Sistem Sirkulasi Udara Pada Ruangan Dengan Kipas Otomatis Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535

(1)

Harist Fadhilah Nst : Sistem Sirkulasi Udara Pada Ruangan Dengan Kipas Otomatis Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535, 2009.

SISTEM SIRKULASI UDARA PADA RUANGAN DENGAN

KIPAS OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER

ATMEGA 8535

LAPORAN TUGAS AKHIR

HARIST FADHILAH NST. 062408079

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Harist Fadhilah Nst : Sistem Sirkulasi Udara Pada Ruangan Dengan Kipas Otomatis Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535, 2009.

SISTEM SIRKULASI UDARA PADA RUANGAN DENGAN KIPAS OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER

ATMEGA 8535

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

HARIST FADHILAH NST. 062408079

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Harist Fadhilah Nst : Sistem Sirkulasi Udara Pada Ruangan Dengan Kipas Otomatis Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535, 2009.

PERSETUJUAN

Judul : SISTEM SIRKULASI UDARA PADA RUANGAN

DENGAN KIPAS OTOMATIS BERBASIS

MIKROKONTROLER ATMEGA 8535.

Kategori : LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama : HARIST FADHILAH NST.

Nomor Induk Mahasiswa : 062408079

Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ( FMIPA USU )

Diluluskan di Medan, Juli 2009

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua Pembimbing

( Drs. Syahrul Humaidi M.sc ) ( Tua Raja Simbolon, S.Si, M.Si )


(4)

Harist Fadhilah Nst : Sistem Sirkulasi Udara Pada Ruangan Dengan Kipas Otomatis Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535, 2009.

PERNYATAAN

SISTEM SIRKULASI UDARA PADA RUANGAN DENGAN KIPAS OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER

ATMEGA 8535

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2009

HARIST FADHILAH NST. 062408079


(5)

iv

PENGHARGAAN

Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan laporan proyek ini. Sholawat beriring salam kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Laporan Proyek ini Berjudul SISTEM SIRKULASI UDARA PADA RUANGAN OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535. Meskipun penulis banyak menemui hambatan dan rintangan dengan usaha maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Atas bantuan dari motivasi yang diberikan, maka penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada : Bapak Tua Raja Simbolon, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing, Bapak DR. Edi Marlianto, Msc selaku dekan FMIPA USU, Bapak Drs. Syahrul Humaidi M.sc selaku ketua jurusan program studi Fisika Instrumentasi. Seluruh dosen-dosen yang memberikan ilmu pengetahuan selama diperkuliahan, yang membukakan cakrawala dalam berfikir serta pegawai tata usaha yang memperlancar proses belajar mengajar. Rekan-rekan selama mengikuti perkuliahan di Fisika Instrumentasi. Terima kasih atas motivasi, kritik dan sarannya terhadap laporan proyek ini. Akhirnya terima kasih Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan didikan serta dorongan semangat yang besar bagi penulis. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan proyek ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap saran maupun kritikan dalam sebuah diskusi yang membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


(6)

ABSTRAK

LM35 masih banyak terdapat pada rangkaian – rangkaian elektronika sebagai system pengukur suhu, khususnya dalam simulasi Kipas ruangan otomatis berbasis mikrokontroler ATmega 8535 yang diangkat sebagai kajian dalam Tugas Akhir ini, dimana LM35 digunakan sebagai Pendeteksi suhu. Untuk membuat suatu pengukur suhu ini bekerja perlu dihubungkan secara langsung ke mikro ATmega 8535 pada port A sebab pada port ini sudah diinisialisasikan dengan ADC sehingga tidak memerlukan IC tambahan sebagai ADC.

Suhu yang dideteksi oleh LM35 akan langsung diteruskan ke mikrokontroler yang nantinya akan diolah. Keluaran IC ini terhubung dengan LCD 16 X 2 yang berguna sebagai penampil data suhu yang ditangkap oleh LM35. Alat ini mampu menampilkan data berupa huruf atau juga berupa angka sesuai dengan program.

LM35 adalah piranti semikonduktor yang dirancang untuk digunakan sebagai pengukur suhu dengan jangkauan pengukuran -55° sampai 150°. LM35 akan mengeluarkan tegangan 10.0 mV/°C dengan akurasi ± ¼ ° pada temperatur ruangan. Dapat bekerja dengan tegangan masukan sebesar 4 sampai 30 Volt.

Optocoupler merupakan penggabungan LED dengan fotodioda dalam satu kemasan. Optocoupler mempunyai LED pada sisi masukan dan fotodioda pada sisi keluaran. Optocoupler dalam rangkaian ini bekerja sebagai sensor kecepatan kipas. Kecepatan putaran kipas akan menjadi masukan bagi Optocoupler dan nanti keluarannya akan diteruskan ke mikro, selanjutnya akan diolah agar siap untuk ditampilkan ke LCD yang telah terhubung sebelumnya.


(7)

vi

Daftar isi

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Daftar isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar gambar ix

BAB 1 Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1 1.2Rumusan Masalah 2 1.3Tujuan Penulisan 2 1.4Batasan Masalah 3 1.5Sistematika Penulisan 3 BAB 2 Tinjauan Pustaka 5 2.1 Mikrokontroler ATMEGA8535 5 2.1.1 Gambaran Umum 5 2.1.2 Konstruksi ATMEGA8535 7 2.1.3 Fungsi Pin-Pin pada Mikrokontroler AVR 9 2.2 Komponen-Komponen Pendukung 13 2.2.1 Relay 13

2.2.2 Kristal 15 2.2.3 Transistor 16 2.3 Sensor LM35 18

2.4 Optocoupler 21 2.5 Modul LCD (Liquid Crystal Display) M1632 23 2.5.1 Struktur Memori LCD 23 2.6 Kipas DC 24 2.7 Software Pemprograman 25 2.7.1 Bahasa BASIC Menggunakan BASCOM-8051 25

2.7.1.1 Karakter dalam BASCOM 26

2.7.1.2 Tipe Data 26

2.7.1.3 Variabel 27

2.7.1.4 Alias 28

2.7.1.5 Konstanta 29

2.7.1.6 Array 29


(8)

2.9 Aplikasi BASCOM dengan LCD 32

BAB 3 Rancangan Sistem 35

3.1 Diagram Blok Rangkaian 35 3.2 Rangkaian Mikrokontroler Atmega8535 36 3.3 Perancangan Power Supply 38 3.4 Rangkaian Pengendali Kipas 39 3.5 Sensor Suhu LM35 40 3.6 Rangkaian Optocoupler 41 3.7 Rangkaian LCD 42 BAB 4 Pengujian dan Pembahasan Sistem 43

4.1 Diagram Alir 43

4.2 Pengujian Program Pembacaan Suhu LM35 44

4.3 Pengujian Optocoupler 47

4.4 Program 48

4.4.1 Program Pada Sensor Suhu 48 4.4.2 Program pada Optocoupler 50

4.5 Penjelasan Program 50

4.5.1 Pada Sensor Suhu 50

4.5.2 Pada Optocoupler 53

4.6 Pengujian Download Program ke Sistem Minimum 54 4.7 Pengujian Rangkaian Power Supply 54 4.8 Pengujian Rangkaian Driver Kipas 54

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 56

5.1 Kesimpulan 56

5.2 Saran 56

Daftar Pustaka 58

LAMPIRAN

Gambar Rangkaian Sistem Sirkulasi Udara Pada Ruangan Dengan Kipas Otomatis Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535


(9)

viii

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Port B 11

Tabel 2.2 Port D 12

Tabel 2.3 Karakter spesial 26

Tabel 2.4 Tipe Data BASCOM 27

Tabel 2.5 Operasi relasi 31


(10)

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Peta Memory Atmega8535 (AVR) 8

Gambar 2.2 IC Mikrokontroler Atmega8535 (AVR) 9

Gambar 2.3 Bentuk Relay 14

Gambar 2.4 Bentuk dan lambang kristal 15

Gambar 2.5 Macam-macam bentuk transistor 16

Gambar 2.6 Simbol transistor NPN dan PNP 17

Gambar 2.7 LM35 basic temperature sensor 18

Gambar 2.8 Rangkaian pengukur suhu 19

Gambar 2.9 Bentuk fisik LM35 20

Gambar 2.10 Bentuk receiver (photodioda) dan Transmitter (infrared) 22

Gambar 2.11 Kipas DC 25

Gambar 3.1 Diagram blok rangkaian kipas ventilasi otomatis 35

Gambar 3.2 Rangkaian mikrokontroler Atmega8535 37

Gambar 3.3 Rangkaian power supply 38

Gambar 3.4 Rangkaian Pengendali kipas 39

Gambar 3.5 Koneksi LM35 40

Gambar 3.6 Rangkaian Optocoupler 41

Gambar 3.7 Rangkaian skematik konektor yang dihubungkan dari LCD

Ke mikrokontroler 42

Gambar 4.1 Diagram alir rangkaian kipas ventilasi otomatis 43 Gambar 4.2 Posisi pemasangan kipas otomatis pada ruangan 44 Gambar 4.3 Sensor LM35 dihubungkan ke port A.0 46


(11)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kurun waktu singkat perkembangan teknologi melaju dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi ini merupakan hasil kerja keras dari rasa ingin tahu manusia terhadap suatu hal yang pada akhirnya diharapkan akan mempermudah manusia. Dengan pesatnya laju perkembangan teknologi tersebut banyak bermunculan alat-alat yang canggih yang dapat bekerja secara otomatis.

