasa `ajam (selain arab). Maka kami

tidak menyukai seseorang yang mengerti bahasa arab menamai para pedagang kecuali dengan nama tujjar dan janganlah orang tersebut berbahasa Arab lalu dia menamakan sesuatu (apapun juga-pent) dengan bahasa `ajam. Hal ini karena bahasa Arab adalah bahasa yang telah dipilih oleh Allah, sehingga Allah menurunkan kitab-Nya yang dengan bahasa Arab dan menjadikan bahasa Arab merupakan bahasa penutup para Nabi, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, kami katakan seyogyanya setiap orang yang mampu belajar bahasa Arab mempelajarinya, karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling pantas dicintai tanpa harus melarang seseorang

berbicara dengan bahasa yang lain. Imam Syafi’iy membenci orang yang mampu berbahasa Arab

namun dia tidak berbahasa Arab atau dia berbahasa Arab namun mencampurinya dengan bahasa

`ajam.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Abu Bakar bin ‘Ali Syaibah meriwayatkan dalam Al Mushanaf: “Dari Umar bin Khattab, beliau

berkata: Tidaklah seorang belajar bahasa Persia kecuali menipu, tidaklah seseorang menipu kecuali

berkurang kehormatannya. Dan Atho’ (seorang tabi’in) berkata: Janganlah kamu belajar bahasa

-bahasa ajam dan janganlah karnu masuk gereja – gereja mereka karena sesungguhnya Allah

menimpakan kemurkaan-Nya kepada mereka, (Iqtidho Shirotil Mustaqim). Diriwayatkan bahwa


(8)

bahasa arab.” Dan adapun membiasakan berkomunikasi dengan bahasa selain Arab, yang mana bahasa Arab merupakan syi’ar Islam dan bahasa Al-Qur’an, sehingga bahasa selain arab menjadi kebiasaan bagi penduduk suatu daerah, keluarga, seseorang dengan sahabatnya, para pedagang atau para pejabat atau bagi para karyawan atau para ahli fikih, maka tidak disangsikan lagi hal ini dibenci. Karena sesungguhnya hal itu termasuk tasyabuh (menyerupai) dengan orang `ajam dan itu

hukumnya makruh.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Khurasan, yang penduduk kedua kota tersebut berbahasa Persia serta menduduki Maghrib, yang penduduknya berbahasa Barbar, maka kaum muslimin membiasakan penduduk kota tersebut untuk berbahasa Arab, hingga seluruh penduduk kota tersebut berbahasa Arab, baik muslimnya maupun kafirnya. Demikianlah Khurasan dahulu kala. Namun kemudian mereka menyepelekan bahasa Arab, dan mereka kembali membiasakan bahasa Persia sehingga akhirnya menjadi bahasa mereka. Dan mayoritas mereka pun menjauhi bahasa Arab. Tidak disangsikan lagi bahwa hal ini adalah makruh. (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Pengaruh Bahasa Arab Dalam Kehidupan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Merupakan metode yang baik adalah membiasakan

berkomunikasi dengan bahasa Arab hingga anak kecil sekalipun dilatih berbahasa Arab di rumah dan

di kantor, hingga nampaklah syi’ar Islam dan kaum muslimin. Hal ini mempermudah kaum muslimin

urituk memahami makna Al-Kitab dan As-Sunnah serta perkataan para salafush shalih. Lain halnya dengan orang yang terbiasa berbicara dengan satu bahasa lalu ingin pindah ke bahasa lain maka hal

itu sangat sulit baginya. Dan ketahuilah…!!! membiasakan berbahasa Arab sangat berpengaruh

terhadap akal, akhlak dan agama. Juga sangat berpengaruh dalam usaha mencontoh mereka dan memberi dampak positif terhadap akal, agama dan tingkah laku.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim). Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahasa Arab memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan, akhlak, agama. Orang yang pandai bahasa Arab cenderung senang membaca kitab-kitab para ulama yang berbahasa Arab dan tentu senang juga membaca dan menghafal Al-Qur’an serta hadits-hadits Rasulullah. Sehingga hal ini bisa

memperbagus akhlak dan agamanya. Berbeda dengan orang yang pandai berbahasa Inggris (namun tanpa dibekali dengan ilmu agama yang baik), dia cenderung senang membaca buku berbahasa Inggris yang jelas kebanyakannya merupakan karya orang kafir. Sehingga mulailah ia mempelajari kehidupan orang kafir sedikit demi sedikit. Mau tidak mau iapun harus mempelajari cara pengucapan dan percakapan yang benar melalui mereka, agar dia bisa memperbagus bahasa Inggrisnya. Bisa jadi akhirnya ia pun senang mempelajari dan menghafal lagu-lagu berbahasa Inggris (yang kebanyakan isinya berisi maksiat) dan tanpa sadar diapun mengidolakan artis atau tokoh barat serta senang mengikuti gaya-gaya mereka. Akhlaknya pun mulai meniru akhlak orang barat (orang kafir), dan mengagungkan orang kafir serta takjub pada kehebatan mereka. Akhirnya, diapun terjatuh dalam tasyabbuh (meniru-niru) terhadap orang kafir, menganggap kaum muslimin terbelakang dan ujung-ujungnya dia lalai dari mempelajari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam.

Hukum Mempelajari Bahasa Arab

Syaikhul Islam Berkata: “Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum

mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah:

ب ِجاَو َوُهَ ف ِهِب اِإ ُبِجاَوْلا مِتَي َا اَم

“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.” Namun disana ada bagian dari bahasa Arab yang wajib ‘ain dan ada yang wajib kifayah. Dan hal ini


(9)

berkata: Umar bin Khattab menulis kepada Abu Musa Al-Asy’ari (yang isinya) “…Pelajarilah As

-Sunnah, pelajarilah bahasa Arab dan I’roblah Al-Qur’an karena Al-Qur’an itu berbahasa Arab.”

Dan pada riwayat lain, Beliau (Umar bin Khattab) berkata: “Pelajarilah bahasa Arab sesungguhnya

ia termasuk bagian dari agama kalian, dan belajarlah faroidh (ilmu waris) karena sesungguhnya ia

termasuk bagian dari agama kalian.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Penutup

Bahasa Arab adalah bahasa Agama Islam dan bahasa Al-Qur’an, seseorang tidak akan dapat memahami kitab dan sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari penyelewengan) kecuali dengan bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan Bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap permasalahan agama.

Sungguh sangat ironis dan menyedihkan, sekolah-sekolah dinegeri kita, bahasa Arab tersisihkan oleh bahasa-bahasa lain, padahal mayoritas penduduk negeri kita adalah beragama Islam, sehingga keadaan kaum muslimin dinegeri ini jauh dari tuntunan Allahta’ala dan Rasul-Nya.

Maka seyogyanya anda sekalian wahai penebar kebaikan… mempunyai andil dan peran dalam

memasyarakatkan serta menyadarkan segenap lapisan masyarakat akan pentingya bahasa Al Qur’an ini, dengan segala kemampuan yang dimiliki, semoga Allah menolong kaum muslimin dan

mengembalikan mereka kepada ajaran Rasul-Nya yang shohih. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah ta’ala. Segala puji hanyalah bagi Allah Tuhan semesta alam.


(10)

Pendahuluan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِت ُسَو ِه َباَتِك اَمِِِ ْمُتْكسَمَِِت ْنِإ اْولِضَت ْنَل ِنْيَرْمَأ ْمُكْيِف ُتْكَرَ ت

“Aku meninggalkan kepada kalian dua perkara, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara tersebut adalah kitabullah (al-Qur’an) dan sunnahku (al-Hadits).”

Allah ta’ala berfirman,

ِنِبُمْلا ِباَتِكْلا ُتاَيآ َكْلِت رلا

نِإ

َنوُلِقْعَ ت ْمُكلَعَل ايِبَرَع اًنآْرُ ق ُاَْلَزْ نَأ ا

“Alif, Laam, Raa. ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami

menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kalian memahaminya.”

Bahasa Arab Dasar 1: Nahwu Shorof

Nahwu adalah ilmu untuk mengetahui hukum akhir dari suatu kata. Contoh:

لُجَرِب ُتْرَرَم ًاُجَر ُتْيَأَر لُجَر َءاَج

Shorof adalah ilmu tentang perubahan suatu kata.

Contoh:


(11)

Bahasa Arab Dasar 2: Al-Harfu (Huruf)

ُ فحرَحَْا

A. Huruf Mabany (Huruf Hijaiyah)

Huruf yang digunakan untuk menyusun suatu kata Huruf mabany terbagi menjadi 2:

1. Huruf ‘Illah

Ada 3 huruf yaitu:

2. Huruf Shohih

Seluruh huruf hijaiyah selain

B. Huruf Ma’any

Huruf-huruf yang mempunyai makna

Huruf ma’any terbagi menjagi beberapa macam, diantaranya:

1. Huruf Jer

Huruf yang membuat kata setelahnya secara umum berharokat akhir kasroh. Diantara huruf-huruf jer adalah:


(12)

2. Huruf Athof

Huruf yang digunakan untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata yang lain. Diantara huruf-huruf athof adalah:

ْوَأ , ُُ , َو

Bahasa Arab Dasar 3: Kalimah

َ ِ َ ْل

Al-Kalimah

Al-Kalimah (kata) adalah lafaz yang mempunyai makna.

A. Isim

Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut tidak terikatdengan waktu.

Contoh:

ةَرَجَش ذاَتْسأ باَب نْيِد تْيَ ب باَتِك

B. Fi’il

Kata yang menunjukkan atas suatu makna, dimana kata tersebut terikat dengan waktu.

Contoh:

َلَكَأ َلَتَ ق َسَلَج َبَرَض َبَتَك َرَصَن

C. Huruf

Kata yang tidak mempunyai makna yang sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain.


