Priority of Land Use Development in Coastal Area of Deli Serdang and Serdang Bedagai Regencies

PRIORITAS PENGEMBANGAN
PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR
KABUPATEN DELI SERDANG DAN SERDANG BEDAGAI
PROVINSI SUMATERA UTARA

MARUNGGAS SINAGA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Prioritas Pengembangan
Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang
Bedagai Provinsi Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor,

Maret 2014

Marunggas Sinaga
NIM A156120444

RINGKASAN
MARUNGGAS SINAGA. Prioritas Pengembangan Penggunaan Lahan di
Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai Provinsi Sumatera
Utara. Dibimbing oleh KOMARSA GANDASASMITA dan NEVIATY PUTRI
ZAMANI.
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang dinamis, mempunyai kekayaa n
habitat yang beragam dan rentan terkena dampak kondisi ekologi, ekonomi serta
sosial budaya. Potensi penggunaan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Deli
Serdang dan Serdang Bedagai belum dikelola secara optimal, dimana
pengelolaannya masih bersifat eksploitatif, sektoral dan tumpang tindih.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menentukan lokasi prioritas

pengembangan penggunaan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dan
Serdang Bedagai, (2) Mengetahui pandangan stakeholder terhadap arahan
program pengembangan lahan yang tepat untuk dikembangkan di wilayah pesisir
Kabupaten Deli dan Serdang Bedagai. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode TOPSIS (Technique for Order
of Preference by Similarity to Ideal Solution), AHP (Analitical Hierarchy
Process), dan analisis GIS (Geographic Information System). Kriteria-kriteria
yang digunakan adalah kesesuaian lahan, pemusatan penggunaan lahan, hirarki
wilayah, dan bukan merupakan kawasan lindung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan di wilayah pesisir
Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai adalah tubuh air 1,1%, hutan
mangrove sekunder 2,4%, lahan terbangun 11,8%, perkebunan 29,4%, pertanian
lahan kering 18,1%, sawah 24,9%, semak belukar/belukar rawa 3,9%, tambak
8,1% dan tanah terbuka 0,4%. Lokasi prioritas pengembangan penggunaan lahan
di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang yaitu : (1) Prioritas I berada di
Kecamatan Hamparan Perak dan Percut Sei Tuan dengan penggunaan lahan
tambak masing- masing seluas 560 ha dan 980 ha, (2) Prioritas II berada di
Kecamatan Hamparan Perak dengan penggunaan lahan perkebunan seluas 10.720
ha dan di Kecamatan Labuhan Deli dengan penggunaan lahan sawah 2.050 ha dan
(3) Prioritas III berada di Kecamatan Pantai Labu dengan penggunaan lahan

Pertanian lahan kering seluas 1.130 ha. Lokasi prioritas pengembangan
penggunaan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai adalah : (1)
Prioritas I berada di Kecamatan Pantai Cermin dan Teluk Mengkudu dengan
penggunaan lahan sawah masing- masing seluas 2.650 ha dan 1.450 ha, (2)
Prioritas II berada di Kecamatan Perbaungan dengan penggunaan lahan sawah
seluas 4.640 ha, (2) Prioritas III di Kecamatan Perbaungan dengan penggunaan
lahan perkebunan seluas 3.480 ha, (4) Prioritas IV berada di Kecamatan Bandar
Khalipah dengan penggunaan lahan pertanian lahan kering seluas 970 ha dan
sawah seluas 3.290 ha serta (5) Prioritas V berada di Kecamatan Tanjung Beringin
dengan penggunaan lahan sawah seluas 2.640 ha. Menurut pandangan stakeholder
diperoleh hasil bahwa aspek ekonomi menjadi prioritas terhadap arahan
pengembangan penggunaan lahan dengan cara peningkatan pendapatan dari
masyarakat.
Kata kunci: Kesesuaian lahan, penggunaan lahan, TOPSIS, Wilayah Pesisir

SUMMARY
MARUNGGAS SINAGA. Priority of Land Use Development in Coastal Area of
Deli Serdang and Serdang Bedagai Regencies. Supervised by KOMARSA
GANDASASMITA and NEVIATY PUTRI ZAMANI.
The Coastal area is a dynamic and strategic area due to its topography, rich

of diverse habitats but susceptible from ecology, economic, and sosiocultural
effect. Potential utilization of coastal areas in Deli Serdang and Serdang Bedagai
Regencies are not optimally managed, since yet exploitative, sectoral and
overlapping management.
This study aims : (1) to determine the prioritize location of land use
development and (2) to know the stakeholders preference for referral program of
land use development in coastal areas of Deli Serdang and Serdang Bedagai
Regencies. A systematic approach for this land use development in coastal areas
by integrating Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution
(TOPSIS) a based Multi Criteria Decision Making (MCDM) technique, Analitical
Hierarchy Process (AHP), and Geographic Information System (GIS) analysis.
Criterias used for this determination are land suitability, Location Quotient (LQ),
hierarchy region, and evade conservation areas.
The results showed that the land use in coastal area of Deli Serdang and
Serdang Bedagai Regencies are body of water 1,1%, secondary mangrove forest
2,4%, building area 11,8%, plantation 29,4%, dry land agriculture 18,1%, paddy
fields 24,9%, embankment 8,1%, open land 0,4%. The prioritize locations of land
use planning in Deli Serdang Regency are (1) First priority is located in
Hamparan Perak with 560 ha of embankment and Percut Sei Tuan with 980 ha of
embankment, (2) Second priority is located in Hamparan Perak with 10.720 ha of

plantation and Labuhan Deli with 2.050 ha of paddy field, (3 ) Third priority is
located in Pantai Labu with 1.130 ha of dry land agriculture. And the prioritize
locations of land use planning in Serdang Bedagai Regency are (1) F irst priority
is located in Pantai Cermin 2.650 ha of paddy field and Teluk Mengkudu with
1.450 ha of paddy field, (2) Second priority is located in Perbaungan with 4.640
ha of paddy field, (3) Third priority is located in Perbaungan with 3.480 ha of
plantation. (4) Fourth priority is located in Bandar Khalipah with 970 ha of dry
land agriculture and 3.290 ha of paddy field, (5) Fifth priority is located in
Tanjung Beringin with 2.640 ha of paddy field. According to stakeholders
preference, economic aspects by increasing the income of society to be the
priority of referral programs for land use development.
Keywords: coastal areas, land suitability, land use pattern, TOPSIS,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PRIORITAS PENGEMBANGAN
PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR
KABUPATEN DELI SERDANG DAN SERDANG BEDAGAI
PROVINSI SUMATERA UTARA

