Mekanisme Hubungan Stakeholder dalam Pengelolaan Wisata Alam di Kabupaten Bogor

MEKANISME HUBUNGAN STAKEHOLDER
DALAM PENGELOLAAN WISATA ALAM
DI KABUPATEN BOGOR

MUHAMMAD RAMDHANI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Mekanisme Hubungan
Stakeholder dalam Pengelolaan Wisata Alam di Kabupaten Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Muhammad Ramdhani
NIM E34060415

ABSTRAK
MUHAMMAD RAMDHANI. Mekanisme Hubungan Stakeholder dalam
Pengelolaan Wisata Alam di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI
MUNTASIB dan RINEKSO SOEKMADI.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi
sumberdaya alam yang tinggi dan lokasi strategis bagi perkembangan pariwisata.
Pengelolaannya membutuhkan peran serta para pihak yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perusahaan swasta serta
masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan mekanisme
hubungan para pihak dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor. Data
dikumpulkan melalui wawancara dan penelusuran dokumen. Analisis yang
digunakan yaitu analisis stakeholder, analisis isi dan analisis deskriptif.
Teridentifikasi sebanyak 18 stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan wisata
alam di Kabupaten Bogor. Kebijakan yang digunakan untuk pengelolaan wisata

alam di Kabupaten Bogor berjumlah 12 kebijakan. Kebutuhan setiap stakeholder
dikelompokan menjadi 7 kelompok yang terdiri dari kebutuhan infrastruktur,
fasilitas, promosi, SDM, forum, penyelesaian konflik serta pelatihan dan
penyuluhan. Rumusan mekanisme hubungan stakeholder dilakukan dengan
membentuk Tim Koordinasi Wisata.
Kata kunci: mekanisme, hubungan, stakeholder, wisata alam, Kabupaten Bogor.

ABSTRACT
MUHAMMAD RAMDHANI. Stakeholder Collaboration Mechanism in Natural
Tourism Management in Bogor Regency. Supervised by E.K.S. HARINI
MUNTASIB and RINEKSO SOEKMADI.
Bogor Regency is one of the regencies with high potential of natural
resources and strategic location for development of tourism. The management
required the participation of various stakeholders that include the central
government, local governments, State-Owned Enterprises (SOEs), private
companies and community. The objective of this research was to formulate a
mechanism of stakeholder collaboration in natural tourism management in Bogor
Regency. Data were collected through interview and document study. Stakeholder
analysis, content analysis and descriptive analysis were used in data analysis. The
research resulted total of 18 stakeholders involved in natural tourism management

in Bogor Regency. The number of policies used to manage natural tourism in
Bogor Regency totaled to 12 policies. Needs of each stakeholder were grouped
into 7 groups consisted of infrastructural needs, facilities, promotion, human
resources, forums, conflict resolution, training and counselling. Stakeholder
collaboration mechanism was formulated by forming a Tourism Coordination
Team.
Keywords: mechanism, relationship, stakeholder, natural tourism, Bogor Regency.

MEKANISME HUBUNGAN STAKEHOLDER
DALAM PENGELOLAAN WISATA ALAM
DI KABUPATEN BOGOR

MUHAMMAD RAMDHANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Mekanisme Hubungan Stakeholder dalam Pengelolaan Wisata
Alam di Kabupaten Bogor
Nama
: Muhammad Ramdhani
NIM
: E34060415

Disetujui oleh

Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS
Pembimbing I

Dr Ir Rinekso Soekmadi, MScF
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai Desember
2012 ialah Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam di
Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib
dan Bapak Dr Ir Rinekso Soekmadi selaku pembimbing, Ibu Dr Ir Arzyana
Sunkar selaku pimpinan sidang, serta Ibu Dr Ir Elis Nina Herliyana selaku penguji
yang telah banyak memberikan saran yang sangat berguna. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bogor, Perum Perhutani KPH Bogor, BKSDA Bogor, Balai Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango dan Balai Taman Nasional Gunung Halimun
Salak serta pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna, namun
demikian semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Bogor, Juli 2013
Muhammad Ramdhani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Penelitian


2

METODE

3

Lokasi dan Waktu

3

Alat dan Bahan Kajian

3

Metode Pengumpulan Data

3

Prosedur Analisis Data


5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan Pemetaan Stakeholder

7
7

Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Kabupaten Bogor

11

Kebutuhan Stakeholder

18

Hubungan Kerjasama Antar Stakeholder

20


Rumusan Mekanisme Hubungan Stakeholder

23

SIMPULAN DAN SARAN

25

Simpulan

25

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

26


LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Matriks pengumpulan data
Identifikasi stakeholder
Tingkat kepetingan stakeholder
Tingkat pengaruh stakeholder
Hasil analisis kebijakan
Rekapitulasi analisis isi kebijakan
Kebutuhan stakeholder
Rekapitulasi kebutuhan stakeholder dalam pengelolaan wisata alam
Kajian pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor

4
7
9
9
12
13
18
19
24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Kerangka Penelitian
Peta Lokasi Penelitian.
Matriks kepentingan-pengaruh (Reed et al. 2009)
Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholder
Peta hubungan kerjasama antar stakeholder

2
3
6
10
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Panduan Wawancara Untuk Lembaga Pemerintahan
Panduan Wawancara Untuk Organisasi non Pemerintah
Panduan Scoring untuk Mengetahui Tingkat Kepentingan
Panduan Scoring untuk Mengetahui Besarnya Pengaruh