(13)

Bahasa Arab Dasar 4: Beda Isim Fi'il

ُِلحعِفحلاَُوُِمحسِااَُحَْ بُ قحرَفحلا

(Perbedaan antara Isim dan Fi’il)

Ciri-ciri Isim:

محسِااُ تاَمَاَع

نحيِوحنََّتلا

:ةرقبلا }َنوُمَلْعَ ت ْمُتنَأَو اًداَدنَأ ِِّ اوُلَعََْ َاَف {: ُلْثِم

22

ضحفَخا

:ةحافلا }ِميِحرلا ِنَْْرلا ِّا ِمْسِب{ : ُلْثِم

1

مّالاَوُ فِلَََحْا

:ةرقبلا }ِهيف ِ َبْيَر َا ُباَتِكْلا َكِلَذ {: ُلْثِم

2

َُِِ رَجاُ فحرَح

:ةرقبلا } ِلِطاَبْلاِب قَْْا اوُسِبْلَ ت َاَو {: ُلْثِم

22

Bahasa Arab Dasar 5: Ciri-Ciri Fi'il

Ciri-ciri Fi’il:

ُِلحعِفحلاُ تاَمَاَع

ُحدَق

:ةرقبلا }ْمُهَ بَرْشَم ساَنُأ لُك َمِلَع ْدَق {: ُلْثِم

06

(

َس(ُ نحيَِ ِسلَا

:قاطلا }اًرْسُي رْسُع َدْعَ ب ُه ُلَعْجَيَس { : ُلْثِم

7


(14)

:رثاكتلا }َنْوُمَلْعَ ت َفْوَس اَك{ : ُلْثِم

4

ُ ءاَت

ُ

ُ ةَِكاَسلا ُِثحيِنحأَتلا

: مرم }ايِقَت َت ُك نِإ َك ِم ِن َْْرلاِب ُذوُعَأ ِِِّإ ْتَلاَق{ : ُلْثِم

81

Bahasa Arab Dasar 6: Catatan Beda Isim Fi'il

Catatan Perbedaan Isim dan Fi’il:

1. Huruf tidak ada ciri khusus. Untuk mengetahuinya harus dihafal.

2. Suatu kata sudah cukup dikatakan sebagai isim atau fi’il apabila telah menerima salah satu dari

tanda di atas.

3. Pada ciri isim, antara tanda “tanwin” dan “alif lam” tidak akan pernah bertemu.

Untuk fi’il, seringkali ciri-cirinya tidak disebutkan. Cara praktis untuk mengetahuinya adalah dengan

menghafal ciri isim dan menghafal macam-macam huruf. Apabila tidak termasuk isim maupun huruf

berarti dia termasuk fi’il.

Bahasa Arab Dasar 7: Idhofah

ُ ةَفاَضِإَا

Idhofah adalah bentuk penyandaran antara satu kata dengan kata yang lain.

Contoh:

ِه ُلْوُسَر

ُلْوُسَر

فاَضُم

ِه

ِهْيَلِإ فاَضُم

ِْبَقْلا ُباَذَع

ُباَذَع

فاَضُم

ِْبَقْلا

ِهْيَلِإ فاَضُم


(15)

1. Mudhof tidak boleh ditanwin

2. Mudhof ilaih biasanya berharokat akhir kasroh

3. Mudhof dan mudhof ilaih kedua-duanya merupakan isim

Bahasa Arab Dasar 8: Jumlah Mufidah

ُ ةَدحيِف ماُ ةَلحم جا

ُُ

ُ مَاَكحلَاُ/

Jumlah mufidah adalah susunan kata yang dapat memberikan faedah yang sempurna. Contoh:

ضيْرَِِم يِلَع

يِلَع َعَجَر

Adapun susunan kata yang tidak memberikan faedah yang sempurna tidak dinamakan sebagai Jumlah Mufidah.

Contoh:

يِلَع َعَجَر ْنِإ

ُهْمِرْكَأَف يِلَع َعَجَر ْنِإ

Jumlah ismiyah adalah jumlah yang diawali dengan isim

Contoh:

ضيْرَِِم يِلَع

ِبَن دمَُ


(16)

Contoh:

دْيَز َبَهَذ

يِلَع َعَجَر

Bahasa Arab Dasar 9: Syibhul Jumlah

ُِةَلحم حجاُ هحبِش

Syibhul jumlah adalah rangkaian kata yang mirip dengan jumlah

Zhorofadalah kata yang digunakan untuk menunjukkan keterangan waktu atau tempat Contoh:

َءاَرَو ,َماَمأ

ِناَكَمْلا ُفْرَظ

َلْبَ ق , َدْعَ ب

ِناَمزلا ُفْرَظ

Isim yang terletak setelah huruf jer dan zhorof maka secara umum berharokat akhir kasroh (Isim Majrur)

Contoh:

ِقْوُسلا َنِم

رْوُرَْ َو رَج

ِلِزَْما َماَمأ

رْوُرَْ َو فْرَظ


(17)

محسِااُ ماَسحقَأ

ِدَدَعُ ََِإُِرَظّلاِبُِمحسِااُ محيِسحقَ ت

(Pembagian Isim Ditinjau Dari Segi Jumlah Bilangannya)

1. Isim Mufrod adalah Isim yang jumlah bilangannya satu

Contoh:

(Seorang mukmin)

نِمِْْؤُم

(Seorang kafir)

رِفاَك

2. Isim Mutsanna adalah Isim yang jumlah bilangannya dua

Contoh:

(Dua orang mukmin)

ْنَ ِمِْْؤُم / ِناَِمِْْؤُم

(Dua orang kafir)

نْيَرِفاَك / ِناَرِفاَك

Cara pembentukan isim mutsanna

Dengan menambahkan huruf alif dan nun atau ya dan nun pada akhir isim mufrodnya.

ني/نا ٌ دَرْفُم

مْسِا

Contoh:

ْنَ ِمِْْؤُم /ِناَِمِْْؤُم

<=

ني/نا ٌ نِمِْْؤُم

ِنْيَرِفاَك/ِناَرِفاَك

<=

ني/ن

ا ٌ رِفاَك


(18)

Bahasa Arab Dasar 11: Isim Jamak

3. Isim Jamak adalah Isim yang jumlah bilangannya lebih dari dua

Isim Jamak tebagi menjadi 3: - Jamak Mudzakkar Salim - Jamak Muannats Salim - Jamak Taksir

A. Jamak Mudzakkar Salim

Jamak yang dibentuk dari isim mufrodnya yang digunakan untuk menunjukkan jenis laki-laki. Contoh:

(Para laki-laki mukmin)

َْنِِمْؤُم / َنْوُ ِمْؤُم

( Para laki-laki kafir)

َنْيِرِفاَك / َنْوُرِفاَك

Cara pembentukan isim jamak mudzakkar salim

Cara pembentukannya adalah dengan menambahahkan wawu dan nun atau ya dan nun pada akhir isim mufrodnya

مْسِا ني/نو ٌ دَرْفُم

Contoh:

َْنِِمْؤُم/َنْوُ ِمْؤُم

<=

ني/نو ٌ نِمْؤُم

ْيِرِفاَك/َنْوُرِفاَك

َن

<=

ني/نو ٌ رِفاَك

B. Jamak Muannats Salim

Jamak yang dibentuk dari isim mufrodnya yang digunakan untuk menunjukkan jenis perempuan. Contoh:

( Para perempuan mu’min)

تاَِمْؤُم

(Para perempuan kafir)

تاَرِفاَك


(19)

ُ دَرْفُم

×

مْسِا تا ٌ َ ة

Contoh:

تاَِمْؤُم

<=

تا ٌ نِمْؤُم

<=

ة

×

َ ةَِمْؤُم

)

َرِفاَك

تا

<=

تا ٌ رِفاَك

<=

ة

×

َ ةَرِفاَك

)

C. Jamak Taksir

Jamak yang berubah dari bentuk mufrodnya Contoh:

لُسُر

<=

لْوُسَر

تْوُ يُ ب

<=

تْيَ ب

بُتُك

<=

باَتِك

ذْيِتاَسأُِ

<=

ذاَتْسُأ

Bahasa Arab Dasar 12: Ketentuan Jamak

Ketentuan isim agar dapat dibentuk menjadi jamak mudzakkar salim:

1. Nama orang Contoh:

َنْيِدمَُ/َنْوُدمَُ

<=

دمَُ

نْيِدْيَز/َنْوُدْيَز

<=

دْيَز

2. Sifat

a.

ُ لِعاَف

Contoh:

رِصاَن , بِتاَك

b.

ُ لِعحف م


(20)

دِسْفُم , مِلْسُم

c.

ُ لِعَتحف م

Contoh:

, دِهَتُْ

عِمَتْسُم

d.

ُ لِعاَف م

Contoh:

دِهاَُ , قِفاَُم

e.

ُ لحو عحفَم

Contoh:

رْوُصَْم , لوُتْقَم

Bahasa Arab Dasar 13: Isim Mudzakkar dan Muannats

ُِهِعحوَ نُ ََِإُِرَظّلاِبُِمحسِااُ محيِسحقَ ت

(Pembagian Isim ditinjau dari segi jenisnya)

1. Isim Mudzakkar adalah isim yang menunjukkan jenis laki-laki

a. Isim Mudzakkar Haqiqi

Isim yang berasal dari kelompok makluk hidup yang berjenis kelamin laki-laki. Contoh:


(21)

َسَأ(Seekor singa jantan) b. Isim Mudzakkar Majazi

Ism yang berasal dari kelompok benda mati yang dianggap berjenis kelamin laki-laki berdasarkan kesepakatan orang arab.