MARUNGGAS SINAGA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Luky Adrianto, MSc

Judul Tesis : Prioritas Pengembangan Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir
Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai Provinsi Sumatera
Utara
Nama
: Marunggas Sinaga
NIM
: A156120444

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Komarsa Gandasasmita, MSc
Ketua

Dr Ir Neviaty P Zamani, MSc
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Santun RP Sitorus

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr.

Tanggal Ujian: 13 Maret 2014

Tanggal Lulus:

Judul Tesis : Prioritas Pengembangan Penggunaan Laban di Wilayah Pesisir
Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai Provinsi Sumatera
Utara
: Marunggas Sinaga
Nama

: A1 56120444
NIM

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Komarsa Gandasasmita. MSc
Ketua

Dr Ir Neviaty P Zamani, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

ProfDr Ir Santun RP Sitorus

Tanggal Ujian: I3 Maret 2014


Tanggal Lulus:

2 B MAR 2014

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ialah perencanaan wilayah dengan judul Prioritas Pengembangan
Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang
Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan
setulus hati kepada :
1. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc dan Dr. Ir. Neviaty Putri Zamani M.Sc
selaku Ketua Komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing yang
ditengah kesibukannya selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing Penulis, memberikan arahan dan masukan yang sangat
bermanfaat bagi Penulis.
2. Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini.

3. Ketua Program Studi Prof. Dr. Ir. Santun RP Sitorus, serta segenap dosen
pengajar, asisten dan staf pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
(PWL) Sekolah Pascasarjana IPB.
4. Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas) beserta
jajarannya atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis.
5. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai khususnya Dinas Kehutanan dan
Perkebunan yang telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada Penulis.
6. Rekan-rekan satu angkatan di PWL 2012 kelas khusus maupun reguler untuk
kebersamaan yang indah, berbagi ilmu dan dukungannya.
7. Semua pihak yang berperan dalam proses penulisan karya ilmiah ini yang tak
bisa Penulis sebut namanya satu-satu tapi tetap tertulis dihati.
8. Dan yang terutama Penulis menghaturkan hormat dan terima kasih yang tak
terhingga kepada Kedua Orangtua Harapan Sinaga dan Sinur
Sitanggang(Alm) serta seluruh keluarga atas segala do’a, dukungan, kasih
sayang dan pengorbanan yang telah dilimpahkan selama ini. Kepada mereka
karya tulis ini Penulis persembahkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.

Bogor,

Maret 2014

Marunggas Sinaga

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
4
4
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Wilayah Pesisir
Konsep Pengembangan Wilayah
Perencanaan Tata Guna Lahan
Lahan dan Kesesuaian Lahan
Penginderaan Jauh
Sistem Informasi Geografis
Multi Criteria Decision Making

5
5
6
6
7
8
9
10

3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Alat dan Jenis Data
Prosedur Analisis Data

13
13
13
13

4. KONDISI UMUM PENELITIAN
Kondisi Geografis dan Batas Administrasi
Kondisi Fisik Wilayah
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Potensi Sumber Daya Alam

25
25
25
27
28

5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola dan Trend Perubahan Penggunaan Lahan
Kesesuaian Lahan
Kesesuaian Lahan terhadap Penggunaan Lahan
Pemusatan Aktivitas Penggunaan Lahan
Peruntukan Kawasan Lindung
Tingkat Perkembangan Kecamatan
Lokasi Prioritas Pengembangan Penggunaan Lahan
Persepsi Stakeholder Terhadap Arahan Program Pengembangan
Penggunaan Lahan

31
31
36
40
41
42
44
45
47

6.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

49
49
49

DAFTAR PUSTAKA

50

LAMPIRAN

53

RIWAYAT HIDUP

74

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan
Serdang Bedagai
Jenis dan Sumber Data Sekunder Penelitian
Tujuan, Teknik Analisis dan Keluaran Penelitian
Variabel dalam Penyusunan Indeks Hirarki
Matrik Perbandingan Berpasangan
Nilai Random Indeks
Jumlah Desa, Luas Kecamatan dan Panjang Garis Pantai di Wilayah
Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai
Penyebaran Ketinggian Lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli
Serdang dan Serdang Bedagai
Perkembangan Jumlah Penduduk di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli
Serdang dan Serdang Bedagai
Kerapatan Penduduk di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan
Serdang Bedagai
Deskripsi dan Kunci Penafsiran Citra Landsat-ETM dengan Kombinasi
543
Penggunaan Lahan Tahun 2000 dan 2013 di Wilayah Pesisir Kabupaten
Deli Serdang dan Serdang Bedagai
Matriks Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2013 di Wilayah
Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai
Kesesuaian Lahan untuk Setiap Peruntukan Penggunaan Lahan
Kesesuaian Lahan terhadap Penggunaan Lahan
Nilai Location Quotient (LQ) pada setiap Penggunaan Lahan di
Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai
Luas Penggunaan Lahan pada setiap Nilai Loccation Quotient
Tingkat Perkembangan Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli
Serdang dan Serdang Bedagai
Prioritas Lokasi Pengembangan penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir
Kabupaten Deli Serdang
Prioritas Lokasi Pengembangan Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir
Kabupaten Serdang Bedagai

