Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap Pertumbuhan dan ProduktivitasBeberapa Rumput Tropika (Chloris gayana, Paspalum dilatatum, dan Paspalum notatum)

PENGARU
UH CEKA
AMAN KE
EKERING
GAN DAN PENAMB
BAHAN
FUNG
GI MIKOR
RIZA ARB
BUSKULA
A (FMA) T
TERHADA
AP
PERTU
UMBUHA
AN DAN P
PRODUKT
TIVITAS BEBERA
APA
RUMPU
UT TROPIKA

(Chloriss gayana, Paspalum
P
dilatatum,, danPaspaalum notatum)

S
SKRIPSI
AKHIR P
PEBRIANS
SYAH

DEPA
ARTEMEN ILMU NUT
TRISI DAN
N TEKNOLO
OGI PAKA
AN
FAKULTA
AS PETERN
NAKAN
INSTITUT PE

ERTANIAN
N BOGOR
2012 

 

RINGKASAN
AKHIR PEBRIANSYAH. D24070134. 2012. Pengaruh Cekaman Kekeringan
dan Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap Pertumbuhan
dan Produktivitas Beberapa Rumput Tropika (Chloris gayana, Paspalum
dilatatum, Paspalum notatum). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K., M.Si.
Pembimbing Anggota : Ir. Asep Tata Permana, M.Sc.
Lebih dari 60 % pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia adalah hijauan.
Rumput merupakan tanaman pakan yang sampai saat ini ketersediaannya baik secara
kuantitas maupun kualitas harus ditingkatkan. Budidaya rumput dipengaruhi oleh
iklim dimana musim kemarau sering kali menjadi suatu kendala karena ketersediaan
air menurun. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan dan dikembangkan untuk
beberapa jenis tanaman budidaya dalam mengatasi cekaman air tersebut adalah

dengan pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan produktivitas Chloris
gayana, Paspalum notatum, dan Paspalum dilatatum pada kondisi cekaman
kekeringan sehingga dapat diketahui jenis rumput yang adaptif.Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tiga jenis tanaman rumput yaitu, Chloris
gayana, Paspalum notatum, dan Paspalum dilatatum. Perlakuan yang digunakan
pada penelitian ini antara lain: M0S0 = Tanpa mikoriza dan disiram tiap hari;M0S1 =
Tanpa mikoriza dan tidak disiram;M1S0 = Dengan mikoriza dan disiram tiap hari;
M1S1 = Dengan mikoriza dan tidak disiram. Desain percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 5
ulangan. Setiap jenis rumput dilakukan penelitian secara terpisah. Peubah yang
diamati pada penelitian ini antara lain kadar air tanah, tinggi vertikal tanaman, berat
kering tajuk, berat kering akar, infeksi akar dan indeks sensitivitas kekeringan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tanaman mengalami titik layu
permanen pada masing-masing rumput yaitu Paspalum dilatatum 24 hari, Chloris
gayana 32hari, dan Paspalum notatum 44hari. Tanaman yang diberikan perlakuan
mikoriza pada kondisi cekaman kekeringan memiliki pengaruh yang berbeda nyata
dan mampu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas untuk perlakuan berat
kering akar pada tanaman Chloris gayana, sedangkan peubah lain pada tanaman

penelitianbelum memberikan pengaruh yang nyata. Urutan jenis rumput yang
mempunyai produktivitas yang baik dalam kondisi cekaman kekeringan, baik yang
diberikan mikoriza maupun tanpa pemberian mikoriza, yaitu Paspalum notatum,
Chloris gayana, danPaspalum dilatatum.Dari ketiga rumput yang diteliti yang
paling adaptifadalah rumput Paspalum notatum yang memiliki pertumbuhan dan
produksi yang lebih baik bila dibandingkan dengan kedua jenis lainnya.
Kata kunci : rumput, Chloris gayana, Paspalum dilatatum, Paspalum notatum, Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA), cekaman kekeringan.


 

ABSTRACT
Effect of Drought Stress and Addition of Arbuscula Mycorrhizal Fungi (AMF)
on Growth and Productivity of Tropical Grasses
(Chloris gayana, Paspalum dilatatum, andPaspalum notatum)
Pebriansyah A., Panca Dewi M. H. K. and Asep Tata Permana

More than 60% of feed consumed by ruminants is forage. Unfortunately, the
availability of both quality and quantity is still low. Grasses cultivation is affected by

climatic factors such as the dry season. In the dry season, the water content of
soildecrease. One of alternative that can be applied and developed for several types
of plants cultivated to overcome drought stress is by using Arbuscula Mycorrhizal
Fungi (AMF) in plants. The aim of this study was to observed the effect of
Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) to the growth and the production of grasses in
drought stress condition. We used three species of grasses for this research:Chloris
gayana, Paspalum notatum, and Paspalum dilatatum. The researchused completely
randomized design with 4 treatments and 5 replication. The four treatments research
were as follows: M0S0 = without mycorrhizal and daily watering; M0S1 = without
mycorrhizal and without watering; M1S0 = with mycorrhiza and daily watering; M1S1
= with mycorrhizal and without watering. Each type of grasses were obsereved in a
separate study. The variable were the water content of soil, the height of plant, the
dry weight of stem, the dry weight of canopy, the root infection in each forage
species and the drought sensitivity index. The result showed that mycorrhizal and
drought stress significantly increased the growth and production of dry weight of
root ofChloris gayana. However, the other variable were not significantly. Paspalum
notatum is the most adaptive grass in the drought condition. Chloris gayanahasthe
growth and a better production than Paspalum dilatatum.

