PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2005
TENTANG
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN INDUSTRI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri;
Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 243,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANGUNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi,
atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau
gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan
dalam ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 2 -

dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai
untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri,
atau kerajinan tangan.

2. Uraian Desain Industri adalah penjelasan mengenai Desain
Industri itu sendiri yang mencakup pernyataan terhadap barang
atau produk Desain Industri serta keterangan hal-hal yang
dimintakan perlindungan atau berupa keterangan kebaruan.
3. Gambar adalah penyajian Desain Industri dalam bentuk gambar dua
dimensi atau tiga dimensi yang selengkap mungkin memperlihatkan
penampakan dari seluruh bagian yang ingin dilindungi.
4. Permohonan adalah permintaan pendaftaran Desain Industri yang
diajukan kepada Direktorat Jenderal.
5. Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan.
6. Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri.
7. Pemeriksa adalah seseorang yang karena keahliannya ditugaskan
oleh Direktur Jenderal untuk melakukan pemeriksaan terhadap
Permohonan.
8. Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan
Desain Industri.
9. Pemegang Hak Desain Industri adalah Pendesain sebagai Pemilik
Hak Desain Industri atau pihak yang menerima hak tersebut dari

Pendesain atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari
pihak yang menerima hak tersebut.
10. Hak Desain Industri adalah hak ekslusif yang diberikan oleh
Negara Repulik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya
untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau
memberikan

persetujuannya

kepada

pihak

lain

untuk

melaksanakan hak tersebut.
11. Tanggal …


PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 3 -

11. Tanggal Prioritas adalah tanggal pertama kali permohonan
pendaftaran dimintakan hak prioritasnya di Negara asalnya.
12. Hari adalah hari kerja.
13. Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri.
14. Menteri adalah Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
15. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual.
Pasal 2
(1) Hak Desain Industri diberikan untuk Desain yang baru.
(2) Desain Industri dianggap baru apabila pada Tanggal Penerimaan
Permohonan Desain Industri tersebut tidak sama dengan
pengungkapan yang telah ada sebelumnya.
(3) Pengungkapan sebelumnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah pengungkapan Desain Industri yang sebelum:
a. Tanggal Penerimaan Permohonan; atau

b. Tanggal Prioritas apabila Permohonan diajukan dengan Hak
Prioritas,
telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar
Indonesia.
Pasal 3
(1) Permohonan hanya dapat diajukan untuk:
a. 1 (satu) Desain Industri; atau
b. beberapa Desain Industri yang merupakan satu kesatuan, atau
yang memiliki kelas yang sama.
(2) Desain Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah suatu
Desain Industri yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 angka 1.
BAB II …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 4 -

BAB II
PERMOHONAN DESAIN INDUSTRI

Bagian Pertama
Pengajuan Permohonan
Pasal 4
(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
kepada Direktorat Jenderal dengan mengisi formulir rangkap 4
(empat).
(2) Bentuk dan isi formulir Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat

(1)

adalah

sebagaimana

terlampir

dalam

Peraturan


Pemerintah ini.
(3) Pengisian formulir Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) wajib dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 11 ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang.
Pasal 5
(1) Setiap Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus
dilampiri dengan:
a. contoh fisik atau gambar atau foto, dan uraian Desain Industri
yang dapat menjelaskan Desain Industri yang dimohonkan
pendaftarannya sebanyak 3 (tiga) rangkap;
b. surat pernyataan dengan meterai yang cukup atau dilegalisasi
Notaris yang menerangkan bahwa Desain Industri yang
dimohonkan adalah milik Pemohon atau Pendesain; dan
c. tanda bukti pembayaran Permohonan.
(2) Dalam

hal

Permohonan


diajukan

oleh

bukan

Pendesain,

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri
dengan:
a. pernyataan …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 5 -

a. pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa
Pemohon berhak atas Desain Industri yang bersangkutan; dan
b. surat kuasa khusus, apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa.

Pasal 6
(1) Gambar atau foto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf a adalah sebagai berikut:
a. dibuat dalam kertas putih ukuran A4 dengan berat kertas
antara 100 gsm (seratus gram/m²) sampai dengan 200 gsm
(dua ratus gram/m²);
b. setiap gambar atau foto yang termuat dalam kertas A4 tersebut
harus dapat diperbanyak dengan peralatan perbanyakan foto
kopi atau scanner tanpa mengurangi kualitasnya;
c. setiap gambar harus disertai keterangan gambar secukupnya
dengan mencantumkan nomor urut gambar dan menjelaskan
penampakan dari setiap gambar yang dibuat sesuai dengan
posisi dan sudut pandang gambar yang dibuat untuk
menjelaskan pengungkapan Desain Industri yang dimintakan
perlindungan;
d. batas tepi bawah, kanan dan kiri dari penempatan gambar atau
gambar foto scan adalah 2 cm (dua centimeter) dan batas tepi
atas adalah 2,5 cm (dua setengah centimeter);
e. setiap gambar diberi nomor urut gambar;
f. gambar atau foto tersebut harus sesuai dengan contoh aslinya;

g. gambar Desain Industri dapat dibuat dengan garis putus-putus,
apabila bagian yang dibuat garis putus-putus tersebut tidak
dimintakan perlindungan, sebaliknya pada bagian gambar
yang dimintakan perlindungan dibuat dengan garis tebal tidak
putus-putus; dan
h. gambar Desain Industri yang diajukan dalam Permohonan
dapat dilampiri disket yang berisi data gambar untuk
mempermudah proses pengumuman.
(2) Uraian …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 6 -

(2) Uraian Desain Industri yang menggunakan bahasa asing harus
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
(3) Uraian Desain Industri mencakup keterangan Desain Industri yang
dimintakan perlindungan dan keterangan terhadap barang atau
produk dari Desain Industri yang dimintakan perlindungan secara
jelas.