28
30
32
33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi
sumberdaya alam yang tinggi dan lokasi strategis bagi perkembangan pariwisata
yang menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata. Pariwisata merupakan salah
satu sektor unggulan Kabupaten Bogor yang memberikan kontribusi positif
terhadap perkembangan perekonomian daerah sebesar 10.50% dari PAD
Kabupaten Bogor (Disbudpar Kab. Bogor 2009).
Wisata alam merupakan perjalanan ke suatu tempat yang memanfaatkan
alam sebagai obyek dengan tujuan mendapatkan kepuasan (Damanik dan Webber
2006). Sebagian besar potensi sumberdaya alam di Kabupaten Bogor telah
dikelola dan dikembangkan menjadi obyek wisata alam. Menurut Laksono (2012)
kawasan wisata alam di Kabupaten Bogor dikelola oleh berbagai pihak dengan
bentuk pengelolaan yang berbeda-beda. Beragamnya pemahaman dan fungsi dari
masing-masing pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten
Bogor dapat mengakibatkan terjadinya tumpang tindih kepentingan.
Peraturaan Menteri Kehutanan No. 48 Tahun 2010 menyebutkan bahwa
pengelolaan wisata alam merupakan suatu rencana yag bersifat strategis dan
disusun berdasarkan partisipasi masyarakat, kondisi lingkungan dan rencana
pembangunan daerah dalam rangka penyediaan wisata alam. Pengelolaan wisata
alam di Kabupaten Bogor saat ini seolah-olah hanya tanggung jawab pemerintah
pusat dan daerah sehingga pengelolaannya berkesan kurang optimal. Padahal
dalam pengelolaannya diperlukan peranan dari seluruh pihak dan dukungan
kebijakan serta peraturan perundang-undangan yang jelas.
Pengelolaan wisata alam membutuhkan peran serta para pihak yaitu
pemerintah pusat, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
perusahaan swasta dan masyarakat. Para pihak yang terlibat memiliki peran dan
kegiatan yang berbeda yang mencerminkan kepentingannya. Masing-masing
pihak juga mempunyai pengaruh terhadap pengelolaan wisata alam di Kabupaten
Bogor, baik itu pengaruh positif maupun negatif. Kepentingan masing-masing
pihak akan mempengaruhi mekanisme hubungan yang terjalin dalam pengelolaan
wisata alam di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu perlu diketahui mekanisme
hubungan para pihak dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah
Penelitian ini akan mengkaji para pihak dan hubungan diantara para pihak
dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor. Hal yang akan dikaji
dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Siapa saja pihak yang terlibat dan seberapa besar kepentingan dan pengaruh
masing-masing pihak tersebut dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten
Bogor?
2. Apa saja instrumen kebijakan pemerintah daerah yang sudah ada berkaitan
dengan pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor?
3. Kebutuhan apa saja yang diperlukan para pihak dalam pengelolaan wisata
alam di Kabupaten Bogor?

2
4. Bagaimana mekanisme hubungan diantara para pihak dalam pengelolaan
wisata alam di Kabupaten Bogor?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan mekanisme hubungan
para pihak dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor yang diperoleh
melalui :
1. Identifikasi pihak-pihak yang terlibat serta kepentingan dan pengaruh masingmasing pihak dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor.
2. Analisis kebijakan yang diterapkan dalam pengelolaan wisata alam di
Kabupaten Bogor.
3. Analisis kebutuhan para pihak dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten
Bogor.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pihak – pihak
yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor. Sehingga
pihak-pihak tersebut dapat menyusun rencana pengelolaan yang lebih baik.
Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian mekanisme hubungan para pihak dalam pengelolaan
wisata alam di Kabupaten Bogor secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Penelitian.

3

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai Desember 2012.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian.
Alat dan Bahan Kajian
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, panduan wawancara,
voice recorder dan kamera. Bahan kajian yang digunakan dalam penelitian adalah
aspek kepentingan dan pengaruh stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan
wisata alam di Kabupaten Bogor, kebijakan pemerintah yang digunakan dalam
pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor dan kebutuhan stakeholder yang
terlibat dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor.
Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini yaitu penentuan informan, wawancara informan,
pengamatan lapang dan penelusuran dokumen. Matriks pengumpulan data
disajikan pada Tabel 1.

4
Tabel 1 Matriks pengumpulan data
No

Tujuan Penelitian

1

Menganalisis
kepentingan dan
pengaruh
stakeholders
Menganalisis
kebijakan yang
diberlakukan oleh
pemerintah
Menganalisis
kebutuhan
stakeholders

2

3

4

Merumuskan
hubungan
stakeholders dalam
pengelolaan wisata
alam

Variabel yang
diukur
Kepentingan
dan pengaruh
stakeholders

Metode
Pengumpulan Data
Wawancara

Peraturan
perundangundangan

Wawancara dan
penelusuran dokumen

Analisis isi kebijakan
(content analysis)

Kebutuhan
stakeholders
terkait
pengelolaan
wisata alam
Kesesuaian dari
ketiga variabel
yang diukur

Wawancara

Analisis deskriptif
kebutuhan

Hasil pengolahan
data

Analisis deskriptif

Teknik Analisis Data
Analisis stakeholders
(analisis kepentingan
dan pengaruh)

Penentuan informan
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Penentuan informan berdasarkan teknik purposive sampling dengan
pertimbangan bahwa informan adalah pelaku, baik individu maupun
instansi/lembaga yang mengerti permasalahan dan dapat memberikan informasi
yang akurat. Penetepan informan dalam konteks ini bukan ditentukan oleh
pemikiran bahwa responden harus representatif terhadap populasinya, melainkan
responden harus representatif dalam memberikan informasi yang diperlukan
sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian (Siregar 2011). Informan kunci pertama
dari masing-masing stakeholder yaitu kepala dinas, direktur perseroan, ketua
organisasi atau staff yang ditunjuk para pemimpin instansi untuk mewakili
instansi yang bersangkutan dalam memberikan informasi tentang pengelolaan
wisata alam di Kabupaten Bogor. Informan kunci kedua berasal dari rekomendasi
informan kunci pertama dan begitu seterusnya hingga keseluruhan data penelitian
terkumpulkan.
Wawancara informan
Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dimana informan dipandu
dalam diskusi oleh peneliti terkait dengan topik penelitian. Kajian yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pihak-pihak (stakeholders) dan hubungan diantara para
pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam. Data yang diambil dari pihak
terkait adalah kepentingan dan pengaruh stakeholder, kebijakan dan peraturan
terkait pengelolaan wisata alam serta kebutuhan stakeholder terkait pengelolaan
wisata alam. Adapun panduan wawancara yang digunakan adalah panduan
wawancara untuk instansi pemerintah (Lampiran 1) dan panduan wawancara
untuk lembaga non pemerintah (Lampiran 2).

