PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN DAN ORIENTASI ETIKA TERHADAP AUDIT JUDGEMENT DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAWA TENGAH)

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN DAN
ORIENTASI ETIKA TERHADAP AUDIT JUDGEMENT
DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAWA TENGAH)

SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
ANIESA RAKHMALIA
NIM 7250406572

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

PERSETUJUAN PEMBIMBING


Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:

Hari

:

Tanggal

:

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Agus Wahyudin, M. Si

Bestari Dwi Handayani,SE, M.Si

NIP. 196208121987021001


NIP. 197905022006042001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Fachrurrozie, M.Si.
NIP. 196206231989011001
ii

PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari

:

Tanggal

:


Penguji

Nanik Sri Utaminingsih, SE., M.Si. Akt.
NIP. 197112052006042001

Anggota I

Anggota II

Dr. Agus Wahyudin, M. Si

Bestari Dwi Handayani,SE, M.Si

NIP. 196208121987021001

NIP. 197905022006042001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi


Dr. S. Martono, M.Si
NIP. 196603081989011001

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat temuan atau orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang,

Agustus 2013

Aniesa Rakhmalia

NIM. 7250406572

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:
Sesungguhnya setelah ada kesusahan pasti ada kemudahan, maka janganlah menyerah untuk
berusaha jika dalam perjalanan hidup kita ditemui suatu kesusahan .

PERSEMBAHAN :
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
♥ Ibu dan bapakku tersayang yang selalu
memberikan do’a dan dukungan dalam setiap
hela nafasku dan langkahku,
♥ Adi dan Lia kakak tersayangku,
♥ Indah adek tersayangku
♥ Sahabat-sahabatku tersayang meka, poetri,
yenie, roshie, erin dan teman seperjuangan yang
tidak bisa ku sebutkan satu per satu


at

Accounting Class Paralel ’06,
♥ Teman-teman

di

rumahku

memberikan semangat bagiku,
♥ Almamaterku.

v

yang

selalu

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
”Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman, Dan Orientasi Etika

Terhadap Audit

Judgement dengan Pengambilan Keputusan Etis Sebagai Variabel Intervening
(Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)”.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini karena adanya
bimbingan, bantuan, saran dan kerjasama dari berbagai pihak. Dengan segala
kerendahan hati dan rasa hormat, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum.
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan
menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang,
2. Dekan Fakultas Ekonomi, Dr. S. Martono, M. Si. yang telah memberikan
pelayanan dan kesempatan mengikuti program SI di Fakultas Ekonomi,
3. Ketua Jurusan Akuntansi, Drs. Fachrurrozie, M.Si. yang telah memberikan

fasilitas dan pelayanan selama masa studi di Jurusan Akuntansi,
4. Dosen Pembimbing I, Dr. Agus Wahyudin, M.Si yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik,

vi

5. Dosen Pembimbing II, Bestari Dwi Handayani, SE, M.Si yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik,
6. Dosen Penguji, yang telah memberikan saran, masukan, kritikan, dan
kebijaksanaannya dalam ujian skripsi,
7. Dosen Wali Kelas Akutansi S1 Paralel B, Drs. Heri Yanto, M.Ba. yang telah
memberikan motivasi dan arahan selama menjalani perkuliahan,
8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang
telah membimbing, mengarahkan, dan menularkan ilmu pengetahuannya,
9. Staf administrasi Jurusan Akuntansi, Bapak Agus Yanto, yang telah
memberikan pelayanan administrasi selama masa penelitian,
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Harapan penulis
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Semarang, Agustus 2013
Penulis

vii

SARI
Aniesa Rakhmalia. 2013. ”Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman, Dan Orientasi
Etika Terhadap Audit Judgement dengan Pengambilan Keputusan Etis Sebagai
Variabel Intervening (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)”.
Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I. Dr. Agus Wahyudin, M.Si. II. Bestari Dwi Handayani, SE, M.Si.
Kata kunci : Pengetahuan, Pengalaman, Orientasi Etika, Audit Judgement
dan Pengambilan Keputusan Etis.
Audit judgement digunakan dalam rangka menghasilkan opini akhir
mengenai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan yang akan dikeluarkan

oleh auditor. Kualitas judgement yang dihasilkan oleh auditor dapat terganggu
karena adanya situasi dilema etika yang terjadi pada auditor sehingga akan
mempengaruhi judgement yang dihasilkannya. Auditor seharusnya dapat keluar
dari konflik yang melandanya sehingga dapat mengambil suatu keputusan etis
yang akan berpengaruh terhadap judgement yang dihasilkannya. Ketepatan auditor
dalam menghasilkan audit judgement dipengaruhi oleh faktor individual auditor
yang terdiri dari pengetahuan, pengalaman dan orientasi etika auditor. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, pengalaman, dan orientasi
etika terhadap audit judgement dengan pengambilan keputusan etis sebagai
variabel intervening.
Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada KAP di
Jawa Tengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel yang mudah (convenience sampling) sehingga didapatkan
sebanyak 130 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang berupa kuesioner. Structural Equation Modeling dengan program
LISREL digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Hasil penelitian menunjukkan persamaan struktural (1) sebagai berikut
PKE=0.069*OE+0.41*PE+0.26*PG dan R2=0.53 serta memiliki nilai t-value OE
1.09, PE 3.09, dan PG 2.49. Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa
pengetahuan dan pengalaman berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis

sedangkan orientasi etika tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis.
Persamaan struktural (2) AJ=0.50*PKE+0.043*OE+0.24*PE+0.18*PG dan
R2=0.88 serta memiliki nilai t-value PKE 5.22, OE 0.98, PE 2.43, dan PG 2.39.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa pengambilan keputusan etis,
pengetahuan dan pengalaman berpengaruh terhadap audit judgement sedangkan
orientasi etika tidak berpengaruh terhadap audit judgement. Pengaruh tidak
langsung menunjukkan bahwa orientasi etika memiliki t-value sebesar 1.06,
pengetahuan 2.79 dan pengalaman sebesar 2.27. Dari ini dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan dan pengalaman terbukti berpengaruh terhadap audit judgement
melalui pengambilan keputusan etis sedangkan orientasi etika tidak berpengaruh.
Saran untuk peneliti selanjutnya yakni dapat menambahkan faktor
situasional seperti budaya organisasi dan nilai etika organisasi serta menggunakan
lamanya bekerja sebagai auditor sebagai indikator variabel pengalaman.
viii

ABSTRACT
Aniesa Rakhmalia. 2013. "The Influence of Knowledge, Experience, and Ethics
Orientation Audit Judgment Against Ethical Decision Making as an Intervening
Variable (Studies in Public Accounting in Central Java)". Thesis. Accounting
Department. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor I. Dr.
Agus Wahyudin, M.Sc. II. Bestari Dwi Handayani, SE, M.Sc.
Keywords: Knowledge, Experience, Ethics Orientation, Audit Judgment and
Ethical Decision Making.
Audit judgment is used in order to produce the final opinions about the
fairness of a company's financial statements to be issued by the auditor. The
quality produced by the auditor judgment may be interrupted because of a
situation that occurred in the ethical dilemma that will affect the auditor's
judgment that result. Auditors are expected to be swept out of the conflict so as to
take an ethical decision that will affect the resulting judgment. Accuracy auditor
to generate audit judgment influenced by individual auditors consisting of
knowledge, experience and ethical orientation auditor. The purpose of this study
was to determine the effect of knowledge, experience and ethical orientation on
audit judgment with ethical decision making as an intervening variable.
The study population was all auditors who worked on the Firm in Central
Java. Sampling was done using a simple sampling (convenience sampling) to
obtain as many as 130 respondents. The data used in this study is primary data in
the form of a questionnaire. Structural Equation Modeling with LISREL program
is used to test the hypothesis.
The results showed the structural equation (1) as follows PKE = 0069 *
OE+ 0.4*PE + 0.26*PG and R2 = 0:53 and has a value of t-value OE 1.09, PE
3.09, and PG 2.49. From the equation it can be concluded that the knowledge and
experience effect on ethical decision making whereas ethical orientation has no
effect on ethical decision making. Structural equation (2) AJ = 0.50*PKE+ 0043
*OE+ 0.18*PE + 0:24*PG and R2 = 0.88 and t-value of PKE 5.22, OE 0.98, PE
2.43, and 2.39 PG. From the equation it can be concluded that the ethical decision
making, knowledge, and experience affect audit judgment while ethical
orientation has no effect on audit judgment. Influence implies that ethical
orientation has a t-value of 1.06, 2.79 knowledge and experience of 2.27. From
this it can be concluded that the knowledge and experience of proven influence on
audit judgment through ethical decision making ethical orientation whereas no
effect.
Suggestions for further research that could add situational factors such as
organizational culture and ethical values as well as using his old organization
worked as an auditor as an indicator variable experience.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

ii

PENGESAHAN KELULUSAN .....................................................................

iii

PERNYATAAN ..............................................................................................

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................

vi

SARI ..............................................................................................................

viii

ABSTRACT ....................................................................................................

ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xiv

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xvi

BAB I

PENDAHULUAN ...........................................................................

1

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................................

10

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................

11

1.4. Kegunaan Penelitian .......................................................................

12

1.4.1. Kegunaan Teoritis ...................................................................

12

1.4.2. Kegunaan Praktis .....................................................................

13

BAB II

TELAAH PUSTAKA .....................................................................

14

2.1. Landasan Teori ...............................................................................

14

x

2.1.1. Etika .........................................................................................

14

2.1.2. Teori Perkembangan Moral Kognitif ......................................

18

2.1.3. Behavioral Decision Theory ....................................................

21

2.1.4. Audit Judgement ......................................................................

23

2.1.5. Pengambilan Keputusan Etis ...................................................

24

2.1.6. Pengetahuan .............................................................................

26

2.1.7. Pengalaman ..............................................................................

27

2.1.8. Orientasi Etika .........................................................................

28

2.2. Penelitian Terdahulu .......................................................................

30

2.3. Kerangka Berpikir ..........................................................................

35

2.4. Hipotesis Penelitian ........................................................................

48

BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................

50

3.1. Populasi dan Sampel .......................................................................

50

3.1.1. Populasi ...................................................................................

50

3.1.2. Sampel .....................................................................................

51

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................

52

3.2.1. Variabel Bebas .........................................................................

52

3.2.2. Variabel Intervening ................................................................

54

3.2.3. Variabel Terikat .......................................................................

55

3.2.4. Definisi Operasional ................................................................

56

3.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................

60

3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................

61

3.5. Teknik Analisis Data .....................................................................

62

xi

3.5.1. Analisis Deskripstif .................................................................

62

3.5.1.1.

Deskripsi Responden Penelitian .....................................

62

3.5.1.2.

Deskripsi Variabel Penelitian .........................................

