TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL BAQARAH AYAT 247 DAN AL MUNAFIQUN AYAT 4 SKRIPSI

  

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

DALAM SURAT AL BAQARAH AYAT 247 DAN AL

MUNAFIQUN AYAT 4

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

Azizah

111-14-181

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

ِساَّنلل ْمُهُعَفْ نأ ِساَّنلا ُرْ يَخ

  

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Kedua orang tuaku, Bapak Wagiman dan Ibu Wartini yang telah merawat, menjaga dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggali ilmu pengetahuan melalui tingkat pendidikan yang setinggi ini, juga atas semangat dan doa tiada hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikaan studi ini.

  Semoga ilmu yang penulis raih dapat membahagiakan orang tua, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

  2. Kakakku Sobari Sakur dan Kurnia adikku Malia Rif‟ah terima kasih untuk kasih sayang yang selalu menguatkan hingga sampai di titik ini.

  3. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku dosen terima kasih telah memberikan bimbingan, arahan, kesabaran dan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Terimaksih atas dukungan dan perjuangan senior dan kader IMM khususnya PC IMM kota Salatiga.

  5. Teman seperjuangan angkatan 2014 khususnya jurusan PAI.

  6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr.Wb

  Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya kepada kami sehingga perencanaan, pelaksanaan dan tersusunnya skripsi dapat terlaksana dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang-benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis haturkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengn judul Konsep Tujuan Pendidikan Islam (Telaah Surat Al Baqarah Ayat 247 Dan Al Munafiqun Ayat 4). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan. Penulis menyadari tanpa bantuan dari pihak, penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah rela Muh. Hafidz, M.Ag. menyisihkan waktunya untuk membimbing dengan penuh kebijaksanaan dan petunjuk-petunjuk serta dorongan-dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat dan mudah-mudahan dengan skripsi ini akan menambah semangat untuk meneruskan langkah dalam memperjuangkan cita-cita pendidikan. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

  Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti berharap atas saran dan kritis yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

  W assalammu’alaikum Wr.Wb

  Salatiga, 29 Agustus 2018 Azizah

  111-14-181

  

ABSTRAK

  Azizah. 2018. Tujuan Pendidikan Islam dalam Surat Al Baqarah Ayat 247 Dan Al Munafiqun Ayat 4. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Muh. Hafidz. M.Ag.

  Kata Kunci: Tunjuan Pendidikan Agama Islam

  Penelitian ini tentang konsep tujuan pendidikan Islam (Telaah Surat Al Baqarah Ayat 247 Dan Al Munafiqun Ayat 4) Dalam perspektif Islam, konsep tujuan pendidikan dalam Islam termaktub dalam Al-

  Qur‟an yang pada dasarnya merupakan konsep yang ideal. Akan tetapi realitanya masih kurang dalam penerapannya. Dalam hal ini perlu adanya rumusan lebih dasar tujuan pendidikan Islam agar sesuai digambarkan dalam Al-

  Qur‟an. Alqur‟an merupakan mukjizat yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Kajian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya Konsep Tujuan Pendidikan Islam dalam proses pembelajaran yang berbasis Islam. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan Bagaimana Konsep Tujuan Pendidikan Islam dalam Al Qur‟an Surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4?

  Untuk menjawab penelitian tersebut penulis menggunakan penelitian library research.

  Sumber data dalam penelitian ini meliputi Al Qur‟an dan data- data yang diperoleh dari ahli tafsir yang relevan yang dijadikan sebagai rujuakan dalam membantu menganalisis permasalahan yang muncul, diantaranya Tafsir Al Misbah karya Quraisy Shihab, Tafsir Al Qur‟anul Majid An Nur karya Teungku Muhammad Hasbi Asy Syiddieqy, ringkasan Tafsir Ibnu Katsir karya Muhammad Nasib Ar Rifa‟i, dan Tafsir Departemen Agama serta buku ulumul Qur‟an dan buku-buku lain yang relevansinya berkaitan dengan pembahsan. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah metode tahlili yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan ayat Al Qur‟an dari segala aspeknya mulai dari kosa kata, pokok isi kandungan serta munasabah.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa tujuan pendidikan Islam menurut Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat 4 adalah manusia yang sempurna insan kamil, yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan tubuh yang sehat dan kuat. Manusia yang menggunakan indera pendengaran dan penglihatannya dengan maksimal. Sehingga menjadi mansia yang selamat didunia dan diakhiratnya.

