Peran Fungi Mikoriza Arbuskula Dan Pupuk Rock Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merill)

PERAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DAN PUPUK ROCK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) SKRIPSI
OLEH : RATIH DEWI RENGGANIS
090301239 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

PERAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DAN PUPUK ROCK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)
SKRIPSI
OLEH : RATIH DEWI RENGGANIS
090301239 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama Nim Program Studi

: Peran Fungi Mikoriza Arbuskular dan Rock FosfatTerhadap PertumbuhandanProduksiKedelai (Glycine Max (L.) Merrill)
: Ratih Dewi Rengganis : 090301239 : Agroekoteknologi


Ketua Komisi Pembimbing

Diketahui Oleh : Anggota Komisi Pembimbing

(Ir.Yaya Hasanah, MSi) NIP. 19690110 200502 2 001

(NiniRahmawati, SP, MSi) NIP. 19720215 200112 2 002

Mengetahui, Ketua Departemen/Program Studi Agroekoteknologi
(Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc., Ph.D) NIP. 19640620 198903 2 001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RATIH DEWI RENGGANIS: Peran Fungi Mikoriza Arbuskula dan Pupuk Rock Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill), dibimbing oleh YAYA HASANAH dan NINI RAHMAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan pupuk rock fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merill).Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setiabudi, Medan Tuntungan, dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, mulai dari bulan Mei-Juli 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu dosis FMA yaitu 0, 20, dan 40 g/tanaman dan dosis pupuk rock fosfatyaitu 0, 50, 100, 150 kg/ha. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar, derajat infeksi, serapan P pada tajuk, total luas daun, kandungan klorofil daun, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, bobot kering biji per tanaman sampel dan bobot kering 100 biji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian FMA berpengaruh nyata pada tinggi tanaman (3-6 minggu setelah tanam), bobot kering tajuk, bobot kering akar dan derajat infeksi. Pupuk rock fosfat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (6 minggu setelah tanam), derajat infeksi, jumlah polong berisi, bobot kering biji per tanaman sampel. Interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan. Kata kunci :kedelai, fungi mikoriza arbuskula, rock fosfat
Universitas Sumatera Utara


ABTRACT
RATIH DEWI RENGGANIS:Role of arbuscular mychorrhizal fungi and fertilizer rock phosphate fertilizer to growth and production research of soybean.Supervised byYAYA HASANAH and NINI RAHMAWATI.
The aim of this was to determine the effect of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) and rock phosphate fertilizer on the growth and production of soybean. This research had been conducted at society field of Setiabudi, Medan Tuntungan(± 25 in above sea level), in May-July2013 using factorial randomized block design with two factor, the first factor is AMF consisted of 0, 20, 40, g/plant. The second factor is rock phosphate fertilizer consisted of 0, 50, 100 and 150 kg/ha. Variable observed consist of plant height, stem diameter, root dry weight, number of productive branch, infection degree, shoot chlorophyl content, total leaf area, shoot dry weight, seed dry weight, uptakeof phosphorusinthe plant canopy,number of filled pods, and dry weight of 100 seeds.
The result showed that arbuscular mychorrhizal fungiaffect significantly of plantheight (3-6 weeks after planting), infection degree, shoot dry weight, root dry weight. Dosage of rock phosphate fertilizer affect significantly plantheight (6 weeks after planting), infection degree,number of filled pods contain andweight of dry seeds,there is not significantly interaction between AMF and rock phosphate fertilizer for all variable observed. Keywords :soybean, arbuscular mychorrhizal fungi,rock phosphate
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 25September 1991 dari Ibu Sri Handayani dan ayah Hery Suyanto.Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri15 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur seleksi mandiri. Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), sebagai asisten praktikum di Laboratorium Budidaya Tanaman Pangan dan Budidaya Tanaman Obat dan Rempah.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III, Sarang Giting dari tanggal 10 Juli sampai 3 Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Judul dari skripsi penelitian ini adalah “Peran Fungi Mikoriza Arbuskula dan Rock Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)”, sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepadaIbuIr. Yaya Hasanah, MSi.,selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Nini Rahmawati, SP, MSi.,selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran selama penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.
Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi budidaya kedelai serta bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, September 2013
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ..............................................................................................
ABSTRACT ............................................................................................
RIWAYAT HIDUP.................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................
DAFTAR GAMBAR . ............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................1 Tujuan Penelitian ........................................................................ Hipotesis Penelitian.....................................................................3
Kegunaan Penelitian ..................................................................................3

i ii iii iv v vii x xi
3


TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai.............................................................................4 Syarat Tumbuh ............................................................................5 Iklim ...................................................................................5 Tanah.................................................................................. Unsur Hara Fosfor (P).................................................................7 Fungi MikorizaArbuskula (FMA)...............................................7 Pupuk Rock Fosfat ......................................................................11

6

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu .......................................................................13 Bahan dan Alat.............................................................................13 Metode Penelitian ........................................................................13

PELAKSANAAN PENELITIAN Perbanyakan Fungi Mikoriza Arbuskula .................................... Persiapan Lahan ..........................................................................16 Aplikasi Pupuk Rock Pospat....................................................... Penanaman Benih dan Inokulasi FMA ....................................... Penjarangan ................................................................................. Pemeliharaan Tanaman ...............................................................17 Penyiraman ......................................................................... Penyiangan ......................................................................... PemupukanN dan K ........................................................... Pengendalian hama ............................................................ Panen ............................................................................................18 Pengamatan Parameter .................................................................
Tinggitanaman (cm) ...................................................................................