62

3.5.2. Analisis Inferensial ..................................................................

63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

75

4.1. Tingkat Pengembalian Kuesioner ...................................................

75

4.2. Deskriptif Responden Penelitian ....................................................

77

4.3. Deskripsi Variabel Penelitian .........................................................

78

4.4. Hasil Screening Data ......................................................................

81

4.5. Analisis Data ..................................................................................

84

4.5.1. Proses Analisis Data ................................................................

84

4.5.2. Pengujian Model Pengukuran .................................................

85

4.5.2.1.

CFA Variabel Pengetahuan ............................................

86

4.5.2.2.

CFA Variabel Pengalaman .............................................

87

4.5.2.3.

CFA Variabel Orientasi Etika ........................................

88

4.5.2.4.

CFA Variabel Pengambilan Keputusan Etis ..................

91

4.5.2.5.

CFA Variabel Audit Judgement .....................................

91

4.5.3. Identifikasi Model Struktural ..................................................

92

4.5.4. Persamaan Struktural ...............................................................

93

4.5.4.1.

Persamaan Model Pengukuran .......................................

93

4.5.4.2.

Persamaan Model Struktural ..........................................

96

4.5.5. Uji Persyaratan Statistik ..........................................................

97

4.5.6. Uji Validitas .............................................................................

101

xii

4.5.7. Uji Reliabilitas .........................................................................

101

4.5.8. Pengujian Hipotesis .................................................................

101

4.6. Pembahasan ....................................................................................

105

BAB V

PENUTUP ......................................................................................

116

5.1.

Kesimpulan .....................................................................................

116

5.2.

Saran ...............................................................................................

117

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

119

LAMPIRAN ....................................................................................................

123

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................

48

Gambar 3.1. Hubungan Kausalitas Antar Variabel ......................................

66

Gambar 4.1. Hasil Estimasi CFA Variabel Pengetahuan .............................

87

Gambar 4.2. Hasil Estimasi CFA Variabel Pengalaman ..............................

86

Gambar 4.3. Hasil Estimasi Second Order CFA Variabel Orientasi Etika ..

89

Gambar 4.4. Hasil Estimasi CFA Variabel Pengambilan Keputusan Etis ...

91

Gambar 4.5. Hasil Estimasi CFA Variabel Audit Judgement .......................

92

Gambar 4.6. Path Diagram Full Model .......................................................

93

Gambar 4.7. Path Diagram dengan T-value ................................................

102

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Cognitive Moral Development Kohlberg .........................

19

Tabel 2.2 Rekapitulasi Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ...............................

31

Tabel 3.1 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Auditor .......................

50

Tabel 3.2 Indikator Variabel Penelitian ..........................................................

57

Tabel 3.3 Spesifikasi Model Pengukuran dan Persamaan Struktural .............

68

Tabel 3.4 Goodness of Fit Index ....................................................................

73

Tabel 4.1 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah .............................

75

Tabel 4.2 Tingkat Pengembalian Kuesioner ...................................................

76

Tabel 4.3 Deskripsi Responden .......................................................................

77

Tabel 4.4 Deskripsi Tanggapan Responden ...................................................

79

Tabel 4.5 Normalitas Univariate ....................................................................

81

Tabel 4.6 Normalitas Multivariate .................................................................

82

Tabel 4.7 Covariance Matrix of Independent Variables ................................

83

Tabel 4.8 Hasil Estimasi Koefisien Path (Standardized Regression
Weights) Hubungan Antar Konstruk (Direct Effects) ....................

106

Tabel 4.9 Hasil pengujian Hipotesis ...............................................................

108

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4. Statistik Deskriptif
Lampiran 5. Hasil Output Lisrell

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sekarang ini disebabkan

oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya suatu laporan
keuangan yang dibuat oleh perusahaan (Mulyadi, 2002:3). Dalam Standar Akuntansi
Keuangan menyebutkan bahwa tujuan perusahaan menyusun laporan keuangan yaitu
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan perusahaan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika
terjadi kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan akan berdampak pada
kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan selain digunakan oleh pihak perusahaan, juga digunakan
oleh pihak dari luar perusahaan seperti, investor, kreditur, pemegang saham,
pemerintah maupun oleh masyarakat (Mulyadi, 2002:3). Laporan keuangan
merupakan media komunikasi yang umum digunakan untuk menghubungkan pihakpihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak eksternal maupun pihak
internal

(manajemen).

Laporan

keuangan

merupakan

sarana

untuk

mengkomunikasikan informasi kepada pihak-pihak diluar entitas dalam hal ini adalah
pihak eksternal. Manajemen sebagai pihak internal mempunyai kewajiban menyusun

1

2

laporan keuangan yang berguna untuk memberikan informasi bagi pihak eksternal,
seperti pemegang saham yang memerlukan informasi mengenai sejumlah modal yang
telah ditanamkan dalam perusahaan. Kreditor dan investor yang memerlukan
informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi karena merupakan pihak yang
memberikan pinjaman maupun melakukan investasi. Sedangkan pemerintah
memerlukan informasi untuk menentukan besarnya pajak yang perlu dibayarkan
kepada Negara (Kusindratno dan Sumarta, 2005).
Mulyadi (2002:4) menyatakan bahwa baik manajemen perusahaan maupun
pihak-pihak dari luar perusahaan masing-masing mempunyai kepentingan yang saling
berlawanan sehingga memunculkan adanya pertentangan diantara mereka. Adapun
pertentangan yang timbul antara lain pertama keinginan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraannya bertentangan dengan keinginan pemegang saham
untuk meningkatkan kekayaannya, kedua keinginan manajemen untuk memperoleh
kredit sebesar mungkin dengan bunga rendah bertentangan dengan keinginan kreditor
yang hanya ingin memberi kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan, dan ketiga
adanya keinginan manajemen untuk membayar pajak sekecil mungkin bertentangan
dengan keinginan pemerintah memungut pajak semaksimal mungkin (Kusindratno
dan Sumarta, 2005).
Terdapatnya kepentingan yang saling berlawanan inilah yang akhirnya memicu
timbulnya profesi akuntan publik yang dipercaya oleh pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk memberikan penilaian atas
kewajaran suatu laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan.