2
14
14
19
23
24
25
26
27
28
31
33
35
36
40
41
42

44
46
46

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Peta Lokasi Penelitian
Tahapan Alir Penelitian
Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2000
Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2013
Peta Kesesuaian Lahan Perkebunan
Peta Kesesuaian Lahan Sawah
Peta Kesesuaian Pertanian Lahan Kering
Peta Kesesuaian Lahan Tambak
Peta Location Quotient (LQ) Penggunaan Lahan
Peta Kawasan Lindung di Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan
Serdang Bedagai
Peta Tingkat Perkembangan Kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten
Deli Serdang dan Serdang Bedagai
Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Penggunaan Lahan di Wilayah
Pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai

13
15
34
34
37
38
39
40
42
43
45
47

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Hasil Analisis Skalogram Data Podes 2011 di Wilayah Pesisir
Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai
Penentuan Prioritas Aspek dalam Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir
Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai
Penentuan Prioritas Alternatif Aspek Ekologi dalam Penggunaan
Lahan
Penentuan Prioritas Alternatif Aspek Ekonomi dalam Penggunaan
Lahan
Penentuan Prioritas Alternatif Aspek Sosial Budaya dalam Pemanfaatan
Lahan
Kriteria Kesesuaian Lahan Sawah (Oryza sativa)
Kriteria Kesesuaian Pertanian Lahan Kering
Kriteria Kesesuaian Lahan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis
JACK.)
Kriteria Fisik Kesesuaian Lahan Tambak
Kesesuaian Lahan Perkebunan berdasarkan Karakteristik Fisik Lahan
Kesesuaian Lahan Sawah Berdasarkan Karakteristik F isik Lahan
Kesesuaian Pertanian Lahan Kering
Kesesuaian Lahan Tambak
Arahan Prioritas Lokasi Penggunaan Lahan

53
56
56
57
57
58
59
60
61
62
63
64
65
71

1

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah
darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan
perembesan air asin sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia
di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto 1976 dalam
Dahuri et al. 1996; Zahro et al. 2011). Wilayah pesisir merupakan wilayah yang
dinamis, mempunyai kekayaan habitat yang beragam dan rentan terkena dampak
kondisi ekologi, ekonomi serta sosial budaya (Pourebrahim et al. 2011).
Pemanfaatan sumber daya lahan di pesisir berpengaruh langsung terhadap
lingkungan dan sumber daya pesisir lain disekitarnya.
Penggunaan lahan di wilayah pesisir mempunyai banyak tujuan dengan
berbagai macam aktivitas yang ada. Kabupaten Deli Serdang dan Serdang
Bedagai merupakan kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan
langsung dengan Selat Malaka dan mempunyai aksesibilitas yang tinggi dimana
dekat dengan ibukota provinsi. Wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dan
Serdang Bedagai ditinjau dari segi kondisi topografi lahannya relatif datar.
Dengan letak geografis tersebut kabupaten Serdang Bedagai dan Deli Serdang
memiliki pemanfaatan lahan yang potensial di berbagai sektor diantaranya : (1)
Sektor perikanan dengan budidaya tambak, (2) Sektor kehutanan hal ini ditandai
bahwa sepanjang wilayah pesisir ditunjuk sebagai kawasan hutan lindung sesuai
dengan SK Menteri Kehutanan No 44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005
tentang penunjukan kawasan hutan di Sumatera Utara, (3) Sektor parawisata
ditandai bahwa di sepanjang pantai terdapat objek wisata, (4) Sektor pertanian
yang didominasi oleh lahan sawah dan pertanian lahan kering dan (5) Sektor
perkebunan dengan komoditas sawit yang menjadi komoditas primadona di
sumatera utara.
Potensi pemanfaatan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dan
Serdang Bedagai belum dikelola secara optimal, dimana pengelolaannya masih
bersifat eksploitatif, sektoral dan tumpang tindih (Renstra wilayah pesisir
Sumatera Utara 2004). Pengelolaan secara sektoral dapat menimbulkan konflik
kepentingan antar sektor yang berkepentingan yang melakukan aktivitas
pembangunan pada wilayah pesisir yang sama (Dahuri et al. 1996). Eksploitasi
sumber daya pesisir yang berlebihan akan menimbulkan dampak yang panjang
terhadap lingkungan. Kebanyakan investor mengeksploitasi sumber daya pesisir
hanya melihat profit semata. Banyak kasus yang dapat dilihat di beberapa wilayah
sepanjang pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Pada tahun 1990
terjadi eksploitasi lahan untuk penggunaan tambak karena memiliki profit yang
tinggi. Dampak yang terjadi adalah banyak lahan bekas tambak yang terlantar
karena sudah tidak produktif. Trend saat ini adalah pemaksaan eks lahan tambak
dikonversi menjadi lahan perkebunan. Pola penggunaan lahan di wilayah pesisir
Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai dari tahun 1990, 2000 dan 2009
disajikan pada Tabel 1.