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL ............................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ....................................... iv MOTTO ................................................................................................ v PERSEMBAHAN ............................................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................... vii ABSTRAK ............................................................................................ ix DAFTAR ISI ......................................................................................... x

  BAB 1 PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang ........................................................

  B.

  6 Rumusan Masalah ...................................................

  C.

  7 Tujuan Penelitian ....................................................

  D.

  7 Kegunaan Penelitian ...............................................

  E.

  8 Metode Penelitian ...................................................

  F.

  11 Kajian Pustaka ........................................................

  G.

  14 Sistematika Penulisan .............................................

  BAB II KOMPILASI AYAT A. Redaksi Surat Al Baqarah Ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4 serta terjemahnya ..........................................

  16 1. Al Baqarah ayat 247 ..........................................

  16 2. Al Munafiqun ayat 4 ..........................................

  17 B. Kosa Kata (Mufrodat) ..............................................

  17 1. Mufrodat Q.S. Al Baqarah ayat 247 .................

  17 2. Mufrodat Q.S. Al Munafiqun ayat 4 ................

  22 BAB III KANDUNGAN AYAT dan MUNASABAH A.

  Kandungan Surat Al Baqarah dan Al Munafiqun ........ 26 1.

  Kandungan Surat Al Baqarah ayat 247 .................. 26 2. Kandungan Surat Al Munafiqun ayat 4 .................. 36 B. Munasabah Al Qur‟an Surat Al Baqarah dan Surat

  Al Munafiqun ............................................................... 41 1.

  Munasabah Surat Al Baqarah ................................. 42 2. Munasabah Surat Al Munafiqun ........................... 43

  BAB IV PEMBAHASAN A. Tujuan Pendidikan dalam Perspektif Islam ................ 45 B. Tujuan Pendidikan Islam dalam Al Qur‟an Surat Al 53 Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4 ............... C. Tujuan Pendidikan Islam dalam Al Qur‟an Surat Al 61 Munafiqun ayat 4 .......................................................

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................ 69 B. Saran .......................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut Tarbiyah Islamiyah

  merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan di akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. “tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat. Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semakin banyak ilmu yang diperoleh maka semakin banyak tanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban disisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

  Pendidikan seperti lazin dipahami sekarang ini berbeda dengan pendidikan pada masa Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih ketrampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu telah mencakup pengertian pendidikan pada masa sekarang (Darajat, 2011:27). Untuk itu berdakwah juga merupakan bagian dari pendidikan.

  Menurut Hasbullah (2009: 10) pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga merupakan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian yang lebih tingggi. Pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka masalah pokok dalam pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang hendak dicapai. Hal inilah yang paling utama dalam rangka penghambaan diri kepada Allah dengan waktu yang telah dianugerahkan manusia selama masih hidup di dunia.

  Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana ajaran. Oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Setiap manusia menyadari bahwa ia mempunyai akal dan perasaan. Akal pusatnya otak, digunakan untuk berfikir. Perasaan pusatnya di hati, digunakan untuk merasa. Sebagai makhluk berakal manusia mengamati sesuatu. Hasil pengamatan itu diolah sehingga menjadi ilmu pengetahuan.

  Dengan ilmu pengetahuan itu dirumuskan ilmu baru yang akan digunakannya dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjangkau jauh diluar kemampuan fisiknya (Darajat, 2011: 5-6). Manusia diberi akal untuk berfikir sehingga tercipta ilmu pengetahuan, dan dengan ilmu pengetahuan manusia dimudahkan dalam berbagai urusannya di dunia. Manusia diberi akal agar dapat membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya. Serta perasaan sadar untuk beribadah kepada Allah mejalakankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

  Kemudian bagaimana hubungan manusia tentang penggunaan akal dengan pendidikan. Manusia dan pendidikan bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Manusia dimanapun ia berada, dipastikan akan butuh dengan pendidikan, hal ini disebabkan karena fungsi utama dari pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi manusia yang ada ke arah lebih baik atau ke arah yang menjadi cita-cita manusia (Daulay, 2004: 3). Artinya manusia sebagai objek maupun subjek pendidikan.

