Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000

Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2000
(Studi Mengenai Desain Industri Rotan di Kota Medan)
Riyanto
Program Studi Magister Kenotariatan
Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari benda dan perkakas seperti
produk kerajinan tangan, produk industri rumah tangga. Produk tersebut bermula dari rasa
keinginan untuk hidup lebih baik, mudah dan nyaman. Keinginan itu menumbuhkan kreasi dan
karya di bidang desain, khususnuya desain industri rotan. Seorang pendesain memainkan peranan
penting bagi terciptanya sebuah bentuk, konfigurasi dan kreasi kerajinan yang indah dan
memberikan kesan estetis. Untuk itu para pendesain harus memiliki hak ekslusif terhadap
karyanya agar hasil karya tersebut tidak ditiru atau dijiplak oleh pihak-pihak yang ingin meraup
keuntungan dengan tanpa memperdulikan hak (ekonomis) orang lain. Fenomena permasalahan
hukum yang ditemui tidak sebatas adanya perangkat hukum tentang HAKI di bidang desain
industri. Rendahnya kesadaran kalangan masyarakat perajin industri menganggap belum
pentingnya pendaftaran desain industri; desain industri masih dianggap bukan hak individual
yang harus dihormati dan dilindungi; belum adanya layanan informasi atau sosialisasi yang tepat
sasaran mengenai Undang-undang Desain Industri Nomor 31 Tahun 2000.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode pendekatan yuridis
empiris juga menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Penelitian ini dilakukan di kota
Medan. Populasi sebanyak 38 orang dengan sample 61% atau 23 orang sebagai responden yang
diambil secara purposive sampling, responden lain PT.Lariza diwakili 1 orang, dari PT.Berkat
Timur Jaya diwakili 1 orang, seluruhnya berjumlah 25 responden, didukung oleh 2 orang
informan, masing-masing 1 orang dari Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM dan 1
orang dari Ketua Koperasi Perajin Rotan Kecamatan Medan Petisah. Alat pengumpul data primer
melalui pedoman wawancara dan data sekunder melalui studi kepustakaan dan dianalisis
menggunakan metode pendekatan kualitatif.
Dari hasil penelitian bahwa perlindungan hukum desain industri rotan di kota Medan
ternyata implementasinya belum berjalan secara efektif, hal ini diketahui dari jawaban 25
responden tidak satupun yang mendaftarkan hak desainnya. Kesulitan yang dihadapi berkenaan
dengan pendaftaran sangat bervariatif dan sangat terkait dengan ketidak mengertian pendaftaran.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat untuk mendapatkan perlindungan hukum yaitu
rendahnya pemahaman terhadap Undang-undang Desain Industri Nomor 31 Tahun 2000,
sosialisasi Undang-undang Desain Industri Nomor 31 Tahun 2000 belum tepat sasaran karena
pada saat diadakan sosialisasi umumnya yang terjadi adalah yang hadir bukanlah orang yang
berkompeten hal ini apa yang disampaikan oleh narasumber tidak mencapai sasaran, belum
adanya layanan informasi secara online melalui media internet yang mudah diakses mengenai
pendaftaran. Faktor lain adalah budaya masyarakat kalangan industri rotan terkadang belum mau

menerima HAKI sebagai suatu hak individu (private right) yang seharusnya dihormati dan
dilindungi, tapi justru menganggapnya sebagai hak publik (public right) yaitu hak yang
mempunyai fungsi sosial dalam arti tidak berkeberatan dengan adanya peniruan desain bahkan

1
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

justru punya rasa bangga bila karya desainya ditiru karena merupakan desain yang amat bagus.
Dalam rangka penegakkan perlindungan hukum desain. industri dengan dibentuk dan ditanamkan
konsep pemahaman keseimbangan antara kepentingan individual dan kepentingan publik dengan
mengedepankan empat prinsip yaitu prinsip keadilan, prinsip ekonomi, prinsip kebudayaan,
prinsip sosial. Upaya lain yang sangat berperan adalah peran penguasan dan aparat penegak
hukum baik dari Pegawai Negeri Sipil bersama Kepolisian Negara RI secara kwalitas dan tegas
menindak pelanggar HAKI, peran jaksa dalam bentuk pengajuan tuntutan terhadap pelanggar
HAKI, objektivitas dan kesungguhan peran hakim dalam memutus perkara, demikian pula Badan
Administrasi seperti Bea Cukai secara ex-officio juga sangat berperan dalam penegakkan hukum
dibidang desain industri, seperti kewenangan untuk mencegah masuknya barang yang diketahui
sebagai hasil pelanggaran terhadap HAKI. Lembaga pendaftaran yakni Direktorat Jendral HAKI
diberikan kewenangan untuk menolak permohonan pendaftaran hak desain sebagai tindakan
edukatif, korektif dan preventif.

Hendaknya pemerintah dapat menyediakan dan menyebarkan layanan informasi yang
mencakup seluruh pengelolaan karya intelektual termasuk perlindungan hukum, pemasaran,
pendanaan. Layanan ini diberikan berupa sosialisasi dengan pendekatan sosiologis dan cultural,
pembentukkan sentra-sentra HAKI diseluruh wilayah Indonesia yang bekerjasama pemerintah
dengan perguruan tinggi yang dapat menfasilitasi pendaftaran desain, penyelesain sengketa,
pendidikan dan pelatihan dibidang desain, konsultasi. Pemberian penghargaan kepada para
pendesain terhadap karya desain yang bagus (good design). Para pendesain hendaknya pula
menghargai karya desainnya sendiri dan menghargai perangkat hukum yang mengatur HAKI
dibidang desain industri.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum
Desain Industri

2
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Perlindungan Varietas Tanaman Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman

15 134 136

Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 (Studi...

0 18 5

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PETANI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

2 15 51

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENDESAIN YANG TIDAK MELAKUKAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI DIHUBUNGKAN DENGAN PRODUK FAST MOVING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI.

0 1 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK HAK DESAIN INDUSTRI PAKAIAN TERKAIT PENGGUNAAN DESAIN INDUSTRI TANPA PERJANJIAN LISENSI OLEH PRODUSEN PAKAIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTAN.

0 0 1

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

0 0 47

A. Pendahuluan - TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGGUNAAN KESAN ESTETIS TERHADAP PERLINDUNGAN SUATU DESAIN INDUSTRI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

0 0 14

1 BAB I PENDAHULUAN - Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak desain dalam bidang industri handphone ditinjau dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 23

B. Latar Belakang Pendidikan - Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak desain dalam bidang industri handphone ditinjau dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 22

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MAKANAN KHAS BANGKA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG

0 0 15