Perencanaan Program PKn Deskripsi Teori
Bintoro Tjikroaminoto 1979: 8, berpendapat bahwa perencanaan dilakukan dengan dasar agar kegiatan tersebut dapat lebih teratur. Dengan
demikian perencanaan diarahkan pada : a.
Penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien b.
Keperluan mendobrak kearah perubahan struktural ekonomi dan sosial masyarakat.
c. Arah perkembangan untuk keadilan sosial.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan atau program agar dapat lebih
teratur dan dapat berjalan dengan baik, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Jadi perencanaan
mencangkup pembuatan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan sesuatu sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan sehingga
kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Tahap-Tahap Perencanaan
Secara lebih terperinci dapat diklasifikasikan tahap-tahap dalam suatu proses perencanaan. Tahap-tahap tersebut menurut Bintoro Tjokroaminoto
1979: 9, adalah sebagai berikut : a.
Penyusunan Rencana terdiri dari unsur-unsur : 1.
Tinjauan keadaan dapat berupa tinjauan sebelum memulai suatu rencana atau tinjauan keadaan tentang proses pelaksanaan
rencana sebelumnya.
2. Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana
3. Penetapan tujuan rencana dan pemilihan cara-cara pencapaian
tujuan rencana tersebut. 4.
Identifikasi kebijakan dan atau kegiatan usaha yang perlu dilakukan dalam rencana.
5. Tahap persetujuan perencanaan, dalam hal ini diusahakan pula
penyelesaian dengan perencanaan pembiyaan. b.
Penyusunan Program Rencana c.
Pelaksanaan Rencana d.
Pengawasan Atas Pelaksanaan Rencana e.
Tahap Evaluasi Untuk merancang program pendidikan kewarganegaraan sesuai dengan
kesiapan atau “readiness” seyogyanya ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut : 1.
Baik tahapan Piaget maupun tahapan moral perlu diuji terlebih dahulu dengan tes yang relevan. Setelah tahapan kedua itu diuji individu
dibagi menjadi kedalam kelompok yang dapat memperoleh dan tindakan
memperoleh pengaruh
dari program
pendidikan kewarganegaraan.
2. Jika sekolah tidak mungkin dapat memberikan layanan pendidikan
moral, hanyalah mereka yang memang dapat dipengaruhi yang dimasukan kedalam kelompok percobaan itu.
Kedua hal tersebut di atas berlaku dalam merancang program pendidikan kewarganegaraan yang di uji cobakan. Jika terdapat anak yang secara
psikologis belum siap ditingkatkan taraf moralitasnya, sebaiknya ditunggu sampai anak tersebut mendapat taraf lebih maju dalam penalarannya. Hal
ini memerlukan tenaga yang terlatih dalam proses ini, yang menyadari betul prosedur yang harus ditempuhnya. Selain itu terdapat hambatan lain
karena baik taraf penalaran maupun taraf moralita tidak bisa diajarkan secara langsung. Oleh karena itu harus dicatat bahwa “readiness” untuk
berkembang bukanlah kondisi yang stabil. Kesemuanya hal itu memang
disadari sangat sukar untuk dipraktekkan oleh guru pendidikan kewarganegaraan yang baru dan atau belum berpengalaman. Oleh karena
itu sejak dini di lembaga pendidikan guru pendidikan kewarganegaraan, sebaiknya sudah dikenalkan kepada konsep-konsep di atas.
Program pendidikan
kewarganegaraan yang
dirancang dengan
menggunakan pendekatan perkembangan moral memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut : Arbuthnot Faust, 1981: 139-143.