Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 (Studi...
PERLINDUNGAN HUKUM DESAIN INDUSTRI DITINJAU
DARI KONTEKS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN
2000
(Studi Mengenai Desain Industri Rotan di Kota Medan)
TESIS
Oleh :
RIYANTO
N.I.M: 037011074
SEKOLAH PASCA SARJANA MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2005
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007
PERLINDUNGAN HUKUM DESAIN INDUSTRI DITINJAU DARI KONTEKS UNDANGUNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000
(Studi Mengenai Desain Industri Rotan di Kota Medan)
Riyantol
Runtung Sitepu2
T.Keizerina Devi Azwar2
Alvi Syahrin2
Intisari
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari benda dan perkakas
seperti produk kerajinan tangan, produk industri rumah tangga. Produk tersebut bermula
dari rasa keinginan untuk hidup lebih baik, mudah dan nyaman. Keinginan itu
menumbuhkan kreasi dan karya di bidang desain, khususnuya desain industri rotan.
Seorang pendesain memainkan peranan penting bagi terciptanya sebuah bentuk,
konfigurasi dan kreasi kerajinan yang indah dan memberikan kesan estetis. Untuk itu
Para pendesain harus memiliki hak ekslusif terhadap karyanya agar hasil karya tersebut
tidak ditiru atau dijiplak oleh pihak-pihak yang ingin meraup keuntungan dengan tanpa
memperdulikan hak (ekonomis) orang lain. Fenomena permasalahan hukum yang ditemui
tidak sebatas adanya perangkat hukum tentang HAKI di bidang desain industri.
Rendahnya kesadaran kalangan masyarakat perajin industri menganggap belum
pentingnya pendaftaran desain industri; desain industri masih dianggap bukan hak
individual yang harus dihormati dan dilindungi; belum adanya layanan informasi atau
sosialisasi yang tepat sasaran mengenai Undangundang Desain Industri Nomor 31 Tahun 2000.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode
pendekatan yuridis empiris juga menggunakan metode pendekatan yuridis normatif.
Penelitian ini dilakukan di kota Medan. Populasi sebanyak 38 orang dengan sample 61 % atau
23 orang sebagai respondnen yang diambil secara purposive sampling, responden lain
PT.Lariza diwakili 1 orang, dari PT.Berkat Timur Jaya diwakili 1 orang, seluruhnya
berjumlah 25 responden, didukung oleh 2 orang informan, masing-masing 1 orang dari
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM dan 1 orang dari Ketua Koperasi Perajin
Rotan Kecamatan Medan Petisah. Alat pengumpul data primer melalui pedoman
wawancara dan data sekunder melalui studi kepustakaan dan dianalisis menggunakan
metode pendekatan kualitatif
Dari hasil penelitian bahwa perlindungan hukum desain industri rotan di kota
Medan ternyata implementasinya belum berjalan secara efektif, hal ini diketahui dari
1.
2.