5
Pengamatan Lapang
Pengamatan lapang dilakukan untuk mencocokkan kebenaran dari hasil
wawancara dengan informan kunci. Pengamatan lapang dilakukan untuk
mengetahui potensi wisata, infrastruktur, fasilitas dan peran serta masyarakat
terkait pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor.
Penelusuran dokumen
Penelusuan dokumen dilakukan terhadap dokumen berupa kondisi umum
Kabupaten Bogor, undang-undang, peraturan daerah, SK Pemerintah, TUPOKSI
instansi pemerintah serta AD/ART yang dimiliki oleh organisasi masyarakat serta
rencana pengelolaan yang dimiliki oleh setiap stakeholder. Penelusuran dokumen
dilakukan sebagai langkah awal dalam penelitian dan diperlukan untuk membantu
analisis data.
Prosedur Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan analisis stakeholder,
analisis isi (content analysis) dan analisis deskriptif.
Analisis stakeholder
Analisis stakeholder merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengidentifikasi stakeholder yang memiliki peran dalam pengambilan keputusan,
mengetahui kepentingan dan pengaruh stakeholder, memetakan hubungan antar
pihak berdasarkan besarnya kepentingan dan pengaruh masing-masing
stakeholder serta pemahaman stakeholder dalam pengembangan organisasi
(Lindenberg dan Crosby 1981 diacu dalam Reed et al. 2009). Tahapan dalam
melakukan analisis stakeholder adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi stakeholder dan perannya.
2. Membedakan dan mengkategorikan stakeholder berdasarkan kepentingan dan
pengaruhnya.
3. Mendefinisikan hubungan antar stakeholder.
Stakeholder dipetakan ke dalam matriks analisis stakeholder berdasarkan
besarnya kepentingan dan pengaruh. Besarnya kepentingan individu ataupun
organisasi dinilai melalui keterlibatan (partisipasi), manfaat yang diperoleh,
persentase program kerja yang berkaitan dengan wisata alam, tingkat
ketergantungan dan peran individu/organisasi tersebut dalam pengelolaan wisata
alam. Pengaruh (influence) merujuk pada kekuatan (power) yang dimiliki
stakeholder untuk mengontrol proses dan hasil dari suatu keputusan (Gabriel
1983; Reed et al. 2009). Instrumen kekuatan meliputi kekuatan kondisi
(conditioning power), kekuatan kelayakan (candign power), kekuatan kompensasi
(compensatory power) dan sumber kekuatan meliputi kekuatan individu
(personality power) dan kekuatan organisasi (organization power). Penetapan
skoring menggunakan pertanyaan untuk mengukur tingkat kepentingan dan
pengaruh stakeholder adalah modifikasi dari model yang dikembangkan oleh
Abbas (2005) yaitu pengukuran data berjenjang lima. Besarnya kepentingan dan
pengaruh diberi nilai sesuai dengan panduan yang telah dibuat. Untuk menilai
besarnya kepentingan digunakan panduan penilaian untuk mengetahui tingkat
kepentingan (Lampiran 3) sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh

6
digunakan panduan penilaian untuk mengetahui besarnya pengaruh (Lampiran 4).
Jumlah nilai yang didapatkan oleh masing-masing stakeholder adalah 25 poin
untuk besarnya kepentingan dan 25 poin untuk besarnya pengaruh. Setelah
diketahui besarnya nilai kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder
dipetakan ke dalam matriks kepentingan pengaruh (Gambar 2).
Posisi kuadran dapat menggambarkan ilustrasi posisi dan peranan yang
dimainkan oleh masing-masing stakeholder terkait dengan pengelolaan wisata
alam di Kabupaten Bogor yaitu subjects (kepentingan tinggi tetapi pengaruh
rendah), key player (kepentingan tinggi dan pengaruh tinggi), context setters
(kepentingan rendah tetapi pengaruh tinggi), crowd (kepentingan rendah dan
pengaruh rendah).

Gambar 3 Matriks Kepentingan-Pengaruh (Reed et al. 2009).
Analisis isi kebijakan
Analisis isi dilakukan untuk mengetahui maksud dan tujuan dari adanya
kebijakan serta kaitannya dengan pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor.
Analisis isi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan kata kunci
konservasi, partisipasi, ekonomi, edukasi dan wisata.
Analisis deskriptif kebutuhan
Kebutuhan dikelompokkan menurut kemiripannya berdasarkan kebutuhan
dari masing-masing stakeholder dengan metode deskriptif. Analisis deskriptif
kebutuhan dilakukan dengan menggunakan daftar kebutuhan stakeholder. Hasil
analisis kebutuhan dijadikan salah satu acuan dasar dalam merumuskan
mekanisme hubungan stakeholder dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten
Bogor.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan Pemetaan Stakeholder
Stakeholder didefinisikan sebagai individu, masyarakat atau organisasi yang
secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh suatu kegiatan atau
kebijakan (Race dan Millar 2008). Diperoleh 18 stakeholder yang terlibat dalam
pengelolaaan wisata alam di Kabupaten Bogor, yaitu berasal dari instansi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, swasta, LSM, kelompok
masyarakat, pengusaha perorangan dan masyarakat. Hasil identifikasi stakeholder
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Identifikasi stakeholder
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Stakeholder
Disbudpar Kab. Bogor
BTNGHS
BBTNGGP
BKSDA Bogor
Perum Perhutani KPH Bogor
KBM AEJ Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten
PT. Perkebunan Nusantara VIII
Konsorsium KAB
PT. Supra Piranti Wisata Ria
PT. Wana Wisata Indah
PT. Lintas Daya Kreasi
CV. Wahana Curug Naga
Hester Basoeki
KOMPEPAR Desa Gunungsari
KSM Warga Saluyu
LMDH Desa Megamendung
LMDH Desa Batulayang
Masyarakat

Keterangan
Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat
BUMN
BUMN
BUMN
LSM
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Pengusaha perorangan
Kelompok masyarakat
Kelompok masyarakat
Kelompok masyarakat
Kelompok masyarakat
Masyarakat

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor
merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggungjawab
dalam pelaksanaan pengelolaan wisata alam di Air Panas Tirta Sanita, Air Panas
Gunung Salak Endah, Curug Cigamea, Curug Ngumpet II, Curug Seribu, Taman
Wisata Riung Gunung dan Goa Godawang. Balai Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (BTNGHS) dan Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(BTNGGP) merupakan unit pelaksana teknis yang bertanggungjawab dalam
penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta
pengelolaan wisata alam di Gunung Halimun Salak dan Gunung Gede Pangrango
meliputi Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Bumi Perkemahan Sukamantri,
Bumi Perkemahan Citalahab, Stasiun Penelitian Cikaniki, Curug Cihurang, Curug
Nangka, Curug Ngumpet dan Kawah Ratu.

