Pengaruh Penggumpal Asam Asetat, Asam Formiat, Dan Berat Arang Tempurung Kelapa Terhadap Mutu Karet
Pengaruh Penggumpal Asam Asetat, Asam Formiat, dan Berat Arang Tempurung Kelapa terhadap Mutu Karet
(Yugia Muis)
PENGARUH PENGGUMPAL ASAM ASETAT, ASAM FORMIAT,
DAN BERAT ARANG TEMPURUNG KELAPA
TERHADAP MUTU KARET
Yugia Muis
Departemen Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Telah dilakukan penelitian arang sebagai bahan pengisi karet yang digumpalkan dengan asam asetat dan asam
formiat. Sampel karet ditambahkan dengan arang (ukuran partikelnya 80 mesh) sebanyak 36, 38, 40, 42 dan 44
gram. Selanjutnya digumpalkan dengan asam asetat dan asam formiat untuk menggumpal lateks tanpa
penambahan arang. Terhadap karet kering hasil penggumpalan dilakukan pengujian mutu yaitu Plastisitas awal
(Po), Plastisitas Retensi Indeks (PRI), Viskositas Mooney, dan kadar abu karet. Dari hasil penelitian ternyata
diperoleh dengan penambahan arang (ukuran partikel 80 mesh) ke dalam karet yang digumpalkan dengan asam
asetat dan asam formiat memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan tanpa penambahan arang sehingga
mutu karet yang dihasilkan lebih tinggi.
Kata kunci: Arang, Bahan Pengisi, Karet, Tempurung Kelapa, Penggumpalan
PENDAHULUAN
Lateks adalah partikel karet yang
dilapisi oleh protein dan fosfolipida yang
terdispersi di dalam serum. Protein terdapat
pada lapisan luar memberi muatan negatif
terhadap partikel karet pada pH netral. Pada
proses pengolahan karet terdapat tahapan
penggumpalan lateks. Penggumpalan lateks
dapat terjadi karena rusaknya kemantapan
sistem koloid lateks.
Kerusakan ini dapat terjadi dengan jalan
penetralan
muatan
protein
dengan
penambahan asam sehingga muatan negatif
dan muatan positif seimbang (titik
isoelektris).
Bahan kimia yang biasa digunakan
dalam penggumpalan lateks adalah asam
formiat dan asam asetat. Kedua asam ini
dapat
digunakan
untuk
menghambat
terjadinya reaksi pengerasan pada karet
selama penyimpanan. Di lain pihak arang
merupakan suatu padatan berpori yang terdiri
dari karbon yang berbentuk amorf.
Arang diperoleh dari hasil perubahan
bahan–bahan yang mengandung karbon
dengan udara terbatas pada suhu tinggi.
Besarnya kandungan karbon yang terdapat
dalam arang tergantung pada bahan baku dan
cara pembuatannya. Arang yang bermutu
baik biasanya mengandung 75% atau lebih
karbon dengan kandungan hidrokarbon tidak
lebih dari 28%.
Arang digunakan sebagai bahan pengisi
karet yang aktif yaitu bahan pengisi yang
fungsinya selain memperbesar volume juga
dapat memperbaiki kekerasan karet.
Dengan demikian penambahan arang ke
dalam lateks yang digumpalkan dengan asam
asetat dan asam formiat diharapkan dapat
memperbesar volume dari karet dan
memperbaiki kekerasan karetnya, sehingga
mutu karet lebih baik.
21
Jurnal Sains Kimia
Vol. 11, No.1, 2007: 21-24
Berdasarkan uraian di atas penulis
melakukan penelitian dengan memanfaatkan
arang sebagai bahan pengisi karet yang
digumpalkan dengan asam asetat dan asam
formiat.
labmill sebanyak 6 kali. Karet kering
dihasilkan diuji dengan mutu karet sesuai
denga SIR. Muk asam asetat sebagai
penggumpal lateks dengan bahan pengisi
arang dilakukan dengan cara yang sama.
