Berdasarkan uraian diatas menjelaskan bahwa gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan dan kelincahan
merupakan salah satu tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun yang tertulis dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia nomor 58 Tahun 2009 sedangkan menurut Jamaris 2006:6 pada usia tersebut gerakan tubuh secara terkoordinasi merupakan bagian
yang perlu ditekankan dalam mengembangkan kemampuan fisik motorik kasar anak yang dikategorikan kedalam tiga gerakan yaitu gerakan
lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif.
2.2.4 Kemampuan Gerakan Terkoordinasi Anak Usia Dini
Menurut Jamaris 2006:10 Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun
motorik halus. Koordinasi diartikan sebagai kemampuan pelaksanaan untuk mengintegrasikan jenis gerakan kebentuk yang lebih kompleks
Decaprio, 2013:51. Disamping itu kemampuan koordinasi motorik kasar juga
mencakup ketahanan,
kecepatan, kelenturan,
ketangkasan, keseimbangan, dan kekuatan Jamaris, 2006:13.
Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Seiring dengan kematangan dan pengalaman anak,
kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik menjadi koordinasi secara baik
Malina dalam Jamaris, 2006:10 mengemukakan bahwa ada 5 prinsip utama perkembangan motorik yaitu kematangan, urutan, motivasi,
pengalaman dan latihan atau praktik. 1.
Kematangan Saraf
Pada waktu dilahikan, anak hanya memiliki otat seberat 25 dari berat otak orang dewasa. Syaraf-syaraf yang ada dipusat susunan
saraf belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya dalam mengontrol gerakan motorik. Sejalan dengan perkembangan
fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neorological maturation
kematangan neurologis. Kematangan secara neurologis ini merupakan hal yang penting dan berpengaruh pada kemampuan
anak dalam mengontrol gerakan motoriknya.
Pada waktu 5 tahun, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimulasi
berbagai kegiatan motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan,
berlari, melompat, dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontol kegiatan motorik
halus, diantaranya mengguankan jari-jari tangan untik menyusun puzzle, memegang gunting atau memgang pensil. Pada waktu yang
bersamaan, persepsi visual motorik anak juga ikut berkembang