Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (CH3COOH) Terhadap Modulus Green 300% Pada Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara

(1)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT ( CH

3

COOH )

TERHADAP MODULUS GREEN 300%

PADA PROSES PRODUKSI BENANG KARET

DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

KARYA ILMIAH

PERMATA MHARDELA

062401009

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KONSENTRASI ASAM

ASETAT (CH3COOH ) TERHADAP

MODULUS GREEN 300% PADA PROSES PRODUKSI BENANG KARET DI

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : PERMATA MHARDELA

Nomor Induk Mahasiswa : 062401009

Program Studi : D -3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2009

Diketahui oleh:

Ketua Departemen Kimia Dosen Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan,MS. Dr. Thamrin, M.Sc


(3)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. PERNYATAAN

PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT (CH3COOH) TERHADAP MODULUS GREEN 300%

PADA PROSES PRODUKSI BENANG KARET DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2009

PERMATA MHARDELA 062401009


(4)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. PENGHARGAAN

Segala puji hanya milik Allah, Dzat yang memiliki cinta. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu semesta, Rasulullah saw. Atas segala jerih payah dan pengorbanannya, kita dapat merasakan limpahan ilmu dari Dzat Pemilik Ilmu. Dan berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (CH3COOH) Terhadap Modulus Green 300% Pada Produksi Benang Karet di PT. Industri Karet Nusantara”.

Karya ilmiah ini merupakan hasil kerja praktek di PT. IKN Medan. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan akademik mahasiswa untuk memperoleh gelar ahli Madya Diploma- 3 untuk program studi Kimia Analis di fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Karya ilmiah ini dapat disusun dan diselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan perhatian dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah menuntun, membimbing dan mengarahkan penulis hingga selesainya penulisan karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Keluarga tercinta, Ayahanda Misi Hardi dan Ibunda Deliana serta Adinda Dwi Intan Hardila dan Prima Utama Hardian yang telah mencurahkan kasih sayang, dukungan dan doa kepada penulis.

2. Bapak Dr. Edi Marlianto, MSi selaku Dekan FMIPA USU.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA USU. 4. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc selaku Ketua Program Studi Diploma-3

Kimia Analis di Fakultas MIPA USU.

5. Bapak Dr. Thamrin,M.Sc selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak Erwin Lubis, ST selaku pembimbing lapangan yang dengan tulus memberikan pengarahan kepada penulis di lapangan.

7. Seluruh karyawan pabrik benang karet PT. IKN yang telah membantu di lapangan, terima kasih atas masukannya.

8. Staf dan karyawan program studi D-3 Kimia Analis FMIPA USU.

9. Teman-teman stambuk 2006, khususnya Vina dan Tia serta teman-teman pengurus HmI Komisariat FMIPA USU, n specifically for Barli Halim who always inspiring dan banyak memberikan bantuan moril kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini yang tidak mungkin penulis ucapkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyajian karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Penulis juga berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


(5)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

ABSTRAK

Konsentrasi asam asetat (CH3COOH) mempengaruhi salah satu

parameter fisik benang karet yaitu modulus green 300%. Jika konsentrasi asam asetat suatu benang karet tinggi maka modulus green 300%-nya tinggi yang mengakibatkan benang karet yang dihasilkan kurang elastis dan terlalu keras dan jika konsentrasi asam asetat rendah maka modulus green 300%-nya juga semakin rendah yang mengakibatkan benang karet yang dihasilkan lunak dan mudah putus.

Hubungan antara konsentrasi asam asetat dengan modulus green 300% adalah linear yang berbanding lurus. Konsentrasi asam asetat yang sesuai pada benang karet agar didapat modulus green 300% yang memenuhi standart adalah 28 – 32%.


(6)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

INFLUENCE OF CONCENTRATION ACETIC ACID TO GREEN MODULUS 300%

AT RUBBER THREAD PROCESS IN PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

ABSTRACT

Concentration acetic acid (CH3COOH) influences one of rubber thread

physical parameter namely green modulus 300%. If acetic acid index of rubber thread is high so green modulus 300% is high also which is produced become less elastic and too hard. And if the concentration acetic acid is low so green modulus 300% is low too, which effects rubber thread which is produced become slack and easy broken.

The contact between concentration acetic acid and green modulus 300% is linier which comparison is diametrical. Concentration acetic acid which appropriate to rubber thread so that is obtained green modulus 300% which requires standard is 28 – 32%.


(7)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka 4

2.1 Sejarah Perkembangan Karet 4

2.2 Karet 5

2.3 Karet Alam 6

2.4 Sifat Karet Alam 8

2.5 Lateks 9

2.5.1 Pengolahan Lateks Pekat (Lateks Pusingan) 11

2.5.2 Bahan-Bahan Kimia 13

2.6 Penggumpalan Lateks 16

2.7 Pengujian Sifat Mekanis Karet 17 2.7.1 Pengujian Sifat Kekuatan Tarik (σt), Kemuluran (ε)


(8)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

dan Kekuatan Bentur 17

2.8 Modulus 19

Bab 3 Metodologi 22

3.1 Alat dan Bahan 22

3.1.1 Alat 22

3.1.2 Bahan. 23

3.2 Prosedur 23

3.2.1 Penentuan Konsentrasi Asam Asetat 23

3.2.2 Penentuan Green Modulus 300 % 24

Bab 4 Data dan Pembahasan. 26

4.1 Data 26

4.2 Perhitungan 27

4.3 Pembahasan 29

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 31

5.1 Kesimpulan 31

5.2 Saran 31

Daftar Pustaka 32


(9)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Standar Mutu Lateks Pekat 10 Tabel 2. Komposisi Lateks 12


(10)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini mengingat perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka mutu produk yang dihasilkan tentu harus semakin baik juga. Oleh sebab itu setiap perusahaan harus memperhatikan atau meningkatkan mutu barang yang dihasilkan, karena mutu merupakan ukuran bagi konsumen dan dapat menentukan kemajuan suatu perusahaan. Untuk menghasilkan mutu yang baik, maka perusahaan harus menata diri dan memperhatikan proses pengolahan pada setiap unit operasi sehingga dapat menghasilkan produk yang bagus dan dapat diterima oleh pasar internasional.