3

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi
akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
laporan keuangan (Mulyadi, 2002:4). Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan.
Sehubungan dengan hal ini maka dapat disimpulkan bahwa profesi akuntan publik
dituntut untuk dapat menjaga kepercayaan yang telah didapatkannya dari pihak klien
maupun dari pihak luar perusahaan.
Peran audit adalah sangat penting dalam mengungkap kewajaran informasi
yang terdapat dalam laporan keuangan manajemen. Mengingat tujuan umum dari
audit atas laporan keuangan adalah menyatakan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang
terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan (Mulyadi,
2002). Maka pelaksanaan audit yang andal akan mengungkap salah saji atau bahkan
fraud yang tejadi selama periode akuntansi.
Proses audit atas laporan keuangan dilaksanakan oleh auditor melalui empat
tahap utama yaitu: perencanaan, pemahaman, pengujian struktur pengendalian intern
serta penerbitan laporan audit (Mulyadi dan Kanaka dalam Arifuddin et.al., 2002).
Dalam membuat laporan audit seorang auditor harus mempertimbangkan beberapa
permasalahan yaitu materialitas, resiko dan judgment. Hubungan judgment didasari

4

oleh dua konsep yaitu konsep resiko dan materialitas yang dikaitkan dengan
laporan keuangan judgment yang dipuitiskan dengan mempertimbangkan dua
konsep tersebut yang kemudian akan berpengaruh terhadap opini auditor mengenai
kewajaran laporan keuangan (Arifuddin et. al., 2002).
Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgment
juga didasarkan pada kejadian-kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan
datang (Jamilah et.al., 2007). Standar Profesional Auditor independen (SPAP) pada
seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan kesatuan usaha
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada
tidaknya kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu
kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode
satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan. Proses judgment tergantung pada
kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds (menyeluruh). Kedatangan
informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara
pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses incremental judgment
jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan
keputusan/pilihan baru. Sebagai gambaran, auditor mempunyai tiga sumber
informasi yang potensial untuk membuat suatu pilihan: (1) teknik manual, (2)
referensi yang lebih detail dan (3) teknik keahlian. Berdasarkan proses informasi
dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan melihat sumber yang pertama,
bergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas dengan sumber informasi kedua,
atau dengan sumber informasi yang ketiga, tetapi jarang memakai keduanya (Gibbin

5

dalam Jamillah, 2007).
Akuntan adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan
audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat
terhadap saldo akun dalam laporan keuangan apakah telah disajikan secara wajar
sesuai dengan standar akuntansi keuangan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum
dan standar atau prinsip tersebut diterapkan secara konsisten. Dalam proses auditing
sedikit sekali keputusan yang diambil oleh auditor bersifat obyektif, sehingga
judgement yang diambil oleh auditor dapat berbeda diantara satu dengan auditor yang
lainnya. Dalam pekerjaan audit, judgement merupakan kegiatan yang selalu
digunakan auditor dalam setiap proses audit, untuk itu auditor harus terus mengasah
judgement mereka. Tepat atau tidaknya judgement auditor akan sangat menentukan
kualitas dari hasil audit dan juga opini yang akan dikeluarkan oleh auditor.
Salah satu faktor yang diduga banyak mempengaruhi keputusan auditor dalam
pembuatan judgment dalam melaksanakan review selama proses audit yakni faktor
individual. Faktor individual merupakan suatu keadaan yang membedakan seseorang,
pada tingkat tertentu dengan orang lain. Individu sebagai manusia mempunyai
peranan yang sangat penting dalam sebagai pembuat keputusan dalam organisasi.
Bagaimanapun individu merupakan sosok aktif dalam mementukan nilai yang
dikembangkan dalam suatu organisasi. Hal ini didukung dengan penelitian yang
menyatakan bahwa pertimbangan etis marketer’s dapat secara parsial dijelaskan oleh
nilai-nilai personal dan profesional individu yang bersangkutan (Singhapakdhi dalam
Ludigdo, 2007:39). Karenanya faktor individual dinilai berperan penting untuk

6

mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang dinilai berpengaruh terhadap perilaku
individu untuk mengambil tindakan ketika dihadapkan pada situasi yang melibatkan
etika. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar profesionalisme
seseorang dalam membuat suatu keputusan dapat dipengaruhi faktor-faktor individual
dalam diri seseorang yaitu pengalaman, pengetahuan, dan orientasi etika auditor.
Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak
memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya. Pengertian pengetahuan
menurut ruang lingkup audit adalah kemampuan penguasaan auditor atau akuntan
pemeriksa terhadap medan audit (penganalisaan terhadap laporan keuangan
perusahaan) (Sucipto, 2007). Pengetahuan akuntan publik digunakan sebagai salah
satu faktor keefektifan kerja. Perbedaan pengetahuan di antara auditor akan
berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan menurut Brown
dan Stanner (1983) dalam Mardisar dan Sari (2007). Hasil penelitian ini juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Johari dan Zuraidah (2007) yang
menyatakan bahwa pengetahuan ditemukan berpengaruh positif terhadap judgement
yang dihasilkan auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pengetahuan
yang dimiliki akan berpengaruh terhadap kualitas judgement dari auditor tersebut. Hal
ini dapat diartikan bahwa seorang akuntan publik yang memiliki banyak pengetahuan
terutama pengetahuan auditor mengenai audit akan membantunya dalam mengambil
audit judgement yang diperlukan.
Pengalaman kerja juga dipandang sebagai salah satu faktor level individu yang