Pemaparan matahari secara terus-menerus dapat menyebabkan kenaikan suhu dan temperatur. Apabila hal ini terjadi pada suatu ruangan yang memiliki ventilasi yang buruk, dapat menyebabkan ruangan akan cepat panas dan akan terasa pengap.Ventilasi berfungsi sebagai tempat sirkulasi atau pertukaran antar udara panas dengan udara yang sejuk.Sehingga penting bagi perumahan terutama pabrik untuk memakai sistem ventilasi pada ruangannya.

Kenaikan suhu tidak saja dikarenakan pemaparan sinar matahari, dapat juga berasal dari objek panas yang berada di dalam ruangan tersebut. Apalagi seperti yang kita ketahui kalau mesin-mesin pabrik juga termasuk penghasil panas terbesar di dalam pabrik itu sendiri.


(12)

Kalau kita teliti lagi, untuk membuat udara di dalam ruangan menjadi lebih sejuk adalah dengan mengatur sirkulasi udara pada ruangan tersebut. Bila udara dari luar dan dalam ruangan dapat diatur keluar masuknya maka udara di dalam ruangan akan terasa tidak pengap. Dalam bidang perumahan, perlahan-lahan peralatan-peralatan pengatur udara manual mulai digantikan dengan peralatan elektronik yang dapat bekerja secara otomatis. Khususnya untuk mengatur sirkulasi udara. Awalnya pengaktifan alat berdasarkan kebutuhan dilakukan oleh manusia. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dibidang elektronika, tugas manusia ini sudah dapat digantikan alat bantu tertentu yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengaktifkan kipas ventilasi tersebut.

.

1.2. Rumusan Masalah

Mengacu pada hal diatas, pada tugas akhir ini saya akan merancang alat Kipas Otomatis dengan menggunakan mikrokontroler ATMEGA 8535 (AVR).

Kipas akan berfungsi disaat suhu tertentu yang telah diprogram sebelumnya. Mikrokontroler berfungsi untuk mengolah data yang didapatkan oleh sensor suhu (LM 35) . Kipas akan bekerja ketika suhu melebihi dari yang telah diprogram. Dan kecepatan putaran kipas akan ditentukan oleh besar suhu, bila suhu meningkat maka putaran kipas akan semakin cepat pula. Besar suhu dan kecepatan kipas akan ditampilkan.


(13)

3

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dilakukan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan mikrokontroller sebagai alat pengolah data yang diberikan oleh LM35.

2. Memanfaatkan relay untuk mengaktifkan kipas.

3. Memanfaatkan Optocoupler sebagai pengatur kecepatan kipas serta dapat menampilkannya pada LCD.

4. Merancang peletakan kipas pada suatu ruangan.

1.4 Batasan Masalah

Mengacu pada hal diatas, saya akan merancang alat Kipas Otomatis dengan menggunakan mikrokontroler ATmega8535, dengan batasan-batasan sebagai berikut :

1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis ATmega 8535. 2. LM 35 digunakan untuk input yang akan diterima mikrokontroler. 3. Untuk mengaktifkan kipas dipakai driver relay.

4. Optocoupler sebagai sensor pengukur kecepatan kipas. 5. LCD sebagai penampil suhu dan kecepatan kipas.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat Kipas Otomatis berbasis mikrokontroler ATmega 8535, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut:


(14)

BAB 1. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB 2. LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler ATmega 8535 (hardware dan software), bahasa program yang digunakan. serta karekteristik dari komponen-komponen pendukung.

BAB 3. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler ATmega 8535.

BAB 4. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktipkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler ATmega 8535.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.


(15)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikrokontroler ATMEGA8535

2.1.1 Gambaran Umum

Mikrokontrol, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih canggih.

Ilustrasi yang mungkin bisa memberikan gambaran yang jelas dalam penggunaan mikrokontroler adalah aplikasi mesin tiket dalam arena permainan yang saat ini terkenal di Indonesia. Jika kita sudah selesai bermain, maka akan diberikan suatu nilai, nilai inilah yang menentukan berapa jumlah tiket yang bisa diperoleh dan jika dikumpulkan dapat ditukar dengan berbagai macam hadiah. Sistem tiket ini ditangani dengan mikrokontroler, karena tidak mungkin menggunakan komputer PC yang harus dipasang disamping (atau di belakang) mesin permainan yang bersangkutan.


(16)

Selain sistem tiket, kita juga dapat menjumpai aplikasi mikrokontroler dalam bidang pengukuran jarak jauh atau yang dikenal dengan sistem telemetri. Misalnya pengukuran disuatu tempat yang membahayakan manusia, maka akan lebih nyaman jika dipasang suatu sistem pengukuran yang bisa mengirimkan data lewat pemancar dan diterima oleh stasiun pengamatan dari jarak yang cukup aman dari sumbernya. Sistem pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu sistem akuisisi data sekaligus sistem pengiriman data secara serial (melalui pemancar), yang semuanya itu bisa diperoleh dari mikrokontroler yang digunakan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin antar muka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.


(17)

7

2.1.2 Konstruksi ATMEGA8535

Sistem minimum (sismin) mikrokontroler adalah rangkaian elektronik minimum yang diperlukan untuk beroperasinya IC mikrokontroler. Sismin ini kemudian bisa dihubungkan dengan rangkaian lain untuk menjalankan fungsi tertentu. Di keluarga mikrokontroler AVR, seri 8535 merupakan seri yang sangat banyak digunakan.

Untuk membuat rangkaian sismin Atmel AVR 8535 diperlukan beberapa komponen yaitu:

a) IC mikrokontroler AT mega8535. b) Satu XTAL16 Mhz.

c) Tiga kapasitor kertas yaitu dua 30 pF (C2 dan C3) serta 100 nF (C4). d) Dua resistor yaitu 100 ohm (R1) dan 10K ohm (R3).

Selain itu tentunya diperlukan power supply yang bisa memberikan tegangan 5 V DC.

Rangkaian sistem minimum ini sudah siap untuk menerima sinyal analog (fasilitas ADC) di port A.

Mikrokontroler AVR sudah menggunakan konsep arsitektur Harvard yang memisahkan memori dan bus untuk data dan program, serta sudah menerapkan single level pipelining. Selain itu mikrokontroler AVR juga mengimplementasikan RISC (Reduced Instruction Set Computing) sehingga eksekusi instruksi dapat berlangsung sangat cepat dan efisien.


(18)

ATmega8535 banyak digunakan untuk sistem yang kompleks, memiliki input sinyal analog, dan membutuhkan memori yang relatif lebih besar. Berikut adalah feature-feature mikrokontroler seri ATmega8535.

a) Memori Flash 8 Kbytes untuk program b) Memori EEPROM 512 bytes untuk data c) Memori SRAM 512 bytes untuk data d) Maksimal 32 pin I/O

e) Memiliki 20 interrupt

f) Satu 16-bit timer dan dua 8-bit timer g) Memiliki 8 channel ADC 10 bit

h) Komunikasi serial melalui SPI dan USART i) Analog komparator

j) Terdapat 4 I/O PWM

k) Fasilitas In System Programming (ISP)


(19)

9

Harist Fadhilah Nst : Sistem Sirkulasi Udara Pada Ruangan Dengan Kipas Otomatis Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535, 2009.

