Perilaku Menyusui Segera pada Buteki di Enam Kecamatan Kotamadya Medan

Perilaku Menyusui Segera pada Buteki
di Enam Kecamatan Kotamadya Medan
Sri Sofyani
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan

Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan, Medan Deli, Medan Denai, dan Medan
Amplas. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa walaupun sebagian besar tahu bahwa ASI adalah
baik bagi bayinya dan harus segera diberikan namun sebagian besar ibu tidak segera meneteki
bayinya setelah melahirkan karena ingin beristirahat dulu setelah melahirkan, sebagian besar
beranggapan bahwa segera meneteki belum ada gunanya karena ASI belum keluar dan karena
tidak dianjurkan oleh bidan. Buteki yang menjadi informan sebagian besar tidak mencoba
meneteki bayinya ketika ASI belum keluar dan memberikan susu formula atau cairan atau
makanan lain (air gula, madu, air tajin, kopi, beras yang ditumbuk dan diberi gula) selama
menunggu ASI keluar karena khawatir bayi menjadi lapar, rewel, dan kuning jika kurang cairan.
Sebagian besar memberikan kolostrum tetapi masih ada yang membuang kolustrum atas anjuran
ibu/ibu mertuanya atau bidan karena menganggap susu kuning tersebut tidak baik bagi bayinya.
Kata kunci: ASI, meneteki segera, kolostrum
Abstract: The aim of this study was to investigate and interpret ideas and inherent in initiation of
breastfeeding concerning women of childbearing age in six district in Medan, (Medan-Labuhan,
Medan-Marelan, Medan-Belawan, Medan-Deli, Medan-Denai and Medan-Amplas). Data were

obtained through semi-structured interviews. A qualitative method with a phenomenological
approach was applied to analyze the data. The results indicate that although most of mothers
have underlying conceptions on the benefits of breastfeeding but they do not practiced early
initiation of breast-feeding within 1 hour of birth, do not try to breastfeed at first day after
delivery, and giving prelacteal feeding with non human milk. They considered that babies will be
hard to please, hungry, thirsty and being jaundice because the dehydration if they do not feed
them. Most of mothers give colostrums for their babies but still some of them throw away her
early breast milk, suggested from their mother or mother in law or midwives. They belief that the
yellow human milk, that is produced at the first day is not good for their babies.
Keywords: ASI, early breastfeeding, colostrums

PENDAHULUAN
ASI merupakan makanan yang sempurna
untuk bayi dan tidak ada produk makanan
pengganti ASI yang kwalitasnya menyamai
ASI. ASI adalah makanan terbaik yang harus
diberikan kepada bayi, karena di dalamnya
terkandung hampir semua zat gizi yang
dibutuhkan oleh bayi. ASI kandungannya
4


sesuai untuk kebutuhan pertumbuhan dan
1
perkembangan yang optimal bayi. Penelitian
telah membuktikan bahwa anak yang
mendapat ASI: mempunyai IQ lebih tinggi
2
dari yang tidak mendapat ASI , terhindar dari
3
kekurangan gizi dan obesitas , terhindar dari
4
5
penyakit alergi dan berbagai penyakit infeksi.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume
41 y No.
1 y Maret
2008
Universitas
Sumatera

Utara

Sri Sofyani

Segera meneteki merupakan kegiatan
yang terbaik bagi ibu setelah melahirkan
karena
dapat
mengurangi
perdarahan,
mempercepat pemulihan kesehatan ibu, dapat
membantu mengurangi berat badan tambahan
yang diperoleh sewaktu hamil, menunda
kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker
payudara, kanker ovari dan keropos tulang
kelak. Dan hal yang tak kalah penting adalah
meneteki akan menjalin hubungan cinta kasih
antara bayi dengan ibu, menimbulkan ikatan
6
batin yang kuat antara ibu dan anak.