  Menurut Prof. Dr. H. Abdurrahman Mas‟ud yang disampaikan pada pidato pengukuhan Guru Besar Bidang Sejarah dan Kebudayaan Islam yang diterima oleh masyarakat dari para pendidik mereka masih bersifat normatif dan formalistis yang berakibat pasif, maka upaya penciptaan iklim yang kondusif terhadap aktualisasi sistem nilai dalam rangka memusatkan manusia sebagai aktor perubahan dan peradaban merupakan proses yang tidak boleh berhenti. Itu artinya tidak boleh ada pu tus asa untuk menggapai masa keemasan Islam (Mas‟ud, 2004: 44). Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 30, bahwa manusai sebagai khalifah di bumi diharapkan mampu menjadi pemimpin dan suri tauladan yang baik menuju kemajuan di segala bidang. Ayatnya sebagai berikut;

  

             

           

   

  

. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui."

  Dalam perspektif Islam, tujuan pendidikan adalah sebagai pengubah karakter individu. Selain itu Islam juga mempunyai konsep yang mendasar mengenai tujuan pendidikan yang lebih membentuk manusia yang kamil, sehingga memiliki keseimbangan baik jasmani maupun rohani. Kesemuanya itu bertujuan untuk menjalankan tugas hidup sebagai

khalifah fil ard yang diharapkan mampu mengubah peradaban dinegeri ini.

  Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalui syariat Islam.

  Penyelenggaraan pendidikan, baik pada tingkat lembaga maupun dalam proses pembelajaran, mempunyai target atau sasaran yang ingin dicapai. Pendidik dan peserta didik mesti mengetahuinya. Guru pasti tahu apa yang diinginkan muridnya dan sebaliknya murid juga harus tahu apa yang diinginkan gurunya. Oleh karena itu, tujuan pendidikan tidak dapat terlepas dari target yang diinginkan oleh suatu lembaga pedidikan. Selain karena tujuan pendidikan memiliki peran yang urgent dalam tujuan pendidikan juga akan memberikan arahan kepada pendidik dalam menjalankan segala kegiatan pendidikan.

  Dalam perspektif Islam, konsep tujuan pendidikan dalam Islam termaktub dalam Al- Qur‟an yang pada dasarnya merupakan konsep yang ideal. Akan tetapi realitanya masih kurang dalam penerapannya. Dalam hal ini perlu adanya rumusan lebih dasar tujuan pendidikan Islam agar sesuai digambarkan dalam Al-

  Qur‟an. Alqur‟an merupakan mukjizat yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah Swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad Saw demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus (Al-Qathan, 2006: 3). Al-

  Qur‟an sebagai pedoman hidup umat manusia dari berbagai aspek kehidupan. Memahami Al- Qur‟an juga dengan menggunakan penalaran yang mendalam sehingga dapat memahami makna yang ada didalamnya.

  Oleh karena itu, tidak semua orang bisa serta merta tanpa ilmu pengetahuan yang cukup agar bisa memahami makna yang terkandung didalamnya. Untuk memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-

  Qur‟an maka sangat dibutuhkan tafsir, sehingga memudahkan umat Islam menerima pesan pesan dalam Al- Qur‟an. Dalam Al-Qur‟an tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran bagi umat dapat dilihat dalam konteks perbincangannya atau kandungan ayat-ayatnya. Setiap persoalan yang diperbincangkan Al-

  Qur‟an selalu menggambarkan tujuan yang ingin dicapai (Yusuf, 2013 :80). Jadi tujuan tersebut berupa pengetahuan. Dan pengetahuan itu merupakan sarana yang dapat mengantarkan peserta didik pada tujuan pendidik yang dikehendaki.

  Dengan beberapa hal yang mendasari terjadinya permasalahan yang dijelaskan diatas, menurut hemat penulis konsep tujuan pendidikan dalam Al-

  Qur‟an sudah seharusnya diterapkan. Artinya konsep tujuan pendidikan dalam Al- Qur‟an surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4. Dari latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam konsep tujuan pendidikan Islam dalam Al-

  Qur‟an. Penulis mengkhususkan hanya meneliti salah dus ayat dalama Al- Qur‟an sehingga penulis mengambil judul KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

  (Telaah Al- Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 247 Dan Al Munafiqun Ayat 4).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang dijadikan dasar penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana konsep tujuan pendidikan Islam dalam tafsir Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 247?

