Analisis Penjualan Sayuran Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

(1)

1

ANALISIS PENJUALAN SAYURAN DI KELURAHAN TANAH

ENAM RATUS KECAMATAN MEDAN MARELAN

KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH : RIZKA HASANAH

070304011 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2

KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH : RIZKA HASANAH

070304011 AGRIBISNIS

Hasil Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Diana Chalil, M.Si Ph.D)

NIP : 196703031998022001 NIP:196210051987031005 (HM. Mozart B Darus, M.Sc

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNUVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

i

ABSTRAK

Rizka Hasanah, (070304011) dengan judul skripsi “Analisis Penjualan Sayuran Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan”, di bawah bimbingan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si Ph.D dan Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc.

Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan merupakan daerah sentra produksi sayuran yang berada di pinggiran Kota Medan. Beberapa Produk sayur mayur yang dihasilkan adalah sawi, bayam, kangkung, kacang panjang, dan terong ungu. Kendala penjualan sayur yang dihadapi oleh petani seperti sayur yang mudah busuk, penyimpanan, pengepakan , dan pendistribusian hasil panen sayur. Hal ini menyebabkan produk sayur menjadi cepat rusak sehingga menimbulkan kerugian.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana sistem penjualan hasil panen sayuran yang dilakukan petani di daerah penelitian; 2). Bagaimana fluktuasi penjualan pada setiap jenis sayuran yang diusahakan di daerah penelitian; 3). Bagaimana peluang untuk meningkatkan penjualan berbagai jenis sayuran oleh petani di daerah penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk menjelaskan sistem penjualan hasil panen sayuran yang dilakukan petani di daerah penelitian; 2). Untuk menjelaskan fluktuasi penjualan pada setiap jenis sayuran yang diusahakan di daerah penelitian; 3). Untuk menjelaskan peluang meningkatkan penjualan berbagai jenis sayuran oleh petani di daerah penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menjelaskan ketiga tujuan penelitian di atas.

Menurut penelitian yang telah dilakukan di lapangan bahwa petani lebih berkonsentrasi kepada lima jenis sayuran yaitu sawi, kangkung, bayam, kacang panjang dan terong ungu. Petani juga melakukan kombinasi penanaman dengan alasan waktu panen yang sama seperti kangkung, bayam dan sawi. Namun ada juga yang ditanam sejenis karena membutuhkan lahan yang cukup luas seperti terong ungu dan kacang panjang. Menurut penelitian petani yang membuat kombinasi tanam kangkung-sawi-bayam sebanyak 45 orang, yang menanam kangkung-sawi sebanyak 4 orang, kangkung-bayam sebanyak 1 orang, sawi-bayam sebanyak 4 orang, kangkung saja sebanyak 4 orang, terong ungu sebanyak 1 orang dan kacang panjang sebanyak 1 orang.


(4)

ii

Pasar Sambu, dan Pasar Sentral. Sistem pembayaran oleh pedagang pengumpul adalah dengan secara langsung ketika mengambil hasil panen sayuran ke petani.

Menurut hasil penelitian di lapangan bahwa tidak terjadi fluktuasi penjualan hasil panen dikarenakan tergantung luas lahan yang ditanami. Jenis sayuran yang diminta setiap hari dengan harga rendah fluktuasi rendah dan dapat disimpang lama adalah kangkung seharga Rp.2000/kg dan bayam 3000/kg. Jenis sayuran yang rutin diminta setiap hari, harga rendah, permintaan tidak berfluktuasi dan tidak dapat disimpan lama adalah sawi seharga Rp.3000/Kg. Sayur yang tidak rutin diminta tetapi harga tinggi, fluktuasi tinggi dan dapat disimpan lama adalah terong ungu dengan harga Rp. 6500/Kg. Sayur yang tidak rutin dimimta tapi harga tinggi fluktuasi tinggi dan tidak dapat dsimpan lama adalah kacang panjang seharga Rp.4000/Kg.

Kepada Petani disaranlan agar mampu mengatur penanganan pascapanen yang tepat agar hasil panen tidak cepat rusak sehingga penjualan maksimal.


(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

RIZKA HASANAH, dilahirkan di Natal pada tanggal 25 Maret 1989 dari Ayahanda Hilman dan Ibunda Nurhanidah S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri No.142705 Natal tahun 2001, MTs Muhammadiyah No.20 Natal tahun 2004, SMA Negeri 1 Natal tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pemanduan Minat Dan Bakat (PMDK).

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturrahim Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).

Pada bulan Juni 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Mangkai Lama Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batu Bara. Kemudian pada bulan Februari 2014 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.


(6)

iv

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmad, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENJUALAN SAYURAN DI KELURAHAN TANAH ENAM RATUS KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN”.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yang selalu memberi motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Diana Chalil M.Si, P.hd selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Bapak HM. Mozart B. Darus M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang juga banyak memberi semangat, dorongan, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.


(7)

v

3. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut serta membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.

Segala hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada Kakanda Hanifa Rahmi, SE dan Adinda Intan Rukiyah, S.Pi yang terus memberi dukungan dan semangat kepada penulis agar skripsi ini terselesaikan.

Ucapan terima kasih kepada Romanto Sinurat SP, Hamidah SP, Afreri Purnama Dewi SP, Astika Yuna SP, Wiwik Mardiana Sinaga SP, Afrida Amalia SP, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Seluruh teman–teman seperjuangan stambuk 2007 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah banyak membantu penulis dalam menemukan arti pentingnya hidup bersama.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2015


(8)

vi

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

Tinjauan Pustaka ... 7

Penelitian Terdahulu ... 14

Landasan Teori ... 15

Kerangka Pemikiran ... 26

METODE PENELITIAN ... 30

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 30

Metode Penentuan Sampel ... 30


(9)

vii

Metode Analisis Data ... 33

Definisi dan Batasan Opersional ... 34

Definisi ... 34

Batasan Operasional ... 35

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 36

Deskripsi Daerah Penelitian ... 36

Tata Guna Lahan ... 36

Keadaan Penduduk ... 37

Karakteristik Petani Sampel ... 41

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

Sistem Penjualan Hasil Panen Sayuran Yang Dilakukan Petani di Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 44

Fluktuasi Penjualan Pada Setiap Jenis Sayuran Yang diusahakan ... 48

Peluang Meningkatkan Penjualan Berbagai Jenis Sayuran Berdasarkan Karakteristik Sayuran ... 53

KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

Kesimpulan ... 56

Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(10)

viii

No Hal

1. Potensi Lahan Pertanian Kecamatan Medan Marelan 2013 ... 3

2. Produksi Sayuran Di Kecamatan Medan Marelan (Ton/Ha) ... 4

3. Jumlah Petani Sayuran Tahun 2009-2013 ... 30

4. Penentuan Jenis Sayuran Berdasarkan Empat Karakteristik ... 32

5. Penggunaan Lahan Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2014 ... 37

6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2013 ... 38

7. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan Tahun 2013 ... 39

8. Jumlah Penduduk Menurut Suku/Etnis Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2013 ... 40

9. Karakteristik Petani Sampel Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, 2014 ... 42

10. Jumlah Petani Dengan Beberapa Kombinasi Penanaman Jenis Sayuran 45 11. Pasar Tujuan Petani ... 47

12. Produksi Sayuran Dalam Satu Periode Tanam ... 49

13. Periode Tanam Sayuran ... 49

14. Waktu Penjualan Sayuran Oleh Petani Sampel ... 50

15. Harga Sayuran ... 52

16.Batasan Waktu Sayuran Dapat Disimpan ... 53


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Hal 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 29


(12)

x

No 1. Karakteristik Petani Sampel.

2. Kombinasi Jenis Tanaman Yang diusahakan Petani Sampel 3. Pasar Tujuan, Pembeli dan Waktu Penjualan Sayuran 4. Rata-rata Produksi Dalam Satu Periode Tanam 5. Lama Ketahanan Bahan Hasil Panen Sayuran 6. Harga Sayuran Yang Diterima Petani


(13)

i

ABSTRAK

Rizka Hasanah, (070304011) dengan judul skripsi “Analisis Penjualan Sayuran Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan”, di bawah bimbingan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si Ph.D dan Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc.

Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan merupakan daerah sentra produksi sayuran yang berada di pinggiran Kota Medan. Beberapa Produk sayur mayur yang dihasilkan adalah sawi, bayam, kangkung, kacang panjang, dan terong ungu. Kendala penjualan sayur yang dihadapi oleh petani seperti sayur yang mudah busuk, penyimpanan, pengepakan , dan pendistribusian hasil panen sayur. Hal ini menyebabkan produk sayur menjadi cepat rusak sehingga menimbulkan kerugian.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana sistem penjualan hasil panen sayuran yang dilakukan petani di daerah penelitian; 2). Bagaimana fluktuasi penjualan pada setiap jenis sayuran yang diusahakan di daerah penelitian; 3). Bagaimana peluang untuk meningkatkan penjualan berbagai jenis sayuran oleh petani di daerah penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk menjelaskan sistem penjualan hasil panen sayuran yang dilakukan petani di daerah penelitian; 2). Untuk menjelaskan fluktuasi penjualan pada setiap jenis sayuran yang diusahakan di daerah penelitian; 3). Untuk menjelaskan peluang meningkatkan penjualan berbagai jenis sayuran oleh petani di daerah penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menjelaskan ketiga tujuan penelitian di atas.

Menurut penelitian yang telah dilakukan di lapangan bahwa petani lebih berkonsentrasi kepada lima jenis sayuran yaitu sawi, kangkung, bayam, kacang panjang dan terong ungu. Petani juga melakukan kombinasi penanaman dengan alasan waktu panen yang sama seperti kangkung, bayam dan sawi. Namun ada juga yang ditanam sejenis karena membutuhkan lahan yang cukup luas seperti terong ungu dan kacang panjang. Menurut penelitian petani yang membuat kombinasi tanam kangkung-sawi-bayam sebanyak 45 orang, yang menanam kangkung-sawi sebanyak 4 orang, kangkung-bayam sebanyak 1 orang, sawi-bayam sebanyak 4 orang, kangkung saja sebanyak 4 orang, terong ungu sebanyak 1 orang dan kacang panjang sebanyak 1 orang.


(14)

ii

Pasar Sambu, dan Pasar Sentral. Sistem pembayaran oleh pedagang pengumpul adalah dengan secara langsung ketika mengambil hasil panen sayuran ke petani.