PT. IKN merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi benang karet sejak tahun 1992, benang karet yang dihasilkan adalah tingkat A dan tingkat B dengan menggunakan bahan baku lateks pekat 60%. Mutu lateks pekat sangat mempengaruhi terhadap mutu benang karet yang dihasilkan. Pada proses pembuatan benang karet di PT. IKN dibagi dalam dua tahapan proses yaitu pembuatan kompon (compound section) dan extusion section. Secara umum, kegiatan di compound section dapat dijabarkan sebagai suatu kegiatan bahan baku utama yaitu lateks dengan bahan-bahan kimia dengan fungsi tertentu dan perlakuan tertentu pula. Sedangkan pada proses extrusion section secara garis besarnya adalah proses pembentukan bahan baku (compound) yang dicetak dengan pipa kaca (capillary) melalui proses koagulasi (penggumpalan) dengan


(11)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

asam asetat (CH3COOH) dan proses pengeringan serta pemasakan pada

temperatur (120-140)oC sehingga menghasilkan benang karet dengan kualitas dan ukuran yang telah ditentukan.

Pada proses koagulasi asam yang digunakan di PT. IKN yaitu dengan standar konsentrasi 28-32% mempengaruhi salah satu parameter fisik benang karet yang dihasilkan yaitu modulus green 300%. Apabila konsentrasi asam asetat terlalu tinggi atau rendah, mutu benang karet juga tidak baik, terutama pada visual benang dan modulus green 300%. Berdasarkan analisis di atas maka penulis tertarik mengambil judul “Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (CH3COOH) Terhadap Modulus Green 300% Pada Produksi Benang Karet Di PT. IKN”.

1.2. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah :

1. Bagaimanakah hubungan konsentrasi asam asetat terhadap modulus green 300% pada benang karet.

2. Berapakah konsentrasi asam asetat yang sesuai agar di dapat modulus green 300% pada benang karet yang memenuhi standar?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap modulus green 300% pada benang karet.

2. Mengetahui konsentrasi asam asetat yang sesuai dengan modulus green 300% yang memenuhi standar.


(12)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

1.4. Manfaat

1. Memberikan pengetahuan pada penulis bagaimana hubungan antara konsentrasi asam asetat dan modulus green 300%.

2. Memberikan pengetahuan mengenai berapa konsentrasi asam asetat yang sesuai dengan modulus green 300% yang memenuhi standar pada benang karet.


(13)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkembangan Karet

Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil - Amerika Selatan. Akan tetapi, meskipun telah diketahui penggunaannya oleh Colombus pada akhir abad ke -16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang-orang Eropa.

Perhatian terhadap karet bertambah meningkat setelah Pries-Tly, seorang ahli fisika/kimia Inggris, pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan di grafit, sehingga orang Inggris menyebut karet dengan sebutan ”rubber”. Percobaan penggunaan karet dikembangkan secara terus - menerus.

Penemuan yang sangat menentukan tumbuhan karet adalah ditemukannya cara vulkanisasi oleh seorang ahli kimia Amerika, Charles Goodyear pada tahun 1839. Pada proses vulkanisasi ini karet dicampur dengan belerang pada derajat suhu tertentu, sehingga menghasilkan sejenis produk yang lebih unggul dalam penggunaan karet murni. Dengan perbaikan dan penyempurnaan yang terus-menerus, akhirnya menghasilkan berbagai macam ban karet mulai dari yang lunak sampai yang keras.

Pemanfaatan karet yang sangat berarti ditemukan oleh Dunlop pada tahun 1888, yakni diciptakannya ban pompa. Penemuan ini kemudian disusul oleh


(14)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Michelin (Prancis) dan Goodrich(Amerika) dengan penciptaan ban mobil yang di kemudian hari berkembang terus setelah orang berhasil membuat mobil pada tahun 1895.1

Karet

Karet sudah lama sekali digunakan orang. Penggunaannya meningkat sejak Goodyear pertama kali memvulkanisasinya pada tahun 1939 dengan cara memanaskan campuran karet dan belerang. Industri yang berbahan baku karet alam ( kemudian karet sintetis ) banyak didirikan pada awal industri kendaraan bermotor.

Karet alam, jika dipanasi menjadi lunak dan lekat dan kemudian dapat mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzena. Akan tetapi bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi bersama sedikit belerang (sekitar 20%), ia menjadi bersambung silang dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya. Karet yang divulkanisasi bersifat ‘regas’ ketika diregang, yakni makin melunak karena rantainya pecah-pecah dan kusut. Namun, karet yang tervulkanisasi jauh lebih tahan regang. Kelarutannya berkurang dengan semakin banyaknya sambung silang, dan bahan tervulkanisasi hanya menggembung sedikit jika disimpan dalam pelarut.

Karet alam adalah polimer dari suatu isoprena (2 metil 1,3 butadiena) : CH2 = C – CH = CH2 (CH2 – C = CH – CH2)n


(15)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. CH3 CH3

( 2 metil 1,3 butadiena ) ( karet alam )

Berat molekul karet alam rata-rata 10.000 – 40.000. Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C–C– di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis.