  2. Bagaimana konsep tujuan pendidikan Islam dalam tafsir Al Munafiqun ayat 4?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan dari pokok pembahasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk memperoleh deskripsi tentang konsep tujuan pendidikan Islam dalam tafsir Al-Q ur‟an surat Al Baqarah ayat 247.

  2. Untuk memperoleh deskripsi tentang konsep tujuan pendidikan Islam dalam tafsir Al-Q ur‟an surat Al Munafiqun ayat 4.

  D. Kegunaan Penelitian

  Mengungkap secara spesifik manfaat yang hendak dicapai dari aspek teoritis (keilmuan ) dengan menyebutkan manfaat teoritis apa yang dapat dicapai dari masalah yang diteliti. Juga dari aspek praktis (guna laksana) dengan menyebutkan manfaat apa yang dapat dicapai dari penerapan pengetahuan yang dihasilkan penelitian (Saraswati, 2011: 78).

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dapat memberikan beberapa manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca di dunia pendidikan dan khususnya terutama mengenai konsep tujuan pendidikan dalam Al-

  Qur‟an yang terkandung dalam tafsir surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4. Dapat menyumbangkan pemikiran tentang kandungan Al- Qur‟an yang terkandung dalam tafsir surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun bagi mereka yang membutuhkan.

2. Manfaat Praktis

  Dapat memberi masukan kepada pendidik, pemikiran di masa mendatang, atau pun seluruh manusia dalam mensosialisasikan konsep tujuan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan juga hasil.

E. Metode Penelitian

  Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

  Sesuai dengan objek kajian skripsi ini, maka penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library risearch), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan kepustakaan, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2008: 3).

  Pada penelitian kepustakaan bukan bermaksud untuk mengajarkan bagaimana seseorang menjadi ahli perpustakaan, melainkan untuk memperkenalkan penelitian kepustakaan sebagai suatu metode yang otonom, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan terhadap sistem klasifikasi koleksi perpustakaan, dan instrumen penelitian perpustakaan seperti alat bantu bibliografis, bibliografi kerja dan tahap-tahap penelitian kepustakaan (Zed, 2008: 1-2).

  Setidaknya ada empat ciri utama penelitian kepustakaan, yaitu:

  Pertama, peneliti berhadapan langsung dengan teks atau nash

  atai data angka atau bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda lain.

  Kedua, data perpustakaan bersifat siap pakai, artinya peneliti

  tidak pergi kemana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan.

  Ketiga, data pustaka umumnya adalah sumber skunder, dalam

  arti bahwa peniliti memperoleh bahan dari tangan kedua bukan data orisinil dan tang pertama di lapangan.

  Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan

  waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statik tetap. Artinya kapanpun ia datang dan pergi. Data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia merupakan sudah data “mati‟ yang tersimpan dalam rekam tertulis (Zed, 2008: 4).

  Dalam skripsi ini, peneliti menganalisis muatan isi dari objek penelitian yang berupa dokumen yaitu teks tafsir Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat 4.

2. Metode Pengumpulan Data

  Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang- barang tertulis . Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulensi rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2013: 201).

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dokumentasi dalam pengumpulan data karena sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu dengan mencari dari buku tafsir dan buku-buku yang relevan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Sumber Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung subyek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar,

  2009: 91). Sumber data primer ini berupa Al Qur‟an surat al Baqarah ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat 4 beserta tafsir menurut para ulama, diantaranya Tafsir Al Misbah karya Quraisy Shihab, Tafsir Al Qur‟anul Majid An Nur karya Teungku Muhammad Hasbi Asy Syiddieqy, ringkasan Tafsir Ibnu Katsir karya Muhammad Nasib Ar Rifa‟i, dan Tafsir Departemen Agama.

  b.

  Sumber Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Dalam hal ini data sekundernya adalah tafsir-tafsir

  Al- Qur‟an yang berkaitan dengan konsep tujuan pendidikan Islam oleh mufassir dan buku-buku yang mendukung penulis untuk melengkapi isi serta interpretasi dari data sumber primer.

3. Metode Analisis Data

  Setelah data yang dibutuhkan terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakn metode Tahlili. Metode

  Tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan

  ayat-ayat Al- Qur‟an dari seluruh aspeknya, dimulai dengan menguraikan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti ayat secara global, kemudian mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut dilanjutkan dengan membahas asbabun nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari rasul, atau sahabat atau dari para tabi‟in yang kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula bercampur baur pembahasan- pembahasan dan lainnya yang dipandang dapat memahami nash Al- Qur‟an (Izzan, 2014: 103).