IC mikrokontroler dikemas (packaging) dalam bentuk yang berbeda. Namun pada dasarnya fungsi kaki yang ada pada IC memiliki persamaan. Gambar salah satu bentuk IC seri mikrokontroler AVR ATmega8535 dapat dilihat berikut.

Gambar 2. 2 IC Mikrokontroler ATMEGA 8535 (AVR)

2.1.3 Fungsi Pin-Pin pada Mikrokontroler AVR

Berikut adalah penjelasan fungsi tiap kaki.

A. Port A .

Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port A dapat memberi arus 20


(20)

Harist Fadhilah Nst : Sistem Sirkulasi Udara Pada Ruangan Dengan Kipas Otomatis Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535, 2009.

mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port A (DDRA) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port A digunakan. Bit-bit DDRA diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port A yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, kedelapan

pin port A juga digunakan untuk masukan sinyal analog bagi A/D converter.

B. Port B .

Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port B dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port B (DDRB) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port B digunakan. Bit-bit DDRB diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port B yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Pin-pin port B juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut.

Port Pin Fungsi Khusus

PB0 T0 = timer/counter 0 external counter input PB1 T1 = timer/counter 0 external counter input PB2 AIN0 = analog comparator positive input PB3 AIN1 = analog comparator negative input PB4 SS = SPI slave select input

PB5 MOSI = SPI bus master output / slave input PB6 MISO = SPI bus master input / slave output


(21)

11

PB7 SCK = SPI bus serial clock

Tabel 2.1. Port B

C. PortC

Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port C dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port C (DDRC) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port C digunakan. Bit-bit DDRC diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port C yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, dua pin port C (PC6 dan PC7) juga memiliki fungsi alternatif sebagai oscillator untuk timer/counter2.

D. PortD

Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port D dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port D (DDRD) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port D digunakan. Bit-bit DDRD diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port D yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut.

Port Pin Fungsi Khusus


(22)

PD1 TDX (UART output line)

PD2 INT0 ( external interrupt 0 input ) PD3 INT1 ( external interrupt 1 input )

PD4 OC1B (Timer/Counter1 output compareB match output) PD5 OC1A (Timer/Counter1 output compareA match output) PD6 ICP (Timer/Counter1 input capture pin)

PD7 OC2 (Timer/Counter2 output compare match output)

Tabel 2.2 Port D

E. RESET

RST pada pin 9 merupakan reset dari AVR. Jika pada pin ini diberi masukan low

selama minimal 2 machine cycle maka system akan di-reset. .

F. XTAL1

XTAL1 adalah masukan ke inverting oscillator amplifier dan input ke internal clock operating circuit. .

G. XTAL2

XTAL2 adalah output dari inverting oscillator amplifier.

H. AVcc

Avcc adalah kaki masukan tegangan bagi A/D Converter. Kaki ini harus secara eksternal terhubung ke Vcc melalui lowpass filter. .


(23)

13

I. AREF

AREF adalah kaki masukan referensi bagi A/D Converter. Untuk operasionalisasi ADC, suatu level tegangan antara AGND dan Avcc harus dibeikan ke kaki ini.

J. AGND

AGND adalah kaki untuk analog ground. Hubungkan kaki ini ke GND, kecuali jika board memiliki anlaog ground yang terpisah.

2.2 Komponen-Komponen Pendukung

2.2.1 Relay

Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relai merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka.Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda pada


(24)

tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.

Gambar 2.3 Bentuk Relay

Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body relay. Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman.Relay jenis lain ada yang namanya reedswitch atau relay lidi. Relay jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang dililit dengan kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar yang on. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali terbuka (off).


(25)

15

2.2.2 Kristal

Dalam pesawat radio, kristal banyak digunakan pada pembangkit frekuensi tinggi (osilator) agar frekuensi osilator dapat dipertahankan stabil, disamping frekuensi yang stabil, suatu osilator kristal mempunyai bandwidth yang sangat sempit. Kristal yang dipakai dalam pesawat radio kebanyakan adalah sekeping potongan kristal quartz. Frekuensi resonansinya tergantung pada ketebalan kepingannya, misalnya untuk 7 MHz ketebalannya sekitar 0.9 MM.

Gambar 2.4 Bentuk dan lambang Kristal

Kristal juga mempunyai stabilitas suhu yang sangat bagus. Lazimnya, nilai koefisien suhu kristal berada dikisaran ±50ppm direntangan suhu operasi normal dari -20°C sampai dengan +70°C. Bila dibandingkan dengan koefisien suhu kapasitor yang bisa mencapai beberapa persen. Untuk aplikasi yang menuntut stabilitas suhu yang lebih tinggi, kristal dapat dioperasikan didalam oven kecil yang dijaga agar suhunya selalu konstan. Dari sudut pandang bidang elektronika, tata kerja kristal dapat diilustrasikan melalui rangkaian ekuivalen yang terdiri dari dua kapasitor, satu induktor dan satu resistor.


(26)

2.2.3 Transistor

Gambar 2.5 Macam-macam bentuk Transistor

Komponen semikonduktor selanjutnya adalah transistor, komponen ini boleh dikata termasuk komponen yang susunannya sederhana bila dibandingkan dengan Integrated Circuit.

Pada prinsipnya, suatu transistor terdiri atas dua dioda yang disatukan. Agar transistor dapat bekerja, kepada kaki - kakinya diberikan tegangan, tegangan ini dinamakan bias voltage. Basis emitor diberikan forward voltage, sedangkan hubungan basis kolektor diberikan reverse voltage. Sifat transistor adalah bahwa antara kolektor dan emitor akan ada arus (transistor akan menghantar) bila ada arus basis. Makin besar arus basis makin besar penghatarannya.

Berbagai bentuk transistor yang terjual di pasaran, bahan selubung kemasannya juga ada berbagai macam misalnya selubung logam, keramik dan ada yang berselubung polyester. Transistor pada umumnya mempunyai tiga kaki, kaki


(27)

17

pertama disebut basis, kaki berikutnya dinamakan kolektor dan kaki yang ketiga disebut emitor.

Gambar 2.6 Simbol transistor NPN dan PNP

Suatu arus listrik yang kecil pada basis akan menimbulkan arus yang jauh lebih besar diantara kolektor dan emitornya, maka dari itu transistor digunakan untuk memperkuat arus (amplifier).

Terdapat dua jenis transistor ialah jenis NPN dan jenis PNP. Pada transistor jenis NPN tegangan basis dan kolektornya positif terhadap emitor, sedangkan pada transistor PNP tegangan basis dan kolektornya negatif terhadap tegangan emitor.

Transistor dapat dipergunakan antara lain untuk: 1. Penguat arus, tegangan dan daya (AC dan DC) 2. Penyearah

3. Mixer 4. Osilator 5. Switch


(28)

2.3Sensor LM 35

Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat dikalibrasikan langsung dalam , LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperatur sensor seperti pada gambar di bawah.

Gambar 2.7 LM 35 basic temperature sensor

IC LM 35 sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear berpadanan dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1° C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.

IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature ruang. Jangka sensor mulai dari 0° C sampai dengan 100° C, IC LM35 penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indikator tampilan catu daya terbelah.


(29)

19

Gambar 2.8 Rangkaian pengukur suhu

LM 35 ialah sensor temperatur paling banyak digunakan untuk praktek, karena selain harganya cukup murah, linearitasnya juga lumayan bagus. LM35 tidak membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi ± ¼ °C pada temperatur ruangan dan ± ¾ °C pada kisaran -55 °C to +150 °C. LM35 dimaksudkan untuk beroperasi pada -55 °C hingga +150 °C, sedangkan LM35C pada -40 °C hingga +110 °C, dan LM35D pada kisran 0-100°C. LM35D juga tersedia pada paket 8 kaki dan paket TO-220. Sensor LM35 umunya akan naik sebesar 10mV setiap kenaikan 1°C (300mV pada 30 °C).

Gambar 2. 9 Bentuk Fisik LM 35

Sangat banyak alasan kenapa LM35 menjadi banyak digunakan dalam suatu rangkaian, karena selain harganya cukup murah juga kinerja dalam menge-sense suhu yang lumayan bagus. Sensor LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektri tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa


(30)

setiap kenaikan 1°C tegangan keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran sensor adalah 1,5V pada suhu 150°C.

