B. Model Yang Berorientasi Pada Interaksi Sosial.
Esensi tujuan pendidikan kewarganegaraan yang didukung oleh model- model interaksi sosial ini ialah” penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
pancasila”. Tentu saja tujuan ini tidak dapat dipisahkan dari esensi proses pemahamanpenalaran. Lebih-lebih karena secara konseptual progmatik
pendidikan kewarganegaraan telah menerapkan konsep “Confluent taxonomy”.
Yang perlu dicatat bahwa titik berat model-model interaksi sosial ini
adalah pada proses latihan menghayati hakikat nilaimoral melalui proses perlibatan langsung dalam proses-proses simulatif atau situasi sebenarnya.
Dengan demikian penerapan model-model interaksi sosial ini juga merupakan sarana dan media penerapan konsep “confluent taxonomy”
dalam pendidikan kewarganegaraan. Secara singkat model-model yang termasuk kategori model di atas,
sebagai berikut : 1.
Model investigasi kelompok “Group Investigation” 2.
Model bermain peran “Role Playing”
3. Model penelitian
yurisprudensi “Jurisprudential Inquiry” 4.
Model latihan laboratoris “Laboratory Training”.
5. Model penelitian
sosial “Social Science Inquiry”.
C. Model Yang Berorientasi Pada Pembinaan Pribadi
Esensi tujuan pendidikan kewarganegaran yang didukung oleh model- model yang berorientasi pada pembinaan pribadi ialah “penghayatan dan
pengamalan nilai- nilai pancasila”. Dalam kerangka konsep “Cofluent
taxonomy” proses penghayatan dan pengamalan ini tidak terlepas dari proses penalaran. Karena itu penerapan model-model pembinaan pribadi
merupakan salah satu sarana bagi terbinanya pribadi siswa yang mencerminkan esensi nilai moral pancasila.
Jika dikembalikan kepada postulat pendidikan kewarganegaraan dari
Piaget yang dipakai juga oleh Kohlberg 1975, model pembinaan pribadi akan memberi andil besar dalam membina keadaan bahwa prilaku manusia
terikat akan norma yang berlaku . oleh karena itu harus ditumbuhkan dalam diri siswa, kualitas pribadi, dalam hal ini konmitmen individu
terhadap nilai-nilai moral. Disamping kategori model ini meliputi model-model personal menurut
Joyce dan Weil 1986 juga dapat ditambahkan model tauladanModeling dari Simon et-
al 1972, “Observation and Ivolvement in Model Issues dari Arbuthnot dan Faust 1981: 200-203.
Beberapa model yang termasuk dalam kategori model di atas, adalah
sebagai berikut : 1.
Model pembelajaran tanpa arahan “Non Directive Teaching”.
2. Mode
l sinektiks “Synectics Model”. 3.
Model latihan kesadaran “Awareness Training”. 4.
Model Pertemuan kelas “ Classroom meething”.