Bagi keluarga manfaatnya antara lain
adalah dengan pemberian ASI dapat
mengurangi biaya pengeluaran untuk membeli
susu. Bagi negara hal ini dapat menghemat
subsidi pemerintah untuk biaya perawatan
bayi dan anak sakit akibat pemakaian susu
botol (penyakit diare, pneumoni, otitis media
6,7,8
dan penyakit lainnya) , di samping itu anak
yang cerdas karena diberi ASI adalah aset
negara
yang
demikian
besar
dalam
mendapatkan sumber daya manusia yang
6,7
berkualitas dan tangguh.
Mengingat besarnya manfaat ASI bagi
bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara

maka perlu serangkaian upaya yang dilakukan
secara terus menerus dalam bentuk berbagai
kegiatan dalam Peningkatan Pemberian Air
Susu Ibu (PP-ASI).
Penelitian sudah membuktikan bahwa
keberhasilan meneteki sangat tergantung pada
inisiasi meneteki dini. Penundaan saat
permulaan menetek akan menyebabkan bayi
sukar menetek. Satu jam pertama kelahiran
merupakan kunci sukses dalam proses
9,10
menyusui.
Hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa
hanya 8% bayi baru lahir di Indonesia
mendapat ASI dalam 1 jam pertama setelah
lahir dan dari sejumlah bayi yang lahir ditolong
oleh tenaga kesehatan (bidan/dokter), hanya 51%
saja yang mendapat ASI pada hari pertama,
sementara bayi yang lahir tanpa pertolongan

tenaga kesehatan ternyata 65% diantaranya
11
mendapat ASI pada hari pertama.
Dalam rangka mencari cara yang efektif
untuk mempromosikan perilaku meneteki
segera di Kotamadya Medan dilakukanlah
12
suatu qualitative formative research yang
bertujuan untuk mengetahui pengetahuan,
sikap, perilaku, dan pandangan-pandangan

Perilaku Menyusui Segera pada Buteki…

khusus ibu meneteki (buteki) di enam
kecamatan di Kotamadya Medan mengenai
“Meneteki Segera dan Pemberian kolustrum.”
Penelitian ini juga ingin mencari faktor-faktor
apa yang mendukung dan menjadi penghalang
dalam berperilaku meneteki segera.
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian memakai metode qualitative
13
dengan pendekatan phenomenological. Data
dikumpulkan melalui wawancara semistruktural dengan ibu-ibu meneteki (buteki),
orang tua/mertua dari buteki, suami, bidan,
dan kader Posyandu di Kecamatan Medan
Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan,
Medan Deli, Medan Denai, dan Medan
Amplas.
Dipakai suatu daftar pertanyaan (questioner)
untuk mengarahkan pembicaraan. Pertanyaan
bersifat open ended yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan dan pendapat serta
perilaku masing-masing informan. Wawancara
direkam dan dicatat dalam kutipan langsung
sesuai dengan yang diucapkan informan.
Penelitian dilakukan pada bulan Juni
2006. Informan yang diwawancarai adalah
buteki yang mempunyai anak berusia di
bawah 1 tahun, ibu/mertua dari buteki,

suami, bidan yang berpraktek, dan kader
Posyandu di daerah penelitian yang bersedia
menjawab semua pertanyaan. Mereka dipilih
secara acak berdasarkan informasi nama dan
alamat yang ditunjukkan oleh kader setempat.
ANALISA
Data dianalisa dalam proses yang terdiri
13
dari 4 langkah . Pertama, keseluruhan data
tertulis yang berupa kutipan langsung dibaca
ulang. Kedua dibuat matriks jawaban sesuai
dengan jenis pertanyaan pada tiap kecamatan.
Ketiga, dibuat analisa per kecamatan sesuai
dengan tema dan jenis pertanyaan. Akhirnya
hasil analisa dari masing-masing kecamatan
digabungkan untuk mendapatkan gambaran
perilaku meneteki dan didapatkan kesimpulan
umum dari pendapat informan.
HASIL
Jumlah informan yang diwawancarai

adalah 196 orang terdiri dari 72 orang buteki,
48 orang ibu/mertua, 48 orang suami, 24
orang bidan dan 24, orang kader.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 1 y Maret 2008

Universitas Sumatera Utara 5

Karangan Asli

Karakteristik informan
Umur termuda buteki adalah 18 tahun,
tertua 41 tahun. Sebagian besar berpendidikan
setingkat SMA. Informan umumnya adalah
ibu rumah tangga, hanya 1 informan saja
disamping sebagai ibu rumah tangga juga
membuka usaha kedai kopi. Pada umumnya
informan beragama Islam, hanya 3 orang yang
beragama Kristen. Suku bervariasi, diantaranya
Jawa, Sunda, Mandailing, Batak, Aceh,