(4) Surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf

b

adalah

surat

kuasa

khusus

untuk

mengajukan

Permohonan dengan ketentuan :
a. ditandatangani oleh pemberi dan penerima kuasa;
b. bermeterai yang cukup atau dilegalisasi oleh Notaris;
c. apabila surat kuasa menggunakan bahasa asing harus
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Pasal 7
(1) Dalam hal Permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih
dari satu Pemohon, Permohonan tersebut ditandatangani oleh
salah satu Pemohon dengan melampirkan persetujuan tertulis dari
para Pemohon lain.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi
dengan semua nama Pemohon dan menunjuk salah satu alamat
Pemohon yang menandatangani.
Pasal 8
(1) Pemohon yang bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik
Indonesia harus mengajukan Permohonan melalui Kuasa.
(2) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyatakan
dan memilih domisili hukumnya di Indonesia.
Pasal 9 ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 7 -

Pasal 9
Dalam hal Permohonan diajukan dengan menggunakan Hak Prioritas,
Permohonan tersebut diajukan sesuai dengan ketentuan Pasal 16 dan
Pasal 17 Undang-Undang.

Bagian Kedua
Penerimaan Permohonan
Pasal 10
Tanggal

Penerimaan

adalah

Permohonan

tanggal

diterimanya

Permohonan dengan memenuhi syarat:
a.

mengisi formulir Permohonan dalam rangkap 4 (empat);

b. melampirkan contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian atau
keterangan dari Desain Industri yang dimohonkan pendaftarannya
dalam rangkap 3 (tiga); dan
c.

membayar biaya Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (1) Undang-Undang.

Bagian Ketiga
Pemeriksaan Administratif
Pasal 11
(1) Direktorat

Jenderal

melakukan

pemeriksaan

administratif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 9
terhadap

Permohonan

yang

meliputi

pemeriksaan

fisik,

persyaratan formalitas dan kejelasan pengungkapan Desain
Industri dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak Tanggal Penerimaan Permohonan.
(2) Direktorat …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 8 -

(2) Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada
Pemohon atau Kuasanya apabila terdapat kekurangan persyaratan
dan kelengkapan Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 sampai dengan Pasal 9 dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak Tanggal Penerimaan Permohonan.
(3) Pemohon atau Kuasanya harus memenuhi kekurangan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat
pemberitahuan kekurangan tersebut.
(4) Jangka waktu pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) bulan atas
permintaan Pemohon atau Kuasanya.
(5) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) tidak dipenuhi, Direktorat Jenderal memberitahukan secara
tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya bahwa permohonannya
dianggap ditarik kembali dalam jangka waktu paling lama 14
(empat belas) hari terhitung sejak berakhirnya ketentuan batas
waktu pada ayat (3) dan ayat (4).
(6) Dalam hal Permohonan dianggap ditarik kembali sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), segala biaya yang telah dibayarkan
kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali.
Pasal 12
(1) Dalam pemeriksaan administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1), Direktorat Jenderal memberitahukan secara
tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya apabila terdapat adanya
ketidakjelasan pengungkapan Desain Industri dalam uraian,
gambar atau keterangan gambar termasuk yang berkaitan dengan
kesatuan Permohonan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak Tanggal Penerimaan Permohonan.
(2) Pemohon …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 9 -

(2) Pemohon atau Kuasanya harus memperbaiki pengungkapan
Desain Industri tersebut agar lebih jelas dan layak untuk
diumumkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
terhitung

sejak

tanggal

pengiriman

surat

pemberitahuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Jangka waktu perbaikan Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) bulan atas
permintaan Pemohon atau Kuasanya.
(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) tidak dipenuhi, berlaku ketentuan Pasal 11 ayat (5) dan (6).
(5) Pada saat dilakukan pemeriksaan kejelasan, Pemeriksa juga
melakukan klasifikasi terhadap setiap Permohonan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pasal 13
(1) Apabila dalam Pemeriksaan administratif sebagaimana dimaksud
dalam pada Pasal 11 ayat (1) dijumpai lebih dari satu
Permohonan, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Tanggal
Penerimaan Permohonan, Direktorat Jenderal harus memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya untuk
memecah Permohonan tersebut.
(2) Pemohon atau Kuasanya harus memecah Permohonan dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
pengiriman surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Jangka

waktu

untuk

memecah

Permohonan

sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang paling lama 1 (satu)
bulan atas permintaan Pemohon atau Kuasanya.

(4) Dalam …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 10 -

(4) Dalam hal Pemohon tidak melakukan pemecahan Permohonan
sampai berakhirnya ketentuan batas waktu pada ayat (2) dan ayat
(3), Pemeriksa hanya melakukan pemeriksaan dari Permohonan
yang kelasnya paling relevan terhadap Permohonan tersebut.
(5) Setiap pecahan Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
Pasal 14
(1) Pemohon atau Kuasanya diberi kesempatan untuk mengajukan
keberatan atas keputusan anggapan penarikan kembali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) dan Pasal 12 ayat (4) dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal diterimanya pemberitahuan penarikan kembali tersebut.
(2) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya tidak mengajukan keberatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keputusan penarikan
kembali oleh Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bersifat tetap.
(3) Direktorat Jenderal harus memberikan keputusan untuk menerima
atau menolak keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
diterimanya surat pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(4) Apabila

keberatan

tersebut

diterima,

Direktorat

Jenderal

melakukan proses Permohonan selanjutnya.
Pasal 15
(1) Terhadap keputusan penarikan kembali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (5) dan Pasal 12 ayat (4), Pemohon atau
Kuasanya dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga dengan
tata cara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.
(2) Direktorat ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 11 -