16
17 17 17
17 17 18 18
18 18

Universitas Sumatera Utara

Diameterbatang (mm) ................................................................................

Bobot Kering Tajuk (gr).............................................................................


Bobot Kering Akar (gr)..............................................................................

Serapan P

19

Drajat Infeksi (%)....................................................................................... Luas Daun (cm2) ........................................................................................

Klorofil SPAD............................................................................................

Jumlah Cabang Produktif...........................................................................

Jumlah Polong Hampa (polong).................................................................

Jumlah Polong Berisi (polong)...................................................................

Bobot kering biji per tanaman sampel (gr) ................................................ 20

Bobot kering 100 biji (gr) .......................................................................... 20


18 18 19
19 19 19 19 19 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil .............................................................................................21
Pembahasan................................................................................................36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ..................................................................................40
Saran...........................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................41

LAMPIRAN ...............................................................................................43

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Rataan tinggi tanaman (cm) 2-6 MST pada perlakuan fungi mikoriza
arbuskula dan pupuk rock fosfat ................................................................... 22 2. Rataan diameter batang (mm) pada perlakuan fungi mikoriza
arbuskula dan pupuk rock fosfat ................................................................... 24 3. Rataan kandungan klorofil daun pada perlakuan fungi mikoriza
arbuskula dan pupuk rock fosfat ................................................................... 25 4. Rataan total luas daun (cm2)pada perlakuan fungi mikoriza arbuskula

dan pupuk rock fosfat.................................................................................... 25 5. Rataan derajat pada perlakuan fungi mikoriza arbuskula dan pupuk
rock fosfat ..................................................................................................... 26 6. Rataan bobot kering tajuk(g) pada perlakuan fungi mikoriza arbuskula
dan pupuk rock fosfat.................................................................................... 28 7. Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan fungi mikoriza arbuskula
dan pupuk rock fosfat.................................................................................... 20 8. Rataan serapan P pada tajuk pada perlakuan fungi mikoriza arbuskula
dan pupuk rock fosfat.................................................................................... 31 9. Rataan jumlah cabangpada perlakuan fungi mikoriza arbuskula dan
pupuk rock fosfat .......................................................................................... 32 10. Rataan jumlah polong berisi (polong) pada perlakuan fungi mikoriza
arbuskula dan pupuk rock fosfat ................................................................... 32 11. Rataan jumlah polong hampa (polong) pada perlakuan fungi
mikoriza arbuskula dan pupuk rock fosfat .................................................... 34 12. Rataan bobot kering biji tanaman sampel (g) pada perlakuan fungi
mikoriza arbuskula dan pupuk rock fosfat .................................................... 34 13. Rataan bobot kering 100 biji pada perlakuan fungi mikoriza
arbuskula dan pupuk rock fosfat ................................................................... 36
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Grafik hubungan tinggi tanaman (6 MST)pada perlakuan fungi
mikoriza arbuskula ........................................................................................ 23 2. Grafik hubungan tinggi tanaman (6 MST)pada perlakuan pupuk rock
fosfat.............................................................................................................. 23 3. Grafik hubungan derajat infeksi pada perlakuan fungi mikoriza
arbuskula ....................................................................................................... 27 4. Grafik hubungan derajat infeksi pada perlakuan pupuk rock fosfat ............. 27 5. Grafik hubungan bobot kering tajuk pada perlakuan fungi mikoriza
arbuskula ....................................................................................................... 29 6. Grafik hubungan bobot kering akar pada perlakuan fungi mikoriza
arbuskula ....................................................................................................... 30 7. Grafik hubungan polong berisi pada perlakuan perlakuan pupuk rock
fosfat.............................................................................................................. 33 8. Grafik hubungan bobot biji kering tanama per sampel pada perlakuan

