Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan Surat At-Taubah ayat 122 (Konsep Pendidikan Jihad)

TAFSIR SURAT AL-BAQARAH AYAT 190-193 DAN SURAT ATTAUBAH 122
(KONSEP PENDIDIKAN JIHAD)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam(S.Pdi)

Oleh:
ISNIN NADRA
1110011000071

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2014 M

Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan Surat At-Taubah ayat 122
(Konsep Pendidikan Jihad)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun oleh:
Isnin Nadra
1110011000071

DIBAWAH BIMBINGAN

Abdul Ghafur MA
NIP. 19681208 199703 1003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan Surat At-Taubah ayat
122 (Konsep Pendidikan Jihad) disusun oleh Isnin Nadra, NIM. 1110011000071,
jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya

ilmiah yang berhak untuk diajukan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,

Yang mengesahkan,

Pembimbing

Abdul Ghafur MA
NIP. 19681208 199703 1003

Oktober 2014

ABSTRAK
Nama

: Isnin Nadra

NIM


: 1110011000071

Fak/Jur

: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul

: Tafsir surat al-Baqarah ayat 190-193 dan surat at-Taubah ayat
122 (Konsep Pendidikan Jihad)

Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan, di dalamnya menjelaskan
berbagai aspek-aspek kehidupan termasuk mengenai pendidikan. setiap ayat yang
disebutkan di dalam al-Qur’an mempunyai makna dan nilai-nilai yang berarti, dan
nilai-nilai yang terkandung adalah sebagai pembelajaran dan pendidikan bagi
kehidupan umat manusia.
Pendidikan jihad adalah pengetahuan mendasar tentang jihad, dari makna,
tujuan, macam-macam, hakikat hingga aturan dan batasan-batasannya. Al-Qur’an
surat al-Baqarah ayat 190-193 dan surat at-Taubah ayat 122 sama-sama

menjelaskan tentang pentingnya melakukan jihad fii sabilillah, ayat 122
menekankan bahwa menuntut ilmu derajatnya adalah sama dengan jihad
mengangkat senjata.
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui konsep pendidikan jihad
yang terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 190-193, dan surat at-Taubah ayat
122.
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu menganalisis masalah yang akan dibahas dengan cara
mengumpulkan data-data kepustakaan, pendapat para mufassir. Kemudian
mendeskripsikan pendapat para mufassir, selanjutnya membuat kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan konsep pendidikan jihad yang terkandung
dalam surat al-Baqarah ayat 190-193 dan surat at-Taubah ayat 122 adalah : 1).
Jihad bertujuan untuk menegakkan kalimat kebenaran, kebaikan dan keadilan. 2).
Hakikat jihad adalah perdamaian. 3). Jihad (perang) memiliki aturan dan batasan.

ABSTRACT
Name

: Isnin Nadra


NIM

: 1110011000071

Fak/Jur

: Faculty Of Tarbiyah Teaching Education
: Tafseer Surat al - Baqarah 190-193 and letters at- Tawbah
paragraph 122 ( Concept of Jihad Education )

Tittle

The Qur'an is the source of knowledge , in which explain various aspects of
life including about education, every verse mentioned in the Qur'an has meaning
and values which means , and values contained are as learning and education for
human life.
Education jihad is the fundamental knowledge about jihad, of meaning ,
purpose , various , nature to the rules and limitations. Qur'an Surat al - Baqarah
190-193 and letters at- Tawbah verse 122 equally describe the importance of jihad
fie sabilillah , paragraph 122 emphasizes that studying rank is equal to jihad arms.

The purpose of this study was intended to determine the educational concept
of jihad contained in the letter of al - Baqarah 190-193 , and the letter at- Taubah
verse 122 .
The method used in this paper is descriptive method of analysis , which
analyzes the issues to be addressed by collecting data library , the opinions of the
commentators . Then describe the opinions of the commentators , then make
conclusions .
The results show the concept of jihad education contained in the letter of al Baqarah 190-193 and letters at- Tawbah verse 122 is : 1 ) . Jihad aims to uphold
the sentence of truth , goodness and justice . 2 ) . The nature of jihad is peace . 3 )
Jihad ( war ) have rules

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
nikmat yang tiada hentinya engkau menganugerahkan kepada penulis. Dan berkat
kasih serta saying-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya,
kelak syafaat beliaulah yang diharapkan umatnya di akhir zaman.
Skripsi ini berjudul “ Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan surat At-Taubah
ayat 122 (Konsep Pendidikan Jihad)”, merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi

untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Atas terselesainya Skripsi ini tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang telah
memberikan kontribusi atau bantuan dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Drs. Nurlena Rifa‟ Ph.D. Selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
beserta seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan atas segala fasilitas yang diberikan kepada penulis.
2. Abdul Majid Khon selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam dan Hj
Marhamah Saleh Lc, MA selaku sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui
penyusunan skripsi ini.
3. Khalimi MA, selaku dosen pembimbing akademik, atas nasehat dan motivasi
yang selama ini telah diberikan kepada penulis

ii

4. Abdul Ghafur, MA., selaku dosen pembimbing skripsi atas dorongan serta
nasihat, masukan, arahan dan motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga skripsi
ini dapat tersusun dan terselesaikan.

5. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
memberikan pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis, sehingga penulis
mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan penulis.
6. Kedua orang tua penulis H. Taslim Busthami dan Hj Yusnil Zein yang telah
memberikan dukungan secara moril maupun materil, terimakasi atas do‟a, cinta,
serta kasih sayang, didikan, semangat, kepercayaan dan pengorbanan kalian yang
tulus tiada hentinya untuk penulis. Kepada kakak-kakak penulis, Ahmad Fikri,
Lidia Rahmayuni, Wildanul Mufizah, Muhammad Zuhri dan M. Fuad Faizin,
terimaksih atas do‟a, motivasi, nasehat, dukungan dan hari-hari penuh canda
tawa ketika penulis mengalami kejenuhan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku tersayang, Intan Rahma Yuri, Siti Nurbaiti dan Nur Choirum
Mauzuroh, Yohanna Makatangin, terimakasih atas dorongan, semangat, masukan
yang kalian berikan untuk penulis, yang selalu menemani penulis disaat penulis
mengalami kebimbangan dan masalah dalam hidup penulis.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan PAI B angkatan 2010 dan seluruh mahasiswa/I PAI
angkatan 2010, terima kasih atas masukan, dorongan, dan sharingnya yang telah
diberikan untuk penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini.

Tiada kata yang dapat melukiskan rasa syukur dan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini yang meungkin
tidak dapat penulis sebutkan, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.
iii

Akhir kata tiada gading yang tak retak, penulis menyatakan sebagai manusia tidak
sempurna, dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya sederhana ini bermabfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Ciputat, 28 Oktober 2014
Penulis

Isnin Nadra

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………...


i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................

iv

BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN ..............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................