F. Kajian Pustaka

  Sebelum penulis meneliti lebih dalam tentang konsep tujuan pendidikan Islam dalam Al- Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 247 dan Al

  Munafiqun ayat 4 penulis berusaha keras menelaah karya dari hasil beberapa penulis terdahulu yang berhubungan dengan pembahasan ini.

  Pertama, dalam penelitian saudara Nurchamidah mahasiswa

  jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang dan lulus tahun 2015 yang berjudul “Konsep Tujuan Pendidikan dalam Al-Qur‟an (Analisis Tafsir Q.S. Al Baqarah: 151, QS. Ali Imran: 164, dan QS. Al- Jumu‟ah: 2). Kesimpulan skripsi tersebut membahas lebih lanjut tentang konsep tujuan pendidikan yang terdapat dalam Q.S. Al Baqarah: 151, QS.

  Ali Imran: 164, dan QS. Al- Jumu‟ah: 2 adalah sebagai sarana perubahan sosial. Hal ini bisa dilihat dari masing-masing ayat yang memiliki kandungan yang sama. Sehingga tersusun konsep tujuan individual, konsep tujuan sosial dan konsep dan tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam.

  Konsep tujuan individual yang dimaksud adalah bagaimana setiap pribadi muslim berubah dalam sikapnya dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsep tujuan sosial dalam pendidikan Islam melalui tahap-tahap dalam pembelajaran yaitu Nabi Muhammad SAW membacakan ayat-ayat Allah SWT kepada umatnya, menyucikan umatnya dan mengajarkan Al Kitab dal Al Hikmah serta hal-hal yang belum diketahui sebelumnya.

  Kensep tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam berupa pengabdian kepada Allah SWT. Pengabdian kepada Allah SWT dapat dimanifestikan melalui tujuan individual dan tujuan sosial dalam pendidikan.

  Kedua, dalam penelitian saudara Paryadi mahasiswa jurusan

  Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Konsep Tujuan Pendidikan Islam Menurut Azyumardi Azra dan Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam. Kesimpulan dari skripsi tersebut membahas tentang konsep tujuan pendidikan yang diuaraikan oleh Azyumardi Azra merupakasn langkah yang dilakukannya dalam merespon kondisi pendidikan pada saat ini.

  Hasil penelitiannya menunjukkan berbagai konsep tujuan pendidikan Islam yang dipaparkan oleh Azyumardi Azra, diantaranya: Tujuan Umum dan Tujuan Khusus meliputi: 1) tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan generasi yang efektif dan efisien, 2) sumber tujuan yang utama adalah al Qur‟an dan As Sunah, 3)penekanan pendidikan buukanlah dari aspek pengajaran semata tetapi lebih pada aspek bimbingan, 4) Pendidikan Islam adalah proses penyiapan peserta didik untuk bisa membaur di dalam masyarakat, 5) pendidikan membentuk manusia menjadi rahmatal lil alamin, 6) tujuan esensi dari pendidikan Islam adalah tercapainya kebahagian di dunia dan di akhirat,penguasaan

  IPTEK menjadi titik tekan tersendiri bagi pendidikan Islam namun perlu dilandasi nilai-nilai etis, 8) kurikulum pendidikan Islam harus bersifat integrated dan komprehensif.

  Ketiga, dalam skripsi saudara Tajus Syarofi NIM 3105381

  mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, IAIN Walosongo Semarang, dan lulus tahun 2010 yang berjudul “Studi Analisis Tentang Pemikiran

  Jalaludian Rahmat Tentang Sosial Engeenering Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan Islam. Kesimpulan Skripsi tersebut membahas lebih jauh tentang perubahan sosial yang memang sangat diperlukan bagi setiap orang.

  Perubahan sosial dipengaruhi oleh cara berfikir setiap orang. Paradigma sangat mempengaruhi terhadap perkembangan pemikiran mereka. Dengan cara berfikir yang berbeda dengan manusia lainnya maka perubahan sosial setiap individu juga berbeda. Menurutnya tujuan pendidikan Islam sangat mempengaruhi perubahan sosial, masyarakat akan mendisain tujuan pendidikan Islam sesuai dengan keadaan sosial. Semakin maju keadaan sosialnya, maka semakin maju pula desain Tujuan Pendidikan Agama Islam.