7

turut diduga mempengaruhi judgement auditor. Pengalaman merupakan kemampuan
yang dimiliki auditor atau akuntan publik untuk belajar dari kejadian-kejadian masa
lalu yang berhubungan dengan seluk-beluk audit atau pemeriksaan (Ashton, 1991
dalam Sucipto, 2007). Auditor
kesalahan

lebih

besar

yang

tidak berpengalaman

dibandingkan dengan

auditor

akan

yang

melakukan

berpengalaman.

Seorang auditor profesional harus mempunyai pengalaman yang cukup tentang
tugas

dan

tanggung

jawabnya. Pengalaman

auditor

akan

menjadi

bahan

pertimbangan yang baik dalam mengambil keputusan dalam tugasnya. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki auditor maka akan
semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Suraida (2005) menyatakan bahwa pengalaman audit dan
kompetensi berpengaruh terhadap skeptisisme profesional dan ketepatan pemberian
opini auditor.

Begitu

juga

penelitian

yang

dilakukan

Asih

(2006) yang

menemukan bahwa pengalaman auditor baik dari sisi lama bekerja, banyaknya tugas
maupun banyaknya jenis perusahaan yang diaudit berpengaruh positif terhadap
keahlian

auditor

dalam bidang auditing. Sementara penelitian yang dilakukan

Herliansyah dkk (2006) menemukan bahwa pengalaman mengurangi dampak
informasi tidak relevan terhadap judgment auditor.
Orientasi etika (ethical orientation atau ethical ideology) berarti mengenai
konsep diri dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri
seseorang (Budi dkk, 2005). Orientasi etika menunjukkan pandangan yang diadopsi
oleh masing-masing individu ketika menghadapi situasi masalah yang membutuhkan

8

pemecahan dan penyelesaian etika atau dilema etika. Kategori orientasi etika yang
dibangun oleh Forsyth (1992) dalam Budi dkk (2005) menyatakan bahwa manusia
terdiri dari dua konsep yaitu idealisme versus pragmatisme, dan relativisme versus
nonrelativisme yang ortogonal dan bersama-sama menjadi sebuah ukuran dari
orientasi etika individu. Ziegenfuss dan Singhapakdi (1994) dalam Budi dkk (2005)
menyatakan bahwa orientasi etika internal auditor mempunyai hubungan positif
dengan perilaku pengambilan keputusan etis sehingga dapat kita simpulkan jika
seorang auditor mempunyai idealisme yang tinggi akan mampu untuk mengontrol
dirinya agar terhindar dari tindakan yang dapat menyimpang dari standar etika
sehingga dapat berpengaruh terhadap judgement yang dibuatnya.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh
Jamilah dkk (2007) yang berjudul “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan,
Kompleksitas Tugas, terhadap Audit Judgement”. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jamilah dkk (2007) yakni adanya penambahan
pengambilan keputusan etis sebagai variabel intervening.

Dalam menjalankan

tugasnya auditor seringkali dihadapkan pada situasi konflik yang mana akan
memaksa auditor untuk membuat suatu keputusan yang melibatkan nilai-nilai etis
yang nantinya juga berakibat pada kualitas judgement auditor. Kemampuan auditor
untuk menyikapi permasalahan dilema etika akan membantunya dalam menghasilkan
keputusan etis sehingga meningkatkan kualitas judgement auditor. Adanya
penggunaan pengambilan keputusan etis sebagai variabel intervening dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh pengalaman, pengetahuan, dan

9

orientasi etika terhadap audit judgement melalui pengambilan keputusan etis yang
dilakukan oleh auditor. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh langsung
pengambilan keputusan etis terhadap audit judgement yang dihasilkan auditor.
Pengetahuan dan pengalaman merupakan keahlian utama yang diperlukan
auditor dalam menjalankan tugasnya. Berbekal pengetahuan yang dimiliki auditor
akan membantunya lebih peka dalam menyelesaikan persoalan yang menyangkut
persoalan etika sehingga sangat berpengaruh terhadap keputusan dari auditor tersebut.
Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki auditor akan meningkatkan pengetahuan
etika profesi seorang auditor sehingga membuatnya paham akan apa yang harus
dilakukan dalam menghadapi situasi dilema etika yang akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan etis auditor. Yang berarti semakian tinggi pengetahuan
auditor dipercaya dapar menuntun auditor untuk menghasilkan suatu keputusan etis.
Pengalaman sebagai seorang auditor akan berkembang melalui banyaknya tugas yang
pernah ditangani, banyaknya jenis perusahaan yang pernauh diaudit serta lamanya
bekerja sebagai seorang auditor minimal dua tahun. Pengalaman sebagai seorang
auditor akan memberinya banyak pembelajaran unuk mengetahui bagaimana sikap
atau tindakan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Hal ini sama saja berlakunya terhadap situasi konflik audit yang
melandanya, pengalaman sebagai auditor akan membantunya untuk berperilaku etis
dalam menyelesaikan Persoalannya sehingga berpengaruh terhadap keputusan yang
diambilnya. Sedangkan orientasi etika yang berarti cara pandang seseorang ketika
menghadapi situasi permasalahan yang menyakut masalah etika akan berpengaruh