Sifat-sifat mekanik karet alam yang baik dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum, seperti sol sepatu atau bahan kendaraan. Ciri khusus yang membedakan karet alam dengan benda lain adalah kelembutan, fleksibelitas dan elastisitas. Komposisi kimia lateks dipengaruhi jenis klon tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun.

Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme, sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung

dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralatan, air hujan dan lain-lain.

Mikroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks menjadi asam-asam yang berantai molekul pendek, sehingga dapat terjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5 – 5,5 pH (isoelektrik partikel karet) maka akan terjadi proses koagulasi.2

Karet Alam

Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis 1,4 poliisoprene. Rumus umum monomer karet adalah (C5H8)n. n adalah derajat


(16)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000-15000.

Viskositas karet berkolerasi dengan nilai n. semakin besar nilai n akan semakin panjang rantai molekul karet menyebabkan sifat viskositas karet semakin tinggi. Karet yang terlalu kental kurang disukai konsumen, karena akan mengkonsumsi energi yang besar sewaktu proses vulkanisasi pada pembuatan barang jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositasnya terlalu rendah juga kurang disukai karena sifat barang jadinya seperti tegangan putus dan perpanjangan putus menjadi rendah .

Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C –C – di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Adanya ikatan rangkap -C=C- pada molekul karet, memungkinkan dapat terjadi reaksi oksidasi.

Oksidasi karet oleh udara (O2) terjadi pada ikatan rangkap yang akan

berakhir dengan pemutusan ikatan rangkap molekul, sehingga panjang rantai polimer akan semakin pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan sifat viskositas karet menjadi menurun. Oksidasi karet oleh udara akan lebih lambat terjadi bila kadar antioksidan alam ( protein dan lipida ) tinggi serta kadar ion-ion logam karet rendah. Untuk itu dalam penanganan bahan olah berupa lateks atau koagulum harus dilakukan sebaik mungkin, agar sifat-sifat hakiki karet alam dapat terjaga tetap baik mulai dari kebun, pengolahan di pabrik hingga sampai di luar negeri.3


(17)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. 2.4. Sifat Karet Alam

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis ( rubberuness ). Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya, misalnya kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur ( resilience ) dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi.

Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak, pelarut sintetis, dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah ( misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban-ban kendaraan ) dan produksi-produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan yang sangat tinggi.4

Pada saat penyimpanan, kekerasan karet alam bertambah. Penambahan kekerasan ini diindikasikan oleh nilai viskositas Mooney-nya. Viskositas Mooney merupakan suatu pengujian terhadap viskositas dari karet. Semakin tinggi nilai viskositas Mooney maka semakin tahan karet tersebut terhadap regangan ( strain). Pengerasan pada saat penyimpanan disebabkan reaksi ikat silang dari sejumlah kecil gugus aldehid yang terdapat dalam molekul karet. Efek pengerasan ini dapat dicegah dengan mengolah lateks dengan hidroksilamina.5


(18)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Lateks adalah cairan berwarna putih yang keluar dari pembuluh pohon karet bila dilukai. Pembuluh karet adalah suatu sel raksasa yang mempunyai banyak inti sel sehingga lateks ini juga disebut protoplasma. Lateks juga didefinisikan sebagai sistem fosfolipida yang terdispersi dalam serum.

Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan benang karet. Bahan baku lateks ( havea brasiliensis ) adalah sistem koloid yang kompleks, terdiri dari partikel karet dan zat lain yang terdispersi dalam cairan.

Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan benang karet. Bahan baku lateks ( havea brasiliensis ) adalah sistem koloid yang kompleks, terdiri dari partikel karet dan zat lain yang terdispersi dalam cairan.

Sebelum lateks dapat digunakan menjadi bahan baku untuk pembuatan benang karet, lateks tersebut dipekatkan terlebih dahulu sehingga disebut lateks pekat. Adapun tujuan pemekatan lateks tersebut antara lain :

1. Kadar karet kering akan menjadi tinggi sehingga akan mengurangi biaya transportasi.

2. Lateks yang pekat lebih seragam dan lebih sesuai untuk pengolahan barang jadi karet. Misalnya benang karet, sarung tangan karet (glove), karet busa, balon karet dan lain-lain.

Lateks yang digunakan dalam pembuatan benang karet ini umumnya adalah lateks pekat dengan kandungan karet kering ( Dry Rubber Content ) kira-kira 60%.6


(19)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed latex dan melalui proses pemusingan atau centrifuged latex. Biasanya lateks pekat hanya digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.7

Tabel 1. Standar Mutu Lateks Pekat

Lateks Pusingan (Centrifuged Latex)

Latek Didih (Creamed Latex) 1. Jumlah padatan (total solids)

minimum

2. Kadar karet kering (KKK) minimum 3. Perbedaan angka butir 1 & 2

maksimum

4. Kadar amoniak (berdasarkan jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat) 5. Viskositas maksimum pada suhu 25 C 6. Endapan dari berat basah maksimum 7. Kadar koagulum dari jumlah padatan

maksimum

8. Bilangan KOH maksimum 9. Kemantapan mekanis minimum

10. Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan maksimum

11. Persentase kadar mangan dari jumlah padatan maksimum

12. Warna

13. Bau setelah dinetralkan dengan asam

61,5% 60,0% 2,0% 1,6% 50 centipoise 0,10% 0,80% 0,80 475 detik 0,001% 0,001% Tidak biru, tidak

kelabu Tidak boleh berbau

64,0% 62,0% 2,0% 1,6% 50 centipoise 0,10% 0,80% 0,80 475 detik 0,001% 0,001% Tidak biru, tidak

kelabu Tidak boleh


(20)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

borat busuk berbau busuk

2.5.1. Pengolahan lateks pekat (Lateks pusingan)

Lateks pusingan atau centrifuged latex juga membutuhkan penambahan gas ammonia pada lateks kebun seperti pada pembuatan lateks dadih, tetapi jumlah yang ditambahkan lebih sedikit, cukup 2-3 gas ammonia untuk setiap liter lateks.