Contoh:

تْيَب(Sebuah rumah)

َ َق(Bulan)

2. Isim Muannats adalah isim yang menunjukkan jenis perempuan

A. Isim Muannats Haqiqi

Isim yang berasal dari kelompok makluk hidup yang berjenis kelamin perempuan. Contoh:

َسِّ َ م(Seorang pengajar perempuan)

َ ِه(Seekor kucing betina) B. Isim Muannats Majazi

Isim yang berasal dari kelompok benda mati yang dianggap berjenis kelamin perempuan berdasarkan kesepakatan orang arab

Contoh:

َ(Sebuah perkampungan)

سْ َش(Matahari)

Bahasa Arab Dasar 14: Tanda-Tanda Isim Muannats

Tanda-Tanda Isim Muannats Diantaranya:

8. Isim yang diakhiri dengan ta’ marbuthoh

Contoh:

َسَ ْ َم(Sekolah)

َ سْ َ َق (Peci)

َس ِّ َ م(Seorang pengajar perempuan)


(22)

2. Nama orang perempuan Contoh:

مَي ْ َم(Maryam)

بَ ْي َ(Zainab)

3. Isim yang khusus untuk perempuan Contoh:

أ(Ibu)

ع ِض ْ م(Orang yang menyusui) 4. Nama negara atau kota Contoh:

َيِسْيِن ْ ْنِ(Indonesia)

َت ْ َك َ ْك ْ ج(Jogjakarta)

5. Nama anggota badan yang berpasangan Contoh:

نْيَع(Mata)

َي(Tangan) 6. Jamak taksir Contoh:

ب ت ك(Buku-buku)

َ ِف(Golongan-golongan)

Catatan:

Nama orang laki-laki, walaupun diakhiri dengan ta’ marbuthoh tetap dikatakan sebagai isim mudzakkar

Contoh :

َم َس أ(Usamah)


(23)

Bahasa Arab Dasar 15: Isim Ma'rifat dan Nakirah

ُِهِحيِيحعَ تُ ََِإُِرَظّلاِبُِمحسِااُ محيِسحقَ ت

(Pembagian Isim Ditinjau Dari Segi Kejelasannya)

1. Isim Nakiroh

Isim Nakiroh adalah isim yang belum jelas penunjukannya Contoh:

مِ ْس م(Seorang muslim)

بِل َ َتِك(Buku seorang mahasiswa)

2. Isim Ma’rifat

Isim Ma’rifat adalah isim yang sudah jelas penunjukannya

Contoh:

َ ع(Umar)

َ َح م َتِك(Buku Muhammad)

Macam-macam isim ma’rifat

1. Dhomir (kata ganti orang) Contoh:

َ ه س َتْنَأ س َنَأ

2. Isim Isyaroh (kata penunjuk)

Contoh:

َ َه س َكِل َ


(24)

Contoh:

ْ ِ َلَ - َنْيِ َلَ

4. ‘Alam (nama orang)

Contoh:

َ ع س َ َح م س َ ْيِ َخ

5. Isim yang ada alif dan lam

Contoh:

تْيَ ْلَ - َ ْ ِ ْلَ س ِ ْسَ ْلَ

0. Isim yang disandarkan pada isim ma’rifat yang lain

Contoh:

َ َح م َتِك

- ِتْيَ ل ب ِح َص

Catatan:

1. Isim Nakiroh biasanya mempunyai harokat akhir yang bertanwin Contoh:

مِ ْس م س َ ْ ِم

2. Nama orang walaupun bertanwin tetap dikatakan sebagai isim ma’rifat dan bukan sebagai isim

nakiroh. Contoh:

َ َح م س ْيَ

3. Apabila suatu isim disandarkan pada isim nakiroh, maka dia adalah isim nakiroh. Namun apabila

disandarkan pada isim ma’rifat, maka dia adalah juga sebagai isim ma’rifat.

Contoh:

بِل َ َتِك -

َ َح م َتِك

Bahasa Arab Dasar 16: Pembagian Isim Ditinjau Dari Sisi

Bangunan Akhirnya

ُحيِسحقَ ت

ُِهِتَيح بُ ََِإُِرَظّلاِبُِمحسِااُ م


(25)

A. Isim Ghoiru Shohih Akhir

1. Isim Maqshur

Isim Maqsur adalah isim yang diakhiri dengan huruf alif lazimah.

Alif lazimah adalah huruf alif yang senantiasa melekat di akhir dari suatu kata. Alif lazimah

terkadang tertulis dengan huruf ya’, akan tetapi dalam pengucapannya tetap dibaca sebagai huruf

alif. Contoh:

َ ْلَ(Petunjuk)

َتَ ْلَ(Remaja)

َ َعْلَ(Tongkat)

2. Isim Manqush

Isim Manqush adalah isim yang diakhiri dengan huruf ya’ lazimah dan huruf sebelumnya berharokat kasroh.

Contoh:

ِ َ ْلَ(Pemberi petunjuk)

ي ِض َ ْلَ(Hakim)

يِع َ لَ(Penyeru)

3. Isim Mamdud

Isim Mamdud adalah isim yang diakhiri dengan huruf hamzah dan sebelumnya berupa alif za’idah (tambahan).

Contoh:


(26)

ء َ َس(Langit)

ءَ ِتْبِ(Permulaan)

B. Isim Shohih Akhir

Semua isim yang tidak masuk dalam kategori Isim Maqshur, Manqush ataupun Mamdud. Contoh:

لْيَخ(Kuda)

َ ِح(Keledai)

َث(Baju)

Catatan:

1. Jika isim mamdud berupa isim jamak, maka ia tidak boleh ditanwin. 2. Jika isim mamdud merupakan isim muannats, maka ia tidak boleh ditanwin.

3. Semua isim yang diakhiri dengan huruf-huruf shohih (kecuali hamzah) maka dia adalah isim shohih akhir.

Bahasa Arab Dasar 17: Dhomir (Kata Ganti Orang)

ُ رح يِمّضلَا

(Kata Ganti Orang)

A. Dhomir Munfashil


(27)

Pembacaan Tabel

َ هDia (Seorang laki-laki)

َ هMereka (Dua orang laki-laki/perempuan)

ْم هMereka (Para lelaki)

ْنَأ

َت Kamu (Seorang laki-laki)

ْم تْنأKalian (Para lelaki) dst..

Contoh:

َ تْس أ َ ه(Dia adalah seorang Ustadz)

مِ ْسم َنَأ(Aku adalah seorang muslim)

B. Dhomir Muttashil


(28)

Pembacaan Tabel

ه ب َتِكBukunya (Buku milik laki-laki itu)

َن ب َتِكBuku mereka (Buku milik para perempuan itu)

َن ُ َتِكBuku kami dst..

C. Dhomir Mustatir

Dhomir Mustatir adalah dhomir yang tidak tertulis dalam kalimat akan tetapi tersembunyi dalam suatu kata.

Akan datang penjelasannya, insyaAllah

Bahasa Arab Dasar 19: Isim Isyaroh dan Isim Maushul

ُِةَراَشِحإاُ محسِا


(29)

ُ لحو صحوَمحلاُ محسِاَا

(Kata Sambung/Penghubung)

Bahasa Arab Dasar 20: Isim Mu'rob Dan Isim Mabni

ِلَ

يِ ْ َ ْل مْسِل َ َ ْع ْل مْس (Isim Mu’rob dan Isim Mabni) 1. Isim Mu’rob

Isim mu’rob adalah isim yang dapat berubah keadaan akhirnya disebabkan oleh adanya perbedaan

letak (posisi) dalam suatu kalimat.

Contoh:

ْيِ َج َتِ ْل(Buku itu baru)

َتِ ل ْأَ َق(Aku membaca buku itu)

صَصُِِ ِ َتِ ل يِف(Di dalam buku itu terdapat kisah-kisah)

Bahasa Arab Dasar 21: Isim Mabni

2. Isim Mabni

Isim mabni adalah isim yang keadaan akhirnya tidak mengalami perubahan walaupun diletakkan pada posisi yang berbeda dalam suatu kalimat.

Contoh:

ْيِ َج َ َه(Ini baru)

َ َه ْأَ َق(Aku membaca ini)

صَصُِِ َ َه يِف(Di dalam ini terdapat kisah-kisah)


(30)

1. ْيِ َ ل

Contoh: َ ه- نْحَنس َتْنَأ 2. ِ َ َشِإ مْسِ

Contoh: َكِلَ - ِءَل َهس ِ َِه 3. ْ ص ْ ْ َل مْسِلَ

Contoh: َنْيِ َلَ س يِتَلَ س ِ َلَ 4. ِ َ ْ ِتْسِل مْسِ

Contoh: َفْيَكس َنْيأس ْنَم 5. ِ ْ َ ل مْسِ

Contoh: َم- َتَمس ْنَم

Catatan:

8. Dhommah merupakan ciri pokok isim marfu’, fathah merupakan ciri pokok isim manshub, dan

kasroh merupakan ciri pokok isim majrur.

2. Ada beberapa kelompok isim yang perubahan keadaan akhirnya tidak ditandai dengan perubahan harokat, akan tetapi dengan perubahan huruf.

Contoh:

َ ْ ِ ْس م(Marfu’)

ْس م

َنْيِ ِ (Manshub)

َنْيِ ِ ْس م(Majrur)


(31)

Isim marfu’ adalah isim yang biasanya pada keadaan akhirnya ditandai dengan harokat dhommah.