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
Dosen Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007
jawaban 25 responden tidak satupun yang mendaftarkan hak desainnya. Kesulitan yang
dihadapi berkenaan dengan pendaftaran sangat bervariatif dan sangat terkait dengan
ketidak mengertian pendaftaran. Faktor-faktor yang menjadi penghambat untuk
mendapatkan perlindungan hukum yaitu rendahnya pemahaman terhadap Undang-undang
Desain Industri Nomor 31 Tahun 2000, sosialisasi Undang-undang Desain Industri
Nomor 31 Tahun 2000 belum tepat sasaran karena pada saat diadakan sosialisasi
umumnya yang terjadi adalah yang hadir bukanlah orang yang herkompeten hal ini
apa yang disampaikan oleh narasumber tidak mencapai sasaran, belum adanya layanan
informasi secara online melalui media internet yang mudah diakses mengenai
pendaftaran. Faktor lain adalah budaya masyarakat kalangan industri rotan terkadang
belum mau menerima HAKI sebagai suatu hak individu (private right) yang seharusnya
dihormati dan dilindungi, tapi justru menganggapnya sebagai hak publik (public right)
yaitu hak yang mempunyai fungsi sosial dalam arti tidak berkeberatan dengan adanya
peniruan desain bahkan justru punya rasa bangga bila karya desainya ditiru karena
merupakan desain yang amat bagus. Dalam rangka penegakkan perlindungan hukum
desain industri dengan dibentuk dan clitanamkan konsep pemahaman keseimbangan antara
kepentingan individual dan kepentingan publik dengan mengedepankan empat prinsip yaitu
prinsip keadilan, prinsip ekonomi, prinsip kebudayaan, prinsip sosial. Upaya lain yang
sangat berperan adalah peran penguasan dan aparat penegak hukum baik dari Pegawai
Negeri Sipil bersama Kepolisian Negara RI secara kwalitas dan tegas menindak pelanggar
HAKI, peran jaksa dalam bentuk pengajuan tuntutan terhadap pelanggar HAKI,
objektivitas dan kesungguhan peran hakim dalam memutus perkara, demikian pula
Badan Administrasi seperti Bea Cukai secara ex-officio juga sangat berperan dalam
penegakkan hukum dibidang desain industri, seperti kewenangan untuk mencegah
masuknya barang yang diketahui sebagai hasil pelanggaran terhadap HAKI. Lembaga
pendaftaran yakni Direktorat Jendral HAKI diberikan kewenangan untuk menolak
permohonan pendaftaran hak desain sebagai tindakan edukatif, korektif dan preventif.
Hendaknya pemerintah dapat menyediakan dan menyebarkan layanan
informasi yang mencakup seluruh pengelolaan karya intelektual termasuk
perlindungan hukum, pemasaran, pendanaan. Layanan ini diberikan berupa sosialisasi
dengan pendekatan sosiologis dan cultural, pembentukkan sentra-sentra HAKI diseluruh
wilayah Indonesia yang bekerjasama pemerintah dengan perguruan tinggi yang dapat
menfasilitasi pendaftaran desain, penyelesain sengketa, pendidikan dan pelatihan
dibidang desain, konsultasi. Pemberian penghargaan kepada para pendesain terhadap
karya desain yang bagus (good design). Para pendesain hendaknya pula menghargai
karya desainnya sendiri dan menghargai perangkat hukum yang mengatur HAKI
dibidang desain industri.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum
Desain Industri
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007
INDUSTRIAL DESIGN LAW PROTECTION VIEWED FROM THE
CONTEXT OF ACT NO.31 YEAR 2000
(Study of the Industrial Design of Rattan in Medan)
R i y a n t o l
Runtung Sitepu2
T.Keizerina Devi Azwar2
Alvi Syahrin2
Abstract
The human in their daily life unreleased from goods and vehicles such as hand
creation, home industry product. These products started from the desires to be better life,
easy and safety. This desires created the creation in design, especially in rattan industry
design. A designer plays an important role for innovating of a shape, configuration and
the beauty creation and give the esthetically message. Therefore all of designers must
have an exclusive right for their creation in order their creation neither would nor imitated
by the other without ignored the other's rights (economic). Phenomena of law problems
that found not limited by the law vehicles about IPR in industry design side. The low of
awareness in creator of industry assumed that the industry design registration merely not
important yet; industry design merely assumed not being an individual rights yet which
should honored and protected; none of information service or socialization perfectly
about Constitutes of Industry Design No. 31 of 2000.
This research characterized by analytic descriptively within used the empiric
juridical approached and also used the normative juridical approaches method. This
research established in Medan City. The population was 38 persons with sample of 61 % or 23
persons as respondents who took in sampling purposive, the other respondents was
PT.Lariza assisted by 1 person, from PT.Berkat Timur Jaya assisted by 1 person, and all of
them about 25 respondents, supported by 2 informants, and each 1 people of Law
Department Area Offices and HAM and 1 of Leader of Rattan Creator Cooperation Medan
Petisah District. The collector tools of primary data through by interview guidance and
secondary data by literary study and analyzed within used the qualitatively approaches method.