LM35 memiliki kelebihan – kelebihan sebagai berikut: Dapat dikalibrasi langsung dalam celsius

a) Memiliki faktor skala linear + 10.0 mV/°C b) Memiliki ketepatan 0,5°C pada suhu 25°C

c) Jangkauan maksimal suhu antara -55°C sampai 150°C d) Cocok untuk aplikasi jarak jauh

e) Harganya cukup murah

f) Bekerja pada tegangan catu daya 4 sampai 20Volt g) Memiliki arus drain kurang dari 60 uAmp

h) Pemanasan sendiri yang lambat ( low self-heating) i) 0,08˚C diudara diam

j) Ketidak linearanya hanya sekitar ±¼°C

k) Memiliki Impedansi keluaran yang sangat kecil yaitu 0,1 watt untuk beban 1 mAmp.

Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat yang tegangan keluarannya linear dalam satuan celcius. Jadi LM35 memilik kelebihan dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan kelvin, karena tidak memerlukan pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya untuk mendapatkan nilai dalam satuan celcius yang tepat. LM35 memiliki impedansi keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian membuat proses interface untuk membaca atau mengontrol sirkuit lebih mudah. Pin V+ dari LM35 dihubungkan kecatu daya, pin GND dihubungkan ke Ground dan pin


(31)

21

Vout- yang menghasilkan tegangan analog hasil pengindera suhu dihubungkan ke vin (+) dari mikrokontroler.

2.4 Optocoupler

Optocoupler menggabungkan LED dan fotodioda dalam satu kemasan. Pada optocoupler terdapat LED pada sisi input dan fotodioda pada sisi outputnya. Sumber tegangan sebelah kiri dan resistor seri mengatur arus melalui LED. Kemudian cahaya dari LED mengenai fotodioda, dan akan mengatur arus balik pada rangkaian output. Arus balik ini menghasilkan tegangan jepit pada resistor output. Tegangan output kemudian sama dengan output tegangan penyedia daya dikurangi tegangan pada resistor. Saat tegangan input berubah, jumlah cahaya juga berubah-ubah. Ini berarti bahwa tegangan output berubah bersama-sama dengan tegangan input. Hal inilah yang menyebabkan kombinasi LED dan fotodioda disebut dengan optocoupler. Komponen ini dapat menghubungkan isyarat input dengan rangkaian output.

Gambar 2. 10 Bentuk Receiver (Photo Dioda) dan Transmitter (Infra Red)

Keuntungan pokok optocoupler adalah terjadinya isolasi elektrik antara rangkaian input dan output. Dengan optocoupler, hanya terdapat kontak input dan


(32)

output dalam bentuk pancaran sinar. Oleh karena itu, dimungkinkan untuk mengisolasi resistansi antara dua rangkaian dalam orde ribuan megaohm. Isolasi yang seperti itu berguna dalam aplikasi tegangan tinggi dimana beda potensial dua rangkaian sampai dengan ribuan volt.

Optocoupler adalah alat yang dipakai untuk mengkopel cahaya dari sumber ke detektor tanpa hubungan kelistrikan. Optocoupler dibentuk oleh sumber cahaya yaitu LED dan detektor foto yang berupa transistor foto. Sinyal listrik (arus) pada input menjadi sinyal optik dengan menggunakan sumber cahaya yaitu LED dan sinyal optik tersebut dapat diterima detektor untuk diubah menjadi sinyal listrik kembali.

2.5 Modul LCD (Liquid Crystal Display) M1632

M1632 merupakan modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1 baris pixel terakhir adalah kursor). HD44780 ini sudah tersedia dalam Modul M1632 yang dikeluarkan oleh Hitachi, Hyundai dan modul-modul M1632 lainnya.

HD44780 sebetulnya merupakan mikrokontroler yang dirancang khusus untuk mengendalikan LCD dan mempunyai kemampuan untuk mengatur proses scanning pada layar LCD yang terbentuk oleh 16 COM dan 40 SEG sehingga mikrokontroler /perangkat yang mengakses modul LCD ini tidak perlu lagi mengatur proses scanning pada layar LCD. Mikrokontroler atau perangkat tersebut hanya mengirimkan data-data yang merupakan karakter yang akan ditampilkan pada LCD atau perintah yang mengatur proses tampilan pada LCD saja.


(33)

23

2.5.1 Struktur Memori LCD

Modul LCD M1632 memiliki beberapa jenis memori yang digunakan untuk

menyimpan atau memproses data-data yang akan ditampilkan pada layar LCD. Setiap jenis memori mempunyai fungsi-fungsi tersendiri.

a. DDRAM

DDRAM merupakan memori tempat karakter yang ditampilkan berada. Contohnya, karakter “A” atau 41h yang ditulis pada alamat 00 akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis di alamat 40h, karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD.

b. CGRAM

CGRAM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Akan tetapi isi memori akan hilang saat power supply tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang. c. CGROM

CGROM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubah lagi. Oleh karena ROM bersifat permanen, pola karakter tersebut tidak akan hilang walaupun power suplly tidak aktif


(34)

2.6 Kipas DC

Dalam kipas angin terdapat suatu motor listrik, motor listrik tersebut mengubah energi listrik menjadi energi gerak. Dalam motor listrik terdapat suatu kumparan besi pada bagian yang bergerak beserta sepasang pipih berbentuk magnet U pada bagian yang diam (Permanen). Ketika listrik mengalir pada lilitan kawat dalam kumparan besi, hal ini membuat kumparan besi menjadi sebuah magnet. Karena sifat magnet yang saling tolak menolak pada kedua kutubnya maka gaya tolak menolak magnet antara kumparan besi dan sepasang magnet tersebut membuat gaya berputar secara periodik pada kumparan besi tersebut. Oleh karena itu baling - baling kipas angin dikaitkan ke poros kumparan tersebut. Penambahan tegangan listrik pada kumparan besi dan menjadi gaya kemagnetan ditujukan untuk memperbesar hembusan angin pada kipas angin.

Gambar 2. 11 Kipas DC

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa ukuran dari kipas dini bermacam-macam dari yang berukuran 5 cm sampai 12 cm. Kipas DC ini memakai tegangan sebesar 12 Volt.


(35)

25

2.7 Software Pemrograman

2.7.1. Bahasa BASIC Menggunakan BASCOM-8051

BASCOM-8051 adalah program BASIC compiler berbasis Windows untuk mikrokontroler keluarga 8051 seperti AT89C51, AT89C2051, dan yang lainnya. BASCOM-8051 merupakan pemrograman dengan bahasa tingkat tinggi BASIC yang dikembangkan dan dikeluarkan oleh MCS Elektronik.

2.7.1.1 Karakter dalam BASCOM

Dalam program BASCOM, karakter dasarnya terdiri atas karakter alphabet (A-Z dan a-z), karakter numeric (0-9), dan karakter special (lihat tabel 2.3).

karakter Nama

Blank ‘ Apostrophe

* Asterisk (symbol perkalian) + Plus sign

, Comma

- Minus sign

. Period (decimal point)

/ Slash (division symbol) will be handled as\ : Colon

“ Double quotation mark ; Semicolon

< Less than

= Equal sign (assignment symbol or relational operator) > Greater than


(36)

\ Backspace (integer or word division symbol)

Tabel 2.3 Karakter Spesial

2.7.1.2. Tipe Data

Setiap variabel dalam BASCOM memiliki tipe data yang menunjukkan daya tampungnya. Hal ini berhubungan dengan penggunaan memori mikrokontroler. Berikut adalah tipe data pada BASCOM berikut keterangannya.

Tipe Data Ukuran (byte) Range

Bit 1/8 -

Byte 1 0 – 255

Integer 2 -32,768 - +32,767

Word 2 0 – 65535

Long 4 -214783648 -

+2147483647

Single 4 -

String hingga 254 byte -

Tabel 2.4 Tipe data BASCOM

2.7.1.3 Variabel

Variabel dalam suatu pemrograman berfungsi sebagai tempat penyimpanan data atau penampungan data sementara, misalnya menampung hasil perhitungan, menampung data hasil pembacaan register, dan lainnya. Variabel merupakan pointer yang menunjukkan pada alamat memori fisik dan mikrokontroler.