1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................

7

C. Pembatasan Masalah ………………………………………………

8

D. Rumusan Masalah………………………………………………….

8

E. Tujuan Penelitian .............................................................................

8

F. Manfaat Penelitian ...........................................................................

8

: KAJIAN TEORI ................................................................................

10

A. Pengertian Pendidikan……………………………………………...

10

B. Pengertian Jihad ………………………………................................ 10
C. Pengertian Jihad Menurut Para Tokoh............................................... 11
D. Tujuan Jihad .....................................................................................

14

E. Macam-Macam Jihad......................................................................... 15
F. Bentuk-Bentuk Jihad.........................................................................

17

G. Metode Pendidikan Jihad..................................................................

23

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ........................................................

26

A. Pendekatan Penelitian …………………........................................... 26
B. Sumber Data ……………………………………………………...... 24
C. Metode Penelitian .............................................................................. 24
D. Metode Penulisan …………………………………………………
BAB IV : KONSEP PENDIDIKAN JIHAD………………………………….

25
30

A. Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 190-193 ……….................................

30

B. Tafsir Surat At-Taubah ayat 122…………………………………...

43

C. Konsep Pendidikan Jihad…………………………………………..

51

1. Jihad Bertujuan Untuk Menegakkan Kalimat Kebenaran,
Keadilan dan Kebaikan…….................................................

50

2. Hakikat Jihad adalah Perdamaian.........................................

58

3. Jihad (perang) memiliki Aturan dan Batasan……………...

63

v

BAB V

: PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………...

67

B. Saran……………………………………………………………….

68

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

vi

69

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menganugrahkan alam semesta serta menundukkannya bagi
manusia sebagai fasilitas penunjang yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.Dia
tidak membebani hamba-Nya dengan sesuatu yang tidak mampu dicerna oleh akal,
berbicara sesuatu yang tidak diketahui, dan berjalan tanpa petunjuk, melainkan Allah
menurunkn risalah-Nya yang bisa menuntun manusia kepada tujuan hidup.Serta
memberikan petunjuk bagi manusia bagaimana menata rincian-rincian kehidupan dan
interaksi social di antara mereka.Demikianlah Allah menjamin eksistensi yang
bersifat materil.Allah juga menjamin ekisistensi manusia secara rohani dan sosial
yang tergambar dalam petunjuk dan aturan yang diturunkan kepada mereka.1
Risalah Allah selalu turun bagi manusia berturut-turut melalui perantara
seorang nabi dan rasul yang diutus kepada setiap kaum secara khusus dan temporer,
“Dan sesunggguhnya kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul
kepada

kaumnya…”.Kemudian

Allah

menyempurnakan

agama-Nya

dengan

mengutus Muhammad SAW sebagai rasul terakhir bagi seluruh umat manusia dan
dengannya Allah menghapus setiap risalah yang pernah datang sebelumnya.
Allah SWT menurunkan kepada Muhammad SAW kitab-Nya yang kekal
yaitu Al-Qur‟an.Di dalamnya terangkum seluruh risalah secara sempurna yang
meliputi tanda-tanda kenabian dan petunjuk bagi kebahagiaan manusia di dunia dan
akhirat, untuk dijadikan pedoman dan petunjuk bagi kehidupan manusia.Hakikatnya

1

M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an, (Bandung : Mizan Pustaka, 2008), h. 8

1

2

adalah bahwa Allah SWT telah meciptakan alam ini di atas pondasi kesatuan struktur
yang kokoh, saling mendukung antar bagiannya.2
Al-Qur‟an adalah firman Allah, dapat dipastikan bahwa kalimat-kalimat
dalam setiap ayat, dan ayat-ayat dalam setiap surat adalah pernyataan yang paling
sempurna, maka adalah benar bahwa Al-Qur‟an disebut sebagai mu‟jizat yang
melengkapi mu‟jizat yang lain. Karena itu tidak mungkin jika kemudian terdapat di
dalamnya kontadiksi, ketidak aturan dan saling bertentangan satu sama lain. AlQur‟an adalah kalamullah, semua kandungannya pasti benar, maka seluruh susunan
di dalamnya pasti teratur.3
Selanjutnya Allah menjadikan umat Islam sebagai umat panutan yang
memimpin seluruh ummat kepada agama yang benar serta mengeluarkan mereka dari
kegelapan menuju cahaya kemengan, dan untuk terwujudnya hal tersebut diperlukan
perjuangan.
Istilah Al-Qur‟an untuk menunjukkan perjuangan adalah kata “Jihad”, suatu
keharusan bagi umat yang telah Allah pilih untuk peran ini dan telah dipercayakan
tugas penting agar menjadi umat yang berjuang.Karena itu datang perintah Allah
kepada umat Islam untuk berjihad sebagai konsekuensi pengemban tanggung jawab
menyiarkan Islam keseluruh penjuru dunia. Jihad di dalam Islam merupakan unsur
fundamental dan pokok karena merupakan sarana efektif untuk mencegah kejahatan,
baik yang terang-terangan maupun tersembunyi dan mencegah kejahatan yang
tumbuh dari dalam jiwa atau datang dari yang lain.
Meski secara umum, orang memahami jihad dalam pengertian perang
menolong agama dan membela kehormatan umat, namun sebenarnya Al-Qur‟an dan
As-sunnah menggunakan kata jihad itu dalam pengertian lebih luas.Ibnu Qayyim
dalam Zaad Al-ma’ad membaginya dalam tiga belas tingkat. Ada yang berbentuk
jihad terhadap hawa nafsu dan setan, kerusakan, kemungkaran, kemunafikan, jihad
berbentuk dakwah dan penjelasan, kesabaran, dan keteguhan atau yang lebih kita
2

M. Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an, (Bandung : Mizan Pustaka, 2008), h. 31
Dr Amir Faisho Fath, The Unity of Al-Qur’an, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2010) h.3-4