From the result of this research find that law protection of rattan industry design
in Medan actually the implementation merely not run effectively yet, this case known
from the answer of 25 respondents that nobody register their design right. The
difficulties caused by the varieties registration and linked to the misunderstanding of
1.
Student of Notary Magisterial of Pascasarjana North Sumatra University
2.
Lectures of Notary Magisterial of Pascasarjana North Sumatra University
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007
registration. The other factors would being the inheritances to get the law of
understanding toward the Constitutes of Industry Design No.31 of 2000, socialization of
Constitutes of Industry Design No.31 of 2000 was merely not focused well because when
the socialization established generally occurred the incompetent, this case delivered by
sources was not reach the purpose, none of information services as online through by
internet which easy to access about registration. The other factors was cultural of people in
rattan industry sometimes merely would not achieved the IPR as individual right (Private
right) which should honored and protected, as contrary they was proud if the other
imitated their creation in the better shape. In law strengthening of industry design law
which shaped and planted the concept of equilibrium understanding between individual
importance and public importance with support the four principles such as justice
principle, economy principle, cultural principle, and social principle. The other efforts of
the important roles was the role of Policeman of RI qualitatively and punished the IPR
crime, role of Judge in all claim toward IPR Crime, objectivity and seriously of all justice to
make a decision for a crime, thus also the Administration Board like as Bea Cukai as exofficio also plays a role in law of industry design, such as the author to prevent the
entrance of IPR crime goods. Registration Instance such General Directorate of IPR given
the author to prevent the registration of design right educative, correctively and
preventively actions.
Suggested the government prepares and spreads the information services that
involved all of exploitation of intellectuals creation includes of law protection, marketing,
funding. This services given as socialization with sociology and cultural approaches,
shaping of IPR centers in all areas of Indonesia in collaboration of government with
university and manifested the design registration, problems solution, education and
practices in design side, consultation. Giving the honorable in all designer of good design
creator (good design). All of designer suggested honoring their self creation and
honoring the law vehicles that arrange IPR in industry design side.
Key word:
Law Protection
Industrial Design
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007
DARI KONTEKS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN
2000
(Studi Mengenai Desain Industri Rotan di Kota Medan)
TESIS
Oleh :
RIYANTO
N.I.M: 037011074
SEKOLAH PASCA SARJANA MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2005
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007
PERLINDUNGAN HUKUM DESAIN INDUSTRI DITINJAU DARI KONTEKS UNDANGUNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000
(Studi Mengenai Desain Industri Rotan di Kota Medan)
Riyantol
Runtung Sitepu2
T.Keizerina Devi Azwar2
Alvi Syahrin2
Intisari
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari benda dan perkakas
seperti produk kerajinan tangan, produk industri rumah tangga. Produk tersebut bermula
dari rasa keinginan untuk hidup lebih baik, mudah dan nyaman. Keinginan itu
menumbuhkan kreasi dan karya di bidang desain, khususnuya desain industri rotan.
Seorang pendesain memainkan peranan penting bagi terciptanya sebuah bentuk,
konfigurasi dan kreasi kerajinan yang indah dan memberikan kesan estetis. Untuk itu
Para pendesain harus memiliki hak ekslusif terhadap karyanya agar hasil karya tersebut
tidak ditiru atau dijiplak oleh pihak-pihak yang ingin meraup keuntungan dengan tanpa
memperdulikan hak (ekonomis) orang lain. Fenomena permasalahan hukum yang ditemui
tidak sebatas adanya perangkat hukum tentang HAKI di bidang desain industri.
Rendahnya kesadaran kalangan masyarakat perajin industri menganggap belum
pentingnya pendaftaran desain industri; desain industri masih dianggap bukan hak
individual yang harus dihormati dan dilindungi; belum adanya layanan informasi atau
sosialisasi yang tepat sasaran mengenai Undangundang Desain Industri Nomor 31 Tahun 2000.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode
pendekatan yuridis empiris juga menggunakan metode pendekatan yuridis normatif.