(37)

27

Dalam BASCOM, ada beberapa aturan dalam penamaan sebuah variable: a. Nama variabel maksimum terdiri atas 32 karakter.

b. Karakter biasa berupa angka atau huruf. c. Nama variabel harus dimulai dengan huruf.

d. Variabel tidak boleh menggunakan kata-kata yang digunkan oleh BASCOM sebagai perintah, pernyataan, internal register, dan nama operator (AND, OR, DIM, dan lain-lain).

Sebelum digunakan, maka variabel harus dideklarasikan terlebih dahulu. Dalam BASCOM, ada beberapa cara untuk mendeklarasikan satu variabel. Cara pertama adalah menggunakan pernyataan ‘DIM’ diikuti nama tipe datanya. Contoh pendeklarasian menggunakan DIM sebagai berikut:

Dim nama as byte Dim tombol1 as integer Dim tombol2 as word Dim tombol3 as word Dim tombol4 as word Dim Kas as string*10

2.7.1.4 Alias

Dengan menggunakan alias, variabel yang sama dapat diberikan nama yang lain. Tujuannya adalah mempermudah proses pemrograman. Umumnya, alias digunakan untuk mengganti nama variabel yang telah baku, seperti port mikrokontroler.

LEDBAR alias P1 Tombol1 alias P0.1 Tombol2 alias P0.2


(38)

Dengan deklarasi seperti diatas, perubahan pada tombol akan mengubah kondisi P0.1. Selain mengganti nama port, kita dapat pula menggunakan alias untuk mengakses bit tertentu dari sebuah variabel yang telah dideklarasikan.

Dim LedBar as byte

Led1 as LedBar.0 Led2 as LedBar.1 Led3 as LedBar.2

2.7.1.5 Konstanta

Dalam BASCOM, selain variabel kita mengenal pula constant. Konstanta merupakan variabel pula. Perbedaannya dengan variabel biasa adalah nilai yang dikandung tetap. Dengan konstanta, kode program yang kita buat akan lebih mudah dibaca dan dapat mencegah kesalahan penulisan pada program kita. Misalnya, kita akan lebih mudah menulis phi daripada menulis 3,14159867. Sama seperti variabel, agar konstanta bias dikenali oleh program, maka harus dideklarasikan terlebih dahulu. Berikut adalah cara pendeklarasian sebuah konstanta.

Dim A As Const 5

Dim B1 As Const &B1001

Cara lain yang paling Mudah:

Const Cbyte = &HF Const Cint = -1000 Const Csingle = 1.1 Const Cstring = “test”


(39)

29

2.7.1.6 Array

Dengan array, kita bisa menggunakan sekumpulan variabel dengan nama dan tipe yang sama. Untuk mengakses variabel tertentu dalam array, kita harus menggunakan indeks. Indeks harus berupa angka dengan tipe data byte, integer, atau word. Artinya, nilai maksimum sebuah indeks sebesar 65535.

Proses pendeklarasian sebuah array hampir sama dengan variabel, namun perbedaannya kita pun mengikutkan jumlah elemennya. Berikut adalah contoh pemakaian array;

Dim kelas(10) as byte Dim c as Integer

For C = 1 To 10

a(c) = c

p1 = a(c) Next

Program diatas membuat sebuah array dengan nama ‘kelas’ yang berisi 10 elemen (1-10) dan kemudian seluruh elemennya diisikan dengan nilai c yang berurutan. Untuk membacanya, kita menggunakan indeks dimana elemen disimpan. Pada program diatas, elemen-elemen arraynya dikeluarkan ke Port 1 dari mikrokontroler.


(40)

Pada bagian ini akan dibahas tentang cara menggabungkan, memodifikasi, membandingkan, atau mendapatkan informasi tentang sebuah pernyataan dengan menggunakan operator-operator yang tersedia di BASCOM dan bagaimana sebuah pernyataan terbentuk dan dihasilkan dari operator-operator berikut:

a. Operator Aritmatika

Operator digunakan dalam perhitungan. Operator aritmatika meliputi + (tambah), - (kurang), / (bagi), dan * (kali).

b. Operator Relasi

Operator berfungsi membandingkan nilai sebuah angka. Hasilnya dapat digunakan untuk membuat keputusan sesuai dengan program yang kita buat. Operator relasi meliput i:

Operator Relasi Pernyataan

= Sama dengan X = Y

<> Tidak sama dengan X <> Y

< Lebih kecil dari X < Y

> Lebih besar dari X > Y

<= Lebih kecil atau sama dengan X <= Y >= Lebih besar atau sama dengan X >= Y


(41)

31

c. Operator Logika

Operator digunakan untuk menguji sebuah kondisi atau memanipulasi bit dan operasi bolean. Dalam BASCOM, ada empat buah operator logika, yaitu AND, OR, NOT, dan XOR.

Operator logika bias pula digunakan untuk menguji sebuah byte dengan pola bit tertentu, sebagai contoh:

Dim A As Byte

A = 63 And 19 PPRINT A A = 10 or 9

PRTINT A Output

16 11

d. Operator Fungsi

Operasi fungsi digunakan untuk melengkapi operator yang sederhana.

2.9 Aplikasi BASCOM dengan LCD

Satu kelebihan yang dimiliki oleh compiler BASCOM adalah program yang menyediakan rutin-rutin khusus untuk menampilkan karakter menggunakan LCD. Bahkan, kita pun dapat membuat karakter special dengan fasilitas LCD designer.

Antar muka antara LCD dengan AT89S52 menggunakan mode antarmuka 4 bit. Selain lebih menghemat I/O, mode demikianpun mempermudah proses pembuatan


(42)

PCB-nya. Program berikut akan menjalankan beberapa perintah yang berkenaan dengan LCD.

$regfile = “8052.dat” $crystal = 8000000 dim x as byte config LCD = 16*2

Cursor off

do

X = 100

Cls

Lcd “namaku harist” Lowerline

Lcd “fisika instrument”; x Wait 1

Cls

Lcd “<<<< keren >>>>” For x=1 to 16

Shiftlcd left

next

For x=1 to 32 Shiftlcd right Waitms 200 next

x = 79

cls

lcd hex x

loop

Penjelasan programnya sebagai berikut:

a. Dim x As Byte

Pernyataan di atas merupakan pendeklarasian variable x dengan ukuran byte.

b. Config LCD = 16*2

Oleh karena itu, konfigurasi yang dapat kita lakukan adalah mendeklarasikannya dilisting program yang kita buat seperti dikontrolkan di atas.

c. CLS

Perintah CLS berfungsi membersihkan atau mengosongkan tampilan LCD.


(43)

33

Perintah berfungsi memindahkan kursor ke baris bawah. Karena LCD yang digunakan adalah LCD 2x16, maka LCD memiliki 2 baris dan kolom.

e. X = 79

Lcd “namaku Harist” Lowerline

Lcd “Fisika Instrument”; x

Ketika kita menjalankan perintah di atas, maka keluarannya adalah: Namaku Harist

Fisika Instrument 79

Contoh di atas menunjukkan bahwa kita dapat menampilkan isi sebuah variabel menggunakan LCD hanya dengan menulis:

f. ShiftLCD left/right

a.Perintah digunakan untuk menggeser tampilan LCD ke kiri atau ke kanan sebanyak 1 langkah. Perintah berguna untuk menampilkan kalimat yang panjang dan mebuat animasi di LCD.

b. Lcdhex x

Perintah berfungsi mengirim isi sebuah variabel ke LCD dalam format hexadecimal.