Keywords : forage, Chloris gayana, Paspalum dilatatum, Paspalum notatum,

Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF), drought stress

ii 
 

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGANDAN PENAMBAHAN
FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA)
TERHADAPPERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
BEBERAPA RUMPUT TROPIKA
(Chloris gayana, Paspalum dilatatum, dan Paspalum notatum)

AKHIR PEBRIANSYAH
D24070134

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

iii 
 

Judul

: Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Penambahan Fungi Mikoriza
Arbuskula
(FMA)
terhadap
Pertumbuhan
dan
ProduktivitasBeberapa Rumput Tropika (Chloris gayana, Paspalum
dilatatum, dan Paspalum notatum)

Nama


: Akhir Pebriansyah

NIM

: D24070134

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K., MSi)
NIP. 19611025 198703 2 002

(Ir. Asep Tata Permana, MSc)
NIP. 196403021991031002

Mengetahui:
Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc. Agr)
NIP: 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian : 24 Januari 2012

Tanggal Lulus :

iv 
 

RIWAYAT HIDUP
 

Penulis dilahirkan pada tanggal 26Pebruari 1989 di Tangerangdari pasangan
H. Benjamin dan Hj. Ny Yatie. Tahun 1995, Penulis mengawali pendidikan dasarnya
di Sekolah Dasar Negeri 06 Kota Tangerang dan diselesaikan pada tahun
2001.Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai tahun 2001 dan diselesaikan pada
tahun 2004 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 03 Kota Tangerang. Penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Swasta Yayasan Abdi Karya
5Jakarta pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Peternakan dan pada tingkat dua
masuk di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Selama menjalani
pendidikan perguruan tinggi, Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan,
diantaranya pada tahun 2007/2008.Penulis menjadi Ketua Gedung Asrama TPB IPB,
2008/2011. Penulis aktif dalam organisasi di DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Al
hurriyyah IPB dan LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Al Hurriyyah IPB, kemudian
Penulis juga menjadi Komandan Tingkat INTP angkatan 44, Anggota Himpunan
Mahasiswa dan Profesi Ilmu Nutrisi Ternak tahun 2010,Tahun 2010/2012 penulis
aktif di Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Indonesia (FSLDK Nasional)
sebagai Koordinator BP PUSKOMNAS wilayah Jawa Barat.
Penulis menjadi asisten Ilmu dan Teknologi Pastura Tahun 2010, asisten
Fisiologi Nutrisi tahun 2011, dan asisten Pendidikan Agama Islam tahun 2008/2011,
penulis pernah melakukan kegiatan turun desa bidang peternakan selama 2 hari di
desa Cijeruk, Bogor pada tahun 2010.Penulis bersama teman satu timaktif dalam
PKM Kewirausahaan IPB pada tahun 2009/2010. Penulis juga pernah berpartisipasi
dan menjadi finalis dalam penulisan paper mahasiswa perguruan tinggidengan judul
“Environmental constraints on agricultural growth in Indonesia” EgyptCompetition

Scholarshiptahun 2009 dan tahun 2010 dengan judul paper “Perspective livestock
and the environment” Maldive Scholarship Alert Competition.


 

KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah, segala puji hanya milik Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam selalu terlimpah kepada junjungan dan suri tauladan kita Baginda
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan insya allah kita selaku umatnya.
Penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Penambahan
Fungi

Mikoriza Arbuskula (FMA) Terhadap Produktivitas Beberapa

Rumput

Tropika (Chloris gayana, Paspalum dilatatum, dan Paspalum notatum)” ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Salah satu hijauan yang yang sesuai untuk penggembalaan maupun
digunakan sebagai hijauan potong adalah rumput karena kemampuannya untuk
tumbuh kembali setelah adanya pemotongan atau pengembalaan. Selain itu rumput
yang digunakan sebagai pakan ternak ruminansia dapat mempertahankan
pertumbuhan vegetatif terus menerus melalui pertumbuhan kembali setelah dipanen.
Budidaya rumput dipengaruhi oleh iklim dimana musim kemarau sering kali menjadi
suatu kendala karena ketersediaan air menurun, akibatnya pemenuhan kebutuhan
rumput belum terpenuhi di lihat dari kuantitas dan kualitasnya. Salah satu alternatif
yang dapat diterapkan dan dikembangkan untuk beberapa jenis tanaman budidaya
dalam mengatasi cekaman air tersebut adalah dengan pemanfaatan Fungi Mikoriza
Arbuskula (FMA) pada tanaman.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang
membutuhkan. Amin

Bogor, Januari 2012
Penulis

vi 
 

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN......................................................................................

i

ABSTRACT.........................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN.................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP...............................................................................

v

KATA PENGANTAR ........................................................................

vi

DAFTAR ISI........................................................................................

vii

DAFTAR TABEL................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR...........................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................

xi

PENDAHULUAN................................................................................

1

Latar Belakang.......................................................................
Tujuan.....................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

3

Peranan Air pada Tanaman ......................................................
Pengaruh Cekaman KekeringanPada Tanaman.......................
Rumput sebagai Hijauan Makanan Ternak ...................…......
Rumput Chloris gayana ..........................................................
Rumput Paspalum notatum .....................................................
Rumput Paspalum dilatatum ..................................................
Mikoriza Arbuskula (FMA) ..……...…...................................
Hubungan Mikoriza dengan Tanaman ....................................
Tanah Latosol ..............……………………............................
MATERI DAN METODE ………………………………………….
Lokasi dan Waktu…………..................................................
Materi……………….……………………………………....
Prosedur Pelaksanaan ….…………………………………….
Persiapan jenis rumput ..............................................
Persiapan media tanam...........................…................
Penanaman ...............................................................
Perlakuan kekeringan ...............................................
Pemeliharaan ............................................................
Panen ........................................................................
Pengamatan ...............................................................
Rancangan dan Analisis Data .................................................14
Rancangan percobaan ................................................
Model ........................................................................

3
3
5
6
7
7
8
10
11
12
12
12
12
12
12
12
13
13
13
13
14
14

vii 
 

Peubah yang Diamati ................................................
Tinggi Tanaman ..........................................
Jumlah Anakan...........................................
Kadar Air Tanah ….....................................
Infeksi Akar …............................................
Berat Kering Tajuk .....................................
Berat Kering Akar ......................................
Indeks Sensitivitas Cekaman Kekeringan..
Analisis Data ……................................…………......

14
14
15
15
15
16
16
16
16

HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................

17

Pengamatan Umum Penelitian...............................................
Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Air Tanah .....………...
Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Tinggi Vertikal
Tanaman………………………………………………….....
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan .......................
Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Kering Tajuk dan Akar ..
garuh Perlakuan terhadap Rataan Infeksi Akar .....................
Indeks Sensitivitas terhadap Cekaman Kekeringan...............

17
18
21
24
25
27
29

KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….............