Contoh: بِل َ س َتْس أس َ َح م 2. Isim Manshub

Isim manshub adalah isim yang biasanya pada keadaan akhirnya ditandai dengan harokat fathah. Contoh: ـً ِل َ س ً َتْس أس ً َ َح م

3. Isim Majrur

Isim majrur adalah isim yang biasanya pada keadaan akhirnya ditandai dengan harokat kasroh. Contoh: بِل َ س َتْس أس َ َح م

Bahasa Arab Dasar 22: Asmaul Khomsah

َسْ َ ْل ء َ ْسَأَ

(Isim-Isim Yang Lima)

َ بَأ س َ ْ خَأ س َ َح س َ ْ ف س

َم ْ (Marfu’)

َ َبَأ س َ َخَأ س َ َ َح س َ َف س

َم َ (Manshub)

َكْيِبَأ س َكْي ِخَأ س َكْيِ َح س َكْيِف س

َم ْ ِ (Majrur)

Bahasa Arab Dasar 23: Ciri-Ciri I'robnya Isim

ِء َ ْسَأ ِ َ ْعِ َمَاَع


(32)

Bahasa Arab Dasar 24: Pembagian Fi'il Ditinjau Dari Waktu

Terjadinya

ُِلحعِفلاُ ماَسحقَأ

ُِهِعحو ق وُِنَمَزُ ََِإُِرَظّلابُِلحعِفحلاُ محيِسحقَ ت

(Pembagian Fi’il Ditinjau Dari Waktu Terjadinya)

1. Fi’il Madhi

Fi’il madhi adalah fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu lampau


(33)

َقَ َخ(Telah menciptakan)

َ َ َخ(Telah keluar)

َ َمََُأ(Telah memerintah)

َلَكَأ(Telah makan)

2. Fi’il Mudhori’

Fi’il mudhori’ adalah fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu sekarang atau akan datang

Contoh:

ق ْ َي(Sedang/akan mencipta)

ْ َي(Sedang/akan keluar)

مْأَي(Sedang/akan memerintah)

ل كْأَي(Sedang/akan makan) 3. Fi’il Amr

Fi’il amr adalah fi’il yang digunakan untuk menuntut terjadinya sesuatu pada waktu setelah

pengucapan (kata kerja perintah)

Contoh:

ْل خْ (Masuklah)

ْ ُ ْخ (Keluarlah)

ْسِ ْجُِِ(Duduklah)

ْعَف ْ ُِِ (Angkatlah)

Bahasa Arab Dasar 25: Tashrif Lughowi Fi'il Madhi

ُ للاُ فحيِرحصّتلَا

ُ يِوَغ

Tashrif Lughowi

Tashrif lughowi adalah perubahan fi’il bersama dengan dhomirnya


(34)

Pembacaan Tabel

َبَتَك: Dia (seorang laki-laki) telah menulis

َ َتَك: Mereka (dua orang laki-laki) telah menulis

ْ َتَك: Mereka (para lelaki) telah menulis

ْتَ َتك: Dia (seorang perempuan) telah menulis

َتَ َتَك: Mereka (dua orang perempuan) telah menulis dst..

Contoh tashrif lughowi untuk fi’il َ َ َن

Silakan dicoba…

1. َسَ َج(Duduk) 2. َلَتَق(Membunuh) 3. َ ِ َش(Minum)


(35)

Bahasa Arab Dasar 26: Tashrif Lughowi Fi'il Mudhori'

2. Tashrif lughowi untuk fi’il mudhori’

Pembacaan Tabel

ب تْ َي: Dia (seorang laki-laki) sedang/akan menulis

ِ َ تْ َي: Mereka (dua orang laki-laki) sedang/akan menulis

َ ْ تْ َي: Mereka (para lelaki) sedang/akan menulis

ب تْ َت: Dia (seorang perempuan) sedang/akan menulis

ِ َ تْ َت: Mereka (dua orang perempuan) sedang/akan menulis dst..


(36)

Silakan dicoba…

1. سِ ْ َي(Duduk) 2. ل تْ َي(Membunuh) 3. َ ْ َي(Minum)

Bahasa Arab Dasar 27: Tashrif Lughowi Fi’il Amr

3. Tasrif lughowi untuk fi’il amr

Contoh tashrif lughowi untuk fi’il ْ ْن

Silakan dicoba…

1. ْسِ ْجِ(Duduklah) 2. ْل تْق (Bunuhlah) 3. ْ َ ْشِ (Minumlah)


(37)

Bahasa Arab Dasar 28: Huruf Mudhoro'ah

َح

َِع َ َ ْل ف ْ Huruf Mudhoro’ah

Harful mudhoro’ah adalah huruf yang menjadi ciri khas dari fi’il mudhori’. Huruf mudhoro’ah ini berupa huruf س س س أdi singkat َتْيِنَأ

Bahasa Arab Dasar 29: Pembagian Fi'il Ditinjau Dari

Pelakunya

مْيِسْ َت ِهِ ِع َف َلِ ِ َ َ ل ِب ِلْعِ ل

(Pembagian Fi’il Ditinjau dari Pelakunya)

1. Fi’il Ma’lum

Fi’il ma’lum adalah fi’il yang disebutkan pelakunya (kata kerja aktif)

Contoh:

َبْ َ ْل يِ َع َ َ َض(Ali telah memukul anjing)

َ َعْل ِئ َ ْل َلَتَق(Panglima itu telah membunuh musuh)


(38)

َ ْ َ ل َ َح م ب تْ َي(Muhammad sedang menulis pelajaran)

َ َ ل ْيَ حَتْ َي(Zaid sedang membuka pintu)

َ َ ِحْل َ ْ ِض َحل عِ َتْسَي(Para hadirin sedang mendengarkan dengan seksama diskusi itu)

2. Fi’il Majhul

Fi’il majhul adalah fi’il yang yang tidak disebutkan pelakunya (kata kerja pasif)

Contoh:

ُ ب َ ْل َ ِ ض (Anjing telah dipukul)

َعْل َلِت ق(Musuh itu telah dibunuh)

ت

ِ ْحَ ل مْ ِع َمِّ ع(Ilmu Nahwu telah dipelajari)

ْ َ ل بَتْ ي(Pelajaran sedang ditulis)

َ ْل حَتْ ي(Pintu sedang dibuka)

ُ َ ِحْل عَ َتْس ي (Diskusi itu didengarkan dengan seksama)

Bahasa Arab Dasar 30: Pembentukan Fi'il Majhul

َ ِب

ِ ْ ْ َ ْل ء

(Pembentukan Fi’il Majhul) Fi’il majhul dibentuk dari fi’il ma’lumnya.

Cara Pembentukan Fi’il Majhul Dari Fi’il Ma’lum.

1. Fi’il Madhi

Dikasroh huruf sebelum terakhir dan di dhommah semua huruf yang berharokat sebelumnya.

Contoh:

َ َ َض–> َ ِ ض

َلَتَق–> َلِت ق

َمَ َعَت–> َمِّ ع ت

2. Fi’il Mudhori’


(39)

Contoh:

ب تْ َي–> بَتْ ي

حَتْ َي–> حَتْ ي

عِ َتْسَي–> عَ َتْس ي

Catatan:

Apabila pada fi’il madhi terdapat huruf yang disukun, maka pada saat pembentukan fi’il majhul

tidak boleh dijadikan dhommah dan tetap harus disukun.

Contoh:

َعَ َتْسِ–> َعِ تْس

Bahasa Arab Dasar 31: Pembagian Fi'il Di Tinjau Dari

Objeknya

ِهِل ْ ْعَم َلِ ِ َ َ ل ِب ِلْعِ ل مْيِسْ َت

(Pembagian Fi’il Ditinjau dari Objeknya)

1. Fi’il Lazim

Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkan adanya objek (kata kerja intransitif)

Contoh:

ْيَ َ َق(Zaid berdiri)

َ َح م َ َ َح(Muhammad telah hadir)

يِ َع َسَ َج(Ali duduk)

2. Fi’il Muta’addi

Fi’il muta’addi adalah fi’il yang membutuhkan adanya objek (kata kerja transitif)


(40)

َ ْ َ ل ْيَ َمِ َف(Zaid memahami pelajaran)

َلَسَعل َ َح م َ ِ َش(Muhammad minum madu)

َ ْ ْل يِ َع َلَكَأ(Ali makan roti)

Cara Membuat Fi’il Muta’addi

1. Dibuat mengikuti wazan (pola) َلَعَف

Contoh:

َن سَح–> َنَسَح

َل َس–> َلَ َس

2. Dibuat mengikuti wazan (pola) َلَعْفَأ

Contoh:

َ َ َخ–> َ َ ْخَأ

َل َك–> َلَ ْكَأ

Bahasa Arab Dasar 32: Fi'il Mu'rob Dan Fi'il Mabni

َ ْع ل لْعِ ل

يِ ْ َ ل لْعِ ل

(Fi’il Mu’rob dan Fi’il Mabni) 1. Fi’il Mu’rob

Fi’il mu’rob adalah fi’il yang dapat berubah keadaan akhirnya karena adanya perbedaanletak dalam

suatu kalimat

Contoh:

َ ْ َ ل َ َح م ب تْ َي(Muhammad mencatat pelajaran)

ْ َي ْنَل

َ ْ َ ل َ َح م َب ت (Muhammad tidak akan mencatat pelajaran)


(41)

a. Fi’il Marfu’

Fi’il marfu’ adalah fi’il yang keadaan akhirnya mempunyai ciri pokok dhommah

Contoh:

ب تْ َي س ِْ َي س س مَ ْ َي

b. Fi’il Manshub

Fi’il manshub adalah fi’il yang keadaan akhirnya mempunyai ciri pokok fathah

Contoh:

َب تْ َي ْنَل س َسِ ْ ْي ْنَل َمَ ْ َي ْنَل

c. Fi’il Majzum

Fi’il majzum adalah fi’il yang keadaan akhirnya mempunyai ciri pokok sukun

Contoh:

ْب تْ َي ْمَل س ْسِ ْ َي ْمَل ْمَ ْ َي ْمَل

Bahasa Arab Dasar 33: Fi'il Mabni

2. Fi’il Mabni

Fi’il mabni adalah fi’il yang keadaan akhirnya selalu tetap dan tidak mengalami perubahan

Kelompok Fi’il Mabni a. Fi’il Madhi

Contoh:

َسِّ ل َ َح م َبَتَك


(42)

ََل َسِّ ل َ َح م َبَتَك َم(Muhammad tidak menulis surat itu)

b. Fi’il Amr

Contoh:

َ ْ َ ل َ َه ْب تْك (Tulislah pelajaran ini)

َ ْ َ ل َ َه ْب تْك ْي ِخَأ َي(Wahai saudaraku tulislah pelajaran ini)

c.Fi’il Mudhori’ yang bersambung dengan nun niswah atau dengan nun taukid

- Nun niswahadalah nun yang terdapat dalam suatu fi’il untuk menunjukkan jenis perempuan yang

keadaannya berharokat fathah.

Pada fi’il mudhori’, nun niswah terdapat pada fi’il َنْ تْ َيَُdan َنْ تْ َت Contoh:

ََل َسِّ ل َنْ تْ َي َ ِ ْس ْل(Para muslimah sedang menulis surat)

ََل َسِّ ل َنْ تْ َي ْنَل َ ِ ْس ْلPara muslimah tidak akan menulis surat)

- Nun taukidadalah huruf nun yang bersambung dengan suatu fi’il yang berfungsi sebagai penguat

makna fi’il.