10

terhadap pengambilan keputusan yang dihasilkan. Semakin idealis orientasi etika
auditor akan mengarahkan auditor pada suatu tindakan etis yakni membuat suatu
keputusan yang berdasar pada nilai-nilai moral sehingga tidak akan merugikan pijal
lainnya. Hal ini bertentangan dengan orientasi etika relativisme yang mengarah pada
keputusan yang dibuat tidak harus mengarah pada prinsip moral sehingga akan
berdampak pada tidak etisnya keputusan yang dihasilkan auditor sehingga akan
menurunkan kualitas judgement auditor.
Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan diatas, maka peneliti
berminat untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul:
“Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman dan Orientasi Etika Terhadap Audit
Judgement Dengan Pengambilan Keputusan Etis Sebagai Variabel Intervening
(Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah) “.

1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka yang menjadi

rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1)

Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis yang
diambil oleh auditor?

2)

Apakah pengalaman berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis yang
diambil oleh auditor?

3)

Apakah orientasi etika berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis yang
diambil oleh auditor?

11

4)

Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap audit judgement yang diambil oleh
auditor?

5)

Apakah pengalaman berpengaruh terhadap audit judgement yang diambil oleh
auditor?

6)

Apakah orientasi etika berpengaruh terhadap audit judgement yang diambil oleh
auditor?

7)

Apakah pengambilan keputusan etis berpengaruh terhadap audit judgement
diambil oleh auditor?

8)

Apakah

pengetahuan

berpengaruh

terhadap

audit

judgement

melalui

pengambilan keputusan etis yang diambil oleh auditor?
9)

Apakah pengalaman berpengaruh terhadap audit judgement melalui pengambilan
keputusan etis yang diambil oleh auditor?

10) Apakah orientasi etika berpengaruh terhadap audit judgement melalui
pengambilan keputusan etis yang diambil oleh auditor?

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian adalah hal pokok yang harus ada dan ditetapkan

terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan penelitian. Tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1)

Untuk mengetahui secara empiris pengaruh pengetahuan terhadap pengambilan
keputusan etis yang dibuat oleh auditor.

2)

Untuk mengetahui secara empiris pengaruh pengalaman terhadap pengambilan

12

keputusan etis yang dibuat oleh auditor.
3)

Untuk mengetahui secara empiris pengaruh orientasi etika terhadap pengambilan
keputusan etis yang dibuat oleh auditor.

4)

Untuk mengetahui secara empiris pengaruh pengetahuan terhadap audit
judgement yang dibuat oleh auditor.

5)

Untuk mengetahui secara empiris pengaruh pengalaman terhadap audit
judgement yang diambil oleh auditor.

6)

Untuk mengetahui secara empiris pengaruh orientasi etika terhadap audit
judgement yang diambil oleh auditor.

7)

Untuk mengetahui secara empiris pengaruh pengambilan keputusan etis terhadap
audit judgement yang dihasilkan oleh auditor.

8)

Untuk mengetahui secara empiris pengaruh pengetahuan terhadap audit
judgement melalui pengambilan keputusan etis yang dibuat oleh auditor.

9)

Untuk mengetahui secara empiris pengaruh pengalaman terhadap audit
judgement melalui pengambilan keputusan etis yang diambil oleh auditor.

10) Untuk mengetahui secara empiris pengaruh orientasi etika terhadap audit
judgement melalui pengambilan keputusan etis yang diambil oleh auditor.

1.4.

Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis
Pengembangan ilmu pengetahuan
1) Memberikan tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi, khususnya

13

mengenai pengaruh pengetahuan, pengalaman dan orientasi etika terhadap
pengambilan keputusan etis yang dibuat oleh auditor yang pada akhirnya nanti
pengambilan keputusan etis yang dihasilkan auditor akan berpengaruh terhadap
audit judgment auditor tersebut.
2) Sebagai sarana bagi peneliti untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh peneliti dari bangku kuliah dengan yang ada di
dalam dunia kerja.
3) Dapat memberi tambahan informasi bagi para pembaca yang ingin lebih
menambah wacana pengetahuan khususnya dibidang auditing.
4) Bagi civitas akademika dapat untuk memberikan kontribusi dalam menambah
pengetahuan di bidang akuntansi keperilakuan dan auditing untuk menjadi acuan
untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis
Bagi lembaga-lembaga yang terkait
1)

Memberikan kontribusi untuk Kantor Akuntan Publik agar menjadi lebih baik
lagi dalam mengambil audit judgment yang tidak bertentangan dengan standar
profesional.

2)

Memberikan tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi di dalam Kantor
Akuntan Publik khususnya auditor dalam membuat audit judgment.