2

Tabel 1 Penggunaan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dan
Serdang Bedagai
1990
2000
2009
Penggunaan lahan
Dinamika
(ha)
(ha)
(ha)
Belukar
16.531
7.179
6.312 Menurun
Hutan mangrove
4.779
2.921
1.754 Menurun
Pemukiman
8.736
9.552
9.689 Meningkat
Perkebunan
26.871
27.724
28.681 Meningkat
Tegalan
29.298
28.535
26.628 Menurun
Sawah
16.945
21.950
24.779 Meningkat
Tambak
6.124
10.786
11.477 Meningkat
Lain- lain
2.661
3.298
2.625
Sumber : Kementerian Kehutanan (2010)
Manurung (2002) menyatakan perubahan penggunaan lahan di wilayah
pesisir Deli Serdang memberikan pengaruh yang positip terhadap sosial ekonomi
masyarakat tetapi kurang menguntungkan dari segi lingkungan hidup karena
sebagian besar lahan hutan mangrove telah dikonversi menjadi tambak sehingga
sebagian lokasi terjadi pengendapan lumpur serta abrasi air laut. Purwoko (2011)
menyatakan bahwa secara umum telah terjadi kerusakan hutan mangrove di
wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai dengan tingkat kerusakan rata-rata
antara sedang sampai dengan rusak. Bebarapa penyebabnya adalah adanya
kegiatan pertambakan, kegiatan perkebunan dan rendahnya tingkat pemahaman
masyarakat terhadap lingkungan. Penggunaan lahan dengan pola seperti di atas
dapat menyebabkan permasalahan dalam pemanfaatan ruang apalagi tidak
didasarkan pada perencanaan penggunaan ruang yang baik.
Banyaknya sektor dan stakeholder yang berkepentingan dalam
penggunaan lahan di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang
Bedagai jika tidak ada keterpaduan didalamnya justru berpotensi menimbulkan
konflik kepentingan. Untuk itu sangat dibutuhkan skala prioritas pengembangan
penggunaan lahan yang dapat mengintegrasikan aspek konservasi, ekonomi dan
sosial sebagai suatu kesatuan yang sinergis. Berbagai pendapat mengenai
pengembangan lahan diantaranya : (1) Pengembangan lahan (land development)
adalah peningkatan kemanfaatan, mutu dan penggunaan suatu bidang lahan untuk
kepentingan penempatan suatu kegiatan fungsional sehingga dapat memenuhi
kebutuhan kehidupan dan kegiatan usaha secara optimal dari segi ekonomi, sosial,
fisik, dan aspek legalnya (Yodoyono 2011), (2) Pengembangan lahan adalah
pengubahan guna lahan dari suatu fungsi ke fungsi lain dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan dari nilai tambah yang terjadi karena perubahan guna
lahan tersebut (Winarso et al. 2006) dan (3) Berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 50/Permentan/OT.140/8/2012 bahwa pengembangan kawasan
pertanian adalah untuk memadukan serangkaian program dan kegiatan pertanian
menjadi suatu kesatuan yang utuh baik dalam perspektif sistem maupun
kewilayahan, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing komoditas,
wilayah serta pada gilirannya kesejahteraan petani sebagai pelaku usaha tani. Dari
berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa maksud dari pengembangan

3
penggunaan lahan adalah bagaimana cara mendorong peningkatan manfaat dan
nilai lahan dari suatu penggunaan lahan. Dalam perencanaan tata guna lahan,
pengambilan keputusan secara keruangan (spatial decision making) sangat
diperlukan untuk dapat mengarahkan dua hal. Pertama, dimana dan seberapa luas
(termasuk dalam sebaran ruang) suatu aktivitas akan diarahkan. Kedua, apa yang
harus dilakukan (terkait aspek sosial, ekonomi, dan teknologi) sehubungan dengan
karakteristik ruang yang direncanakan (Baja 2012).

Perumusan Masalah
Lahan merupakan sumber daya yang terbatas dan merupakan sumber daya
yang hampir tak terbaharui (non renewable), sedangkan peningkatan jumlah
penduduk dan aktivitas ekonomi menuntut peningkatan kebutuhan lahan dan
konversi penggunaan lahan tidak dapat dihindari. Dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat dapat meningkatkan persaingan penggunaan lahan sehingga
sering terjadi konflik penggunaan lahan. Pola penggunaan lahan tahun 2000
sampai dengan tahun 2009 di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dan
Serdang Bedagai masih bersifat exploitatif dimana lahan yang seharusnya
digunakan untuk menjaga kelestarian sumber daya kemudian digarap menjadi
penggunaan lahan dengan pandangan bahwa lahan hanya sebagai faktor produksi.
Banyaknya sektor dan stakeholder yang berkepentingan dalam penggunaan lahan
di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedaga i, jika tidak ada
keterpaduan didalamnya justru berpotensi menimbulkan konflik kepentingan.
Dampak dari suatu aktivitas yang satu terhadap yang lain mempunyai potensi
saling merugikan manakala tidak diatur keselarasannya. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut dibutuhkan pengembangan penggunaan lahan yang dapat
mengintegrasikan aspek konservasi, ekonomi dan sosial sebagai suatu kesatuan
yang sinergis. Salah satu cara dalam penetapan pengembangan penggunaan lahan
berdasarkan
ketentuan
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
:
50/Permentan/OT.140/8/2012
adalah penetapan
lokasi pengembangan
penggunaan lahan. Penetapan lokasi pengembangan penggunaan lahan dilakukan
dengan menggunakan skala prioritas. Skala prioritas adalah membuat urutan
pemenuhan kebutuhan berdasarkan tingkat kepentingannya, yaitu mulai
pemenuhan kebutuhan yang paling mendesak sampai kebutuhan yang bisa
ditangguhkan pemenuhannya. Skala prioritas menggambarkan tingkatan yang
dapat dilaksanakan dalam pengembangan penggunaan lahan, yaitu penggunaan
lahan dengan dengan skala sangat prioritas akan lebih diutamakan dibandingkan
dengan yang kurang prioritas. Hal ini berguna dalam rangka penyusunan rencana
jangka pendek sampai dengan rencana jangka panjang. Penyusunan skala prioritas
dalam pengembangan penggunaan lahan mempertimbangkan beberapa aspek
yaitu :
1. Pengembangan penggunaan lahan berada di kawasan budidaya dan bukan
merupakan kawasan lindung sesuai yang ditetapkan dalam Keputusan
Presiden No 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
2. Sesuai dengan daya dukung lahan berdasarkan kelas kesesuaian lahan;
3. Pengembangan penggunaan lahan adalah wilayah yang belum berkembang;
4. Penggunaan lahan merupakan pemusatan/basis.

4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Menentukan lokasi prioritas pengembangan penggunaan lahan di wilayah
pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai;
2. Mengetahui pandangan stakeholder terhadap arahan program pengembangan
penggunaan lahan yang tepat untuk dikembangkan di wilayah pesisir
Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai.