Melayu, Madura, dan Karo. Jumlah anak yang
dimiliki informan antara 1 sampai 8 orang.
Sebagian besar informan melahirkan di klinik
bersalin ditolong oleh bidan.
Ibu/mertua, berusia 47–64 tahun, jumlah
cucu rata-rata 10 orang, etnis beragam, tingkat
pendidikan rata-rata SD dan semuanya adalah
ibu rumah tangga.
Para suami, berusia 24–48 tahun, bekerja
sebagai wiraswasta, nelayan, dan karyawan
swasta, dengan etnis bervariasi, mempunyai
anak rata-rata 2 orang; satu informan
mempunyai anak 8 orang.
Bidan
yang
menjadi
informan,
berpengalaman 2-16 tahun dengan jumlah
persalinan yang dilayani rata-rata 3-8
persalinan/bulan. Kader yang menjadi informan

adalah kader posyandu yang telah menjadi
kader selama 3-15 tahun.
Sebagian informan mengatakan: adalah
bagus; tidak apa-apa segera meneteki dalam
satu jam pertama setelah melahirkan, jika ibu
memang bisa melakukannya. Gunanya adalah
supaya bayinya sehat karena ASI adalah
makanan yang terbaik bagi bayi, untuk
merangsang air susu ibu agar cepat keluar jadi tidak perlu membeli susu formula
sehingga mengurangi biaya; cukup hanya
membayar jasa bidannya saja - lebih hemat.
Ada yang menjawab, agar bayi belajar
menghisap, agar payudara ibu tidak bengkak agar putingnya cepat muncul, agar orang
pertama yang dikenal bayi adalah ibunya,
supaya dekat dengan bayinya-supaya bayinya
sayang pada ibunya, supaya bayinya tenang
berada dalam dekapan ibunya, supaya bayi
lebih hangat, - tidak perlu pemanas. Ada yang
mengatakan agar susu yang pertama keluar
(susu jolong dalam bahasa setempat) tidak
terbuang karena susu jolong itu membuat bayi
menjadi kebal dari penyakit. Ada ibu yang
berpendapat ibu yang tidak cepat-cepat
meneteki bayinya adalah ibu yang malas.
6

Anjuran untuk meneteki segera ini
menurut
buteki
yang
diwawancarai
disampaikan oleh bidan yang membantu
persalinan, sebagian atas anjuran dari orang
tua mereka sendiri.
Walaupun sebagian besar menjawab
“bagus dan ada gunanya” namun dalam
prakteknya sebagian besar tidak meneteki
bayinya dalam satu jam pertama karena: ASI
belum keluar, jadi percuma saja disusui;
kondisi ibu masih letih akibat mengedan –
masih lemah setelah melahirkan. Menurut
informan, lebih baik ibunya istirahat dulu
setelah melahirkan. Alasan lain: ibu tidak bisa
duduk karena diheating dan karena tidak
diberi kesempatan oleh bidan untuk meneteki
bayinya.
Informan yang menjawab tidak ada
gunanya sebagian besar alasannya karena pada
saat itu air susu ibu belum keluar. Menurut
mereka jika bayi tetap diteteki, hal itu akan
membuat bayi sedih karena ia menetek tapi
tidak ada susunya.
Berikut beberapa pendapat informan:

Bagus memang jika dicoba-coba, biarpun
enggak ada susunya. Gunanya untuk merangsang
cepat keluar susunya. Tapi kalau dalam 1 jam
setelah melahirkan enggak mungkinlah. Awak
masih trauma melahirkan, capek pula. Dua
jam-lah setelah melahirkan. Ibu bidan
memang menyarankan tapi enggak dalam 1
jam.
Tergantung, ada susunya atau enggak.
Kalau ada susunya, ya ada gunanya, biar si
anak cepat menyusu, enggak kelaparan. Tapi
kalau enggak ada, ya ngapain repot-repot.
Tidak ada guna meneteki sebelum ASI
keluar, capek juga kan neteki tapi air susu
nggak ada, bayinya malah nangis karena sudah
cape-cape nyusu tapi ASI nya enggak ada.
Sebelum ASI keluar sebagian besar
informan mengatakan tidak apa diberi susu
botol, karena kasihan, jika bayinya tidak diberi
apa-apa. Takut bayi akan haus, lemas dan
menjadi rewel- jika menangis terus nanti pusar
jadi bengkak. Jika tidak diberi minum, bayi
bisa jadi kuning. Namun jika bayi tidak
menangis boleh-boleh saja ditunggu sampai
ASI nya keluar. Menurut mereka bidan selalu
memberikan susu botol sebelum ASI keluar.