G. Sistematika Penulisan

  Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi dalam lima pokok pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda.

  Secara rinci masing-masing bab akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitiaan, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab II Kompilasi Ayat berisi tentang surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4 dan kosa kata mufrodat.

  Bab III Kandungan Ayat dan Munasabah surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4. Bab IV Pembahasan ini berisi tentang inti dari konsep tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4.

  Bab V Penutup mengurai tentang kesimpulan dan saran. Bab penutup memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran- saran.

BAB II KOMPILASI AYAT C. Redaksi Surat Al Baqarah Ayat 247 dan Al Munafiqun Ayat 4 Serta Terjemahnya 3. Al Baqarah Ayat 247 Sesuai dengan judul Bab ini maka penulis menyajikan

  kompilasi ayat-ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini adapun ayat yang dikaji adalah surat Al Baqarah ayat 247

                                       (

  ٧٤٢ : ( ةرقلبا           Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui

4. Al Munafiqun Ayat 4

            

           

     (

  ًُنا ا ٌوقف : ٤ (

  Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka.

Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran).

D. Kosa Kata (Mufrodat)

  Setelah menyajikan ayat dan terjemahnya, penulis perlu bagi penulis untuk menyajikan kosa kata yang terkait dengan ayat

1. Mufrodat Q.S. Al Baqarah ayat 247 a.

  ََلَاق

  berarti dia laki-laki berkata, yang berasal dari kata

  • َ لوُقَي
  • َ ًََلاْوَق

  َ يِبََ

  b.

  ََأَبَ

  .kata

  يِبََ

  adalah bentuk tunggal, sedangkan jamaknya

  َ ٌْوُيِبََ-ٍََْيِيِبََ

  dan

  ََأ اَيِبَْ

  yang berarti orang orang yang menyampaikan berita tentang Allah swt. Nabi adalah manusia pilihan Allah swt. Para nabi yang mendapatkan perintah untuk menyampaikan wahyu yang mereka terima itu

  (Bisri, 1999: 916). Disini dalam bentuk fiil madhi dengan

fail nya huwa dia satu laki-laki dengan tandanya fathah.

  ََلَاق

  merupakan salah satu bentukan dan kepada umat manusia dinamakan rasul. Dengan demikian semua rasul adalah nabi, tetapi tidak semua nabi adala rasul. Jumlah nabi lebih banyak dari pada rasul (Shihab, 2007: 678).

  c. didahului oleh huruf dengan demikian allah merupakan

  َّللأ َ لا

  nama khusus yang tidak dikenal bentuk jamaknya. Alif dan lam yang dibubuhkan pada kata merupakan sesuatu yang dikenal

  

هَنِإ

  dalam benak. Kedua tambahan huruf itu menjadika kata yang dibubuhi mejadi

  ma’rifat atau definite (diketahui/dikenal).

  Kemudian hamzah yang berada antara dua lam yang dibaca i pada kata illah tidak dibaca lagi sehingga berbunyi Allah, dan sejak itulah kata ini seakan-akan telah merupakan kata baru yang tidak memiliki akar kata, sekaligus kata Allah menjadi nama khusus bagi pencipta dan pengatur alam raya yang wajib wujud-Nya (Shihab, 2007:76).

  d. artinya mengutus, berasal dari kata atau juga

  ََثَعَب اًثْعَب َُثَعْبَي ََثَعَب

  dapat diartikan mengirimkan. disini dalam bentuk fiil madhi

  ََثَعَب yang failnya dia laki laki (Bisri, 1999: 36).

  e. adalah nama julukan seorang raja. Dikatakan demikian

  ََثْوناَط

  karena orangnya sangat tinggi. Dalam perjanjian lama kitab Samuel diceritakan, “ia berdiri diantara rakyat (Bani Israil), dan ternyata ia paling tinggi dari kesemuanya ke atasnya” (Al Maraghi, 1984: 396).