3

3

kenal dengan jihad sipil. Dan tentu ada yang berupa perang fisik dan senjata.Namun
sayang, banyak kalangan ummat Islam yang dengan gegabah, memutus makna jihad
dan hanya mendefinisikannya dengan perang saja.4
Mayoritas ulama berpendapat bahwa jihad terbagi dalam dua kategori: Jihad
Annafs dan Jihad binnafs wal mal. Bentuk Jihad Binnafs wa Mal, hanya berlaku
sekali saja dalam Islam, yaitu pada saat awal mula struktur agama dibangun. Pada
saat itu, hal terbaik yang dapat dipersembahkan oleh seorang mukmin untuk
penegakan agama adalah penyerahan sepenuhnya jiwa dan harta pribadi. Yang
dimaksud dengan jihad adalah perang pembelaan umat melawan serangan yang
dilancarkan pihak lain. Jihad ini berlaku temporal, lain halnya dengan jihad annafs,
jihad dalam kategori ini berlaku permanen, sepanjang hayat dikandung badan.5
Ada pula ulama yang mendefinisikan jihad dengan mengerahkan segala
kemampuan dan kekuatan untuk berperang di jalan Allah dengan mempertaruhkan
nyawa, atau dengan memberikan bantuan harta atau materi, atau sekedar pendapat,
atau dengan ucapan, atau dengan memberikan bekal berperang dan yang lainnya. 6
Kehidupan manusia dewasa ini terkungkung oleh sejumlah aliran yang
banyak berkecimpung dengan persoalan kepentingan, dan keinginan hawa nafsu.
Teknis pelaksanaannya cenderung menghalalkan segala macam cara, asal dapat
memenuhi segala kepentingannya.
Salah satu tujuan terpenting dari Islam adalah mengupayakan manusia agar
dapat menguasai hawa nafsunya.Hawa nafsu selalu mendistrosi sistem kecendrungan
alamiah seseorang.Jihad yang merupakan bagian integral wacana Islam sejak masamasa awal kedatangannya hingga sekarang telah melahirkan pendapat dan pandangan
yang bervariasi.7 Ketika mengkaji tentang jihad akan muncul berbagai pandangan
dari para ulama dan cendikiawan Islam, baik yang bersifat keras, serta yang bersifat
lunak.
4

Yusuf Al-Qardhawi, Ringkasan Fikih Jihad, (Kairo, Maktabah Wahbah, 2009) cet-1 hal 29
Yusuf Al-Qardhawi, Ibid hal 38
6
Yusuf Al-Qardhawi, Ibid., hal 39
7
Ali Syu‟aibi, Meluruskan Radikalisme Islam ( Ciputat : Pustaka Azhary, 2004) cet-1 hal 262-269
5

4

Bermula dari hancurnya sebuah pusat perbelanjaan yang terdapat di Amerika
berjuluk World Trade Center (WTC), sebuah tragedy dahsyat yang mengantarkan
tudingan miring terhadap eksistensi agama dan umat Islam di seluruh dunia. Sejak
saat itu berbagai dunia Islam, khususnya di Indonesia stigmatisasi baru muncul,
konsep jihad yang ada di dalam ajaran Islam diidentikkan dengan peperangan yang
bermotifkan agama.Seolah-olah mereka menganggap bahwa perang merupakan
kewajiban bagi umat Islam dalam mengukuhkan eksistensi agama, sedangkan pedang
dianggap sebagai instrument yang berperan penting untuk menumpas musuh-musuh
Tuhan.8
Peristiwa Penangkapan Ustad Abu Bakar Ba‟asyir pun menyita perhatian
publik. Aksi Densus 88 menjemput paksa pimpinan Jamaah Anshar Tauhid ini
menyita banyak perhatian ummat Islam saat itu.Irjen Edward Aritonang dalam
konfrensi persnya menyatakan bahwa penangkapan Abu Bakar Ba‟asyir terkait
dugaan beliau sebagai otak dan pendanaan tindak terorisme.Menurut Edward,
penangkapan ini berdasar pada penyidikan Polri keterkaitan Ustad Ba‟asyir dengan
teroris Aceh. Ada beberapa target teror bom yang telah direncanakan. Disebutkan
bahwa ada semacam uji coba pembuatan bom di daerah Jawa Barat.
Jika melihat perkembangan yang ada, apa sebenarnya yang menjadi tujuan
polisi menangkap seorang tua yang sudah uzur usia ini khususnya, dan seluruh
gerakan jihad yang dilancarkan segolongan Muslim yang mencita-citakan berdiri
negara Islami. Jawabannya tidak lain adalah membasmi terorisme.
Rangkaian pemboman yang pernah terjadi di Indonesia dianggap pemerintah
sebagai tindakan terorisme namun bagi sekolompok Muslim itu adalah jihad. Kasus
pemboman Bali tahun 2002 yang melibatkan Amrozi Cs hingga pemboman JW
Marriott dan Ritz-Carlton tahun 2009, mengindikasikan bahwa praktek jihad versi
mereka akan terus selalu ada.

Muhammad Chirzin, Jihad di Dalam Al-Qur’an; Tela’ah Normatif, Historis, dan
Prospektif,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997) cet, 1 h.4
8

5

Bagi kelompok yang menyebutkan diri mereka adalah Muslim militan yang
berpemahaman salafus shalih, Jihad adalah sebuah keniscayaan. Jihad akan selalu
relevan pada setiap masa dan tempat. Hingga akhirnya, harapan dan cita-cita mereka
terwujud agar Islam tidak dikotori lagi oleh budaya Barat.
Bagi kebanyakan orang menyebut gerakan ini merupakan Islam radikal.Ada
juga yang menyebutnya fundamentalisme.Terlepas dari pengistilahan yang dibuat
perlu diyakini bahwa semua aktivitas mereka butuh pengkajian ulang. Aksi
penyerangan terhadap warga asing di satu negara dengan bom bunuh diri, kemudian
pemboman tempat-tempat ibadah non muslim, dan mungkin kegiatan merampas harta
non muslim yang mereka sebut dengan fa‟I, semuanya harus kembali diluruskan.
Memang, jika mau menelusuri jauh kebelakang bahwa aksi terorisme yang
ada merupakan fenomena sosial segelintir kelompok masyarakat yang kecewa
terhadap pemerintah.Sebenarnya cikal bakal teror juga sudah terlihat pada awal
kemerdekaan.Karena pemerintah pusat gagal mengakomodir aspirasi umat Islam–
sebagai penduduk mayoritas Indonesia.
Pada masa orde baru, gerakan ini agak sedikit mengerucut dan melalui sikap
pemerintah yang represif, menumpas Komando Jihad.Lalu, masa reformasi gerakangerakan kekecewaan itu muncul dari wadah yang disebut-sebut Jamaah Islamiyah
Indonesia (walaupun kurang bukti) Amrozi Cs menjadi icon perjuangan segelintir
umat Islam yang tertindas.Dan munculah aneka bentuk pemboman yang dilancarkan
sebagai bentuk protes terhadap pemerintah dan juga ajang unjuk nyali umat Islam
Indonesia terhadap Barat, yang selama ini diyakini musuh Islam.9
Hingga pada zaman terakhir ini, banyak menyebar propaganda menyimpang
yang menyeru untuk membunuh orang kafir dimanapun mereka berada, dalam
keadaan apa saja dengan mengklaim bahwa perbuatan tersebut adalah perealisasian
jihad yang telah disifati Nabi SAW bahwa jihad adalah puncak syari‟at tertinggi.