Contoh:

؟َ َ َأ َنَعَ ْسَت َأ(Apakah kamu benar-benar mendengar adzan?)

؟َ َ َأ َنَعَ ْسَت ْمَلأ(Apakah kamu benar-benar tidak mendengar adzan?)

Catatan:

 I’rob suatu kata ada 4 macam, yaitu rofa’, nashob, jar, dan jazm. Untuk isim hanya terdiri dari

i’rob rofa’, nashob dan jar sertatidak ada i’rob jazm. Untuk fi’il hanya terdiri dari i’rob rofa’,

nashob dan jazm serta tidak ada i’rob jar.

 Semua fi’il mudhori’adalah termasuk fi’il mu’rob, kecuali apabila bersambung dengan nun

niswah atau nun taukid.

Bahasa Arab Dasar 34: Pembagian Fi'il Mudhori'

ِ ِ َ ْل ِلْعِ ْل َسْقَأ


(43)

1. Fi’il Shohih Akhir

Fi’il shohih akhir adalah fi’il yang diakhiri dengan huruf-huruf shohih.

Contoh:

ل خْ َي(masuk)

ْ َي(keluar)

أَ ْ َي(membaca)

2. Fi’il Mu’tal Akhir

Fi’il mu’tal akhir adalah fi’il yang diakhiri dengan huruf-huruf ‘illat.

Fi’il mu’tal akhir terbagi menjadi 3:

a. Mu’tal Alif

Contoh:

َض ْ َي(meridhoi)

َ ْ َي(melarang)

b. Mu’tal Wawu ْ عْ َي(menyeru/berdo’a)

ْ ْغَي(berperang)

c. Mu’tal ya’ ِم ْ َي(melempar)

ْ َي

ِن (berzina)


(44)

3. Fi’il Al-Af’alul Khomsah

Fi’il al-af’alul khomsah adalah fi’il yang diakhiri dengan huruf ‘illat dan nun.

Perhatikan tabel tashrif fi’il mudhori’ berikut:

Dari tashrif diatas, terlihat bahwa fi’il yang diakhiri dengan huruf ‘illat dan nun adalah: 1. ِ َ تْ َي

2. َ ْ تْ َي 3. ِ َ تْ َت 4. َ ْ تْ َت 5. َنْيُِِب تْ َت

Kelima fi’il ini dikenal dengan namaAl-Af’alul Khomsah(Fi’il-fi’il yang Lima)

Bahasa Arab Dasar 36: Ciri-Ciri I'rob Fi'il

َمَاَع

ِ َعْفَأ ِ َ ْعِ


(45)

Catatan:

Asal I’rob dari suatu fi’il adalah marfu’. Fi’il ini menjadi berubah I’robnya manakala ada sesuatu

yang menyebabkannya menjadi manshub ataupun majzum. Sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan I’rob dari suatu fi’il dikenal dengan nama‘amil.

Bahasa Arab Dasar 37: Amil-Amil Pada Fi'il

ِ َعْفَأ لِم َ َع

(Amil-amil pada Fi’il)

1. Al-Adawatun Nashibah

Al-Adawatun Nashibah adalah alat-alat yang digunakan untuk menashobkan fi’il.

Macam-macam alat penashob

a. ْ َأ

Contoh:


(46)

b. ْنَل

Contoh:

ُ َاْسَ ْل َحَ ْ َي ْنَل(Tidak akan sukses orang yang malas) c. ْ َ ِ

Contoh:

َحَ ْ َت ْ َ ِ(Jika demikian, engkau akan sukses) d. ْيَك

Contoh:

َحَ ْ َت ْيَك ْي ِخَأ َي ْ ِ َتْجِ(Bersungguh-sungguhlah saudaraku, agar engkau sukses) e. ْيَك َل

Contoh:

ْ عَ ْسَيِل َكَت ْ َص ْعَف ْ ِ(Angkatlah suaramu, agar mereka dapat mendengar) f. ِ ْ ح ْل َل

Contoh:

ْس ْل َ َك َم

َخَأ َ َ ْسَيِل مِ (Seorang muslim tidak akan mencemooh saudaranya) g. َتَح

Contoh:

ْ َ ل َيِ َتْ َي َتَح ْ ثَ َحَتَت َل(Janganlah kalian ngobrol hingga pelajaran selesai!)

Bahasa Arab Dasar 38: Adawatul Jazimah

2. Al-Adawatul Jazimah

Al-Adawatul Jazimah adalah alat-alat yang digunakan untuk menjazmkan fi’il

Macam-macam alat penjazm:

a. Alat penjazem yang menjazemkan satu fi’il

Kelompok penjazm satu fi’il


(47)

Contoh:

مْيِ ْعَتل ِف ْيَ ْ ْحَي ْمَل(Zaid tidak hadir dalam kajian) 2. ّ َل

Contoh:

ْ ْحَي َ َل(mereka belum hadir) 3. ْمَلَأ

Contoh:

؟ َ ْيِ م َ َيِبَ َعْل َ َغ ل َ َأ ْمَ ْعَت ْمَلَأ(Apakah kamu tidak tahu bahwa bahasa arab itu sangat berfaedah?) 4. ْمَأ َل

Contoh:

َض ِتْيَ ْل ب ِح َص ْ ِ ْ يِل

هَ ْي (Hendaklah tuan rumah itu menghormati tamunya) 5. َيِه َ ل َل

Contoh:

ًم َ ْصَأ ْعَت َل(Janganlah kalian menyembah patung-patung!)

b. Alat penjazm yang menjazmkan dua fi’il

Kelompok penjazem dua fi’il

1. ْ ِ

Contoh:

َت ْ ِ َتْ َت ْ ِ

ْحَ ْ (Jika engkau bersungguh-sungguh niscaya engkau akan sukses) 2. ْنَم

Contoh:

ْ ْحَي ْ َ ْ َي ْنَم(Barangsiapa yang menanam, ia akan menuai) 3. َم

Contoh:

ْبَتْ ي لَ َع ْنِم ْلَ ْعَت َم(Amalan apasaja yang engkau lakukan, niscaya ia akan dicatat) 4. ْ َم


(48)

Contoh:

ْعَ ْ َي َتِك ْنِم ْأَ ْ َت َ ْ َم(Buku apasaja yang engkau baca, tentulah ia akan bermanfaat) 5. َتَم

Contoh:

ْعِجْ َأ ْع ِج ْ َت َتَم(Kapansaja engkau kembali, aku akan kembali) 6. َ َيأ

Contoh:

َ َح م ْبَهْ َي َ َيَأ

ْبَهْ أ (Kapansaja Muhammad pergi, saya akan pergi) 7. َنْيَأ

Contoh:

ْضِ ْقَأ ْ ْ َت َنْيَأ(Kemana saja engkau melarikan diri, akan kutangkap) 8. َ ْيَح

Contoh:

ْعِ َتَأ ْبَهْ َت َ ْيَح(Kemana saja engkau pergi, aku akan ikut) 9. َ َ ْيَك

Contoh:

ْسِ ْجَأ ْسِ ْ َت َ َ يَك(Bagaimana saja engkau duduk, begitulah aku akan duduk) 10. َأ

Contoh:

ْ َجْ ت ْأَ ْ َت َي َء َأ(Ayat apasaja yang engkau baca, engkau akan diberi pahala)

Bahasa Arab Dasar 39: Macam-Macam Laa

َل َ ْنَأ


(49)

1. Laa Nahiyah

Laa nahiyah adalah huruf َلyang berfungsi untuk melarang (diartikan janganlah) Ciri dari laa nahiyahadalah menjazmkan fi’il mudhori’.

Contoh:

ْ َ ْ َت َل(Janganlah kamu begurau!)

َا خْ َت َل(Janganlah kalian berdua masuk!)

ْ َعْ َت َل(Janganlah kalian semua bermain!)

2. Laa Nafiyah

Laa nafiyah adalah huruf َلyang berfungsi untuk menafikan (diartikan tidak) Ciri dari laa nafiyahadalah tidak menjazmkan fi’il mudhori’

Contoh:

َ ْ َت َل(Kamu tidak begurau)

َْت َل

َا خ (Kalian berdua tidak masuk)

َ ْ َعَْت َل(Kalian semua tidak bermain)

Bahasa Arab Dasar 40: Macam-Macam Lam

َِال َ ْنَأ

(Macam-macam lam)

Macam-macam lam:

1. ِّ َ ْل ِف ْ َح َل

Contoh:


(50)

ِنْيَ ِمْ ِل َتِ ْل َ َه(Buku ini milik dua orang mu’min)

َنْيِ ِمْ ِل َتِ ْل َ َه(Buku ini milik orang-orang mu’min) 2. ْيَك َل

Contoh:

َل َ ْعَتِل َتْ ِ خ(Kamu diciptakan agar kamu menyembah Allah)

ْعَتِل َ تْ ِ خ

َل َ (Kalian berdua diciptakan agar kalian berdua menyembah Allah)

َل ْ ْعَتِل ْم تْ ِ خ(Kalian semua diciptakan agar kalian semua menyembah Allah) 3. ِ ْ ح ْل َل

Contoh:

َ ْ َ ْل َ َ ْ َيِل مِ ْس ْل َ َك َم(Tidaklah seorang muslim itu akan minum khomr)

َ َس َحَتَيِل ِ َ ِ ْس ْل َ َك َم(Tidaklah dua orang muslim itu akan saling mendengki)

ََاَ ل ْ ك ْتَيِل َ ْ ِ ْس ْل َ َك َم(Tidaklah orang-orang muslim itu akan meninggalkan shalat) 4. ِ ْمَأ َل

Contoh:

ِ ِ ْسَ ْل ِف ْل خْ َيِل(Hendaklah ia masuk ke masjid)

ِ ِ ْسَ ْل ِف َا خْ َيِل(Hendaklah mereka berdua masuk ke masjid)

ِ ِ ْسَ ْل ِف ْ خْ َيِل (Hendaklah mereka semua masuk ke masjid) 5. ِْيِك ْ َتل َل

Contoh:

ِ ِ ْسَ ْل ِف ل خْ َيَل(Sungguh ia akan masuk masjid)