Manfaat Penelitian

1.

2.

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam
kebijakan dan perencanaan pemanfaatan lahan di wilayah pes isir Kabupaten
Serdang Bedagai;
Menambah ilmu pengetahuan dan bahan pustaka bagi penelitian-penelitian
selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Dalam rencana penelitian ini batasan penelitian mengacu pada UU Nomor
27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, pada
pasal 2 yang menyatakan bahwa “ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut, ke arah darat mencakup wilayah
administrasi kecamatan dan kearah laut sejauh 4 (empat) mil diukur dari garis
pantai”. Pada penelitian ini, wilayah penelitian dibatasi pada wilayah daratan
dengan batas administrasi kecamatan, diataranya meliputi 9 (sembilan) kecamatan
yaitu (1) Kecamatan Pantai Cermin, (2) Perbaungan, (3) Teluk Mengkudu, (4)
Tanjung beringin, (5) Bandar Khalipah, (6) Pantai Labu, (7) Percut Sei Tuan, (8)
Hamparan Perak dan (9) Labuhan Deli.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang, pada pasal 17 menyatakan bahwa : (1 ) Muatan rencana tata ruang
mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang, (2) Rencana struktur
ruang meliputi rencana sistem pusat pemukiman dan rencana sitem jaringan
prasarana dan (3) Rencana pola ruang meliputi peruntukan kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Mengacu pada ketentuan tersebut kajian penelitian ini adalah
penggunaan lahan pada kawasan budidaya. Kawasan budidaya adalah wilayah
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 kawasan lindung adalah
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Dalam
membatasi antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya mengacu pada

5
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung. Kriteria kawasan lindung yang dimaksud dalam dalam ketentuan ini
adalah : (1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan yang dibawahnya,
(2) Kawasan perlindungan setempat, (3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya
serta (4) Kawasan rawan bencana alam.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir adalah merupakan wilayah geografis yang dinamis dan
terus berubah akibat bermacam interaksi antara daratan dan lautan. Batasan
wilayah pesisir untuk keperluan perencenaan biasanya didasarkan pada batas
administrasi. Batasan administrasi wilayah lebih sering digunakan karena
memiliki batas-batas yang lebih jelas. Dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (selanjutnya
disebut PWP-PK) Pasal 1 Ayat (2), disebutkan bahwa: ”Wilayah pesisir adalah
daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan
di darat dan laut”. Selanjutnya, pada Pasal 2 Undang-undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang PWP-PK disebutkan bahwa: ”Ruang lingkup pengaturan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup
wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 4 (empat) mil laut diukur
dari garis pantai.”
Karakteristik, pengertian dan batasan wilayah pesisir di setiap negara
berbeda-beda, tergantung kondisi geografisnya. Menurut Dahuri dan Nugroho
(2004), Pada umumnya karakteristik umum wilayah pesisir dan laut adalah
sebagai berikut :
1. Laut merupakan sumber dari “common property resources” (sumber daya
milik bersama), sehingga memiliki fungsi publik / kepentingan umum;
2. Laut merupakan “open access”, memungkinkan siapapun untuk
memanfaatkan ruang laut untuk berbagai kepentingan;
3. Laut bersifat “fluida”, dimana sumber daya (biota laut) dan dinamika
hydrooceanography tidak dapat disekat /dikapling;
4. Pesisir merupakan kawasan yang strategis karena memiliki topografi yang
relatif mudah dikembangkan dan memiliki akses yang sangat baik (dengan
memanfaatkan laut sebagai prasarana pergerakan);
5. Pesisir merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam, baik yang
terdapat di ruang daratan maupun ruang lautan, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia.

6
Konsep Penge mbangan Wilayah
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional (UU Nomor 26 Tahun 2007). Pengembangan wilayah
pada dasarnya mempunyai tujuan agar wilayah itu berkembang menuju tingkat
perkembangan yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui
optimasi pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya secara harmonis serasi dan
terpadu melalui pendekatan yang komprehensif mencakup aspek ekonomi, fisik,
sosial budaya dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan (Djakapermana
2010)
Dalam pengembangan wilayah, perlu lebih dulu dilakukan perencanaan
penggunaan lahan yang dapat memberikan keuntungan ekonomi wilayah.
Perencanaan pengggunaan lahan yang strategis bagi pembangunan merupakan
salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan
(Sitorus 2004). Hal ini penting untuk mengetahui potensi pengembangan wilayah,
daya dukung, manfaat ruang wilayah melalui proses penilaian kondisi lahan,
potensi wilayah (Djakapermana 2010)
Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan
sosial ekonomi, penurunan kesenjangan antar wilayah, dan pemeliharaan
kelestarian lingkungan hidup di suatu wilayah. Upaya ini diperlukan karena setiap
wilayah memiliki kondisi sosial ekonomi, budaya, dan keadaan geografis yang
berbeda-beda, sehingga pengembangan wilayah bertujuan untuk mengoptimalkan
potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah. Optimal berarti dapat tercapainya
tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan
lingkungan yang berkelanjutan (Riyadi dan Bratakusumah 2005).
Dari berbagai pendekatan, tiga tujuan pengembangan wilayah yaitu : (1)
Produktivitas, efisiensi, dan pertumbuhan, (2) Pemerataan keadilan dan
keberimbangan, serta (3) Keberlanjutan (Rustiadi et al. 2011)
Perencanaan Tata Guna Lahan
Perencanaan tata guna lahan dapat didefinisikan sebagai perencanaan yang
mengatur jenis-jenis penggunaan lahan di suatu daerah agar dapat digunakan
secara optimal yaitu memberi hasil yang tertinggi dan tidak merusak tanahnya
sendiri dan lingkungannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2011; Baja 2012).
Ruang lingkup perencanaan tata guna lahan meliputi : (1) Penilaian secara
sistematis potensi tanah dan air, (2) Mencari alternatif-alternatif penggunaan lahan
terbaik serta (3) Menilai kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan agar dapat
memilih dan menetapkan tipe penggunaan lahan yang paling menguntungkan,
memenuhi keinginan masyarakat dan dapat menjaga tanah agar tidak mengalami
kerusakan di masa yang akan datang.
Lebih lanjut dijabarkan bahwa fokus perencanaan tata guna lahan
menyangkut empat unsur pokok yaitu rakyat, lahan, teknologi dan keterpaduan.
1. Rakyat
Perencanaan pada dasarnya dilakukan untuk rakyat oleh karena itu tim
perencana harus mengetahui apa keinginan rakyat, kemampuan sumber daya
setempat, tenaga kerja dan masalah penggunaan lahan yang ada.

