MAKALAH FARMASETIKA DASAR DAN DASAR

MAKALAH FARMASETIKA DASAR
Sedian Kapsul Keras

Disusun oleh :

Keza Meylina (158114091)
Scholastica Dani (158114120)
Elisa Damayanti (158114127)

Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2015

1

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun

menambah

isi

makalah

agar

menjadi

lebih

baik

lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, November 2015

Penyusun

2

Daftar Isi

Kata Pengantar

1

Daftar Isi

2


BAB I Pendahuluan

3

1.1 Latar Belakang

3

1.2 Tujuan

5

BAB II Pembahasan

6

1. Farmakologi

8


2. Keuntungan Dan Kerugian Kapsul Lepas Tunda Lansoprazole

9

3. Indikasi

9

4. Dosis

9

5. Sediaan

9

6. Kemasan

9


BAB III Kesimpulan

11

Daftar Pustaka

12

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Anonim, 2015).
Macam-macam kapsul ada dua yaitu kapsul cangkang keras (capsulae
darae, hard capsuule) dan kapsul cangkang lunak (capsule molles).
Pada Tugas Farmasetika Dasar ini mahasiswa mengidentifikasi obat

Lansoprazole terkait dengan aturan-aturan yang ada pada Farmakope Indonesia.
Mahasiswa juga mempelajari teori-teori untuk mengevaluasi kapsul.
1.2 Dasar Teori
1) Kapsul cangkang keras terbuat dari metilselulosa, gelatin, pati atau bahan lain
yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi, dari nomor paling kecil
(5) sampai nomor paling besar(000), kecuali cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran terbesar 000 merupakan ukuran yang dapat diberikan kepada
pasien. Biasanya cangkang kapsul ini diisi dengan bahan padat atau serbuk,
butiran atau granul. Kapsul cangkang keras mempunyai satu bentuk dan
dipakai untuk pemakain oral.
2) Kapsul cangkang lunak merupakan satu kesatuan berbentuk silindris atau
bulat telur yang dibuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai, biasanya lebih
tebal dari kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan
senyawa poliol. Kapsul ini biasanya mengandung 6-13%, bobot molekul
rendah dan juga dapat diisi dengan bahan padat atau serbuk atau zat padat
kering. (Syamsuni, 2006)
Beberapa persyaratan kapsul yang harus dipenuhi menurut FI III adalah
sebagai berikut: Keseragaman bobot (kelompok kapsul yang berisi bahan padat

4


dan kelompok kapsul yang berisi bahan cair atau setengah padat ), waktu hancur,
keseragaman sediaan, dan uji disolusi. (Anonim, 1975).
Berdasarkan pelepasan kapsul didalam tubuh ada dua yaitu :
1. Kapsul lepas tunda
Kapsul dapat disalut atau pada umumnya enkapsulasi granul disalut
untuk menghambat pelepasan obat dalam cairan lambung dimana penundaan
menjadi penting untuk mengurangi masalah yang potensial yang menyebabkan
obat diinaktivasi atau iritasi mukosa lambung. Istilah ”lepas tunda” digunakan
pada masing masing monografi kapsul salut enterik yang ditujukan untuk
menunda pelepasan obat, temasuk uji dan spesifikasi untuk Pelepasan Obat
seperti yang tertera pada masing-masing monografi.

2. Kapsul lepas lambat
Kapsul lepas lambat diformulasi dengan cara tersebut untuk membuat obat
tersedia selama periode waktu perpanjangan setelah dikonsumsi. Istilah seperti
”prolonged-action,” ”repeat-action,” dan ”sustainedrelease” juga digunakan
untuk menggambarkan sediaan tersebut. Namun, istilah ”lepas tunda”
digunakan dalam persyaratan Farmakope untuk Pelepasan Obat seperti
yang tertera pada masing-masing monografi(Anonim,2015).

Dalam pengisian bahan ke dalam kapsul dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Dengan tangan
Cara ini sering digunakan di apotek untuk melayani resep dokter.
Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk
menjaga kebersihan obat.
2. Dengan alat bukan mesin
Alat ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan
menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan
pengerjaannya dapat lebih cepat.

5

3. Dengan mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga
keseragaman kapsul, perlu dipergunakan alat yang otomatis mulai dari
membuka, mengisi sampai dengan menutup kapsul(Syamsuni, 2006).
Keuntungan untuk sediaan kapsul :
1.

Bentuk menarik dan praktis.


2.

Tidak berasa sehingga bisa menutupi rasa dan bau obat yang kurang enak.

3.

Mudah ditelan dan cepat hancur/larut di dalam perut.

4.

Dokter dapat resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan obat
dan dengan dosis yang berbeda menurut kebutuhan pasien.

5.

Kapsul dapat diisi dengan cepat, tidak memerlukan bahan penolong.

Kerugian bentuk sediaan kapsul :
1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap sebab poti-pori cangkang

tidak menahan penguapan.
2. Tidak untuk zat-zat yang terhigroskopis.
3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak untuk balita.
5. Tidak bisa dibagi( Syamsuni, 2006).
1.4 Tujuan
 Mengetahui sediaan obat dalam bentuk kapsul keras.
 Mengetahui keuntungan dan kerugian dari pemakaian obat dengan bentuk
sediaan kapsul keras.
 Mengetahui contoh sedian obat dalam bentuk kapsul keras (sesuai dengan
Farmakope Indonesia).