  • f. artinya raja, berasal dari kata yang artinya

  اًكْه - َ َُكِههًَْي ََُي اَكِهَي

  ََكَهَي memiliki, menguasai, memerintah (Munawir, 1997: 1358).

  mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengadilan dan keshahihannya. Malik yang biasa diterjemahkan dengan raja adalah yang menguasai dan mengenai perintah dan larangan, anugrah dan pencabutan, dan karenai itu biasanya kerajaan terarah kepada manusia dan tidak kepada barang yang sifatnya tidak dapat menerima perintah dan larangan g. artinya yang lebih berhak, asal katanya dapat

  اًّقَد َ قَد َُقِذَي

  • َ َ قَدَأ

  diartikan dengan nyata, pasti, tetap (Munawir, 1997:282). Karena berwazan yang artinya melebihkan atau yang lebih. Dalam

  ََمَعْفَأ

  ayat ini diartikan dengan pantas atau patut, yakni lebih pantas mengendalikan pemerintahan.

  h. artinya ikatan dan penguatan. Malik mengandung arti

  َُكْهًُنا

  penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengadilan dan keshahihannya. Malik yang biasa diterjemahkan dengan raja adalah yang menguasai dan mengenai perintah dan larangan, anugrah dan pencabutan, dan karenai itu biasanya kerajaan terarah kepada manusia dan tidak kepada barang yang sifatnya tidak dapat menerima perintah dan larangan. (Munawir, 1997: 1358).

  • i. artinya kelapangan, berasal dari kata artinya

  َ ًَتَعَس ًَاعْسَو ََعَسَو melapangkan dan mencukupkan (Munawir, 1997: 1558).

  • j. artinya harta, asal kata dari menjadi

  َ ََلَاي َِلاًَنا َ ًلاوُؤُيَ وَ ًلاْوَي

  kaya, memberi harta. Dalam bentuk isimnya menjadi

  َِلاًَنا jamak nya (Munawir, 1997: 1328). َ لاَوْيَأ

  ََداَز َ ََداَز َُدْيِزَي

  • k. artinya menambahkan, berasal dari kata berarti

  menambah, diberi. Dalma bentuk fiil madhi (Yunus, 2015: 562).

  • l. artinya melebihkan, berasal dari kata

  َ - َ ًَتَطْسَب اًطْسَب َُطُسْبَي ََطَسَب

  berrmakna menggembirakan, menyenangkan. Dalam kamus Al Bisri berarti keluasan dalam ilmu pengetahuan (Bisri,

  ًَتَطْسَب 1999:33).

  m. I lmu bentuk masdar dari menurut Ibnu Faris kata ilmu

  ىْهِعنا ََىِهَع

  memiliki arti denotatif bekas sesuatu dengannya dapat dibedakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut Ibnu Manzhur ilmu adalah antonim dari tidak tahu (Shihab, 2007: 347). n. berarti badan, tubuh, substansi dan semua mempunyai

  ىْسِجنا

  panjang, lebar dan kedalaman. Kata ini mempunyai akar kata jim sin dan mim, yang makna dasarnya ialah berkumpulnya sesuatu.

  Dari akar kata ini dibentuknya kata yang berarti yang

  • َ ىَسُج ىِسَج

  besar tubuhnya, dan yang bermakna dengan

  اًًْسُج ىسِج, ىسِج

  mengandung makna tubuh atau jasmani yang perkasa sebagai salah satu persyaratan menjadi penguasa, pemimpin atau raja.

  Secara khusus ayat tersebut menunjuk pada keistimewaan raja Thalut (didalam injil perjanjian lama disebut Saul) yang diberi amanat oleh nabi Samuel untuk memerintah Bani Israil setelah era Nabi Musa dalam menghadapi ancaman bela tentara musuh yang dipimpin oleh raja Jalut. Pada mulanya Bani Israil tidak mau menerima Thalut sebagai raja mereka karena ia bukan dari kabilah besar, melainkan dari kabilah kecil dikalangan Bani Israil, dan juga bukan hartawan. Nabi Samuel menjelaskan bahwa pemilihan Thalut sebagai raja bukan pendapat dan pilihan pribadinya, tetapi berdasarkan pilihan Allah yang mengaruniainya keluasan ilmu pengetahuan dan perkasaan tubuh. Thalut lebih pintar, lebih berani, lebih kuat dan sabar di dalam peperangan dari pada orang-orang Bani Israil lainnya. Oleh karena itu orang yang diangkat sebagai pemimpin bangsa haruslah orang yang berilmu dan memiliki jasmani dan perkasa dan bagus (Shihab, 2007: 398). o. terambil dari kata yang menggunakan huruf-huruf waw, sin