31

Kesimpulan ………………………………………………...
Saran ……………………………………………………….

31
31

UCAPAN TERIMA KASIH………………………………............

32

DAFTAR PUSTAKA.............……………………...........................

33

LAMPIRAN.......................................................................................

36

viii 
 

DAFTAR TABEL
Nomor
1.

Halaman
Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan Menurut
Waktu…………………………………………………………..

4

2.

Kelayuan Permanen pada Setiap Jenis Rumput……….….........

17

3.

Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Persen Kadar Air Tanah..

18

4.

Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Pertambahan Tinggi
Vertikal Tanaman..………………………………......................

21

5.

Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan...........................

24

6.

Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Kering Tajuk dan Akar......

25

7.

Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Persen Infeksi Akar…….

28

8.

Indeks Sensitivitas terhadap Cekaman Kekeringan……………

29

ix 
 

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Chloris gayanaKunth.....................................................................

6

2. Paspalum notatum…………………………...................................

7

3. Paspalum dilatatum………………………….................................. 8
4. Bentuk Struktur (a) Arbuskula (b) Vesikula (c) Hifa Eksternal (d)
Spora……………………………………………………………....

9

5. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Air tanah Tanaman Chloris
gayana..............................................................................................

19

6. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Air tanah Tanaman
Paspalum dilatatum.........................................................................

20

7. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Air tanah Tanaman
Paspalum notatum............................................................................

20

8. Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman Chloris
gayana..............................................................................................

22

9. Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman Paspalum
dilatatum..........................................................................................

23

10. Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman Paspalum
notatum.............................................................................................

23


 

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Data Suhu Pengamatan RumputChloris gayana, Paspalum
dilatatum dan Paspalum notatum………………………...........

37

2. Hasil Sidik Ragam pada RumputChloris gayana untuk Semua
Peubah yang Diamati…………………………………………..

39

3. Hasil Sidik Ragam pada RumputPaspalum dilatatum untuk
Semua Peubah yang Diamati……..............................................

40

4. Hasil Sidik Ragam pada RumputPaspalum notatum untuk
Semua Peubah yang Diamati…………………………………...

41

5. Perhitungan Indeks Sensitivitas terhadap Cekaman Kekeringan
pada RumputChloris gayana, Paspalum dilatatum, dan
Paspalum notatum................…………………………………..

42

 

xi 
 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan sektor peternakan tidak lepas dari penyediaan hijauan
makanan ternak yang berkualitas dan berkesinambungan. Lebih dari 60 % pakan
yang dikonsumsi ternak ruminansia adalah hijauan, baik dalam bentuk segar atau
dalam bentuk kering. Hijauan makanan ternak dapat berupa rumput-rumputan,
leguminosa atau daun-daun jenis lainnya. Jenis-jenis hijauan ini dapat diberikan
secara tunggal maupun campuran berupa leguminosa dengan rumput atau diberikan
hanya berupa rumput.
Rumput merupakan salah satu sumber hijauan yang sesuai untuk
penggembalaan maupun digunakan sebagai hijauan potong karena kemampuannya
untuk tumbuh kembali setelah adanya pemotongan atau pengembalaan. Rumput
tropika yang terdiri atas Chloris gayana, Paspalum dilatatum, dan Paspalum
notatum merupakan rumput yang toleran terhadap cekaman kekeringan (Nahak,
2011). Selain itu rumput dapat mempertahankan pertumbuhan vegetatif terus
menerus melalui pertumbuhan kembali setelah dipanen. Pada masa ini ketersediaan
rumput belum dapat memenuhi kebutuhan dilihat dari kuantitas maupun kualitasnya.
Ketersediaan rumput pakan yang masih kurang ini terutama dipengaruhi oleh kondisi
lahan, iklim, dan ketersediaan air.
Air diperlukan bagi pertumbuhan tanaman dalam jumlah besar. Ketersedian
air dalam tanah sangat ditentukan oleh frekuensi dan distribusi curah hujan yang
mempengaruhi keadaan air tanah dan suplai zat-zat hara. Kekurangan air merupakan
salah satu masalah utama bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Kekurangan air secara internal pada tanaman berakibat langsung pada penurunan
pembelahan dan perbesaran sel. Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan
oleh tanaman untuk pembelahan dan perbesaran sel yang terwujud dalam
pertambahan tinggi tanaman, perbesaran diameter, perbanyakan daun, dan
pertumbuhan akar (Sasli, 2004).
Pada saat ini di Indonesia tanaman pakan ternak dapat dikembangkan pada
kondisi tanah yang kering. Haryadi dan Yahya (1988) menjelaskan cekaman
kekeringan pada tanaman dapat disebabkan dua hal : (1) kekurangan air di daerah
perakaran, (2) laju evapotranspirasi yang tinggi dibandingkan dengan laju absorbsi
1
 

air oleh akar tanaman sehingga kebutuhan air pada daun tinggi. Tanaman yang
mengalami cekaman kekeringan pertumbuhannya terhambat, karena ketersediaan air
dalam tanaman dan tanah mempengaruhi penyerapan hara tanah oleh akar tanaman.
Salah satu alternatif yang dapat diaplikasikan untuk beberapa jenis tanaman
budidaya dalam mengatasi cekaman air tersebut adalah dengan pemanfaatan Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) pada tanaman. Simbiosis antara Fungi Mikoriza
Arbuskula (FMA) dan tanaman inangnya merupakan simbiosis mutualisme (saling
menguntungkan). Simbiosis ini meliputi penyediaan fotosintat oleh inang untuk
jamur dan sebaliknya tanaman inang memperoleh unsur hara dan air yang diambil
oleh tanah dari AMF.
Pada asosiasi ini infeksi pada akar tidak menyebabkan penyakit. Karti (2005)
menjelaskan bahwa mikoriza selain berperan untuk memperbaiki status nutrisi
tanaman, juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan. Rungkat
(2009) menjelaskan bahwa tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik
dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki peranan bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu: a) meningkatkan penyerapan unsur hara,
b) melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh
cekaman kekeringan, c) dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang
terkontaminasi, d) dapat melindungi tanaman dari patogen akar e) dapat
memperbaiki produktivitas tanah dan tanah memantapkan struktur tanah. Pada
tanaman rumput tropika pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan juga cukup baik.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh cekaman kekeringan
dan penambahan fungi mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan dan produktivitas
beberapa rumput tropika Chloris gayana, Paspalum dilatatum, dan Paspalum
notatum.
 