(44)

BAB 3

RANCANGAN SISTEM

3.1 Diagram Blok Rangkaian

Secara umum alat ini terdiri dari sembilan blok rangkaian utama. Blok diagram dari rangkaian dapat dilihat dari gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Diagram blok rangkaian kipas ventilasi otomatis

LM 35

uC Atmega 8535 (a)

Driver kipas

Kipas (1)

Kipas (2)

LCD 16X2

uC Atmega 8535 (b) Optocoupler

LCD 16X2


(45)

35

Berikut ini akan diperlihatkan mengenai diagram blok dari rangkaian sistem kipas sebagai ventilasi otomatis menggunakan sensor LM35. Untuk mendeteksi suhu udara digunakan sensor LM35. Output sensor berupa tegangan. Apabila suhu semakin tinggi maka tegangan output pada sensor akan semakin besar.Data output sensor berupa analog tapi berhubung pada mikrokontroler ATMEGA8535 (a) memiliki ADC tersendiri pada port A maka output sensor akan secara otomatis dapat langsung diproses. Output dari mikro akan langsung diteruskan ke driver kipas dimana fungsi dari driver kipas ini sebagai saklar otomatis, yang nantinya akan membuat kipas berputar dengan sendirinya. LCD berfungsi untuk menampilkan suhu yang ditangkap oleh LM35. Kecepatan putaran kipas akan diproses oleh optocoupler kemudian diproses ke ATmega8535 (b). Data yang diperoleh akan diteruskan ke LCD agar ditampilkan. Besar dari suhu mempengaruhi kecepatan dari putaran kipas. Semakin besar suhu maka semakin cepat putaran kipas.

3.2 Rangkaian Mikrokontroler ATmega 8535

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada. Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler ATmega 8535. Pada IC inilah semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:


(46)

Gambar 3.2 Rangkaian mikrokontroller ATmega 8535

Mikrokontroler ini memiliki 32 pin I/O, terdapat 4 port yaitu PA, PB, PC dan PD yang semuanya dapat diprogram sebagai input ataupun output. Pin I/O pada mikrokontroler AVR dapat dikonfigurasi sebagai input atau output, dengan cara mengubah isi I/O register Data Direction Register. Dan Pin 10 (VCC) dan 30 (AVCC) dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 11 dan 31 dihubungkan ke ground. Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 4 MHz atau 8 MHz


(47)

37

Vreg

LM7805CT

IN OUT

TIP32C

100ohm

100uF

330ohm 220V 50Hz 0Deg

TS_PQ4_12

2200uF 1uF

1N5392GP 1N5392GP

12 Volt

5 Volt

sebagai sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.Rangkaian sistem minimum ini sudah siap untuk menerima sinyal analog (fasilitas ADC) di port A. Yaitu yang berasal dari pin 33 sampai 40.

3.3 Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke kipas. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut ini :

Gambar 3.3 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 F. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan


(48)

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 dioda penyearah.

3.4 Rangkaian pengendali kipas

Gambar 3.4 Rangkaian Pengendali Kipas

Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang lainnya dihubungkan ke kipas. Hubungan yang digunakan adalah normally close. Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler. Pada saat logika input adalah tinggi (high), maka transistor mendapat


(49)

39

tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktif (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan kolektor akan memberikan tegangan 12 V dan langsung mengalir ke emiter, sehingga hubungan sumber tegangan 12 volt akan terhubung dan kipas akan hidup (on). Begitu juga sebaliknya pada saat input berlogika rendah (low) maka transistor tidak dialiri arus. Sehingga sumber tegangan 12 volt dengan kipas akan terputus dan kipas akan mati (off).

3.5Sensor Suhu LM35

Sensor suhu berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektris tegangan.Sensor LM35 memiliki tegangan kerja 5 Volt namun outputnya hanya antara 0,01V sampai 1,00V mengingat LM35 yang digunakan adalah tipe DZ sehingga range pengukuran hanya berkisar antara 0-100°C dengan perubahan sebesar 10mV per 1˚C. Dengan ketelitian yang dimiliki maka sensor tersebut dapat diterapkan langsung dengan mikrokontroler ATMega8535 yang memiliki ADC internal 10 bit.


(50)

3.6Rangkaian Optocoupler

Optocoupler adalah alat yang dipakai untuk mengkopel cahaya dari sumber ke detektor tanpa hubungan kelistrikan. Optocoupler dibentuk oleh sumber cahaya yaitu LED dan detektor foto yang berupa transistor foto. Sinyal listrik (arus) pada input menjadi sinyal optik dengan menggunakan sumber cahaya yaitu LED dan sinyal optik tersebut dapat diterima detektor untuk diubah menjadi sinyal listrik kembali.

Gambar 3.6 Rangkaian Optocoupler

Optocoupler ini akan bekerja setiap kali kipas menghalangi pancaran sinar infra merah menuju photo dioda. Kecepatan kipas akan memberikan data berupa 0 dan 1 yang selanjutnya akan diteruskan ke mikro untuk diolah.


(51)

41

3.7Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display)

Rangkaian skematik konektor yang dihubungkan dari LCD (liquid crystal display) ke mikrokontroler. Rangkaian ini berfungsi menampilkan suhu yang dibaca LM35, dan kecepatan putaran kipas. Rangkaian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.7 Rangkaian Skematik Konektor yang dihubungkan dari LCD ke mikrokontroler


(52)

BAB 4

PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN SISTEM

4.1 Diagram alir ( Flowchart )

Adapun diagram (flowchart) dari pemprograman adalah sebagai berikut :

Start

Deteksi suhu

Apakah suhu > 35 C ?

Kipas 1 dan 2 hidup no

yes

Tampilkan ke LCD

Deteksi kecepatan kipas

dan atur kecepatannya

Tampilkan ke LCD


(53)

43

Dan apabila digambarkan akan menjadi seperti gambar di bawah.

1

2

Gambar 4.2 posisi pemasangan kipas otomatis pada ruangan.

Program diawali dengan start yang berarti rangkaian dinyalakan, sensor LM35 akan mendeteksi suhu pada ruangan tersebut, apabila sensor mendeteksi suhu yang rendah maka program akan terus mendeteksi suhu yang ada di dalam ruangan. Jika suhu terdeteksi melebihi dari 35° C maka sensor akan mengirimkan sinyal ke mikrokontroler untuk mengaktifkan kipas. Pada rangkaian, LM35 dapat langsung dikoneksikan kedalam ADC internal dari Atmega8535.

4.2Pengujian Program Pembacaan Suhu LM35

Sensor suhu LM35 diuji dengan cara memberikan catu 5V dan memberikan pemanasan secara tidak langsung, sedangkan tegangan keluaran langsung diamati dengan voltmeter. Dari pengujian didapatkan data sebagai berikut.


(54)

Tabel 4.1 Hasil pengujian sensor LM35

Dari hasil pengujian diketahui tegangan keluaran sensor naik sebesar 50mV untuk setiap 5°C atau 10mV/°C, maka sensor telah bekerja dengan baik.

Pembacaan suhu LM35 adalah dengan membaca hasil konversi dari ADC mikrokontroler ATMega8535, konversi tersebut ialah hasil konversi tegangan output dari sensor LM35 menjadi data digital. Berikut adalah program untuk pembacaan ADC :

A = Getadc(0) B = Getadc(0) C = Getadc(0) I = A + B I = I + C Volt = I / 3 Volt = Volt * 4 Volt_d = Volt Mod 10

Pada penggalan program diatas variabel A,B dan C akan menyimpan hasil konversi dari ADC channel 0. Pengambilan dilakukan secara berurut dimulai dari A kemuadian B dan C. Setelah nilai didapat maka variabel I akan menambahkan variabel A dan B kemudian pada baris berikutnya varibel I akan menambahkan nilai I terakhir dengan C sehingga terciptalah I = A+B+C. Pada baris berikutnya Volt merupakan tegangan rata-rata yang dibaca oleh sensor LM 35. Proses selanjutnya merupakan


(55)

45

proses penanganan kesalahan (error correction yang dibaca oleh ADC). Volt_d merupakan perintah untuk mendapatkan bilangan desimal di belakang koma.

Output ke port A.0

Gambar 4.3 Sensor LM35 Dihubungkan ke Port A . 0

Metode Pulse Width (PWM) Modulation digunakan untuk mengubah kecepatan putaran kipas. PWM adalah metode yang cukup efektif untuk mengendalikan kecepatan motor kipas. PWM ini bekerja dengan cara membuat gelombang persegi yang memiliki perbandingan pulsa high terhadap pulsa low yang telah tertentu, biasanya diskalakan dari 0 hingga 100%. Gelombang persegi ini memiliki frekuensi tetap (max 10 KHz) namun lebar pulsa high dan low dalam 1 periode yang akan diatur. Perbandingan pulsa high terhadap low ini akan menentukan jumlah daya yang diberikan ke motor kipas DC.