Menurut hasil penelitian di lapangan bahwa tidak terjadi fluktuasi penjualan hasil panen dikarenakan tergantung luas lahan yang ditanami. Jenis sayuran yang diminta setiap hari dengan harga rendah fluktuasi rendah dan dapat disimpang lama adalah kangkung seharga Rp.2000/kg dan bayam 3000/kg. Jenis sayuran yang rutin diminta setiap hari, harga rendah, permintaan tidak berfluktuasi dan tidak dapat disimpan lama adalah sawi seharga Rp.3000/Kg. Sayur yang tidak rutin diminta tetapi harga tinggi, fluktuasi tinggi dan dapat disimpan lama adalah terong ungu dengan harga Rp. 6500/Kg. Sayur yang tidak rutin dimimta tapi harga tinggi fluktuasi tinggi dan tidak dapat dsimpan lama adalah kacang panjang seharga Rp.4000/Kg.

Kepada Petani disaranlan agar mampu mengatur penanganan pascapanen yang tepat agar hasil panen tidak cepat rusak sehingga penjualan maksimal.


(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran adalah salah satu kelompok hortikultura yang mempunyai arti dan kedudukan tersendiri dalam proses pembangunan nasional di sub sektor pertanian. Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Idealnya, seseorang harus mengkonsumsi sayuran sekitar 200 gram per hari agar metabolisme di dalam tubuh tidak terganggu akibat kekurangan serat. Artinya penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 170 juta jiwa memerlukan 34.000 ton sayuran perhari. Katakanlah hanya kira-kira 50% yang membeli sayuran, jumlah total kebutuhan sayuran tetap merupakan potensi yang besar bagi pasar sayuran (Rahardi, 2000).

Produk sayur-sayuran di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi komoditas unggulan ekspor. Namun komoditi sayuran Indonesia dinilai masih belum mampu bersaing. Hal ini disebabkan karena sayur-sayuran dari Indonesia masih belum dapat memberikan jaminan kualitas, pasokan, dan ketepatan waktu penyampaiannya. Kendala utama dalam usaha pemasokan sayuran adalah perencanaan, sosialisasi dan pengiriman (Morgan et al. 2004).

Sayuran merupakan produk pertanian yang mudah mengalami kerusakan. Karakteristik penting produk pasca panen sayuran adalah bahan tersebut masih hidup dan masih melanjutkan fungsi metabolisme. Akan tetapi metabolisme tidak sama dengan tanaman induknya yang tumbuh dengan lingkungan aslinya, karena produk yang telah dipanen mengalami berbagai bentuk stres seperti hilangnya


(16)

suplai nutrisi, proses panen sering menimbulkan pelukaan, pengemasan dan transportasi dapat menimbulkan kerusakan mekanis lebih lanjut, orientasi gravitasi dari produk pasca panen umumnya sangat berbeda dengan kondisi alamiahnya, hambatan ketersediaan CO2 dan O2.

Penjualan produk pertanian khususnya sayuran harus sangat diperhatikan mengenai beberapa sifat produk pertanian tersebut. Sifat yang paling menonjol yang sering dipermasalahkan adalah produk sayuran tersebut sangat mudah sekali rusak. Oleh karena itu sangat penting sekali adanya perlakuan pasca panen yang tepat untuk menghindari kerusakan hasil panen. Berbeda dengan produk pertanian

yang lainnya seperti biji-bijian yang dapat dijual dalam waktu yang cukup lama (Downey,WD dan Erickson SP 1992).

Salah satu alasan pentingnya mengatur penjualan hasil panen sayuran adalah karena hasil pertanian merupakan produk yang memiliki karakteristik yang unik. Karakteristik tersebut antara lain adalah bahwa produk pertanian tersebut

mudah rusak sehingga harus secepatnya dijual, produk pertanian cukup

memakan tempat dalam hal penyimpanan. Hal ini dikemukakan oleh Sudiyono (2004 : 12-13). Mengatakan ada 5 karakteristik produk pertanian yang

membedakannya dengan produk non pertanian.

Menurut Zulkarnain ( 2009 ), produk hortikultura pada umumnya mudah rusak, dibutuhkan dalam keadaan segar, dan fluktuasi harga yang sering kali sangat tajam antar waktu dan tempat, karena itu penanganannya harus benar-benar sinkron antar aspek produksi, distribusi dan konsumsi.


(17)

3

Kecamatan Medan Marelan dengan luas wilayah 4.447 ha merupakan sentra produksi sayuran dataran rendah yang terdapat di pinggiran kota. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Potensi Lahan Pertanian Kecamatan Medan Marelan 2013.

No Kelurahan

Luas

Wilayah Potensi Lahan (ha)

(ha) Sawah Tegal/Sawah Pekarangan Jumlah % 1

Labuhan

Deli 450 2 5 33 40 8,8

2

Rengas

Pulau 1050 150 120 98 368 3,5

3 Terjun 1605 175 153 31 359 22,36

4 Tanah 600 342 70 27 56 153 44,73

5 Paya Pasir 1000 2 5 48 55 5,5

Jumlah 4447 399 310 266 975 21,92

Sumber : Penyuluh Pertanian Kec Medan Marelan, 2014

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa persentase luas lahan pertanian yang paling tinggi yaitu sebesar 44,73 % berada pada Kelurahan Tanah Enam Ratus walaupun luas wilayah yang dimiliki hanya 342 ha saja. Total potensi lahan pertanian seluas 153 ha.

Tabel di bawah ini menunjukkan produksi dan jenis sayuran yang ditanam di Kecamatan Medan Marelan :


(18)

Tabel 2. Produksi Sayuran Di Kecamatan Medan Marelan (kg/Ha) 2013

No Jenis Sayuran Produksi (kg/ha)

1 Sawi 1570

2 Timun 1250

3 Kacang Panjang 1120

4 Cabai 850

5 Kangkung 725

6 Terong Ungu 670

7 Bayam 250

Sumber : Penyuluh Pertanian Kec Medan Marelan, 2014

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat tujuh jenis sayuran yang umumnya ditanam oleh petani sayur yang ada di Kecamatan Medan Marelan. Produksi sayuran yang paling dominan adalah jenis sayur sawi dengan total produksi 1570 kg/ha. Hal ini dikarenakan harga sawi yang cukup tinggi. Sedangkan produksi sayuran yang paling sedikit adalah bayam hanya 250 kg/ha.

Petani di Kelurahan Tanah Enam Ratus memakai pola diversifikasi dengan menanam 3 jenis sayuran yang memiliki waktu panen yang sama. Bayam, kangkung dan sawi adalah tanaman yang dominan diusahakan secara diversifikasi karena memiliki waktu panen yang sama dan hanya dalam waktu 25 sampai 30 hari sudah bisa dipanen. Dengan singkatnya waktu panen tersebut, petani harus mampu membuat keputusan penjualan agar semua hasil panen terjual habis.

Bagi masyarakat sayuran bukanlah bahan pokok yang selalu harus dipenuhi. Tidak seperti beras yang yang merupakan bahan pokok yang selalu tinggi permintaannya. Bahkan setiap orang memiliki ketertarikan akan jenis


(19)

5

sayuran yang berbeda-beda. Konsumen belum tentu mau mengkonsumsi satu jenis sayur secara terus menerus. Hal ini juga akan mempengaruhi keputusan petani untuk mengetahui jenis sayuran apa yang diminta konsumen. Sehingga akan dapat memaksimalkan penerimaan petani.

Identifikasi Masalah

1. Bagaimana sistem penjualan hasil panen sayuran yang dilakukan petani di daerah penelitian?

2. Bagaimana fluktuasi penjualan pada setiap jenis sayuran yang diusahakan di daerah penelitian?

3. Bagaimana peluang untuk meningkatkan penjualan berbagai jenis sayuran oleh petani di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan sistem penjualan hasil panen sayuran yang dilakukan petani di daerah penelitian.

2. Untuk menjelaskan fluktuasi penjualan pada setiap jenis sayuran yang diusahakan di daerah penelitian.

3. Untuk menjelaskan peluang meningkatkan penjualan berbagai jenis sayuran oleh petani di daerah penelitian.


(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam pengambil keputusan untuk penjualan hasil usahatani sayuran.

3. Sebagai bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang membutuhkan.


(21)

7

TINJUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Sayuran yang termasuk produk hortikultura, terdiri dari berbagai jenis dan dapat di bedakan berdasarkan tempat tumbuhnya, kebiasaan tumbuh, dan bentuk yang dikonsumsi.

- Berdasarkan tempat tumbuhnya

Setiap jenis sayuran menghendaki tempat tumbuh yang sesuai, sehingga dikenal ada sayuran dataran tinggi, sayuran dataran rendah atau sayuran yang dapat tumbuh pada kedua tempat tersebut. Sayuran dataran rendah adalah sayuran yang hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah. Begitu juga sebaliknya sayuran dataran tinggi dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah dataran tinggi.

- Berdasarkan kebiasaan tumbuh

Kebiasaan tumbuh sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran semusim dan tahunan. Sayuran semusim adalah sayuran yang melengkapi siklus hidupnya dalam satu musim dan diperbanyak dengan biji. Sedangkan sayuran yang bersifat tahunan adalah sayuran yang pertumbuhan dan produksinya tak terbatas.

- Berdasarkan bentuk yang dikonsumsi

Bentuk yang dikonsumsi sayuran di bedakan menjadi sayuran daun, buah, bunga, umbi, dan rebung. Jenis-jenis sayuran ini mempunyai daya tahan yang berbeda-beda setelah di panen (Rahardi, 2000).


(22)

Sayuran termasuk komoditas yang kadar airnya tinggi, terutama untuk sayuran daun, sehingga mudah mengalami kerusakan yang akhirnya memicu busuknya sayuran. Salah satu kegiatan pasca panen sayuran yang berperan dalam meningkatkan umur simpan sayuran adalah kegiatan penyimpanan dan pengemasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan tepat agar sayuran dapat bertahan lama dan sampai di tangan konsumen dalam keadaan yang tetap baik. Penyimpanan sendiri merupakan usaha untuk mempertahankan komoditi (panenan) tersebut dari sejak dipanen hingga saatnya digunakan. Aktivitas metabolisme pada sayuran segar dicirikan dengan adanya proses respirasi. Respirasi menghasilkan panas yang menyebabkan terjadinya peningkatan panas, sehingga proses kemunduran seperti kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan semakin meningkat. Mikroorganisme pembusuk akan mendapatkan kondisi pertumbuhannya yang ideal dengan adanya peningkatan suhu, kelembaban dan siap menginfeksi sayuran melalui pelukaan-pelukaan yang sudah ada. Selama transportasi ke konsumen, produk sayuran pasca panen mengalami tekanan fisik, getaran, gesekan pada kondisi dimana suhu dan kelembaban memacu proses pelayuan. Oleh karenanya perlu adanya tindakan

pasca panen yang tepat supaya terjaga mutunya sampai pada konsumen nantinya (Imbad, HP dan Nawangsih, AA, 1999:129-130).