 
 
 

2
 

TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Air pada Tanaman
Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Air
mempunyai peranan sangat penting karena air merupakan bahan pelarut bagi
kebanyakan reaksi dalam tubuh makhluk hidup. Air juga digunakan sebagai medium
enzimatis. Air sangat penting bagi tumbuhan, karena 30% sampai 90% berat
tumbuhan tersusun atas air. Tumbuhan menggunakan air pada proses fotosintesis.
Mineral-mineral yang diserap oleh akar harus terlarut juga dalam air (Astuti dan
Dewi, 2008).
Dalam siklus hidup suatu tanaman, mulai dari perkecambahan sampai
tumbuh dan berkembang, tanaman selalu membutuhkan air. Fungsi air bagi tanaman
diantaranya sebagai unsur esensial di dalam protoplasma, pelarut garam-garam, gas
dan zat lain dalam proses translokasi, pereaksi fotosintesis dan berbagai proses
hidrolisis, esensial untuk menjaga turgiditas, pembukaan stomata, serta sebagai
penyangga bentuk daun muda yang berlignin sedikit. Kebutuhan air pada tanaman
dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang
diserap oleh akar tergantung ketersedian atau kadar air tanah yang ada dan laju
transpirasi. Pada kondisi kadar air tanah rendah atau berada di bawah kapasitas
lapang, dan dalam kondisi laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air, maka
tanaman akan dihadapkan pada kondisi cekaman air atau kekeringan (Sasli, 2004).
Air dapat membatasi pertumbuhan dan produktivitas pertumbuhan hampir di
segala tempat, baik karena periode kering tak terduga maupun curah hujan normal
yang rendah sehingga diperlukan pengairan yang teratur (Salisbury dan Ross, 1995).
Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan tanaman sangat besar. Kekurangan
air pada tanaman yang diikuti berkurangnya air pada daerah perakaran berakibat
pada aktivitas fisiologis tanaman (Khaerana et al., 2008).

Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Tanaman
Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan tanaman sangat besar.
Kekurangan air pada tanaman yang diikuti berkurangnya air pada daerah perakaran
berakibat pada aktivitas fisiologis tanaman. Mekanisme yang terjadi pada tanaman
yang mengalami cekaman kekeringan adalah dengan mengembangkan mekanisme
3
 

respon terhadap kekeringan. Pengaruh yang paling nyata adalah mengecilnya ukuran
daun untuk meminimumkan kehilangan air (Khaerana, 2008). Kekurangan air akan
mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan
terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan
perubahan yang tidak dapat balik (irreversible) dan pada gilirannya dapat
menyebabkan tanaman mati (Haryati, 2003).
Cekaman kekeringan mempengaruhi semua fase pertumbuhan tanaman, baik
pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil tanaman. Cekaman kekeringan pada saat pertumbuhan vegetatif
akan mempengaruhi ukuran dan intensitas source (daun dan akar). Cekaman
kekeringan pada saat pertumbuhan generatif akan mempengaruhi intensitas dan
durasi source serta ukuran dari sink (misalnya buah atau bagian lain yang dipanen).
Ukuran, intensitas dan durasi source serta ukuran sink akan mempengaruhi asimilasi
total, dan akhirnya mempengaruhi hasil tanaman (Haryati, 2003).
Pengaruh dari cekaman air terhadap tanaman menurut Munns (2002) dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa tingkatan waktu, yaitu mulai dari menit, jam,
hari, minggu dan bulan.

Tabel 1. Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan Menurut Waktu
Waktu

Pengaruh yang terlihat pada saat cekaman air

Menit

Penyusutan seketika laju pemanjangan daun dan akar yang kemudian
diikuti dengan penyembuhan sebagian.

Jam

Laju pemanjangan akar kembali normal tapi lebih rendah dari laju
sebelumnya

Hari

Pertumbuhan daun lebih dipengaruhi daripada pertumbuhan akar.
Laju mekarnya daun berkurang

Minggu

Ukuran akhir daun tanaman dan/atau jumlah pucuk lateral tanaman
terus berkurang

Bulan

Mengubah saat pembungaan, sehingga terjadi penyusutan produksi
biji/ Menyusutkan produksi biji.

Sumber: Munns, 2002

4
 

Cekaman kekeringan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu kekurangan
suplai air di daerah perakaran atau laju kehilangan air (evapotranspirasi) lebih besar
dari absorbsi air meskipun kadar air tanahnya cukup (Sasli, 2004). Tanaman-tanaman
yang tumbuh pada kondisi cekaman kekeringan akan mengurangi jumlah stomata
sehingga menurunkan laju kehilangan air. Penutupan stomata dan serapan CO2 bersih
pada daun berkurang secara pararel (bersamaan) selama kekeringan. Proses asimilasi
karbon terganggu sebagai akibat dari rendahnya ketersediaan CO2 pada kloroplas
karena cekaman air yang menyebabkan terjadinya penutupan stomata. kekeringan
yang hebat akan merubah/membatasi proses asimilasi, translokasi, penyimpanan dan
penggunaan karbon fotoasimilat secara terpadu (Sasli, 2004).

Rumput sebagai Hijauan Makanan Ternak
Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi
ternak ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum
digunakan oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah besar. Selanjutnya
dikatakan pula bahwa rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi
kelangsungan hidup ternak, seperti air, lemak, serat kasar, beta-N, mineral serta
vitamin.
Secara umum hijauan makanan ternak dapat dibagi menjadi empat yaitu,
hijauan segar asal rumput, hijauan segar asal kacangan, hijauan segar selain rumput
dan kacangan, dan jerami. Untuk dapat tumbuh dengan baik, tanaman memerlukan
kondisi lingkungan yang sesuai dengan sifat tanaman tersebut. Pertumbuhan tanaman
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : curah hujan, suhu, cahaya, tipe tanah, struktur
tanah, dan ketersediaan hara tanah (Nurhayati, 2002). .
Menurut Reksohadiprodjo (1985) rumput tropika terbagi dua yaitu rumput
tropika daerah basah dan rumput tropika daerah kering. Adaptasi iklim rumput
daerah tropika basah antara lain rumput jenis ini responsif terhadap hari yang pendek
atau bersifat netral (perubahan vegetatif ke generatif bisa terjadi pada jangka waktu
kurang dari 12 jam), hidup pada temperatur hangat dengan curah hujan >1000 mm
setiap tahunnya, sedangkan rumput tropika kering hidup di daerah kering dan bersifat
tahan penggembalaan berat serta tahan kekeringan.

