Lokasi . Bangunan di Support

profesional berprinsip one stop shopping dan tidak terkait dengan anggaran pemerintah. Setiap pemberian jasa pelayanan akan dikenakan suatu biaya tertentu untuk mendukung biaya operasional Support Zone. Sebagai perintisan, diusulkan dibangun suatu Pilot Support Zone di Banda Aceh, dengan konsep kegiatan terkoordinasi secara mandiri, dimana setiap bagian pendukungan dibangun, dibiayai, dan dioperasikan oleh inst itusi yang benar-benar memiliki kompetensi integral di bidangnya. Rincian dari konsep ini, diuraikan berikut ini. Support Zone ini perlu dibuat juga untuk area lain di Aceh, dengan magnitude yang berbeda-beda. Rincian prasarana fisik konsep Support Zone for Aceh Rehabilitation and Reconstruction antara lain sebagai berikut ini.

I.1. Lokasi

Untuk tahap pertama, lokasi diusulkan di Banda Aceh, dengan area seluas kurang lebih 10 hektar, milik Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh, dengan izin penempatan selama kurang lebih 5 tahun.

I.2 . Bangunan di Support

Zone. Bangunan Support Zone di Banda Aceh ini akan memiliki lantai seluas kurang lebih 30.000 m2, untuk berbagai fasilitas. Bangunan ini dibangun oleh suatu perusahaan pengembang atau kontraktor yang kemudian disewakan kepada para pemakai dengan konsep Building Management . Termasuk di dalamnya unit untuk perkantoran atau perwakilan perusahaan dengan prinsip facilities sharing . Jadi di Banda Aceh saja pada tahun 2006 akan ada sekitar 35.000 tenaga kerja temporer dari segala tingkatan. Di samping itu, di Aceh juga hadir lebih dari 300 kelompok tenaga bantuan, baik NGO maupun dari satuan tugas negara pemberi bantuan. Keberadaan personil untuk pembangunan dan rekonstruksi Aceh ini merupakan suatu masalah tersendiri, karena mereka harus ditempatkan pada situasi yang mendukung kesiapan mereka untuk bekerja. Padahal penyediaan prasarana pemukiman untuk 100.000 orang, merupakan masalah yang luar biasa, yang sulit untuk disediakan dalam waktu pendek. Seperti biasanya, penyiapan prasarana untuk para personil temporer ini t idak disertakan dalam anggaran khusus, namun diserahkan kepada manajemen pengembang masing- masing. Tuntutan sarana dan prasarana untuk tenaga asing, ataupun tenaga dengan kualifikasi lebih tinggi dari dalam dan luar negeri, baik yang berasal dari aparat pemerintah, NGO ataupun satuan tugas bilateral maupun multilateral, merupakan persoalan yang tidak kalah rumitnya. Melaksanakan proyek besar dalam waktu pendek, tidak berarti tertib administrasi dapat diabaikan. Manajemen Proyek yang benar, tidak saja menuntut kualifikasi tenaga administrasi pendukung yang handal, tapi juga kelengkapan sarana penunjangnya yang memadai. Untuk mengelola tenaga kerja dan pencatatan prestasi kinerja untuk 100.000 orang, akan dibutuhkan setidaknya 4.000 tenaga administrasi, dengan minimal 1.000 unit komputer. Belum lagi kebutuhan pendukung untuk kegiatan teknis perencanaan, komunikasi dan sebagainya. Analisis mengenai penyiapan bagi dukungan program besar ini tampaknya belum dibuat secara tajam, dan dengan sendirinya penyiapan kondisi lapangan juga akan jauh dari memadai. Hal inilah yang tampaknya akan menjadi salah satu kunci terpenting di satu sisi, namun menjadi blind spot yang luput dari pengamatan para perencana program. Kebutuhan pendukungan inilah yang menjadi titik perhatian kami, dengan mengusulkan konsep K awasan Pendukung bagi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Support Zone for Aceh Rehabilitation and Reconstruction.

I. Konsep Support Zone.

Support Zone atau Kawasan Pendukung, merupakan suatu kawasan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk mendukung program besar yang dikelola sepenuhnya berdasarkan konsep pelayanan

I.3 . Pusat D okumentasi