BAHAN DAN METODE
Penetapan Plastisitas Awal dan Plastisitas
Retensi Indeks (PRI)
Contoh sekitar 25 g digiling dengan
gilingan lab sebanyak 3 kali dengan
ketebalan 1,6-1,8 mm. Lembaran karet
tersebut dilipat dua dan ditekan perlahanlahan dengan telapak tangan hingga
ketebalan 3,3-3,6 mm. Lembaran tersebut
dipotong dengan wallace punch sebanyak 6
buah potongan uji dengan diameter 13 mm.
Plastisitas awal dan setelah pengusangan
dilakukan dengan alat plastimeter.
Pembuatan Arang dari Tempurung Kelapa
50 buah tempurung kelapa dibersihkan,
dijemur di bawah sinar matahari, lalu
dipotong menjadi ukuran kecil. Diovenkan
selama 3 jam pada 1000C – 1050C,
didinginkan dalam desikator. Setelah
didinginkan, tempurung kelapa sudah
dipotong kecil, masukkan dalam cawan
porselin dan ditutup dengan aluminium foil.
Dimasukkan dalam tanur pada 5000C (4 jam).
Didinginkan dalam desikator dan dicuci
dengan aquadest. Arang terbentuk diovenkan
pada suhu 1000C-1050C dan didinginkan
dalam desikator dan diayak 80 mesh.
Asam Formiat sebagai Penggumpal Lateks
dengan Bahan Pengisi Arang
Lateks sebanayak 12 liter, disaring
dengan
saringan
40
mesh
untuk
menghilangkan kotoran yang terikut pada
penyadapan. Masing-masing 1 liter lateks
dimasukkan dalam 6 mangkuk penggumpal.
Untuk mangkuk 1, 1 liter lateks ditambah
arang yang ukuran partikel 80 mesh
sebanyak 36 g. Ditambah asam formiat
sampai pH 4,7, dan didapat volume asam
formiat 20 ml. Untuk mangkuk 2-6 dilakukan
hal yang sama dengan mangkuk 1 dengan
volume asam formiat tetap dan berat arang
bervariasi (38 g, 40 g, 42 g, 44 g). Koagulan
karet yang terbentuk ditambah air
secukupnya untuk menutupi permukaan
logam, diamkan selama satu malam.
Selanjutnya
masing-masing
koagulan
digiling dengan alat creper sebanyak 9 kali
gilingan, diovenkan 1100C (35 jam) sehingga
karet kering. Setelah itu digiling dengan alat
22
Penetapan Viskositas Mooney
Alat viskosimeter dipanaskan 1 jam.
Masing-masing lembaran contoh karet
diambil 2 potongan uji dengan alat Wallace
punch. Ditusukkan rotor ke contoh karet
pertama yang telah diberi lubang dengan
gunting. Contoh kedua diletakkan tepat di
atas rotor lalu dimasukkan bersama-sama ke
rotor bawah. Ditutup stator atas dan setelah
tertutup stopwatch dihidupkan. Setelah tepat
1 menit, dijalankan rotor. Nilai viskositas
dibaca dengan alat penunjuk. Angka yang
ditunjukkan jarum mikrometer setelah menit
keempat adalah nilai viskositas karet.
Penetapan Kadar Abu
Lateks
yang
telah
menggumpal
ditimbang sebanyak 5 g contoh yang telah
diseragamkan, kemudian dipotong-potong
dan dimasukkan dalam cawan porselin yang
terlebih dahulu dikeringkan dan ditimbang.
Contoh dipijarkan pada perubahan dalam
Muffle Furnace (5500C) selama 2 jam sampai
tidak berjelaga lagi. Cawan platina
didinginkan dalam desikator sampai suhu
kamar, kemudian ditimbang.
Pengaruh Penggumpal Asam Asetat, Asam Formiat, dan Berat Arang Tempurung Kelapa terhadap Mutu Karet
(Yugia Muis)
Tabel 4. Plastisitas
Retensi
Indeks
Penggumpal Asam Asetat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Plastisitas Awal
Penambahan arang ditambahkan ke
dalam lateks menghasilkan Po lebih tinggi
dibandingkan tanpa penambahan arang.