ِ ِ ْسَ ْل ِف ِ َا خ َيَل(Sungguh mereka berdua akan masuk masjid)

ِ ِ ْسَ ْل ِف َ ْ خْ َيَل(Sungguh mereka semua akan masuk masjid)

Bahasa Arab Dasar 41: Marfu'atul Asma

ء َ ْسَأ َع ْ ف ْ َم


(51)

Kelompok Marfu’atul Asma ‘

1. لِع َ ل 2. ِلِع َ ل بِئ َن 3. أَ َتْ ْل 4. َ َ ْل 5. َ َك مْسِ 6. َ ِ َ َخ 7. ِ ْ ف ْ َ ْ ِل عِب َتل

Bahasa Arab Dasar 42: Fa'il

لِع َ ْل (Fa’il)

Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum untuk menunjukkan pelaku dari suatu

pekerjaan. Contoh:

َبْ َ ْل يِ َع َ َ َض(Ali telah memukul anjing)

َ ْ َ ل َ َح م ب تْ َي (Muhammad sedang menulis pelajaran)

Ketentuan-Ketentuan Fa’il:

1.Fa’il adalah isim yang marfu’

Contoh:

ً َ َح م ْيَ َ َ َن(Zaid menolong Muhammad)

ْيَadalah sebagai fa’ilnya karena dia merupakan isim yang marfu’

ً َ َح مbukan sebagai fa’il karena dia manshub

ِ ْ سل َلِ ل جَ ل َبَهَ(Laki-laki itu pergi ke pasar)

ل ج َ لadalah sebagai fai’ilnya karena dia merupakan isim yang marfu’


(52)

2. Fa’il harus diletakkan setelah fi’il. Apabila ada isim marfu’ yang terletak di depan /sebelum fi’il maka dia bukan fa’il

Contoh:

ب تْ َي َ َح م

َ ْ َ ل (Muhammad sedang menulis pelajaran)

َ َح مbukan sebagai fa’il. Hal ini karena ia terletak di depan fi’il.

Fa’ilnya adalah berupa dhomir mustatir yang terdapat pada fi’il ب تْ َيyang taqdirnya adalah َ ه.

3. Fi’il yang dipakai adalah fi’ilma’lum. Apabila ada isim mar’fu’ yang terletak setelah fi’il majhul, maka ia bukan sebagai fa’il.

Contoh:

يِ َع َ ِ ض(Ali dipukul)

يِ َعbukanlah sebagai fa’il karena fi’il yang dipakai adalah fi’il majhul.

4. Fi’il yang dipakai harus selalu dalam bentuk mufrod

Contoh:

َ ْ َ ل مِ ْس ْل َبَتَك(Seorang muslim itu menulis pelajaran)

َ ْ َ ل ِ َ ِ ْس ْل َبَتَك(Dua orang muslim itu menulis pelajaran)

َ ْ َ ل َ ْ ِ ْس ْل َبَتَك(Orang-orang muslim itu menulis pelajaran)

5. Bila fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya mufrod mudzakkar. Bila failnya muannats maka fi’ilnya

mufrod muannats. Contoh:

َنَ َ ل َ َح م َ ِ َش(Muhammad telah minum susu)

َنَ َ ل مَي ْ َم ْتَب ِ َش(Maryam telah minum susu)

َنَ َ ل َ َح م َ ْ َي(Muhammad sedang minum susu)

َنَ َ ل مَي ْ َم َ ْ َت(Maryam sedang minum susu)

Bahasa Arab Dasar 43: Catatan Fa'il

Catatan Fa’il:


(53)

Contoh:

بِل َ ل ِ َعِم َ ْل نِم َعَجَ(Mahasiswa itu telah pulang dari kampus)

يِ َع َبْ َ ْل َ َ َض(Ali memukul anjing)

2. Apabila fa’il tidak terletak secara langsung dibelakang fi’ilnya, maka untuk fa’il yang muannats, fi’ilnya boleh berbentuk mufrod muannats atau mufrod mudzakkar.

Contoh:

َم َنَ َ ل ْتَب ِ َش مَي ْ

Atau:

مَي ْ َم َنَ َ ل َ ِ َش

3. Apabila fa’ilnya berupa jamak taksir, maka fi’ilnya boleh berbentuk mufrod mudzakkar atau

mufrod muannats. Contoh:

ِ ِ ْسَ ْل َ َمَأ َل ْ َأ َبِعَل

Atau:

ِ ِ ْسَ ْل َ َمَأ َل ْ َأ ْتَ ِعَل

Bahasa Arab Dasar 44: Macam-Macam Fail

لِع َ ْل َ ْنَأ

(Macam-Macam Fa’il)

8. Fa’il yang berupa isim mu’rob

ِ َحِتْمِل يِف ِ َتْ ْل َحَ َن

2. Fa’il yang berupa isim mabni


(54)

ِتْمِل يِف ِ َتْ ْل َ َه َحَ َن ِ َح

ِ َحِتْمِل يِف َحَ َن

Bahasa Arab Dasar 45: Fa'il Berbentuk Dhomir Dari Fi'il

Madhi

Mengenal Fa’il Yang Berbentuk Dhomir 1. Fi’il Madhi

َبَتَك: Fa’ilnya adalah dhomir mustatir yang taqdirnya َ ه

َ َتَك: Fa’ilnya adalah alif

َتَك: Fa’ilnya adalah wawu

ْتَ َتك: Fa’ilnya adalah dhomir mustatir yang taqdirnya َيِه

َتَ َتَك: Fa’ilnya adalah alif

َنْ َتَك: Fa’ilnya adalah nun

َتْ َتَك: Fa’ilnya adalah ta’

َ تْ َتَك: Fa’ilnya adalah ta’

ْم تْ َتَك: Fa’ilnya adalah ta’


(55)

َ تْ َتَك: Fa’ilnya adalah ta’

َن تْ َتَك: Fa’ilnya adalah ta’

تْ َتَك: Fa’ilnya adalah ta’

َ ْ َتَك: Fa’ilnya adalah َن

Contoh:

َ َ ل َبَتَك َ َح م

Fa’il dari kalimat ini adalah dhomir mustatir yang taqdirnya َ ه

ْ ِ َف َ ْ ِ ْس ْل َ ْ َ ل

Fa’il dari kalimat ini adalah wawu

ِّيِسْ ْل َ َع تْسَ َج

Fa’il dari kalimat ini adalah ta’

Bahasa Arab Dasar 46: Fa'il Berbentuk Dhomir Dari Fi'il

Mudhori

2. Fi’il Mudhori’

ب تْ َي: Fa’ilnya adalah dhomir mustatir yang taqdirnya َ ه

ِ َ تْ َي: Fa’ilnya adalah alif


(56)

ب تْ َت: Fa’ilnya adalah dhomir mustatir yang taqdirnya َيِه

ِ َ تْ َت: Fa’ilnya adalah alif

َنْ تْ َي: Fa’ilnya adalah nun

ب تْ َت: Fa’ilnya adalah dhomir mustatir taqdirnya َتْنَأ ِ َ تْ َت: Fa’ilnya adalah alif

َ ْ تْ َت: Fa’ilnya adalah wawu

َنْيُِِب تْ َت: Fa’ilnya adalah ya’

ِ َ تُْ ْكَت: Fa’ilnya adalah alif

َنْ تْ َت: Fa’ilnya adalah nun

ب تْكَأ: Fa’ilnya adalah dhomir mustatir yang taqdirnya َنَأ ب تْ َن: Fa’ilnya adalah dhomir mustatir yang taqdirnya نْحَن

Contoh:

َ َ ِحْل بَك ْ َي َ َح م

Fa’il dari kalimat ini adalah dhomir mustatir yang taqdirnya َ ه

َ ْ َتْس ْل َنْ خْ َي َضِّ َ ْل

Fa’il dari kalimat ini adalah nun

ََل َسِّ ل ب تْ َن

Fa’il dari kalimat ini adalah dhomir mustatir yang taqdirnya نْحَن

Bahasa Arab Dasar 47: Fa'il Berbentuk Dhomir Dari Fi'il Amr


(57)

ْب تْك : Fa’ilnya adalah dhomir mustatir yang taqdirnya َتْنَأ َ تْك : Fa’ilnya adalah alif

ْ تْك : Fa’ilnya adalah wawu

ْ ُِِب تْك : Fa’ilnya adalah ya’

َ تْك : Fa’ilnya adalah alif

َنْ تْك : Fa’ilnya adalah nun

Contoh:

َ ْ َ ل ْب تْك

Fa’il dari kalimat ini adalah dhomir mustatir yang taqdirnya َتْنَأ َ َء ْ ْل ْ َ ْحِ

Fa’il dari kalimat ini adalah wawu

َن ِت ي ب َلِ َنْع ِج ْ ِ

Fa’il dari kalimat ini adalah nun

Bahasa Arab Dasar 48: Catatan Macam-Macam Fa'il

Catatan Macam Fa’il:

1. Alif yang berfungsi sebagai fa’il dinamakan alif itsnain ( ِنْيَ ْثِإ فِلَأ) 2. Wawu yang berfungsi sebagai fa’il dinamakan wawu jama’ah ( ِ َع َ َ ْل َ) 3. Nun yang berfungsi sebagai fa’il dinamakan nun niswah ( ِ َ ْسِّ ل ْ ن) 4. Ta’ yang berfungsi sebagai fa’il dinamakan ta’ fa’il ( ِلِع َ ْل ء َت)

5. Ya’ yang berfungsi sebagi fa’il dinamakan ya mukhothobah ( َِ َ َ ْل ء َي)

Bahasa Arab Dasar 49: Naibul Fa'il

ِلِع َ ل بِئ َن (Naibul Fa’il)

Naibul fa’iladalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il majhul untuk menunjukkan orang yang

dikenai pekerjaan.

Contoh:


(58)

ي

ْ َ ل بَتْ (Pelajaran sedang ditulis)

Ketentuan-ketentuan naibul fa’il

8. Naibul fa’il merupakan isim marfu’. Asal dari na’ibul fa’il adalah sebagai obyek (maf’ul bih) yang mempunyai I’rob nashob. Tatkala failnya dihapus, maka maf’ul bih menggantikan posisi fa’il yang mempunyai I’rob rofa’.