Lateks yang telah diberi gas ammonia dibawa ke pabrik atau tempat pengolahan. Di sini lateks disaring dan dikumpulkan dalam tangki atau bejana dan diukur volume serta kadar keringnya. Kadar ammonia diukur dengan titrasi memakai asam klorida. Bila ternyata gas ammonia yang ditambahkan pada lateks kebun kurang dari jumlah yang seharusnya, maka penambahan harus segera dilakukan. Penambahan 2-3 g gas ammonia memungkinkan lateks tahan disimpan selama 24 jam tanpa terjadi prakoagulasi.

Ammonia yang kurang perlu ditambahkan, tetapi jangan sampai berlebihan. Selain baunya yang menyengat, ammonia yang berlebihan akan terbawa dalam lateks skim. Asam untuk pembekuan lateks encer atau lateks skim akan diperlukan lebih banyak untuk mengatasinya dan akan terjadi pula penghamburan gas ammonia.

Pengendapan selama 24 jam diperlukan agar kotoran-kotoran dan magnesium ammonium fosfat mengendap. Magnesium ammonium fosfat muncul karena penambahan ammonium pada bahan lateks. Lateks dapat dimasukkan ke


(21)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

dalam alat pemusing atau centrifugal machine setelah dibiarkan selama 24 jam. Beberapa mesin yang dapat digunakan untuk pemusingan antara lain Separator

Aktiebolaget buatan Stockhlom atau Westphalia dan Titania buatan Kopenhagen.

Konsentrasi bahan penggumpal asam asetat terlalu tinggi akan menyebabkan penggumpalan terjadi hanya di luar permukaan sehingga penggumpalan tidak sempurna. Begitu pula apabila konsentrasi bahan penggumpal asam asetat terlalu rendah akan mengakibatkan penggumpalan belum mencapai titik isoelektris yang menyebabkan lateks tidak menggumpal dengan baik.

Lateks yang digunakan untuk pembuatan benang karet adalah poliisoprena dengan rumus (C5H8)n dan juga hidrokarbon. Poliisoprena terdiri dari unit-unit

isoprena yang membentuk rantai panjang.8

Komposisi lateks akan disajikan pada tabel 1 di bawah ini yaitu :

No. Nama Bahan Kadar (%)

(Kira-kira)

1. Karet kering 36,5

2. Air 59

3. Protein 2

4. Damar 1

5. Gula 0,5

6. Debu 0,5

2.5.2 Bahan-bahan kimia

Dalam pengolahan karet alam banyak sekali digunakan bahan-bahan kimia. Sesuai dengan proses yang dibantunya bahan itu ada yang berfungsi sebagai bahan pokok, yaitu sebagai bahan pembeku, pengelantang, vulkanisasi, pencepat


(22)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

reaksi, penggiat, antioksidan dan antiozonan, pengisi, pelunak, pewarna, peniup, pencegah pravulkanisasi, dan bahan pewangi.

a. Bahan pembeku

Untuk proses pembekuan lateks ada beberapa macam bahan kimia yang biasa digunakan. Biasanya adalah jenis-jenis asam, seperti asam format atau asam semut dan asam asetat.

b. Bahan pengelantang

Bahan ini digunakan untuk mendapatkan warna yang diinginkan dari karet. Biasanya warna lateks agak kekuningan sampai kuning. Bahkan beberapa klon karet tertentu seperti Ciranji 1 lateksnya berwarna terlalu kuning.

c. Bahan vulkanisasi

Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar kompon karet cepat matang. Yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah belerang. Selain itu vulkanisasi karet alam, belerang juga digunakan untuk vulkanisasi karet sintetis. d. Bahan pencepat reaksi

Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat. Dalam dunia industri hal ini kurang efisien karena menambah lama waktu produksi yang secara tak langsung juga menambah biaya.

e. Bahan penggiat

Fungsi bahan penggiat adalah menambah cepat kerja bahan pencepat reaksi. Jadi, meskipun bahan ini tidak termasuk vital, tetapi cukup menentukan dalam proses


(23)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

pengolahan karet . Seng oksida dan asam stearat adalah contoh bahan penggiat yang paling banyak dipakai.

f. Bahan antioksidan dan antiozonan

Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap pengaruh ion-ion tembaga, mangan dan besi. Selain itu juga mampu melindungi terhadap suhu tinggi, retak-retak, dan lentur. Antioksidan Santowhite Crystals. Adapun antiozonan yang paling banyak digunakan adalah Santoflex 13. g. Bahan pelunak

Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian bentuk. Karet yang diberi bahan pelunak bisa menjadi empuk. Penambahan bahan pengisi yang cukup banyak perlu diimbangi dengan penambahan bahan ini. Bahan pelunak yang banyak digunakan antara lain minyak naftenik, minyak nabati, minyak aromatic, terpinus, lilin paraffin, faktis, dammar, dan bitumen,

h. Bahan pengisi

Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet. Pertama, bahan pengisi yang tidak aktif, contohnya kaolin, tanah liat, dan kalsium karbonat. Kedua, bahan pengisi yang aktif, contohnya karbon hitam, silica, aluminium silikat, dan magnesium silikat.