Berarti dengan penambahan asam formiat
dan arang menyebabkan logam dan zat
pengotor terdapat dalam lateks berkurang
pada waktu penggumpalan, sehingga nilai
plastisitas awal karet dihasilkan tinggi dan
mutu lebih baik.
Plastisasi Retensi Indeks (Pri)
Penambahan arang ke dalam lateks
dengan penggumpal asam formiat dan asam
asetat menghasilkan nilai plastisasi retensi
indeks yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kontrol, hal ini berarti dengan
penambahan penggumpal lateks dari arang
akan menyebabkan konsentrasi zat-zat aceti
oksidan yang terdapat dalam lateks makin
kecil karena teradsorpsi ke dalam serum, di
samping itu juga disebabkan oleh lipid yang
terdapat dalam lateks akan terhidrolisa
menghasilkan asam lemak bebas atau
teradsorpsi pada karet mengakibatkan
naiknya plastisitas retensi indeks sehingga
mutu karet yang dihasilkan lebih baik.
Nilai Rata-rata PRI tertinggi pada
penambahan 38 g arang.
Tabel 3. Plastisitas Retensi Indeks Karet dengan
Penggumpal Asam Formiat
Perlakuan
Kontrol
Nilai PRI (%)
1
2
rata-rata
78
76
77
Jenis SIR
Perlakuan
Kontrol
36 g arang
38 g arang
40 g arang
42 g arang
44 g arang
1
76
85
91
85
84
78
Nilai PRI (%)
2
rata-rata
74
75
88
86,5
88
89,5
83
84
82
83
78
78
dengan
Jenis SIR
SIR 5
SIR 5
SIR 5
SIR 5
SIR 5
SIR 5
Viskositas Mooney
Penambahan arang ke dalam lateks
dengan penggumpal asam formiat dan asam
asetat menghasilkan nilai viskositas mooney
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
kontrol,
karena
dengan
penambahan
penggumpal lateks dan arang, maka
kandungan senyawa bukan karet yang
berfungsi sebagai katalis membentuk ikatan
silang terlarut dalam fase serum, sehingga
karet yang dihasilkan keras.
Tabel 5. Viskositas Mooney Karet dengan Penggumpal
Asam Formiat
Perlakuan
Kontrol
36 g arang
38 g arang
40 g arang
42 g arang
44 g arang
1
64
75
75
73
76
74
Nilai PRI (%)
2
rata-rata
66
65
75
75
73
74
70
71,5
76
76
72
73
Jenis SIR
QV-70
QV-70
QV-70
QV-70
QV-70
QV-70
Tabel 6. Viskositas Mooney Karet dengan Penggumpal
Asam Asetat
Perlakuan
Nilai PRI (%)
1
2
rata-rata
Jenis SIR
SIR 5
Kontrol
64
66
65
QV-70
73
72
72.5
QV-70
36 g arang
84
83
83,5
SIR 5
36 g arang
38 g arang
88
87
87,5
SIR 5
38 g arang
73
75
74
QV-70
40 g arang
83
80
81,5
SIR 5
40 g arang
75
76
75,5
QV-70
42 g arang
81
80
80,5
SIR 5
42 g arang
78
75
76,5
QV-70
44 g arang
85
83
84
SIR 5
44 g arang
75
75
75
QV-70
23
Jurnal Sains Kimia
Vol. 11, No.1, 2007: 21-24
Kadar Abu
Penambahan Arang ke dalam lateks
dengan penggumpal aasm formiat dan asam
asetat menghasilkan kadar abu yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan kontrol,
karena dengan penambahan arang falam
proses penggumpalan menyebabkan ion
logam dan anion anorganik lebih mudah
keluar dari fase karet dan karet dalam serum
sehingga mutu karet yang dihasilkan lebih
baik.