7
2. Lahan
Lahan yang berbeda memberi peluang dan masalah pengelolaan yang berbeda
pula. Lahan juga dapat mengalami degradasi misalnya berkurangnya sumber
air, kehilangan tanah karena erosi yang dalam banyak hal bersifat tidak balik.
3. Teknologi
Fokus ketiga dalam perencanaan tata guna lahan adalah pengetahuan tentang
teknologi penggunaan lahan, teknologi yang disarankan haruslah teknologi,
dimana pengguna lahan memiliki modal, kemampuan dan teknologi yang
sesuai dengan keadaan masyarakat setempat.
4. Keterpaduan
Keputusan penggunaan lahan tidak dapat hanya berdasarkan pada kesesuaian
lahannya, tetapi juga harus didasarkan pada permintaan terhadap hasil dan
sejauh mana penggunaan lahan tersebut bersifat kritikal untuk tujuan tertentu.
Perencanaan harus memadukan informasi tentang kesesuaian lahan,
permintaan pada yang tersedia sekarang dan masa yang akan datang.
Tujuan utama perencanaan tata guna lahan adalah untuk memilih dan
mempraktikkan penggunaan lahan yang terbaik dalam
upaya memenuhi
kebutuhan orang atau generasi saat ini, dan melindungi untuk kepentingan
generasi yang akan datang (Baja 2012)

Lahan dan Kesesuaian Lahan
Definisi lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, hidrologi,
iklim relief dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi
penggunaannya, termasuk di dalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia
baik pada masa lampau maupun sekarang (Sitorus 2004; Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2011). Lahan merupakan sumber daya terbatas jumlahnya dan
hampir tidak bisa diperbaharui, sedangkan manusia yang memutuhkan dan
sebagai pengguna lahan jumlahnya semakin bertambah sehingga jika penggunaan
lahan tidak teratur dan terencana maka kedepan akan menmbulkan masalah sosial
dan ekonomi yang dapat memicu persaingan dan konflik. Oleh karenanya
penggunaan lahan haruslah seefisien mungkin dengan menjaga fungsi dan nilai
lahan tesebut agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
Kesesuaian lahan adalah kecocokan (adaptability) suatu lahan bagi tipe
aktivitas manusia diatas lahan misalnya jenis tanaman dan cara pengelolaan
tertentu (Sitorus 2004; Hardjowigeno dan Widiatmaka 2011). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan dalam kondisi
alami dan belum dilakukan perbaikan pada kemampuannya.
Sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka evaluasi lahan FAO
(1976), pada saat ini banyak digunakan di Indonesia dan negara- negara
berkembang lainnya. Kerangka sistem ini sangat lengkap dan rinci sehingga dapat
digunakan untuk evaluasi lahan secara fisik (kualitatif) maupun secara ekonomi
(kuantitatif), bila data-data yang diperlukan tersedia (Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2011).
Dalam metode FAO (1976) Klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi
empat kategori (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2011), yaitu :

8
1.
2.
3.
4.

1.

2.

3.

4.

5.

Ordo, menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu;
Kelas, menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan;
Sub-kelas, menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus
dijalankan dalam musim- musim kelas;
Unit, menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang
berpengaruh dalam masing- masing suatu sub-kelas.
Deskripsi kesesuaian lahan pada tingkat kelas diuraikan sebagai berikut :
Kelas S1 ( sangat sesuai). Lahan tidak mempunyai faktor pembatas sedang
untuk suatu penggunaan secara berkelanjutan atau pembatas sangat ringan
(tidak berat) yang tidak mengurangi produktivitas atau manfaat dan/atau
hanya memerlukan masukan dengan biaya ringan;
Kelas S2 (cukup sesuai). Lahan mempunyai faktor pembatas sedang untuk
suatu penggunaan secara berkelanjutan, faktor pembatas tersebut akan
mengurangi produktifitas atau manfaat, dan memerlukan masukan terusmenerus agar tercapai tingkat keuntungan yang optimal;
Kelas S3 (sesuai marginal). Lahan mempunyai faktor pembatas berat untuk
penerapan suatu penggunaan secara berkelanjutan dan akan mengurangi
produktivitas atau manfaat, memerlukan masukan yang memberikan nilai
tambah marginal;
Kelas N1 (tidak sesuai pada saat ini - currently not suitable). Lahan
mempunyai pembatas yang lebih besar, masih memungkinkan diatasi, tetapi
tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal.
Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan
lahan yang lestari dalam jangka panjang;
N2 (tidak sesuai untuk selamanya – permanently not suitable). Lahan
mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan
penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni dalam memperoleh informasi
mengenai suatu objek, area, atau fenomena, melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena
yang dikaji (Lillesand dan Kiefer 1997).
Menurut Lillesand dan Kiefer (1997), proses dan elemen yang terkait
didalam sistem penginderaan jauh dengan elektromagnetik meliputi dua proses
utama yaitu pengumpulan dan analisis data. Elemen proses pengumpulan data
meliputi sumber energi, perjalanan energi melalui atmosfer, interaksi antara
energi dengan kenampakan di muka bumi, sensor wahana pesawat terbang dan
atau satelit dan hasil pembentukan data dalam bentuk piktorial dan atau bentuk
numerik. Singkatnya adalah menggunakan sensor untuk merekam berbagai variasi
pancaran dan pantulan energi elektromagnetik oleh kenampakan di permukaan
bumi. Proses analisis data meliputi pengujian data dengan menggunakan alat
interpretasi dan alat pengamatan untuk menganalisis data piktorial, dan/atau
komputer untuk menganalisis sensor numerik. Interpretasi citra merupakan
perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi

9
obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. Informasi ini kemudian
disajikan biasanya dalam bentuk peta, tabel, dan suatu bahasan tertulis atau
laporan yang dapat diperuntukkan bagi pengguna yang memanfaatkan untuk
proses pengambilan keputusan. Menurut Lillesand dan Kiefer (1997), komponen
dasar suatu sistem penginderaan jauh yang ideal meliputi :
1. Suatu sumber tenaga seragam;
2. Atmosfir yang tidak terganggu;
3. Serangkaian interaksi yang unik antara tenaga dengan benda di muka bumi;
4. Sensor sempurna;
5. Sistem pengolahan data tepat waktu;
6. Berbagai penggunaan data.
Menurut Danoedoro (2012) citra digital penginderaan jauh adalah citra yang
menggambarkan kenampakan permukaan (atau dekat permukaan) bumi, dan yang
diperoleh melalui proses perekaman pantulan (reflectance), pancaran (emmitance),
atau hamburan balik (backscatter) gelombang elektromagnetik dengan sensor
optik-elektronik yang terpasang pada suatu wahana (platform), baik wahana di
menara (crane), pesawat udara maupun wahan ruang angkasa.
Semua citra yang diperoleh melalui perekaman sensor tak lepas dari
kesalahan, yang diakibatkan oleh mekanisme perekaman sensor, gerakan, wujud
geometri dan konfigurasi permukaan bumi, serta kondisi atmosfer saat perekaman.
Tinggi rendahnya kualitas citra dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain kualitas
sensor atau detektor, posisi wahana pada saat perekaman, kondisi topografi daerah
yang diliput, dan juga kondisi atmosfer pada saat perekaman. Kesalahan yang
terjadi pada proses pembentukan citra ini perlu dikoreksi supaya aspek geometrik
dan radiometrik yng dikandung oleh citra tersebut benar-benar dapat mendukung
pemanfaatan untuk aplikasi yang berkaitan dengan pemetaan sumber daya dan
kajian lingkungan atau kewilayahan lainnya. Kualitas geometri dinilai
berdasarkan tingkat kebenaran (yang berarti tingkat akurasi) bentuk serta posisi
objek pada citra, dengan mengacu pada bentuk dan posisi sebenarnya di lapangan
ataupun bentuk dan posisi pada peta dengan proyeksi tertentu. Kualitas
radiometrik dinilai berdasarkan nyaman tidaknya gambar dalam pandangan secara
visual, dan juga benar tidaknya informasi spektral yang diberikan oleh objek dan
tercatat oleh sensor (Danoedoro 2012).
Penajaman citra secara digital dilakukan untuk menghasilkan efek
kenampakan citra yang lebih ekspresif sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Penajaman kontras diterapkan untuk memperoleh kesan kontras citra yang lebih
tinggi. Disamping penajaman citra jenis operasi lain adalah pemfilteran (filtering).
Filter dalam pengolahan data citra secara digital dirancang untuk menyaring
informasi spektral sehingga menghasilkan citra baru yang mempunyai variasi nilai
spektral yang berbeda dari citra asli (Danoedoro 2012)
Proses klasifikasi multispektral dapat dibedakan menjadi dua metode yaitu
klasifikasi terselia (supervised clasification, atau klasifikasi ter-awasi) dan
klasifikasi tak-terselia (unsupervised clasification, atau klasifikasi tak –terawasi).
Klasifikasi terselia meliputi sekumpulan algoritma yang didasari pemasukan
contoh objek oleh operator. Lokasi geografis kelompok pixel sampel ini disebut
sebagai daerah contoh (training area). Dua hal yang dipertimbangkan dalam
klasifikasi ini adalah sistem klasifikasi dan kriteria sampel. Klasifikas i tak terselia
secara otomatis diputuskanoleh komputer tanpa campur tangan operator. Proses

10
dalam klasifikasi ini adalah suatu proses iterasi, sampai menghasilkan
pengelompokan akhir gugus- gugus spektral.

Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah sistem informasi khusus yang
mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan) atau
berkoordinat geografi. Kemampuan-kemampuan SIG dapat berupa memasukkan,
mengumpulkan,
mengintegrasikan,
memeriksa
dan
meng-update,
mempersentasikan dan menampilkan, mengelola, memanipulasi, menganalisis,
serta menghasilkan data unsur- unsur geografis berupa spasial dan atribut (Prahasta
2009).
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial
yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu
sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya
berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif
(attribute). Dalam SIG, data spasial dapat dipresentasikan dalam dua format yaitu
data vektor dan data raster.
Data-data spasial dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain : peta
analog (peta topografi, peta tanah dan lain sebagainya) dalam bentuk cetak, data
penginderaan jauh (citra satelit, foto udara dan lain sebagainya), data hasil
pengukuran lapangan, dan data GPS (Global Positioning System).
Analisis spasial merupakan suatu teknik atau p roses yang melibatkan
sejumlah hitungan dan evaluasi logika (matematis) yang dilakukan dalam rangka
mencari atau menemukan (potensi) hubungan (relationship) atau pola-pola yang
mungkin terdapat unsur-unsur geografis yang terkandung didalam data dijital
dengan batas-batas wilayah studi tertentu (Prahasta 2009). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa pernyataan ringkas tersebut menyatakan bahwa analisis spasial
merupakan :
1. Sekumpulan teknik untuk menganalisis data spasial;
2. Sekumpulan teknik yang hasil- hasilnya sangat bergantung pada lokasi objek
yang bersangkutan (yang sedang dianalisis);
3. Sekumpulan teknik yang memerlukan akses baik terhadap lokasi objek
maupun atribut-atributnya.
Sistem informasi geografis mempunyai kelebihan dalam analisis spasial,
terdapat dua hal yang penting yaitu :
1. Analisis Overlay merupakan proses integrasi data dari lapisan layer-layer
yang berbeda. Secara sederhana, hal ini dapat disebut operasi visual, tetapi
operasi ini secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer, untuk dijoin
secara fisik. Contoh overlay yaitu integrasi antara data tanah, lereng, vegetasi ,
hujan, pengelolaan lahan;
2. Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada jarak
antar layer, dalam hal ini menggunakan proses buffering (membangun
lapisan pendukung disekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan
dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada.
Dengan melihat kemampuan SIG tersebut, maka SIG merupakan sistem
yang berkemampuan dalam menjawab baik pertanyaan spasial maupun