Kalau susu botol yah boleh, diakan
sifatnya cair, pengganti ASI sementara karena

Majalah Kedokteran Nusantara Volume
41 y No.
1 y Maret
2008
Universitas
Sumatera
Utara

Sri Sofyani

ASI belum keluar memangnya bayi mau
dikasih apa, lagian susu botol udah hampir
sama dengan ASI.
Jika tidak sanggup membeli susu sebelum
ASI keluar ada yang memberi air putih, air
tajin. Ada yang memberikan madu yang
dioleskan ke bibir bayi atau dikompeng yang
kemudian diberikan kepada bayi. Ada yang
memberikan kopi supaya bayinya tidak setep,
beras merah yang dihaluskan (ditumbuk)
ditambah gula. Malah ada yang sudah
memberikan pisang awak dan pisang barangan
yang dihaluskan pada hari pertama (1 orang
informan).
Ada informan (2 orang) yang tidak
memberikan apa-apa dan bayi tetap diteteki
tiap kali dia menangis dan ASI pun segera
keluar. Informan yakin bahwa sekalipun bayi
tidak diberi apa-apa bayi akan tahan sampai 3
hari. Informan mendapat informasi ini dari
bidannya
Informan ibu/ibu mertua yang setuju
untuk meneteki segera menganjurkan hal ini
pada anak dan menantunya, tujuannya untuk
segera memberikan cairan pada bayi dan agar
orang pertama yang dikenal cucunya adalah
ibu kandungnya sendiri. Namun jika
kemudian ASI belum keluar juga, ibu/mertua
juga berpendapat tidak apa jika diberi susu
botol sementara ASI belum ada.
Bidan mengatakan sebenarnya bayi tahan
menunggu sampai ASI keluar, tetapi pada
prakteknya lebih sering memberikan susu
botol sebelum ASI keluar.

“Pada umumnya pasien saya, bayinya
sebelum ASI keluar dikasih susu kaleng, kan
ada dikasih dari perusahaan susu kaleng.”
Menurut salah seorang bidan bahwa
kebanyakan pasien tidak bisa dipaksakan
menyusui bayinya segera dan dicobakan terus
hingga ASI keluar karena menurut anggapan
pasien, banyak hal bisa terjadi kalau bayinya
disusui.

“Ya memang enggak ibu paksakan, karena
dari dulu orang beranggapan banyak kali bisa
terjadi kalo langsung menyusui. Ibunya
tambah sakit, tambah lemas, si bayi pun
makin lemas itulah kata orang itu”.
Bidan tidak segera memberikan bayi pada
ibu untuk disusui karena konsentrasi bidan
masih pada kondisi fisik ibu. Bayi rata-rata
diberikan pada ibu setelah > 3 jam kemudian
setelah dibolehkan tidur miring dan duduk.

Perilaku Menyusui Segera pada Buteki…

Informan suami sebagian
berpendapat tidak bermanfaat.

besar

juga

“Aku rasa enggak ada manfaatnya untuk
kesehatan bayi. Bisa aja bayinya jadi sakit
semua badannya karena diangkat-angkat.
Mamaknya pun bisa enggak sembuh-sembuh
karena baru melahirkan cape langsung susui
bayi kan mamaknya masih lemas dah abis
tenaganya buat melahirkan”.
Sebagian besar informan orang tua/ibu
mertua dan suami berpendapat bahwa
menyusui dalam 1 jam pertama tidak
merangsang pengeluaran ASI.
Yang merangsang pengeluaran ASI adalah
makan yang banyak, makan sayur berwarna
hijau, misalnya daun katuk , minum jamu, dan
memijit payudara.