perlakuan pupuk rock fosfat.......................................................................... 35
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Deskripsi kedelai varietas Grobogan ............................................................ 43 2. Bagan penanaman pada plot.......................................................................... 44 3. Bagan penelitian............................................................................................ 45 4. Jadwal kegiatan penelitian ............................................................................ 46 5. Hasil analisis tanah........................................................................................ 47 6. Hasil analisis serapan P pada tajuk ............................................................... 48 7. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST...................................................... 49 8. Sidik ragam panjang tanaman 2 MST........................................................... 49 9. Data pengamatan panjang tanaman 3 MST .................................................. 50 10. Sidik ragam panjang tanaman 3 MST........................................................... 50 11. Data pengamatan panjang tanaman 4 MST .................................................. 51 12. Sidik ragam panjang tanaman 4 MST........................................................... 51 13. Data pengamatan panjang tanaman 5 MST .................................................. 52 14. Sidik ragam panjang tanaman 5 MST........................................................... 52 15. Data pengamatan panjang tanaman 6 MST .................................................. 53 16. Sidik ragam panjang tanaman 6 MST........................................................... 53 17. Data pengamatan diameter batang ................................................................ 54 18. Sidik ragam diameter batang......................................................................... 54 19. Data pengamatan klorofil a daun ................................................................. 55 20. Sidik ragam klorofil a daun........................................................................... 55 21. Data pengamatan klorofil b daun .................................................................. 56 22. Sidik ragam klorofil b daun .......................................................................... 56 23. Data pengamatan kandungan klorofil daun................................................... 57 24. Sidik ragam kandungan klorofil daun ........................................................... 57 25. Data pengamatan total luas daun................................................................... 58 26. Sidik ragam total luas daun ........................................................................... 58 27. Data pengamatan derajat infeksi ................................................................... 59 28. Sidik ragam derajat infeksi ........................................................................... 59 29. Data pengamatan bobot kering tajuk ............................................................ 60 30. Sidik ragam bobot kering tajuk ..................................................................... 60 31. Data pengamatan bobot kering akar.............................................................. 61 32. Sidik ragam bobot kering akar ...................................................................... 61 33. Data pengamatan serapan P pada tajuk......................................................... 62 34. Sidik ragam serapan P pada tajuk ................................................................. 62 35. Data pengamatan jumlah cabang produktif................................................... 63 36. Sidik ragam jumlah cabang produktif ........................................................... 63 37. Data pengamatan jumlah polong berisi......................................................... 64 38. Sidik ragam jumlah polong berisi ................................................................. 64 39. Data pengamatan jumlah polong hampa ....................................................... 65 40. Sidik ragam jumlah polong hampa ............................................................... 65
Universitas Sumatera Utara

41. Data pengamatan bobot biji kering per sampel............................................. 66 42. Sidik ragam bobot biji kering per sampel ..................................................... 66 43. Data pengamatan bobot 100 biji ................................................................... 67 44. Sidik ragam bobot 100 biji............................................................................ 67
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RATIH DEWI RENGGANIS: Peran Fungi Mikoriza Arbuskula dan Pupuk Rock Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill), dibimbing oleh YAYA HASANAH dan NINI RAHMAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan pupuk rock fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max (L.) Merill).Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setiabudi, Medan Tuntungan, dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, mulai dari bulan Mei-Juli 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu dosis FMA yaitu 0, 20, dan 40 g/tanaman dan dosis pupuk rock fosfatyaitu 0, 50, 100, 150 kg/ha. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar, derajat infeksi, serapan P pada tajuk, total luas daun, kandungan klorofil daun, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, bobot kering biji per tanaman sampel dan bobot kering 100 biji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian FMA berpengaruh nyata pada tinggi tanaman (3-6 minggu setelah tanam), bobot kering tajuk, bobot kering akar dan derajat infeksi. Pupuk rock fosfat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (6 minggu setelah tanam), derajat infeksi, jumlah polong berisi, bobot kering biji per tanaman sampel. Interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan. Kata kunci :kedelai, fungi mikoriza arbuskula, rock fosfat
Universitas Sumatera Utara

ABTRACT
RATIH DEWI RENGGANIS:Role of arbuscular mychorrhizal fungi and fertilizer rock phosphate fertilizer to growth and production research of soybean.Supervised byYAYA HASANAH and NINI RAHMAWATI.
The aim of this was to determine the effect of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) and rock phosphate fertilizer on the growth and production of soybean. This research had been conducted at society field of Setiabudi, Medan Tuntungan(± 25 in above sea level), in May-July2013 using factorial randomized block design with two factor, the first factor is AMF consisted of 0, 20, 40, g/plant. The second factor is rock phosphate fertilizer consisted of 0, 50, 100 and 150 kg/ha. Variable observed consist of plant height, stem diameter, root dry weight, number of productive branch, infection degree, shoot chlorophyl content, total leaf area, shoot dry weight, seed dry weight, uptakeof phosphorusinthe plant canopy,number of filled pods, and dry weight of 100 seeds.