5
 

Rumput Rhodes (Chloris gayana Kunth)
Rumput menahun ini berstolon dan tumbuh tegak. Karangan bunga berbentuk
malai bentuk jari, dengan 6 sampai 15 malai satu sisi yang panjangnya 6 sampai 10
cm terkumpul di ujung pada tangkai batang. Jumlah malai tergantung dan sangat
sensitif terhadap pemupukan. Rumput Rhodes merupakan rumput asli daerah Afrika
Selatan dan Afrika Timur, lalu meluas sampai ke Afrika Barat. Rumput ini termasuk
jenis rumput yang berumur panjang, mempunyai jaringan perakaran yang kuat, luas
dan dalam sehingga dapat membentuk granula-granula tanah yang baik, rumput ini
tumbuh baik di iklim sub-tropis seperti di Afrika, Australia, Jepang, Amerika
Selatan, dan Timur Tengah.

Gambar 1. Chloris gayana Kunth
Sumber : Dokumentasi pribadi

Menurut Moore (2006) Secara morfologis rumput ini hidup di padang rumput
terbuka. Rumput Rhodes atau Chloris gayana tumbuh di tanah yang kondisinya
mempunyai kisaran luas sesuai jika ditanam di daerah tropika dengan curah hujan
tahunan 650-1200 mm. Masih dapat tumbuh dengan baik pada setiap jenis tanah dan
juga tahan kering. Pada keadaan yang sangat basah pertumbuhannya agak kerdil, dan
berwarna kekuning-kuningan.
Rumput Chloris gayana Kunth adalah rumput yang baik untuk padang
rumput rotasi di daerah tropik, palatable dan tahan padang pengembalaan serta tahan
injakan,

mudah

dikembangkan

dengan

biji

dan

menutup

dengan

cepat

(Reksohardiprojo, 1985). Ditambahkan pula bahwa rumput Rhodes cepat
membentuk pertanaman yang penuh dengan perakaran dan responsif terhadap
pemupukan nitrogen. Produksi berat kering (BK) umumnya berkisar dari kira-kira

6
 

sampai 10-25 ton/ha, tergantung dari varietas, kesuburan tanah, kondisi lingkungan,
dan frekuensi pemotongan.
Rumput Paspalum notatum
Rumput ini dikenal dengan nama rumput Bahia (Amerika Serikat), jengi
brillo (Kosta Rika), batatais (Brasil), Paraguay paspalum (Zimbabwe), tejona (Kuba).
Memiliki

akar yang berserat bentuk padat, bahkan di tanah berpasir rawan-

kekeringan. Daun-bilah umumnya berbulu di pinggiran dan kurang dari 1 cm lebar.
Mempunyai bibit yang subur atau mudah berkembang baik (prolifically) selama
musim panas, biji batang 30-75 cm tinggi, biasanya dengan dua (kadang-kadang
tiga), masing-masing panjangnya 6 cm. Biji berbentuk

oval, kekuningan-hijau,

mengkilap dan berdiamter sebesar 3 mm.

Gambar 2 Paspalum notatum
Sumber: Dokumentasi pribadi
Tanaman ini tumbuh pada musim semi, panas dan gugur, dengan curah hujan
minimal 750 mm pertahun. Memiliki toleransi terhadap kekeringan yang cukup baik,
karena akarnya tumbuh mendalam, dapat hidup pada berbagai jenis tanah, tetapi
paling cocok adalah tanah berpasir. Suhu optimum untuk pertumbuhan rata-rata 20,2
°C. Tanaman ini tumbuh baik pada pH 4,5-6,5 memiliki produksi BK berkisar 40
ton/ha tergantung iklim (Newman, 2010)
Rumput Paspalum dilatatum
Paspalum dilatatum yang dikenal dengan nama rumput australi, rumput
dallies (Indonesia), berasal dari Brazil, Argentina, Uruguay (Amerika Selatan).
Rumput ini memiliki kandungan protein kasar berkisar antara 13,4-18,5% , lemak
kasar 1,3-2,4 %, serat kasar 24,4-34,8 % dan Beta-N 40,1-48,6 %, kecernaan BK
sekitar 50-63 %. Bentuk adaptasi rumput ini cocok pada jenis tanah berstruktur
7
 

sedang sampai berat, tapi yang paling baik adalah pada tanah berat yang basah dan
subur. Hidup pada ketinggian 0-2000 m (dataran rendah sampai pegunungan).
Rumput ini dapat memberikan pengaruh yang cukup berbahaya pada domba karena
pengaruh dari senyawa cyanogenic glikosida yang terdapat dalam rumput ini,
walaupun HCN nya relatif rendah (42 ppm). Kelebihan konsumsi dapat
mengakibatkan ternak mengalami diare.

Gambar 3. Paspalum dilatatum
Sumber : Dokumentasi pribadi

Rumput ini termasuk rumput berumur panjang, tumbuh tegak yang bisa
mencapai tinggi 60-150 cm, tumbuh di daerah rendah dengan curah hujan sekitar 750
mm, dan meluas setidaknya ke lereng yang lebih rendah yang lebih tinggi curah
hujannya (sampai sekitar 1.700 mm) dengan suhu berkisar 22,5 0C- 30 0C, berdaun
rimbun yang berwana hijau tua. Tanaman ini toleran terhadap kekeringan karena
sistem perakarannnya luas dan dalam, serta tahan genangan air, rumput ini juga
merupakan rumput gembala yang baik, tahan injak, dan renggut serta palatable dan
memiliki kandungan gizi yang tinggi. Sebagai rumput potong, rata-rata produksinya
bisa mencapai 50-70 ton per tahun/ha ( Nahak, 2011).