(2) Direktorat Jenderal melakukan proses Permohonan selanjutnya,
setelah menerima salinan putusan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa gugatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima.
Bagian Keempat
Pengumuman
Pasal 16
(1) Direktur Jenderal mengumumkan Permohonan yang telah
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah ini dan Pasal 4
Undang-Undang, dengan menempatkannya dalam Berita Resmi
Desain Industri atau Sarana Khusus agar mudah dan jelas
diketahui oleh masyarakat.
(2) Terhadap pengumuman Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), setiap pihak dapat mengajukan keberatan secara tertulis
kepada Direktorat Jenderal disertai alasan yang lengkap.
Pasal 17
(1) Pengumuman Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) dilaksanakan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
Tanggal Penerimaan Permohonan.
(2) Dalam hal terdapat kekurangan persyaratan Permohonan yang
harus dipenuhi dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 12 ayat (2) dan ayat (3), dan
Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3), pengumuman Permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dilaksanakan
terhitung sejak tanggal pemenuhan persyaratan tersebut.
(3) Dalam …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 12 -

(3) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya mengajukan gugatan atas
keputusan penolakan atau penarikan kembali Permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 28 ayat
(1), pengumuman Permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (1),

dilaksanakan terhitung sejak tanggal

diterimanya salinan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa gugatan tersebut
diterima.
Pasal 18
Pengumuman Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) memuat :
a.

nama dan alamat lengkap Pemohon;

b. nama dan alamat lengkap Kuasa, apabila Permohonan diajukan
melalui Kuasa;
c.

tanggal dan nomor penerimaan Permohonan;

d. nama negara dan Tanggal Penerimaan Permohonan yang pertama
kali, apabila Permohonan diajukan dengan menggunakan Hak
Prioritas;
e.

judul dan kelas Desain Industri; dan

f.

gambar atau foto Desain Industri.
Pasal 19

(1) Pada saat pengajuan Permohonan, Pemohon atau Kuasanya dapat
meminta secara tertulis agar pengumuman Permohonan ditunda.
(2) Penundaan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak boleh melebihi waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
Tanggal Penerimaan Permohonan atau terhitung sejak Tanggal
Prioritas.
Bagian …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 13 -

Bagian Kelima
Perubahan Permohonan
Pasal 20
(1) Pemohon atau Kuasanya dapat melakukan perbaikan atau
perubahan terhadap Permohonan yang telah diajukan dengan
ketentuan tidak memperluas lingkup Desain Industri yang
diajukan semula.
(2) Perubahan Permohonan yang menjadi lebih dari satu Permohonan
mempunyai Tanggal Penerimaan Permohonan yang sama dengan
Tanggal Penerimaan Permohonan semula.
(3) Direktorat Jenderal menolak perbaikan atau perubahan suatu
Permohonan apabila mengakibatkan Permohonan menjadi lebih
luas lingkup Desain Industrinya.
(4) Perbaikan atau perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat

dilakukan

oleh

Pemohon

atau

Kuasanya

sebelum

Permohonannya dikabulkan oleh Direktorat Jenderal.
Bagian Keenam
Penarikan Kembali Permohonan
Pasal 21
Penarikan kembali Permohonan harus diajukan secara tertulis kepada
Direktorat Jenderal oleh Pemohon atau Kuasanya, selama Permohonan
tersebut belum mendapat keputusan.
Pasal 22
Dalam hal Permohonan ditarik kembali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat
Jenderal tidak dapat ditarik kembali.
BAB III …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 14 -

BAB III
PEMERIKSAAN SUBSTANTIF, PENOLAKAN DAN
PEMBERIAN SERTIFIKAT DESAIN INDUSTRI
Bagian Pertama
Pemeriksaan Substantif
Pasal 23
(1) Selama jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), setiap pihak dapat mengajukan keberatan secara
tertulis yang mencakup hal-hal yang bersifat substantif dengan
membayar biaya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
(2) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan ketentuan Pasal 26 dan Pasal 28 ayat (1) UndangUndang.
Pasal 24
(1) Dalam hal terdapat keberatan terhadap Permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23, Pemeriksa melakukan pemeriksaan
substantif yang meliputi:
a. kebaruan Desain Industri;
b. hal-hal yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, ketertiban umum, agama atau
kesusilaan;
c. kesatuan Permohonan; dan
d. hal-hal yang berkaitan dengan kejelasan pengungkapan Desain
Industri.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap:
a. keberatan yang dikemukakan oleh pihak yang mengajukan
keberatan;
b. pemeriksaan …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 15 -

b. pemeriksaan Permohonan yang disanggah serta sanggahannya;
dan
c. pembanding yang relevan.
(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
Pemeriksa dengan:
a. meneliti dan membandingkan Permohonan dengan melakukan
penelusuran terhadap pengungkapan Desain Industri yang
telah ada sebelumnya untuk kelas-kelas yang terkait;
b. meneliti dan membandingkan Permohonan terhadap keberatan
yang diajukan oleh pihak yang mengajukan keberatan; dan
c. melaporkan hasil pemeriksaan kepada Direktorat Jenderal.
(4) Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf (c) meliputi:
a. kebaruan Desain Industri;
b. hal-hal yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, ketertiban umum, agama atau
kesusilaan;
c. kesatuan Permohonan; dan
d. kejelasan pengungkapan Desain Industri.
Bagian Kedua
Penolakan
Pasal 25
(1) Selama proses Permohonan, Direktorat Jenderal dapat menolak
Permohonan apabila dijumpai hal-hal yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum,
agama, atau kesusilaan dan memberitahukannya secara tertulis
kepada Pemohon atau Kuasanya.
(2) Terhadap …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 16 -