Tabel 7. Kadar Abu dengan Penggumpal Asam Asetat
Perlakuan
Kontrol
36 g arang
38 g arang
40 g arang
42 g arang
44 g arang
1
0,49
0,47
0,48
0,47
0,46
0,48
Nilai PRI (%)
2
rata-rata
0,49
0,49
0,45
0,46
0,48
0,48
0,48
0,475
0,44
0,45
0,47
0,475
Jenis SIR
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
Tabel 8. Kadar Abu dengan Penggumpal Asam Formiat
Perlakuan
Kontrol
36 g arang
38 g arang
40 g arang
42 g arang
44 g arang
1
0,49
0,46
0,45
0,5
0,44
0,43
Nilai PRI (%)
2
rata-rata
0,49
0,49
0,48
0,47
0,47
0,46
0,47
0,485
0,42
0,43
0,46
0,445
Jenis SIR
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
KESIMPULAN
1. Penambahan arang (ukuran partikel 80
mesh) ke dalam lateks yang digumpalkan
dengan asam asetat dan asan formiat
menghasilkan mutu karet yang lebih baik
dibandingkan dengan kontrol.
2. Asam asetat lebih baik digunakan sebagai
penggumpal lateks bila dibandingkan
dengan asam formiat karena nilai ratarata viskositas mooney dan plastisitas
retensi indeks (PRI) karet dengan
penggumpal asam asetat lebih tinggi dari
penggumpal asam formiat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Nelteresia, 1999, Pemamfaatan Limbah Cair Kakao
sebagai Penggumpal Kateks, Skripsi Jurusan
Kimia, FMIPA USU, Medan
Ompusunggu, M dan A. Darussamin, 1989.
”Pengetahuan Umum Lateks” Balai Penelitian
Perkebunan Soci.
Soeksarti dan Imam.S,1975, Peregang pH Terhadap
Lateks Kebun dengan Sifat Karet yang di
Peroleh, Menara perkebunan,Vol 43.
De-Boer,1952, Pengetahuan Praktis Tentang Karet,
Penyelidikan Karet Indonesia, Bogor.
Hanum, A, 1973, Viscosity Stabilised Rubber,
Buletin BPPM,Vol.IV,No.1.
(Yugia Muis)
PENGARUH PENGGUMPAL ASAM ASETAT, ASAM FORMIAT,
DAN BERAT ARANG TEMPURUNG KELAPA
TERHADAP MUTU KARET
Yugia Muis
Departemen Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Telah dilakukan penelitian arang sebagai bahan pengisi karet yang digumpalkan dengan asam asetat dan asam
formiat. Sampel karet ditambahkan dengan arang (ukuran partikelnya 80 mesh) sebanyak 36, 38, 40, 42 dan 44
gram. Selanjutnya digumpalkan dengan asam asetat dan asam formiat untuk menggumpal lateks tanpa
penambahan arang. Terhadap karet kering hasil penggumpalan dilakukan pengujian mutu yaitu Plastisitas awal
(Po), Plastisitas Retensi Indeks (PRI), Viskositas Mooney, dan kadar abu karet. Dari hasil penelitian ternyata
diperoleh dengan penambahan arang (ukuran partikel 80 mesh) ke dalam karet yang digumpalkan dengan asam
asetat dan asam formiat memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan tanpa penambahan arang sehingga
mutu karet yang dihasilkan lebih tinggi.
Kata kunci: Arang, Bahan Pengisi, Karet, Tempurung Kelapa, Penggumpalan
PENDAHULUAN
Lateks adalah partikel karet yang
dilapisi oleh protein dan fosfolipida yang
terdispersi di dalam serum. Protein terdapat
pada lapisan luar memberi muatan negatif
terhadap partikel karet pada pH netral. Pada
proses pengolahan karet terdapat tahapan
penggumpalan lateks. Penggumpalan lateks
dapat terjadi karena rusaknya kemantapan
sistem koloid lateks.
Kerusakan ini dapat terjadi dengan jalan
penetralan
muatan
protein
dengan
penambahan asam sehingga muatan negatif
dan muatan positif seimbang (titik
isoelektris).