3)

Memberikan masukan bagi para auditor dalam melaksanakan pekerjaannya.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Etika
Prinsip-prinsip etika tidak berdiri sendiri, tetapi tercantum dalam suatu
kerangka pemikiran sistematis yang disebut ”teori”. Teori etika menyediakan
kerangka yang memastikan benar tidaknya keputusan moral. Berdasarkan suatu
teori etika, keputusan moral yang diambil seseorang dapat menjadi beralasan dan
secara logis dapat diterima keberadaannya. Suatu teori etika membantu manusia
untuk mengambil keputusan moral dan menyediakan justifikasi untuk keputusan
tersebut (Bartens, 2000 dalam Purba, 2011).
Dalam bahasa latin etika berasal dari kata ”ethica” berarti falsafah moral
yang merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang
budaya, susila serta agama. Sedangkan menurut Keraf (1998) istilah etika berasal
dari bahasa Yunani ”ethos” yang artinya moralitas, yaitu adat kebiasaan yang
baik. Adat kebiasaan yang baik ini lalu menjadi sistem nilai yang berfungsi
sebagai pedoman dan tolak ukur tingkah laku yang baik dan buruk. Istilah
etika jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998) memiliki tiga arti,

14

15

yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah

yang dianut suatu

golongan atau masyarakat.
Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi
landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh
masyarakat sebagai perbuatan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan
seseorang (Leiwakabessy, 2009). Etika sangat erat kaitannya dengan hubungan
yang mendasar antar manusia dan berfungsi untuk mengarahkan perilaku moral
manusia tersebut. Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki
individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melaksanakan tugas-tugas atau
fungsi

yang

diharuskan

kelompoknya

serta

loyalitas

pada

kelompoknya

(Leiwakabessy, 2009).
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan
seperangkat aturan/norma/pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang
harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok
manusia/masyarakat/profesi. Dengan demikian etika akan memberikan semacam
batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam
kelompok sosialnya. Etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai (a)
nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup dengan baik
sebagai manusia; dan mengenai (b) masalah-masalah kehidupan manusia dengan
mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma moral yang umum diterima.

16

Secara umum ada beberapa teori yang penting dalam pemikiran moral,
khususnya dalam etika bisnis yaitu teleologis/utilitarianisme, egoisme, deontologi,
teori hak dan teori keutamaan (Keraf, 1998). Dalam praktik hidup sehari-hari,
teoritisi di bidang etika menjelaskan bahwa dalam kenyataannya, ada dua
pendekatan mengenai etika ini, yaitu pendekatan deontological dan pendekatan
teleological. Pada pendekatan deontological, perhatian dan fokus perilaku dan
tindakan manusia lebih pada bagaimana orang melakukan usaha dengan sebaikbaiknya

dengan

mendasarkan

pada

nilai-nilai

kebenaran

untuk

mencapai

tujuannya. Pada pendekatan teleological, perhatian dan fokus perilaku dan
tindakan manusia lebih pada bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya,
dengan kurang memperhatikan apakah cara, teknik, ataupun prosedur yang
dilakukan benar atau salah (Syafruddin, 2005, dalam Falah, 2007).
Teori teleological menyatakan bahwa kualitas etis suatu perbuatan
diperoleh dengan dicapainya tujuan perbuatan. Teori ini terpecah menjadi
utilitarianisme dan egoisme. Utilitarianisme menyatakan bahwa perbuatan disebut etis
jika membawa manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan egoisme
menyatakan bahwa satu-satunya tujuan tindakan moral bagi setiap orang adalah
mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.
Deontological menyatakan bahwa supaya suatu tindakan mempunyai nilai
moral, tindakan tersebut harus dijalankan berdasarkan kewajiban. Nilai moral dari
tindakan itu tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan

17

tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan itu, walaupun pada akhirnya tujuan orang tersebut tidak tercapai,
tindakan tersebut sudah dinilai baik.
Teori hak berasal dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Hak didasarkan atas martabat manusia, dan martabat semua manusia
itu sama. Sehingga manusia manapun tidak boleh dikorbankan demi tercapainya
satu tujuan yang lain. Teori keutamaan (virtue theory) merupakan pendekatan
yang tidak menyoroti perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia
sebagai pelaku moral. Di dalam teori ini tidak ditanyakan: “what should he/she do?”
melainkan: “what kind of person should he/she be?” Tidak ditanyakan apakah
suatu perbuatan tertentu adil atau jujur, melainkan apakah orang itu bersikap
adil, jujur dan sebagainya.
Menurut Boynton dan Kell (2003) etika terdiri dari prinsip-prinsip moral
dan standar. Moralitas berfokus pada perilaku manusiawi “benar” dan “salah”.
Selanjutnya Arens – Loebbecke (1996) dalam Wibowo (2007) menyatakan bahwa
etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat moral dan nilai. Dari definisi
tersebut dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan moral dan nilainilai yang berlaku. Para auditor diharapkan oleh masyarakat untuk berlaku jujur, adil
dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan keuangan sesuai dengan kondisi
sebenarnya.

18

2.1.2. Teori Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive Moral

Development-

CMD)
Cognitive moral development memfokuskan pada perkembangan kognitif
dari struktur penalaran (reasoning) yang mendorong atau menyebabkan seseorang
membuat sebuah keputusan moral. Teori perkembangan moral kognitif menurut
(Mintchik & Farmer, 2009 dalam Suliani, 2010). Cognitive moral development–
CMD menekankan kepada proses berpikir moral (moral thought process), apa yang
dipikirkan seorang individu dalam menghadapi sebuah dilema etika.

Menurut

perspektif CMD, perkembangan moral menjadi lebih rumit dan sukar karena terkait
dengan struktur-struktur dari perkembangan moral itu sendiri.