(24)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Jenis karet tertentu membutuhkan warna dalam pengolahannya. Untuk keperluan inilah bahan pewarna digunakan.

j.Bahan peniup.

Fungsi bahan ini membentuk pori halus yang menyebabkan karet menjadi ringan dan empuk. Bahan peniup ini terutama digunakan pada pembuatan karet mikroseluler, contohnya Porofor dan Vucacel.

k. Bahan pencegah pravulkanisasi

Fungsi bahan ini mencegah terjadinya pravulkanisasi yang tidak diinginkan pada bagian ekstruder mesin acuan injeksi. Biasanya bahan ini ditambahkan pada kompon karet tertentu, misalnya kompon karet untuk acuan injeksi contohya adalah Santogard.

l. Bahan pewangi

Bau karet yang khas serta bau bahan kimia yang tidak enak dapat dihilangkan dengan menambahkan bahan pewangi. Walaupun tidak semua jenis karet menggunakan bahan pewangi, tetapi ada beberapa jenis yang menggunakannya. Contoh bahan pewangi antara lain Rodo 10. 9

2.6. Penggumpalan Lateks

Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet, sehingga gaya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung sesamanya membentuk gumpalan. Penggumpalan karet di dalam lateks kebun (pH kira-kira 6,8) dapat dilakukan dengan penambahan asam untuk menurunkan pH hingga tercapai titik isoelektrik


(25)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

yaitu pH dimana muatan positif protein seimbang dengan muatan negatif sehingga elektro kinetis potensial sama dengan nol.

Titik isoelektrik karet di dalam lateks adalah pH 4,5 - 4,8 tergantung jenis lateks. Asam penggumpal yang banyak digunakan adalah asam formiat atau asam asetat dengan benang karet yang dihasilkan bermutu baik. Penggunaan asam kuat seperti asam sulfat atau asam nitrat dapat merusak mutu benang karet yang digumpalkan.

Penambahan bahan-bahan yang dapat mengikat air seperti alkohol dapat juga menggumpalkan partikel karet, karena ikatan hidrogen antara air dengan protein yang melapisi partikel karet sehingga kestabilan partikel karet di dalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet akan menggumpal. Penggunaan alkohol sebagai penggumpal lateks secara komersial jarang digunakan karena selain harganya mahal alkohol juga merupakan zat yang sangat mudah menguap pada temperatur kamar.10

2.7. Pengujian Sifat Mekanis Karet

Penggunaan bahan polimer sebagai bahan teknik misalnya dalam industri suku cadang mesin, konstruksi bangunan dan transportasi, tergantung sifat mekanisnya, yaitu gabungan antara kekuatan yang tinggi dan elastisitas yang baik. Sifat mekanis yang khas ini disebabkan oleh adanya dua macam ikatan dalam bahan polimer, yakni ikatan polimer yang kuat antara atom dan interaksi antara rantai polimer yang lebih lemah.


(26)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

2.7.1. Pengujian Sifat Kekuatan Tarik (σt), Kemuluran (ε) dan Kekuatan

Bentur

Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan tarik (σt)

menggunakan alat pengukur tensometer atau dinamometer, bila terhadap bahan diberikan tegangan. Secara praktis, kekuatan tarik diartikan sebagai besarnya beban maksimum (Fmaks ) yang dibutuhkan untuk memuaskan spesimen bahan,

dibagi dengan luas penampang bahan. Karena selama di bawah pengaruh tegangan, spesimen mengalami perubahan bentuk (deformasi) maka definisi kekuatan tarik dinyatakan dengan luas penampang semula (Ao), σt = Fmaks/Ao.

Selama deformasi, dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak berubah, sehingga perbandingan luas penampang semula dengan penampang setiap saat, Ao/A = 1/lo dengan 1 dan lo masing-masing adalah panjang spesimen

setiap saat dan semula. Bila didefinisikan besaran kemuluran (ε) sebagai nisbah pertambahan panjang spesimen semula (ε = ∆1/lo), maka diperoleh hubungan,

A = Ao/(1 + ε).

Hasil pengamatan sifat kekuatan-tarik ini dinyatakan dalam bentuk kurva tegangan, yakni nisbah beban dengan luas penampang adalah F/A, terhadap perpanjangan bahan (regangan), yang disebut dengan kurva tegangan - regangan. Bentuk kurva tegangan regangan ini merupakan karakteristik yang menunjukkan indikasi sifat mekanis bahan yang lunak, keras, kuat, lemah, rapuh atau liat.


(27)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Bahan polimer (elastis) dikenakan gaya tarikan dengan laju yang tetap, mula-mula kenaikan tegangan yang diterima bahan berbanding lurus dengan perpanjangan spesimen. Sampai dengan titik elastis bilamana tegangan dilepaskan maka spesimen akan kembali seperti bentuk semula, tetapi bila tegangan dinaikkan sedikit saja, akan terjadi perpanjangan mencapai titik elastis ini masing-masing disebut tegangan yield dan kemuluran pada yield.

Sifat mekanis yang lain adalah kekuatan-bentur, yang didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memecahkan spesimen. Ada dua cara umum untuk mengukur kekuatan bentur. Dalam cara pertama, spesimen ditempatkan pada suatu ‘pemegang’ dengan salah satu ujungnya vertikal di atas pemegang. Suatu pendulum dengan bobot dan sudut tertentu diayunkan pada spesimen sampai terjadi patahan. Cara kedua menggunakan beban, yang berupa bola atau barang logam, yang dijatuhkan pada spesimen dari ketinggian tertentu. Kekuatan bentur dihitung dari energi benda jatuh yang digunakan untuk memecahkan spesimen sampai setengah bagian. 11

2.8. Modulus

Untuk satu tegangan yang sederhana, tegangan tarik adalah sebanding dengan tegangan putus, yaitu

Tegangan putus = tegangan tarik x konstanta

Konstanta E dikenal sebagai modulus young. Ia mempunyai satuan yang sama seperti tegangan , yaitu Nm-2.