9

http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6169&catid=59&It
emid=215 diakses pada 28 Januari 2014 pukul 16:00

6

Apabila seseorang yang adil melihat propaganda yang menyebar ini dengan
pandangan Syari‟at, menimbangnya dengan timbangan Al-Qur‟an dan As-sunnah
dengan pemahaman salaf, diikuti dengan pertimbangan yang benar yang
mengedepankan maslahat yang terbesar di antara dua mafsadah dengan menanggug
mafsadah yang terkecil, tidak mengikuti perasaan gegabah yang berlawanan dengan
Syari‟at, niscaya dia akan mengetahui bahwa hakikat propaganda jihad ini adalah
usaha untuk menghancurkan Islam, menghilangkan dengan cepat sisa-sisa ajaran
Islam, mempersempit ruang gerak ummat Islam, menyediakan sarana yang bisa
digunkan oleh musuh Islam dari orang-orang kafir untuk memerangi ummat Islam
yang berkomitmen dengan ajaran Islam atau menguasai negara-negara Islam demi
merealisasikan tujuan mereka dan pelaksanaan rencana-rencana mereka, kenyataan
ini sangat jauh dari apa yang diklaim oleh orang-orang bodoh bahwa perbuatan
mereka adalah untuk mengembalikan kejayaan agama Islam dan kaum muslimin.
Penderitaan yang dialami kaum muslimin diseluruh Negara adalah akibat dari
propaganda batil dan menyimpang yang telah dijelaskan oleh dalil yang menunjukkan
kerusakan propaganda tersebut.
Yang menjadi sandaran hukum untuk permasalahan seperti ini, yang bisa
membedakan antara kebenaran dan kebatilan, petunjuk dan penyimpangan, adalah
ilmu pengetahuan mengenai Syari‟at Islam bukan kebodohan yang mengikuti
emosional saja.
Tidak diragukan lagi, bahwa permasalahan jihad merupakan permasalahan
pelik yang membutuhkan pengetahuan mendalam dan penelitian berdasarkan AlQur‟an dan Sunnah dengan pemahaman salaful ummah, dan diikuti dengan
pengetahuan tentang maslahat dan mafsadah dan mengetahui di antara keduanya
mana yang harus didahulukan, hal ini tidak bisa dilakukan oleh para ulama yang

7

betul-betul mengamalkan Al-Qur‟an dan Sunnah dan para ulama yang memiliki
peranan penting dalam perbaikan ummat.10
Islam datang membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkan manusia agar
menghiasi diri dengannya serta memerintahkan manusia agar memperjuangkan Islam
hingga mengalahkan kebatilan.11Agama Islam adalah suatu gerakan pembebasan,
mulai dari hati nurani setiap individu dan berakhir di samudera kelompok
manusia.Islam tidak pernah menghidupkan sebuah hati lalu dipasrahkan menyerah
tunduk kepada suatu kekuasaan diatas permukaan bumi selain kekuasaan Allah
SWT.Islam tidak pernah membangkitkan sebuah hati kemudian melepaskannya
terbelenggu oleh keaniayaan dalam segala macam bentuk.Islam mengajarkan kepada
ummatnya agar senantiasa berjuang melalui jihad untuk menegakkan kebebasan
menganut serta menjalankan agama.
Meskipun sebagian pelaku terorisme mengklaim sebagai aktivis Islam, namun
menjastis agama Islam sebagai pemicu yang bertanggung jawab dibalik serangakian
aktivitas terorisme adalah sebuah tindakan yang sangat terburu-buru dan terlalu
dini.Sebab seluruh tindakan yang pada prinsipnya mengandung kekerasan dilarang
dan bertolak belakang dengan ajaran agama Islam.
Perbedaan pendapat dikalangan ulama dan cendikiawan Islam dalam
mengkaji persoalan jihad sehausnya menjadi sebuah batu loncatan dalam menemukan
solusi terhadap problematika kehidupan ummat Islam dengan cara mencari titik temu.
Kita seharusnya menghormati setiap perbedan tersebut menjadi sebuah rahmat yang
dapat mempersatukan umat Islam bukan sebaliknya, perbedaan tersebut menjadi
bencana yang mengantarkan kepada pertikaian di antara sesama muslim.

10

Syaikh Faisal bin Qazzar Al Jaasim, Meluruskan Pemahaman Tentang Damai dan Jihad,
(Jakarta: Jami‟ah Ihya At-Turots Al-Islami, 2011), Cet. Ke-1 h. 64-67
11
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafisr Maudhi’I atas Pelbagai Persoalan Ummat,
(Bandung: Mizan,1996), Cet ke-14 h.501

8

Dibutuhkan kalrifikasi dan kajian yang mendalam terhadap persoalan ini
untuk menemukan dan mengerti kebenaran tentang siginfikanksi spiritual jihad agar
tidak ada kesalahan terhadap aplikasi dalam menjalankannya.Serta terhindar dari
spekulasi negative khususnya dari kalangan ummat Islam itu sendiri. Menjadi amat
penting bagi setiap muslim untuk memperoleh jawaban tuntas atas pertanyaan dan
kebimbangan tentang jihad dan batasan-batasannya. Kenyataan diatas mendorong
penulis mengadakan pengkajian seputar permasalahn yang terjadi terhadap jihad itu
sendiri, yang tertuang dalam sebuah skripsi yang berjudul:” TAFSIR SURAT ALBAQARAH AYAT 190-193 dan AT-TAUBAH AYAT 122, (MEMAHAMI
KONSEP PENDIDIKAN JIHAD)

B. Identifikasi Masalah
Adapun masalah-masalah yang penulis temukan dalam karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut :
1. Banyak masyarakat yang belum memahami makna jihad yang benar
2. Banyak

oknum-oknum

yang

melakukan

hal-hal

anarkis

yang

mengatasnamakan jihad, tetapi apa yang dilakukan tidak sesuai dengan teori
jihad yang benar
3. Banyak orang yang melakukan jihad, tetapi menjadikan jihad sebagai tujuan
pribadi atau golongan.
4. Kurangnya pendidikan mengenai jihad yang di dapatkan oleh masyarakat

C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam tulisan ini, maka penulis
perlu memberikan batasan permasalahan sebagai berikut :
1. Pendidikan Jihad adalah pengetahuan mendasar mengenai jihad, dari
pengertian, tujuan, hakikat, macam-macamnya, dengan kata lain menyiapkan
akal ummat Islam untuk melakukan jihad dengan sebenar-benarnya jihad.