Mikoriza Arbuskula (FMA)
Mikoriza merupakan salah satu bentuk simbiosis mutualistik antara cendawan
(mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Adanya bentuk asosiasi
antara cendawan mikoriza dan akar, sebenarnya adalah suatu bentuk “parasitism”
dimana cendawan menyerang sistem perakaran tetapi tidak sebagaimana halnya
parasit yang berbahaya (patogen). Dalam hal ini cendawan tidak merusak atau
membunuh inangnya tetapi memberikan keuntungan kepada tanaman inangnya
8
 

dengan mensuplai mineral anorganik yang berasal dari tanah untuk tanaman inang
dan sebaliknya cendawan dapat memperoleh karbohidrat dan faktor pertumbuhan
lainnya dari tanaman inang (Rungkat, 2009). Secara umum mikoriza di daerah tropis
tergolong dalam dua tipe berdasarkan struktur dan cara infeksinya terhadap tanaman
inangnya yaitu : ektomikoriza dan endomikoriza (Rungkat, 2009).
Struktur utama dari Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah arbuskula,
vesikula, hifa eksternal dan spora antara lain yaitu (Dewi, 2007) : (1) Arbuskula
adalah struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon kecil yang mirip
haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi
antara tanaman inang dengan jamur. (2) Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk
lonjong atau bulat, mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ
penyimpanan makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi
sebagai organ reproduksi dan struktur tahan. (3) Hifa eksternal merupakan struktur
lain dari FMA yang berkembang di luar akar. Hifa ini berfungsi menyerap hara dan
air di dalam tanah. (4) Spora, merupakan propagul yang bertahan hidup
dibandingkan dengan hifa yang ada di dalam akar tanah. Spora terdapat pada ujung
hifa eksternal dan dapat hidup selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Perkecambahan spora bergantung pada lingkungan seperti pH, temperatur dan
kelembaban tanah serta kadar bahan organik.
Bentuk struktur arbuskula, vesikula, hifa eksternal dan spora dapat dilihat
pada Gambar 4.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4. Bentuk Struktur (a) Arbuskula (b) Vesikula (c) Hifa Eksternal (d) Spora
Sumber : Dokumentasi pribadi.

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang menginfeksi sistem perakaran
tanaman inang akan memproduksi hifa secara intensif sehingga tanaman bermikoriza
akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam penyerapan unsur hara dan air serta
9
 

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan patogen tanah (Brundrett et al.,
1996). Beberapa manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang dari adanya asosiasi
FMA adalah sebagai berikut : (1) meningkatkan unsur hara, (2) meningkatkan
ketahanan terhadap kekeringan, (3) tahan terhadap serangan patogen akar, dan (4)
FMA dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh.

Hubungan Mikoriza dengan Tanaman
Simbiosis antara mikoriza dan tanaman inangnya (jamur, tanah, dan akar
tanaman) merupakan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) (Brundrett,
2000). Simbiosis ini meliputi penyediaan fotosintat oleh inang untuk jamur dan
sebaliknya tanaman inang memperoleh nutrien yang diambil oleh tanah dari jamur.
Pada asosiasi ini infeksi pada akar tidak menyebabkan penyakit.
Mikoriza dikenal efektif dalam meningkatkan penyerapan hara, terutama
akumulasi fosfor dan dan biomassa dari banyak tanaman di dalam tanah dengan
kandungan fosfor yang rendah (Rungkat, 2009). Turk et al. (2006) mengatakan
bahwa peran utama dari FMA adalah untuk menyediakan fosfor bagi akar tanaman
yang terkena infeksi, karena fosfor adalah salah satu unsur yang sangat tidak mobil
di dalam tanah, meskipun jika fosfor ditambahkan di tanah dalam bentuk segera
larut, fosfor tersebut akan menjadi tidak mobil seperti fosfor organik dan kalsium
fosfat.
Rungkat (2009) menjelaskan bahwa tanaman yang bermikoriza biasanya
tumbuh lebih baik dari pada tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza memiliki
peranan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, peranan mikoriza bagi tanaman
sebagai berikut : a) mikoriza meningkatkan penyerapan unsur hara, b) mikoriza
melindungi tanaman inang dari pengaruh yang merusak yang disebabkan oleh stres
kekeringan, c) mikoriza dapat beradaptasi dengan cepat pada tanah yang
terkontaminasi, d) mikoriza dapat melindungi tanaman dari patogen akar e) mikoriza
dapat memperbaiki produktivitas tanah dan memantapkan struktur tanah. Pada
tanaman rumput pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan juga cukup baik.

10
 

Tanah Latosol
Pembentukan Latosol biasanya terdapat di daerah tropik dan subtropik
dengan curah hujan dan suhu yang tinggi. Pada daerah ini gaya-gaya hancuran
bekerja lebih cepat dan lebih besar pengaruhnya daripada di daerah sedang. Di
daerah tropik proses hidrolisis dan oksidasi berlangsung sangat intensif dan mineralmineral silikat cepat hancur. Sifat Latosol yang utama adalah warna merah dan
kuning, terutama pada horison B tetapi bila lapisan atas tererosi biasanya akan
berwarna cokelat dan kelabu. Sifat lain yang penting dari Latosol adalah
terbentuknya keadaan granular, keadaan ini akan merangsang drainase dalam
keadaan sangat baik (Buckman dan Brady, 1974).
Latosol Darmaga menurut taksonomi tanah (USDA, 1975), termasuk
kedalam Oxic Dystropept. Tanah ini terletak pada zona fisiografi Bogor bagian barat
dan berbahan induk batuan vulkanik kuarter gunung Salak yang bersusunan
Andesitik dengan asosiasi Augit. Sifat kimia dan fisik dari tanah Oxic Dystropept
Darmaga adalah KTK tanah lebih dari 16 me/100 g liat, retensi kation dengan NH4Cl
lebih dari 12 me/100 g liat, potensi kesuburan alaminya cukup baik yang dicirikan
oleh kandungan Augit dan Plagioklas intermedier cukup banyak pada fraksi 200-20
mikro. Tingkat kesuburan NPK rendah sampai sedang, sangat responsif terhadap
pemupukan P, permeabilitasnya agak lambat sampai dengan sedang (Yogaswara,
1977).