Contoh:

ً َ َح م ْيَ َ َ َن(Zaid menolong Muhammad)

Tatkala fa’ilnya dihapus, menjadi:

َ َح م َ ِ ن(Muhammad ditolong)

2. Naibul fa’il harus diletakkan setelah fi’il. Apabila ada isim marfu’ yang terletak di depan

/sebelum fi’il maka dia bukan naibul fa’il.

Contoh:

َ ِ ن َ َح م(Muhammad ditolong)

َ َح مbukan naibul fa’il. Hal ini karena ia terletak di depan fi’il.

Naibul fa’ilnya adalah berupa dhomir mustatir yang terdapat pada fi’il َ ِ نyang taqdirnya adalah َ ه

3. Fi’il yang dipakai adalah fi’il majhul.

Contoh:

َ َ َ ْل َ َح م َحَبَ(Muhammad menyembelih sapi)

َ َح مbukan sebagai na’ibul fail karena fi’il yang dipakai bukan fi’il majhul.

4. Fi’il yang dipakai harus selalu dalam bentuk mufrod

Contoh:

ِف َ ْل َاِت ق(Seorang kafir itu telah dibunuh)

ِ َ ِف َ ْل َلِت ق(Dua orang kafir itu telah dibunuh)

َ ْ ِف َ ْل َلِت ق(Orang-orang kafir itu telah dibunuh)

5. Bila naibul fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya mufrod mudzakkar. Bila naibul failnya muannats

maka fi’ilnya mufrod muannats.

Contoh:


(59)

مَي ْ َم ْ َ ِ ن َ َح م َ ْ ي مَي ْ َم َ ْ ت

0. Apabila susunan sebelum fa’ilnya dihapus menpunyai dua maf’ul bih (obyek), maka setelah failnya

dihapus, maf’ul bih pertama menjadi naibul fail sedangkan maful bih kedua tetap manshub sebagai

maf’ul bih.

Contoh:

ًم َعَ َ ْيِ َ ْل َ َح م َحَ َم(Muhammad memberi orang fakir itu makanan)

Tatkala fa’ilnya dihapus, maka fi’ilnya harus dirubah menjadi bentuk majhul. Kemudian maf’ul bih

pertama ( yaitu َ ْيِ َ ْل) berubah menjadi naibul fail, sehingga I’robnya menjadi rofa’. Adapun maf’ul bih ke dua ( yaitu ًم َعَ )tetap manshub sebagai maf’ul bih.

ًم َعَ ْيِ َ ْل َحِ م(Orang fakir itu diberi makanan)

Bahasa Arab Dasar 50: Catatan Naibul Fa'il

Catatan Na’ibul Fa’il:

8. Ketentuan na’ibul fa’il mirip dengan ketentuan yang ada pada fa’il. 2. Naibul fa’il tidak harus terletak secara langsung dibelakang fi’ilnya.

Contoh:

ِ َسل ِقْي ِ َ ل ِف ضَ ْ ي(Pencuri itu ditangkap di jalan)

3. Apabila na’ibul fa’il tidak terletak secara langsung dibelakang fi’ilnya, maka untuk na’ibul fa’il yang muannats, fi’ilnya boleh mufrod muannats atau mufrod mudzakkar.

Contoh:

مَي ْ َم ِلْ َ ْل ِف ْ َ ِ ن(Maryam ditolong di dalam kelas) atau

مَي ْ َم ِلْ َ ْل ِف َ ِ ن(Maryam ditolong didalam kelas)

4. Apabila na’ibul fa’ilnya berupa jamak taksir, maka fi’ilnya boleh berbentuk mufrod mudzakkar

atau mufrod muannats.

Contoh:


(60)

Atau

ْيِت َسَ ْأ ْتَ ِ س(Para ustadz ditanya)

5. Terkadang, na’ibul fa’il berupa isim mabni

Contoh:

َ ْ ْل َ َ َس ِ َل َضِ ق(Telah ditangkap orang yang mencuri uang)

َ ْل َ َه حَتْ ي(Pintu ini dibuka)

ِف َ ْل َلِت ق(Orang kafir itu dibunuh)

حَ ْ ت(Orang itu dinikahi)

ْ ب ِ ض(Mereka dipukul)

Bahasa Arab Dasar 51: Mubtada Khobar

َ َ ْل َ أَ َتْ ْل

(Mubtada’ dan Khobar)

Mubtada’adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat (Subyek)

Khobar adalah sesuatu yang dapat menyempurnakan makna mubtada’ (Predikat)

Contoh:

بْيِ َ َ َح م(Muhammad adalah seorang dokter)

ضْي ِ َم َتْس ْأ(Ustadz itu sakit)

Ketentuan-ketentuan Mubtada’ dan khobar

8. Mubtada’ dan khobar merupakan isim-isim marfu’

Contoh:

ِ َن َل َ ْل

طْي (Anak itu rajin)

ِه َم َ ْ بَأ(Bapakmu adalah orang yang pandai)

ِ َع ِض َ ْل(Hakim itu adil)

2. Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi bilangannya.


(61)

ِض َح مِ ْس ْل(Seorang muslim itu hadir)

ِ َ ِض َح ِ َ ِ ْس ْل(Dua orang muslim itu hadir)

َ ْ ِض َح َ ْ ِ س ْل(Orang-orang muslim itu hadir)

3. Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi jenisnya.

Contoh:

حِل َص مِ ْس ْل(Orang muslim itu sholeh)

َحِل َص َ ِ ْس ْل(Orang muslimah itu sholihah)

َ ْ ِ َتْ م َ ْ ِمْ ْل(Para lelaki mu’min itu orang yang bersungguh-sungguh)

َ ِ َتْ م َ ِمْ ْل(Para perempuan mu’min itu orang yang bersungguh-sungguh)

Bahasa Arab Dasar 52: Macam-macam Mubtada

ِأَ َتْ ْل َ ْنَأ

(Macam-Macam Mubtada’)

1. Mubtada’ yang berupa isim mu’rob

Contoh:

مْيِ َع هَأ(Allah Maha Mengetahui)

ِ َ ِ َتْ م ِ َ َل َ ْل(Dua anak laki-laki itu orang yang bersungguh-sungguh)

ِ َع َ ع(Umar adalah seorang yang adil)

2. Mubtada’ yang berupa isim mabni Contoh:

ْيِ َج َتِ ْل َ َه(Buku ini baru)


(62)

بِل َ َنَأ(Saya seorang mahasiswa)

Bahasa Arab Dasar 53: Macam-Macam Khobar

ِ َ َ ْل َ ْنَأ

(Macam-Macam Khobar)

1. Khobar Mufrod

Khobar mufrod adalah khobar yang bukan berupa jumlah maupun syibhul jumlah.

Contoh:

ِض َح لِم َعْل(Seorang pekerja itu hadir)

ِ َ ِض َح ِ َاِم َعْل(Dua orang pekerja itu hadir)

َ ْ ِض َح َ عْل(Para pekerja itu hadir)

2. Khobar Murokkab

Khobar murokkab adalah khobar yang berupa jumlah atau syibhul jumlah.

a. Khobar yang berupa jumlah

i. Jumlah Ismiyah

Contoh:

ْيِ َج ه ب َتِك َل َ ْل(Anak laki-laki itu bukunya baru)

ِض َح ْ بَأ َل َ ْل(Anak laki-laki itu bapaknya hadir)

َسَ ْ َ ْل

َ َ َح َ سِّ َ م (Sekolahan itu pengajarnya telah hadir)

ii. Jumlah Fi’liyah

Contoh:


(63)

َ َ َح ِّ َ ْل(Seorang pengajar itu telah hadir)

ْ َ َح َ ْ س ِّ َ ْل(Para pengajar itu telah hadir)

b. Khobar yang berupa syibhul jumlah

i. Jer dan Majrur

Contoh:

ِتْيَ ْل ِف َ َح م(Muhammad di dalam rumah)

ِبَتْ َ ْل َ َع َتِ ْل(Buku itu di atas meja)

ii. Dhorof dan Mudhof ilaih

Contoh:

ِتْيَ ْل َ َمَأ َ َح م(Muhammad di depan rumah)

ِبَتْ َ ْل َتْحَت َ ِ ْل(Kucing itu di bawah meja)

Bahasa Arab Dasar 54: Catatan Mubtada Khobar

Catatan:

8. Susunan mubtada’ dan khobar membentuk jumlah isimiyah, sedangkan susunan fi’il dan fa’il membentuk jumlah fi’ilyah.

Contoh:

َح مِ ْس ْل

َ َ (Jumlah isimiyah)

مِ ْس ْل َ َ َح(Jumlah fi’liyah)

2. Apabila khobar berupa jumlah fi’liyah yang fa’ilnya berupa dhomir, maka harus mengikuti mubtada’nya dari sisi bilangan dan jenisnya.

Contoh:

َ َ َح مِ ْس ْل ْ َ َح َ ْ ِ ْس ْل

ْس ْل ْ َ َ َح َ ِ َ ْ َ َح َ ِ ْس ْل


(64)

3. Terkadang letak khobar didahulukan daripada mubtada’. Khobar ini dinamakan khobar

muqoddam ( َ َ م َ َخ) dan mubtada’nya dinamakan mubtada’ muakhkhor ( َخَ م أَ َتْ م)

Contoh:

ل ج َ ِتْيَ ْل ِف ِْ ِع ْ ف

4. I’rob dari khobar yang berbentuk murokkab adalahfi mahalli rof’in ( عْفَ ِّلَحَم ِف)

Bahasa Arab Dasar 55: Isim Kana Dan Saudari-Saudarinya

َ ِت َ َخَأ َ َ َك مْسِ

(Isim Kaana dan Saudaranya)

Kaana dan saudari-saudarinya merupakan fi’il-fi’il yang masuk pada susunan mubtada’ dan khobar

sehingga merofa’kan mubtada’ dan menashobkan khobar.