The result showed that arbuscular mychorrhizal fungiaffect significantly of plantheight (3-6 weeks after planting), infection degree, shoot dry weight, root dry weight. Dosage of rock phosphate fertilizer affect significantly plantheight (6 weeks after planting), infection degree,number of filled pods contain andweight of dry seeds,there is not significantly interaction between AMF and rock phosphate fertilizer for all variable observed. Keywords :soybean, arbuscular mychorrhizal fungi,rock phosphate
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan sumber utama protein
nabati dan minyak biji yang dapat dimakan.Kedelai merupakan legum pangan terpenting di dunia.Amerika Serikat, Brazil dan Cina adalah negara produsen terbesar. Walaupun terutama ditanam untuk menghasilkan biji kering , penggunaan biji muda secara luas khususnya di Asia Timur, menyebabkan kedelai merupakan salah satu sayuran yang penting (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Meningkatnya kebutuhan kedelai tidak sebanding dengan peningkatan produksi kedelai. Menurut data badan pusat statistik (BPS) produksi tanaman kedelai di Indonesia pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 yaitu sebesar 775.710 ton/ha, 974.512 ton/ha, 907.031 ton/ha, 851.286 ton/ha dan783.158. Tahun 2009 produksi kedelai mengalami peningkatan dengan luas panen 722.791 sedangkan dari tahun 2010 s/d 2012 produksi kedelai mengalami penurunan.
Untuk meningkatkan produksi kedelai dapat dilakukan dengan banyak cara salah satunya adalah pemupukan. Pupuk dengan kandungan unsur hara fosfor sangat dibutuhkan oleh tanaman kedelai karena dapat merangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan dan menambah nilai gizi. Tetapi ketersediaan unsur hara fosfor untuk tanaman terbilang sulit karena pada tanah yang diberikan pupuk terjadi pengikatan oleh partikel-partikel tanah. Retensi fosfat dapat terjadi pada tanah masam.Pada tanah-tanah yang bereaksi masam kelarutan dari Al, Fe dan Mn sangat tinggi dan banyak di dalam tanah.Pada liat yang jenuh dengan ion Ca dapat berfungsi sebagai jembatan.Kenyataannya liat-Ca dijerap ion fosfat dalam jumlah banyak (Damanik dkk, 2011).Pada tanah masam unsur hara fosfat terikat Al dan Fe dan pada tanah
Universitas Sumatera Utara

basa fosfat diikat oleh Ca. Sehingga efisiensi pemupukan P pada umumnya rendah hingga sangat rendah mengakibatkan tanaman mengalami kekurangan unsur hara.
Peningkatan unsur hara P yaitu dengan pemberian fungi mikoriza arbuskula yang merupakan salah satu pupuk hayati.Penambahan fungi mikoriza arbuskula mampu meningkatkan ketersediaan hara fosfor (P) di dalam tanah, merangsang pertumbuhan akar tanaman sehingga penyerapan hara nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih ditingkatkan.
Menurut Sutanto (2005) fungi mikoriza arbuskular merupakan jenis fungi yang menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pada tanah-tanah yang mengalami kekahatan fosfor. Mikoriza tidak hanya menguntungkan pertumbuhan tanaman tetapi juga menekan kebutuhan pupuk fosfat 20% sampai 30%. Mikoriza dapat membantu menyerap unsur hara fosfor untuk tanaman kedelai.
Selain menggunakan FMA sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai digunakan juga pupuk rock fosfat.Rock fosfat merupakan sumber pupuk P organik yang efektif dan murah serta dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman.Mutu ketersediaan batuan fosfat bagi tanaman hampir menyamai super fosfat.Teknologi rekapitulasi P pada tanah mineral masam, cukup efektif meningkatkan produktivitas tanaman dan pendapatan petani.
Unsur P diperlukan dalam pertumbuhan tanaman, P digunakan untuk pembelahan sel, pembentukan lemak, pembungaan, pembuahan, perkembangan akar, memperkuat batang.Menurut Budi dan Purbasari (2009) sangat esensial bagi tanaman disamping unsur nitrogen dan kalium.Peranan fosfat yang terpenting bagi tanaman adalah memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran serta memacu pertumbuhan generatif tanaman Fungsi utama P pada tanaman
Universitas Sumatera Utara

adalah sebagai pentransfer energi yang diperoleh oleh fotosintesan dan metabolisme karbon.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran mikoriza dan penggunaan pupuk rock fosfat untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai (Glycine max (L.)Merrill). TujuanPenelitian
Untukmengetahui peran fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan pupuk rock fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai(Glycine max (L.) Merrill). HipotesisPenelitian

Ada pengaruh pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan pupuk rock fosfat serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai(Glycine max (L.) Merrill). KegunaanPenelitian
Penelitian ini berguna untuk memperoleh data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Kedudukan tanaman kedelai menurut van Steenis dkk (2003), tanaman kedelai diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae dengan divisi Spermatophyta.Kedelai merupakan tanaman berbiji terbuka yaitu dengan subdivisi Angiospermae. Tanaman kedelai termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, berordo Polypetales dengan famili Papilionaceae (Leguminosae). Nama spesies dari tanaman ini adalah Glycinemax (L.) Merrill dengan genus Glycine.
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar mesofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang.Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi (Irwan, 2006).
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (70-150 cm), menyemak, berbulu halus (pubescens), dengan sistem perakaran luas. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah.
Universitas Sumatera Utara

Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya (Hidayat, 1985).
Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon atau daun biji, daun primer sederhana, daun bertiga, dan profila.Daun primer sederhana berupa daun tunggal (unifoliat) terletak berseberangan pada buku pertama di atas kotiledon.Daun-daun berikutnya yang terbentuk pada batang utama dan pada cabang ialah daun bertiga (trifoliolat), namun adakalanya terbentuk daun berempat atau daun berlima.Daun profila ialah daun yang terletak pada pangkal tiap cabang (Islami dan Utomo, 1995).
Saat berbunga tergantung pada kultivar dan dapat beragam dari 80 hari hingga mencapai 150 hari setelah tanam.Bunga berwarna putih, ungu pucat, atau ungu, dapat menyerbuk sendiri (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Selain itu, di lapangan juga sering didapati polong yang tidak sempurna.Banyaknya polong dan biji/polong terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong. Gangguan selama masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong. jumlah polong, jumlah biji, bobot 100 biji dan kepadatan populasi besar pengaruhnya dalam menentukan hasil kedelai persatuan luas (Soemaatmadja, 1993). Syarat Tumbuh Iklim
Pertumbuhan kedelai optimum tercapai pada suhu 20 – 25º C. Suhu 12 – 20º C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman,
Universitas Sumatera Utara

tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah,serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggidari 30º C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosíntesis(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kedelai dapat dibudidayakan mulai dari daerah khatulistiwa sampai letak lintang 550 LU dan 550LS pada ketinggian 0-2000 m dpl.Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibanding iklim sangat lembab.Curah hujan optimum antara 100-200 mm bulan.Varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam dilahan dengan ketinggian 300-400 m dpl (Soemaatmadja, 1993). Tanah
Kedelai adalah tanaman semusim yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm), menyemak, berbulu halus, dengan sistem perakaran luas.Tanaman ini umumnya dapat beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanaman Kedelai mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis tanah.Berdasarkan kesesuaian jenis tanah untuk pertanian, maka tanaman kedelai cocok di tanam pada jenis tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).
Kedelai lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Kemasaman (pH) tanah optimal adalah sekitar 6,5-7,0. Apabila pH tanah lebih besar 7,0 maka daun akan berwarna kuning akibat kekurangan suatu unsur hara (N, S, Fe, Mn) dan sering kali timbul bercak pada polong. Kedelai memberikan hasil terbaik jika ditanam di tanah bertekstur ringan dan berdrainase baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Universitas Sumatera Utara

Unsur Hara Fosfor (P)

Fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara

makro).Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen

dan kalium.Tetapi, fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan. Tanaman menyerap

fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO-4) dan ion ortofosfat sekunder

(HPO=4). Umumnya P sukar tercuci oleh air hujan ataupun air pengairan

sedangkan

anion

lain

seperti

NO-3,

Cl-

dan

SO

= 4

mudah

tercuci

oleh

air.

Hal

ini

diduga disebabkan karena P bereakasi dengan ion lain dan membentuk senyawa

yang tingkat kelarutannya berkurang, sehingga menjadi senyawa yang tidak

mudah tercuci. Bahkan mungkin sebagian menjadi ion yang tidak tersedia untuk

tanaman atau terfiksasi oleh senyawa lain ( Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam

beberapa kegiatan (1) pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin.(2)

pembentukan bunga, buah dan biji, (3) kematangan tanaman melawan efek

nitrogen, (4) merangsang perkembangan akar, (5) meningkatkan kualitas hasil

tanaman dan (6) ketahanan terhadap hama dan penyakit (Damanik dkk, 2011).

Pada tanah-tanah tropika yang umumnya mengalami intensitas pelapukan

tinggi, bentuk-bentuk P terfiksasi di atas dapat terselubung (occluded) oleh

oksida-oksida Fe dan atau rendah.Hal ini kemudian menyebabkan pada tanah-

tanah tua ketersediaan P menjadi sangat rendah, meskipun kadangkala total

kandungan P-nya cukup tinggi (Hanafiah, 2005).

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)

Ada dua macam mikoriza yaitu ektomikoriza dan endomikoriza.Pada

endomikoriza (mikoriza internal), hifanya masuk ke dalam sel-sel korteks, tetapi

tidak dapat melewati pita kaspari.Di samping itu, meskipun masuk ke dalam sel,

Universitas Sumatera Utara

cendawan ini tidak merusak membran plasma atau membran vakuola sel tanaman inang.Di dalam sel, endomikoriza membentuk arbuskula yang berisi butiranbutiran fosfor, yang kemudian arbuskula tersebut menghilang setelah fosfor diserap oleh tanaman.Manfaat utama dari asosiasi dengan mikoriza adalah meningkatnya serapan fosfor. Oleh karena itu, pemupukan fosfor sebaiknya dibarengi dengan inokulasi tanah dengan mikoriza agar serapannya lebih efisien. Lagi pula, penyerapan fosfor oleh cendawan mikoriza jauh lebih efektif dibandingkan oleh rambut-rambut akar (Zulkarnain, 2009).
Penggunaan FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada tanaman pertanian sudah mulai berkembang.Tanaman yang diinokulasi dengan FMA tersebut dapat menggunakan dengan baik sumber fosfor tanah sehingga dengan demikian dapat menghemat pemakaian pupuk P (mengurangi dosis dan interval pemakaian).Demikian juga trisimbiosa antara leguminosa, rizobia dan endomikoriza yang disertai pemberian fosfat alam dapat meningkatkan produksi tanaman legum (Hanafiah, 2009).
Menurut penelitian Rahmadhani (2007) ketersediaan P untuk tanaman kedelai meningkat seiring dengan pemberian FMA, hal ini menunjukkan aktifitas misellium pada FMA menghasilkan enzim fostase yang diperlukan dalam menguraikan P, berjalan dengan aktif kisaran ketersediaan P ditunjukkan berdasarkan kemampuan masing-masing FMA dalam menguraikan P tak tersedia menjadi tersedia.
Asosiasi fungi dan akar tanaman dapat dirangkum sebagai berikut: a. Mikoriza dihendaki oleh vaskular tanaman b. Sumbangan utama fungi terletak pada penyerapan fosfat dari tanah-tanah yang
mengandung fosfat rendah
Universitas Sumatera Utara