Penelitian ini dilakukan di kota Medan. Populasi sebanyak 38 orang dengan sample 61 % atau
23 orang sebagai respondnen yang diambil secara purposive sampling, responden lain
PT.Lariza diwakili 1 orang, dari PT.Berkat Timur Jaya diwakili 1 orang, seluruhnya
berjumlah 25 responden, didukung oleh 2 orang informan, masing-masing 1 orang dari
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM dan 1 orang dari Ketua Koperasi Perajin
Rotan Kecamatan Medan Petisah. Alat pengumpul data primer melalui pedoman
wawancara dan data sekunder melalui studi kepustakaan dan dianalisis menggunakan
metode pendekatan kualitatif
Dari hasil penelitian bahwa perlindungan hukum desain industri rotan di kota
Medan ternyata implementasinya belum berjalan secara efektif, hal ini diketahui dari
1.
2.
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
Dosen Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007
jawaban 25 responden tidak satupun yang mendaftarkan hak desainnya. Kesulitan yang
dihadapi berkenaan dengan pendaftaran sangat bervariatif dan sangat terkait dengan
ketidak mengertian pendaftaran. Faktor-faktor yang menjadi penghambat untuk
mendapatkan perlindungan hukum yaitu rendahnya pemahaman terhadap Undang-undang
Desain Industri Nomor 31 Tahun 2000, sosialisasi Undang-undang Desain Industri
Nomor 31 Tahun 2000 belum tepat sasaran karena pada saat diadakan sosialisasi
umumnya yang terjadi adalah yang hadir bukanlah orang yang herkompeten hal ini
apa yang disampaikan oleh narasumber tidak mencapai sasaran, belum adanya layanan
informasi secara online melalui media internet yang mudah diakses mengenai
pendaftaran. Faktor lain adalah budaya masyarakat kalangan industri rotan terkadang
belum mau menerima HAKI sebagai suatu hak individu (private right) yang seharusnya
dihormati dan dilindungi, tapi justru menganggapnya sebagai hak publik (public right)
yaitu hak yang mempunyai fungsi sosial dalam arti tidak berkeberatan dengan adanya
peniruan desain bahkan justru punya rasa bangga bila karya desainya ditiru karena
merupakan desain yang amat bagus. Dalam rangka penegakkan perlindungan hukum
desain industri dengan dibentuk dan clitanamkan konsep pemahaman keseimbangan antara
kepentingan individual dan kepentingan publik dengan mengedepankan empat prinsip yaitu
prinsip keadilan, prinsip ekonomi, prinsip kebudayaan, prinsip sosial. Upaya lain yang
sangat berperan adalah peran penguasan dan aparat penegak hukum baik dari Pegawai
Negeri Sipil bersama Kepolisian Negara RI secara kwalitas dan tegas menindak pelanggar
HAKI, peran jaksa dalam bentuk pengajuan tuntutan terhadap pelanggar HAKI,
objektivitas dan kesungguhan peran hakim dalam memutus perkara, demikian pula
Badan Administrasi seperti Bea Cukai secara ex-officio juga sangat berperan dalam
penegakkan hukum dibidang desain industri, seperti kewenangan untuk mencegah
masuknya barang yang diketahui sebagai hasil pelanggaran terhadap HAKI. Lembaga
pendaftaran yakni Direktorat Jendral HAKI diberikan kewenangan untuk menolak
permohonan pendaftaran hak desain sebagai tindakan edukatif, korektif dan preventif.