(2) Terhadap penolakan Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemohon dapat melakukan perbaikan sepanjang tidak
memperluas lingkup Desain Industri dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pengiriman surat
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Direktorat Jenderal memberikan keputusan untuk menerima atau
menolak perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal diterimanya perbaikan tersebut.
(4) Apabila perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima,
Direktorat Jenderal melanjutkan proses Permohonan.
Pasal 26
(1) Direktorat Jenderal dapat menolak Permohonan yang bertentangan
dengan Pasal 2 Undang-Undang dan memberitahukannya secara
tertulis kepada Pemohon dan Kuasanya.
(2) Terhadap penolakan Permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemohon dapat melakukan perbaikan sepanjang tidak
memperluas lingkup Desain Industri dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pengiriman surat
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Direktorat Jenderal memberikan keputusan untuk menerima atau
menolak perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
perbaikan tersebut.
(4) Apabila perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima,
Direktorat Jenderal melakukan proses Permohonan selanjutnya.
Pasal 27 ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 17 -

Pasal 27
(1) Pemohon atau Kuasanya diberi kesempatan untuk mengajukan
keberatan atas keputusan penolakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 ayat (1), dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
surat penolakan.
(2) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya tidak mengajukan keberatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keputusan penolakan oleh
Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
tetap.
(3) Direktorat Jenderal harus memberikan keputusan untuk menerima
atau menolak keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal diterimanya surat pengajuan keberatan tersebut.
(4) Apabila

keberatan

tersebut

diterima,

Direktorat

Jenderal

melakukan proses Permohonan selanjutnya.
Pasal 28
(1) Terhadap keputusan penolakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 ayat (1), Pemohon atau Kuasanya
dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga dengan tata cara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.
(2) Direktorat Jenderal melakukan proses Permohonan selanjutnya,
setelah menerima salinan putusan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa gugatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima.

Bagian ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 18 -

Bagian Ketiga
Pemberian Sertifikat Desain Industri
Pasal 29
(1) Dalam hal tidak terdapat keberatan terhadap Permohonan hingga
berakhirnya jangka waktu pengajuan keberatan sebagaimana
dimaksud

dalam

Pasal

23

ayat

(1),

Direktorat

Jenderal

menerbitkan dan memberikan Sertifikat Desain Industri paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal berakhirnya jangka waktu
tersebut.
(2) Sertifikat Desain Industri mulai berlaku terhitung sejak Tanggal
Penerimaan Permohonan.
(3) Sertifikat Desain Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat :
a. Nomor Permohonan;
b. Judul Desain Industri;
c. Kelas Desain Industri;
d. Nama, kewarganegaraan dan alamat Pemegang Hak Desain
Industri;
e. Tanggal Penerimaan Permohonan;
f. Nomor Pendaftaran; dan
g. Tanda tangan pejabat yang berwenang.
Pasal 30
Pihak yang memerlukan salinan Sertifikat Desain Industri dapat
memintanya kepada Direktorat Jenderal dengan membayar biaya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Pasal 31
Direktur Jenderal mencatat Desain Industri yang telah diterbitkan dan
diberikan Sertifikat Desain Industri dalam Daftar Umum Desain
Industri dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Desain Industri.
BAB IV …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 19 -

BAB IV
PENCATATAN PERUBAHAN NAMA DAN/ATAU ALAMAT
PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI DAN PENGALIHAN
HAK DESAIN INDUSTRI
Bagian Pertama
Permohonan Pencatatan Perubahan Nama dan/atau
Alamat Pemegang Hak Desain Industri
Pasal 32
(1) Permohonan pencatatan perubahan nama dan/atau alamat
Pemegang Hak Desain Industri diajukan secara tertulis rangkap 2
(dua) dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal.
(2) Permohonan pencatatan perubahan nama dan/atau alamat
Pemegang Hak Desain Industri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diajukan dengan menyebutkan :
a. nomor pendaftaran Desain Industri terdaftar yang dimohonkan
pencatatan perubahan nama dan/atau alamat Pemegang Hak
Desain Industri;
b. nama, kewarganegaraan dan alamat Pemegang Hak Desain
Industri yang lama dan yang baru;
c. nama badan hukum dan negara tempat badan hukum didirikan
apabila

Desain

Industri

yang

dimohonkan

pencatatan

perubahan nama dan/atau alamat Pemegang Haknya adalah
badan hukum;
d. tempat tinggal Kuasa yang dipilih sebagai alamat di Indonesia
jika Pemegang Hak Desain Industri yang dimohonkan
pencatatan perubahan nama dan/atau alamat bertempat
tinggal atau berkedudukan di luar wilayah Negara Republik
Indonesia.
Pasal 33 …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 20 -

Pasal 33
Setiap permohonan pencatatan perubahan nama dan/atau alamat
Pemegang Hak Desain Industri harus dilengkapi dengan:
a.

bukti dokumen perubahan nama dan/atau alamat Pemegang Hak
Desain Industri;

b. surat kuasa khusus bagi permohonan pencatatan perubahan nama
dan/atau alamat Pemegang Hak Desain Industri, apabila diajukan
melalui Kuasa; dan
c.

melampirkan

bukti

pembayaran

permohonan

pencatatan

perubahan nama dan/atau alamat Pemegang Hak Desain Industri.
Pasal 34
Bukti dokumen perubahan nama dan/atau alamat Pemegang Hak
Desain Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Huruf a yang
menggunakan bahasa asing, harus disertai terjemahannya dalam
bahasa Indonesia.
Pasal 35
Surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b
adalah surat kuasa untuk mengajukan permohonan perubahan nama
dan/atau alamat Pemegang Hak Desain Industri dengan ketentuan :
a.

menyebutkan

nomor

pendaftaran

Desain

Industri

yang

dimohonkan perubahan nama dan/atau alamat Pemegang Hak
Desain Industri;
b. ditandatangani oleh pemberi dan penerima Kuasa;
c.

bermeterai yang cukup atau dilegalisasi oleh Notaris; dan

d. apabila surat kuasa menggunakan bahasa asing harus diterjemahe. kan ke dalam bahasa Indonesia.
Pasal 36 …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 21 -