c. Perlindungan akar menghadapi serangan patogen mungkin secara umum menguntungkan. Kolonisasi akar oleh mikoriza telah mengurangi kerusakan akar dari patogen fusarium.
d. Fungi mikoriza melindungi akar-akar tanaman dari kekeringan, perubahan pH, patogen, hara rendah, perubahan temperatur (Yulipriyanto, 2010). Jamurmikorizadapat mempengaruhiketersediaan hara N untuk
meningkatkan fiksasi N oleh mikroba. Asosiasi memperbaiki infeksi jamur FMA, misalnya dikenal untuk meningkatkan tingkat nodulasidan fiksasiNdilegumdantanamandenganasosiasiactinorhizal, sehingga berpotensi meningkatkan pasokan N ke tanah.FMA juga dapat mengangkut N dari kacangkacangan, melalui tanah, ke tanaman lainmelalui jaringanhifa. Misalnya padakacang-kacangan transfer N antara satu tanaman dengan tanaman lain, telah terbuktiterjadi melaluimikoriza arbuskulajaringanhifadantelah diusulkantetapi tidak diuji bahwa ruteini adalah yang terpenting di N terbatas (Bardgett, 2008).
Proses infeksi masuknya jamur pada penetrasi akar dan pengembangan infeksi dan menyebar ke bagian lain dari akar. Pembentukan appressorium (struktur bengkak terbentuk pada ujung tabung kuman spora dalam kontak dengan akar) sering terjadi sebagai awal terhadap infeksi.Hifa kemudian menembus sel epidermis atau melewati antara sel-sel dan menembus sel-sel korteks luar (Wood, 1995).
Menurut penelitian Zuhry dan Puspita (2008) menyatakan bahwa pemberian dosis FMApada dosis 40 g/tanaman, semakin meningkat dapat meningkatkan jumlah polong. Hal ini diduga dengan adanya FMA yang membantu tanaman dalam menyerap unsur hara terutama fosfor.Fosfor berguna untuk membentuk polong, dan mempercepat matangnya polong.FMA tidak hanya
Universitas Sumatera Utara

bisa mempercepat munculnya bunga dan umur panen tanaman kedelai melalui penyerapan unsur P, namun juga dapat memperbanyak jumlah polong.
Ketersediaan hara yang rendah akan mengoptimalkan kerja mikoriza dengan memperluas daerah penyerapan sekaligus juga dapat menembus daerah penipisan nutrient (zone of nutrientdepletion). Populasi spora FMA yang tinggi juga diduga disebabkan kondisi lingkungan yang lebih sesuai, optimal, dan kompatibel dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan spora FMA serta kemungkinan tidak adanya jamur antagonis yang menghambat sporulasi FMA dibandingkan kondisi yang ada di desa tersebut (Puspitasari dkk, 2012).
Menurut penelitian Rosliani dkk (2009) ada interaksi yang nyata antara inokulasi mikoriza dengan dosis P dan antara pupuk kandang domba dengan dosis P terhadap serapan P buah.Hal ini berarti bahwa perbandingan di antara dosis fosfat alam bergantung pada inokulasi mikoriza.Tanpa mikoriza pemberian P pada dosis tinggi (200 kg P2O5/ha) merupakan yang terbaik diikuti oleh dosis 100 kg P2O5/ha.Pada mikoriza, serapan P tertinggi adalah pada dosis 100 kg P2O5/ha untuk tanaman timun.
Interaksi genotipe dan inokulanberpengaruh nyata pada semua peubah yangdiamati, kecuali pada jumlah biji.Hal inimenunjukkan tanaman kedelai merespon positifinokulan FMA dan Rhizobium.Rhizobiumbertugas memfiksasi Ndari atmosfir sedangkanhifa FMA memfasilitasinya dengan peningkatanserapan ion khususnya P (Bertham, 2009).
Pada penelitian Hanum (2004) mengenai pemanfaatan fungi mikoriza arbuskula (FMA) untuk peningkatan pertumbuhan dan produksi kedelai pada lahan kering ultisol memperlihatkan peningkatan serapan fosfor lebih tinggi pada kedelai yang diasosiasikan dengan mikoriza dibandingkan dengan tanpa
Universitas Sumatera Utara