11
 

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Agrostologi Fakultas Peternakan
IPB, Laboratorium Agrostologi,

Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Juli 2010
sampai dengan Juli 2011.
Materi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: pols Chloris gayana,
Paspalum notatum, Paspalum dilatatum, tanah Latosol, pupuk KCl dan NPK, dan
FMA yang diperoleh dari Labolatorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat
Penelitian Sumberdaya Hayati LPPM IPB. Peralatan yang digunakan timbangan, pot,
alat penyiram tanaman, pecahan batu, plastik, sekop tanah, amplop cokelat, gunting,
solatip, penggaris dan oven.
Prosedur
Persiapan jenis rumput

Tiga jenis rumput yaitu, Chloris gayana, Paspalum notatum, Paspalum
dilatatum, masing-masing 20 pols.

Persiapan Media Tanam

Sebagai media tumbuh digunakan jenis tanah Latosol dari daerah Darmaga
dengan cara mengambil lapisan tanah bagian atas pada kedalaman 0-20 cm. Tanah
tersebut dicampur dengan pupuk kandang secara merata dengan perbandingan 9:1
(v/v), yaitu tanah sebanyak 4,5 kg dan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg.

Penanaman

Rumput ditanam di dalam pot kapasitas 5 kg tanah, setiap pot ditanam 4
individu pols rumput. Sebelum penanaman diberikan perlakuan dengan penambahan
FMA sebanyak 20 gram setiap pot tanaman (untuk pot yang mendapat penambahan
mikoriza). Tanaman ditumbuhkan terlebih dahulu selama satu bulan sebelum
mendapatkan perlakuan penyiraman. Setelah tumbuh dengan baik maka dapat
dimulai perlakuan yaitu dengan disiram dan tidak disiram. Dosis pemberian pupuk
NPK setelah tanaman tumbuh selama satu bulan adalah 3 gram per pot tanaman.
12
 

Perlakuan Kekeringan
Sebelum perlakuan kekeringan dimulai, semua pot mendapatkan perlakuan
yang sama yaitu disiram satu kali sehari. Kemudian pot diberi plastik mulsa yang
dibentuk bulat dengan diameter ± 35 cm untuk menutupi permukaan pot. Pada
perlakuan tidak disiram (S1) plastik mulsa diselotip di sekeliling pot sedangkan pada
perlakuan disiram (S0) diberi celah yang tidak diselotip untuk memudahkan proses
penyiraman. Perlakuan dimulai pada keesokan harinya dan dihitung sebagai H0. Pada
pot perlakuan S0 dilakukan penyiraman setiap pagi sedangkan untuk perlakuan S1
tidak dilakukan penyiraman sampai tanaman mati dan ini berarti perlakuan
dihentikan kemudian dilakukan pemanenan.

Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pembersihan gulma dan
pemberantasan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada
pagi hari. Pembersihan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut
gulma. Penyemprotan hama dilakukan apabila tanaman terkena hama. Penyemprotan
menggunakan pestisida yang terbuat dari bahan organik, yaitu dengan sistem kerja
langsung kontak terhadap hama yang menyerang rumput sehingga tidak
meninggalkan residu yang dapat mempengaruhi tanaman selama penelitian.

Panen
Pemanenan dilakukan setelah semua tanaman perlakuan tidak disiram (S1)
berada dalam kondisi titik layu permanen. Kemudian semua tanaman dipanen pada
semua perlakuan untuk memperoleh berat kering tajuk dan akar yang selanjutnya
akan dioven.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap empat hari sekali dengan mengukur
pertambahan tinggi vertikal tanaman dan pengambilan sampel tanah untuk mengukur
kadar air tanah.

13
 

Rancangan dan Analisis Data
Rancangan percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Jenis rumput yang digunakan, yaitu Paspalum
notatum, Paspalum dilatatum, Chloris gayana. Setiap jenis rumput dilakukan
penelitian secara terpisah.
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
M0S0

= Tanpa mikoriza dan disiram tiap hari

M0S1

= Tanpa mikoriza dan tidak disiram

M1S0

= Dengan mikoriza dan disiram tiap hari

M1S1

= Dengan mikoriza dan tidak disiram

Model
Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = μ + ρi + εij
Keterangan:
i

= 1, 2, 3, 4

j

= 1, 2, 3, 4

Yij

= Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ

= Nilai rataan umum

ρi

= Pengaruh perlakuan ke-i

εij

= Pengaruh galat

Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:
Tinggi tanaman, jumlah anakan, kadar air tanah, infeksi akar, berat kering
tajuk, berat kering akar, indeks sensitivitas kekeringan.
Tinggi Tanaman : Pengukuran pertambahan tinggi vertikal tanaman dimulai dari
bagian tanaman di atas permukaan tanah sampai ujung tanaman dengan
menggunakan pita ukur.
Pertambahan tinggi vertikal tanaman = Tt – T0
Keterangan : T0

= tinggi vertikal awal tanaman (cm)

Tt

= tinggi vertikal akhir tanaman (cm)
14

 

Pertambahan tinggi tanaman diukur dengan cara meluruskan daun, kemudian
mengukur dari permukaan tanah sampai daun paling panjang.

Jumlah Anakan : Anakan dihitung bila telah ada daun yang terbuka dengan
sempurna pada setiap jenis rumput.
Kadar Air tanah : Sampel tanah diambil sebanyak 5 g pada masing-masing pot
tanaman kemudian dimasukkan ke dalam oven 105 ºC selama 24 jam. Setelah itu
timbang berat sampel setelah dioven. Kadar air didapat dari berat sampel sebelum
dimasukkan ke oven dikurangi berat sampel setelah dioven dibagi berat sampel
setelah dioven kemudian dikalikan 100%.
               