Untuk memperoleh hasil tanaman sayur yang berkualitas, baik penampilan maupun rasanya, kegiatan panen dan pasca panen harus diperhatikan. Panen yang tidak memenuhi syarat hanya akan menghasilkan tanaman sayur yang rendah

kualitasnya, apalagi jika tidak diikuti dengan kegiatan pasca panen yang benar (Nugroho, H dan Novalinda,D, 2007 :19).


(23)

9

Penanganan sayur dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan kemudian pemasaran. Seperti halnya pada buah, langkah yang harus dilakukan dalam penanganan sayur setelah dipanen meliputi pemilihan, pemisahan berdasarkan ukuran, pemilihan berdasarkan mutu, dan pengepakan. Namun demikian, untuk beberapa komoditi atau jenis sayur tertentu memerlukan tambahan penanganan seperti pencucian, penggunaan bahan kimia, pelapisan,

dan pendinginan awal, serta pengikatan, pemotongan bagian-bagian yang tidak penting (Winarno, 2001).

Biasanya sayuran yang telah dipanen kemudian disimpan, klorofilnya akan mengalami suatu pemecahan atau degradasi yang menyebabkan perubahan warna sayuran tersebut dari hijau menjadi kuning yang bersamaan dengan terjadinya kelayuan. Kecepatan perubahan warna pada sayuran ini dipengaruhi oleh

tinggi-rendahnya suhu, lama penyimpanan dan komposisi udara ruang simpan. Upaya untuk memperpanjang waktu simpan produk hortikultura adalah

dengan pewadahan/ pengemasan yang baik. Dengan pewadahan ini diharapkan paling tidak dapat mengurangi terjadinya kerusakan karena terjadinya benturan sesama produk selama proses penyimpanan, selain juga dapat mengendalikan kelembaban dari produk sehingga produk dapat tetap segar (Pantastico, 2001).

Secara umum, tanaman sayur penghasil daun maupun penghsil buah mempunyai daya simpan yang sangat terbatas jika tidak mendapat penanganan dengan baik. Kerusakan tanaman sayur pada dasarnya disebabkan oleh proses penguapan air (transpirasi). Untuk memperlambat kerusakan tersebut bisa


(24)

ruangan penyimpanan dan membungkusnya menggunakan plastik berlubang ( Nugroho, H dan Novalinda,D, 2007:22).

Naik turunnya harga yang relatif tinggi pada komoditas sayuran pada dasarnya terjadi akibat kegagalan petani dan pedagang sayuran dalam mengatur volume pasokannya sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Produksi sayuran cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu saja, misalnya sekitar 90 persen produksi bawang merah nasional hanya dihasilkan di 6 provinsi dan 82 persen produksi cabai dihasilkan di 7 provinsi. Struktur produksi demikian tidak kondusif bagi stabilitas harga karena jika terjadi anomali produksi (misalnya gagal panen akibat hama atau lonjakan produksi akibat pengaruh iklim) di salah satu daerah sentra produksi maka akan berpengaruh besar terhadap keseimbangan pasar secara keseluruhan.

2. Struktur produksi yang terkonsentrasi secara regional diperparah pula oleh pola produksi yang tidak sinkron antar daerah produsen. Setiap daerah produsen sayuran umumnya memiliki pola produksi bulanan yang relatif sama sehingga total produksi sayuran cenderung terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu.

3. Permintaan komoditas sayuran umumnya sangat sensitif terhadap perubahan kesegaran produk. Sementara itu komoditas sayuran umumnya relatif cepat busuk sehingga petani dan pedagang tidak mampu menahan penjualannya terlalu lama dalam rangka mengatur volume pasokan yang sesuai dengan kebutuhan pasar, karena hal itu dapat berdampak pada penurunan harga jual yang disebabkan oleh penurunan kesegaran produk. Konsekuensinya adalah


(25)

11

pengaturan volume pasokan yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen tidak mudah dilakukan karena setelah dipanen petani cenderung segera menjual hasil panennya agar sayuran yang dipasarkan masih dalam keadaan segar.

4. Untuk dapat mengatur volume pasokan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen maka dibutuhkan sarana penyimpanan yang mampu mempertahankan kesegaran produk secara efisien. Namun ketersediaan sarana penyimpanan tersebut umumnya relatif terbatas akibat kebutuhan investasi yang cukup besar sedangkan teknologi penyimpanan sederhana yang dapat diterapkan oleh petani sangat terbatas ( Irawan, 2007).

Menurut Imbad, HP dan Nawangsih, AA (1999 : 6-8) hasil pertanian merupakan produk budidaya suatu jenis tanaman. Produk ini dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia maupun hewan. Masing-masing bahan hasil pertanian mempunyai sifat dan karakter yang berlainan satu sama lain. Sifat-sifat dari hasil pertanian yang penting meliputi :

- Sifat fisik, berhubungan dengan struktur dan penampilan bahan. Bahan hasil pertanian umumnya berupa masa yang keadaannya relative lunak dan mengandung banyak air sehingga bersifat labil. Sifat ini secara langsung mempengaruhi ketertarikan konsumen untuk mengkonsumsinya.

- Sifat biologis, perubahan yang terjadi secara biologis contonya adalah terjadinya perkecambahan atau pertunasan sedangkan pada sayuran akan mengalami proses pematangan.

- Sifat kimiawi, berkaitan dengan nilai gizi. Misalnya pada proses perkecambahan kandungan senyawa (nilai gizi) akan berkurang.


(26)

Menurut Soekartawi (2002 : 3-5) ada beberapa ciri produk pertanian yaitu antara lain :

a. Produk pertanian adalah produk musiman. Artinya tiap macam produk pertanian tidak mungkin tersedia setiap saat bila tanpa diikuti dengan manajemen stok yang baik.

b. Produk pertanian bersifat segar dan mudah rusak. Artinya tiap macam produk pertanian sebenarnya diperoleh dalam keadaan segar ( masih basah ), sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Kalau saja diinginkan penyimpanan dalam waktu yang relatif lama, maka diperlukan perlakuan tambahan., misalnya pengeringan atau perlakuan pasca panen lainnya.

c. Produk pertanian itu bersifat “bulky”. Artinya, volumenya besar tetapi nilainya relative kecil. Akibatnya ialah dalam proses pengelolaannya diperlukan tempat yang luas. Ini artinya perlu biaya penyimpanan atau perawatan yang lain dalam jumlah yang relatif besar.

d. Produk pertanian lebih mudah diserang hama dan penyakit. Sehingga tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit itu juga besar. Bila dikehendaki agar produk tersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit., maka diperlukan juga biaya yang tidak sedikit.

e. Produk pertanian juga tidak mudah didistribusikan ke lain tempat. Ini artinya dimaksudkan agar bila produk tersebut terserang hama dan penyakit, maka diharapkan tidak terjadi penularan. Di samping itu, untuk mendistribusikan dalam waktu yang relatif singkat, memerlukan biaya yang besar mengingat sifat “bulky” seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.


(27)

13

f. Produk pertanian bersifat local dan kondisional. Ini artniya tidak semua produk pertanian dapat dihasilkan dari satu lokasi, melainkan berasal dari berbagai tempat. Misalnya tanaman apel dapat tumbuh di dataran tinggi dan tidak dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah. Sebaliknya, tanaman ketela rambat baik di tanam di dataran rendah daripada dataran tinggi.

g. Produk pertanian mempunyai kegunaan yang beragam. Tanaman tebu dapat dibuat gula pasir disamping muga dibuat sebagai bahan baku tetes. Daunnya dapat dibuat pellet mekanan ternak atau bila kering bias dibuat atap rumah, atau sebagai bahan pembakar. Kulitnya yang kering dapat dijadikan kayu bakar dan masih banyak kegunaan lain walau dari satu bahan baku yang sama.

h. Produk pertanian kadang memerlukan keahlian khusus yang ahlinya sulit disediakan. Misalnya membuahkan tanaman apel, membentuk warna pada buah apel, dan sebagainya.

i. Produk pertanian dapat digunakan sebagai bahan baku produk lain disamping juga dikonsumsi langsung.

j. Produk pertanian tertentu dapat berfungsi sebagai “produk sosial”. Hal ini berkaitan dengan harga produk tersebut. Jika terjadi kenaikan atau penurunan harga masyarakat akan memberikan respon baik positif atau negatif. Misalnya jika harga beras naik maka masyarakat akan gelisah.

Sedangkan dalam hal pemasaran hasil pertanian, ada lima karakteristik produk pertanian menurut Sudiyono ( 2004 : 12-13 ) yaitu :

- Produk pertanian gampang rusak perishability, oleh sebab itu produk pertanian harus secepatnya dikonsumsi atau diolah serta membutuhkan pengawetan.


(28)

- Dalam melakukan aktivitas penjualan maupun pembelian produk pertanian, penjual dan pembeli diharapkan pada berbagai tingkat atau grade barang, tetapi secara umum produk pertanian adalah homogen.

- Produk pertanian banyak memakan tempat dikatkan dengan nilanya dibandingkan dengan produk non pertanian, sehingga berpengaruh kepada fasilitas pemasran yang harus disediakan lemabaga-lembagan pemasaran. Jika sewa ruangan atau pengepakan produk lebih mahal dapat memungkinkan lembaga pemasaran berpindah usaha pada komoditi lain.

- Produk pertanian memerlukan proses pengolahan lebih lanjut.

- Rasio biaya tetap dan biaya variabel secara langsung berpengaruh terhadap respon penawaran produsen.

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Sianturi (2011) menunjukkan bahwa 1) Jumlah Petani di daerah penelitian mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir ( 2008-2010); 2) terdapat 4 pola kombinasi tanam yaitu sawi-bayam-kangkung, sawi-bayam, sawi-kangkung dan sawi ; 3) pendapatan usahatani sayuran per petani dan per hektar tertinggi terdapat pada usahatani dengan pola kombinasi sawi-bayam-kangkung. Namun nilai R/C tertinggi pada usahatani monokultur sawi; 4) ada hubungan antara luas lahan dengan pola kombinasi komoditi yakni semakin luas lahan maka semakin banyak jenis komoditi yang ditanam dan ada hubungan antara luas lahan dengan pendapatan yakni semakun luas lahan maka semakin besar pendapatan yang diperoleh.


(29)

15

Hasil penelitian Fadli (2013) menunjukkan bahwa 1) faktor distribusi fisik yang terdiri dari pengelolaan pesanan, persediaan, pergudangan dan transportasi mempengaruhi penjualan. 2) Faktor utama yang diidentifikasi dapat mempengaruhi kenaikan penjualan sayuran yaitu biaya pengelolaan pesanan, persediaan, pergudangan dan transportasi. 3) efektivitas CV Agrotama Gemilang dalam mendistribusikan buah dan sayuran dilihat dari segi biaya, ketepatan waktu dan ketepatan kualitas berjalan cukup efektif.