mikoriza.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering tajuk, serapan P, serapan dan efisiensi air lebih tinggi pada tanaman bermikoriza dibandingkan dengan kedelai tanpa mikoriza. Rock Fosfat
Batuan fosfat merupakan bahan utama semua pembuatan pupuk P. Sebagian besar batuan tersebut merupakan batuan endapan dan tersebar di daerahdaerah marine (kelautan), walaupun demikian tambang P bisa ditemukan selain dekat lautan juga bisa ditemukan di pegunungan. Hal ini bisa terjadi kalau daerah tersebut sejarahnya merupakan dasar lautan yang terangkat oleh proses geologi. Sebagian besar batuan fosfat mengandung < 15% P, sehingga harus dimurnikan lagi sehingga kadarnya lebih tinggi dan dapat digunakan sebagai pupuk P (Winarso, 2005).
Batuan fosfat merupakan sumber utama pupuk fosfat dan mutu ketersediaannya bagi tanaman hampir menyamai super fosfat.Kemampuan batuan fosfat memasok anasir P tersedia, tergantung pada pH tanah dan watak hakiki batuan itu (Mas’ud, 1992).
Batuan fosfat alam maupun pupuk hayati majemuk berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman selada. Pemberian batuan fosfat alam sapai takaran 75 kg P2O5 perhektar masih mampu meningkatkan bobot segar dan bobot kering tanaman secara linier. Peningkatan bobot segar dan bobot kering tanaman ini disebabkanoleh peningkatan ketersediaan dan serapan hara P oleh tanaman (Maryanto dan Abubakar, 2010).
Meningkatnya serapan P tanaman baik pada pemberian fosfat alam maupun bakteri pelarut fosfat dan pupuk kandang disebabkan karena membaiknya
Universitas Sumatera Utara

keadaan sifat kimia tanah seperti meningkatnya P tersedia di dalam tanah (Noor, 2005).
Perlakuan pupuk posfat memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah akar dan bobot kering akar tanaman kedelai.Secara umum, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman adalah dapat mempercepat pertumbuhan akar, dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya, dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah dan biji dan dapat meningkatkan produksi biji-bijian (Silalahi, 2005).
Menurut penelitian Rahmadhani (2007) pemberian pupuk dalam dosis tinggi juga dapat meningkatkan bobot keseluruhan tanaman kedelai. Hasil dosis menunjukkan interaksi antara Glomus manihotis dan dosis pupuk 100% memperoleh hasil tertinggi yaitu sebesar 8,1 g, kemudian diikuti interaksi antara Glomus manihotis dan pupuk 25%, 0% serta interaksi antara Glomus manihotis dan dosis pupuk 0%.
Fosfat alam dengan dosis 30, 60, 90 kg/ha berturut-turut untuk tanaman kedelai dapat meningkatkan P tersedia tanah 247%, 356% dan 592% dibandingkan tanpa fosfat alam (Noor, 2005).
Unsur hara fosfat (P) merupakan unsur hara esensial tanaman. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal. Dibanding N, maka P tersedia dalam tanah relatif lebih cepat menjadi tidak tersedia akibat segera terikat oleh kation tanah (terutama Al dan Fe pada kondisi masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi netral) yang kemudian mengalami prespitasi atau pengendapan (Hanafiah, 2005).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setiabudi Simpang Selayang, Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, mulai bulan Mei-Juli 2013. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas grobogan (sumber benih: BALITKABI, Malang), benih jagung varietas P12, pupuk hyponex merah, FMA dalam bentuk mikofer, pasir, inokulan segar FMA, pupuk dasar yaitu urea dan KCl, pupuk rock fosfat.
Alat yang digunakan adalah, jangka sorong, mikroskop, spektrofotometer, leaf area meter, oven, handsprayer, cangkul, gembor, meteran, timbangan, kalkulator, pacak sampel, tali plastik. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok(RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu: Faktor I : Perlakuan Inokulan FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula)
M0: Tanpa Pemberian M1 : 20 g/tanaman M2 : 40 g/tanaman Faktor II :Perlakuan Rock Fosfat P0:Tanpa pemberian P1:50 kg/ha (20 g/plot) P2:100 kg/ha (40 g/plot) P3 : 150 kg/ha (60 g/plot)
Universitas Sumatera Utara

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai berikut:

M0P0 M1P0 M2P0 Jumlah ulangan

M0P1

M0P2

M1P1

M1P2

M2P1

M2P2

: 3 ulangan

M0P3 M1P3 M2P3

Jumlah tanaman/plot

: 50 tanaman

Jumlah tanaman/sampel : 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 1800 tanaman

Luas Plot

: 200 cm x 200 cm

Jarak tanam

: 40 cm x 20 cm

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan

sidik ragam berdasarkan model linier:

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk +Ɛijk

Dimana :