Keterangan :

W0

= berat sampel tanah sebelum dioven

Wt

= berat sampel tanah setelah dioven

Infeksi Akar : Banyaknya infeksi diukur dengan melihat persentase akar yang
terinfeksi oleh hifa. Untuk menghitung banyaknya akar yang terinfeksi oleh fungi
mikoriza arbuskula terlebih dahulu dilakukan teknik pewarnaan akar yang
dikembangkan oleh Phyllip dan Hayman (1970). Pewarnaan akar dilakukan dengan
cara akar dicuci kemudian dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam tabung, lalu
ditambahkan larutan KOH 10% dan tabung ditutup. Setelah 24 jam KOH dibuang
dan diganti dengan yang baru kemudian didiamkan selama 24 jam. Akar dicuci dan
disaring dengan saringan kemudian dipotong-potong sepanjang 5 cm, dimasukkan ke
dalam tabung dan dibiarkan selama 24 jam setelah mengalami penambahan larutan
HCl 2%. Larutan diganti dengan larutan destaining dibiarkan selama 24 jam dan
simpan pada tabung film.
Untuk menghitung infeksi akar, potongan akar dengan panjang 1 cm diambil
sebanyak 10 buah, kemudian diletakkan di gelas preparat dan ditutup dengan cover
glass. Agar tidak goyang diberikan PVLG, bila belum dapat dihitung, akar yang
terinfeksi dapat disimpan di lemari pendingin. Persentase jumlah akar yang terinfeksi
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop stereo dengan rumus sebagai berikut:

15
 

Berat Kering Tajuk dan Akar : Pengukuran berat kering tajuk dan akar dilakukan
pada akhir percobaan, untuk keperluan tersebut tajuk dan akar dengan cara dioven
pada suhu 70 ºC selama 48 jam, setelah itu batang ditimbang. Berat kering tajuk dan
akar yang diperoleh dinyatakan dalam satuan gram/pot.
Indeks Sensitivitas Kekeringan : Toleransi tanaman rumput terhadap cekaman
kekeringan dinilai dengan indeks sensitivitas terhadap kekeringan (S) dengan rumus
(Fischer dan Maurer, 1978): S = (1-Y/Yp)/(1-X/Xp), Y = nilai respon jenis rumput
pada perlakuan cekaman kekeringan (S1), Yp = nilai respon rata-rata empat jenis
rumput pada perlakuan cekaman kekeringan (S1), X = nilai respon jenis rumput pada
perlakuan disiram setiap hari (S0), Xp = nilai respon rata-rata empat jenis rumput
pada perlakuan disiram setiap hari (S0). Peubah setiap jenis rumput dikelompokkan
menjadi toleran(T) jika ISK

0,5; agak toleran (AT) jika 0,5 < ISK

1,0; dan peka

(P) terhadap cekaman kekeringan jika ISK > 1,0. Setelah dilakukan penentuan
tingkat toleransi, selanjutnya dilakukan skoring terhadap tingkat toleransi dengan
kaidah sebagai berikut : P = skor 0, AT = skor 1 dan T = skor 2. Hasil dari
perhitungan skoring kemudian dikalikan dengan skoring terhadap hari dengan kaidah
: H24 = skor 1, H32 = skor 2, dan H44 = skor 3.

Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisa ragam
(Analysis of Variance, ANOVA) dan bila terjadi perbedaan dilanjutkan dengan uji
pembanding berganda Duncan (Program SAS 9.1).

16
 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Umum Penelitian
Pada penelitian ini beberapa jenis tanaman rumput yang diamati adalah
Paspalum notatum, Paspalum dilatatum, Chloris gayana, dan ditanam dengan
menggunakan anakan/pols. Tanaman tumbuh dengan baik pada awal pertumbuhan
sebelum mendapatkan perlakuan karena masih mendapatkan perlakuan yang sama
yaitu disiram setiap hari, hal ini bertujuan agar tanaman tumbuh sampai pada kondisi
yang siap untuk diberikan perlakuan cekaman kekeringan.
Pengamatan pada tanaman dihentikan bila tanaman yang mendapatkan
perlakuan cekaman kekeringan telah mengalami titik layu permanen yang
diakibatkan oleh cekaman kekeringan ditandai dengan terjadinya pelayuan pada daun
(daun berwarna kuning) kemudian rontok, lalu diikuti dengan pembusukan pada
batang. Kondisi titik layu permanen, yaitu kondisi kandungan air tanah dimana akarakar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah sehingga tanaman
mengalami layu permanen dalam arti sukar disembuhkan kembali meskipun telah
ditambahkan sejumlah air yang mencukupi. Pada tanaman Chloris gayana yang
mendapatkan perlakuan cekaman kekeringan mengalami kelayuan permanen pada
hari ke-32 sedangkan pada tanaman Paspalum notatum, dan Paspalum dilatatum
mengalami kelayuan permanen pada hari ke-44 dan ke-24. Tanaman mengalami
kelayuan permanen yang berbeda-beda, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelayuan Permanen pada Setiap Jenis Rumput
Jenis Rumput

Kelayuan Permanen Hari ke-

Paspalum dilatatum

24

Chloris gayana

32

Paspalum notatum

44

Keterangan : Setiap jenis rumput dilakukan penelitian yang terpisah.
Berdasarkan hasil pengamatan kelayuan permanen menunjukkan tanaman
Paspalum notatum mengalami kekeringan yang lebih lama dibandingkan rumput
yang lainnya. Keadaan suhu pada rumah kaca selama penelitian berkisar antara
23°C-33°C. Pada pagi hari suhu rumah kaca berkisar antara 23°C-27°C, dengan suhu
17
 

rata-rata 25°C. Pada siang hari suhu rumah kaca berkisar antara 29°C-35°C, dengan
suhu rata- rata 33°C, sedangkan pada sore hari suhu rumah kaca berkisar antara
25°C-30°C, dengan suhu rata-rata 26°C.

Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Air Tanah
Kadar air tanah menggambarkan besarnya air tersedia yang diserap oleh
tanaman untuk melakukan pertumbuhan hingga batas dimana air menjadi tidak
tersedia dan tanaman mengalami layu. Rataan persen kadar air tanah dari rumput
Paspalum notatum, Paspalum dilatatum, dan Chloris gayana dapat dilihat pada
Tabel 5. Data rataan kadar air tanah pada Tabel 5 merupakan data kadar air tanah
pada saat panen dilakukan, artinya data kadar air tanah perlakuan tersebut merupakan
data kadar air tanah kondisi titik layu permanen pada perlakuan M1S1 dan M0S1.
Berdasarkan hasil sidik ragam perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata
(P