(28)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Harga E dapat diturunkan dari tegangan putus - tegangan tarik atau grafik perpanjangan putus dalam uji tegangan tertentu, dimana digunakan untuk control kualitas rutin. Bahan pengujian dipusatkan pada suatu kenaikan tegangan putus dan menghasilkan perubahan pada panjang yang diplotkan sebagai suatu tensilgram. Tegangan putus , diartikan sebagai permukaan per satuan dari daerah perpotongan dan diukur dalam Megapascal.

Tegangan tarik , diartikan sebagai bagian dari perubahan panjang (∆l/l 0 ),

dimana l0 adalah panjang awal dan ∆l adalah selisih dari panjang awal dan

panjang akhir. Mesin pengujian digunakan untuk mengukur tegangan yang dibuat dalam bentuk kurva perpanjangan putus yang dirubah ke dalam kurva tegangan putus - tegangan tarik oleh hubungan = F/A0 dan = x/l0 , o adalah besaran

awal. A0 dan l0 adalah konstanta.12

Kekuatan tegangan dan jumlah perpanjangan karet meliputi hanya beberapa bahan elastis. Hubungan regangan - tegangan menutupi sekitar titik potong yang memberi penambahan informasi penting mengenai sifat elastis. Suatu kurva regangan - tegangan bisa dibuat untuk suatu uji spesimen yang akan menunjukkan kekuatan desakan oleh karet pada perbedaan persentase perpanjangan, atau sebaliknya, jumlah beban yang dibutuhkan oleh karet untuk menyatakan persentase perpanjangan.

Jika spesimen apa saja cenderung menguasai perpanjangan, kekuatan desakan oleh karet berangsur-angsur berkurang dengan cepat pada awalnya dan kemudian lebih lambat. Berkurangnya kekuatan karena pegangan karet diperpanjang disebut ‘pengenduran ketegangan’, dan bertambahnya panjang


(29)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

karena pegangan diperpanjang biasanya pada suatu beban disebut “menjalar”. Keduanya, pengenduran tegangan dan penjalaran adalah karakteristik karet yang penting, dan jumlah dari masing - masing dipengaruhi oleh jenis karet, campuran dan anti kanker.

Terdapat banyak hubungan kurva regangan - tegangan yang mungkin biasanya menguntungkan untuk mengukur perbedaan pada karet dan komponen-komponen karet. Contoh lain yang paling umum dari kekuatan tegangan atau jumlah perpanjangan adalah modulus, yang mana pada pengujian karet pengukuran tegangan pada beban perunit penampang melintang biasanya pada ketegangan yang ditunjukkan oleh persentase perpanjangan. Pada klasifikasi karet untuk wilayah produksi di Timur, modulus pada perpanjangan 300% yang biasa digunakan.

Tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu regangan tertentu bergantung pada sifat bahan yang menderita tegangan itu. Perbandingan tegangan terhadap regangan, atau tegangan persatuan regangan disebut modulus elastik, semakin besar pula tegangan yang perlakuan untuk regangan tertentu.

Kita perhatikan perihal tegangan (tarik dan kompresi) dan regangan memanjang. Sampai batas proporsional, tegangan memanjang menimbulkan regangan yang besarnya sama, tidak peduli apakah tegangan itu atau karena tegangan akibat tarikan atau akibat kompresi.

Karena itu, perbandingan tegangan tarik terhadap regangan tarik, untuk bahan tertentu sama juga dengan perbandingan tegangan kompresi terhadap regangan kompresi. Perbandingan ini disebut modulus regangan, bahan yang bersangkutan dan dilambangkan dengan :


(30)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. =

kompresi regangan

kompresi tegangan

tarik regangan

tarik tegangan

= =

  

 A

F / /

A /

F o n

o

n =

Keterangan :

= perpanjangan geser Fn = gaya

A = permukaan l0 = panjang awal

∆l = selisih panjang awal dan panjang ahkir

Jika batas proporsional belum terlampaui, perbandingan tegangan terhadap regangan konstan dan karena itu hukum Hooke sama makanya dengan ungkapan bahwa dalam batas proporsional, modulus elastik suatu bahan adalah konstan, dan bergantung hanya pada sifat bahannya.13


(31)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

BAB 3

METODE DAN BAHAN

3.1. Metode

Dalam penyusunan karya ilmiah ini metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode :

1. Penelitian Kepustakaan (Library research)

Metode ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, menafsirkan dan mentransfer dari sumber-sumber bacaan atau bahan-bahan tertulis seperti karya ilmiah, buku-buku atau literatur, dan sebagainya yang mendukung terhadap penulisan karya ilmiah ini.