Pasal 36
(1) Direktorat Jenderal mencatat perubahan nama dan/atau alamat
Pemegang Hak Desain Industri dalam Daftar Umum Desain
Industri dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Desain
Industri dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) secara lengkap.
(2) Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis pencatatan
tersebut kepada Pemohon atau Kuasanya dalam jangka waktu
paling lama 14 (hari) terhitung sejak tanggal pencatatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Kedua
Permohonan Pencatatan Pengalihan Hak Desain Industri
Pasal 37
(1) Permohonan pencatatan pengalihan hak Desain Industri diajukan
secara tertulis rangkap 2 (dua) dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal.
(2) Permohonan

pencatatan

pengalihan

hak

Desain

Industri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan menyebutkan:
a. nomor pendaftaran Desain Industri yang dialihkan haknya;
b. nama, kewarganegaraan dan alamat lengkap Pemegang Hak
Desain Industri dan penerima hak yang dimohonkan;
c. nama badan hukum dan negara dimana tempat badan hukum
didirikan, apabila Pemegang Hak Desain Industri atau
penerima hak adalah badan hukum; dan
d. nama dan alamat lengkap Kuasa yang dipilih sebagai alamat di
Indonesia, jika Permohonan pencatatan pengalihan hak
diajukan oleh Pemegang Hak Desain Industri atau penerima
hak yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar wilayah
negara Republik Indonesia.
Pasal 38 …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 22 -

Pasal 38
Setiap permohonan pencatatan pengalihan hak Desain Industri wajib
dilengkapi dengan :
a.

bukti dokumen pengalihan hak yang mencakup pengalihan hak
sebagian atau seluruhnya;

b. bukti pemilikan Desain Industri yang dialihkan haknya;
c.

surat kuasa khusus apabila Permohonan pengalihan hak diajukan
melalui Kuasa; dan

f. melampirkan

bukti

pembayaran

Permohonan

pencatatan

pengalihan hak.
Pasal 39
Bukti dokumen pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
huruf

a

yang

menggunakan

bahasa

asing,

harus

disertai

terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Pasal 40
Surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Huruf c
adalah surat kuasa khusus untuk mengajukan permohonan pencatatan
pengalihan Hak Desain Industri dengan ketentuan :
a.

menyebutkan

nomor

pendaftaran

Desain

Industri

yang

dimohonkan pencatatan pengalihan haknya;
b. ditandatangani oleh pemberi dan penerima Kuasa;
c.

bermeterai yang cukup atau dilegalisasi oleh Notaris; dan

d. apabila

surat

kuasa

menggunakan

bahasa

asing

harus

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Pasal 41 …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 23 -

Pasal 41
(1) Direktorat Jenderal mencatat pengalihan Hak Desain Industri
dalam Daftar Umum Desain Industri dan mengumumkannya
dalam Berita Resmi Desain Industri dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)
secara lengkap.
(2) Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis pencatatan
tersebut kepada Pemohon atau Kuasanya dalam jangka waktu
paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 42
Pengalihan Desain Industri yang tidak dicatatkan dalam Daftar Umum
Desain Industri tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.

BAB V
PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI
Pasal 43
Desain Industri yang telah terdaftar di Direktorat Jenderal dapat
dibatalkan:
a.

atas Permohonan Pemegang Hak Desain Industri yang diajukan
kepada Direktorat Jenderal; atau

b. berdasarkan gugatan pembatalan Pendaftaran Desain Industri oleh
pihak yang berkepentingan dan telah memperoleh putusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang
menyatakan gugatan tersebut diterima.
Pasal 44 …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 24 -

Pasal 44
(1) Permohonan pembatalan pendaftaran Desain Industri oleh
Pemegang Hak Desain Industri diajukan secara tertulis rangkap 2
(dua) dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal.
(2) Permohonan pembatalan pendaftaran Desain Industri diajukan
dengan menyebutkan:
a. nomor

pendaftaran

Desain

Industri

yang

dimohonkan

pembatalannya; dan
b. alasan pembatalan.
Pasal 45
Setiap

permohonan

pembatalan

pendaftaran

Desain

Industri

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 harus dilengkapi :
a.

Sertifikat Desain Industri;

b. surat persetujuan tertulis tidak keberatan dari Penerima Lisensi
Hak Desain Industri yang tercatat dalam Daftar Umum Desain
Industri;
c.

surat kuasa khusus bagi permohonan pembatalan pendaftaran
Desain Industri, apabila diajukan oleh Kuasanya; dan

d. tanda bukti pembayaran permohonan pembatalan pendaftaran
Desain Industri.
Pasal 46
Surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf c
adalah surat kuasa untuk mengajukan permohonan pembatalan
pendaftaran Desain Industri dengan ketentuan :
a.

menyebutkan

nomor

pendaftaran

Desain

Industri

yang

dimohonkan pembatalannya;
b. ditandatangani oleh pemberi dan penerima kuasa;
c. bermeterai ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 25 -

c.

bermeterai yang cukup atau dilegalisasi oleh Notaris; dan

d. apabila surat kuasa menggunakan bahasa asing harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Pasal 47
(1) Direktorat Jenderal memberikan keputusan pembatalan Hak
Desain Industri dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal diterimanya permohonan pembatalan Desain
Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) secara
lengkap.
(2) Direktorat Jenderal mencatat pembatalan Desain Industri dalam
Daftar Umum Desain Industri dan mengumumkannya dalam
Berita Resmi Desain Industri dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan Direktorat
Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis keputusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling
lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak pemberian keputusan
tersebut kepada :
a. Pemegang Hak Desain Industri; dan
b. Penerima lisensi jika telah dilisensikan sesuai dengan catatan
dalam Daftar Umum Desain Industri.
Pasal 48
(1) Terhadap gugatan pembatalan pendaftaran Desain Industri oleh
pihak yang berkepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
huruf b, Direktorat Jenderal mencatat pembatalan pendaftaran
Desain Industri dalam Daftar Umum Desain Industri dan
mengumumkannya dalam Berita Resmi Desain Industri, dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
diterimanya salinan putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
(2) Direktorat ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 26 -

(2) Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis pencatatan
tersebut kepada Pemegang Hak Desain Industri dan pihak yang
berkepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 49
Pembatalan pendaftaran Desain Industri menghapuskan segala akibat
hukum yang berkaitan dengan Hak Desain Industri dan hak-hak lain
yang berasal dari Desain Industri tersebut.