Perspektif

perkembangan kognitif memfokuskan investigasinya pada proses moral/ethical
reasoning dalam membuat pertimbangan (judgement) dan mengasumsikan bahwa
gambaran (conception) moral atau etika individu diindikasikan oleh level of ethical
development, yang selanjutnya akan mempengaruhi cara individu tersebut dalam
memecahkan dilema etika. Individu dengan level ethical/moral development yang
lebih tinggi dapat membuat keputusan yang lebih etis (Rest dkk,1999 dalam Budi,
2005). Kohlberg (1969) dalam Tarigan dan Heru (2005) mengenalkan konsep bahwa
terdapat enam tahapan dalam perkembangan kemampuan seseorang untuk menangani
masalah-masalah moral. Tahapan-tahapan perkembangan moral individu tersebut
dikelompokkan oleh Kohlberg dalam 3 level, masing-masing terdiri dari dua tahap.

19

Tabel 2.1 Tahapan Cognitive Moral Development Kohlberg
LEVEL
APA YANG RIGHT DAN “WHY”
Level 1 : Pre-Conventional
Menghindari pelanggaran aturan
Tingkat 1: Orientasi ketaatan dan
untuk menghindari hukuman atau
hukuman (Punishment and
Obedience Orientation)
kerugian. Kekuatan otoritas superior
Tingkat 2: Pandangan individualistik
menentukan “right” .
(Intrumental Relativist
Mengikuti
aturan ketika aturan
Orientation)
tersebut sesuai dengan kepentingan
pribadi dan membiarkan pihak lain
melakukan hal yang sama. “right”
didefinisikan dengan equal exchange,
suatu kesepakatan yang fair
Level 2 : Conventional
Memperlihatkan stereotype perilaku
Tingkat 3: Mutual ekspektasi
yang baik. Berbuat sesuai dengan apa
interpersonal, hubungan dan
yang diharapkan pihak lain.
kesesuaian. (“good boy or
Mengikuti
aturan
hukum
dan
nice girl” orientation)
masyarakat (sosial, legal, dan sistem
Tingkat 4: Sistem sosial dan hati nurani
keagamaan) dalam usaha untuk
(Law and order orientation)
memelihara kesejahteraan masyarakat.
Level 3 : Post-Conventional
Mempertimbangkan
relativisme
Tingkat 5 : Kontak sosial dan hak
individual (Social-contract
pandangan personal, tetapi masih
menekankan aturan dan hukum.
legal orientation)
Tingkat 6 : Prinsip etika universal
Bertindak sesuai dengan pemilihan
(Universal ethical principl
pribadi prinsip etika keadilan dan hak
eorientation)
(perspektif rasionalitas individu yang
mengakui sifat moral).
Sumber: Kohlberg, 1981 dalam Purnamasari (2006)

Studi Kohlberg membantu dalam memahami bagaimana orang berkembang
dan mengungkapkan bagaimana orang dapat berkembang makin kritis dalam
penggunaan dan pemahaman akan standard moral yang dianutnya (Tarigan dan Heru,
2005). Teori yang dikembangkan oleh Kohlberg ini menjelaskan bagaimana proses
dan analisis kondisi pikiran individu pada saat pembuatan keputusan etis (ethical

20

decision making) pada saat situasi dilema etika. Kohlberg juga menyimpulkan bahwa
tiap orang akan mengikuti tahapan-tahapan perkembangan moral tersebut, akan tetapi
tidak setiap orang mencapai seluruh tahapan tersebut (Suliani, 2010). Tarigan dan
Heru (2005) menyatakan bahwa ada banyak orang tetap pada level preconventional
sepanjang hidupnya. Untuk mereka maka benar atau salah akan didefinisikan secara
egosentris dalam menghindari hukuman atau melakukan apa yang dibenarkan oleh
figur yang lebih kuat dalam masyarakatnya. Ada banyak pula orang tetap pada level
conventional dan tidak maju lebih lanjut. Untuk mereka, maka benar atau salah tetap
didasarkan pada norma-norma konvensional dari kelompok sosialnya, atau hukum
dari negara atau masyarakatnya. Dalam suatu masyarakat, lazimnya tidak banyak
yang mencapai level postconventional. Mereka yang telah mencapai level ini adalah
orang-orang yang melakukan refleksi kritis pada standar moral yang telah diajarkan
selama ini, dan benar atau salah secara moral didefinisikan dalam prinsip-prinsip
moral yang telah mereka pilih sendiri sebagai cukup dan dapat dite

Dokumen yang terkait

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

3 14 155

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah).

0 2 11

Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Pengetahuan, dan Pengalaman terhadap Audit Judgement (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung).

1 2 22

Pengaruh Gender, Pengetahuan dan Pengalaman Auditor dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgement (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Bandung).

1 1 24

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR DAN ORIENTASI ETIKA TERHADAP KEPUTUSAN ETIS AUDITOR NEGARA DENGAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 19

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT DENGAN VARIABEL INTERVENING KOMITMEN ORGANISASI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Surakarta dan Yogyakarta)

0 1 103

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, PROFESIONALISME, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)

0 0 15

Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Sensitivitas Etika Dengan Komitmen Profesi Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)

0 0 16

Pengaruh Orientasi Etika terhadap Sensitivitas Etika pada Kantor Akuntan Publik di Semarang dengan Komitmen Profesi dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening - Unika Repository

0 0 6

PENGARUH PELAKSANAAN ETIKA PROFESI, SIFAT MACHIAVELLIAN DAN PERTIMBANGAN ETIS TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS AKUNTAN PUBLIK

0 0 10