2. Penelitian Lapangan (Field research)

Dalam metode ini penulis mengumpulkan data-data dan bahan-bahan dari tempat Praktek Kerja Lapangan di pabrik benang karet PT. Industri Karet Nusantara guna melengkapi keterangan yang telah diperoleh dalam penelitian tersebut.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat


(32)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. 1. Buret

2. Erlenmeyer 250 ml 3. Pipet volume 10 ml 4. Neraca analitis 5. Stirer (pengaduk) 6. Gunting

7. Kertas grafik 8. Meteran

9. Alat uji dinamometer 10. Alat potong benang spesial 11. Loop mesin

12. Pena rotring

3.2.2. Bahan

1. Kalium hidroksida (KOH) 0,5 N

2. Indikator Brom Thymol Blue (BTB) 0,04% 3. Aquades

4. Asam asetat 5. Benang karet

3.3. Prosedur

3.3.1. Penentuan konsentrasi asam asetat


(33)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. - Ditambahkan aquades sebanyak 100 ml

- Ditambahkan 1 tetes indikator brom thymol blue 0,04%

- Dititrasi dengan KOH 0,5 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru

- Dicatat volume KOH 0,5 N yang terpakai - Dihitung konsentrasi asam asetat

3.3.2. Penentuan green Modulus 300%

- Diambil benang karet dari sampel sejumlah yang diperlukan untuk loops sesuai dengan standart yang diinginkan

- Digulung sesuai standart loops, lalu diikat kedua pangkalnya, kemudian dipotong dan dicabut gulungan sampel tersebut dan diletakkan pada alat uji dynamometer yang telah disetting

- Ditekan tombol down alat dynamometer dan dipastikan pena pencatat grafik berfungsi dengan baik

- Ditekan tombol stop setelah skala menunjukkan angka 400% - Ditutup pena pencatat grafik sebelum menekan tombol up - Ditekan tombol up dan secara otomatis alat testing akan stop

- Diputar posisi kertas grafik ke posisi semula untuk membaca hasil testing - Dipotong sampel modulus 300% sepanjang 98,23 cm dan dihitung total

section dengan rumus : Total section = 2x section x jumlah loops

- Dibaca hasil testing pada keertas grafik sesuai petunjuk teknis skala 300% - Dihitung green modulus 300% dengan rumus :


(34)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. M 300% =

Ts 300% Hs

Keterangan :

M 300% = modulus 300%

Hs 300% = hasil pembacaan pada grafik skala 300% (g) Ts = total section


(35)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Tabel 2. Data yang diperoleh dari laboratorium kimia untuk analisa konsentrasi asam asetat (CH3COOH)

No. Berat

Tempat + Sampel (g) Berat Tempat (g) Berat Sampel (g) Volume KOH 0,5N (mL) Faktor KOH 0,5N

CH3COOH

(%)

1 95,5123 95,3892 1,1231 10,60 1,0010 28 2 100,3034 99,4327 0,8707 8,50 1,0010 29 3 94,8429 93,8536 0,9893 9,9 1,0010 30 4 94,8342 93,8732 0,961 10 1,0010 31 5 152,5621 151,5251 1,0376 11,2 1,0010 32

Tabel 3. Data yang diperoleh dari analisa di laboratorium fisika untuk modulus 300% No. No. Kompon Section (mm) Total Section

(mm2)

Pembacaan Skala 300%

(g)

Modulus 300% (g/mm2)


(36)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

2 0912 0,273 8,736 2703 309,41

3 0913 0,276 8,832 2826 319,97

4 0914 0,277 8,864 2954 333,26

5 0915 0,278 8,896 2972 334,08

4.2. Perhitungan

a. Untuk menentukan konsentrasi asam asetat (CH3COOH) :

% CH3COOH = x100%

m 0,03 x KOH f x KOH v

% CH3COOH = x100%

1,1231 0,03 x 1,0010 x 10,60

= x100% 28%

1,1231 0,318318

=

b. Untuk menentukan modulus 300% menggunakan rumus : M 300% =

Ts 300% Hs

Contoh : Section = 0,270 mm

Jumlah loops standar pabrik untuk benang karet adalah 16 mm Ts = 2 x section x jumlah loops

= 2 x 0,270 mm x 18 mm = 8,640 mm2

Hs 300% = 2614 gram

= 2

2 302,54g/mm

mm 8,640

g 2614

=


(37)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009. No.

No Kompon CH3COOH (%) Modulus 300%

(g/mm2)

1 0911 28 302,54

2 0912 29 309,41

3 0913 30 319,97

4 0914 31 333,26

5 0915 32 334,08

Tabel 5. Data Metode Least Square

X Y X2 XY

28 302,54 784 8471,12

29 309,41 841 8972,89

30 319,97 900 9599,1

31 333,26 961 10300,06

32 334,08 1024 10690,56

∑X = 150 ∑Y = 1599,26 ∑X2 = 4510 ∑XY = 48033,73

B. Metode Least Square

a = 2 2

X) ( ) X ( n Y) ( X) ( XY) ( n ∑ − ∑ − ∑ ∑ ∑

= 2

(150) -5(4510) ,26) (150)(1599 -) 5(48033,73 = 22500 -22550 239889 -240168,65

= 5,6

b = 2 2

2 X) ( ) X ( n ) ( X) ( -Y) ( ) X ( ∑ − ∑∑ ∑ ∑ ∑ Y


(38)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

= 2

(150) -5(4510) 3,73) (150)(4803 -9,26) (4510)(159 = 22500 -22550 7205059,5 -7212662,6

= 15,2

C. Persamaan Garis Regresi Y = ax + b

Y1 = 5,6(28) + 15,2

= 172

Y2 = 5,6(29) + 15,2

= 177,6

Y3 = 5,6(30) + 15,2

= 183,2

Y4 = 5,6(31) + 15,2

= 188,8

Y5 = 5,6(32) + 15,2

= 194,4

Tabel 6. Data persamaan garis regresi

No. X (% CH3COOH) Y (Modulus 300%)

1. 28 172

2. 29 177,5

3. 30 183,2

4. 31 188,8


(39)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

4.3. Pembahasan

Salah satu proses yang terpenting dalam pembuatan benang karet adalah pada saat awal pembentukan benang karet di unit extrusi dengan menggunakan asam asetat (CH3COOH) sebagai bahan penggumpal benang karet. Pada saat

terjadi kontak langsung antara lateks yang keluar melalui kapiler – kapiler dengan asam asetat di acid bath terjadilah suatu reaksi penggumpalan karet yang menyebabkan karet membentuk serat-serat kasar. Penggumpalan yang kurang baik dari karet akan mengakibatkan rendahnya nilai modulus elastisitasnya. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi bahan penggumpal asam asetat yang digunakan untuk menggumpalkan benang karet.