6

BAB II
PEMBAHASAN
Kapsul keras merupakan kapsul yang cangkangnya terbuat dari gelatin
berkekuatan gel relatif tinggi. Kapsul ini dapat pula dibuat dari pati atau bahan
lain yang sesuai.


Kapsul cangkang keras dapat juga terdiri dari :
-

Zat warna yang diijinkan atau zat warna dari berbagai macam oksida
besi.

-

Bahan opak / pemburan seperti titanium dioksida

-

Bahan pendispersi

-

Bahan pengeras seperti sukrosa

-

Pengawet

Cangkang kapsul ini umumnya mengandung air antara 10-15%. Apabila
disimpan dalam lingkungan dengan kelembapan tinggi, penambahan uap air akan
diabsorbsi oleh kapsul dan kapsul keras ini akan rusak dari bentuk kekerasannya.
Sebaliknya dalam lingkungan udara yang sangat kering, sebagian uap air yang
terdapat dalam kapsul gelatin mungkin akan hilang, dan kapsul ini menjadi rapuh
serta mungin rapuh apabila di pegang.
Salah satu contoh obat yang sediaannaya dalam bentuk kapsul keras
adalah

lansoprazole.

Berdasarkan

Farmakope

Indonesia,

Lansoprazol

mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C16H14F3N3O2S.

7

Rumus Kimia

Pemerian serbuk, putih sampai putih kecokelatan.
Kelarutan Mudah larut dalam dimetilformamida, praktis tidak larut dalam
air. Melebur pada suhu 160º disertai peruraian.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,tidak tembus cahaya
(Anonim,2015).
Kapsul

Lepas

Tunda

Lansoprazol

mengandung

lansoprazol,

C16H14F3N3O2S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket (Anonim,2015).
Kapsul Lansoprazol adalah kombinasi antara Anti-Inflamasi NonSteroid (NSAID) dan Inhibitor Pompa Proton (PPI). NSAID mengobati
gejala rasa sakit dan peradangan pada tenggorokan. PPI bekerja dengan
mengurangi jumlah asam yang dihasilkan dalam lambung. Asam lambung
dihasilkan dari pompa proton yang ditemukan pada sel-sel yang melapisi
lambung. Jika lapisan sel-sel ini rusak maka produksi asam di lambung
meningkat dan disebut dengan tukak lambung Lansoprazole bekerja
dengan menghambat aksi pompa proton itu, dan ini mengurangi produksi
asam lambung(Anonim,2015).

1) Farmakologi

8

Lansoprazol tidak stabil pada pH asam (lambung) sehingga dibuat
dalam bentuk granul salut enterik dengan pelepasan yang tertunda
(delayed-release) yang diharapakan dapat lepas di usus.
Bioavailabilitas

lebih

dari

85%,

adanya

makanan

dapat

menurunkan absorpsi, sehingga diberikan pada saat perut kosong.
Gambar Granul Lansoprazole

2) Keuntungan Dan Kerugian Kapsul Lepas Tunda Lansoprazole
Keuntungan: Pelepasan obat di tubuh perlahan sehingga bertahan
lama didalam tubuh karena dalam bentuk granul sehingga dosis cukup 1 x
sehari.
Kerugian: Harganya lebih mahal dibandingkan dengan obat maag
yang lain karena di formulasi dalam bentuk granul yang dikemas dalam
kapsul sehingga butuh penanganan khusus dalam pembuatannya.
3) Indikasi
Pengobatan jangka pendek tukak usus, tukak lambung, dan refluks
esofagitis (Anonim, 2015).
4) Dosis
Tukak usus dan refluk esofagus: sehari 1x 30 mg selama 4 minggu,
tukak lambung: sehari 1x 30 mg selama 8 minggu (Anonim, 2015).
5) Sediaan

9

Dalam perdagangan, lansoprazol tersedia sebagai kapsul 15 mg
dan 30 mg. Dengan nama dagang, Acilaz, Betalans, Caprazol, Digest,
Inazol, Inhipraz, Ladenum, Lagas, Lancid, Lanvell, Lanzogra, Lapraz,
Laproton,

Lazol,

Nufaprazol,

Prolanz,Prosogan,

Protica,

Pysolan,

Sopralan, Ulceran (Anonim,2015).
6) Kemasan
Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya
melindungi kelompok-kelompok kemasan lain.

Kemasan Primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau
membungkus bahan.

10

BAB III
PENUTUP

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai(Anonim, 2015)
Kapsul harus memiliki syarat kerseragaman bobot,waktu hancur,
keseragaman sediaan dan uji disolusi. Kapsul memiliki keuntungan dan kerugian.
Dalam pembuatan sediaan kapsul harus diperhatikan sifat dari bahan yang
dipergunakan. Kapsul dapat diisi dengan tiga cara yaitu dengan tangan, dengan
alat bukan mesin dan dengan alat mesin.
Lansoprazole adalah salah satu contoh kapsul keras, untuk pengobatan
tukak lambung dengan dosis 1x sehari, termasuk dalam kapsul lepas tunda
(delayed-release)

11

Daftar Pustaka

Syamsuni, 2006.Ilmu resep. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Anonim, 2015. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Anonim, 1975. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Anonim,

2015.

Uji

Disolusi

Pada

Kapsul

Lansoprazole.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25650/4/Chapter%20II.pdf
Diakses pada tanggal 15 November 2015, pukul 20:00.
Anonim, 2015. Informasi Spesialite Obat volume 49 – 2014 s/d 2015. Ikatan
Apoteker Indonesia. Jakarta

12