8
Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Bogor adalah unit pelaksana
teknis di bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan pengelolaan Taman
Wisata Alam (TWA) Telaga Warna dan Gunung Pancar. Perum Perhutani
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) bertanggung jawab melaksanakan
pengelolaan Wana Wisata Bumi Perkemahan Citamiang, Wana Wisata Curug
Panjang, Wana Wisata Curug Naga, Wana Wisata Curug Kembar Batulayang dan
Wana Wisata Curug Cipamingkis. Kesatuan Bisnis Mandiri Agroforestry,
Ekowisata dan Jasa Lingkungan (KBM AEJ) merupakan satuan unit organisasi
dibawah Kantor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang
bertanggungjawab atas penyelenggaraan pengelolaan bisnis wisata di Wana
Wisata Curug Cilember.
PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) merupakan penanggungjawab
kawasan Wisata Agro Gunung Mas. Konsorsium Konservasi Alam Bodogol
(KKAB) merupakan unit manajemen yang terdiri dari komponen Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, Conservation International Indonesia (CII) dan Yayasan
Owa Jawa. Unit manajemen ini mendapatkan mandat untuk melaksanakan
program-program pendidikan konservasi, penelitian, rehabilitasi owa jawa dan
ekowisata di Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) Bodogol.
PT. Supra Piranti Wisata Ria merupakan swasta yang menyeleggarakan
usaha di bidang wisata dan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan sumber air
panas dan gunung kapur yang berada di kawasan wisata Air Panas Tirta Sanita.
PT. Wana Wisata Indah merupakan swasta yang memperoleh Izin Pengusahaan
Pariwisata Alam (IPPA) di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.54/Kpts-II/93 tanggal 8
Februari 1993. PT. Lintas Daya Kreasi merupakan perusahaan swasta yang
mendapatkan IPPA di kawasan Taman Wisata Alam Telaga Warna berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.03/Menhut-IV/2002 tanggal 2 Januari
2002.
CV. Wahana Curug Naga merupakan swasta yang menjadi mitra kerja
Perum Perhutani dalam bentuk Perjanjian Kerjasama (PKS) yang melaksanakan
kegiatan pengembangan wisata, menyediakan sarana dan prasarana untuk wisata
dan memelihara obyek wisata di kawasan Wana Wisata Curug Naga. Hester
Basoeki merupakan pengusaha perorangan yang melakukan usaha di bidang
wisata di Kampoeng Wisata Cinangneng.
Kelompok Penggerak Pariwisata (KOMPEPAR) Desa Gunungsari
merupakan organisasi perkumpulan masyarakat Desa Gunungsari yang
melaksanakan kegiatan perlindungan obyek-obyek wisata di kawasan Gunung
Salak Endah. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Warga Saluyu merupakan
organisasi masyarakat desa yang mengelola kawasan Bumi Perkemahan
Citalahab. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Megamendung dan
Batulayang merupakan perkumpulan masyarakat desa hutan yang bekerjasama
dengan Perum Perhutani KPH Bogor untuk mengelola Wana Wisata Curug
Panjang dan Wana Wisata Curug Kembar Batulayang .
Stakeholder yang teridentifikasi memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh
berbeda dalam pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor. Hasil analisis
tingkat kepentingan stakeholder dapat dilihat pada Tabel 3 dan hasil analisis
tingkat pengaruh dapat dilihat pada Tabel 4.

9

Tabel 3 Tingkat kepetingan stakeholder
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Kepentingan

Stakeholder
Disbudpar Kab. Bogor
BTNGHS
BBTNGP
BKSDA Bogor
Perum Perhutani KPH Bogor
KBM AEJ Perum Perhutani Unit III Jabar
dan Banten
PT. Perkebunan Nusantara VIII
Konsorsium KAB
PT. Supra Piranti Wisata Ria
PT. Wana Wisata Indah
PT. Lintas Daya Kreasi
CV. Wahana Curug Naga
Hester Basoeki
KOMPEPAR Desa Gunungsari
KSM Warga Saluyu
LMDH Desa Megamendung
LMDH Desa Batulayang
Masyarakat

Jumlah

K1
5
5
5
5
5
3

K2
5
5
4
4
4
4

K3
5
3
3
3
3
4

K4
1
1
1
1
3
4

K5
5
5
5
4
5
5

21
19
18
17
20
20

5
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1

4
4
5
5
3
5
4
3
3
3
3
3

2
2
3
4
4
3
3
2
3
2
2
1

2
2
3
3
3
2
3
1
1
1
1
1

4
5
5
5
2
4
5
3
4
3
3
2

17
17
18
19
14
16
17
11
13
11
11
8

Keterangan: K1: keterlibatan; K2: manfaat; K3: persentase program kerja; K4: tingkat
ketergantungan; K5: peran

Tabel 4 Tingkat pengaruh stakeholder
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Pengaruh

Stakeholder
Disbudpar Kab. Bogor
BTNGHS
BBTNGP
BKSDA Bogor
Perum Perhutani KPH Bogor
KBM AEJ Perum Perhutani Unit III
Jabar dan Banten
PT. Perkebunan Nusantara VIII
Konsorsium KAB
PT. Supra Piranti Wisata Ria
PT. Wana Wisata Indah
PT. Lintas Daya Kreasi
CV. Wahana Curug Naga
Hester Basoeki
KOMPEPAR Desa Gunungsari
KSM Warga Saluyu
LMDH Desa Megamendung
LMDH Desa Batulayang
Masyarakat

P1 P2
5
4
4
3
4
3
4
3
4
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Jumlah

P3
4
4
4
4
3
3

P4
4
3
3
4
4
4

P5
5
5
5
5
5
5

22
19
19
20
19
17

3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1

4
2
3
4
1
2
4
1
1
1
1
1

5
4
3
3
2
2
3
2
2
2
2
3

16
12
11
12
8
9
12
8
8
8
8
7

Keterangan: P1: kondisi; P2: kelayakan; P3: kompensasi; P4: kepribadian; P5: organisasi

10
Disbudpar Kabupaten Bogor memiliki nilai kepentingan dan pengaruh
terbesar karena Disbudpar Kabupaten Bogor memiliki kewenangan dalam
penyusunan program pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor. Pemanfataan
sumberdaya alam milik pemerintah daerah yang akan dijadikan obyek wisata alam
harus melalui persetujuan Disbudpar Kabupaten Bogor. Pengaruh Disbudpar
Kabupaten Bogor berkaitan dengan kekuatan (power) terhadap kegiatan
pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor. Sumber pengaruh berupa kekuatan
kondisi, peraturan, kompensasi, kepemimpinan dan organisasi.
Stakeholder yang telah diketahui besarnya nilai kepentingan dan pengaruh
kemudian dipetakan ke dalam matriks kepentingan dan pengaruh pada Gambar 3.
Posisi kuadran menggambarkan ilustrasi posisi dan peranan yang dimainkan oleh
masing-masing stakeholder terkait dengan pengelolaan wisata alam di Kabupaten
Bogor yaitu subjects, key player dan crowd.