Mubtada’ yang telah dirofa’kan oleh kaana dan saudari-saudarinya dikenal dengan Isim Kaana

Khobar yang telah dinashobkan oleh kaana dan saudari-saudarinya dikenal denganKhobar Kaana

Contoh:

ً ْيِ َع ل َ َك : مْيِ َع ل ً ِ َتْ م َ َح م َ َك : ِ َتْ م َ َح م

Bahasa Arab Dasar 56: Isim Kaana

1. Isim Kaanayang berupa isim mu’rob Contoh:

ً ْيِ َن َل َ ْل َك ً َحِل َص َ ِئ َع ْتَن َك


(65)

ْي ِحِل َص َ ْ ِ ْس ْل َ َك َن

َحِل َص َ ِ ْس ْل ِتَن َك

2. Isim Kaana yang berupa isim mabni

Contoh:

ً ِل َع َتْس ْأ َ َه َ َك ً ْيِ م َتِ ْل َكِلَ َ َك ً ِ ْس م تْ ك َنْيِ ِ ْس م ْ ن َك

َ َك فْي ِ ْ َت

Contoh:

مِ ْس م َ ه ً ِ ْس م َ َك :

م َ ه : ِ َ ِ ْس ِنْيَ ِ ْس م َن َك

: َ ِ ْس م ِتْنأ ً َ ِ ْس م ِتْ ك

Bahasa Arab Dasar 57: Saudari-Saudari Kaana

Saudari-Saudari Kaana

1. َ َبس َسْمَأس َلَضس َحْضَأس َحَ ْصَأ(Untuk menunjukkan waktu)


(66)

ً ِئ َن َل َ ْل َ َب(Anak itu tidur di malam hari) 2. َسْيَل(Untuk penafian)

Contoh:

ًاْ َس َ َ ل َسْيَل(Kesuksesan itu tidaklah mudah) 3. َ َص(Untuk menunjukkan terjadinya perubahan)

Contoh:

ًب َش َ َح م َ َص(Muhammad telah menjadi seorang pemuda) 4. َ َ َم(Untuk menunjukkan jeda waktu)

Contoh:

ً ِ ْ م ْ َيْل َ َ َم ْ ْ َت َل(Jangan keluar selama hari masih hujan)

5. َ َ َمس َئِتَف َمس َكَ ْن َمس َ ُِ ِ َب َم(Untuk menunjukkan adanya kesinambungan)

Contoh:

ً ِّ َ م ِ َسْل َ َ َم(Pencuri itu senantiasa membuat resah)

Bahasa Arab Dasar 58: Khobar Kaana

َ َك ِ َ َخ َ ْنَأ

(Macam-Macam Khobar Kaana)

1. Khobar Kaana yang berbentuk mufrod

Contoh:

ً ِض َح لِم َعْل َ َك

2. Khobar Kaana yang berbentuk murokkab


(1)

Contoh:

يِنَاْيَ ْل ِ ِ َ ْل ِ ْ َع َ= Boleh secara bahasa (akan tetapi berdasarkan syar’i tidak boleh)

يِنَاْيَ ْل ِ ِ َ ْل ِ ْ َعَت= Tidak boleh secara bahasa (dan juga berdasarkan syar’i)

Bahasa Arab Dasar 116: Majrur Dengan Idhafah

َِف َضِإ ِب ْ ْ َ ْلَ

(Majrur Karena Idhafah)

Idhafah adalah bentuk penyandaran suatu isim dengan isim yang lain. Contoh:

َ َح م َتِك(Bukunya Muhammad)

بَهَ مَت َخ(Cincin emas)

1. Isim yang pertama yaitu َتِكdan مَت َخdikenal dengan istilah mudhaf. 2. Isim yang kedua yaitu َ َح مdan بَهَ dikenal dengan istilah mudhaf ilaihi.

Mengingat susunan idhafah adalah terdiri dari mudhaf dan mudhaf ilaihi, terkadang istilah idhafah dikenal dengan istilah mudhaf – mudhaf ilaihi.

I’rab mudhaf adalah mengikuti kedudukannya didalam kalimat adapun I’rab mudhaf ilaihi adalah selalu majrur.

Contoh:

ْيِ م َ َح م َتِك(Bukunya Muhammad bermanfaat)

َ َح م َ َتِك ْيِعَتْسَأ(Aku meminjam bukunya Muhammad)

َ َح م ِ َتِك يِف َ ْ ج ْ َم َ َحَا ْل ِ ِ َه(Catatan ini terdapat di bukunya Muhammad)

Bahasa Arab Dasar 117: Macam-Macam Mudhaf Ilaihi

ِهْيَلِ ِف َ ْل َ ْنَأ


(2)

8. Mu’rob

Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mu’rab harus selalu majrur. Contoh: ِمِ ْس ْل َتِك

ِنْيَ ِ ْس ْل َتِك َتِك َنْيِ ِ ْس ْل َ َ ِئ َع ثْيِ َح 2. Mabni

Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mabni tidak mengalami perubahan harokat akhir (sesuai bentuk aslinya).

Contoh:

َك ب َتِك(Kitabmu – laki-laki)

ِك ب َتِك(Kitabmu – wanita)

Bahasa Arab Dasar 118: Syarat-Syarat Idhofah

َِف َضِإ ْ ش

(Syarat-Syarat Idhofah) Syarat-syarat idhofah ada 3:

1. Mudhof tidak boleh ditanwin. Contoh:

ِ ْيِ َح= mudhof

َ َح م= mudhof ilaihi

Susunan idhofahnya adalah,


(3)

َ َج= mudhof َح م

َ = mudhof ilaihi

Susunan idhofahnya adalah:

َ َح م َ َج(Handphone Muhammad)

2. Membuang nun mutsanna atau jama’ pada mudhof. Contoh:

ِ َب َتِك= mudhof

َ َح م= mudhof ilaihi

Susunan idhofahnya adalah,

َ َح م َب َتِك(Kitab Muhammad)

م

َ ْ س ِّ َ = mudhof

َ ْعَم= mudhof ilaihi

Susunan idhofahnya adalah,

َ ْعَم ْ سِّ َ م(Para pengajar ma’had)

3. Membuang alif lam dari mudhof Contoh:

ْ سَ ل= mudhof

ل= mudhof ilaihi

Susunan idhofahnya adalah,

ِل ْ سَ (Rasulullah)

َ ل= mudhof

ِ ْسَ ْل= mudhof ilahi

Susunan idhofahnya adalah,


(4)

Bahasa Arab Dasar 119: Faidah Idhofah

Faidah:

1. Secara umum, kandungan makna idhofah mempunyai tiga arti: a. Bermakna ْنِم(dari)

Contoh: ِ َح مَت َخ

ْي (Cincin besi) Maknanya adalah,

ْيِ َح ْنِم مَت َخ(Cincin dari besi) b. Bermakna ِ (milik) Contoh:

ّ يِ َع تْيَب(Rumah Ali) Maknanya adalah,

ّ يِ َعِل تْيَب(Rumah milik Ali) c. Bermakna يِف(di dalam) Contoh:

ِ ْ َ ل َ َع(Azab Kubur)

Maknanya adalah,

ِ ْ َ ل يِف َ َع(Azab di dalam kubur)

2. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan alif, dan mudhof ilaihi berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan harakat fathah

Contoh:

َ َ َي(Kedua tanganku)

Asalnya adalah ِ َ َيsebagai mudhof, nunnya dibuang sehingga bentuknya menjadi َ َي.


(5)

mengingat َ َيberakhiran alif, maka ketika diidhofahkan kepada ya’ mutakallim menjadi َ َ َي.

َ َ ه(Petunjukku)

Asalnya adalah,

َ ْلَdan ya’ mutakallim ( )

َ َ ِس(Selainku)

Asalnya adalah,

َ ِسdan ya’ mutakallim ( )

3. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan ya’ dan mudhof ilaihi berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan fathah yang ditasdid.

Contoh:

َيِسِّ َ م(Para pengajarku)

Asalnya adalah,

َنْيِسِّ َ مdan ya’ mutakallim ( )

َيِم َح م(Pengacaraku)

Asalnya adalah,

يِم َح ْلَdan ya’mutakallim ( )

َيِتْ م(Muftiku) Asalnya adalah,

يِتْ مdan ya’ mutakallim ( )

Bahasa Arab Dasar 120: Tawabi' Lil Majrur Dan

Penutup

ِ ْ ْ َ ْ ِل عِب َ َتلَ

Tawabi Pada Isim Majrur 1. تْعَ لَ


(6)

Contoh:

حْي ِحَص ثْيِ َح يِف ْ َ ِك َ ِ ل ِ ِ َه(Kisah ini disebutkan di dalam hadits yang shohih)

2. فْ َعْلَ Contoh:

ِمَ َ ل َ ِ َتْفَ ل ِب تْ َتَك(Aku menulis dengan menggunakan buku tulis dan pena)

3. ْيِك ْ َتلَ Contoh:

َ َح م َ َح ِل َتِ ْل َ َه(Buku ini betul-betul milik Muhammad)

4. َ َ ْلَ Contoh:

َ َح م ِ َتْس أ ِب ْ َ َم(Aku berpapasan dengan Ustadz Muhammad)

Penutup:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ل ِ ِ ي ْنَم

ِنْيِّ ل يِف هْ ِّ َ ي ً ْيَخ ِهِب

“Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah ta’ala maka dia akan dipahamkan dalam urusan agamanya.”

Maka Bahasa Arab merupakan kunci dalam memahami agama islam, dan merupakan salah satu tanda baiknya seseorang.

Kami mengharap kepada ikhwah sekalian agar mencari referensi-referensi lain untuk menambah perbendaharaan ilmu bahasa arab, bahkan kalau

memungkinankan mencari seorang guru yang membimbing langsung dalam pembelajaran bahasa arab ini lebih lanjut.

Kami memohon ampun kepada Allah ta’ala atas kesalahan-kesalahan yang telah kami lakukan dan kami memohon kepada Allah barakah atas ilmu yang telah kita pelajari.

َلِ ْ تَأَ َ ِ ْغَتْسَأ َتْنَأ َلِ َهلِ َل ْ َأ َ ْشَأ َ ِ ْ َحِب َ َم ّ ل َكَن َحْ س َكْي