Landasan Teori

Usaha penjualan merupakan bagian integral dari fungsi pertukaran. Bagi produsen, memutuskan kapan untuk menjual merupakan bahan pertimbangan pokok dalam pemasaran. Misalnya beberapa produk tani terutama biji-bijian, dapat dijual dalam tenggang waktu yang panjang, yaitu bisa dengan mengadakan kontrak beberapa bulan sebelum panen dengan menyajikan pengiriman beberapa bulan yang akan datang, tetapi bisa juga biji-bijian itu disimpan dulu sesudah

panen dan baru dijual beberapa bulan kemudian. Di pihak lain tenggang waktu penjualan untuk beberapa produk khususnya hasil ternak,

sayuran dan buah sangat terbatas. Sekali produk dipasarkan, tidak ada

kemungkinan penundaan penjualannya karena mutunya akan merosot (Downey,WD dan Erickson SP, 1992:283).

Menurut Supranto, (2001 :139-141 ) analisa penjualan didasarkan empat yaitu :


(30)

- Berdasarkan daerah, dengan melihat daerah yang berpotensi atau tidak dalam penjualan. Sehingga diketahui dan dikonsentrasikan daerah untuk usha penjualan tersebut.

- Berdasarkan produk, untuk mengetahui produk mana yang member kontribusi paling besar terhadap hasil penjualan dan mana produk yang akan dikurangi/ tidak dijual lagi.

- Berdasarkan langganan, siapa saja yang membeli secara tetap.

- Berdasarkan banyak pesanan, dilihat dari besar kecilnya pesanan dengan mempertimbangkan biaya pengiriman.

Melakukan penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, mempengaruhi, dan memberi petunjuk agar pembelian dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan kdua belah pihak” dari penjelasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penjualan adalah suatu kegistan dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi pembelian (penyerahan) barang atau jasa yang ditawarkan, berdasarkan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam kegiatan tersebut (Moekijat, 2000).

Menurut Swastha (1998:29), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan antar lain:

1. Kondisi dan kemampuan Pasar

Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tersebut, penjual harus dapat memahami beberapa masalah yang cukup penting:


(31)

17

• Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan

• Harga produk

• Syarat penjualan, seperti ; pembayaran, pengantaran, garansi dan sebagainya.

2. Kondisi Pasar

Hal yang harus diperhatikan pada kondisi pasar antara lain :

• Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar pemerintahan atau pasar Internasional

• Kelompok pembeli dan segmen pasarnya

• Daya beli

• Frekuensi pembeliannya

• Keinginan dan kebutuhan

3. Modal

Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan yang dianggarkan seperti untuk :

• Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan

• Kemampuan membiayai usaha – usaha untuk mencapai target penjualan

• Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target penjualan

Menurut Mulyadi (2001), Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun tunai. Ditinjau dari segi pembayarannya, maka penjualan dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


(32)

1. Penjualan Tunai

Dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian dicatat oleh perusahaan. Informasi yang diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjualan secara tunai antara lain :

• Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk / kelompok produk selama jangka waktu tertentu

• Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai

• Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu • Nama dan alamat pembeli

• Kuantitas produk yang dijual

• Nama wiraniaga yang melakukan penjualan • Otorisasi pejabat yang berwenang

2. Penjualan Kredit

Dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai pemesanan yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Informasi yang diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjualan secara kredit antara lain : • Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk / kelompok produk

selama jangka waktu tertentu

• Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit • Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu • Nama dan alamat pembeli


(33)

19

• Kuantitas produk yang dijual

• Nama wiraniaga yang melakukan penjualan • Otorisasi pejabat yang berwenang

Harga baik atau buruk (tinggi atau rendah) pada umumnya dilihat petani dalam hubungan dengan harga-harga saat panen sebelumnya. Demikian kalau kita datang berbicara langsung dengan petani misalnya pada saat habis panen dan menanyakan bagaimana harga-harga tahun itu, ia akan dengan cepat menjawab lebih baik, lenih buruk atau sama saja dengan harga saat panen tahun yang lalu. Bahwa petani menyadari bekerjanya gaya-gaya permintaan dan penawaran jelas dari jawabannya itu. Bila kita tanyakan sebab harga pada tahun ini baik maka ia akan menjawab hasil panenan kurang baik (penawaran berkurang) atau permintaan lebih besar dari biasanya. Sebaliknya kalau harga kurang baik juga akan menerangkan bahwa panenan terlalu banyak atau pembelinya sepi. Tetapi perdagangan ramai atau sepi tidak dapat dipisahkan dari keadaan panen pada umumnya. Sifat dan bentuk pasar dipengaruhi oleh banyak factor, mulai dari kedudukan ekonomi petani sampai pada peranan kebijaksanaan pemerintah (Mubyarto, 1985).

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang mendefinisikan pasar tidak terlepas dari peran orang tersebut dalam pasar. Apakah ia sebagai produsen (penjual), konsumen (pembeli), lembaga pemasaran atau sebagai ekonom. Pasar merupakan keadaan terbentuknya suatu harga dan terjadinya perpindahan hak milik produk-produk tertentu. Dalam definisi terjadinya perpindahan hak milik ini hanya dapat dilakukan, bila pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pemasaran


(34)

bersedia melepaskan hak miliknya dengan memperoleh sejumlah kompensasi tertentu. Pasar secara sempit di definisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang

dan jasa. Namun adakalanya penjual dan pembeli diwakili oleh individu-

individu dan transkaksi tidak perlu membutuhkan ruang geografis tertentu (Sudiyono, 2004).

Dengan demikian, pasar pertanian merupakan tempat dimana terdapat interaksi antara kekuatan penawaran dan permintaan produk pertanian, terjadi tawar-menawar nilai produk, terjadi pemindahan kepemilikan, dan terjadi kesepakatan-kesepakatan yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan. Jika didasarkan pada konsep sistem agribisnis, maka pasar pertanian terdiri atas pasar input dan alat-alat pertanian, pasar produk pertanian, dan pasar produk industri pengolahan hasil pertanian atau pasar produk agroindustri.

Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang, jasa, ide, kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi. Sedangkan penjualan definisinya cukup luas. Beberapa ahli sering menyebutnya sebagai ilmu dan lainnnya menyebutnya sebagai seni. Istilah menjual diartikan yaitu ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk

mengajak orang lain agar bersedia membeli barang/jasa yang ditawarkan (Swastha, 1998).

Fungsi pertukaran dalam agribisnis melibatkan kegiatan yang menyangkut pengalihan hak pemilikan dalam sistem pemasaran. Tentu saja analisis permintaan


(35)

21

dan penawaran dapat diterapkan langsung. Dalam sistem perekonomian yang bersaing, harga baru bias ditentukan apabila pembeli dan penjual bertemu untuk menukar komoditi. Dalam fungsi pertukaran terdapat dua kegiatan yaitu usaha pembelian dan usaha penjualan. Fungsi pembelian dilakukan pada setiap tingkatan dari saluran pemasaran. Biasanya kegiatan pembelian dalam sistem pemasaran melibatkan pembelian bahan baku oleh produsen utama, pembelian produk jadi

oleh penjual borongan dan akhirnya pembelian oleh konsumen dari pengecer.

Dalam bentuknya yang paling sederhana, usaha penjualan adalah suatu tindakan pengalihan pemilikan barang dan jasa. Karena uang adalah alat tukar yang diakui, maka penjualan sama artinya dengan pertukaran barang dan jasa dengan uang atau pendapatan bisnis. Perhitungan rugi laba menitikberatkan pentingnya penjualan dalam bisnis. Perhitungan rugi laba dimulai dengan penjualan, kemudian dikurangi dengan semua ongkos beban yang bertalian dengan penjulan tersebut dan akhirnya diketahui laba yang dihasilkan.

Menurut Said, EG dan Intan AH (2001:91-95), fungsi usaha penjualan lebih umum dikenal dengan istilah usaha perdagangan. Usaha penjualan mencakup kegiatan yang dilakukan dalam proses pemindahan hak milik produk dari produsen atau lembaga perantara pemasaran, yang mempunyai hak kepemilikan, kepada konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan promosi. Beberapa hal yang penting dalam usaha penjualan adalah menentukan jenis produk yang akan dijual, mementukan mutu produk yang akan dijual, menentukan jumlah produk yang akan dijual, waktu penjualan, tempat dan cara penjualan.


(36)

Kedua, usaha penjualan dalam agribisnis biasanya menyangkut kegiatan bisnis jangka panjang yang terjadi berulang-ulang, sehingga dasar pengalaman mereka cukup tangguh. Kebanyakan areal pasar hanya menampung sejumlah pedagang saja, yang kebanyakan di antaranya merupakan anggota masyarakat setempat. Hal ini berlaku di pasar local maupun pasar regional yang mencakup wilayah yang cukup luas. Ketiga, usaha penjualan dalam agribisnis biasanya menuntut keterampilan teknis tinggi dan pengetahuan tentang pertanian dalam kadar yang tinggi. Keempat, sebagian besar penjualan agribisnis sangat bervariasi dan bersifat musiman (Downey,WD dan Erickson SP, 1992:341).

Menurut Ariadi (2011:128-12), fungsi pertukaran dalam pemasaran produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hak kepemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Dalam melaksanakan fungsi penjualan, maka produsen/ lembaga pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk, waktu, serta harga yang diinginkan konsumen/ lembaga pemasaran yang ada pada rantai pemasaran berikutnya. Lemabag pemasaran yang melakukan proses penjualan melibatkan makelar penjualan. Dan yang melakukan proses pembelian disebut makelar pembelian.

Dalam penjualan produk pertanian, petani sebagai produsen berhubungan langsung kepada pedagang besar dan pengecer. Istilah pedagang, digunakan disini untuk menggambarkan bahwa usahanya mempunyai hubungan erat dalam pemilikan barang. Mereka berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan, meskipun pemilikannya tidak secara fisik. Pedagang dapat digolongkan menjadi tiga macam. Yaitu :


(37)

23

a. Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang b. Pedagang besar, yang menjual barang kepada pengusaha lain. c. Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir.

Pedagang besar didefinisikan sesuai dengan pasar yang dilayaninya. Istilah pedagang besar berbeda dengan istilah perdagangan besar. Perdagangan besar menunjukkan semua kegiatan penjualan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga perdagangan dalam saluran distribusi kecuali penjualan pada konsumen rumah tangga. Penjualan kepada konsumen rumah tangga biasanya dilakukan oleh pengecer. Jadi, lembaga yang melakukan penjualan kepada produsen, pedagang besar, pengecer dan lembaga non komersial lain terlibat dalam kegiatan perdagangan besar (Swastha, 1999:34-35).