Bahan kimia yang biasa digunakan
dalam penggumpalan lateks adalah asam
formiat dan asam asetat. Kedua asam ini
dapat
digunakan
untuk
menghambat
terjadinya reaksi pengerasan pada karet
selama penyimpanan. Di lain pihak arang
merupakan suatu padatan berpori yang terdiri
dari karbon yang berbentuk amorf.
Arang diperoleh dari hasil perubahan
bahan–bahan yang mengandung karbon
dengan udara terbatas pada suhu tinggi.
Besarnya kandungan karbon yang terdapat
dalam arang tergantung pada bahan baku dan
cara pembuatannya. Arang yang bermutu
baik biasanya mengandung 75% atau lebih
karbon dengan kandungan hidrokarbon tidak
lebih dari 28%.
Arang digunakan sebagai bahan pengisi
karet yang aktif yaitu bahan pengisi yang
fungsinya selain memperbesar volume juga
dapat memperbaiki kekerasan karet.
Dengan demikian penambahan arang ke
dalam lateks yang digumpalkan dengan asam
asetat dan asam formiat diharapkan dapat
memperbesar volume dari karet dan
memperbaiki kekerasan karetnya, sehingga
mutu karet lebih baik.
21
Jurnal Sains Kimia
Vol. 11, No.1, 2007: 21-24
Berdasarkan uraian di atas penulis
melakukan penelitian dengan memanfaatkan
arang sebagai bahan pengisi karet yang
digumpalkan dengan asam asetat dan asam
formiat.
labmill sebanyak 6 kali. Karet kering
dihasilkan diuji dengan mutu karet sesuai
denga SIR. Muk asam asetat sebagai
penggumpal lateks dengan bahan pengisi
arang dilakukan dengan cara yang sama.
BAHAN DAN METODE
Penetapan Plastisitas Awal dan Plastisitas
Retensi Indeks (PRI)
Contoh sekitar 25 g digiling dengan
gilingan lab sebanyak 3 kali dengan
ketebalan 1,6-1,8 mm. Lembaran karet
tersebut dilipat dua dan ditekan perlahanlahan dengan telapak tangan hingga
ketebalan 3,3-3,6 mm. Lembaran tersebut
dipotong dengan wallace punch sebanyak 6
buah potongan uji dengan diameter 13 mm.
Plastisitas awal dan setelah pengusangan
dilakukan dengan alat plastimeter.
Pembuatan Arang dari Tempurung Kelapa
50 buah tempurung kelapa dibersihkan,
dijemur di bawah sinar matahari, lalu
dipotong menjadi ukuran kecil. Diovenkan
selama 3 jam pada 1000C – 1050C,
didinginkan dalam desikator. Setelah
didinginkan, tempurung kelapa sudah
dipotong kecil, masukkan dalam cawan
porselin dan ditutup dengan aluminium foil.
Dimasukkan dalam tanur pada 5000C (4 jam).
Didinginkan dalam desikator dan dicuci
dengan aquadest. Arang terbentuk diovenkan
pada suhu 1000C-1050C dan didinginkan
dalam desikator dan diayak 80 mesh.
Asam Formiat sebagai Penggumpal Lateks
dengan Bahan Pengisi Arang
Lateks sebanayak 12 liter, disaring
dengan
saringan
40
mesh
untuk
menghilangkan kotoran yang terikut pada
penyadapan. Masing-masing 1 liter lateks
dimasukkan dalam 6 mangkuk penggumpal.
Untuk mangkuk 1, 1 liter lateks ditambah
arang yang ukuran partikel 80 mesh
sebanyak 36 g. Ditambah asam formiat
sampai pH 4,7, dan didapat volume asam
formiat 20 ml. Untuk mangkuk 2-6 dilakukan
hal yang sama dengan mangkuk 1 dengan
volume asam formiat tetap dan berat arang
bervariasi (38 g, 40 g, 42 g, 44 g). Koagulan
karet yang terbentuk ditambah air
secukupnya untuk menutupi permukaan
logam, diamkan selama satu malam.