BAB VI
DAFTAR UMUM DAN BERITA RESMI DESAIN INDUSTRI
Pasal 50
Daftar Umum Desain Industri adalah penghimpunan pendaftaran yang
dilakukan dalam bidang Desain Industri yang memuat :
a.

nama, kewarganegaraan dan alamat Pemegang Hak Desain
Industri;

b. nama, kewarganegaraan dan alamat Pendesain;
c.

nama, kewarganegaraan dan alamat Kuasa;

d. judul;
e.

kelas;

f.

gambar atau foto Desain Industri;

g. uraian atau keterangan Desain Industri yang dimohonkan;

h. Tanggal ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 27 -

h. Tanggal Penerimaan Permohonan;
i.

nama negara dan Tanggal Prioritas;

j.

nomor pendaftaran; dan

k. kolom-kolom untuk pencatatan perubahan nama dan/atau alamat,
pengalihan hak, pembatalan pendaftaran, perjanjian lisensi dan
keterangan lain jika diperlukan.
Pasal 51
(1) Berita Resmi Desain Industri adalah sarana pemberitahuan kepada
masyarakat dalam bentuk lembaran resmi yang diterbitkan secara
berkala oleh Direktorat Jenderal yang memuat hal-hal yang
diwajibkan Undang-Undang.
(2) Berita Resmi Desain Industri memuat antara lain:
a. nama, kewarganegaraan dan alamat Pemegang Hak Desain
Industri atau Pemohon;
b. nama, kewarganegaraan dan alamat Pendesain;
c. nama, kewarganegaraan dan alamat Kuasa;
d. judul;
e. kelas;
f. gambar atau foto Desain Industri;
g. uraian atau keterangan Desain Industri;
h. Tanggal Penerimaan Permohonan;
i. nama negara dan Tanggal Prioritas;
j. nomor pendaftaran (apabila Desain Industri telah terdaftar);
dan
k. keterangan mengenai pencatatan perubahan nama dan/atau
alamat, pengalihan hak, pembatalan pendaftaran, perjanjian
lisensi dan keterangan lain jika diperlukan.

Pasal 52 ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 28 -

Pasal 52
Direktorat Jenderal mencatat setiap Keputusan Direktorat Jenderal dan
Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dalam Daftar Umum Desain Industri dan mengumumkannya dalam
Berita Resmi Desain Industri.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 53
(1) Desain Industri yang telah diberikan Sertifikat Desain Industri
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini berlaku, dinyatakan
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah ini.
(1) Permohonan yang diajukan sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini, diproses sesuai ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 29 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Januari 2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Januari 2005
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
ttd.
Dr. HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 1

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2005
TENTANG
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000
TENTANG DESAIN INDUSTRI

UMUM
Dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap para Pendesain sebagai
pencipta Desain Industri agar merangsang aktivitas dan kreatifitas mereka untuk terus
menerus menciptakan desain baru, maka diundangkanlah Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2000 tentang Desain Industri. Perlindungan hukum tersebut diberikan melalui
sistem pendaftaran atau dikenal dengan sistem konstitutif yang merupakan sistem yang
dianut dalam Undang-Undang Desain Industri. Artinya, Hak Desain Industri yaitu hak
eksklusif untuk melaksanakan sendiri suatu Desain Industri atau memberikan
persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut akan diberikan oleh
negara, apabila Pemegang Desain Industri tersebut telah mengajukan permintaan
pendaftaran.
Pasal 11 ayat (7) Undang-Undang tentang Desain Industri menentukan bahwa
pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara Permohonan (permintaan pendaftaran
Desain Industri) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Demikian pula, guna
melaksanakan Undang-Undang Desain Industri tersebut, perlu diatur pula ketentuan
yang berkaitan dengan permintaan pendaftaran Desain Industri, yaitu pencatatan
perubahan nama dan/atau alamat Pemegang Hak Desain Industri, pencatatan
pengalihan Hak Desain Industri, dan pembatalan pendaftaran Desain Industri baik atas
permohonan Pemegang Hak Desain Industri maupun berdasarkan putusan Pengadilan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka disusunlah Peraturan Pemerintah ini yang
dimaksudkan untuk mengatur secara menyeluruh ketentuan mengenai pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