Lembaga Pemasaran adalah badan usaha/ individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan barang/jasa dari produsen kepada konsumen akhir serta memiliki hubungan dengan badan usaha/individu lainnya. Pedagang pengumpul merupakan lembaga pemasar yang berhubungan langsung dengan petani dalam mengumpulkan komoditi. Sedangkan pengecer adalah lembaga yang berhadapan langung denga konsumen sebagai ujung tombak suatu proses prosuksi komersil. Aktivitas pengecer sangat menentukan proses produksi. Sedangkan keberhasilan pengecer dalam menjual menentukan keberhasilan lemabag pemasaran pada rantai pemasaran sebelumnya. (Ariadi, 2011:127-128)

Penjualan borongan terdiri dari penjualan kepada pengecer, pemborong lainnya, industri lainnya, industri pemakai, dan kadang-kadang kepada pemakai akhir. Pedagang borongan dapat membeli langsung dari para pengusaha tani dan menjualnya kepada pedagang borongan lainnya atau kepada pengolah makanan,


(38)

atau pedagang borongan bias membeli dari pihak pengolah dan menjualnya kepada pengecer. Pedagang borongan memegang hak pemilikan atas produk yang mereka tangani dan bertanggung jawab atas distribusi geografis dari produk tertentu ( Downey,WD dan Erickson SP, 1992 ).

Menurut The American Marketing Association, pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang membeli barang-barang dagangan dan menjualnya lagi kepada para pengecer serta pedagang lain dan/ atau kepada lembaga-lembaga industry serta pemakai komersial. Pedagang besar menempati posisi di antara produsen dan pengecer. Sedangkan pengecer dapat didefinisikan sebagai seorang pedagang yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir. Kegiatan pengeceran meliputi semua kegiatan pemasaran yang

berhubungan dengan usaha-usaha untuk menjual kepada konsumen akhir (Swastha, 1999:35).

Definisi lain oleh Laksana (2008:127-129), pengecer adalah usaha bisnis yang menjual barang-barang ke konsumen rumah tangga untuk digunakan secara non bisnis. Sedangkan pedagang besar merupakan seuatu perusahaan yang pertama-tama berusaha dalam bidang perdagangan besar.

Menurut Kotler (1997: 198-219), penjualan eceran meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang/ jasa langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan bersifat pribadi bukan bisnis. Sedangkan pedagang bersar adalah penjual dalam partai besar meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang/jasa kepada mereka yang membeli untuk dijual kembali/ untuk keperluan bisnis lainnya.


(39)

25

Akhir-akhir ini industri eceran pangan cenderung mengarah pada toko yang makin besar dan menawarkan lebih banyak ruang peragaan yang tentu mampu menampung jenis produk yang lebih banyak. Konsep yang agak bertentangan dengan konsep ini adalah kios-kios. Karena ini melibatkan penggunaan ruang toko yang sangat sempit dan hanya memperjualbelikan barang yang sangat laku dan member keuntungan besar. Biasanya kios-kios berada di daerah yang agak kumuh. Keberhasilannya disebabkan karena usahanya yang

biasanya berada di sekitar konsumen yang akan dilayaninya sehingga pembeli bersedia membayar harga yang sedikit lebih tinggi daripada

membuang waktu dan tenaga untuk membelinya di tempat yang agak jauh (Downey,WD dan Erickson SP, 1992).

Faktor yang mempengaruhi permintaan produk-produk pertanian adalah : 1. Harga komoditi pertanian tersebut

2. Harga komoditi pertanian yang lainnya ( barang substitusi dan komplementer) 3. Pendapatan konsumen

4. Selera dan preferensi konsumen 5. Jumlah penduduk

6. Distribusi pendapatan

Jumlah komoditi yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga disebut permintaan ini mempunyai slope negatif, artinya semakin tinggi suatu harga

komoditi maka semakin sedikit jumlah permintaan terhadap komoditi tersebut (Sudiyono, 2004).

Menurut Sukirno (2005:128), dalam jangka pendek harga hasil pertanian cenderung mengalami naik turun yang relatif besar. Harganya boleh mencapai


(40)

tingkat yang sangat tinggi di suatu waktu, sebaliknya merosot sangat buruk pada waktu berikutnya. Hal ini disebabkan permintaan dan penawaran bersifat elastis.

Kerangka Pemikiran

Sistem pemasaran produk pertanian merupakan kegiatan yang sangat kompleks dibanding dengan produk selain pertanian. Hal ini berkaitan dengan kekhasan produk pertanian itu sendiri. Seperti diketahui produk pertanian memiliki sifat umum yaitu rawan rusak (perishable), memiliki ukuran yang besar per tumpukan (bulky/ voluminous) dan beraneka ragam mutu (quality variation). Sifat produk yang tidak tahan lama menyebabkan sistem pengangkutan harus dilakukan dengan hati-hati dan cepat. Selain itu fungsi penyimpanan berperan mengurangi resiko produk rusak dan busuk serta melindungi produk dari serangan binatang parasit yang dapat merusak kualitas produk pertanian. Menjaga kualitas produk pertanian agar tahan lama bisa juga melalui pengolahan sederhana dengan bantuan pengembangan teknologi industri.

Sifat produk pertanian yang bulky dan voluminous menyebabkan pengangkutan dalam ruang yang luas yang memakan biaya angkut yang tinggi. Hal ini tentu saja menyebabkan kegiatan pemasaran menjadi tidak efisien. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan jarak produsen yang sebisa mungkin dekat dengan konsumen target sehingga pengangkutan dapat berjalan dengan biaya rendah. Selain itu jarak produsen dan konsumen dapat memenuhi kebutuhan konsumen jauh lebih cepat dilihat dari sisi waktu.


(41)

27

Sifat produk pertanian lain yang juga sangat mempengaruhi mekanisme pemasaran adalah sifat produk pertanian yang musiman. Sehingga penentuan sistem pemasaran harus mempertimbangkan keberimbangan antara proses produksi atau panen yang bersifat musiman dengan kebutuhan konsumen yang sepanjang waktu. Mengatasi hal tersebut maka hal yang harus diperbaiki dalam sistem pemasaran adalah distribusi antar produsen di setiap daerah serta informasi pasar dari konsumen yang akan sangat berguna bagi produsen dalam memenuhi kebutuhan pasar.

Distribusi yang lancar dari setiap produsen antar daerah adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang pasti akan berbeda di setiap pasar. Distribusi yang efisien diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar sesuai dengan kuantitas yang diinginkan.

Petani menjual hasil panen ke pasar atau kepada pembeli. Petani juga memiliki sistem pembayaran yang berbeda, ada yang dengan bayar di tempat (langsung) ada juga yang dibayar kemudian. Dari jumlah penjualan petani akan mengetahui jenis sayuran apa yang diminta oleh konsumen.

Dengan mempertimbangkan beberapa sifat produk pertanian tersebut petani sebagai produsen utama harus mampu mengatur bagaimana sistem penjualan hasil panen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai harga sayuran tersebut, pasar tujuan untuk menjualkan hasil panen sayuran, bagaimana sistem pembayarannya, waktu penjualan sayuran tersebut apakah dilakukan pagi, siang, sore atau malam hari, fluktuasi penjualan sayuran yang


(42)

selama ini pernah terjadi juga harus diperhitungkan, bahkan lama ketahanan bahan hasil panen sayuran itu sangat perlu diperhatikan.

Untuk mengetahui jenis-jenis sayuran yang lebih berpeluang meningkatkan pendapatan petani akan dilihat berdasarkan beberapa karakteristik antara lain rutin atau tidak rutinnya jenis tersebut diminta setiap hari, bagaimana harganya apakah sering berfluktuasi, bagaimana dengan permintaannya apakah sering berfluktuasi atau tidak, dan bagaimana dengan lama waktu penyimpanan sayuran tersebut. Sehingga tidak menurunkan kualitas sayur dan akan menurunkan harganya pula.


(43)

29

Secara ringkas dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : Menyatakan dipengaruhi oleh

Menyatakan terdiri atas Sifat Produk Sayuran

Sistem Penjualan Sayuran Penjualan Sayuran

Fluktuasi Penjualan Peluang Meningkatkan

Penjualan Berbagai Jenis Sayuran


(44)

30 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive ( sengaja ) yaitu teknik penentuan suatu daerah berdasarkan pertimbangan tertentu. Daerah yang dijadikan tempat penelitian adalah Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Pemilihan daerah tersebut didasarkan karena kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang penduduknya bekerja sebagai petani sayuran. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Jumlah Petani Sayuran Tahun 2009-2013

No Tahun Jumlah Petani Sayuran ( orang )

1 2009 138

2 2010 121

3 2011 143

4 2012 140

5 2013 147

Sumber :Penyuluh Pertanian Kecamatan Medan Marelan, 2014

Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani sayuran di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan. Menurut Umar (1999), untuk


(45)

31

menentukan ukuran sampel dari populasi dalam penelitian ini digunakan metode Slovin dengan rumus sebagai berikut :

dimana :

n : Ukuran sampel N : Ukuran Populasi

E : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan sebesar 10%

Dengan jumlah populasi sebanyak 147 orang petani maka dapat dapat dihitung ukuran sampelnya dengan metode Slovin sebagai berikut :

=

= 60 orang

Sampel yang diteliti adalah petani sayuran di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan. Jumlah sampel petani yang dipakai sebanyak 60 sampel. Dari sebanyak 60 petani sampel akan dikelompokkan menjadi ke dalam 4 gabungan karakteristik sayuran yang diteliti. Dapat dijelaskan dengan menggunakan tabel 3 dibawah ini :


(46)

Tabel 4. Penentuan Jenis Sayuran Berdasarkan Empat Karakteristik. Sayur yang rutin

diminta setiap hari, harga cukup rendah

dan fluktuasi permintaan rendah

Sayur yang tidak rutin diminta setiap hari,

harga tinggi, dan fluktuasi permintaan

tinggi Dapat disimpan lama

≤ 2 hari 15 sampel 15 sampel

Tidak dapat disimpan lama >2

hari

15 sampel 15 sampel

Diketahui pada tabel di atas terdapat empat karakteristik sayuran sebagai berikut :

1. Sayuran yang rutin diminta atau diminta setiap hari tetapi dengan harga yang relatif rendah dan fluktuasi permintaan rendah.

2. Sayuran yang tidak rutin diminta atau tidak diminta setiap hari tetapi dengan harga yang relatif tinggi dan fluktuasi permintaan tinggi.

3. Sayuran yang dapat disimpan dalam waktu lama. (≤2 hari) 4. Sayuran yang tidak dapat disimpan dalam waktu lama (>2 hari)

Semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel berdasarkan karakteristik yang dimaksud, siapapun, dimanapun, dan kapanpun dapat ditemui yang selanjutnya dijadikan sebagai responden.