(56)

4.3Pengujian Optocoupler

Pembacaan sensor optocoupler adalah dengan membaca hasil konversi dari ADC mikrokontroler ATMega8535, konversi tersebut ialah hasil konversi tegangan output dari photo dioda menjadi data digital. Berikut adalah program untuk pembacaan ADC: I = I + 1

If Pinb.0 = 1 Then Count = Count + 1 Goto H

Elseif Pinb.0 = 0 Then H:

Waitms 1 End If

Loop Until I = 1000 Countd = Count Mod 7 Count = Count / 7 Countm = Count * 60

Penggalan program di atas I dimaksudkan bernilai awal nol dan juga Count. Nilai I akan ditambah 1 bila input pin b.0 sama dengan 1 begitu juga dengan Count. Begitu Count mendapat logika 1 maka sensor akan terus mengambil data secara berulang sampai 1000 kali dalam tempo 1 mili second. Proses selanjutnya jumlah dari Count dibagi dengan jumlah lubang pada kipas yang berjumlah 7. untuk menampilakannya pada LCD dalam rps (Round per Second) hasil dari Count dimodulus 7 dan terakhir dibagi 7. Dan untuk rpm (Round per Minute) hasil dari Count langsung dikali 60. Count Mod 7 merupakan perintah untuk mendapatkan bilangan desimal di belakang koma.

4.4Program

4.4.1 Program pada Sensor Suhu


(57)

47

$crystal = 8000000 $hwstack = 32 $swstack = 8 $framesize = 50 Config Porta = Input Config Portd = Input Config Portc = Output Config Portb = Output Config Lcdpin = Pin Db4 = Portb.2 Db5 = Portb.3 Db6 = Portb.4 Db7 = Portb.5 E = Portb.1 Rs = Portb.0 Config Lcd = 16 * 2

Dim I As Integer A As Integer B As Integer C As Integer

Dim Volt As Integer Volt_d As Integer K As Integer L As Integer

Deflcdchar 0 , 4 , 10 , 10 , 4 , 32 , 32 , 32 , 32 Start Adc

Do

Cls

A = Getadc(0) B = Getadc(0)

C = Getadc(0)

I = A + B I = I + C Volt = I / 3 Volt = Volt * 4 Volt_d = Volt Mod 10 Volt = Volt + 8 Volt = Volt / 10 Stop Adc

Lcd "Suhu : " ; Volt ; "," ; Volt_d ; " C" If Volt < 35 Then

Gosub Mati

Elseif Volt = 35 Then Gosub Lambat Elseif Volt <= 39 Then Gosub Sedang

Elseif Volt <= 42 Then Gosub Sedang1


(58)

Elseif Volt <= 45 Then Gosub Sedang2 Elseif Volt > 45 Then Gosub Cepat

End If Waitms 300 Loop

Mati: Portd.3 = 0 Waitms 300 Gosub Awal Lambat: Portd.3 = 1 Waitms 500 Portd.3 = 0 Waitms 50 Gosub Awal Sedang: Portd.3 = 1 Waitms 500 Portd.3 = 0 Waitms 40 Gosub Awal Sedang1: Portd.3 = 1 Waitms 500 Portd.3 = 0 Waitms 30 Gosub Awal Sedang2: Portd.3 = 1 Waitms 500 Portd.3 = 0 Waitms 20 Gosub Awal Cepat: Portd.3 = 1 Gosub Awal End

4.4.2 Program pada Optocoupler

$regfile = "m8535.dat" $crystal = 8000000

Config Adc = Single , Prescaler = Auto , Reference = Avcc Dim I As Integer


(59)

49

Config Adc = Single , Prescaler = Auto , Reference = Avcc

Config Lcdpin = Pin , Db4 = Portd.2 , Db5 = Portd.3 , Db6 = Portd.4 , Db7 = Portd.5 , E = Portd.1 , Rs = Portd.0

Config Lcd = 16 * 2 Ddrb = &B00000000 Pinb.0 = 0

Awal: Cls Count = 0 I = 0 Do I = I + 1

If Pinb.0 = 1 Then Count = Count + 1 Goto H

Elseif Pinb.0 = 0 Then H:

Waitms 1 End If

Loop Until I = 1000 Countd = Count Mod 7 Count = Count / 7 Countm = Count * 60 Cls

Lcd "Speed: " ; Countm ; "rpm" Lowerline

Lcd "Speed: " ; Count ; "rps" Waitms 500

Goto Awal End

4.5Penjelasan Program 4.5.1 Pada Sensor Suhu

$regfile = "m8535.dat" ‘ Mikrokontroler ATMega 8535

$crystal = 8000000 ‘ Menggunakan crystal 8 Mhz

$hwstack = 32 $swstack = 8 $framesize = 50

Config Porta = Input ‘ Konfigurasi Porta sebagai input

Config Portd = Input ‘ Konfigurasi Portd sebagai input

Config Portc = Output ‘ Konfigurasi Portc sebagai output

Config Portb = Output ‘ Konfigurasi Portb sebagai output

Config Lcdpin = Pin Db4 = Portb.2


(60)

Db6 = Portb.4 Db7 = Portb.5 E = Portb.1 Rs = Portb.0

Config Lcd = 16 * 2

Baris program di atas adalah inisialisasi program untuk identifikasi mikrokontroler ATMega8535 dan konfigurasi port dan pinnya.

Dim I As Integer A As Integer B As Integer C As Integer

Dim Volt As Integer Volt_d As Integer

Deflcdchar 0 , 4 , 10 , 10 , 4 , 32 , 32 , 32 , 32

Baris program di atas merupakan defenisi awal untuk setiap variabel yang akan digunakan dalam program.

Program utama adalah sebagai berikut Start Adc

Cls

A = Getadc(0)

B = Getadc(0) Prosedur ambil data LM35 pada ADC

C = Getadc(0) sebanyak 3 kali

I = A + B Proses untuk mengambil nilai rata-rata

I = I + C yang diambil melalui LM35

Volt = I / 3 Proses mengolah data untuk merubah nilai

Volt = Volt * 4 yang didapat ADC agar ditampilkan dalam

Volt_d = Volt Mod 10 derajat celcius pada LCD Stop Adc

Lcd "Suhu : " ; Volt ; "," ; Volt_d ; Chr(0) ; " C" ‘ Proses penampilan

suhu pada LCD

If Volt < 35 Then ‘ Bila nilai Volt kurang dari 35 maka

Gosub Mati lanjut ke instruksi Mati

Elseif Volt = 35 Then ‘ Bila nilai Volt sama dengan 35 maka

Gosub Lambat lanjut ke instruksi Lambat

Elseif Volt <= 39 Then ‘ Bila nilai Volt lebih kecil dari 39 maka

Gosub Sedang lanjut ke instruksi Sedang

Elseif Volt <= 42 Then ‘ Bila nilai Volt lebih kecil dari 42 maka

Gosub Sedang1 lanjut ke instruksi Sedang1

Elseif Volt <= 45 Then ‘ Bila nilai Volt lebih kecil dari 45 maka

Gosub Sedang2 lanjut ke instruksi Sedang2


(61)

51

Gosub Cepat lanjut ke instruksi Cepat

End If

Waitms 300 ‘ Tunggu selama 300 mili second

Loop ‘ ulang

Mati:

Portd.3 = 0

Waitms 300 ‘ isi instruksi MAti

Gosub Awal

Lambat:

Portd.3 = 1 Waitms 500

Portd.3 = 0 ‘ isi instruksi Lambat

Waitms 50 Gosub Awal

Sedang:

Portd.3 = 1 Waitms 500

Portd.3 = 0 ‘ isi instruksi sedang

Waitms 40 Gosub Awal

Sedang1:

Portd.3 = 1 Waitms 500

Portd.3 = 0 ‘ isi instruksi sedang1

Waitms 30 Gosub Awal

Sedang2:

Portd.3 = 1 Waitms 500

Portd.3 = 0 ‘ isi instruksi sedang2

Waitms 20 Gosub Awal

Cepat:

Portd.3 = 1 ‘ isi instruksi cepat

Gosub Awal

End ‘ akhir program

4.5.2 Pada Optocoupler

$regfile = "m8535.dat" ‘menggunakan ATmega 8535

$crystal = 8000000 ‘Menggunakan kristal 8 Mhz

Config Adc = Single , Prescaler = Auto , Reference = Avcc Dim I As Integer


(62)

Baris program di atas merupakan defenisi awal untuk setiap variabel yang akan digunakan dalam program.