Selanjutnya
masing-masing
koagulan
digiling dengan alat creper sebanyak 9 kali
gilingan, diovenkan 1100C (35 jam) sehingga
karet kering. Setelah itu digiling dengan alat
22
Penetapan Viskositas Mooney
Alat viskosimeter dipanaskan 1 jam.
Masing-masing lembaran contoh karet
diambil 2 potongan uji dengan alat Wallace
punch. Ditusukkan rotor ke contoh karet
pertama yang telah diberi lubang dengan
gunting. Contoh kedua diletakkan tepat di
atas rotor lalu dimasukkan bersama-sama ke
rotor bawah. Ditutup stator atas dan setelah
tertutup stopwatch dihidupkan. Setelah tepat
1 menit, dijalankan rotor. Nilai viskositas
dibaca dengan alat penunjuk. Angka yang
ditunjukkan jarum mikrometer setelah menit
keempat adalah nilai viskositas karet.
Penetapan Kadar Abu
Lateks
yang
telah
menggumpal
ditimbang sebanyak 5 g contoh yang telah
diseragamkan, kemudian dipotong-potong
dan dimasukkan dalam cawan porselin yang
terlebih dahulu dikeringkan dan ditimbang.
Contoh dipijarkan pada perubahan dalam
Muffle Furnace (5500C) selama 2 jam sampai
tidak berjelaga lagi. Cawan platina
didinginkan dalam desikator sampai suhu
kamar, kemudian ditimbang.
Pengaruh Penggumpal Asam Asetat, Asam Formiat, dan Berat Arang Tempurung Kelapa terhadap Mutu Karet
(Yugia Muis)
Tabel 4. Plastisitas
Retensi
Indeks
Penggumpal Asam Asetat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Plastisitas Awal
Penambahan arang ditambahkan ke
dalam lateks menghasilkan Po lebih tinggi
dibandingkan tanpa penambahan arang.
Berarti dengan penambahan asam formiat
dan arang menyebabkan logam dan zat
pengotor terdapat dalam lateks berkurang
pada waktu penggumpalan, sehingga nilai
plastisitas awal karet dihasilkan tinggi dan
mutu lebih baik.
Plastisasi Retensi Indeks (Pri)
Penambahan arang ke dalam lateks
dengan penggumpal asam formiat dan asam
asetat menghasilkan nilai plastisasi retensi
indeks yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kontrol, hal ini berarti dengan
penambahan penggumpal lateks dari arang
akan menyebabkan konsentrasi zat-zat aceti
oksidan yang terdapat dalam lateks makin
kecil karena teradsorpsi ke dalam serum, di
samping itu juga disebabkan oleh lipid yang
terdapat dalam lateks akan terhidrolisa
menghasilkan asam lemak bebas atau
teradsorpsi pada karet mengakibatkan
naiknya plastisitas retensi indeks sehingga
mutu karet yang dihasilkan lebih baik.
Nilai Rata-rata PRI tertinggi pada
penambahan 38 g arang.
Tabel 3. Plastisitas Retensi Indeks Karet dengan
Penggumpal Asam Formiat
Perlakuan
Kontrol
Nilai PRI (%)
1
2
rata-rata
78
76
77
Jenis SIR
Perlakuan
Kontrol
36 g arang
38 g arang
40 g arang
42 g arang
44 g arang
1
76
85
91
85
84
78
Nilai PRI (%)
2
rata-rata
74
75
88
86,5
88
89,5
83
84
82
83
78
78
dengan
Jenis SIR
SIR 5
SIR 5
SIR 5
SIR 5
SIR 5
SIR 5
Viskositas Mooney
Penambahan arang ke dalam lateks
dengan penggumpal asam formiat dan asam
asetat menghasilkan nilai viskositas mooney
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
kontrol,
karena
dengan
penambahan
penggumpal lateks dan arang, maka
kandungan senyawa bukan karet yang
berfungsi sebagai katalis membentuk ikatan
silang terlarut dalam fase serum, sehingga
karet yang dihasilkan keras.