Hendaknya pemerintah dapat menyediakan dan menyebarkan layanan
informasi yang mencakup seluruh pengelolaan karya intelektual termasuk
perlindungan hukum, pemasaran, pendanaan. Layanan ini diberikan berupa sosialisasi
dengan pendekatan sosiologis dan cultural, pembentukkan sentra-sentra HAKI diseluruh
wilayah Indonesia yang bekerjasama pemerintah dengan perguruan tinggi yang dapat
menfasilitasi pendaftaran desain, penyelesain sengketa, pendidikan dan pelatihan
dibidang desain, konsultasi. Pemberian penghargaan kepada para pendesain terhadap
karya desain yang bagus (good design). Para pendesain hendaknya pula menghargai
karya desainnya sendiri dan menghargai perangkat hukum yang mengatur HAKI
dibidang desain industri.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum
Desain Industri
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007
INDUSTRIAL DESIGN LAW PROTECTION VIEWED FROM THE
CONTEXT OF ACT NO.31 YEAR 2000
(Study of the Industrial Design of Rattan in Medan)
R i y a n t o l
Runtung Sitepu2
T.Keizerina Devi Azwar2
Alvi Syahrin2
Abstract
The human in their daily life unreleased from goods and vehicles such as hand
creation, home industry product. These products started from the desires to be better life,
easy and safety. This desires created the creation in design, especially in rattan industry
design. A designer plays an important role for innovating of a shape, configuration and
the beauty creation and give the esthetically message. Therefore all of designers must
have an exclusive right for their creation in order their creation neither would nor imitated
by the other without ignored the other's rights (economic). Phenomena of law problems
that found not limited by the law vehicles about IPR in industry design side. The low of
awareness in creator of industry assumed that the industry design registration merely not
important yet; industry design merely assumed not being an individual rights yet which
should honored and protected; none of information service or socialization perfectly
about Constitutes of Industry Design No. 31 of 2000.
This research characterized by analytic descriptively within used the empiric
juridical approached and also used the normative juridical approaches method. This
research established in Medan City. The population was 38 persons with sample of 61 % or 23
persons as respondents who took in sampling purposive, the other respondents was
PT.Lariza assisted by 1 person, from PT.Berkat Timur Jaya assisted by 1 person, and all of
them about 25 respondents, supported by 2 informants, and each 1 people of Law
Department Area Offices and HAM and 1 of Leader of Rattan Creator Cooperation Medan
Petisah District. The collector tools of primary data through by interview guidance and
secondary data by literary study and analyzed within used the qualitatively approaches method.
From the result of this research find that law protection of rattan industry design
in Medan actually the implementation merely not run effectively yet, this case known
from the answer of 25 respondents that nobody register their design right. The
difficulties caused by the varieties registration and linked to the misunderstanding of
1.
Student of Notary Magisterial of Pascasarjana North Sumatra University
2.
Lectures of Notary Magisterial of Pascasarjana North Sumatra University
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007
registration. The other factors would being the inheritances to get the law of
understanding toward the Constitutes of Industry Design No.31 of 2000, socialization of
Constitutes of Industry Design No.31 of 2000 was merely not focused well because when
the socialization established generally occurred the incompetent, this case delivered by
sources was not reach the purpose, none of information services as online through by
internet which easy to access about registration. The other factors was cultural of people in
rattan industry sometimes merely would not achieved the IPR as individual right (Private
right) which should honored and protected, as contrary they was proud if the other
imitated their creation in the better shape. In law strengthening of industry design law
which shaped and planted the concept of equilibrium understanding between individual
importance and public importance with support the four principles such as justice
principle, economy principle, cultural principle, and social principle. The other efforts of
the important roles was the role of Policeman of RI qualitatively and punished the IPR
crime, role of Judge in all claim toward IPR Crime, objectivity and seriously of all justice to
make a decision for a crime, thus also the Administration Board like as Bea Cukai as exofficio also plays a role in law of industry design, such as the author to prevent the
entrance of IPR crime goods. Registration Instance such General Directorate of IPR given
the author to prevent the registration of design right educative, correctively and
preventively actions.
Suggested the government prepares and spreads the information services that
involved all of exploitation of intellectuals creation includes of law protection, marketing,
funding. This services given as socialization with sociology and cultural approaches,
shaping of IPR centers in all areas of Indonesia in collaboration of government with
university and manifested the design registration, problems solution, education and
practices in design side, consultation. Giving the honorable in all designer of good design
creator (good design). All of designer suggested honoring their self creation and
honoring the law vehicles that arrange IPR in industry design side.
Key word:
Law Protection
Industrial Design
Riyanto : Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31…, 2005
USU Repository © 2007