“Percuma aja karena belum waktunya
keluar ASI itu. Biar cepat ASInya keluar
banyaklah mamaknya makan, minum sama
tidur”.
Pengetahuan informan mengenai manfaat
kolustrum (susu jolong menurut bahasa
setempat) belum seragam, sebagian mengatakan
kolustrum bagus diberikan karena membuat
bayi kebal terhadap bermacam-macam
penyakit. Ada yang mengatakan untuk
imunisasi pertama bayi dan jangan dibuang,
namun ada (hanya sebagian kecil, 2 informan)
yang membuang kolustrum karena menganggap
ASI yang pertama itu kotor, susu basi dan
tidak baik diberikan pada bayi, malah bisa
membuat bayi menjadi sakit (batuk, sakit
perut-mencret)
karena
begitulah
yang
dikatakan ibunya selalu. Masih ada bidan yang
menganjurkan untuk membuang kolustrum,
seperti apa yang dikatakan informan berikut:

“Susu yang pertama kali keluar itu susu
basi dan kotor jadi harus dibuang nanti bisa
sakit perut anak kalau ditetekkan. Bidan dan
orang tua saya bilang jangan dikasihkan susu
yang pertama itu karena itu susu kotor, nanti
kalau udah jernih susunya baru dikasihkan ke
anaknya.
Jika langsung diteteki mungkin bisa
merangsang ASI keluar, apalagi kalo puting
ibunya yang masuk ke dalam bagus juga cepat
ditetekkan. Bidan bilang kalo udah mulai
besar payudaranya baru ditetekkan karena
sudah mulai ada ASI nya. Kalo terlalu cepat
ditetekkan takut terminum ASI yang pertama
karena itu susu basi nanti sakit perut
anaknya.”

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 1 y Maret 2008

Universitas Sumatera Utara 7

Karangan Asli

Akhirnya setelah mendapat sedikit
penjelasan mengenai manfaat meneteki segera
dari peneliti, ada beberapa saran dari
informan. Agar dapat segera meneteki bayinya
ibu-ibu harus yakin akan manfaat ASI dan
pemberian ASI dini. Agar para bidan selalu
menjelaskan kepada ibu-ibu tentang bahaya
pemberian cairan atau makanan lain selain
ASI. Agar para bidan segera memberikan bayi
kepada ibunya dan agar bidan terus mau
memberi dorongan pada ibu untuk meneteki
bayinya segera dan tidak memberikan susu
botol pada bayi.
Ibu-ibu juga harus berani untuk meminta
pada bidan agar bisa segera meneteki dan
dibolehkan tidur dekat dengan bayinya. Ibuibu harus bersemangat, jangan menampakkan
keadaan lemas-lemas supaya pihak keluarga
juga membolehkan ibu untuk segera meneteki.
Ibu harus menjaga kesehatannya selama
kehamilan dengan baik sehingga bisa
melahirkan secara normal, agar ada peluang
lebih besar untuk meneteki dalam waktu satu
jam setelah melahirkan.
Perlu diberikan penyuluhan kepada ibuibu, para gadis remaja, para mahasiswa,
mengenai manfaat meneteki segera; namun
sebelumnya bidanlah yang harus diberi
pengetahuan. Media yang paling disukai
adalah melalui televisi karena hampir semua
keluarga memiliki televisi dan tidak perlu
keluar rumah untuk mendapat informasi.
Para bidan harus dapat memberi informasi
yang tepat dan benar. Bidan bisa membujuk
ibu-ibu untuk mencoba perilaku baru yang
dapat membuat pemberian ASI segera
menjadi norma baru dalam masyarakat.
DISKUSI
Dari penelitian ini didapatkan bahwa pada
umumnya informan mengatakan: dengan
segera meneteki, bayi akan menjadi sehat
karena ASI adalah makanan yang terbaik
untuk bayi.
Jika semakin cepat diberikan
maka payudara ibu tidak bengkak, bayi tenang
dan tidak menangis karena tidak lapar. Hanya
saja konsep segera di sini dalam prakteknya
adalah tidak dalam satu jam pertama, karena
dalam satu jam itu orang tua si ibu cenderung
akan membiarkan anaknya mendapat perawatan
dari bidan atau tenaga kesehatan dan ibu
beristirahat, setelah menguras tenaga ketika
bersalin. Biasanya, paling cepat dalam waktu 2
atau 3 jam ibu baru bisa segera meneteki.