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan melakukan wawancara langsung dengan


(47)

33

sampel yang sesuai dengan karakteristik yang tidak sengaja bertemu dengan peneliti di daerah penelitian hingga memenuhi kuota atau jumlah sampel yang diinginkan (Widi, 2010).

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari 1. Data primer

Data Primer adalah data yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan responden yang menjadi sampel dengan mengisi daftar kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari lembaga atau instansi terkait seperti Kantor Kelurahan, Penyuluh Pertanian, literatur, buku-buku atau media lainnya yang sesuai dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

1. Untuk masalah 1 dijelaskan secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan sistem penjualan hasil panen sayur yaitu pasar tujuan serta sistem pembelian pembayaran oleh pembeli.

2. Untuk masalah 2 dijelaskan secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan fluktuasi penjualan baik penjualan maksimum, penjualan minimum, maupun penjualan rata-rata dan waktu penjualan pada setiap jenis sayuran.


(48)

3. Untuk masalah 3 dijelaskan secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan peluang karakteristik sayuran.

Karakteristik sayuran tersebut dibedakan atas :

1. Sayuran yang rutin diminta atau yang diminta setiap hari tetapi dengan harga yang relatif rendah dan fluktuasi permintaan rendah.

2. Sayuran yang tidak rutin diminta atau tidak diminta setiap hari tetapi dengan harga yang relatif tinggi dan fluktuasi permintaan tinggi.

3. Sayuran yang dapat disimpan lama (≤2 hari). 4. Sayuran yang tidak dapat disimpan lama (>2hari)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk mengatasi terjadinya kesalahpahaman dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional.

Definisi

1. Petani adalah penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus yang bermatapencaharian usahatani sayuran.

2. Fluktuasi permintaan adalah naik-turunnya jumlah permintaan sayuran.

3. Jumlah permintaan adalah banyaknya sayur yang bersedia dibeli oleh konsumen pada tingkat harga tertentu.

4. Pasar tujuan adalah pasar dimana petani di Kelurahan Tanah Enam Ratus menjualkan hasil panen sayur.


(49)

35

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan


(50)

36 Deskripsi Daerah Penelitian

Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Marelan. Kelurahan Tanah Enam Ratus terdiri dari tujuh lingkungan. Luas Kelurahan Tanam Enam Ratus adalah 342 Ha. Secara Administratif Kelurahan Tanah Enam Ratus mempunyai batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Rengas Pulau Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Manunggal Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Titipapan Sebelah barat berbatasan dengan : Kelurahan Kumpang

Tata Guna Lahan

Berdasarkan luas wilayah yang dimiliki Kelurahan Tanah Enam Ratus, maka penggunaan tanah dan tata guna lahan diklasisikasikan dalam tabel berikut :


(51)

37

Tabel 5. Penggunaan Lahan Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2013.

No

Jenis Penggunaan

Lahan Luas Lahan ( ha ) Persentase (%)

1 Pemukiman 166,63 48,72

2 Persawahan 144,5 42,206

3 Pekarangan 28,2 8,25

4 Kuburan 0,14 0,04

5 Perkebunan 2,5 0,73

6 Taman 0,02 0,005

7 Perkantoran 0,01 0,029

Jumlah 342 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus, 2014

Pada Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah pemukiman sebesar 48,72%, persawahan 42,206%. Sementara penggunaan lahan paling kecil adalah untuk perkantoran seluas 0,02%. Dari pengamatan langsung di daerah penelitan bahwa usahatani sayuran yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah termasuk ke dalam usahatani rakyat yang diusahakan di lahan pekarangan dan di lahan persawahan.

Keadaan Penduduk

Kelurahan Tanah Enam Ratus memiliki jumlah penduduk sebanyak 29.310 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13.940 jiwa dan


(52)

penduduk perempuan sebanyak 15.370 jiwa serta total kepala keluarga sebanyak 6.141 KK.

Untuk distribusi penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2013

No Umur (thn) Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1 0-16 8.358 28,51

2 17-25 17.319 59,1

3 ≥45 3633 12,39

Jumlah 29.31 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus, 2014

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa golongan umur 0-16 tahun terdapat sebanyak 28,51%, umur 17-45 tahun sebanyak 59,1% dan umur ≥45 tahun sebanyak 12,39%.

Mata pencaharian utama penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah wiraswasta. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(53)

39

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan Tahun 2013.

No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase(%)

1 PNS 173 0,59

2 TNI 64 0,21

3 Tenaga Medis 42 0,14

4 Polri 27 0,09

5 Guru 111 0,37

6 Petani 1569 5,35

7 Nelayan 20 0,06

8 Pegawai BUMN 195 0,66

9 Wiraswasta 3863 13,17

10 Pedagang 670 2,28

11 Lainnya 22576 77,02

Jumlah 29.310 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus, 2014

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus yang paling dominan dan jelas adalah wiraswasta sebanyak 13,17% dan diikuti petani sebanyak 5,35%. Sedangkan mata pencaharian yang paling kecil adalah nelayan sebanyak 0,06%.

Penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus mayoritas adalah suku Jawa. Perbandingannya sangat jauh sekali dengan beberapa suku atau etnis yang ada di kelurahan ini. Tabel berikut ini menunjukkan sarana dan prasarana di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan 2013.


(54)

Tabel 8. Sarana Dan Prasarana Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan, 2013

No Sarana dan Prasarana Fasililtas Jumlah

1 Pendidikan PAUD 14

SD 10

SLTP 1

SLTA 1

Perguruan Tinggi Swasta 2

2 Kesehatan Rumah Sakit _

Puskesmas 1

Balai Pengobatan Umum 7

Klinik 17

Posyandu 12

3 Perekonomian Pertokoan 162

Pasar _

Swalayan 1

SPBU 1

Kedai Sampah 122

Bank _

4 Olahraga Bola Kaki 2

Badminton 4

Futsal 3

Tennis Meja 3

Sumber : Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus, 2014

Dari tabel di atas dapat dilihat terdapat empat fasilitas yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus. Untuk sarana pendidikan terdapat 5 fasilitas yang memadai yang mencakup satu kelurahan. Dengan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini sebanyak 14 unit, Sekolah Dasar sebanyak 10 Unit, Sekolah Lanjutan


(55)

41

Tingkat Pertama 1 unit, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebanyak 1 unit dan terdapat Perguruan tinggi swasta sebanyak 2 unit.

Pada sarana kesehatan terdapat 1 unit Puskesmas, Balai Pengobatan Umum ada 7 unit, klinik 17 unit dan Posyandu 12 unit.Namun tidak terdapat Rumah Sakit di Kelurahan Tanah Enam Ratus ini.

Untuk sarana perekonomian, terdapat 162 unit pertokoan, 1 unit swalayan, 1 unit SPBU dan 122 unit kedai sampah. Namun tidak terdapat bank dan pasar tradisional. Karena pasar tradisional masuk ke dalam wilayah Kelurahan Rengas Pulau.

Pasar tradisional merupakan pusat perekonomian masyarakat Kecamatan Medan Marelan terdapat di kawasan Kelurahan Rengas Pulau. Pasar Lima Marelan merupakan pasar utama dalam penjualan sayuran mencakup seluruh kecamatan. Dengan keberadaan pasar yang dekat dengan areal pertanian masyarakat akan memudahkan dalam pendistribusian hasil panen dan dapat menekan biaya pengiriman.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yaitu meliputi kehidupan sosial ekomomi petani yaitu meliputi umur, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan dan pengalaman bertani. Karakteristik petani sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini :


(56)

Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, 2014

No Uraian Rataan Rentang

1 Luas Lahan (Ha) 0,21 0,06-0,5

2 Umur (Tahun) 46,23 31-65

3 Lama Pendidikan ( Tahun) 10,6 6-12

4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 3,01 1-7

5 Pengalaman Bertani (Tahun) 18,73 5-45

Sumber : Lampiran 1

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa karakteristik petani sampel meliputi umur, luas lahan, lama pendidikan, jumlah tanggungan, dan pengalaman bertani. Luas lahan yang diusahakan petani sampel rata-rata seluas 0,21 Ha.

Umur petani sampel merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan bekerja dalam melakukan kegiatan berusahatani. Semakin tua umur petani maka kemampuan petani untuk bekerja semakin menurun pula dan hal ini juga berpengaruh terhadap produksi dalam usahataninya. Karena dalam berusahatani lebih banyak mengandalkan kemampuan fisik. Tabel dia atas menunjukkan rata-rata umur petani sampel adalah 46,23 tahun dengan rentang antara 31 -65 tahun. Rentang umur tersebut masih masuk ke dalam usia produktif yang masih berpotensi dalam melakukan usahatani.

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengelola usahatani terutama dalam hal menerima kemajuan teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya. Tingkat pendidikan formal yang pernah dicapai


(57)

43

oleh petani sampel pada umumnya adalah lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP/ Sederajat), namun ada juga yang lulusan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah umum (SMU/ sederajat). Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata lama pendidikan petani sampel adalah 10,6 (10 tahun).

Faktor lain yang memungkinkan makin meningkatnya keterampilan berusaha tani adalah pengalaman bertani petani itu sendiri. Karena semakin lama pengalaman bertani maka kemampuan untuk mengelola usahatani juga akan lebih baik. Rata-rata pengalaman bertani petani sampel adalah 18,73 tahun. Dengan rentang antara 5-45 tahun. Sedangkan rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani sampel adalah sebanyak 3,01 ( 3 orang) dengan rentang antara 1-7 orang.

Peran penyuluh pertanian salah satunya adalah memberikan pelatihan-pelatihan terkait dengan usahatani sayuran yang dikelola petani sayur. Pelatihan terkait usahatani sayuran yang pernah dilakukan adalah dengan mengembangkan pemupukan dari kotoran ternak lembu yang juga dikelola oleh petani. Pelatihan lain yang pernah diberikan pihak swasta adalah dengan mengembangkan sistem pertanian organik dengan kualitas ekspor dan percobaan penenamn bawang merah. Dengan bibitnya merupakan bantuan dari pihak yang swasta tersebut.

Kontribusi pendapatan keluarga beberapa petani di Kelurahan Tanah Enam Ratus bukan saja hanya dari usahatani sayuran saja tetapi juga beternak lembu. Namun mayoritas petani di sana mengelola usahatani sayuran. Dengan berusahatani sayuran dan beternak lembu dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


(58)

44

Sistem Penjualan Hasil Panen Sayuran Yang Dilakukan Petani Di Kelurahan Tanah Enam Ratus.