Yijk : Respon yang diperoleh pada pemberian FMA ke-j dan pupuk rock fosfat

ke-k pada ulangan ke-i

µ : Nilai Tengah Umum

ρi : Pengaruh ulangan ke-i

αj : Pengaruh pemberian FMA pada taraf ke-j

(αβ)jk : Pengaruh interaksi pemberian FMA dan pemberian pupuk rock fosfat

Ɛijk : Faktor galat dari perlakuan

Data dianalisis dengan Analisis Varian pada setiap peubah amatan

dan jika terdapat perlakuan yang nyata maka dilanjutkan dengan

Uji Jarak Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) taraf α = 5 %

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN Perbanyakan Fungi Mikoriza Arbuskula
Perbanyakan fungi mikoriza arbuskula dilakukan pada media tanam menggunakan jagung sebagai tanaman inang dari fungi mikoriza arbuskula. Perbanyakan dilakukan dengan media tanam pasir yang sebelumnya dicuci terlebih dahulu lalu dikeringanginkan selama 2-3 jam.Lalu pasir dimasukkan ke dalam polibeg ukuran 5 kg.Setelah pasir dimasukkan ke dalam polibeg buat empat lubang pada setiap polibeg sedalam 6 cm.Dimasukkan mikofer lalu benih jagung.Dilakukan pemeliharaan dengan menyiram tanaman setiap hari.
Setelah tanaman berumur satu minggu, dilakukan pemupukan dengan pupuk hyponex merah dosis 1 g/liter.Pemupukan dilakukan seminggu sekali.Tanaman disemprotkan secara merata.
Pemanenan dilakukan pada saat derajat infeksi mikoriza >80%.Tanaman jagung dicabut atau dibongkar dari polibeg lalu bagian akar jagung dicacah.Setelah dicacah, dicampurkan dengan media tanam jagung (pasir).FMA siap digunakan. Persiapan Lahan
Sebelum dilakukan percobaan terlebih dahulu dilakukan analisis tanah (lampiran 5).Lahan dibersihkan dari gulma. Dilanjutkan dengan pembuatan plot, jumlah plot yang digunakan adalah 36 plot dengan ukuran 200 cm x 200 cm. Jarak antar blok 80 cm dan jarak antar plot 50 cm. Jarak antar tanaman 40 cm x 20 cm. Lahan diolah dengan kedalaman 20-30 cm.
Universitas Sumatera Utara

Aplikasi pupuk Rock Fosfat Pupuk rock fosfatdiaplikasikan 10 hari sebelum penanaman benih kedelai
sesuai dengan dosis perlakuan. Rock fosfat diaplikasikan secara tugal (pupuk ditanam dilubang) dengan jarak 5 cm dari benih. Penanaman Benih dan Inokulasi
Sebelum penanaman benih kedelai terlebih dahulu dilakukan pengaplikasian inokulan segar FMA. Dibuat lubang tanam dengaan kedalaman ± 6 cm lalu dimasukkan inokulan segar FMA sesuai dengan perlakuan, lalu masukkan benih kedelai dengan melubangi tanah di lahan dengan kedalaman ± 2 cm ditutup dengan selapis tanah. Ditanam 2 benih per lubang tanam. Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada 1 MST dengan cara menggunting tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dan meninggalkan 1 tanaman/lubang tanam. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kalipada waktu pagi dan sore haridisesuaikan dengan kondisi tanah. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sekali dalam minggu. Penyiangan dilakukan secara manual atau dengan menggunakan cangkul. Pemupukan N dan K
Pemberian pupuk N(urea) dan K (KCl) dilakukan untuk semua tanaman pada saat tanam dengan dosis rekomendasi pupuk N sebanyak 100 kg urea/ha atau 40 g/plot dan untuk pupuk K sebanyak 100 kg KCl/ha atau 40 g/plot.
Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama yang dilakukan yaitu pengendalian terhadap ulat
pemakan daun dan walang sangit dengan menggunakan pestisida organik dengan bahan aktif azadirachtin, alkaloid, ricin, nikotin, poliferol, sitral, eugenol, annonain. Pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur 6 MST. Panen
Panen dilakukan dengan cara dipangkas dari pangkal batang atau dipetik satu persatu dengan menggunakan tangan. Kriteria panennya adalah ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan.Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 79 hari. Peubah Amatan Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai pada 2 MST dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sampai 6 MST. Diameter batang (mm)
Diameter batang diukur pada saat tanaman berumur 6 MST. Pengukuran diameter batang dimulai dari bagian batang bawah pada ketinggian 1 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Kandungan Klorofil Daun (mg/g bobot basah)
Klorofil diekstraksi dengan cara digerus menggunakan aseton 80%. Ekstrak dipindahkan ke dalam tabung microsentrifuse dengan volume 2 ml dan diletakkan pada es dalam kondisi gelap. Ekstraksi tersebut diputar dengan mengunakan sentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 15 menit pada 40C. Supernatan
Universitas Sumatera Utara

dipindahkan ke dalam tabung microsentifuse pada kondisi dingin. Asorbansi tersebut

diukur degan spektrofotometer pada panjang gelombang 645 nm untuk klorofil b.

Total klorofil, klorofil a, klorofil dihitung dengan menggunakan rumus :





=

(12,7



663



2,63



645 )



1000







=

(22,9

645



4,68



663 )



1000





= (20,2

645 + 8,02 663 )

1000 ′

V = Volume akhir larutan (ml)

(Sumber: Winstermans & Mots, 1995)

Pengamatan klorofil dilakukan pada 6 MST. Luas Daun Total (cm2)

Luas daun diukur pada daun bagian tengah yaitu pada cabang primer ke 3

atau 4 dari pangkal batang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan leaf

areameter pada saat tanaman berumur 6 MST.

Derajat Infeksi (%)

Derajat infeksi dilihat pada bagian akar tanaman mengacu pada metode

Giovanetti dan Moose (1980). Dilihat berapa persen FMA menginfeksi akar dari

tanaman ke