  َ عِساَو

  dan ain yang maknanya berkisar pada antonim kesempitan dan kesulitan. Yang luas, dalam ilmu tidak akan keliru, tidak juga salah, bahkan memberi ilmu, melalui pencarian atau tanpa usaha. Yang luas dalam kekuasaan tidak akan berlaku aniaya, tidak juga tergesa-gesa, bahkan akan memberi kekuasaan. Yang luas dalam rahmat tidak akan mengancam apalagi menyiksa tanpa sebab yang jelas, bahkan akan memaafkan yang menganugrahkan berbagai anugrah. Yang luas dalam petunjuk, tidak akan menyesatkan, apalagi menjerumuskan, tetapi membimbing dengan amat baik dari yang dikehendaki. Demikian Allah Yang Maha Luas. (Shihab, 2007:1075). p. berarti Maha Mengetahui, berasal dari kata yang menurut

  ىْيِهَع ىْهِع

  pakar bahasa berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaan

  yang sebenarnya. Allah dinamai karena pengetahuanNya yang ىْيِهَع

  amat jelas sehingga terungkap bagiNya hal-hal yang sekecil apapun (Shihab, 2007:330).

2. Mufrodat Q.S. Al Munafiqun ayat 4

  a. berarti melimat asal kata raa

  yaro ro’yatan. Secara ََجْيَأَر

  etimologis kata ini berarti memperhatikan atau memandang dengan mata atau pikiran. Sebagian pakar ada yang mengartikan kata ra dengan memperhatikan dengan mata, meyakini dengan akal dan memperhatikan dengan pandangan hati. Sebagian lainnya memberi makna untuk kata ra‟a dengan ,melihat dengan mata kepala maupun dengan mata hatin (Shihab, 2007: 799).

  b. dalam bentuk jamak mengacu ke tubuh, jasmani, atau

  واَسْجَأ

  perawakan orang-orang munafik yang menimbulkan kekaguman dan ketertarikan orang-orang yang memandangnya, termasuk orang-orang Islam. Kaum munafik yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah kaum munafik Madinah di masa Nabi Muhammad saw. Yang dikepalai oleh Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul. Penampilan lahiriyah mereka memukau orang lain dengan penampakan tubuh jasamani yang menawan, atau dengan pakain indah gemerlap sehingga ucapan mereka diperhatikan dan diindahkan. Ayat ini memperingatkan kaum muslim agar tidak terpukau dengan ajsam, tubuh, penampilan luar yang indah dari orang-orang munafik yang bermuka dua, dan agar tetap berpedoman kepada kebenaran ilahi dalam mencari kebenaran hakiki dan keadilan sejati, sekalipun yang menyampaikan kebenaran ilahi itu orang yang jasmani dan tubuhnya tidak menarik dan tidak menimbulkan kekaguman (Shihab, 2007:398).

  c. artinya kamu kagum, asal katanya

  • َ َ اًبَجَع ََبَجَع ََكُبِجْعُح

  بِجْعُي

  yang bermakna heran, kagum, atau takjub terhadap sesuatu (Bisri, 1999:479). Disini dalam bentuk fiil mudhorik yang

  rofa’tandanya dhomah.

  d. bermakna mendengarkan, menangkap suara/ bunyi asal kata

  عًَْسَح

  dapat diartikan dengan mendengar (Munawir,

  • َ -َ اًعًَْس َُعًْسَي ََعًََس 1997:659).

  e. yang berarti kayu-kayu jamak dari (Bisri, 1999: 160).

  بُشُخ ََبَشَخ

  Dalam kalimat ini dalam bentuk isim nakirah tandanya bertanwin.

  Jamak yang biasanya digunakan akhsyaab bentuk jamak dari khasyabun. Dengan demikian, bentuk jamak dari khasyabun.

  بُشُخ

  Pemakaian kata ini digunakan untuk menggambarkan keadaan kaum munafik pada saat tersebut, yaitu jumlah mereka sangat banyak sekali (Deparetmen, 2009: 140)

  f. artinya tersandar, asal katanya artinya

  َ دْوُُُس َ َ - - ََدَُسَي ََدََُس ةد َُسُي bersandarkan (Bisri, 1999: 345).

  • g. artinya teriakan,asal katanya

  تَذْيَص َ حاَيِص -َُخِصَي َ حاَص