Dalam …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 2 -

Dalam Peraturan Pemerintah ini, proses pendaftaran Desain Industri atau yang
didefinisikan dalam Undang-undang sebagai “Permohonan”, dilakukan melalui
beberapa tahapan yang meliputi penerimaan Permohonan, pemeriksaan administratif
terhadap persyaratan Permohonan, pengumuman, pemeriksaan subtantif dalam hal
terdapat keberatan atas suatu Permohonan oleh pihak ketiga, pemberian Sertifikat
Desain Industri, pencatatan dalam Daftar Umum Desain Industri dan pengumuman
dalam Berita Resmi Desain Industri.
Suatu Permohonan harus memenuhi persyaratan minimum untuk mendapatkan
Tanggal Penerimaan Permohonan guna dapat diproses selanjutnya, disamping harus
memenuhi persyaratan permohonan lainnya. Selanjutnya, terhadap Permohonan
tersebut dilakukan pemeriksaan adaministratif yang bertujuan untuk menentukan
bahwa Permohonan tersebut telah memenuhi seluruh persyaratan dan layak untuk
diumumkan. Pemeriksaan adminstratif tersebut meliputi pemeriksaan fisik,
pemeriksaan formalitas dan pemeriksaan terhadap kejelasan pengungkapan Desain
Industri.
Setelah memenuhi seluruh persyaratan, maka Permohonan tersebut diumumkan
kepada masyarakat melalui Berita Resmi Desain Industri atau sarana khusus lainnya.
Pengumuman Permohonan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk mengajukan keberatan atas pengajuan Permohonan suatu Desain
Industri dengan mendasarkan pada alasan substantif, yaitu bahwa Permohonan
tersebut bertentangan dengan Pasal 2 dan/atau Pasal 4 Undang-undang. Pasal 2
Undang-undang menentukan bahwa Hak Desain Industri diberikan untuk Desain yang
baru, sedangkan Pasal 4 Undang-Undang menentukan bahwa Hak Desain Industri
tidak dapat diberikan apabila Desain Industri bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama dan kesusilaan.
Terhadap keberatan masyarakat tersebut, Pemeriksa melakukan pemeriksaan
substantif. Apabila Permohonan tersebut ternyata bertentangan dengan Pasal 2 dan/
atau Pasal 4 Undang-Undang, maka Direktorat Jenderal berwenang untuk menolak
Permohonan. Berdasarkan keputusan penolakan Direktorat Jenderal tersebut, Pemohon
dapat mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal atau mengajukan gugatan ke

Pengadilan …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 3 -

Pengadilan Niaga. Selanjutnya, apabila keberatan tersebut diterima oleh Direktorat
Jenderal atau putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap menyatakan
bahwa gugatan tersebut diterima, maka Direktorat Jenderal berkewajiban untuk
melakukan proses Permohonan selanjutnya.
Dalam hal tidak ada keberatan masyarakat selama masa pengumuman Permohonan
tersebut, maka Direktorat Jenderal memberikan Sertifikat Desain Industri sebagai bukti
bahwa Pemohon adalah Pemegang Hak atas Desain Industri tersebut. Terhadap
Permohonan yang telah diberikan Sertifikat Desain Industri tersebut, Direktorat
Jenderal berkewajiban untuk mencatatnya dalam Daftar Umum Desain Industri dan
mengumumkannya dalam Berita Resmi Desain Industri.
Selain mengatur mengenai tata cara Permohonan, Peraturan Pemerintah ini mengatur
pula ketentuan mengenai pencatatan perubahan nama dan/atau alamat Pemegang
Hak Desain Industri, permohonan pengalihan hak Desain Industri, dan pembatalan
pendaftaran Desain Industri serta ketentuan mengenai Daftar Umum Desain Industri
dan Berita Resmi Desain Industri.

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pengungkapan” adalah pengungkapan melalui media
cetak atau elektronik, termasuk juga keikutsertaan dalam suatu pameran.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 3 …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 4 -

Pasal 3
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “satu Desain Industri” adalah satuan lepas Desain
Industri. Akan tetapi, suatu perangkat cangkir dan teko, misalnya, adalah juga
1 (satu) Desain Industri, sedangkan yang dimaksud dengan “kelas” adalah
kelas sebagaimana diatur dalam Klasifikasi Internasional tentang Desain
Industri sebagaimana dimaksud dalam Locarno Agreement.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Direktorat

Jenderal

menyediakan

formulir

Permohonan

sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan Pasal ini, namun demikian, pengadaan formulir
tersebut dapat pula dilakukan oleh Pemohon atau Kuasanya yang bentuk dan
isinya sesuai dengan lampiran Peraturan Pemerintah ini.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Apabila contoh fisik Desain Industri yang dimintakan pendaftarannya
sangat besar, cukup diberikan gambar atau foto desain tersebut yang
diambil dari berbagai sudut.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 5 -

Huruf c
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “bukti yang cukup” adalah bukti sah, benar, serta
memadai yang menunjukkan bahwa Pemohon berhak mengajukan
Permohonan.
Huruf b
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Penetapan ukuran berat kertas ini juga telah diselaraskan dengan
beberapa peraturan yang mengatur di bidang ini pada persyaratan
penggunaan kertas yang berlaku secara internasional di bidang Hak
Kekayaan Intelektual.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas

Huruf g …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 6 -

Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Yang dimaksud dengan “data gambar” adalah dalam bentuk data image
terutama dalam bentuk *.jpg, atau yang sejenisnya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Dalam Uraian Desain Industri harus mencakup:
1. Penjelasan atau pernyataan yang mengungkapkan bagian dari suatu desain
yang ingin dimintakan perlindungan;
2. Penjelasan atau pernyataan yang mengungkapkan bagian dari suatu desain
yang memiliki nilai kebaruan;
3. Pernyataan

terhadap

barang

atau

produk

Desain

Industri

yang

mengungkapkan lingkup penggunaan suatu Desain Industri pada suatu
barang atau hasil produksi. Desain bukan merupakan produk atau barang
itu sendiri, tetapi berkaitan dengan produk atau barang dimana desain
yang dimaksud diterapkan untuk membatasi lingkup perlindungan suatu
Desain Industri.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas

Pasal 9 …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 7 -

Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ketentuan dalam Pasal ini merupakan persyaratan minimum yang harus dipenuhi
agar suatu Permohonan Desain Industri mendapatkan Tanggal Penerimaan
Permohonan. Tanggal tersebut menentukan saat mulai berlakunya penghitungan
jangka waktu perlindungan atas Desain Industri tersebut.
Pasal 11
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan terhadap
bentuk, jenis, ukuran serta hal-hal yang berkaitan dengan kualitas fisik
kelengkapan Permohonan, misalnya: lampiran gambar yang diajukan dalam
Permohonan.
Yang dimaksud dengan pemeriksaan persyaratan formalitas Permohonan
adalah pemeriksaan kelengkapan-kelengkapan yang harus dilampirkan dalam
Permohonan, misalnya: Formulir Permohonan, Gambar Desain Industri,
Uraian Desain Industri dan surat-surat lain yang berkenaan dengan
Permohonan.
Yang dimaksud dengan pemeriksaan kejelasan pengungkapan Desain Industri
adalah

pemeriksaan

menyangkut

lingkup

desain

yang

dimohonkan

pendaftarannya, termasuk kriteria Desain Industri sebagaimana diatur dalam
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang, kesatuan Permohonan yang diatur dalam
Pasal 13 Undang-Undang dan desain tersebut tidak bertentangan dengan Pasal
4 Undang-Undang.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Tanda pengiriman dibuktikan dengan cap pos, dokumen pengiriman atau
bukti pengiriman lainnya.
Ayat (4) ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 8 -

Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Ketentuan yang berlaku dalam klasifikasi antara lain adalah mengikuti
klasifikasi internasional yang sesuai dengan Klasifikasi Locarno (Locarno

Agreement) yang berlaku.
Pasal 13
Ayat (1)
Dalam hal ini, jika diketahui bahwa suatu Permohonan Desain Industri tidak
sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang, terhadap Permohonan tersebut
harus dilakukan pemecahan, dimana Permohonan hasil pemecahan tersebut
memiliki Tanggal Penerimaan Permohonan yang sama untuk setiap
pecahannya. Apabila Pemohon tidak menanggapi pemberitahuan ini, maka
yang akan didaftar adalah desain yang paling dominan.
Ayat (2) …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 9 -

Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “diumumkan” adalah dipermaklumkan kepada
masyarakat melalui media Berita Resmi Desain Industri, kemudian hari,
pengumuman dapat pula dilakukan melalui media lain.
Yang dimaksud dengan “Sarana Khusus” antara lain: papan pengumuman,
jurnal, internet, dan sarana lainnya yang memungkinkan untuk memuat suatu
pengumuman.
Untuk tujuan pengumuman, Direktorat Jenderal melakukan klasifikasi dan
memeriksa hal-hal yang dianggap tidak jelas atau tidak patut jika Permohonan
tersebut diumumkan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 17 …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 10 -

Pasal 17
Ayat (1)
Apabila

dalam

pengumuman

suatu

Permohonan

Desain

Industri

dikhawatirkan akan menyebabkan keresahan dalam masyarakat, maka
pengumuman atas suatu Permohonan dapat dilakukan tanpa mencantumkan
gambar atau foto dari Desain Industri tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada Pemohon yang
menganggap perlu penundaan tersebut demi kepentingannya.
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud “memperluas lingkup Permohonan Desain Industri” adalah
memperluas penampakan-penampakan (appeareance) yang dimintakan
perlindungan terhadap Permohonan Desain Industri yang diajukan semula.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas

Ayat (4) …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 11 -

Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 21
Yang dimaksud “belum mendapat keputusan” adalah Permohonan yang belum
terdaftar dalam Daftar Umum Desain Industri.
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pemeriksaan substantif” adalah pemeriksaan
terhadap Permohonan berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-Undang untuk
menentukan aspek kebaruan Desain Industri yang dimohonkan dan
memastikan bahwa Permohonan tersebut tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau
kesusilaan.
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Sebagai contoh, apabila memuat hal-hal yang telah dilindungi oleh suatu
peraturan perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual
untuk Pemohon yang berbeda, Direktorat Jenderal dapat menolak
Permohonan tersebut, diantaranya meliputi suatu lukisan atau karya seni
lainnya di bidang Hak Cipta, misalnya karya arsitektur, pola pakaian,
tampilan pada layar komputer, sketsa atau gambar rencana dan lain-lain.
Sedangkan …

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA
- 12 -

Sedangkan di bidang paten misalnya, suatu produk yang semata-mata
memiliki fungsi/kegunaan, sebagai contoh: kait atau paku yang
bentuknya sudah tetap dan lain-lainnya. Untuk bidang merek, misalnya
suatu logo untuk membedakan barang sejenis dan lain-lainnya.
Selain itu, terhadap Permohonan yang memuat sesuatu yang berkaitan
dengan pemilikan umum atau pemilikan oleh negara atas suatu Desain
Industri, Direktorat Jenderal dapat menolak Permohonan tersebut.
Sebagai contoh “pemilikan umum” misalnya hasil kerajinan atau karya
seni tradisional dan lain-lain. Sedangkan contoh “pemilikan oleh negara”
adalah lambang negara atau publik, bendera negara atau publik, simbol
keagamaan atau kepercayaan atau adat istiadat.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (2)

Dokumen yang terkait

Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara)

0 37 186

Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 (Studi...

0 18 5

Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000

0 24 2

ANALISA KASUS PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK DESAIN INDUSTRI PENGGARIS NOMOR ID 0 004 475 MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000.

0 0 10

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENDESAIN YANG TIDAK MELAKUKAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI DIHUBUNGKAN DENGAN PRODUK FAST MOVING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI.

0 1 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK HAK DESAIN INDUSTRI PAKAIAN TERKAIT PENGGUNAAN DESAIN INDUSTRI TANPA PERJANJIAN LISENSI OLEH PRODUSEN PAKAIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTAN.

0 0 1

A. Pendahuluan - TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGGUNAAN KESAN ESTETIS TERHADAP PERLINDUNGAN SUATU DESAIN INDUSTRI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

0 0 14

1 BAB I PENDAHULUAN - Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak desain dalam bidang industri handphone ditinjau dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 23

B. Latar Belakang Pendidikan - Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak desain dalam bidang industri handphone ditinjau dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 22

ANALISIS YURIDIS UNSUR KEBARUAN DALAM MEMPEROLEH HAK DESAIN INDUSTRI BERDASAR UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI - UNS Institutional Repository

0 0 10