9

2. Konsep Pendidikan Jihad pada ayat 190-193 surat Al-baqarah dan ayat 122
dari surat At-Taubah

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini adalah :“Bagaimana Konsep
Pendidikan Jihad Berdasarkan Kajian Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 190-193 dan AtTaubah ayat 122”

E. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya seluruh usaha yang terkait dengan kajian tafsir atau kajian
keislaman bertujuan untuk menemukan makna yang sesungguhnya dari sebuah
problematika-problematika yang terjadi ditubuh umat Islam.Demikian pula dengan
skripsi ini, diharapkan dapat menemukan arti dan nilai-nilai yang sesungguhnya
terhadap perbedaan pendapat mengenai pemahaman jihad.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:
1. Untuk pengetahuan dan menambah khazanah ilmu bagi penulis khusunya
2. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi segenap civitas Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan khususnya teman teman di jurusan Pendidikan Agama Islam
3. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai fenomena terorisme yang
terjadi belakangan ini, serta pentingnya memiliki pengetahuan mengenai jihad
yangbenar.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Jihad
Dalam kurun waktu terakhir, khususnya pasca runtuhnya WTC dan
meletusnya aksi terorisme istilah jihad mulai mencuat kepermukaan.Bukan hanya itu
saja, kalangan Islam sendiri menaruh perhatian besar terhadap nilai-nilai jihad yang
hanya sebatas peperangan.Di dalam Al-qur‟an memang terdapat kata perang dan
anjuran untuk melakukannya, namun kita harus mengkaji terlebih dahulu sebelum
memberikan penilaian yang bersifat mengidentikkan antara jihad dan peperangan.
Kitab-kitab bahasa Arab menyatakan bahwa kata jihad dan mujahadah berarti
“menguras kemampuan”.Secara bahasa jihad berasal dari kata jahada, artinya tenaga,
usaha, atau kekuatan.Di dalam bahasa Arab kata benda (jihad) adalah bentuk mashdar
dari kata kerja (jaahada), yang selanjutnya merupakan turunan dari kata kerja (jahada)
dengan jalan penambahan satu huruf alif.Dengan perubahan berupa huruf alif itu
menyebabkan artinya berubah menjadi lebih intensif, yaitu “kesungguhan
melaksanakan perkerjaan” meningkat menjadi maksimal “dengan jalan mencurahkan
seluruh potensi yang ada”12.Artinya secara bahasa menunjukkan pada sebuah usaha
mengerahkan kemampuan, potensi dan kekuatan, atau memikul sesuatu yang
berat.Kata ini dalam ragam bentuk turunannya termaktub dalam Al-Qur‟an sebanyak
34 kali.13
Menurut istilah, jihad adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang sifatnya
berkelanjutan hingga hari kiamat.Tingkat terendahnya berupa penolakan hati atas
keburukan dan kemungkaran, sedangkan tingkatan tertingginya berupa perang dijalan
Allah. Di antara keduanya adalah perjuangan dengan lisan, pena, tangan berupa

12

Jan Ahmad Wassil, Tafsir Quran Ulul-Alab, h. 294
Yusuf Qardhawi, Fiqh Jihad,h. 32

13

10

11

pernyataan tentang kebenaran di hadapan penguasa yang zalim14. M. Quraisy Shihab
dalam memaknai kata jihad dengan mengutip pendapat Ibnu Faris (w. 395 H) dalam
bukunya Mu‟jam al-Maqayis fi Al-Lughah, “Semua kata yang terdiri dari huruf j-hd, pada awalnya mengandung arti kesulitan atau kesukaran dan yang mirip
kesukaran”. Menurut Fairuz Abadi dalam kitabnya yang berjudul Basha-ir Dzawit
Tamyiz, sebagimana yang dikutip oleh Dr. Ali Abdul Halim Mahmud beliau berkata:
“ Jihad dan mujahadah adalah menguras kemampuan dalam memerangi
musuh, at-Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya Fudhalah bin „Ubaid, ia
berkata bahwa Rasulullah swa, bersabda: “Mujahid adalah orang yang
berjihad mlewan jiwanya (hawa nafsunya) dalam rangka menaati Allah”15
Adapun menurut para ulama fiqh, jihad berarti membunuh orang-orang
kafir.Sebagian ulama fiqh berpendapat bahwa jihad adalah mengerahkan kemampuan
untuk membunuh orang-orang kafir atau pemberontak.Ada juga yang berpendapat
bahwa jihad adalah mengajak kepada agama yang benar dan memerangi orang-orang
yang menolaknya.Ada juga yang mendefiniskan jihad sebagai pengerahan usaha dan
kemampuan di jalan Allah dengan nyawa, harta, pikiran, lisan, pasukan, dan yang
lainnya.16
Berpijak pada pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa jihad
adalah sebuah aktivitas dalam menjalankan ibadah kepada Allah swt yang didasarkan
pada kesungguhan dengan cara mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki
denga nyawa, harta, pikiran, lisan, pasukan, dan lainnya. Definisi ini lebih relevan
dalam memaknai jihad, karena mencakup seluruh jenis jihad yang diterangkan oleh
Al-Qur‟an dan Sunnah.Selain itu definisi ini juga tidak membatasi jihad sebagai
bentuk peperangan terhadap orang-orang kafir saja.

14

Yusuf Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Bana, Terjemahan. Bustami A.
Gani dan Zainal Abidin Ahmad (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h 74
15
Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqh Reknsiliasi dan Reformasi Menurut Hasan Al-bana;
RUKUN JIHAD, penerj. Khozin Abu Faqih dkk, (Jakarta: Al-I‟tishom Cahaya Umat, 2001), cet 1, h.31
16
Al kasani,Bada‟I Al-Shana‟I, (Beirut: Dar al-Kitab al;-„arab) juz 7, h. 97

12

Orientasinya adalah agar istilah jihad bisa mencakup seluruh usaha umat
Muslim dalam mencurahkan segenap kemampuan melawan keburukan dan
kebatilan.Dimulai dengan jihad terhadap keburukan yang ada di dalam diri individual
Muslim, berupa godan setan, dilanjutkan dengan melawan keburukan di sekitar
masyarakat.Hingga berakhir pada perlawanan terhadap keurukan dimanapun, sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Lafadz Jihad dalam Al-Qur‟an dipakai untuk mengindikasikan beberapa
makna, antara lain:
1. Berjihad melawan orang-orang kafir dengan menggunakan argument.
Allah swt berfirman, yang artinya:
“ Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq
itu” (QS: At-Taubah: 73)
2. Berjihad melawan setan
Firman Allah swt, yang artinya:
“ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenarbenarnya” (QS: Al-Hajj: 78)
3. Berjihad melawan hawa nafsu
Firman Allah swt, yang artinya:
“ Dan berjihadlah dengan harta dan dirimu dijalan Allah” (QS: At-Taubah:
41)17
Berdasarkan pengertian diatas, jihad adalah kata yang memiliki artian yang
luas, dapat diartikan sebagai perang, dakwah, dan lain sebagainya dan tidak dapat
diartikan dengan satu pengertian saja.