8

Kebanyakan ibu mulai menyusui pada hari
kedua-ketiga karena sebagian besar ASI keluar
pada hari kedua-ketiga dan fisik ibu sudah
agak kuat
Menetek adalah momen spesial untuk
bersama-sama menjalin kedekatan dan
memupuk saling pengertian. Dengan segera
meneteki (dalam satu jam pertama setelah
melahirkan) dapat mendekatkan diri, menjalin
kasih sayang antara ibu dan anaknya. Bagi
seorang ibu bila langsung meneteki bayinya
akan menimbulkan perasaan dibutuhkan. Rasa
bangga dan bahagia karena dapat memberikan
sesuatu dari dirinya demi kebaikan bayinya
dan ini akan memperkuat hubungan batin
antara ibu dan bayi. Rasa aman dalam diri bayi
akan tumbuh saat ia berada dalam dekapan
ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit yang
lembut dan mendengar bunyi jantung sang ibu
seperti yang telah dikenalnya selama dalam
kandungan beberapa saat sebelumnya.14
Penelitian telah memperlihatkan bahwa
penundaan permulaan menyusui lebih dari
satu jam akan menyebabkan kesukaran menetek,
mempersulit pemberian ASI eksklusif dan
15
meningkatkan kematian bayi.
Inisiasi dini meneteki dapat menurunkan
angka kematian bayi melalui beberapa
mekanisme. Pertama ibu yang segera meneteki
bayinya mempunyai peluang lebih besar
untuk berhasil memberikan ASInya secara
16
eksklusif. Dengan memberi ASI bayi akan
terhindar
dari
penyakit-penyakit
yang
17
membahayakan jiwa. Kedua Pemberian cairan
atau makanan lain selain ASI (prelacteal
feeding) dapat menggantikan kolustrum
sehingga bayi berisiko lebih tinggi untuk
18
terkena infeksi dan alergi serta intoleransi ;
dan akan menggangu proses meneteki karena
19
bayi akan kenyang, bingung puting , bayi
lebih sedikit menetek. Selain itu prelacteal
feeding akan
mengganggu
mekanisme
20
fisiologis usus bayi. Ketiga ASI yang pertama
keluar sangat kaya akan berbagai komponen
imun dan non imun yang mempercepat
pematangan saluran cerna, kebal terhadap
infeksi dan mempermudah penyembuhan
20
epitel jika terkena infeksi. Total protein dan
level immunoglobulin bayi juga menurun
secara bertahap setelah hari pertama kelahiran
(konsentrasinya paling tinggi pada hari
pertama, berkurang setengahnya setelah hari
kedua
dan
perlahan
makin
rendah
21
sesudahnya) . Keempat dekapan hangat ibu
dan sentuhan kulit ke kulit ibu-bayi akan

Majalah Kedokteran Nusantara Volume
41 y No.
1 y Maret
2008
Universitas
Sumatera
Utara

Sri Sofyani

Perilaku Menyusui Segera pada Buteki…

menurunkan
angka
kematian
karena
hypotermia dalam hari pertama (terutama
pada bayi kurang bulan dan bayi berat lahir
15
rendah) .

4. Saarinen UM, Kajosaari M. Breastfeeding
as prophylaxis against atopic disease:
prospective follow-up study until 17 years
old. Lancet, 1995; 346:1065-69.

Implikasi untuk Penyusunan Program PPASI
Agar sasaran Program Nasional Bagi Anak
Indonesia ( PNBAI) 2015 dapat dicapai yaitu
menurunnya angka kematian bayi dan angka
kematian balita pada tahun 2015 menjadi 1/3
dari kondisi 2001; ( kondisi 2001 angka
kematian neonatus 20 per 1000 kelahiran
hidup), salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan mempromosikan inisiasi dini
meneteki. Maka adalah penting disadari oleh
semua pihak yang terkait bahwa mempraktekkan
pemberikan ASI segera (dalam satu jam
pertama setelah melahirkan) sangat penting
untuk kesehatan bayi dan ibu serta
keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama
6 bulan. Hal ini dapat dilakukan bila si ibu
sehat fisik dan mental untuk melahirkan dan
meneteki, serta bila ia mendapat informasi,
dukungan
dan
merasa
yakin
akan
kemampuannya untuk dapat segera meneteki
dan memberikan ASI eksklusif dari semua
masyarakat yang ada disekelilingnya.