Petani di Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah termasuk petani yang mandiri. Dikatakan mandiri karena mayoritas petani mengusahakan modal usahataninya sendiri, mengelola usahantaninya sendiri walaupun dalam hal pemanenan hasil terkadang dibantu oleh buruh panen. Bahkan untuk menjualkan hasil panennya juga dilakukan sendiri. Hal ini dikarenakan pasar tujuan penjualan hasil panen bisa dikatakan lumayan dekat dengan areal usahataninya.

Ada beberapa kelompok tani yang aktif di Kelurahan Tanah Enam Ratus. Kegiatan yang rutin dijalankan kelompok tani di sana adalah menjalankan kegiatan arisan. Dimana dalam kegiatan tersebut diadakan tukar pikiran dan ide antar sesama anggota. Jika ada bantuan dari pemerintah atau pihak swasta biasanya kegiatan untuk mendapatkan bantuan tersebut dilakukan bersama-sama. Artinya peran kelompok tani sangat penting bagi petani untuk mengembangkan usahataninya.

Menurut penelitian yang dilakukan di daerah penelitian ternyata dari ke

tujuh macam komoditi sayuran yang diproduksi di Kelurahan Tanah Enam Ratus ( Tabel 1) ternyata di ketahui di lapangan bahwa petani sangat berkonsentrasi

pada penanaman sayuran jenis kangkung, sawi, bayam, terong ungu dan kacang panjang. Dari kelima jenis sayuran tersebut ada juga yang dikombinasikan


(59)

45

penanamannya, ada yang antar beberapa jenis dan ada juga yang petani yang menanam satu jenis dari kelima jenis sayuran tersebut.

Beberapa kombinasi penanaman yang dilakukan petani adalah dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 10. Jumlah Petani Dengan Beberapa Kombinasi Penanaman Jenis Sayuran

No Jenis Kombinasi Penanaman Jumlah Petani

1 Kangkung-Sawi-Bayam 45

2 Kangkung-Sawi 4

3 Kangkung-Bayam 1

4 Sawi-Bayam 4

5 Kangkung 4

6 Terong Ungu 1

7 Kacang Panjang 1

Total 60

Sumber : Lampiran 2

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa terdapat tujuh jenis kombinasi penanaman sayuran dari lima jenis sayuran yang ditemui di lapangan. Kombinasi penanaman yang paling banyak adalah kangkung-sawi bayam adalah sebanyak 45 petani. Hal ini disebabkan karena ketiga jenis tanaman tersebut memiliki waktu panen yang sama yaitu sekitar 25 hari setelah tanam. Sehingga memudahkan dalam hal waktu panen dan waktu penjualan.

Kombinasi tanam sayuran yang paling sedikit adalah terong ungu dan kacang panjang masing-masing sebanyak 1 orang petani. Hal ini karena kedua jenis sayuran ini cenderung memerlukan lahan yang cukup luas untuk mendapatkan hasil maksimal. Dan juga masa panen teong ungu dan kacang


(60)

panjang dapat dikatakan lebih lama dibandingkan jenis sayuran sawi, kangkung dan bayam. Masa panen terong ungu adalah sekitar 50 hari setelah tanam. Sedangkan kacang panjang dapat dipanen mulai umur 40 hari. Sedangkan kangkung, sawi dan bayam dapat dipanen mulai umur 25 hari saja.

Ada beberapa alasan mengapa petani jarang sekali menanam terong ungu dan kacang panjang. Beberapa alasan yang diketahui menurut wawancara dengan petani adalah bahwa sulitnya mendapatkan tenaga kerja yang sesuai. Maksudnya tenaga kerja sekarang hanya menginginkan sistem kerja borongan saja padahal petani lebih membutuhkan tenaga kerja harian.

Pada umumnya semua petani sayur menjualkan hassil panen kepada pedagang pengumpul dalam jumlah yang banyak. Artinya petani tidak menerima pembeli ritail/ eceran mengingat sifat sayuran yang cepat rusak. Tapi juga ada warga sekitar lahan pertanian atau juga tetangga petani yang datang untuk membeli sayur untuk keperluan rumah tangganya.

Pasar Tujuan

Menurut hasil wawancara dengan seluruh petani sampel di lapangan diketahui bahwa petani menjualkan hasil panennya secara tetap ke Pasar V Marelan yang terletak di Kecamatan Medan Marelan. Para petani menjualkan sayuran melalui agen ke pengecer di Pasar V Marelan karena menurut petani lokasi pasar tersebut sangat dekat sekali dengan areal pertaniannya.

Pedagang pengumpul selalu tetap mengambil hasil panen dari petani. diketahui terdapat lima orang pedagang pengumpul yang aktif membeli hasil


(61)

47

panen di Kelurahan Tanah Enam Ratus. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah dengan cara membayar langsung kepada petani ketika mengambil sayuran tersebut. Petani biasanya menjual hasil panen tidak tetap pada satu pedagang saja karena ada lima pedagang pengumpul disana yang biasanya membeli kepada petani.

Selain ke Pasar V Marelan petani juga menjual hasil panen sayuran di Pasar Sikambing, Pasar Sambu, Pasar Brayan, dan Pasar Sentral di Pusat Kota Medan. Namun biasanya hasil panen dijual oleh pedagang ke sana. Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah petani dengan pasar tujuan hasil sayurannya. Tabel 11. Pasar Tujuan Petani

No Pasar Tujuan Jumlah Petani (orang) Persentase(%)

1 Pasar v Marelan 56 93,33

2 Pasar Brayan 1 1,66

3 Pasar Sikambing 1 1,66

4 Pasar Sambu 1 1,66

5 Pasar Sentral 1 1,66

Total 60 100

Sumber : Lampiran 3

Pada tabel di atas dapat dilihat sebanyak 93,33% petani menjualkan sayuran di Pasar V Marelan dan masing sebanyak 1,66% petani menjual hasil panen di Pasar Brayan, Pasar Sikambing, Pasar Sambu dan Pasar Sentral. Petani Di Keluraha Tanah Enam Ratus juga tidak mengantarkan hasil panen kepada pedagang pengumpul dikarenakan sulitnya mendapatkan tenaga kerja dalam hal pendistribusian dan juga mempertimbangkan ongkos pengiriman. Biasanya pedagang pengumpullah yang datang mengambil hasil panen.


(62)

Sistem Pembelian Dan Pembayaran Oleh Konsumen

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani sampel diketahui bahwa secara keseluruhan petani menjualkan hasil panen kepada pedagang pengumpul dengan sistem pembayaran langsung dibayar di tempat ketika pedagang pengumpul tersebut mengambil hasil panen

Fluktuasi Penjualan Pada Setiap Jenis Sayuran Yang Diusahakan

Menurut hasil wawancara langsung dengan petani sampel bahwa tidak pernah terjadi fluktuasi atau perubahan penjualan (jumlah penjualan) hasil panen sayuran. Selalu tetap karena hasil panen sangat tergantung pada luas lahan yang diusahakan petani.

Umumnya ada dua faktor yang mempengaruhi fluktuasi penjualan yaitu musim kemarau dan hama penganggu. Sayur sangat membutuhkan air juga kelembaban udara yang cukup. Jika hal itu tidak terpenuhi pertumbuhan sayur akan terganggu.. Artinya sayur akan rusak dan penjualan menjadi berkurang. Begitu juga dengan keberadaan hama penganggu. Namun sejauh ini masih bisa diatasi oleh petani.

Hasil panen sayuran juga tidak pernah bersisa. Bagaimana pun petani tetap mengusahakan agar hasil panen tidak bersisa walau harus menurunkan harga serendah-rendahnya. Hasil panen yang mungkin tersisa adalah sayuran yang rusak dalam jumlah sedikit.

Tabel berikut ini menunjukkan produksi hasil sayuran dalam satu periode tanam:


(63)

49

Tabel 12. Produksi Sayuran Dalam Satu Periode Tanam.

Jenis Sayuran Rata-rata Produksi (kg)

Kangkung 186,86

Sawi 223,2

Bayam 269,8

Terong Ungu 25

Kacang Panjang 300

Sumber : Lampiran 4

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi kangkung sebanyak 186,86 kg dalam satu periode tanam, sawi sebanyak 223,2 kg, bayam 269,8 kg, terong ungu 25 kg, dan kacang panjang 300 kg dalam satu periode tanam oleh petani sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan.

Berikut ini tabel menunjukkan lama periode tanam sayuran di Kelurahan Tanah Enam Ratus :

Tabel 13. Periode Tanam Sayuran

No Jenis Sayuran Periode Tanam ( Hari)

1 Kangkung 25

2 Sawi 25

3 Bayam 25

4 Terong Ungu 40

5 Kacang Panjang 50

Dari tabel di atas dilihat bahwa sayur kangkung, sawi dan bayam dipanen pada umur 25 hari, terong ungu dipanen pada umur 40 hari sedangkan kacang


(64)

panjang dipanen pada umur 50 hari. Setiap jenis sayuran tersebut tidak dipanen dalam waktu sekali panen saja, namun pemanenan dilakukan secara bertahan. Karena disesuaikan dengan kemampuan petani untuk memanen dan dengan memperhitungkan waktu penjualan sayuran tersebut.

Beberapa petani yang menanam sayur secara bertahap tentu saja akan memanen sayuran juga secara bertahap. Biasanya sayur dipanen setiap hari hingga semua hasil panen habis.

Waktu Penjualan Sayuran

Berdasarkan penelitian di lapangan ada tiga waktu penjualan yang dilakukan oleh petani sampel. Dijelaskan pada tabel 11 berikut ini :

Tabel 14. Waktu Penjualan Sayuran Oleh Petani Sampel

No Waktu Penjualan Jumlah Petani

1 Pagi setelah panen 3

2 Sore setelah panen 8

3 Pagi dan sore setelah panen 49

Total 60

Sumber : (Lampiran 3)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas petani sampel menjualkan hasil panennya pada waktu pagi dan sore hari yaitu sebanyak 49 petani. sedangkan yang hanya menjual hasil panen pada pagi hari sebanyak 3 petani saja dan yang menjual hasil panen pada sore hari setelah panen sebanyak 8 orang petani.

Ada beberapa alasan mengapa petani menjual pada waktu-waktu tersebut. Misalnya pada sore hari karena petani tersebut memanen sayuran pada siang hari


(65)

51

untuk dijualkan sore harinya. Jika dijual untuk pagi hari, petani harus memanen secepat mungkin pada pagi hari tersebut. Namun ada juga karena telah dipanen sore kemarin untuk dijual pagi hari besoknya.