17

Ali Abdul Halim Mahmud, op, cit., h.35

13

B. Pengertian Jihad Menurut para Tokoh
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir At-Thabari dalam tafsirnya beliau
mendefinisikan jihad dengan orang yang rela melelahkan dirinya hanya demi
memerangi musuh-musuh Allah dari kalangan orang kafir.18
Ibnu Hajar Al-Asqalany, bahwa jihad secara bahasa artinya kesulitan.
Sedangkan menurut syari‟at adalah mengerahkan segla kemampuan untuk memerangi
orang kafir. Menurut Ibnu Hajar, jihad juga digunakan dalam arti melawan hawa
nafsu, setan dan orang fasik. Adapun jihad melawan hawa nafsu dapat dilakukan
dengan belajar masalah agama, mengamalkan dan mengajarkannya. Sedangkan jihad
melawan setan dengan menolak semua apa yang dibisikannya. Selanjutnya jihad
melawan orang kafir dapat dilakukan dengan kekuatan/perang, harta, lisan dan hati.19
Ibnu al-Qayimm al-Jauziyah dalam satu karyanya, Zad al-Ma’ad membagi
jihad menjadi empat bagian yaitu, jihad terhadap nafsu, jihad terhadap setan, jihad
terhadap orang kafir, dan jihad terhadap orang munafik dan orang kafir kedalam
empat macam, yaitu Jihad dengan hati, lisan, harta dan jiwa. Namun beliau lebih
mengkhusukan Jihad dengan orang kafir harus dengan kekuatan dan orang munafik
dengan lisan.20
Hasan Al-Banna sebagaimana dikutip oleh Rumadi, pendiri gerakan Ikwan alMuslimin ini menyerang pandangan bahwa jihad berarti “perjuangan spiritual”,
perjuangan melawan hawa nafsu. Adapun hadist yang berbicara mengenai jihad
ashgar (perang badar) dan jihad Akbar (hawa nafsu) dalam pandangan al-Banna,
bersumber dari hadist yang tidak otentik. Bahkan ia menuduh pengertian seperti ini
sengaja disebarkan oleh musuh-musuh Islam melawan Eropa.

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari. Terj. Abdul Somad, Yusuf
Hamdani dkk, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2008) Vol 12, Hal. 486
19
Ibnu Hajar Al-Asqalany, Fath al-bary Syarh Shahih Bukhary (Beirut : Daarul Kutub al„amaliyah, 2003) cet ke-4. Juz 6, h 4
20
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zaad al-Ma’ad; fi hadyi khair al-‘ibad (Beirut : Daar Al-FIkr,
1995) juz 3, hal. 7-8
18

14

Demikian pula pelanjut al-Banna seperti Sayyid Qutubh yang secara umum
mempunyai pemikiran yang sama dengan al-Banna, meskipun dia mempunyai
aksentuasi pemikiran yang berbeda, seperti penekanannya pada perjuangan politik
revolusioner, yang dirancang untuk melucuti musuh-musuh Islam.
Al-Maududi pun sebagaimana dikutip oleh Rumadi, beliau lebih radikal lagi
menyejajarkan Islam dan Jihad sebagai “gerakan politik revolusioner”.Jihad bagi alMaududi merupakan perjuangan revolusioner bersenjata yang dilakukan tidak hanya
untuk kepentingan social tertentu tetapi juga untuk semua kelompok penindas yang
mengeksploitasi umat Islam. Dengan cara berpikir demikian, maka kekeuasaan
politik mmerupakan tujuan sentral Jihad.21
Menurut Ibnu Manzhur sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Chirzin,
bahwa jihad adalah memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga
berupa kata-kata dan perbuatan atau segala sesuatu yang seseorang mampu; menurut
Al-Jurani jihad adalah seruan kepada agama yang benar; sedangkan menurut AlAshfahani jihad adalah mencurahkan kemampuan menahan musuh, berjuang
menghadapi musuh yang tampak dan yang tidak tampak, begitu juga Sayyid Sabiq
medefinisikan bahwa jihad sebagai meluangkan segala usaha dan upaya dengan
menanggug kesulitasn dalam memerangi musuh dan menahan agresi, Wahbah Zuhaili
pun mengutarakan bahwa Jihad adalah mencurahkan daya upaya memerangi orang
kafir dengan jiwa, harta dan lisan.22
Sa‟id Aqil Siradj mengutip kitab I’anatu at-Thalibin Fathul Mu’in
menurutnya Jihad yaitu ada empat bentuk.Pertama, menegaskan eksistensi Allah di
muka bumi, seperti dengan melantunkan adzan, dzikir dan wirid.Kedua, menegakkan
nilai-nilai agama Allah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, mengakkan nilai-nilai
kejujuran, keadilan, kebenaran dan sebagainya.Ketiga, berperang di jalan Allah,
maksudnya jika terdapat komunitas yang memusuhi umat Islam dengan segala
21

Rumadi, Renungan Santri; Dari Jihad Hingga Kritik Wacana Agama (Jakarta: Erlangga,
2007) hal. 78-79
22
Yunan Aftiar, Skripsi Berjudul “ Konsep Pendidikan dalam Jihad menurut Yusuf Qardhawi,
h.20

15

argumentasi yang dibenarkann agama maka diperbolehkan berperang namun
memperhatikan rambu-rambu yang ditetapkan oleh Allah. Keempat, mencukupi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, serta memenuhi kepentingan seseorang yang
harus ditanggung oleh pemerintah, entah itu muslim maupun kafir. Sehingga
menurutnya jihad adalah merupakan upaya pencurahan tenaga secara fisik yang
diproyeksikan untuk mengimplementasikan pesan-pesan Tuhan di muka bumi, guna
mengakurasikan tugas manusia sebagai khalifah-Nya.23
Moenawar khalil sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qadir Djaelani
mengatakan bahwa jihad adalah bersungguh-sungguh mencurahkan segenap tenaga
untuk melawan musuh.Begitu juga Taufik Ali Wahbah mendefinisikan jihad sendiri
sebagai pengerahan segala kemampuan dan potensi dalam memerangi musuh. Sedang
Abdul Karim Zaidan, mengatakan bahwa Jihad adalah pengerahan tenaga dari
seorang muslim dalam mempertahankan dan menyabarkan Islam. Dan dilanjutkan
oleh H.M.K Bakry menguraikan makna jihad adalah perjuangan yang memerlukan
tenaga untuk memerangi orang kafir dan murtad sampai kembali menganut agama
Islam juga berjuang melawan hawa nafsu, melawan setan dan melawan orang fasik.24