11
pertanyaan non spasial beserta kombinasinya dalam rangka memberikan solusisolusi atas permasalahan keruangan. Persoalan alokasi penggunaan/pemanfaatan
lahan yang optimal di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dan Serdang
Bedagai dapat dipecahkan melalui kemampuan analisis yang dimiliki SIG.

Multi Criteria Decision Making (MCDM)
Proses pemecahan konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir, dapat
dilakukan dengan menentukan prioritas pengembangan wilayah melalui
penentuan kriteria-kriteria pemanfaatan dan pengelolaan yang berkelanjutan.
Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan
keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif
berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran,
aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
MCDM, antara lain sebagai berikut :
a. Simple Additive Weighting Method (SAW);
b. Weighted Product Model (WPM);
c. Elimination Et Choix Traduisant la Realite (ELECTRE);
d. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS);
e. Analytic Hierarchy Process (AHP).
TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria
yang pertama kali diperkenalkan oleh Hwang dan Yoon (1981). TOPSIS
menggunakan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak
terdekat dari solusi ideal positif dan jarak terpanjang (terjauh) dari solusi ideal
negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean (jarak
antara dua titik) untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan
solusi optimal. Metode TOPSIS didasarkan pada konsep bahwa alternatif terpilih
yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif tetapi
juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif.
Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas
alternatif bisa dicapai. Metode ini banyak digunakan untuk menyelesaikan
pengambilan keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana
dan mudah dipahami, komputasinya efisien, dan memiliki kemampuan mengukur
kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan. TOPSIS banyak digunakan
dengan alasan : (1) Konsepnya sederhana dan mudah dipahami, (2) Komputasinya
efisien, serta (3) Memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja relatif dari
alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana.
AHP adalah salah satu alat analisis dalam pengambilan keputusan yang baik
dan fleksibel. Metode ini berdasarkan pada pengalaman dan penilaian dari
pelaku/pengambil keputusan. Metode yang dikembangkan oleh Saaty (1977),
terutama dalam membantu mengambil keputusan untuk menentukan
kebijaksanaan yang akan diambil dengan menetapkan prioritas dan membuat
keputusan yang paling baik ketika data kualitatif dan kuantitatif dibutuhkan untuk
dipertimbangkan.
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata

12
dalam suatu hirarki, kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai
numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif
dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut
kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas
tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
AHP memiliki banyak keunggulan dalam menyelesaikan proses
pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah
dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan menjadi keputusankeputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah. Selain itu, AHP juga
menguji konsistensi penilaian bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari
nilai konsistensi sempurna, maka hal ini menunjukkan bahwa penilaian perlu
diperbaiki atau hirarki harus distruktur ulang.

13

3. METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di wilayah pesisir Kabupaten Deli Serdang dan
Serdang Bedagai. Secara geografis terletak pada posisi 030 20’-40 00’ Lintang
Utara dan 980 30 ’-990 20’ Bujur Timur. Lokasi penelitian difokuskan pada
kecamatan-kecamatan pesisir meliputi 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan
Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, Bandar
Khalipah, Pantai Labu, Percut Sei Tuan, Hampara n Perak dan Labuhan Deli. Luas
lokasi penelitian adalah 111.840 ha dengan panjang garis pantai 120 km. Lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 1. Penelitian berlangsung selama + 6 bulan
mulai dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2013.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Jenis Data
Alat yang akan digunakan adalah berupa hardware dan software
diantaranya: Erdas Imagine 9.1, ArcGIS 9.3, Microsoft Excel, GPS, Sanna, Note
book dan kamera.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data sekunder diuraikan dalam Tabel 2.

14

Tabel 2 Jenis dan sumber data sekunder penelitian
No
1
2
3
4
5

Jenis Data
Citra Landsat ETM-7 path/row 129/057
Citra Landsat ETM-7 path/row 128/058
Citra Landsat ETM-8 path/row 129/057
Citra Landsat ETM-8 path/row 128/058
Peta wilayah administrasi Kabupaten
Serdang Bedagai dan Deli Serdang dan
peta RBI

6

Peta Penggunaan Lahan

7

Data Potensi Desa

8

Peta Satuan Lahan

Sumber
Biotrop
Biotrop
Biotrop
Biotrop

Tahun
2000
2000
2013
2013

skala
Resolusi 30 x 30 m
Resolusi 30 x 30 m
Resolusi 30 x 30 m
Resolusi 30 x 30 m

Bappeda

-

1: 250.000

2011

1:250.000

2011

-

1990

1 : 250.000

Planologi
Kehutanan
BPS
Pusat
Penelitian
Tanah dan
Agroklimat
(LREP)

Data primer yang digunakan adalah data preferensi responden. Data primer
diperoleh melalui penyebaran kuesioner maupun wawancara untuk mengetahui
pandangan responden terhadap arahan program pengembangan penggunaan lahan
di wilayah pesisir Kabupaten Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai.
Responden yang dimaksud adalah st