Gambar 4 Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholder
Key player
Key player merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan dan
pengaruh yang besar dan paling aktif dalam pengelolaan (Reed et al. 2009).
Stakeholder yang menjadi key player antara lain Disbudpar Kabupaten Bogor,
BTNGHS, BTNGGP, BKSDA Bogor, Perum Perhutani KPH Bogor, KBM AEJ
Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten dan PTPN VIII. Stakeholder ini
memiliki peranan sebagai penanggungjawab kawasan objek wisata yang berada di
Kabupaten Bogor. Disbudpar Kabupaten Bogor memiliki wewenang dalam
melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata.
Disbudpar Kabupaten Bogor melakukan penataan obyek-obyek wisata dan
pengawasan terkait pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor. BTNGHS,
BTNGGP dan BKSDA Bogor memiliki wewenang dalam melaksanakan kegiatan
perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Sedangkan Perum Perhutani,
KBM AEJ dan PTPN VIII memiliki kepentingan dalam melaksanakan kegiatan
pemanfaatan obyek wisata serta penyediaan pelayanan wisata.

11

Subject
Subject merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan yang besar tetapi
pengaruh kecil. Stakeholder jenis ini bersifat supportive, mempunyai kapasitas
yang kecil untuk mengubah situasi (Reed et al. 2009). Stakeholder yang menjadi
subject adalah Konsorsium KAB, PT. Supra Piranti Wisata Ria, PT. Wana Wisata
Indah, PT. Lintas Daya Kreasi, CV. Wahana Curug Naga, Hester Basoeki dan
KSM Warga Saluyu. Subject melakukan pengelolaan langsung terhadap objek
wisata yang dimiliki baik berupa pembangunan fasilitas fisik maupun sarana
promosi. Dari kegiatan pengelolaan tersebut, subject memiliki kepentingan untuk
mendapatkan keuntungan finansial dari kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan
subject memiliki pengaruh kecil, karena peranan subject hanya terbatas pada
pengelolaan objek wisata yang sesuai dengan peraturan yang telah disusun oleh
penanggung jawab kawasan. Selain itu, kelompok subject memiliki pengaruh
kecil karena hanya melakukan kerjasama dengan masyarakat setempat.
Crowd
Crowd merupakan stakeholder dengan kepentingan dan pengaruh yang
rendah. Crowd akan mempertimbangkan segala kegiatan yang mereka lakukan
(Reed et al. 2009). Stakeholder yang termasuk dalam kelompok crowd ialah
KOMPEPAR Desa Gunungsari, LMDH Desa Megamendung, LMDH Desa
Batulayang dan masyarakat. Para pihak tersebut sebagian besar masyarakat yang
hanya memanfaatkan adanya obyek wisata dengan membuka warung di sekitar
obyek wisata atau menjadi pekerja di obyek wisata. Selain itu masyarakat juga
hanya memiliki peran dalam pengamanan obyek wisata alam.
Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Kabupaten Bogor
Kebijakan yang digunakan terkait pengelolaan wisata alam di Kabupaten
Bogor berjumlah 12 kebijakan yang terdiri dari 10 kebijakan nasional dan 2
kebijakan daerah. Kebijakan nasional yang digunakan meliputi : Undang–undang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Undang-undang Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Undangundang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Peraturan Pemerintah Nomor
36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara,
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56/Menhut–II/2004 tentang Pedoman
Zonasi Taman Nasional, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.19/Menhut–
II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 33 Tahun 2009
tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata Daerah, Keputusan Direksi Perum
Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007 tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya
Hutan Bersama Masyarakat Plus (PHBM PLUS), dan Keputusan Direksi Perum
Perhutani No: 400/KPTS/DIR/Kpts/Dir/2007 tentang Pedoman Umum
Pengembangan Usaha Perum Perhutani. Kebijakan daerah yang digunakan
meliputi : Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 dan Peraturan

12
Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3 tahun 2008 tentang Retribusi Izin Usaha
Pariwisata. Hasil analisis kebijakan tersebut disajikan pada Tabel 5. Rekapitulasi
analisis isi kebijakan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 5 Hasil analisis kebijakan
No.
1.

Kebijakan
Undang-undang Nomor 10 tahun 2009
tentang Kepariwisataan

Komponen
Konservasi

Partisipasi
Ekonomi
Wisata
Konservasi
Ekonomi
Edukasi
Wisata
Konservasi
Ekonomi
Edukasi
Wisata
Konservasi
Edukasi
Wisata

Keterangan
Pasal 4, 6, 12, 23, 24,
25, 26, 27, 28, 29, 30,
59, 64
Pasal 1, 2, 9, 12, 26
Pasal 3, 4, 5, 12
Pasal 4, 26, 30, 52
Pasal 1, 4, 5, 6, 9, 12,
19, 23, 24, 26–30
Pasal 1–5, 11, 28, 31,
37
Pasal 31, 36, 37
Pasal 31, 36
Pasal 3, 6, 7, 21, 34,
36, 40, 46, 50, 69
Pasal 2, 3, 7, 17
18,19, 22, 28, 30
Pasal 8, 10, 21, 24,
34, 52, 55, 57, 58
Pasal 1, 4, 24, 26, 50
Pasal 1, 2, 5, 18, 21,
28
Pasal 1, 21
Pasal 14, 21
Pasal 1, 7, 8, 30
Pasal 1, 3, 11.
Pasal 7, 33, 34
Pasal 7, 11
Pasal 11.
Pasal 1, 5, 6
Pasal 1, 3, 4, 11.
Pasal 1, 5, 6, 7.
Pasal 1, 6, 7, 11.
Pasal 1, 4, 7
Pasal 1, 4
Pasal 1

Konservasi
Partisipasi
Ekonomi
Edukasi
Wisata
Konservasi
Ekonomi
Edukasi
Wisata

Pasal 3, 10
Pasal 3, 20, 21
Pasal 3, 18, 19, 25
Pasal 1, 3, 22, 23, 24
Pasal 1, 2, 3, 7, 8, 9
Pasal 1.
Pasal 1, 2, 3, 5
Pasal 1,2, 3, 16
Pasal 10

Partisipasi
Ekonomi
Edukasi
Wisata
2.

3.

Undang-undang Nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
Undang-undang Nomor 41 tahun 1999
tentang Kehutanan.

Konservasi
Edukasi
Wisata
Konservasi
Ekonomi
Edukasi

4.

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam
di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Alam
Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2010
tentang Perusahaan Umum Kehutanan
Negara.

6.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :
P.56/Menhut-II/2004 tentang Pedoman
Zonasi Taman Nasional

7.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :
P.19/Menhut–II/2004 tentang Kolaborasi
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor :
33 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata Daerah

8.

9.

Keputusan Direksi Perum Perhutani No :
268/KPTS/DIR/2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama
Masyarakat Plus (PHBM PLUS).

Wisata
Konservasi

13
Tabel 6 Hasil analisis kebijakan (lanjutan)
No.
10.

11.

Kebijakan
Keputusan Direksi Perum Perhutani No :
400/KPTS/DIR/Kpts/Dir/2007
tentang
Pedoman Umum Pengmbangan Usaha
Perum Perhutani.
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor
19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 20052025

Komponen
Konservasi
Ekonomi
Edukasi
Wisata
Konservasi

Ekonomi

Edukasi
Wisata

12.

Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor
3 tahun 2008 tentang Retribusi Izin Usaha
Pariwisata

Wisata

Keterangan
Pasal 1, 5
Pasal 2, 3, 13, 21, 26,
30
Pasal 5
Pasal 5, 8, 9
Pasal 4, 6, 15, 22, 23,
30, 50, 51, 52, 55, 58,
61, 93
Pasal 1, 4, 6, 8, 10,
14, 15, 35, 36, 40, 49,
52, 53, 55, 98
Pasal 11, 50, 53, 59,
65, 73, 76
Pasal 15, 22, 27, 34,
38, 43, 48, 50, 51, 52,
57, 74, 76, 85, 93
Pasal 1, 2, 3, 4, 5, 6,
8, 12, 25, 26

Tabel 7 Rekapitulasi analisis isi kebijakan
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Komponen
Konservasi
Partisipasi
Ekonomi
Edukasi
Wisata
Total

Jumlah Pasal
62
10
51
38
64
225

Persentase (%)
27.56
4.44
22.67
16.89
28.44
100

Komponen yang paling banyak ditemukan adalah komponen wisata
(28.44%) sedangkan komponen yang paling sedikit ditemukan adalah komponen
partisipasi (4.44%). Komponen wisata paling banyak ditemukan karena semua
kebijakan yang dianalisis merupakan kebijakan yang berhubungan dengan
kegiatan wisata, sedangkan komponen partisipasi paling sedikit ditemukan
dikarenakan kurangnya perhatian dari para pembuat kebijakan akan pentingnya
partisipasi masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan.
Peningkatan partisipasi masyarakat di dalam kebijakan penting dilakukan agar
rasa tanggung jawab masyarakat terhadap wisata alam semakin meningkat. Selain
itu perlu dukungan kebijakan yang bersifat insentif agar partisipasi dari seluruh
stakeholder meningkat. Insentif adalah semua bentuk dorongan spesifik atau
rangsangan/stimulus, yang umumnya berasal dari faktor eksternal (pemerintah,
BUMN, swasta dan lain-lain), yang dirancang dan diimplementasikan untuk
mempengaruhi atau memotivasi masyarakat, baik secara individu maupun
kelompok untuk bertindak atau mengadopsi teknik dan metode baru yang
bertujuan untuk memperbaiki kondisi (Wijayanto 2009). Insentif yang dimaksud
berupa keringan pajak, pemberian bantuan modal, pemberian imbalan dan
pemberian kemudahan. Pemberian kemudahan yang dimaksud berupa penyediaan

14
data dan informasi peluang penanaman modal, penyediaan sarana dan prasarana,
penyediaan lahan, pemberian bantuan teknis dan percepatan pemberian perizinan.
Kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengelolaan wisata alam di
Kabupaten Bogor dijabarkan sebagai berikut :
Undang-undang Nomor 10 tahun 2009
Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 digunakan sebagai dasar kebijakan
nasional bagi pengembangan pariwisata. Dilihat dari komponen analisis isi
kebijakan, Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 berisi lima komponen wisata
alam yaitu konservasi, partisipasi, ekonomi, edukasi dan wisata. Komponen
konservasi terdapat pada pasal 4, 6, 12, 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30, 59 dan 64,
yang dijelaskan melalui tujuan kepariwisataan, prinsip kepariwisataan dan azas
kepariwisataan untuk melestarikan daya tarik wisata, tanggung jawab pelaku
kegiatan pariwisata, dan sanksi yang diberikan apabila merusak daya tarik wisata.
Komponen partisipasi terdapat pada pasal 1, 2, 9, 12 dan 26, yang dijelaskan
melalui pemberian kesempatan yang sama dan seluas-luasnya kepada masyarakat
dalam menyediakan fasilitas wisata, pelibatan masyarakat dalam pembuatan
rencana induk pembangunan kepariwisataan, dan mengutamakan masyarakat
sekitar daya tarik wisata untuk dijadikan tenaga kerja. Komponen edukasi
dijelaskan melalui tujuan pariwisata dan menyelenggarakan pelatihan dan
penelitian tentang pariwisata yang terdapat pada pasal 4, 26, 30, dan 52.
Komponen wisata terdapat pada pasal 1, 4, 5, 6, 12, 19, 23, 24, 26 sampai 30 yang
dijelaskan melalui pengertian wisata, tujuan kepariwisataan, azas kepariwisataan,
prinsip kepariwisataan, pembuatan rencana induk pembangunan pariwisata,
tanggung jawab pelaku kegiatan wisata, dan kewenangan pemerintah.
Undang-undang Nomor 5 tahun 1990
Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 digunakan sebagai dasar konservasi
dalam pengelolaan hutan berkelanjutan. Dilihat dari komponen analisis isi
kebijakan, Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 berisi empat komponen wisata
alam yaitu konservasi, ekonomi, edukasi dan wisata. Komponen konservasi
terdapat pada pasal 1-5, 11, 28 dan 37 yang dijelaskan melalui pengertian
konservasi sumberdaya alam hayati (KSDAH), tanggung jawab KSDAH di
tangan pemerintah dan rakyat, kegiatan KSDAH yang meliputi perlindungan
sistem penyangga, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya, pemanfaatan lestari sumberdaya alam hayati, dan pengembangan
peran masyarakat dengan menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Komponen manfaat ekonomi terdapat
pada pasal 36, dijelaskan melalui pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar dalam
bentuk penangkaran, perburuan dan perdagangan. Komponen edukasi terdapat
pada pasal 37, yang dijelaskan melalui kegiatan pendidikan dan penyuluhan.
Komponen wisata terdapat pada pasal 36 yang dijelaskan melalui pemanfaatan
tumbuhan dan satwaliar. Komponen partisipasi tidak terdapat dalam Undangundang Nomor 5 tahun 1990 karena partisipasi masyarakat lebih difokuskan pada
kegiatan konservasi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya.

15

Undang-undang Nomor 41 tahun 1999
Undang-undang No 41 Tahun 1999 merupakan kebijakan nasional tentang
penyenlengaraan kehutanan. Dilihat dari komponen analisis isi kebijakan,
Undang-undang Nomor 41 tahun 1990 berisi empat komponen wisata alam yaitu
konservasi, ekonomi, edukasi dan wisata. Komponen konservasi dijelaskan
melalui asas dan tujuan, status dan fungsi hutan, penelolaan hutan, pemanfaatan
hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan
perlindungan hutan dan konservasi alam yang terdapat pada pasal 3, 6, 7, 21, 34,
36, 40, 46, 50 dan 69. Komponen ekonomi dijelaskan pada pasal 2, 3, 7, 17 18,19,
22, 28, 30 melalui asas dan tujuan, status dan fungsi hutan, pembentukan wilayah
pengelolaan hutan, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan, dan
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Komponen edukasi terdapat pada
pasal 8, 10, 21, 24, 34, 52, 55, 57, 58 yang dijelaskan melalui status dan fungsi
hutan, penguruasan hutan, pemanfaatan dan penggunaan hutan, penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan, dan pendaan
dan prasarana. Komponen wisata dijelaskan melalui pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan yang terdapat pada pasal 1, 4, 24, 26 dan pasal 50.
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 merupakan kebijakan nasional
tentang pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa, taman nasional,
taman hutan raya dan taman wisata alam. Dilihat dari komponen analisis isi
kebijakan, peraturan ini berisi empat komponen wisata alam yaitu konservasi,
partisipasi, ekonomi dan wisata. Komponen konservasi terdapat pada pasal 1, 2,
5, 18, 21 dan 28 yang dijelaskan melalui pengusahaan pariwisata alam sesuai
dengan azas konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dengan
menjaga kelestarian alam, menjaga kebersihan lingkungan, dan merehabilitasi
kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan wisata.. Komponen partisipasi terdapat
pada pasal 21 yang dijelaskan melalui pelibatan masyarakat setempat di dalam
melaksanakan kegiatan pariwisata. Komponen ekonomi terdapat pada pasal 14
dan 21 yang dijelaskan melalui iuran pemegang izin usaha wisata alam dan
pungutan masuk kawasan wisata.. Komponen wisata terdapat pada pasal 1, 5, 7
dan 8 dijelaskan melalui penjelasan bentuk kegiatan pariwisata yang dapat
dilakukan di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam yang
meliputi mengunjungi, melihat, menikmati keindahan alam, keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta pembanguan sarana pariwisata. Komponen edukasi
tidak terdapat dalam Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2010 karena kebijakan
ini lebih memfokuskan tentang teknis perizinan dan birokrasi dalam pengusahaan
pariwisata alam, usaha penyediaan jasa wisata alam dan usaha penyediaan sarana
wisata alam.
Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2010
Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2010 menjelaskan tentang Perusahaan
Umum Kehutanan Negara. Dilihat dari komponen analisis isi kebijakan, peraturan
ini berisi empat komponen wisata alam yaitu konservasi, ekonomi, edukasi dan
wisata. Komponen konservasi dijelasakan pada pasal 1, 3 dan 11, melalui kegiatan
pengelolaan hutan dan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, sedangkan

16
komponen ekonomi dijelaakan pada pasal 7, 33 dan 34 melalui kegiatan
pengelolaa hutan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha dan pengurusan
perusahaan. Komponen wisata hanya dijelaskan melalui pengelolaan hutan.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.56/Menhut-II/2004
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.56/Menhut-II/2004 merupakan
kebijakan nasional tentang pedoman zonasi taman nasional. Dilihat dari
komponen analisis isi kebijakan, peraturan ini berisi empat komponen wisata alam
yaitu konservasi, ekonomi, edukasi dan wisata. Komponen konservasi dijelaskan
melalui pengertian, kriteria dan fungsi zonasi taman nasional yang terdapat pada
pasal 1, 5, dan 6. Komponen edukasi dijelaskan melalui pasal 1, 5, 6 serta
tambahan pasal 7 yang menjelaskan mengenai kegiatannya. Komponen ekonomi
dijelaskan pada pasal 1, 3, 4. dan 11 melalui jenis, kriteria, fungsi zona dan
kegiatannya, serta tata cara penataan zonasi. Komponen wisata yang dibahas pada
pasal 1, 5, 6, 7 dan 11 dalam pengertian, jenis, kriteria, fungsi zona dan kegiatan
yang diperbolehkan serta tata cara dan penataan zonasi.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.19/Menhut–II/2004
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.19/Menhut–II/2004 merupakan
kebijakan tentang kolaborasi pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam. Dilihat dari komponen analisis kebijakan, peraturan ini berisi
tiga komponen wisata alam yaitu konservasi, edukasi dan wisata. Komponen
konservasi pada pasal 1, 4 dan 7 dijelaskan melalui pengertian umum dan
pelaksanaan kolaborasi. Komponen edukasi terdapat pada pasal 1 dan 4,
sedangkan komponen wisata hanya dijelaskan pada pada pasal 1 melalui
pengertian umum.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 33 Tahun 2009
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 33 Tahun 2009 sebagai dasar
pedoman pengembangan kkowisata di daerah. Dilihat dari komponen analisis isi
kebijakan, peraturan ini berisi komponen konservasi, partisipasi, ekonomi,
edukasi dan wisata. Komponen wisata hampir dijelaskan pada setiap pasal karena
kebijakan ini menjelaskan tentang pengembangan ekowisata di daerah. Komponen
konservasi hanya dijelaskan pada pasal 3 dan 10 melalui jenis dan prinsip serta
kegiatan pengendalian. Komponen partisipasi dijelaskan pada pasal 3 ,20 dan 21
melalui jenis dan prinsip ekowisata serta pemberdayaan masyarakat. Komponen
ekonomi dijelaskan pada pasal 3, 18, 19 dan 25 melalui jenis dan prisip, bab
pemberian insentif dan kemudahan serta pendanaan. Komponen edukasi
dijelaskan dalam pasal 1, 3, 22, 23 dan 24 melalui ketentuan umum, jenis dan
prinsip serta bab mengenai pembinaan dan pelaporan.
Keputusan Direksi Perum Perhutani No : 268/KPTS/DIR/2007
Keputusan Direksi Perum Perhutani No : 268/KPTS/DIR/2007 digunakan
sebagai dasar pedoman pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat plus
(PHBM PLUS). Dilihat dari komponen analisis isi kebijakan, keputusan ini berisi
empat komponen wisata alam yaitu konservasi, ekonomi, edukasi dan wisata.
Komponen konservasi hanya terdapat pada pasal 1 yang dijelaskan melalui
pengertian mengenai pengelolaan sumberdaya hutan. Komponen wisata terdapat

17
pada pasal 10 dijelaskan pada program pengelolaan hutan bersama masyarakat.
Pada pasal 1,2, 3 dan 16 terdapat komponen edukasi berupa kerjasama dengan
para pihak yang berkepentingan seperti Lembaga Pendidikan untuk mendukung
peningkatan indeks pembangunan manusia sekitar hutan sebagai bentuk dedikasi
dan salah satu indikator keberhasilan PHBM plus. Komponen ekonomi terdapat
pada pasal 1, 2, 3 dan 5 yang dijelaskan melalui kaidah pengelolaan sumberdaya
hutan dan
Keputusan Direksi Perum Perhutani No : 400/KPTS/DIR/Kpts/Dir/2007
Keputusan Direksi Perum Perhutani No : 400/KPTS/DIR/Kpts/Dir/2007
digunakan sebagai pedoman umum pengembangan usaha perum perhutani. Dilihat
dari komponen analisis isi kebijakan, keputusan ini berisi empat komponen wisata
alam yaitu konservasi, ekonomi, edukasi dan wisata. Komponen konservasi
terdapat pada pasal 1 dan 5 yang dijelaskan melalui pengertian pengelolaan hutan
dan ruang lingkup pengembangan usaha. Komponen ekonomi terdapat pada pasal
2, 3, 13, 21, 26 dan 30 yang dijelaskan melalui maksud dan tujuan, prinsip
pengembangan usaha dan prosedur permohonan dan persetujuan. Komponen
edukasi terdapat pada pasal 5 yang dijelaskan melalui ruang lingkup
pengembangan usaha.
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 tahun 2008
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 tahun 2008 merupakan
kebijakan daerah tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor Tahun
2005-2025. Dilihat dari komponen analisis isi kebijakan, peraturan ini berisi
empat komponen wisata alam yaitu konservasi, ekonomi edukasi dan wisata.
Komponen wisata terdapat pada pasal 15, 22, 27, 34, 38, 43, 48, 50, 51, 52, 57,
74, 76, 85 dan 93 melalui stratetgi pengembangan pola ruang wilayah, pola ruang
kawasan lindung, pola ruang kawasan budidaya, rencana pemanfaatan ruang
wilayah, rencana pegembangan sistem prasarana wilayah, indikasi arahan
peraturan zonasi untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya, dan arahan
pemanfaatan jasa lingkungan. Komponen edukasi dijelaskan pada pasal 11, 50,
53, 59, 65, 73 dan 76 melalui strategi pengembangan sistem prasarana wilayah,
rencana pengelolaan kawasan lindung, rencana pengelolaan kawasan budidaya,
rencana penembangan sistem transportasi udara, rencana pengembangan sistem
prasarana lingkungan dan indikasi arahan peratuan zonasi untuk sistem jaringan
sumberdaya air.
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3 tahun 2008
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3 tahun 2008 merupakan
kebijakan daerah tentang retribusi izin usaha pariwisata. Dilihat dari komponen
analisis isi kebijakan, peraturan ini hanya berisi komponen wisata yang dijabarkan
pada pasal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 12, 25 dan 26. Pasal-pasal tersebut menjelaskan
mengenai nama, obyek dan subyek retribusi, cara mengukur retribusi, struktur dan
besarnya tarif retribusi dan pendaftaran dan pendataan retribusi.

18
Kebutuhan Stakeholder
Pengelolaan wisata alam di Kabupaten Bogor melibatkan beberapa
stakeholder yang meliputi instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN,
swasta, LSM, pengusaha perorangan, kelompok masyarakat dan masyarakat.
Setiap stakeholder memiliki kebutuhan tergantung dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing terkait dengan pengelolaan wisata alam di Kabupaten
Bogor. Kebutuhan masing-masing stakeholder diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi lapang. Hasil identifikasi kebutuhan masing-masing stakeholder wisata
alam di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Kebutuhan stakeholder
No.
1

Stakeholder
Disbudpar Kab. Bogor

2

BTNGHS

3

BBTNGGP

4

BKSDA Bogor

5

Perum Perhutani KPH Bogor

6

KBM AEJ Perum Perhutani Unit
III Jabar dan Banten

7

PT. Perkebunan Nusantara VIII

8

Konsorsium KAB

9

PT. Supra Piranti Wisata Ria

Kebutuhan
- Peningkatan program kerja bersama antar
SKPD
- Penyatuan pemahaman konteks pariwisata
- Pendidikan dan pelatihan tentang wisata
- Peningkatan sumberdaya manusia di bidang
wisata
- Perbaikan jalan menuju obyek wisata
- Peningkatan sarana dan prasarana
- Koordinasi antar para pihak yang terkait
wisata
- Perbaikan jalan menuju obyek wisata
- Peningkatan sumberdaya manusia di bidang
wisata
- Peningkatan forum mengenai pengelolaan
wisata
- Penambahan sumberdaya manusia di bidang
wisata
- Pendidikan dan pelatihan tentang interpretasi
- Penambahan sarana dan prasarana
- Perbaikan jalan menuju obyek wisata
- Mengembalikan fungsi information center
- Perbaikan aksesibilitas
- Bantuan promosi
- Koordinasi diantara semua stakeholder
wisata
- Peningkatan profesionalisme SDM dalam
pengelolaan wisata
- Koordinasi antar instansi terkait pengelolaan
wisata alam
- Bantuan promosi
- Perbaikan jalan menuju obyek wisata
- Peningkatan sumberdaya manusia di bidang
wisata
- Perbaikan jalan menuju obyek wisata
- Bantuan pengamanan dari pemerintah
daerah

19
Tabel 9 Kebutuhan stakeholder (lanjutan)
No.
10

Stakeholder
PT. Wana Wisata Indah

11

PT. Lintas Daya Kreasi

12
13
14

CV. Wahana Curug Naga
Hester Basoeki
KOMPEPAR Desa Gunungsari

15

KSM Warga Saluyu

16

LMDH Desa Megamendung

17

LMDH Desa Batulayang

18

Masyarakat

-

Kebutuhan
Solusi masalah sumber air panas
Perbaikan jalan menuju obyek wisata
Peningkatan jaringan komunikasi
Perbaikan infrastruktur
Koordinasi dengan pihak pengelola
Perbaikan jalan menuju obyek wisata
Bantuan promosi dari pemerintah daerah
Solusi masalah status zonasi kawasan
Bantuan dana pengelolaan
Perbaikan infrastruktur
Penyuluhan tentang pengembangan wisata
Perbaikan jalan menuju obyek wisata
Penambahan sarana dan prasarana
Bantuan media promosi
Penambahan alat kebersihan
Perbaikan infrastruktur
Pelatihan pembuata