C. Tujuan Jihad
Tujuan Jihad menurut Quraish Shihab, adalah menegakkan nilai-nilai amar
ma’ruf nahi munkar dan menghilangkan terjadinya sesuatu penganiayaan.25Adapula
yang berpendapat bahwa tujuan jihad adalah menjaga kebebasan akidah, menjaga
syiar dan ibadah, mencegah kerusakan di muka bumi, sebagai cobaan, pendidikan dan
ishlah bagi manusia.
Adapula sebagian kalangan yang berpendapat bahwa tujuan jihad adalah
untuk menolak permusuhan terhadap Islam dan Kaum muslimin, yang dilakukan oleh
23

Said Aqil Siradj, Islam Kebangsan; Fqih Demokrasik Kaum Santri (Jakarta: Fatma Press,
1999) hal.136-137
24
Abdul Qadir Djaelani, Jihad fi Sabilillah dan Tantangan-Tantangannya (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1995) h.3-4
25
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996) hal. 682

16

kaum musyrikin, kafirin, pembangkang dan orang-orang yang dendam terhadap
Islam.
Untuk mengokohkan dakwah Islam sehingga dapat sampai kepada orangorang yang berhak mengetahuinya, yaitu seluruh manusia di seluruh tempat yang
memungkinkan dakwah sampai padanya dan di semua masa yang kaum muslimin
hidup padanya.
Islam adalah agama yang menolak kesyirikan dan kekufuran bersamanya,
karena Islam adalah agama yang haq, agama yang selaras dengan akal, dan agama
kehidupan yang mulia bagi kemanusiaan.
Jihad dalam Islam sama sekali berbeda dengan “perang suci” yang sering
disebut-sebut oleh Barat, sebab jihad dimaksudkan untuk memperbaiki dan
meluruskan yang bengkok dalam kehidupan manusia. Itupun diakukan dengan
memberikan pemeliharaan ekstra terhadap kaum wanita, anak-anak, orang tua dan
orang-orang yang tidak mampu berperang, bahkan pemeliharaan ekstra terhadap
hewan dan pepohonan.26
Seperti yang dikutip oleh Ali Abdul Halim bahwa tujuan jihad adalah untuk
mengokohkan agama dan syariat Allah sehingga dapat bagi manusia, mengendalikan
seluruh system dan manhaj mereka, mengarahkan berbagai aktivitas dalam kehidupan
mereka dan agar Islam menjadi manhaj yang dianut dan diikuti serta yang mengatur
kehidupan manusia. Untuk menghancurkan system-sistem yang berlawanan dengan
kebenaran, yang menzalimi manusia dalam kehidupannya secara manusiawi.
System yang dimaksud adalah system yang melancarkan serangan terhadap
orang-orang sipil dinegaranya agar ia dapat menguasai hasil negara mereka. Ia
berbuat seperti itu karena merasa memiliki kekuatan lebih besar dari kekuatan mereka
atau merasa tinggi dihadapan mereka karena keistimewaan jenis atau warna kulit.

26

Ali Abdul Halim Mahmud, op, cit., h.85-91

17

D. Macam-Macam Jihad
Ibnu Qayyim mengatakan dalam bukunya zaad al Ma’ad, “ Karena jihad
merupakan puncak bangunan Islam dan kubahnya, dan tempat-tempat ahli jihad di
surga merupakan tempat-tempat paling tinggi, disamping mereka memiliki derajat
yang tinggi di dunia, maka Rasulullah SAW berada di puncak yang paling tinggi
dalam jihad dan menguasai segala macam jihad. Beliau berjihad di dalam
menyembah Allah dengan sebenar-benarnya, dengan hati, dakwah dan penjelasan,
pedang dan tombak waktu-waktu yang ada beliau habiskan untuk jihad dengan
hatinya, lisannya dan tangannya”27
Menurut Ibnu Qayyim ada 3 macam jihad yaitu :
1. Jihad terhadap orang-orang munafik
Jihad terhadap orang munafik lebih sulit dari pada jihad terhadap orang-orang
kafir.Jihad ini merupakan jihad orang-orang khusus umat dan para pewaris
Rasul.Orang-orang yang ikut serta di dalamnya walaupun jumlah mereka
sedikit adalah orang-orang yang paling agung darajatnya di sisi Allah.28
2. Jihad mengatakan kebenaran
Ketika jihad yang utama adalah mengatakan kebenaran dihadapan orangorang yang sangat berlawanan, seperti kamu mengatakan kebenaran di
hadapan orang yang kamu takuti kekuasaan dan kezhaliman-nya, maka para
Rasul adalah orang-orang yang paling banyak melakukan jihad ini. Dan Nabi
kita Muhammad SAW telah melakukan jihad ini dengan cara yang paling
sempurna.29
3. Jihad melawan hawa nafsu
Ketika jihad terhadap musuh-musuh Allah di luar cabang dari jihad hamba
terhadap nafsunya dalam beribadan kepada Allah SWT sebagaimana
disabdakan Nabi SAW “Orang yang berjihad adalah orang yang berjihad
27

Yusuf Al-Qaradhawi, Ringkasan Fikih Jihad, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2011) hal 121
Qardhawi, Ibid, h.127
29
Qardhawi, Ibid., h.127
28

18

melawan nafsunya dalam taat kepada Allah dan orang yang berhijrah adalah
orang-orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah SWT”
Maka jihad melawan hawa nafsu di dahulukann atas jihad melawan musuh di
luar dan menjadi pokok baginya. Hal itu karena seseorang yang tidak mampu
berjihad untuk melawan hawa nafsunya terlebih dahulu untuk melaksanakan
apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang, maka ia
tidak dapat berjihad untuk melawan musuhnya di luar.
Allah SWT memberi pembelaan kepada orang-orang yang beriman saat mereka
memerangi musuh-musuh Allah yang memerangi mereka.Allah tidak membiarkan
mereka hanya bertumpu pada kekuatan dan persiapan mereka saja.Tetapi Allah
mendukung memberikan bantuan dan menolong mereka atas musuh-musuhnya.
Sebab sunah Allah swt, menetapkan bahwa Ia akan menolong orang-orang yang
beriman dan memenangkan Al-Haq atas yang batil. Kita tidak akan mendapati sunnah
Allah itu berubah, meskipun pertolongan Allah nampak amat jauh, namun ia pasti
akan datang. Akan tetapi, kebanyakan manusia tergesa-gesa memetik dan menikmati
hasil.Dan manuisa diciptakan dengan membawa sifat suka tergesa-gesa.30
Allah SWT, telah mensyari‟atan, agar kaum mukminin melawan orang-orang
yang berkata zhalim dan tidah ridha terhadap kezhaliman yang menimpa mereka.
Yang demikian itu, karena Allah telah menetapkan bahwa Izzah kemuliaan itu hanya
bagi-Nya, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang beriman. Oleh karena itu,
seorang muslim tidak sepatutnya menerima kezhaliman, kehinaan, dan kerendahan
dari musuhnya, siapapun musuh itu dan betapapun kekuatannya, kekuasaannya,
kelengkapan perbekalannya serta banyaknya prajurit yang mendukungnya. Sebab
kaum muslimin dengan keimanan mereka, kebersamaan Allah dengan mereka dan
janji kemenangan yang diberikan oleh Allah buat mereka adalah lebih kuat dari
musuh manapun.

