Efek Afektif Komnukasi Massa Pembentukan dan Perubahan Sikap

Media massa mengurangi ketidakpastian kita. Sekarang - karena penjelasan dalam media massa - kita bahkan dapat menentukan mana isyu yang penting dan mana yang tidak. Kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat disebut agenda setting. Agenda Setting Teori agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarnya. Secara selektif seperti menyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan adenga masyarakat public agenda. Angenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat apa yang mereaka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarikperhatian masyarakat community salience Efek Prososial Kognitif Di sini kiata membicarakan bagaimana media massa memberikan manfaat yang dihendaki oleh masyarakat. Inilah yang kita sebut efek prososial. Bila televisi menyebabkan Anda lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif.

3. Efek Afektif Komnukasi Massa Pembentukan dan Perubahan Sikap

Pada tahun 1960, Joseph Klapper melaporkan hasil penelitian yang komprehensif tentang efek media massa. Dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum: 1. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok atau hal-hal yang dalam buku ini disebut faktor personal. 2. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada , walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah agent of change. 3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahankecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konversi” perubahan seluruh sikap dari satu sisi masalah ke sisi yang lain. 4. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan sikap pada bidang-bidang di mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial. 5. Komunikasi massa cukup afektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru tidak ada predisposisi yang harus diperteguh. Rangsangan Emosional Anda mungkin mengalami atau melihat orang lain pernah mengalami perasaan sedih dan menangis terisak-isak ketika menyaksikan adegan yang mengharukan dalam sandiwara televisi atau film. Karena itu, peneliti komunikasi terusik untuk bertanya : Apakah media massa memang menimbulkan rangsangan emosional? Menjawab pertanyaan itu dengan penelitian empiris tidaklah mudah penelitian mengalami kesukaran untuk mengukur emosi sedih, gembira, atau takut sebagai akibat pesan media massa. Kita tidak dapat mengukur efek emosional sebuah film tragedi dengan menampung air mata penonton yang tumpah ; tidak juga mampu mengukur kegembiraan dengan mengukur kerasnya suara tertawa ketika bereaksi pada suatu adegan yang lucu. Tetapi para peneliti telah berhasil menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa faktor-faktor itu, antara lain, suasana emosional mood, skema kognitif, suasana terpaan , predisposisi induvidual, dan tingkat indentifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa. Suasana emosional yang mendahului terpaan stimuli mewarnai respons kita pada stimuli itu. Faktor dua, yang mempengaruhi intensitas emosional ialah skema kognitif. Ini adalah semacam “naskah” pada pikiran kita yang menjelaskan “alur” peristiwa. Tetapi skema kognitif tidak selalu berdasarkan pengalaman skema kognitif dapat juga terbentuk karena induksi verbal - atau petunjuk pendahuluan yang menggerakkan kerangka interpretif. Masih erat kaitannya dengan skema kognitif adalah anggapan apakah adegan atau cerita yang disaksikan khalayak media massa itu realistis atau sekadar khayalan belaka. Faktor ketiga yang mempengaruhi efek emosional media massa ialah suasana terpaan setting of exposure. Anda akan ketakutan menonton film horror bila Anda menontonnya sendirian di sebuah rumah tua, ketika hujan lebat, dan tiang-tiang rumah berderik. Ketakutan, juga emosi lainnya memang mudah menular.

4. Efek Behavioral Komunikasi Massa Efek Prososial Behaviorial