Awal: ‘ Dimisalkan nilai awal dari Count dan I

Cls adalah bernilai 0.

Count = 0 I = 0

Do

I = I + 1 ‘ Tambahkan nilai I dengan 1 bila Pinb.0

If Pinb.0 = 1 Then berlogika high lalu tambahkan juga nilai

Count = Count + 1 Count dengan 1. lalu perhi ke variabel

Goto H H.

Elseif Pinb.0 = 0 Then ‘ Bila pinb.0 berlogika low maka ke

Variable H.

H: ‘ Isi dari variable H. tunggu selama 1

Waitms 1 mili second. Selesai dari itu ulangi

End If terus sampai I bernilai 1000.

Loop Until I = 1000

Countd = Count Mod 7 ‘ Proses mengolah data untuk merubah nilai

Count = Count / 7 yang didapat ADC agar ditampilkan dalam

Countm = Count * 60 satuan rpm dan rps.

Cls

Lcd "Speed: " ; Countm ; "rpm" Lowerline

Lcd "Speed: " ; Count ; "rps" Perintah untuk menampilkan ke LCD Waitms 500

Goto Awal

End ‘ Akhir dari program

4.6 Pengujian Download Program ke Sistem Minimum

Karena pemprograman ini menggunakan mode ISP (In System Programming) mikrokontroler harus dapat diprogram langsung pada papan rangkaian dan rangkaian mikrokontroler harus dapat dikenali oleh program downloader. Pada pengujian ini board mikrokontroler dihubungkan dengan menggunakan interface yang di hubungkan ke port paralel mikrokontroler, proses ini berhasil dilakukan dengan dikenalinya jenis mikrokontroler oleh program downloader yaitu ATMega8535.


(63)

53

4.7 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian catu daya ini dapat dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran pertama yang untuk 5 V sebesar + 4,8 volt. Sedangkan tegangan keluaran kedua untuk 12 V adalah sebesar +12,8 volt.

4.8Pengujian Rangkaian Driver Kipas

Pengujian pada rangkaian driver kipas ini dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor TIP 122. Transistor TIP 122 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan kipas

Selanjutnya rangkaian driver kipas dihubungkan dengan mikrokontroler dan mikrokontroler diberi program sederhana untuk mengaktifkan kipas. Dengan memberikan logika high (1) atau tegangan 5 volt. pada PA.0, sehingga dengan demikian kipas akan berputar. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktifkan driver kipas. Dengan memberikan logika low pada PA.0 sehingga PA.0 akan mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan


(64)

transistor TIP 122, sehingga driver kipas juga menjadi tidak aktif dan kipas tidak berputar.


(65)

55

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari evaluasi hasil kerja alat dapat diambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini. Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah :

1. Sensor LM35 dalam proyek ini digunakan sebagai pengukur suhu pada ruangan, hal ini dikarenakan sensor ini memiliki tingkat akurasi yang lumayan akurat.

2. Besar kenaikan suhu akan berbanding lurus dengan kecepatan putaran kipas.

3. Perpaduan mikrokontroler ATMega8535 dengan sensor suhu LM35 dan Optocoupler dalam pembuatan miniatur pengendali suhu ruangan ini membuat rangkaian lebih sederhana.

5.2 Saran

1. Dengan beberapa pengembangan dan penyempurnaan sistem dari alat ini akan dapat lebih baik lagi hasilnya.


(66)

2. Dengan menambah jenis sensor dan membuat pengendali suhu ruangan yang lebih baik kita dapat membuat miniatur pengendali suhu ruangan yang lebih kompleks dan medekati sebenarnya.

3. Diharapakan pembaca dapat memberi saran dan kritik terhadap penulis dalam perancangan alat ini, dan penulis berharap alat ini dapat dikembangkan baik aplikasi maupun rancangannya agar lebih baik lagi.


(67)

57

DAFTAR PUSTAKA

Diakses tanggal 19 Mei 2007.

Diakses tanggal 15 Oktober 2008.

tanggal 30 Maret 2005.

Diakses tanggal 29 Agustus 2006.

sorkontroller&id=46%3Amikrokontroler-avr-atmega-8535&option=co _content&Itemid=15. Diakses tanggal 20 April 2008

2006.

19 Desember 2007


(1)

digunakan dalam program.

Awal: ‘ Dimisalkan nilai awal dari Count dan I

Cls adalah bernilai 0.

Count = 0 I = 0 Do

I = I + 1 ‘ Tambahkan nilai I dengan 1 bila Pinb.0 If Pinb.0 = 1 Then berlogika high lalu tambahkan juga nilai Count = Count + 1 Count dengan 1. lalu perhi ke variabel

Goto H H.

Elseif Pinb.0 = 0 Then ‘ Bila pinb.0 berlogika low maka ke Variable H.

H: ‘ Isi dari variable H. tunggu selama 1

Waitms 1 mili second. Selesai dari itu ulangi

End If terus sampai I bernilai 1000.

Loop Until I = 1000

Countd = Count Mod 7 ‘ Proses mengolah data untuk merubah nilai Count = Count / 7 yang didapat ADC agar ditampilkan dalam Countm = Count * 60 satuan rpm dan rps.

Cls

Lcd "Speed: " ; Countm ; "rpm" Lowerline

Lcd "Speed: " ; Count ; "rps" Perintah untuk menampilkan ke LCD Waitms 500

Goto Awal

End ‘ Akhir dari program

4.6 Pengujian Download Program ke Sistem Minimum

Karena pemprograman ini menggunakan mode ISP (In System Programming) mikrokontroler harus dapat diprogram langsung pada papan rangkaian dan rangkaian mikrokontroler harus dapat dikenali oleh program downloader. Pada pengujian ini board mikrokontroler dihubungkan dengan menggunakan interface yang di hubungkan ke port paralel mikrokontroler, proses ini berhasil dilakukan dengan dikenalinya jenis mikrokontroler oleh program downloader yaitu ATMega8535.


(2)

4.7 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian catu daya ini dapat dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran pertama yang untuk 5 V sebesar + 4,8 volt. Sedangkan tegangan keluaran kedua untuk 12 V adalah sebesar +12,8 volt.

4.8 Pengujian Rangkaian Driver Kipas

Pengujian pada rangkaian driver kipas ini dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor TIP 122. Transistor TIP 122 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan kipas

Selanjutnya rangkaian driver kipas dihubungkan dengan mikrokontroler dan mikrokontroler diberi program sederhana untuk mengaktifkan kipas. Dengan memberikan logika high (1) atau tegangan 5 volt. pada PA.0, sehingga dengan demikian kipas akan berputar. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktifkan driver kipas. Dengan memberikan logika low pada PA.0 sehingga PA.0 akan mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan


(3)

(4)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari evaluasi hasil kerja alat dapat diambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini. Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah :

1. Sensor LM35 dalam proyek ini digunakan sebagai pengukur suhu pada ruangan, hal ini dikarenakan sensor ini memiliki tingkat akurasi yang lumayan akurat.

2. Besar kenaikan suhu akan berbanding lurus dengan kecepatan putaran kipas.

3. Perpaduan mikrokontroler ATMega8535 dengan sensor suhu LM35 dan Optocoupler dalam pembuatan miniatur pengendali suhu ruangan ini membuat rangkaian lebih sederhana.

5.2 Saran

1. Dengan beberapa pengembangan dan penyempurnaan sistem dari alat ini akan dapat lebih baik lagi hasilnya.


(5)

yang lebih baik kita dapat membuat miniatur pengendali suhu ruangan yang lebih kompleks dan medekati sebenarnya.

3. Diharapakan pembaca dapat memberi saran dan kritik terhadap penulis dalam perancangan alat ini, dan penulis berharap alat ini dapat dikembangkan baik aplikasi maupun rancangannya agar lebih baik lagi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Diakses tanggal 19 Mei 2007.

Diakses tanggal 15 Oktober 2008.

tanggal 30 Maret 2005.

Diakses tanggal 29 Agustus 2006.

sorkontroller&id=46%3Amikrokontroler-avr-atmega-8535&option=co _content&Itemid=15. Diakses tanggal 20 April 2008

2006.

19 Desember 2007