5. Bauchner H, Leventhal JM, Shapiro ED.
Studies of breast feeding and infection:
how good is the evidence? JAMA 1986;
256:887-92.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih banyak kepada teman-teman
di Jaringan Kesejahteraan/Kesehatan Masyarakat
(JKM) yang telah membantu memberikan
pikiran-pikiran dalam pembuatan questioner,
uji coba questioner di lapangan dan
pengumpulan data. Juga terima kasih pada
Save the Children-Medan yang telah
mendanai penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Pediatrics, Policy
statement based on Task Force Report,
the
promotion
of
breastfeeding.
Pediatrics, 1982; 69:654-61.

6. Roesli U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta:
Trubus Agriwydya, 2000.
7. International Baby Food Action Network
(IBFAN) WHO/UNICEF /PATH. Kode
dalam
kartun.
Kementerian
Pemberdayaan Perempuan Departemen
Kesehatan RI, Badan Kerja Peningkatan
Penggunaan ASI (BK PP-ASI), Jakarta,
2003.
8. Arileen S, Black RE, Antelman G, Bacqui A,
Caulfied L, Becker S. Exclusive breastfeeding
reduces acute respiratory infection and
diarrhea deaths among infants in Dhaka
slums. Pediatrics. 2001; 108(4). Available at:
www.pediatrics.org/cgi/content/full/108/4/e6
7
9. United Nations Children’s Fund/World
Health Organization Baby friendly
hospital initiative. Geneva, Switzerland:
United Nations Children’s Fond/World
Health Organization: 2005. Available at:
www.united.org/nutrition/index_24806.h
tml. Accessed January 27, 2005
10. World Health Organization, Division of
Child
Health
and
Development.
Indicators for Assessing Breastfeeding
Practice (reprinted report of an informal
meeting 11-12 June, 1991). Geneva,
Switzerland: World Health Organization;
1991.
11. Survey Demokrafi Kesehatan Indonesia
1997.

2. Lucas, A et al. Breast Milk and
subsequent intelligence quotient in
children born preterm, Lancet, 1992;
339:261-64.

12. Mack N, Woodsong C, Macqueen KM,
Guest G, Namey E. Qualitative research
methods: A data collector’s field guide,
Family Health International: USAID.

3. Kries RV, Koletzko B, Sauerwald T
Mutius EV, Barnets D. Breast feeding and
obesity: cross sectional study. BMJ 1999;
319:147-50.

13. Funkquist EL, Carlsson Marianne, Nyqvist
KH. Consulting on feeding and sleeping
problems in child health care: what is at
the bottom of advice to parents?. Journal
of Child Health Care,2005;9(2):137-52:

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 1 y Maret 2008

Universitas Sumatera Utara 9

Karangan Asli

14. World Health Organization. Kangaroo
mother care, a practical guide, 2003.
Available at: www.who.int/reproductivehealth/publications/kmc/ text. pdf.
15. Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA,
Etego SA, Agyei SO, Kirkwood BR.
Delayed breastfeeding initiation increases
risk of neonatal mortality. Pediatrics
2006; 117; 380-386.
16. Salariya E, Easton P, Cater J. Duration of
breast-feeding after early initiation and
frequent feeding. Lancet, 1978; 11:114143.
17. WHO Collaborative Study Team on the
role of breastfeeding on the prevention of
infant mortality. Effect of breastfeeding
on infant and child mortality due to
infectious diseases in less developed
country: a pooled analysis. Lancet. 2000;
355: 451-55.

10

18. Hanson L A, Carlsson B, Jalil F, HahnZoric M, Hermodson S, Karlberg J, et al.
Antiviral and antibacterial factors in
human milk. In Biology og Human Milk.
th
From the 15 Nestle Nutrition Workshop,
Nestec Ltd, Vevey, Switzerland, 1989.
19. Neifert M, Lawrence R, Seacal J. Nipple
confusion: toward a formal definition. J
Pediatr 1995; 126:S125-9.
20. Menard D, Arsenault P. Epidermal
Growth Factor in human milk: effects on
the development of the gastrointestinal
tract. In Biology og Human Milk. From
th
the 15 Nestle Nutrition Workshop,
Nestec Ltd, Vevey, Switzerland, 1989.
21. Hibberd CM, Brooke OG, Carter ND,
Haug M, Harzer G. Variation in the
composition of breast milk during the first
5 weeks of lactation: implication for the
feeding of preterm infants. Arch Dis
Child.1982; 57:658-62.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume
41 y No.
1 y Maret
2008
Universitas
Sumatera
Utara