Petani yang menjualkan sayuran pada pagi dan sore itu artinya petani tersebut menjualkan hasil panen kemarin untuk dijual pagi hari dan menjual pada sore hari untuk hasil panen yang dipanen pada siang harinya. Hasil panen harus segera dijual atau diantarkan ke pasar sebelum terjadi kerusakan. Jika terjadi kerusakan akan menurunkan harga sayuran tersebut. Untuk hasil panen terong ungu dapat bertahan cukup lama sehingga mudah diatur waktu penjualannya.

Petani yang menjual hasil sayuran mayoritas dilakukan pada pagi dan sore setelah panen. Biasanya untuk pasar yang terdekat yaitu di pasar V Marelan waktu penjualan pada pagi hari. Sedangkan untuk pasar yang cukup jauh biasanya dijualkan pada sore hari kepada pedagang pengumpul. Kemudian pedagang pengumpul menjualnya pada pagi hari di pasar tersebut.

Harga Sayuran (Harga Yang Diterima Petani )

Berdasarkan wawancara langsung dengan petani sampel bahwa secara keseluruhan ke lima jenis sayuran yang diusahakan petani sampel cenderung tidak terjadi fluktuasi harga dalam waktu satu minggu. Namun fluktuasi harga biasanya terjadi per minggu nya.


(66)

Tabel 15. Harga Sayuran

No Jenis Sayuran Harga Rata-rata (Rp/Kg) Rentang(Rp/Kg)

1 Kangkung 2000 2000-2500

2 Sawi 3000 2000-8500

3 Bayam 3000 3000-4600

4 Terong Ungu 6500 6500

5 Kacang Panjang 4000 4000

Sumber : lampiran 6

Dari Tabel di atas rentang yang paling tinggi adalah pada sayuran sawi dengan rentang 6000-8500. Hal ini karena harganya cukup berfluktuasi tajam. Sayur kangkung secara tetap berada pada harga Rp.25.000/ bal atau sama dengan Rp. 2.000/ kg ( 1 Bal = 12 Kg). Namun pernah terjadi penurunan harga menjadi Rp.2.000/kg. Untuk sayur sawi cenderung tetap pada harga Rp. 28.000/bal atau sama dengan Rp.3.000/kg ( 1 Bal = 12 Kg). Harga sawi paling rendah adalah Rp. 25.000/bal atau sama dengan Rp.2.000/kg. yang paling tinggi mencapai Rp.100.000/bal atau sama dengan Rp.8.500/kg.

Sayur bayam harga normal pada Rp.30.000/bal atau sama dengan Rp.3000/kg ( 1 Bal = 12 Kg ). Pernah mengalami penurunan hingga Rp.15.000/bal atau sama dengan Rp. 1.250/kg. Sedangkan Terong ungu selalu tetap pada harga Rp.130.000/ bal atau sama dengan Rp.6.500/kg ( 1 bal = 20 kg). pernah turun menjadi Rp.80.000/bal atau Rp.4.000/kg. Harga kacang panjang sekitar Rp. 40.000/bal atau sama dengan Rp. 4.000/kg ( 1 bal = 10 Kg ). Pernah mengalami penurunan hingga Rp.30.000/ bal atau Rp.3000/kg.


(67)

53

Peluang Meningkatkan Penjualan Berbagai Jenis Sayuran Berdasarkan Karakteristik Sayuran.

Untuk mengetahui jenis sayuran berdasarkan 4 karakteristik sebelumnya diketahui terlebih dahulu batasan waktu sayuran dapat disimpan pada tabel di bawah ini :

Tabel 16. Batasan Waktu Sayuran Dapat Disimpan

No Batas waktu (Hari) Jenis Sayuran

1 2 Kangkung, Bayam

2 3 Sawi

3 5 Kacang Panjang

4 7 Terong Ungu

Sumber : Lampiran 5

Ada beberapa 4 karakteristik sayuran yang diteliti yaitu :

1. Sayuran yang rutin diminta atau yang diminta setiap hari tetapi dengan harga yang relatif rendah dan fluktuasi permintaan rendah.

2. Sayuran yang tidak rutin diminta atau tidak diminta setiap hari tetapi dengan harga yang relatif tinggi dan fluktuasi permintaan tinggi.

3. Sayuran yang dapat disimpan lama. 4. Sayuran yang tidak dapat disimpan lama.

Untuk ukuran dalam berbagai karakteristik diatas adalah sebagai berikut: 1. Sayuran yang rutin diminta artinya setiap hari dibeli oleh pedagang

pengumpul

Sayuran tidak rutin diminta artinya sayuran tidak setiap hari dibeli pedagang pengumpul (sisa)


(1)

Lampiran 4. Rata-rata Produksi Dalam Satu Periode Tanam

Sampel Produksi dalam satu periode tanam (kg)

Kangkung Sawi Bayam Terong Ungu Kacang Panjang

1 200 480 240 _ _

2 40 60 120 _ _

3 120 180 360 _ _

4 200 480 240 _ _

5 80 144 240 _ _

6 200 240 480 _ _

7 200 240 480 _ _

8 200 480 240 _ _

9 _ 60 60 _ _

10 360 _ 420 _ _

11 240 240 480 _ _

12 480 _ _ _ _

13 160 180 240 _ _

14 320 _ _ _ _

15 240 360 420 _ _

16 320 360 240 _ _

17 320 360 240 _ _

18 40 60 _ _ _

19 240 240 180 _ _

20 _ 180 240 _ _

21 80 120 240 _ _

22 320 360 240 _ _

23 80 120 240 _ _

24 200 480 240 _ _

25 120 180 240 _ _

26 80 120 240 _ _

27 120 _ 240 _ _

28 200 360 360 _ _

29 96 120 240 _ _

30 200 480 240 _ _

31 _ _ _ _ 300

32 _ _ _ 25 _

33 80 120 240 _ _

34 200 300 504 _ _

35 320 360 _ _ _

36 160 120 _ _ _

37 800 240 1200 _ _


(2)

40 40 60 120 _ _

41 240 360 720 _ _

42 280 360 720 _ _

43 80 144 240 _ _

44 96 144 240 _ _

45 200 360 420 _ _

46 80 180 240 _ _

47 480 480 420 _ _

48 120 180 240 _ _

49 200 360 360 _ _

50 300 360 300 _ _

51 120 180 300 _ _

52 160 180 240 _ _

53 240 240 240 _ _

54 400 _ _ _ _

55 200 300 600 _ _

58 240 480 240 _ _

57 160 300 180 _ _

58 240 480 240 _ _

59 240 240 540 _ _

60 _ 60 84 _ _

Total 11212 13392 16188 25 300


(3)

Lampiran 5. Lama Ketahanan Bahan Hasil Panen Sayuran

Sampel Lama Ketahanan Bahan / Waktu Simpan (hari)

Kangkung Sawi Bayam Terong Ungu Kacang Panjang

1 3 3 3 _ _

2 2 2 2 _ _

3 3 3 3 _ _

4 3 3 3 _ _

5 2 2 2 _ _

6 3 3 3 _ _

7 3 3 3 _ _

8 3 3 3 _ _

9 _ 2 2 _ _

10 2 _ 2 _ _

11 3 3 3 _ _

12 3 _ _ _ _

13 2 2 2 _ _

14 2 _ _ _ _

15 3 3 3 _ _

16 2 2 2 _ _

17 2 2 2 _ _

18 3 3 _ _ _

19 3 3 3 _ _

20 _ 3 3 _ _

21 2 2 2 _ _

22 2 2 2 _ _

23 3 3 3 _ _

24 3 3 3 _ _

25 2 2 2 _ _

26 2 2 2 _ _

27 2 _ 2 _ _

28 3 3 3 _ _

29 3 3 3 _ _

30 3 3 3 _ _

31 _ _ _ _ 5

32 _ _ _ 7 _

33 3 3 3 _ _

34 3 3 3 _ _

35 3 3 _ _ _

36 2 2 _ _ _

37 2 2 2 _ _


(4)

40 3 3 3 _ _

41 3 3 3 _ _

42 3 3 3 _ _

43 3 3 3 _ _

44 3 3 3 _ _

45 3 3 3 _ _

46 2 2 2 _ _

47 3 3 3 _ _

48 3 3 3 _ _

49 3 3 3 _ _

50 3 3 3 _ _

51 3 3 3 _ _

52 2 2 2 _ _

53 3 3 3 _ _

54 3 _ _ _ _

55 3 3 3 _ _

58 3 3 3 _ _

57 3 3 3 _ _

58 3 3 3 _ _

59 3 3 3 _ _

60 _ 2 2 _ _

Total 149 144 137 7 5


(5)

Lampiran 6. Harga Sayuran Yang Diterima Petani

Sampel Harga Per Kilogram

Kangkung Sawi Bayam Terong Ungu

Kacang Panjang

1 2500 8500 3000 _ _

2 2500 6000 3000 _ _

3 2500 6000 3000 _ _

4 2000 8500 4600 _ _

5 2000 6000 3000 _ _

6 2000 6000 4500 _ _

7 2000 8500 4600 _ _

8 2000 6000 3000 _ _

9 _ 8500 3000 _ _

10 2500 _ 4600 _ _

11 2000 8500 3000 _ _

12 2000 _ _ _ _

13 2000 6000 3000 _ _

14 2000 _ _ _ _

15 2000 6000 3000 _ _

16 2000 8500 4500 _ _

17 2500 8500 3000 _ _

18 2000 8500 _ _ _

19 2500 6000 3000 _ _

20 _ 8500 3000 _ _

21 2000 8500 3000 _ _

22 2500 6000 3000 _ _

23 2000 8500 3000 _ _

24 2000 8500 3000 _ _

25 2000 8500 3000 _ _

26 2000 8500 3000 _ _

27 2000 _ 3000 _ _

28 2000 6000 3000 _ _

29 2000 8500 3000 _ _

30 2000 8500 3000 _ _

31 _ _ _ _ 4000

32 _ _ _ 6500 _

33 2000 6000 3000 _ _

34 2000 6000 3000 _ _

35 2500 6000 _ _ _

36 2500 8500 _ _ _

37 2000 6000 3000 _ _


(6)

40 2000 6000 3000 _ _

41 2000 6000 3000 _ _

42 2000 6000 3000 _ _

43 2000 8500 3000 _ _

44 2000 6000 3000 _ _

45 2000 8500 3000 _ _

46 2000 8500 3000 _ _

47 2500 6000 3000 _ _

48 2000 8500 3000 _ _

49 2000 6000 3000 _ _

50 2500 8500 3000 _ _

51 2000 6000 3000 _ _

52 2000 6000 3000 _ _

53 2500 8500 3000 _ _

54 2000 _ _ _ _

55 2000 8500 3000 _ _

58 2000 8500 4600 _ _

57 2000 6000 3000 _ _

58 2000 6000 3000 _ _

59 2000 6000 3000 _ _

60 _ 6000 3000 _ _

Total 114000 380500 162400 6500 4000