Tabel 5. Viskositas Mooney Karet dengan Penggumpal
Asam Formiat
Perlakuan
Kontrol
36 g arang
38 g arang
40 g arang
42 g arang
44 g arang
1
64
75
75
73
76
74
Nilai PRI (%)
2
rata-rata
66
65
75
75
73
74
70
71,5
76
76
72
73
Jenis SIR
QV-70
QV-70
QV-70
QV-70
QV-70
QV-70
Tabel 6. Viskositas Mooney Karet dengan Penggumpal
Asam Asetat
Perlakuan
Nilai PRI (%)
1
2
rata-rata
Jenis SIR
SIR 5
Kontrol
64
66
65
QV-70
73
72
72.5
QV-70
36 g arang
84
83
83,5
SIR 5
36 g arang
38 g arang
88
87
87,5
SIR 5
38 g arang
73
75
74
QV-70
40 g arang
83
80
81,5
SIR 5
40 g arang
75
76
75,5
QV-70
42 g arang
81
80
80,5
SIR 5
42 g arang
78
75
76,5
QV-70
44 g arang
85
83
84
SIR 5
44 g arang
75
75
75
QV-70
23
Jurnal Sains Kimia
Vol. 11, No.1, 2007: 21-24
Kadar Abu
Penambahan Arang ke dalam lateks
dengan penggumpal aasm formiat dan asam
asetat menghasilkan kadar abu yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan kontrol,
karena dengan penambahan arang falam
proses penggumpalan menyebabkan ion
logam dan anion anorganik lebih mudah
keluar dari fase karet dan karet dalam serum
sehingga mutu karet yang dihasilkan lebih
baik.
Tabel 7. Kadar Abu dengan Penggumpal Asam Asetat
Perlakuan
Kontrol
36 g arang
38 g arang
40 g arang
42 g arang
44 g arang
1
0,49
0,47
0,48
0,47
0,46
0,48
Nilai PRI (%)
2
rata-rata
0,49
0,49
0,45
0,46
0,48
0,48
0,48
0,475
0,44
0,45
0,47
0,475
Jenis SIR
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
Tabel 8. Kadar Abu dengan Penggumpal Asam Formiat
Perlakuan
Kontrol
36 g arang
38 g arang
40 g arang
42 g arang
44 g arang
1
0,49
0,46
0,45
0,5
0,44
0,43
Nilai PRI (%)
2
rata-rata
0,49
0,49
0,48
0,47
0,47
0,46
0,47
0,485
0,42
0,43
0,46
0,445
Jenis SIR
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
SIR-5
KESIMPULAN
1. Penambahan arang (ukuran partikel 80
mesh) ke dalam lateks yang digumpalkan
dengan asam asetat dan asan formiat
menghasilkan mutu karet yang lebih baik
dibandingkan dengan kontrol.
2. Asam asetat lebih baik digunakan sebagai
penggumpal lateks bila dibandingkan
dengan asam formiat karena nilai ratarata viskositas mooney dan plastisitas
retensi indeks (PRI) karet dengan
penggumpal asam asetat lebih tinggi dari
penggumpal asam formiat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Nelteresia, 1999, Pemamfaatan Limbah Cair Kakao
sebagai Penggumpal Kateks, Skripsi Jurusan
Kimia, FMIPA USU, Medan
Ompusunggu, M dan A. Darussamin, 1989.
”Pengetahuan Umum Lateks” Balai Penelitian
Perkebunan Soci.
Soeksarti dan Imam.S,1975, Peregang pH Terhadap
Lateks Kebun dengan Sifat Karet yang di
Peroleh, Menara perkebunan,Vol 43.
De-Boer,1952, Pengetahuan Praktis Tentang Karet,
Penyelidikan Karet Indonesia, Bogor.
Hanum, A, 1973, Viscosity Stabilised Rubber,
Buletin BPPM,Vol.IV,No.1.