30

Qardhawai, op, cit., h. 125

19

E. Bantuk-bentuk Jihad
a. Jihad Harta
Jihad harta adalah mengeluarkan segala sesuatu yang dimiliki dan
mendatangkan manfaat, berupa benda ataupun jasa-jasa, dalam rangka jihad
menegakkan kalimat Allah. Misalnya, bila sesorang membelanjakan uangnya untuk
keperluan membangun masjid ataupun sekolah Islam, ia mengeluarkan harta yang
berbentuk benda secara langsung yaitu uang. Harta adalah ujian, apakah dengan
diberikannya harta yang berlimpah kepada manusia menjadikannya sebagai manusia
yang bersyukur atau ingkar, oleh sebab itu manusia diuji untuk bisa menahan hawa
nafsunya agar menggunakan harta di jalan yang benar.31
b. Jihad Jiwa
Jihad dengan jiwa meliputi beberapa bagian yaitu :
1. Jihad jiwa dengan tangan
2. Jihad jiwa dengan lisan
3. Jihad jiwa dengan hati32

c. Jihad Pendidikan dan Pengajaran
Adalah proses perjuangan menegakkan kalimat Allah dengan menggunakan
sarana pendidikan dan segala macam perlengkapannya. Dalam hal ini jihad
pendidikan diartikan sebagai proses transformasi pengetahuan secara sempurna dan
menyeluruh, termasuk teladan moral sang pendidik. Tidak hanya pemberian keilmuan
saja, melainkan menyangkut segala aspek yang diperlukan dalam rangka membentuk
pribadi-pribadi muslim yang komit pada ajaran Islam, berwawasan luas, dan memiliki
ilmu yang bermanfaat menurut spesialisnya, baik secara formal di lembaga-lembaga
pendidikan maupun secara informal di majelis-majelis keilmuan yang diadakan untuk
memenuhi keperluan kaum muslimin.
31

HIlmy Akbar Almascaty, Panduan Jihad untuk Aktivis Gerakan Islam, ( Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h, 37
32
HIlmy Akbar, Ibid, h. 85

20

Perlu dijelaskan bahwa system pendidikan Islam yang dapat dikategorikan
telah menjalankan jihad fii sabilillah adalah apabila seluruh sistemnya berlandaskan
ajaran Allah swt dan Rasul-Nya secara sempurna, system pendidikan yang akan
melahirkan pribadi-pribadi muslim yang akan memperjuangkan tegaknya Islam
dalam segala aspek kehidupan dengan spesialis keilmuannya kejayaan umat Islam
senantiasa menjadi tujuan tertingginya melebihi segala bentuk tujuan duniawi.33
d. Jihad Politik
Jihad politik adalah perjuangan di jalan Allah untuk menegakkan tatanan
pemerintahan Islam yang di ridhai Allah, karena politik yang dimaksudkan disini
hanya sebatas usaha-usaha pribadi ataupun lembaga untuk memperoleh kekuasaan
atau pemerintahan yang dikehendakinya.34
Tujuannya adalah untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi, sehingga
hanya kalimat Allah inilah yang paling tinggi, maka segala bentuk paham, ideologi
dan falsafah yang tidak sesuai dengan kalimat Allah harus berada di bawahnya
dengan mengakui keunggulan dan kesempurnaannya, seperti ditegaskan dalam AlQur‟an :

            
. 
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang
musyrik membenci.”( Q.S Ash-Shaf : 9)

33

HIlmy Akbar op cit.,, h, 185
HIlmy Akbar ibid., h. 217

34

21

e. Jihad Pengetahuan
Pada abad pengetahuan dan teknologi sekarang ini umat muslim dihadapkan
pada peperangan ilmu pengetahuan dan untuk mendapatkan pengetahuan itu
memerlukan jihad, karena jihad pengetahuan, jika tidak berlebihan, sama pentingnya
dengan jihad bersenjata pada masa lalu. Peperangan modern tidak hanya
mengandalkan senjata saja, tapi lebih mengandalkan pengetahuan dan teknologi.
Mereka yang menguasai pengetahuan dan teknologi akan menjadi penentu dunia,
walaupun jumlahnya kecil.
Dalam perjuangan menegakkan pemerintahan berlandaskan ajaran Islam yang
akan mendaulatkan kekuasaan Allah di muka bumi, diperlukan politisi ulung, juga
diperlukan orang-orang yang memiliki pengetahuan khusus seperti informasi,
manajemen dan financial. Begitupula dengan perang bersenjata, diperlukan tenaga
ahli yang menguasai taktik atau strategi, teknologi informasi, persenjataan, bahan
peledak, manajemen dan lainnya, dan yang lebih diutamakan adalah keunggulan
pengetahuan dn teknologi. 35

F. Status Hukum Jihad

Ulama fiqh membagi fiqh ke dalam dua bagian besar, yaitu ibadah dan
muamalah. Yang dimaksud dengan ibadah adalah segala amalan yang diwajibkan
oleh Allah swt di dalam Al Qur‟an dan diterangkan di dalam hadist Nabi Muhammad
saw, dipahami oleh ummat Islam sebagai rukun-rukun dan dasar-dasar agama Islam.
Adapun yang dimaksud dengan mua‟amalah adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan urusan kehidupan, baik berkaitan dengan individu (seperti halal dan haram),
35

HIlmy Akbar, Op, cit., h, 265-267

22

keluarga (nikah, waris, talak, wasiat), masyarakat dalam bentuk aktivitas sipil,
perdagangan dan Negara (seperti tanggung-jawab, syarat, hak, kewajiban pemimpin),
umat (seperti persatuan, negeri, aturan hukum syari‟at, serta hubungan dengan Negara
lain).36
Berbicara masalah hukum, ulama fiqih sepakat bahwa hukum jihad adalah
wajib, akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang kapasitas hukum kefardhu-annya.
Di dalam kitab Bidayataul Mujtahid karangan Ibnu Rusyd diterangkan bahwa jumhur
ulama sepakat hukum jihad adalah fardhu kifayah. Argument yang menjadi pegangan
terhadap pendapat para ulama dalam menetapkan hukum jihad adalah firman Allah:

