Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor
EVALUASI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR
KABUPATEN BOGOR
ALI SUNANTA DWI PUTRA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(2)
(3)
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013 Ali Sunanta Dwi Putra NIM A44080020
(4)
ABSTRAK
ALI SUNANTA DWI PUTRA. Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.
Ekowisata adalah perjalanan yang disengaja ke kawasanalamiah untuk memahami budaya dan sejarah lingkungan tersebut dengan menjaga agar keutuhan kawasan tidak berubah dan menghasilkan peluang untuk pendapatan masyarakat sekitarnya sehingga mereka merasakan manfaat dari upaya pelestarian sumber daya alam.Tujuan penelitian ini adalah 1) mengevaluasi kelayakan lanskap Gunung Pancar sebagai kawasan ekowisata dan menyusun rencana manajemen (eko)wisata. Lokasi penelitian terletak di Gunung Pancar, Kabupaten Bogor, pada koordinat 106°54’13” BT - 106°54’58” BT dan 6°35’30” LS - 6°35’38” LS. Untuk mengevaluasi digunakam metode analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Gunung Pancar tidak memenuhi kriteria sebagai kawasan ekowisata berdasarkan analisis perbandingan antara standar ekowisata dan existing dan 2) strategi utama yang dihasilkan dari analisis SWOT adalah membuat koriodor wisata antar objek-objek wisata, manajemen yang baik dan meningkatkan kerja sama. Untuk mendukung strategi utama dibutuhkan rencana manajemen yang terdiria atas menambahkan jenis manajer, pekerja lokal, melaksanakan pelatihan untuk pekerja, dan system tiket yang baik.
Kata kunci:Anlisis SWOT, Ekowisata, Evaluasi, Koridor Wisata, Rencana Manajemen
ABSTRACT
ALI SUNANTA DWI PUTRA. Evaluation of Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Bogor District. Supervised by HADI SUSILO ARIFIN.
Ecotourism is a purposeful travel to natural areas to understand the culture and natural history of environment, taking care not to alter the integrity of the ecosystem, while producing economics opportunities that make the conservation of natural resources beneficial to local people.The objectives of this research are 1) to evaluate the feasibility of Gunung Pancar landscape as ecotourism area and 2) to arrange (eco)tourism management plan. Research site is located in Gunung Pancar, Bogor District, 106°54’13” EL - 106°54’58” EL and 6°35’30” SL - 6°35’38” SL. The analysis method of Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) is used in this evaluation. The results are 1) Gunung Pancar is not suitable for ecotourism according to the comparation analysis between ecotourism standards and existing and 2) the main strategy obtained from SWOT analysis is to make tourism corridors among tourism objects, good management and to improve cooperation.To support the main strategy is in need of management plan that consists of to add some manajers, to add the number of local labours, to hold some trainings for labours, and a good ticketing.
Keywords:Ecotourism, Evaluate, Management Plan, SWOT Analysis, Tourism Corridors.
(5)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
EVALUASI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR
KABUPATEN BOGOR
ALI SUNANTA DWI PUTRA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(6)
Judul Skripsi :Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor Nama : Ali Sunanta dwi Putra
NIM : A44080020
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA Ketua Departemen
(7)
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Topik yang diangkat ini adalah penelitian mengenai pengaruh keberadaan tempat wisata terhadap sumber daya lokal dan lanskap Gunung Pancar dengan judul skripsi Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kabupaten Bogor. Skripsi ini diperuntukan sebagai syarat untuk kelulusan sarjana di Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.
Pihak-pihak dengan kompetensi tinggitelah membantu menyelesaikan skripsi dengan baik. Pada kesempatan ini penulisan menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen Pembimbing Skripsi (PS) yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi yang sangat baik dalam menyelesaikan skripsi ini;
2. Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA selaku dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan arahan semasa kuliah di Departemen Arsitektur Lanskap; 3. Pengelola TWA Gunung Pancar yang telah menerima dengan baik dan
memberikan dukungan pada penulis dalam melaksanakan penelitian;
4. Fathiin, Amin, Lidya, Rida, Enjoy, Atik, Desi, Mukhlis, Andre, Arik, dan teman-teman ARL 45 yang selalu menjadi tempat berbagi yang menyenangkan;
5. Ibu dan Bapakku tercinta Liestyowati dan Istan Thoharli serta kedua saudara saya Arsyta Eka Putri dan Muhammad Ali Sumarta yang selalu tersenyum penuh dukungan dan motivasi. Terima kasih banyak keluargaku.
Saran dan masukan yang berharga sangat penulis harapkan untuk memacu penulis yang lebih baik di masa yang akan dating. Akhirnya semoga skripsi ini dapat menjadi referensiyang bermanfaat bagi civitas akademika dan stakeholders.
Bogor, Mei 2013 Ali Sunanta Dwi Putra
(8)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
Kerangka Pikir 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Ekowisata 4
Prinsip dan Kriteria Ekowisata 5
Tujuan Ekowisata 6
Perkembangan Permintaan 7
Sumber Daya Lokal 8
Pengetahuan Lokal 8
Rencana Manajemen 9
METODE PENELITIAN 10
Lokasi dan Waktu 10
Alat dan Bahan 10
Pendekatan Penelitian 12
Metode 12
Evaluasi Kelayakan Ekowisata 12
Penilaian Kelayakan Gunung Pancar sebagai Kawasan Ekowisata 16
Analisis SWOT 16
Rencana Manajemen 17
HASIL 17
Analisis Situasional TWA Gunung Pancar 17
Aspek Ekologi 18
Iklim 18
Topografi 21
Kualitas Tanah 21
Hidrologi 23
Vegetasi 24
(9)
Kualitas Visual 27
Sejarah TWA Gunung Pancar 27
Masyarakat Lokal 28
Pengunjung 29
Aspek Ekonomi 30
Aspek Pengelolaan 31
Struktur Organisasi 31
Tenaga Kerja dan Penjadwalan 32
Program Wisata 33
Sarana dan Prasarana 34
Pengelolaan Tiket 35
Keuangan 35
PEMBAHASAN 37
Evaluasi Aspek Biofisik TWA Gunung Pancar 37
Daya Dukung 38
Biodiversitas (Satwa dan Vegetasi) 39
Kualitas Air, Udara, dan Tanah 40
Atraksi 42
Evaluasi Aspek Sosial-Budaya 43
Pengetahuan dan Budaya Lokal 43
Keikutsertaan dan Kesejahteraan Masyarakat Lokal 44
Persepsi Pengunjung 44
Evaluasi Aspek Manajemen 45
Pedoman Manajemen 45
Program Wisata 46
Fasilitas dan Infrastruktur 46
Keamanan 47
Keuangan, Penjadwalan, dan Pekerja 48
Pengelolaan Tiket 48
Penentuan Nilai Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar 49
Analisis SWOT 53
Identikasi Faktor Internal dan Eksternal Wisata di TWA Gunung Pancar 53 Penentuan Nilai Faktor Internal dan Eksternal 58 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation
(10)
Strategi Pengelolaan TWA Gunung Pancar 62
Penentuan Alternatif Strategi 64
Rencana Manajemen 67
Zonasi 67
Koridor Wisata 68
Meningkatkan Kerja Sama 77
Rencana Manajemen TWA Gunung Pancar 78
SIMPULAN DAN SARAN 81
DAFTAR PUSTAKA 81
RIWAYAT HIDUP 83
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Prinsip dan kriteria ekowisata 5
Tabel 2 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data 15
Tabel 3 Prinsip Ekowisata 16
Tabel 4 Matriks SWOT 17
Tabel 5 Tata Guna Lahan TWA Gunung Pancar dan sekitarnya 18 Tabel 6 Hasil analisis tanah pada blok pemanfaatan di TWA Gunung
Pancar 22
Tabel 7 Analisis kualitas air dari mata air, air panas, dan air sungai 23 Tabel 8 Vegetasi terdapat di dalam TWA Gunung Pancar tahun
2000-2004 24
Tabel 9 Satwa yang terdapat di dalam TWA Gunung Pancar 2000-2004 26 Tabel 10 Program-program Wisata yang Disediakan oleh PT WWI 34 Tabel 11 Prediksi Pendapatan PT WWI Tahun 2011 35 Tabel 12 Prediksi Pengeluaran Pengusahaan PT WWI Tahun 2011 36
Tabel 13 Analisis Keuangan Lima Tahunan 36
Tabel 14 Daya Dukung Jumlah Pengunjung Beberapa Kegiatan Wisata 39 Tabel 15 Penurunan Kuantitatif Biodiversitas TWA Gunung Pancar 40
Tabel 16 Baku Mutu Mata Air Gunung Pancar 40
Tabel 17 Kualitas Tanah Kawasan 41
Tabel 18 Potensi Wisata Budaya 43
Tabel 19 Efek Keberadaan TWA Gunung Pancar bagi Masyarakat Lokal 44
Tabel 20 Pedoman Manajemen Ekowisata 46
Tabel 21 Matriks Perbandingan antara Taman Wisata Alam dan Prinsip
Ekowisata 50
Tabel 22 Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal TWA Gunung Pancar 58 Tabel 23 Penentuan Nilai Bobot Faktor Eksternal TWA Gunung Pancar 59 Tabel 24 Tingkat Kepentingan Faktor Internal TWA Gunung Pancar 59 Tabel 25 Tingkat Kepentingan Faktor Internal TWA Gunung Pancar 60
(11)
Tabel 26 Matiriks Internal Factor Evaluation (IFE) di TWA Gunung
Pancar 61
Tabel 27 Matiriks External Factor Evaluation (EFE) di TWA Gunung
Pancar 61
Tabel 28 Matriks SWOT TWA Gunung Pancar 63
Tabel 29 Perangkingan Alternatif Strategi 64
Tabel 30 Deskripsi Koridor Wisata Alam Spot 1 (Downhill) 71 Tabel 31 Deskripsi Koridor Wisata Alam Spot 2 dan 3 (Hutan Pinus) 72 Tabel 32 Deskripsi Koridor Wisata Alam Spot 4 (Air Panas) 72 Tabel 33 Deskripsi Wisata Alam Spot 5 (Puncak Gunung Pancar) 73 Tabel 34 Deskripsi Koridor Wisata Budaya Spot 1 (Pembuatan Baju) 75 Tabel 35 Deskripsi Koridor Wisata Budaya Spot 2 (Pandan) 76 Tabel 36 Deskripsi Koridor Wisata Budaya Spot 3 (Upacara Adat) 76 Tabel 37 Deskripsi Koridor Wisata Budaya Spot 4 (Puncak Gunung
Pancar) 77
Tabel 38 Kebutuhan Tenaga Kerja 79
Tabel 39 Penjadwalan untuk Pekerja TWA Gunung Pancar 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian 3
Gambar 2 Lokasi Penelitian 11
Gambar 3 Peta Rekonstruksi Batas Tahun 1996 19
Gambar 4 Peta Evaluasi Batas Tahun 2003 20
Gambar 5 Suhu Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung Pancar 20 Gambar 6 Kelembaban Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung
Pancar 21
Gambar 7 Grafik Penurunan Jumlah Spesies Tanaman dan Tumbuhan di
TWA 25
Gambar 8 Grafik Penurunan Jumlah Spesies Satwa di TWA Gunung
Pancar 27
Gambar 9 Hutan Pinus (kiri) dan Pemandangan Perbukitan (kanan) 27 Gambar 10 Gafik Jumlah Penduduk berdasarkan Usia 28
Gambar 11 Taraf Pendidikan Masyarakat Lokal 29
Gambar 12 Grafik Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2007-2012 30 Gambar 13 Jenis Mata Pencarian Desa Karang Tengah 31
Gambar 14 Struktur Organisasi PT WWI 33
Gambar 15 Perbandingan Jumlah Kunjungan Faktual dengan Daya
Dukung 39
Gambar 16 Wisata Downhill (Asia Pasific Event) 42 Gambar 17 Air Panas (kiri) dan Hutan Pinus (kanan) 43 Gambar 18 Tingkat Kepuasan, Kenyamanan, dan Keamanan bagi
Pengunjung 45
Gambar 19 Tempat Makan (kiri) dan Kamar Berendam Air Panas
(kanan) 47
Gambar 20 Presentatif Jalan Menuju Kawasan (Kiri) dan Jalan di dalam
(12)
Gambar 21 Tingkat Keamanan TWA Gunung Pancar 48 Gambar 22 Persentase Nilai Kesesuaian Gunung Pancar sebagai
Kawasan Ekowisata 49
Gambar 23 Kolam Air Panas 53
Gambar 24 Hutan Pinus (kiri) dan Downhill Track (kanan) 54
Gambar 25 Area Air Panas yang Tidak Tertata 55
Gambar 26 Vandalisme (kiri) dan fasilitas yang belum baik (kanan) 56
Gambar 27 Perambahan Hutan 57
Gambar 28 Posisi Matriks Internal dan Eksternal TWA Gunung Pancar 62
Gambar 29 Zonasi Kawasan Gunung Pancar 69
Gambar 30 Rencana Koridor Wisata Alam Kawasan Gunung Pancar 70 Gambar 31 Koridor Wisata Alam Spot 1 (Downhill) 71 Gambar 32 Koridor Wisata Alam Spot 2 dan 3 (Hutan Pinus) 71 Gambar 33 Koridor Wisata Alam Spot 4 (Air Panas) 72 Gambar 34 Koridor Wisata Alam Spot 5 (Puncak Gunung Pancar) 73 Gambar 35 Rencana Koridor Wisata Budaya Kawasan Gunung Pancar 74 Gambar 36 Koridor Wisata Budaya Spot 1 (Baju dari tumbuhan) 75 Gambar 37 Koridor Wisata Budaya Spot 2 (Pandan) 75 Gambar 38 Koridor Wisata Budaya Spot 3 (Pandan) 76 Gambar 39 Koridor Wisata Budaya Spot 4 (Puncak Gunung Pancar) 77 Gambar 40 Rekomendasi Struktur Organisasi di TWA Gunung Pancar 79
(13)
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap manusia membutuhkan hiburansalah satunya adalah berwisata. Tempat wisata merupakan wahana atau tempat yang menyediakan berbagai alternatif hiburan yang diharapkan dapat menghilangkan kejenuhan penggunanya dan menimbulkan kesenangan. Pada masa modern ini orang-orang semakin beramai-ramai ke tempat wisata alam, khususnya masyarakat perkotaan.Besarnya animo masyarakat berkunjung ke tempat wisata alam mendorong orang-orang untuk menambah ataupun mengembangkan tempat wisata alam. Akan tetapi, bertambahnya tempat wisata alam tersebut tidaklah selalu menguntungkan dan bermanfaat. Pada perkembangannya, jika pengelolaannya tidak baik maka semakin banyak tempat wisata semakin banyak pula kerusakan yang ditimbulkan. Hal ini akan memperberat beban lingkungan.
Ekowisata dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi atau menghindari kerusakan lingkungan. Alasan ini dapat dibenarkan karena ekowisata menitikberatkan pada kelestarian lingkungan. Ekowisata merupakan tempat wisata yang menyeimbangkan antara kepentingan manusia dan keseimbangan di alam. Artinya tempat wisata tersebut tetap menguntungkan secara ekonomi (profit) dan sosial-budaya dengan dampak negatif ke alam yang seminimal mungkin sehingga alam tetap lestari. Lestari didefinisikan cukup untuk generasi saat ini dan generasi yang akan datang. Hal ini seharusnya dicamkan pada setiap individu sebagai tanggungjawab kita pada generasi penerus kita.
Gunung Pancar merupakan tempat wisata alam yang menyediakan berbagai fenomena alam dan hiburan. Selain fenomena alam berupa lereng-lereng pegunungan di sana terdapat hutan pinus yang indah, pemandian air panas, dan hamparan pemandangan yang memanjakan mata pengunjung serta track downhill yang bertaraf internasional. Track downhill ini digunakan saat pada SEA Games 2011 lalu. Dengan kata lain, track ini sudah memenuhi kriteria track downhill internasional.
Gunung Pancar terletak di Desa Karangtengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Keunikan dan keindahankawasan wisata ini memancing sebagian wisatawan domestik dan manca negara untuk memanfaatkannya sebagai tempat wisata. Dan wisata air panas Gunung Pancar merupakan satu-satunya wisata air panas di Bogor. Selain masyarakat Bogor, jumlah pengunjung luar Bogor sangat tinggi. Puncak kunjungan tertinggi terjadi pada akhir pekan, pengunjung dapat mencapai ratusan. Keadaan ini secara tidak langsung akan mengganggu penduduk lokal. Secara perlahan kawasan ini mulai diramaikan oleh penguasaan dan pembukaan lahan baru untuk kawasan pengembangan wisata. Selain itu adanya isu bahwa Ibukota Indonesia akan dipindahkan ke daerah Jonggol. Secara tidak langsung Gunung Pancar akan menjadi lahan yang istimewa dan sangat berharga “lahan seksi’. Dengan status ini akan memancing investor untuk membeli lahan atau membuka resort. Hal ini akan mendegradasi kualitas biofisik dan fisik kawasan, oleh karena itu diperlukan perlindungan dengan menggunakan konsep ekowisata
(14)
2
Salah satu pengetahuan lokal yang terdapat di Gunung Pancar yaitu kemampuan menghasilkan pandan yang berkualitas. Hasil panen pandan tidak hanya untuk pasar lokal namun sudah merambah pasar internasional (ekspor). Dan kearifan lokal di sana yaitu adanya kesadaran masyarakat lokal untuk menjaga makam nenek moyang mereka yang berada di puncak Gunug Pancar. Mereka menganggap makam tersebut sangat berharga dan keramat sehingga berdampak terhadap ekosistem di puncak supaya terlindungi dengan baik.
Kaum intelektual sudah seharusnya peduli dengan hal ini. Mahasiswa merupakan salah satu kaum intelektual yang pada prinsipnya sudah mampu untuk menelaah masalah dengan kajian atau penelitian sehingga mereka dapat menetaskan solusi yang kreatif dan solutif. Kajian atau penelitian diperlukan untuk menghasilkan manajemen yang tepat sehingga rekomendasinya diharapkan dapat memperbaiki keadaan kawasan ini. Manajemen yang tepat adalah manajemen yang menjaga kelestarian lingkungan atau sumber daya lokal dan pengetahuan lokal dengan baik.
Tujuan Tujuan penelitian ini, yaitu:
1. mengevaluasi kelayakan lanskap Gunung Pancar sebagai kawasan ekowisata;
2. menyusun rencana manajemen (eko)wisata.
Manfaat Manfaat dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan pengelolaan yang berkelanjutan baik bagi masyarakat maupun pengelola;
2. memberikan pengetahuan atau referensi bagi pengelola, pemerintah daerah, dan civitas akademika mengenai ekowisata di Gunung Pancar.
Kerangka Pikir
Wisata alam di Gunung Pancar yang telah ada dikaji dengan melihat faktor pembentuk ekowisata, yang meliputi faktor biofisik (ekologi), sosial-budaya, dan ekonomi (Gambar 1). Kemudian ekowisata yang baik didukung oleh pengelolaan yang baik pula. Potensi biofisik yang ada di sana yaitu sumber air panas, hutan pinus dan pemandangan pegunungan. Ketiga sumber daya lokal ini tidak hanya dimanfaatkan namun dilindungi juga.
Dari aspek sosial dan budaya, pengetahuan lokal seharusnya dijaga dan masyarakat lokal seharusnya diberdayakan. Potensi pengetahuan dan sumber daya lokal tersebut kemudian dijadikan dasar dalam mengelola Taman Wisata Alam Gunung Pancar menjadi kawasan ekowisata. Pengelolaan ekowisata yang benar dapat membuat TWA Gunung Pancar menjadi kawasan yang aman, nyaman, produktif, dan lestari. Bila ketiga hal tersebut telah tercapai maka
(15)
3 pengguna akan merasa puas ketika berkunjung ke kawasan.
Ketiga aspek ekowisata tersebut dievaluasi menggunakan standar-standar ekowisata yang dibandingkan dengan kondisi existing saat ini. Hasil evaluasi tersebut akan memutuskan kelayakan kawasan sebagai kawasan ekowisata. Dari hasil keputusan tersebut dijadikan acuan dalam membuat analisis SWOT. Analisis ini menghasilkan strategi pengelolaan untuk dijadikan rekomendasi berupa rencana manajemen.
Gambar 1Kerangka Pikir Penelitian Gunung Pancar
Biofisik a. Daya Dukung b. Topografi c. Iklim
d. Biodiversitas e. Hidrologi f. Tanah g. Atraksi h. Posisi
Sosial Budaya a. Keterlibatan Masyarakat
Lokal b.Pengetahuan
dan Budaya Lokal
c. Pengunjung d. Kepedulian
terhadap
Ekonomi a. Manfaat untuk
Masyarakat b. Daya Saing c.Tingkat
ekonomi d. Pendapatan
Pengelolaan a.Pedoman
Manajemen b. Jalur Wisata c. Budgeting d. Penjadwalan e. Pekerja f. Fasilitas dan
Infrastruktur g. Keamanan Hasil Evaluasi
Strategi dan Rencana Pengelolaan 1. Zonasi
2. Peraturan 3. Keuangan 4. Pekerja 5. Penjadwalan 6. Organisasi
Evaluasi sebagai ekowisata
Metode SWOT Penentuan Kelayakan
Ekowisata Ekowisata atau
(16)
4
TINJAUAN PUSTAKA
Gunung Pancar merupakan taman wisata alam yang sudah dibuka sejak tahun 1993. Penelitian ini melihat Gunung Pancar sebagai kawasan yang akan dikembangkan sebagai ekowisata demi tujuan melindungi dan menjaga SDA dan budaya lokal. Hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu ekowisata, pengetahuan lokal, sumber daya lokal, dan rencana manajemen . Uraian-urain di atas dijabarkan pada Sub-Bab di bawah ini.
Ekowisata
Secara sederhana ekowisata dapat diartikan sebagai wisata yang bersinergi dengan lingkungan. Akan tetapi ekowisata memiliki berbagai definisi, berbeda orang maka berbeda definisi juga. Berikut ini adalah beberapa definisi ekowisata. 1. Ekowisata adalah wisata berbasis alam dimana ada pendidikan dan interpretasi
di dalamnya dan pengelolaan yang berkelanjutan serta terdapat komponen budaya, konservasi, dan pemberdayaan sumber daya local (Allock, 1994). 2. Ekowisata adalah perjalanan yang beraggungjawab ke alam yang melindungi
alam dan meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal (Linberg dan Hawkins, 1993).
3. Ekowisata adalah wisata ekologis yang berkelanjutan dimana wisata tersebut berperan menjaga satwa dan habitatnya dan juga secara langsung berkontribusi dalam konservasi dan atau secara tidak langsung memberikan pendapatan pada penduduk lokal dan selanjutnya melindungi sumber daya setempat sebagai sumber penghasilan mereka (Goodwin, 1996).
4. Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini.
Secara gamblang, ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Definisi di atas telah telah diterima luas oleh para pelaku ekowisata. Adanya unsur di atas yaitu kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh:
1. kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploitatif terhadap sumber daya alam,
2. asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat, 3. kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat
setempat,
4. partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi (economical benefit) dari lingkungan yang lestari,
5. kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang masih alami itu memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka
(17)
5 homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.
Prinsip dan Kriteria Ekowisata
Beradasarkan Sumber: Dirjen Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan(2001), prinsip dan kriteria ekowisata yang meliputi berbagai hal. Tabel 1 memperlihatkan 5 prinsip dalam ekowisata dengan kriteria-kriterianya.
Tabel 1Prinsip dan kriteria ekowisata
No. Prinsip Ekowisata Kriteria Ekowisata 1 Memiliki kepedulian, tanggung
jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.
a. Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi).
b. Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah tujuan.
c. Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya.
d. Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata.
e. Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan.
f. Mengelola usaha secara sehat. g. Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
2 Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat.
a. Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata.
b. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. c. Menggugah prakarsa dan aspirasi
masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.
d. Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata.
e. Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan kawasan tersebut kepada masyarakat setempat.
f. Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multi stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. 3 Memberikan manfaat kepada
masyarakat setempat. a. Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif.
(18)
6
peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat.
c. Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.
d. Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya.
4 Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.
a. Menetapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata.
b. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainya (multi-stakeholders) dalam penyusunan kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. c. Melakukan pendekatan, meminta saran saran dan mencari masukan dari tokoh/pemuka
masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata. d. Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempatsebagai bagian terpadu dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.
5 Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional.
a. Memperhatikan dan melaksanakan secara konsisten: Dokumen-dokumenInternasional
yang mengikat, GBHN
Pariwisata Berkelanjutan, Undang undang dan peraturan-peraturan yang berlaku.
b. Menyusun peraturan-peraturan baru yang diperlukan dan memperbaiki dan menyempurnakan peraturan-peraturan lainnya yang telah ada sehingga secara keseluruhan membentuk sistem per-UU an dan system hukum yang konsisten. c. Memberlakukan peraturan yang berlaku dan memberikan sangsi atas
pelanggarannya secara konsekuen sesuai dengan ketentuan yang berlaku (law enforcement).
d. Membentuk kerja sama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan
pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.
Sumber: Dirjen Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2001
Tujuan Ekowisata
Konsep ekowisata telah banyak diterapkan di berbagai kawasan. Konsep tersebut memiliki tujuan tersendiri dan berdasarkan beberapa ahli. Beberapa pendapat di bawah ini merupakan tujuan-tujuan ekowisata dari ahli-ahli ekowisata.
(19)
7 1. sebagai objek untuk tujuan komersil (Bukcley, 2009).
2. sebagai objek wisata sekaligus melindungi alam, sumber daya lokal, dan memberikan penghasilan pada penduduk lokal (Weaver, 2001).
3. sebagai objek untuk memenuhi kebutuhan manusia berwisata, ekonomi (Damanik dan Weber, 2006).
4. menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial.
Penetapan tujuan ekowisata di atas di dasarkan pada beberapa unsur utama. Unsur-unsur utama tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini.
1. Ekowisata sangat tergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kekayaan keaneka-ragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata, sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk ekowisata. Pengembangan ekowisata juga memberikan peluang yang sangat besar, untuk mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional, regional dan lokal.
2. Pelibatan Masyarakat. Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.
3. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.
4. Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kenyataan memperlihatkan kecendrungan meningkatnya permintaan terhadap produk ekowisata baik ditingkat internasional maupun nasional. Hal ini disebabkan meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk berprilaku positif terhadap alam dan berkeinginan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya setempat.
5. Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non-ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
Perkembangan Permintaan
Peningkatkan selera masyarakat terhadap wisata yang sifatnya mendidik dan natural menyebabkan permintaan wisata yang meningkat pula. Hal ini juga didukung oleh meningkatnya jumlah pendapatan dan tingkat pendidikan. Beberapa ahli wisata telah mengunkapkan permintaan wisata saat ini.
(20)
8
1. Runtuhnya sistem kelasdan kasta, semakin meratanya distribusi sumber daya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu yang didorong oleh penciutan jam kerja telah mercepat mobilitas manusia antar daerah, negara, dan benua, khususnya dalam hal pariwisata (Damanik dan Weber, 2006).
2. Distribusi pendapatan yang lebih merata dan penghasilan yang meningkat mendorong semakin banyaknya permintaan perjalanan wisata (Damanik dan Weber, 2006).
3. Pendidikan yang semakin meningkat membuat wawasan seseorang semakin luas. Keingintahuan dan minat untuk mempelarai sesuatu yang baru ikut menigkat selain itu apresiasi terhadap tempat dan budaya yang berbeda semakin tinggi. Dalam hal tertentu mereka juga sangat kritis menilai lokasi, budaya, atau apa saja yang merek alihat dan kunjungi. Semua ini menjadi pendorong yang kuat bagi orang untuk berwisata (Damanik dan Weber, 2006). 4. Waktu luang, uang, sarana, da prasarana merupakan permintaan potensial
wisata (Damanik dan Weber, 2006).
Sumber Daya Lokal
Sumber daya lokal merupakan aset suatu kawasan yang mempunyai dampak dan nilai tersendiri bagi kawasan tersebut sehingga sumber daya tersebut harus dijaga dengan baik (Damanik dan Weber, 2006). Hal ini berguna bagi kelangsungan ekosistem dan sumber penghidupan bagi manusia dan hewan. Sumber air atau energi, flora fauna lokal dan lanskap alami merupakan contoh sumber daya lokal yang ada pada suatu kawasan. Ketiga sumber daya tersebut pada dasarnya saling membutuhkan dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Bila salah satu sumber daya tersebut rusak maka keseimbangan ekosistem kawasan akan terganggu dan pada akhirnya akan merusak ekosistem jika tidak diperbaiki. Oleh karena itu, menjaga sumber daya lokal sangatlah penting.
Pengetahuan Lokal
Pengetahuan indigenous adalah sekumpulan pengetahuan yang diciptakanoleh sekelompok masyarakat dari generasi ke generasi yang hidup menyatudan selaras dengan alam (Johnson (1992) disitasi oleh Sunaryo dan Joshi (2003)). Pengetahuan seperti ini berkembang dalamlingkup lokal, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.Pengetahuan ini juga merupakan hasil kreativitas dan inovasi atau uji cobasecara terus-menerus dengan melibatkan masukan internal dan pengaruheksternal dalam usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi baru setempat.Oleh karena itu pengetahuan indigenous ini tidak dapat diartikan sebagaipengetahuan kuno, terbelakang, statis atau tak berubah.
Pengetahuan lokal (indigenous) dapat dilihat sebagai sebuah akumulasi pengalaman kolektif darigenerasi ke generasi yang dinamis dan yang selalu berubah terus-menerusmengikuti perkembangan jaman.Indigenous berarti asli atau pribumi. Kata indigenous dalampengetahuan indigenous merujuk pada masyarakat indigenous. Yangdimaksud dengan masyarakat indigenous di sini
(21)
9 adalah penduduk asli yangtinggal di lokasi geografis tertentu, yang mempunyai sistem budaya dankepercayaan yang berbeda dengan sistem pengetahuan duniaintelektual/internasional. Kenyataan ini menyebabkan banyak pihak yangberkeberatan dengan penggunaan istilah pengetahuan indigenous dan mereka lebih menyukai penggunaan istilah pengetahuan lokal (Sunaryo danJoshi, 2003).
Pengetahuan lokal merupakan konsep yang lebih luas yang merujukpada pengetahuan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang hidup diwilayah tertentu untuk jangka waktu yang lama. Pada pendekatan ini, kitatidak perlu mengetahui apakah masyarakat tersebut penduduk asli atautidak. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana suatu pandanganmasyarakat dalam wilayah tertentu dan bagaimana mereka berinteraksidengan lingkungannya, bukan apakah mereka itu penduduk asli atau tidak.Hal ini penting dalam usaha memobilisasi pengetahuan mereka untukmerancang intervensi yang lebih tepat-guna.
Pengetahuan lokal tidak tercipta secara praktis dan biasanya didapatkan secara turun-temurun. Adakalanya suatu teknologi yang dikembangkan di tempat lain dapat diselaraskan dengan kondisi lingkungannya sehingga menjadi bagian integral pengetahuan lokal. Pada perkembanganya pengetahuan lokal tidak seutuhnya bertahan, ada beberapa hal yang hilang yang mungkin disebabkan oleh pengaruh eksternal. Namun, pada hakekatnya pengethauan lokal dapat bertahan dengan upaya adaptasi atau penyesuaian-penyesuaiandengan mengikuti kondisi atau tuntutan yang berkembang.
Rencana Manajemen
Rencana manajemen atau pengelolaan merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis tujuan, yang dengannya seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin, dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerja sama (Kraus dan Curtis 1982). Adapun definisi lainnya, pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin 2005).
Kegiatan dalam pengelolaan lanskap itu menjagalanskapagar tetap nyaman, bersih dan menarik, baik dalam maupun luar guna melindungi dan meningkatkan suatu fungsi dan estetika dari suatu lanskap. Fungsi dari pengelolaan lanskap adalah sebagai keberlanjutan dari kegiatan perencanaan dan desain suatu lanskap.
Kegiatan pengelolaan lanskap dimulai dari
pengembanganstrategipengelolaanyang berkelanjutandaridesain sampaipemeliharaandalamupayauntuk
membangunlanskapyangberfungsilebihefisiendan meminimalkandampakterhadap lingkungan. Proses pengelolaan lanskap meliputi menentukan objek, merencanakan operasioanal, eksekusi rencana, dan monitoring dan bila dibutuhkan lakukan rencana ulang (Parker dan Bryan 1989).
Rencana manajemen lanskap seharusnya mencakup aspek sosial, ekonomi, dan ekologi. Hal ini berguna agar pengelolaan atau manajemen tersebut dapat menghasilkan dampak positif dan berkelanjutan.
(22)
10
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksakan di Gunung Pancar yang terletak di Desa Karangtengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Taman Wisata Alam Gunung Pancar dengan luas 447,5 Ha ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 156/Kpts-II/1988 tanggal 21 Maret 1988. Secara geografis kawasan ini terletak antara 106°54’13”-106°54’58” BT dan 6°35’30”-6°35’38” LS, sedangkan secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Pada sebelah Utara berbatasan dengan desa Ciburial, sebelah Timur berbatasan dengan desa Cimandala, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Cimbimbin, dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Karang Tengah.
Gunung Pancar merupakan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bekasi. Kawasan ini terletak di sebelah Barat DAS Kali Bekasi (Gambar 2). Ada beberapa aliran mata air disini dan aliran anak-anak sungai.
Gunung Pancar terletak pada ketinggian 300-800 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan topografi landai sampai bergelombang terjal dengan kemiringan sekitar 15-40%. Bagian tertinggi terletakdi puncak Gunung Pancar 800 mdpl dan Pasir Astana 700 mdpl. Kawasan TWA Gunung Pancar termasuk ke dalam tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 3.000-4.500 mm/th. Jumlah hari hujan per tahun berkisar antara 150-250 hari. Suhu udara minimum 24°C pada malam hari dan suhu tertinggi 33°C pada siang hari dengan kelembaban udara rata-rata 58-82%.
Penelitian “Evaluasi Kawasan Ekowisata Berbasis Sumber Daya dan Pengetahuan Lokal di Gunung Pancar, Kabupaten Bogor” ini telah dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Kemudian dilanjutkan dengan penulisan skripsi dari awal Agustus 2012 sampai Januari 2013.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, kamera, dan software (AutoCad, Photoshop dan AutoCad Land Development). Bahan yang digunakan, yaitu kertas gambar, kertas tabular, dan sheet kuisioner. Secara lisan dilakukan wawancara mendalam terhadap pengelola, masyarakat lokal, dan pengunjung.
(23)
11 55
Sumber: Arifin, 2011
Gambar 2Lokasi Penelitian
11
G. PANCAR
(24)
12 55
Pendekatan Penelitian
Pendekatan ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dapat dilakukan dalam proses rencana manajemen ekowisata yang berkelanjutan. Pendekatan ekologi digunakan untuk mengetahui daya dukung dan biodiversitasdengan menentukan indikator kerusakan dari suatu ekosistem atau lingkungan sebagai akibat dari kegiatan manusia terutama pada tingkat jumlah pemakai yang berlebihan. Peluang ekonomi bagi pengelola dan masyarakat lokal juga penting untuk dijadikan pendekatan dalam penelitian ini. Pengelolaan juga menjadikan aspek sosial-budaya sebagai pendekatannya. Hal ini perlu untuk melihat sejauh mana suatu tempat wisata berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal dan mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap kelangsungan atau keseharian tempat wisata tersebut.
Metode
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan ekowisata. Ekowisata terdiri atas tiga aspek, yaitu aspek biofisik (ekologi), sosial-budaya, dan ekonomi. Ketiga aspek tersebut dievaluasi dengan standar eowisata. Selain aspek ekowisata tersebut, dikaji juga aspek pengelolaan yang sudah ada. Dari hasil evaluasi tersebut kemudian disusun strategi pengelolaan untuk rekomendai pengelolaan.
Evaluasi Kelayakan Ekowisata
Wisata yang telah ada (existing) di TWA Gunung Pancar dibandingkan dengan standar ekowisata. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan wisata yang ada bila dijadikan sebagai kawasan ekowisata.
1. Biofisik a. Daya Dukung
Jumlah pengunjung harus disesuaikan dengan luas kawasan wisata dan jumlah optimal yang memungkinkan kontak pengunjung dengan kelimpahan alam (Baud-Bovi dan Lawson, 2002). Hal ini bertujuan agar tercapai benefit optimal dalam berekowisata, di mana keadaan pemanfaatan alam tanpa merusak alam. Ekowisata berjalan dengan terjaminnya kelestrian biofisik kawasan. Untuk menghitung daya dukung jumlah pengunjung dapat menggunankan rumus berikut ini (Arifin, 2011).
Keterangan: adalah luas area yang dibutuhkan dalam acre; adalah demand aktivitas (jumlah pengunjung);
CD adalah capacity days (jumlah hari wisata/tahun); A adalah area per orang (feet kuadrat)
TF adalah turnover factor; 43.560 adalah konstanta.
(25)
13 b. Iklim
Iklim Gunung Pancar selama 10 tahun terakhir akan dikaji kesesuaiannya untuk ekowisata. Iklim yang dikaji yaitu curah hujan, suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban dihitung rata-ratanya agar diketahui tingkat kenyamanannya bagi pengunjung. Tingkat kenyamanan tersebut diketahui dengan melakukan penilaian terhadap Thermal Index Humanity (THI).
c. Vegetasi dan Satwa
Biodiversitas yang baik bagi ekowisata adalah biodiversitas yang dijaga kelestariannya agar tidak terjadi penurunan kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas vegetasi dan satwa di Gunung Pancar yang ada sekarang dijaga jumlahnya dan secara kualitas vegetasi dan satwa dilindungi agar tidak rusak.
d. Tanah dan Topografi
Kesuburan tanah dan agregat tanah yang baik merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendukung rencana ekowisata. Begitu juga dengan kemiringan lahan diperhatikan untuk mengetahui potensi dan kendala serta kemungkinan bahaya bagi user. Bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan harus diminimalisir dan diantisipasi dengan baik agar user merasa aman dan nyaman. Kemiringan lahan yang ada disesuaikan dengan program wisata yangs sesuai, seperti kemiringan agak cukup
e. Hidrologi
Kelayakan hidrologi perlu dikaji untuk menjamin kualitas air seperti kadar racun dan debit air untuk kebutuhan manusia, vegetasi dan satwa. Kualitas air baik dan debitnya mencukupi maka air dapat dimanfaatkan untuk minum, mandi, dan irigasi. Kawasan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan airnya sendiri.
2. Sosial-Budaya
a. Keterlibatan Masyarakat Lokal
Dalam pelaksanaan ekowisata, masyarakat dilibatkan secara langsung dan berperan aktif. Perencanaan dan pengelolaan kawasan ekowisata dimusyawarahkan dan didiskusikan kepada masyarakat, mulai dari konsep sampai target yang akan dicapai.
b. Pengetahuan dan Budaya Lokal
Pengetahuan dan budaya lokal yang ada dihormatikan dan lebih lanjut lagi keduanya dijadikan sebagai atraksi dan daya tarik bagi pengunjung. Dilaksanakan perumusan kode etik berekowisata agar keduanya terjaga dengan melibatkan masyarakat lokal dan stakeholders.
c. Pengunjung
Suara dan pendapat pengunjung mengenai tingkat kepuasan, kenyamanan dan keamanan terhadap kawasan diidentifikasi. Identifikasi dilakukan dengan memberikan sheet kuisioner dan wawancara.
(26)
14
d. Kepedulian terhadap Lingkungan dan Budaya
Meningkatkan kesadaran dan apreasiasi para pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya. Tindakan kepedulian tersebut dapat berupa perlakuan preventif dan program-program yang berbasis lingkungan dan budaya lokal.
3. Ekonomi
a. Manfaat untuk Masyarakat Setempat
Pengelola memberikan peluang kepada masyarakat lokal untuk membuka usaha dalam ekowisata dan berperan aktif. Masyarakat diberdayakan dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal.
b. Daya Saing
Fenomena alam, atraksi budaya dan pengetahuan lokal menjadi produk yang kompetitif dan mampu bersaing dengan baik terhadap produk wisata lainnya. Ketiganya diberdayakan dengan baik dan dipromosikan secara simultan.
c. Tingkat Ekonomi
Keberadaan pengusahaan ekowisata dapat meningkatkan keterampilan masyarakat lokal dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata. Pengusahaan ini juga menekan tingkat kebocoran pendapatan serendah-rendahnya.
4. Pengelolaan
Pengelolaan terdiri atas alat dan bahan, penjadwalan, pekerja, keuangan, peraturan, dan organisasi serta legalitas. Semua aspek pengelolaan tersebut dikaji satu demi satu untuk mengetahui keefektifan dan keefisienan pengelolaan yang telah, bila belum efisien dan efektif maka dicari alasannya dan faktor apa yang menyebabkan hal tersebut.
Data biofisik yang dibutuhkan, yaitu data luas dan batas, topografi, iklim, hidrologi, sarana dan prasarana, tata guna lahan, peta jalur wisata, visual, dan vegetasi dan satwa. Data ekonomi yang dibutuhkan, yaitu penghasilan rata-rata, jenis pekerjaan, dan dampak keberadaan kawasan terhadap pendapatan masyarakat. Dan data sosial budaya yang dibutuhkan, yaitu demografi, karakter pengguna, perilaku, tujuan dan sasaran, pendidikan, dan atraksi budaya lokal (Tabel 2).
(27)
15 55 Tabel 2Jenis, Bentuk, dan Sumber Data
No. Jenis Sumber Unit Analisis
1 Biofisik
a. letak, luas, dan batas b. peta jalur wisata c. topografi , iklim, kemiringan,hidrologi d.tata guna lahan e.sarana dan prasarana f. visual
g. vegetasi dan satwa
Pengelola Pengelola Observasi, pengelola BMKG, PU Observasi, pengelola Pengelola Observasi Observasi, pengelola
m2, koordinat, m2
0C, %, m2 buah Titik spesies
Daya dukung dan zonasi
2 Sosial-budaya-ekonomi
a. demografi
b. karakteristik pengguna
c. persepsi dan perilaku pengguna d. tujuan awal
e. tingkat kesejahteraan
Kelurahan, pengelola Observasi Observasi Pengelola Observasi, pengelola Orang, Jam/hari jam/minggu - dokumen rupiah Daya dukung
3 Potensi wisata
a. atraksi b. aksesbilitas
c. jumlah pengunjung
Observasi Observasi, pengelola Pengelola Satuan satuan orang
Daya dukung dan analisis
4 Pengelolaan
a. program pengeloaan b. sarana dan .prasarana c. jadwal
d. tenaga kerja e. alat dan bahan f. harga yang berlaku
Pengelola Pengelola, observasi Pengelola Pengelola Pengelola dan observasi Pengelola dokumen buah jam/minggu orang buah rupiah Analisis 15
(28)
16 55
Penilaian Kelayakan Gunung Pancar sebagai Kawasan Ekowisata
Hasil evaluasi aspek-aspek ekowisata yang berdasarkan existing sekarang kemudian dibandingan dengan prinsip ekowisata (Tabel 3). Dalam pembandingan tersebut dinilai aspek ekowisata apa saja yang memenuhi prinsip ekowisata. Setelah dilakukan penilaian diperolaeh skor kelayakan ekowisata.
Tabel 3Prinsip Ekowisata
No. Prinsip Ekowisata
1 Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.
2 Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat.
3 Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat.
4 Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.
5 Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional.
Sumber: Dirjen Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2001.
Analisis SWOT
Metode kekuatan (Strength), kelemahan(Weakness), kesempatan (Opportunities), danancaman (Threat) yang lebih dikenal dengan metode SWOT. Metode ini berguna untuk mengetahui keadaan di lapang, berupa kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal dan kesempatan dan ancaman merupakan faktor eksternal yang membentuk hubungan matriks (Tabel 4). Hal ini berguna untuk ‘mengevaluasi’ lanskap Gunung Pancar, baik potensi maupun kendala. Kemudian dilakukan metode wawancara untuk mengetahui persepsi pengunjung, pengelola, masyarakat lokal, dan stakeholders. Dari hasil metode di atas dapat dijadikan acuan dalam ‘menyusun’ management plan.
Dan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal dilakukan pembobotan setiap faktornya dengan formulir pembobotan (Tabel 4). Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis data secarakualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, sedangkan analisissecara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating. Faktor internal dan eksternal dihubungankan untuk melihat hubungan antar faktor. Dari hasil analisis dilakukan pemecahan masalah, pengoptimalan potensi, dan meminimalisir ancaman. Hal tersebut dilakukan dengan membuat alternatif dan rencana strategi ekowisata.
(29)
17 Tabel 4Matriks SWOT
Eksternal Internal
Kesempatan Ancaman
Kekuatan Menggunakan kekuatan yangdimiliki untuk mengambilkesempatan yang ada
Menggunakan kekuatan yangdimiliki untuk mengatasiancaman yang dihadapi
Kelemahan Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi
kelemahankelemahan
Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancamanyang ada
Sumber : Rangkuti, 1997 Rencana Manajemen
Analisis SWOT menghasilkan strategi pengelolaan. Dari strategi tersebut dijadikan dasar dalam menyusun rekomendasi pengelolaan. Rekomendasi pengelolaan terdiri atas zonasi dan daya dukung, penjadwalan, pekerja, alat dan bahan, keuangan, dan organisasi.
HASIL
Analisis Situasional TWA Gunung Pancar
Taman Wisata Alam Gunung Pancar (TWAGP) ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 156/Kpts-II/1988 tanggal 21 Maret 1988 dengan luas 447,50 Ha. Menurut administrasi kehutanan, area TWAGP termasuk wilayah Sub Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat I, BKSDA III. Secara koordinat geografis TWAGP terletak di antara 106°54’13” BT - 106°54’58” BT dan 6°35’30” LS - 6°35’38” LS. Secara administratif Taman Wisata Alam Gunung Pancar berbatasan dengan bagian Utara dengan Desa Leuwigong, bagian Timur dengan Desa Cimandala, bagian Selatan dengan Desa Cibingbin, dan bagian Barat dengan Desa Karang Tengah (Gambar 3).
Secara legal formal (de yure) penggunaan lahan pada kawasan TWA Gunung Pancar adalah sebagai Taman Wisata Alam, namun pada kenyataannya (de facto) lebih dari 60% area telah digarap oleh penduduk untuk kebun (Tabel 5).
(30)
18
Tabel 5Tata Guna Lahan TWA Gunung Pancar dan sekitarnya
No Jenis Penggunaan Luas (ha)
1 Hutan Alam 74,8
2 Hutan Pinus 86,7
3 Kebun dan semak belukar 286,0
Total luas lahan TWAGP 447,5
4 Enclave 7,8
5 Tanah masuk di tengah lahan TWAGP 10,9
6 Tanah masuk di tepi tanah TWAGP 47,4
Total luas lahan masuk 58,3
Sumber : PT. WWI, 2012
Akses menuju TWA Gunung Pancar dapat melalui tol Jagorawi lewat pintu tol Sentul Selatan menuju kecamatan Babakan Madang dan berakhir di desa Karang Tengah dengan jarak tempuh sekitar 11 km dan waktu tempuh sekitar 30 menit. TWAGP dapat ditempuh dalam 1-1.5 jam perjalanan.
Berdasarkan Menteri Kehutanan No. 54/Kpts-II/1993, PT Wana Wisata Indah (WWI) diberi kewenangan menyelenggarakan pengusahaan wisata alam di TWA Gunung Pancar. Dan berdasarkan SK Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam telah ditetapkan blok pemanfaatan seluas 201.7 ha dengan sarana dan prasarana berbentuk struktur yang dapat dibangun (Gambar 4).
Aspek Ekologi
TWA Gunung Pancar merupakan daerah yang mempunyai kontur yang menanjak dan berbukit. Hal ini memungkinkan berbagai kegiatan mountenering bagi pengunjung. Pada puncak Gunung Pancar terdapat makam nenek moyang masyarakat lokal yang menurut sebagian pengunjung hal tersebut memiliki daya tarik tersendiri. Vegetasi di sini cukup beragam namun didominasi oleh pinus (pinus merkusii) yang merupakan tanaman introduksi. Kawasan ini dilalui oleh anak sungai Cikeruh dan Ciherang yang bermuara di sungai Citeureup.
Iklim
Gunung Pancar mempunyai ketinggian mencapai 853 mdpl menyebabkan kawasan ini cukup nyaman dan sejuk. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Biofisika (BMG) Dramaga dari tahun 2001 sampai tahun 2011, suhu tertinggi adalah 26,7 °C yang terjadi pada bulan Oktober dan suhu terendah adalah 24.6 °C yang terjadi pada bulan Januari (Gambar 5).
(31)
19
(Sumber: BKSDA, 2012)
(32)
20
Sumber: BKSDA, 2012
Gambar 4Peta Evaluasi Batas Tahun 2003
Sumber: BMG Dramaga, 2012
Gambar 5Suhu Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung Pancar
23.50 24.00 24.50 25.00 25.50 26.00 26.50 27.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
°C
(33)
21 Ketika berada di dalam kawasan ini kita akan merasa nyaman karena kawasan ini memiliki kelembaban yang baik, yaitu kelembaban tertinggi 86.4 % pada bulan Februari dan kelembaban terendah 76.7 % pada bulan Agustus (Gambar 6). Jumlah curah hujan rata-rata tahunan lebih dari 4000 mm. Curah hujan bulanan berkisar antara 175,4 mm/bulan sampai 493,7 mm/bulan dan jumlah hujan hari hujan rata-rata 13 hari/bulan. TWA Gunung Pancar tergolong dalam kawasan dengan bulan basah sepanjang tahun bila dilihat berdasarkan klasifikasi iklim menurut Mohr, yaitu sepanjang tahun curah hujan rata-rata lebih dari 100 mm/bulan.
(Sumber: BMG Dramaga, 2012)
Gambar 6Kelembaban Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung Pancar
Topografi
Ketinggian TWA Gunung Pancar adalah 300-853 meter dari permukaan laut (mdpl). Sebagian besar kawasan mempunyai kelerengan > 25%, yaitu di sebelah Tenggara dan Timur TWA Gunung Pancar sehingga area ini sesuai digunakan untuk aktivitas hiking dan mountenering (BKSDA, 2012). Kemiringan lereng kawasan sebelah Utara dan Barat adalah 8-25% sehingga area ini sesuai digunakan untuk pengembangan fasilitas fisik wisata.
Kualitas Tanah
Pada blok pemanfaatan dilakukan analisis kualitas tanah dengan kreteria penilaian status hara terbitan Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor. Di blok ini kandungan unsur Nitrogen (N) tergolong rendah, Posfor (P) tergolong sedang, Kalium tergolong rendah-sedang, KTK tergolong sedang, kejenuhan basa tergolong sangat rendah, kejenuhan Alumunium tergolong rendah dan pH tanah masam-sangat masam. Kesuburan tanah di blok pemanfaatan tergolong cukup (Tabel 6).
70 72 74 76 78 80 82 84 86 88
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
%
(34)
22 55
Sumber: PT WWI, 2012
Keterangan: L1: Lapisan tanah kedalaman 0-30 cm, L2: Lapisan tanah kedalam 30-60 cm Jenis Analisa
Nilai Hasil Analisis Tanah pada Kreteria Menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor Sample no.1 L1 Sample no.1 L2 Sample no.2 L1 Sample no.2 L2 Sample no.3 L1 Sangat rendah
Rendah Sedang Cukup Tinggi
Tinggi Sangat tinggi C(%)
N(%) C/N
P2O5 HCl 25% (mg/100g) P2O5 Bray 1 (ppm P) P2O5 Olsen (ppm P) K2O HCl 25% (mg/100g) KTK (CEC) (ma/100 g tanah) Susunan kation:
Ca (ma/100 g) Mg (ma/100 g) K (ma/100 g) Na (ma/100 g) Kejenuhan basa (%) Kejenuhan alumunium (%)
1,46 0,18 8 37 9,1 26 25 17,36 6,76 1,12 0,1 0,1 47 1,49 1,19 0,16 7 26 9,4 47 16 16,1 6,3 1,06 0,05 0,05 46 2,01 1,24 0,19 7 30 10,7 26 20 20,79 5,85 0,89 0,12 0,08 33 8,22 0,61 0,11 6 40 11,1 10 17 21,51 7,8 1,14 0,07 0,1 42 7,89 1,92 0,16 12 35 11,5 17 21 19,93 2,01 0,54 0,03 0 13 13,88` < 1 < 0,1 < 5 < 15 < 4 < 5 < 10 < 5 < 2 < 0,3 < 0,1 < 0,1 < 20 < 5 1-2 0,1-2 5-10 15-20 5-7 5-10 10-20 5-16 2-5 0,4-1 0,1-0,3 0,1-0,3 20-40 5-10 2,01-3 0,21-0,5 11-15 21-40 8-10 11-15 21-40 17-24 6-10 1,1-2 0,4-0,5 0,4-0,7 41-60 1-20` - - - - - - - - - - - - - - 3,01-5 0,51-0,75 16-25 41-60 11-15 16-20 41-60 25-40 11-20 2,1-8 0,6-1 0,8-1 61-80 20-40 > 5 > 0,75 > 25 > 60 > 15 > 20 > 60 > 40 > 20 > 8 > 1 > 1 > 80 > 40 Sangat
masam Masam Masam Cukup Netral Cukup alkalis Alkalis
pH H2O <
4,5 ,5-5,5 4 6-6,5 5, 6,6-7,5
7,6-8,5 > 8,5
Tabel 6Hasil analisis tanah pada blok pemanfaatan di TWA Gunung Pancar
(35)
23 Hidrologi
Aliran anak sungai yang terdapat dalam kawasan mengalir sepanjang tahun dengan debit air relatif kecil (4 Liter/Menit). Aliran ini digunakan sebagai sumber air irigasi dan air baku pada pengolahan untuk pemandian. Kualitas air panas sendiri tidak memenuhi syarat untuk dijadikan bahan baku untuk air minum karena nilai alkalinitas, nilai permanganat, kandungan belerang, dan kadar sulfat melampaui baku mutu air minum (Tabel 7).
Tabel 7Analisis kualitas air dari mata air, air panas, dan air sungai Parameter Satuan MA Batu
Uang Air Panas S. Cihanjuan g
Mks yang diperboleh-kan untuk air minum1
Mks yang diperboleh-kan untuk air minum2 I. Fisika
Warna Kekeruhan Jumlah zat padat terlarut (TDS) Bau
Rasa
Daya hantar listrik Pt.CO NTU Mg/l - - µmhos/cm 4,8 1,4 53,4 Tb Tb - 5,95 18 690 Tb Tb - - - - - - 140 15 5 1000 Tidak ada Tidak ada - - - 1500 - - - II. Kimia pH Alkalinitas Klorida (Cl) N.Permanganat (TOM)
Nitrat (NO3NO) Nitrit (NO2NO) Sulfat (SO4) Besi (Fe) Kalsium (Ca) Natrium (Na) Seng (Zn) Tembaga (Cu) Deterjen Belerang (S) Kalium (K) Magnesium(Mg) Mangan (Mn)
CaCo3/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 6,3 41,4 10,6 0,95 0,307 0,004 6,539 0,095 19,787 3,846 0,017 0,035 < 0,001 0,008 - - - 7,08 780,78 24,82 24,82 0,093 0,008 432,39 1,972 61,842 2,308 0,022 0,053 < 0,001 0,019 - - - 7,1 32 - - 0,219 - 27,149 3,055 - 42,75 - - - - 0.042 0,36 0,015 6,5-8,5 500 250 10 10 1 400 0,3 - 200 5 1 0,05 - - - - 5-9 - 600 - 10 1 400 5 - - 5 1 - - - - 0,5 Sumber : PT WWI, 2012
Tb : Tidak Bau
1 : Baku mutu air minum menurut Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 2 : Baku mutu air baku untuk air minum menurut Kepmen KLH No.KEP-2/MENKLH/1988
(36)
24 Vegetasi
Sebagian besar kawasan Gunung Pancar ditutupi oleh vegetasi. Vegetasi tersebut terdiri atas vegetasi alam dan budidaya. Vegetasi alam kebanyakan terdapat di blok perlindungan sementara vegetasi budidaya kebanyakan terdapat di blok pemanfaatan. Berdasarkan hasil pengamatan dan laporan pengelola jenis vegetasi menurut kelompok penutupan adalah hutan alam, hutan tanaman, dan tanaman pertanian (Tabel 8). Vegetasi budidaya didominasi oleh hutan pinus (Pinus merkusii) dan tanaman pertanian. Hutan pinus menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung dan pada perkembangannya menjadi ciri kawasan ini selain air panasnya. Hutan ini pun berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi pada lereng-lereng kawasan yang curam dan menyerap air. Tanaman pertanian digarap oleh warga di dalam (enclave) dan luar kawasan.
Tabel 8Vegetasi terdapat di dalam TWA Gunung Pancar tahun 2000-2004
No Jenis Penutupan Nama Latin Nama Lokal
1 Hutan Alam Pohon Altingia exelsa Noronha Quercus conocarpa Oud Schima walichi (DC.) Korth. Podocarpus imbricatus Blume Castanopsis argentea (BI.) DCArtocarpus communis Forst Ficus deltoidea Jack
Mangifera foetida
LourErythrina variegataL.
Aleurites moluccana
L.willdBarringtonia spicata Bl Bischofia javanica Blume Samanea samanBenth Caesalpinia sappan L. Toona Sinensis Roemer Pangium edule Reinw
Artocarpus heterophyllus Lam. Maesopsis eminiiBl
Ceiba pentandra Gaertn.
Rasamala Pasang Puspa Jamuju Saninten Teureup Kiara Bembem* Dadap Kemiri Putat Gadog Ki Hujan Secang* Kibeureum Picung Nangka Kayu Afrika* Randu Vegetasi bawah
Eupatorium inulifolium Kunth Alsophila glauca Bl.j.sm Piper aduncunL.
Marumia muscosaFolium Axonopus compressus Sw. Solanum torvum Swartz Azadirachta indica Juss
Nephrolepis cordifolia L.preslKorthalsia scaphigera Mig Kirinyuh Pakis haji Seuseureuhan Harendong bulu Jukut pahit Takokak Daun Mimba Paku-pakuan Rotan Bungbuai
(37)
25 Plectocomia elongate Bl.
Nicolaia speciosaHoran Caladium bicolor W.Ait.vent Pandanus amaryllifolius roxb
Honje hutan Keladi-keladian Pandan
Epifit Pholidota chinensis Lindl Neottopteris nidus L.J.smith Platycerium coronarium(Cav.) C.Chr.
Anggrek*
Paku sarang burung Paku tanduk rusa* 2 Hutan Tanaman Pinus merkusiijungh.& de vr
Albizzia falcataria L.Fosberg
Pinus Sengon 3 Tanaman Pertanian Manihot utillissima Pohl
Oryza sativa L. Zea mays L.
Musa acuminata Colla
Singkong Padi Jagung Pisang Sumber: BKSDA, 2012
Keterangan: * : Pada tahun 2012 telah hilang di TWA Gunung Pancar karena penjarahan dan pembalakan
Lahan pertanian pada lahan enclave yang semakin meluas yang disebabkan oleh kegiatan perambahan hutan mempengaruhi eksistensi tumbuhan dan tanaman yang ada di hutan Gunung Pancar. Pada tahun 2000 masih terdapat 42 spesies namun pada tahun 2012 jumlah spesies yang ada berkurang 5 spesies, yaitu tersisa 37 spesies (Gambar 7). Pandan merupakan produk pertanian unggulan masyarakat lokal, pandan tersebut sudah berkualitas ekspor.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
2000-2004 2012
Ju
m
lah
Tahun
Jumlah
Lanjutan Tabel 8
Sumber: BKSDA, 2000-2012
Gambar 7Grafik Penurunan Jumlah Spesies Tanaman dan Tumbuhan di TWA Gunung Pancar
(38)
26
Satwa
Daya tarik lain dalam kawasan adalah satwanya. Di sini terdapat beberapa satwa yang sudah langka dan dilindungi. Berdasarkan data PT. WWI dan BKSDA serta wawancara di sini masih terdapat aves, mamalia, primata, dan reptil (Tabel 9). Tabel 9Satwa yang terdapat di dalam TWA Gunung Pancar 2000-2004
No Jenis Satwa Nama Latin Nama Lokal
1 Aves Haliaetus indusBoddaert
Ocyceros griseus Rafinesque Dicrurus macrocercus Vieillot Pygnonotus aurigaster Vieillot Gallus varius Shaw
Elang bondol* Enggang* Srigunting Kutilang Ayam hutan 2 Mamalia Felis bengalensis Kerr
Sus scrofa Linnaeus
Prionodon linsang F.Cuvier Muntiacus muntjak Rafinesque Manis javanica Desmarest
Kucing congkok Babi hutan Musang Kijang* Trenggiling 3 Primata Hylobates moloch Audebert
Trachypithecus auratus É. Geoffroy Macaca fascicularis Gray
Presbytis comata Eschscholtz
Owa
Lutung budeng Kera
Surili* 4 Reptil Dryophis prasinus Shaw
Varanus gouldii Merrem Mabauya multifasiata Günther
Ular hijau Biawak cokelat Kadal
Sumber: BKSDA, 2012
Keterangan: * : Pada tahun 2012 telah hilang di TWA Gunung Pancar karena gangguan manusia Satwa : Satwa yang dilindungi
Setelah Gunung Pancar menjadi kawasan Taman Wisata Alam terjadi beberapa gangguan alam, salah satunya rusaknya habitat dan sumber makanan satwa di sini. Hal ini menimbulkan gangguan terhadap satwa di sini. Perbandingan data (Gambar 8) dari tahun 2000 sampai tahun 2004 dengan data tahun 2012 menunjukkan penurunan jumlah spesies. Pada tahun 2000 masih terdapat 18 spesies satwa di sini, namun satwa yang ada sekarang mengalami penurunan dan tersisa 14 spesies. Degradasi lingkungan ini secara simultan akan terus terjadi bila tindakan pencegahan yang tepat tidak segera dilaksanakan. Degradasi ini juga mengurangi nilai dan kualitas lingkungan itu sendiri sebagai tempat ekowisata.
(39)
27
Sumber: BKSDA, 2012
Gambar 8Grafik Penurunan Jumlah Spesies Satwa di TWA Gunung Pancar Kualitas Visual
TWA Gunung Pancar menyajikan pemandangan perbukitan dan hutan pinus (Gambar 9) serta pedesaan dengan hamparan tanaman pertanian. Hutan pinus sering dijadikan tempat fotografi, syuting film, camping ground, dan olahraga downhill.
Gambar 9Hutan Pinus (kiri) dan Pemandangan Perbukitan (kanan)
Aspek Sosial-Budaya
Pada kawasan TWA terdapat dua desa, yaitu desa Bojong Koneng dan desa Karang Tengah. Namun secara administratif kawasan ini termasuk ke dalam desa Karang Tengah kecamatan Babakan Madang.
Sejarah TWA Gunung Pancar
Sejalan dengan kebutuhan dan pemanfaatan objek wisata alam yang cenderung meningkat dan untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pendayagunaan Kawasan Taman Wisata Alam, Taman Nasional maupun Hutan Raya, pemerintah telah menetapkan kebijakan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1994 yang dipertegas dengan Undang-undang. No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
0 5 10 15 20
2000-2004 2012
(40)
28
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekositemnya dijelaskan bahwa Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Sejalan dengan hal tersebut kebijakan pengelolaan TWA Gunung Pancar bertujuan untuk memanfaatkan Taman Wisata Alam sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi guna meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan dan peningkatan kesempatan kerja serta mendorong pengembangan industri penunjang sektor pariwisata yang berdasarkan pada aspek ekologi, ekonomi, edukasi dan sosial.
Hak Pengusahaan Pariwisata Alam di areal TWA. Gunung Pancar seluas 447,5 ha telah diberikan kepada PT. Wana Wisata Indah (WWI) oleh Menteri Kehutanan dengan Keputusan No. 54/Kpts-II/93 pada tanggal 8 Februari 1999 (BKSDA, 2012).
Masyarakat Lokal
Warga Karang Tengah terdiri dari 3405 kepala keluarga (KK). Total jumlah warga adalah 15220 jiwa dengan rincian 7839 laki-laki dan 7381 perempuan. Dari total 15220 jiwa, 99,8 % warga Karang Tengah beragama Islam. Dan jika kita melihat jumlah warga berdasarkan usia menunjukkan bahwa daerah ini memilki usia produktif yang tinggi (Gambar 10).
Sumber: Kecamatan Babakan Madang, 2012
Gambar 10Gafik Jumlah Penduduk berdasarkan Usia
Tingkat pendidikan warga desa Karang Tengah belum mencukupi dan tergolong kurang. Bahkan di antara mereka tidak terdapat satu orang pun yang dapat menyelesaikan pendidikan strata satu di perguruan tinggi (Gambar 11). Hal ini menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih perlu ditingkatkan. Pertumbuhan balita yang tinggi (0-6 tahun) pada tahun krisis 2007-2009 memberikan kemungkinan kurangnya gizi balita.
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0-6 Tahun
7-12 Tahun
12-18 Tahun
19-24 Tahun
25-55 Tahun
56-79 Tahun
» 80 Tahun
Ju
m
lah
Usia
(41)
29
Sumber: Kecamatan Babakan Madang, 2012
Gambar 11Taraf Pendidikan Masyarakat Lokal Pengunjung
TWA Gunung Pancar merupakan kawasan wisata yang memiliki kelebihan tersendiri, yaitu air panas (belerang dan non belerang) dan hutan pinus yang indah serta kelerengannya yang menarik. Ketiga hal tersebut memancing pengunjung untuk datang ke kawasan ini. Tujuan utama pengunjung ke kawasan ini adalah berendam air panas, menikmati indahnya hutan pinus (interpretasi, camping, hiking, dan berfoto), dan downhillserta syuting film. Semenjak tahun 2007 kawasan ini cukup ramai didatangi pengunjung dengan tren jumlah yang semakin meningkat (Gambar 12).
Pada tahun 2007 jumlah pengunjung yang datang ke kawasan wisata ini hanya 7.000 orang dan pada tahun 2011 jumlah pengunjung mencapai 40.885 orang. Hal ini menunjukkan kawasan ini cukup ramai didatangi pengunjung dengan tren jumlah yang semakin meningkat (Gambar 12). Berdasarkan data dari pihak BKSDA disebutkan bahwa jumlah kunjungan sampai kuartal kedua tahun 2012 mencapai 33.562 orang. Dari data tersebut didapatkan rata-rata kunjungan per bulan sebanyak orang 4195 orang.
Sebagian besar pengunjung kawasan wisata ini merupakan wisatawan domestik dari Jakarta. Yang menarik adalah jumlah pengunjung dari Jakarta jauh lebih banyak dibandingkan pengunjung dari Bogor itu sendiri. Bahkan cukup banyak warga Bogor yang belum mengetahui keberadaan dan lokasi TWA ini. Pada weekend tertentu, pengunjung yang dating akan sangat ramai karena ada event besar yang diselenggarakan di sini, seperti downhill. Olahraga downhill di sini cukup terkenal di Jabodetabek dan tahun 2011 event downhill SEA Games dilaksanakan di sini.
Belum Sekolah Tidak Tamat Sekolah Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Akademi/Sederajat
15,78%
16,57%
39,89% 19,14%
7,81% 0,79%
(42)
30
Ket. *: data jumlah kunjungan kuartal kedua tahun 2012 Sumber: BKSDA, 2012
Gambar 12Grafik Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2007-2012 Aspek Ekonomi
Masyarakat lokal secara umum bekerja di bidang pertanian, perdagangan dan jasa (Gambar 13). Namun, secara spesifik mereka rata-rata bekerja sebagai pedagang. Hal ini berhubungan dengan keberadaan TWA Gunung Pancar dan semakin meningkatnya jumlah pengunjung kawasan wisata ini. Pengelola belum menyediakan toko atau warung yang menyediakan keperluan kecil pengunjung, pengelola hanya menyediakan restoran yang cukup mahal. Bagi pengunjung menengah ke bawah, mereka lebih memilih warung daripada restoran.
Bidang pertanian merupakan mata pencarian terbesar kedua yang ditekuni warga, seperti penghasil padi, jagung, dan sayuran. Di daerah sekitar dan dalam (enclave) Gunung Pancar terdapat lahan produksi pertanian warga yang semakin melebar ke arah Hutan Konservasi Gunung Pancar. Hal ini menyebabkan kerusakan hutan dan luasan Gunung Pancar semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh hampir seluruh pengelolaan kawasan ini oleh pihak swasta dan full control. Keadaan ini menghilangkan opportunity warga lokal untuk membangun dan mengembangkan potensi kawasan tersebut dengan cara dan oleh mereka sendiri. Secara ekonomi mungkin masih ada sedikit keikutsertaan warga, yaitu dengan diangkatnya beberapa pekerja lapang kawasan yang berasal dari warga lokal dan peluang berdagang. Namun, di bidang kebudayaan dan pengetahuan lokal (local knowledge) yang selama ini telah terjaga tidak terlibat sama sekali. Padaha hal tersebut dapat menjadi daya tarik wisata dan ciri khas TWA Gunung Pancar selain kekayaan alamnya.
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000
2007 2008 2009 2010 2011 2012*
Wisatawan Domestik
Kendaraan Roda 2
(43)
31
Sumber: BKSDA, 2012
Gambar 13Jenis Mata Pencarian Desa Karang Tengah
Aspek Pengelolaan
Aspek pengelolaan terdiri atas struktur organisasi, tenaga kerja dan penjadwalan, program, sarana dan prasarana, pengelolaan tiket, dan keuangan.
Struktur Organisasi
Hak Pengusahaan Wisata Alam di areal TWA Gunung Pancar seluas 447,5 ha telah diberikan kepada PT. Wana Wisata Indah (WWI) oleh Menteri Kehutanan dengan Keputusan No. 54/Kpts-II/93 tanggal 8 Pebruari 1993. Semenjak keputusan tersebut PT WWI merupakan perusahaan yang mempunyai hak usaha TWA Gunung Pancar selama 30 tahun. Sejalan dengan hal tersebut PT WWI perlu membuat sebuah tatanan yang terorganisir. Tatanan tersebut diisi oleh orang-orang dengan wewenang dan tanggungjawab yang spesifik (Gambar 14).
Tatananberikut memiliki peran dan fungsi masing-masing. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut.
a. Direktur Utama
Direktur Utama berfungsi dalam menetapkan arah dan kebijkan perusahaan agar sesuai dengan visi dan misi yang akan dicapai, mengangkat dan memberhentikan serta mengkoordinir tugas direktur dan manajer, bertanggungjawab kepada komisaris
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Ju
m
lah
Jenis Mata Pencarian
(44)
32
pemegang saham, dan berkoordinasi dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat.
b. Direktur
Direktur berfungsi dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan pariwisata alam sesuai rencana, arahan dan kebijakan yang telah ditetapkan dengan dibantu oleh manajer.
c. Manajer Umum
Manajer Umum berfungsi dalam menjalankan kegiatan pengusahaan pariwisata alam di lapangan yang dikelompokan dalam bidang Wisata Alam dan Outbound, Konservasi, Penelitian Pengembangan, Perlengkapan dan Pemeliharaan, dan Keamanan dan Keselamatan.
d. Manajer Pemasaran
Manajer Pemasaran berfungsi dalam memasarkan objek wisata TWA Gunung Pancar demi menarik wisatawan domestik dan mancanegara; melakukan promosi, merencanakan dan mengembangkan strategi pemasaran; dan memberikan penjelasan dan penerangan dalam rangka memberikan pelayanan publik.
e. Manajer Administrasi dan Keuangan
Manajer Administrasi dan Keuangan berfungsi dalam administrasi penyelenggaraan wisata alam dan admistrasi tenaga kerja dan melakukan perencanaan, koordinasi dan pengendalian yang berkaitan dengan anggaran, sistem, dan prosedur akutansi serta membuat laporan keuangan secara periodik.
f. Asisten Manajer
Asisten Manajer berfungsi dalam membantu manajer melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan di lapang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
g. Staf
Staf berfungsi dalam pengaturan pelaksanaan dan pengawasan langsung kegiatan di lapang yang dilakukan oleh pekerja teknis sesuai bidangnya masing-masing.
f. Tenaga Kerja Teknis
Tenaga Kerja Teknis berfungsi dalam mengeksekusi instruksi yang diberikan dan bekerja langsung di lapang baik dengan status tetap maupun lepas.
Tenaga Kerja dan Penjadwalan
PT Wana Wisata Indah (WWI) memiliki tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal dan masyarakat luar kawasan. Perusahaan ini juga bekerjasama denganBKSDA dalam mengelola TWA Gunung Pancar. Tenaga kerja dari PT WWI dan BKSDA jumlahnya belum optimal untuk mengelola kawasan wisata ini. Tenaga kerja PT WWI secara umum bekerja penuh setiap minggunya secara bersamaa. Sedangkan tenaga kerja BKSDA, mereka bekerja secara bergiliran sesuai jadwal pada hari senin sampai hari jumat yang ditentukan.
(45)
33
Sumber: PT WWI, 2012
Gambar 14Struktur Organisasi PT WWI
Pada hari Sabtu dan Minggu mereka masuk kerja semua karena jumlah pengunjung membengkak pada hari ini, selain itu biasanya ada event yang diselenggarakan pada hari tersebut dan membutuhkan pengawasan ekstra dari BKSDA sebagai pihak yang berwenang.
Program Wisata
PT Wana Wisata Indah berusaha memberikan sajian wisata yang diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada pengunjung kawasan wisata ini. Upaya yang dilakukan, yaitu menyediakan program-program wisata (Tabel 10) yang disesuaikan dengan potensi kawasan. Program unggulan yang disediakan adalah pemandian air panas. Sebagian besar pengunjung datang bertujuan untuk menikmati air panas.
Direktur Operasional General Manager
Manajer Umum Manajer Keuangan
dan Administrasi Manajer Pemasaran
Asisten Manajer Umum Asisten Manajer
Pemasaran Asisten Manajer Keuangan dan
Administrasi Staf : Administrasi
Keuangan Staf:
Wisata dan Outbound Konservasi dan Litbang Perlengk. dan Pemeliharan Keselamatan dan Keamanan Staf:
Pemasaran Public Relation
Tenaga Kerja Teknis Tenaga Kerja Teknis Tenaga Kerja Teknis Direktur Utama
(1)
79 Jadi, kebutuhan koridor wisata TWA Gunung Pancar sebanyak 45 orang (Tabel 38). Pekerja yang digunakan adalah SDM lokal. Berdasarkan data pada Gambar 10 diketahui bahwa usia produktif masyarakat tinggi. Tingginya usia produktif ini diberdayakan untuk berkerja di TWA Gunung Pancar.
Tabel 38Kebutuhan Tenaga Kerja
Jenis Kebutuhan Tiap Spot Jumlah
Koridor Wisata Alam 5 25
Koridor Wisata Budaya 5 20
Gambar 40Rekomendasi Struktur Organisasi di TWA Gunung Pancar
3. Penjadwalan
Setiap pekerja wajib bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WIB pada hari kerja Senin-Jumat. Kemudian ada jadwal lembur secara bergantian untuk bekerja di atas pukul 17.00 WIB. Jadwal Sabtu dan Minggu. Pada hari Sabtu dan Minggu jumlah pengunjung akan meningkat tajam. Oleh karena itu, 100% dari total pekerja harus siap (Tabel 39).
Direktur Operasional
Manajer
Administrasi KeuangaManajer
n Manajer Pemasaran Direktur Utama General Manager Manajer Operasion al Mana jer HR Manaje r SDM Asisten Manajer Administrasi Asisten Manajer Keuanga n Asisten Manajer Pemasaran Asisten Manajer Operasional Asisten Manajer HR Asisten Manaje r SDM Staf dan Pekerja Teknis Staf dan Pekerja Teknis Staf dan Pekerja Teknis Staf dan Pekerja Teknis Staf dan Pekerj a Staf dan Pekerja Teknis
(2)
80
Tabel 39Penjadwalan untuk Pekerja TWA Gunung Pancar
Hari Persentase
Kehadiran Minimal
Jam Kerja Lembur Keterangan
Senin 50% 08.00-17.00 √ 20% lembur
Selasa 50% 08.00-17.00 √ 20% lembur
Rabu 50% 08.00-17.00 √ 20% lembur
Kamis 50% 08.00-17.00 √ 20% lembur
Jumat 50% 08.00-17.00 √ 20% lembur
Sabtu 100% 08.00-17.00 √ 40% lembur
Minggu 100% 08.00-17.00 √ 40% lembur
4. Alat dan Bahan
Berdasarkan hasil wawancara dan evaluasi terhadap pekerja dan kinerjanya dibutuhkan training untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan kemampuan melayani pengunjungi. Dan pengelola juga dapat mengirimkan kadernya ke stakeholders untuk memberikan gambaran dan perbandingan yang baik. Kualitas dan kuantitas diperlukan peningkatan untuk menjaga kenyaman pengunjung Gunung Pancar, terutama fasilitas di spot koridor wisata.
5. Pengelolaan Tiket
Pengelolaan tiket yang baik adalah pengelolaan tiket yang praktis dan memberikan alternatif. Direkomendasikan bahwa pembelian tiket hanya dilakukan satu kali di gerbang masuk. Pengelola menyediakan beberapa paket wisata dengan harga tiket yang berbeda-beda sesuai pilihan paket wisata. Tiket yang dibeli sesuai paket wisata pilihan berlaku untuk satu hari di seluruh kawasan.
6. Keuangan
Keuangan pengusahaan wisata ini sudah cukup baik dengan perbandingan pengeluaran dan pendapatan 1:2. Direkomendasikan bahwa sebagian keuntungan bersih yang didapat dialokasikan untuk biaya korservasi lingkungan dan cadangan kas untuk biaya penyusutan properti. Setiap tahunnya properti akan berkurang secara kualitas, pada jangka waktu tertentu properti tersebut perlu diganti atau diperbaiki.
7. Kebijakan
Rekomendasi langkah yang diambil untuk menjaga keharmonisan dan menghindari kesenjangan adalah pembagian keuntungan antara pengelola TWA Gunung Pancar dengan BKSDA yang proporsional. Pengelola mendapatkan 2/3 dari total keuntungan dan BKSDA mendapatkan 1/3 dari total pendapatan. Kemudian kedua pihak tersebut memberikan insentif untuk konservasi kawasan.
(3)
81
SIMPULAN DAN SARAN
SimpulanBerdasarkan hasil evaluasi dari keadaan existing TWA Gunung Pancar
dibandingkan dengan standar ekowisata maka dapat disimpulkan bahwa lanskap TWA Gunung Pancar tidak memenuhi kriteria sebagai kawasan ekowisata, tetapi hanya sebagai kawasan Taman Wisata Alam.Berdasarkan analisis SWOT maka dalam rencana manajemen perlu dibuatkoridor wisata antar objek wisata, pengelolaan yang baik dan meningkatkan kerja sama.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan:
1. hasil skripsi ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan objek wisata dengan membuat koridor wisata di TWA Gunung Pancar;
2. meningkatkan kerja sama dengan pemerintah daerah, manajemen Sentul City dan
stakeholders luntuk pengembangan fisik kawasan TWA Gunung Pancar dan
pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Allock A, Jones B, Lane S, Grant J. 1994. National Ecotourism Strategy. Canberra: Commonwealth Department of Tourism.
Arifin HS. 2012. Ecotourism. Kuliah Kebijakan Manajemen Ekowisata. PSL: IPB Arifin HS 2011. Low carbon society through pekarangan, traditional agroforestry
practices in java, Indonesia. Proceeding of the 8th IALE World Congress 18 - 23 August, 2011, Beijing, China.
Arifin HS. 2011. Kesesuaian Lahan dan Konsep Daya Dukung Lanskap. Kuliah Manajemen Lanskap. ARL: IPB
Arifin H.S dan ArifinN.H.S. 2009. Pemeliharaan Taman. Cetakan VIII edisi
revisi.Penebar Swadaya, Jakarta.
BKSDA. 2012. Demografi Kecamatan Babakan Madang, Kab. Bogor. Bogor
Buckley R. 2009. Ecotourism Principles and Practices. Inggris: Cambridge University Press.
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi.Yogyakarta: ANDI
Deng J, King B dan Bauer T. 2002. Evaluating Natural Attractions for Tourism.
Annals Tourism Repearch. Vol 29(2):422-438.
(4)
82 55
Direktorat Jenderal Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2001. Definisi Ekowisata
Indonesia(terhubung berkala)
http://www.ekowisata.info/pedoman_ekowisata.html [18 Juni 2011]
Fyall A, Garrord B dan Leask A. 2005. Managing Visitor Attractions: New Directions. Elsevier Butterworth-Heinemann. Oxford.
Goodwin H. 1996. In Persuit of Tourism. Biodiversity and Conservation 5: 277- 91. Gunn CA dan Var T. 2002. Tourism Planning: Basics, Concepts and Cases. Edisi
keempat. Routledge.
Hakim L dan Nakagoshi N. 2010. Nature-based Tourism in Small Islands Adjacent to Jakarta City: A Case Study from Seribu Islands. Journal of Korean Wetlands Society. Vol9(1):31-46.
Hamzah A dan Ismail HN. 2008. A Design of Nature-Culture Based Tourism Corridor; A pilot Project at Kelantan Darul Naim. Universitas Teknologi Malaysia: Malaysia
Laurie M. 1986. An Introduction to Landscape Architecture. Bandung: PT Intermatra Bandung.
Linberg K, Hawkins D. 1993. Ecotourism: A Guide for Planners and Managers. Volume 1. Bennington Utara, VT: The Ecotourism Society.
Makalah Manajemen Perencanaan. 2011. Konsep Manajemen (terhubung berkala)
http://www.ardy.biz/2010/11/makalah-manajemen-perencanaan.html [18 Juni 2011]
Parker J, Bryan P. 1989. Landscape Management and Maintenance. England : Gower Technical
PT WWI. 2011. Laporan Kegiatan Tahunan TWA Gunung Pancar. Bogor.
Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: reorientasi konsep perencanaan strategi untuk menghadapi abad 21. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama
Soemarwoto O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
Sunaryo dan L. Joshi. 2003. Peranan pengetahuan ekologi lokal dalam sistem agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office. Bogor, Indonesia
Torkildsen G. 1992. Leisure and Recreation Management. New York: Routhledge Taylor and Francis Group.
Weaver D. 2001. Ecotourism. Australia: WILEY
[Anonim]. 2010. Pengertian dan Konsep Ekowisata. (terhubung berkala)http://www.bpkpenabur.or.id/files/ [18 Juni 2011]
(5)
83
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan 22 tahun yang lalu pada tanggal 6 April 1990 di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan. Penulis terlahir sebagai anak kedua dari pasangan Istan Thoharli dan Liestyowati serta memiliki satu saudara perempuan Arsyta Eka Putri dan satu saudara laki-laki Muhammad Ali Sumarta.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 38 Dempo Selatan pada tahun 1996, SMP Negeri 1 Pagaralam pada tahun 2002, dan SMA Negeri 1 Pagaralam pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor di Departemen Arsitektur Lanskap melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008.
Sejak masuk sekolah, penulis aktif di Pramuka, organisasi kerohanian, dan OSIS. Beberapa keorganisasian di IPB pernah diikuti oleh penulis dan aktif di dalamnya, yaitu: International Association of Students in Agriculture and related Sciences (IAAS), Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (Himaskap), dan Ikatan
Mahasiswa Bumi Sriwijaya (Ikamusi). Semasa kuliah penulis juga aktif dalam berbagai kompetisi ilmiah dan non-ilmiah dan sebagai organizerdi berbagai eventseperti The 53rd World Congress of IAAS: The Power of Local Resources to Support Food, Energy, and Trade dan Workshop Nasional Mahasiswa Arsitektur
Lanskap. Untuk meningkatkan keilmuan penulis pernah menjadi asisten dosenProf. Hadi Susilo Arifin, dan juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Rekayasa Tapak (ARL 214) pada periode Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 dan Analisis Tapak (ARL 311) pada periode September 2012 sampai dengan Januari 2013.
(6)