Melihat eratnya hubungan antara konsentrasi bahan penggumpal asam asetat dengan modulus 300% sehingga diperoleh mutu benang karet yang diinginkan. Jika konsentrasi asam asetat tinggi maka modulus 300% nya ikut tinggi juga dan konsentrasi asam asetat rendah, maka modulus 300% juga ikut rendah.

Jadi standar konsentrasi asam asetat yang digunakan pada proses penggumpalan benang karet yaitu 28-32%. Bila konsentrasi lebih dari 32% maka akan berpengaruh pada pembekuan benang karet yang kurang elastis dan terlalu keras, sedangkan bila konsentrasi kurang dari 28% maka benang akan menjadi terlalu lunak dan mudah putus.


(40)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka semakin tinggi modulus yang dihasilkan, sebaliknya apabila konsentrasi asam asetat yang dipakai rendah, maka green modulus 300% akan rendah pula. Keduanya mempunyai hubungan linier yang berbanding lurus.

2. Konsentrasi asam asetat yang digunakan pada proses penggumpalan benang karet agar didapat modulus 300% adalah dengan standar 28-32%. Apabila konsentrasi asam asetat dibawah 28% maka green modulus 300% benang karet yang dihasilkan tidak bagus, dimana benang akan sangat rapuh atau mudah putus., dan jika konsentrasi asam asetat di atas 32%, maka green modulus 300% juga kurang baik dimana benang akan menjadi keras atau kaku sehingga kurang elastis.

Saran

1. Sebaiknya pemeriksaan konsentrasi asam asetat pada proses penggumpalan benang karet dilakukan dalam jangka waktu yang tetap atau konstan agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

2. Sebaiknya pemeriksaan modulus pada benang karet dilakukan lebih dari tiga kali agar diperoleh benang karet yang sesuai dengan standar mutu yang baik.


(41)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja, S. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB.

Ompusunggu, Maurid. 1987. Pengolahan Lateks Pekan. Kumpulan Makalah Khusus Pengajaran Teknologi Pengolahan Medan : Lembaga Pendidikan dan Perkebunan.

Spillane, J>J. 1989. Komoditi Karet. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Surya, I. 2006. Teknoligi Karet. Medan : Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara.

Polhamus, Loren G. 1962. Rubber : Botany Production and Utilization. New York : Interscience, Inc.

Wirjosentono, Basuki. 1995. Analisis dan Karakterisasi Polimer. Medan : USU Press.

Tim Penulis PS. 1999. Karet Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pem,asaran. Cetakan Ke- 6. Jakarta : Penerbit Swadaya.

Honggokusumo, Suharto. DR, M.Sc. 1990. Kimia dan Teknologi Vulkanisir. Bogor : Pusat Penelitian Karet.

Sears, Francis Weston dan Zemansky, Mark W. 1982. Fisika Untuk Universitas I


(42)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Loganathan, K.S. 1998. Rubber Engineer. New Delhi: Indian Rubber Institute. Mc Graw Hill Publishing.


(43)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada


(44)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Grafik Konsentrasi Asam Asetat (CH3COOH) Vs Modulus Green 300%

196 194 192 190 188 186 184 182 180 178 176 174 172 170

27 28 29 30 31 32 33

KONSENTRASI ASAM ASETAT (%)

M

O

D

U

L

U

S

300% (

g/

m

m


(45)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Parameter Physical Properties Benang Karet Count 37 Ends 40

No. Parameter Physical Properties Toleransi

1 Filament weight (mg) 33,7 - 33,8 - 37,1

2 Exact Count 37 ± 6 %

3 Separability (g) 110 – 135 - 160

4 Resistant at Break (g/mm2) Min 3000

5 Elongation at Break (%) Max 650

6 Green Modulus CA 300% (g/mm2) 262 - 310 - 370 - 427 7 Green Modulus CA 500% (g/mm2) 750 - 1300 8 Schwartz Value (VRS) (g/mm2) 123 – 135 – 150 - 164 9 Schwartz hysteresis Ratio (RIS) 1,00 – 1,85 10 Temp. 50 oC vulcanization test (oC) -2 to -5 11 Retention AT 149 oC TEST (%) Min 50 12 Permanent set at 80% E.B (%) 2 - 8

13 Talcum Content (%) Max 3,5%

14 Moisture Content (%) 4 – 6 – 8 - 10

15 Water Extract (%) 0,70 – 0,90


(46)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

TABEL LOOP UNTUK MASING – MASING COUNT BENANG KARET

No. Count Loop

1 20 1 x 3

2 24 1 x 5

3 26 1 x 5

4 28 1 x 6

5 30 1 x 8

6 32 1 x 8

7 34 1 x 10

8 36 1 x 10

9 37 1 x 12

10 38 1 x 12

11 40 1 x 12

12 42 1 x 16

13 44 1 x 16

14 46 1 x 18

15 48 1 x 20

16 50 1 x 20

17 52 1 x 22

18 53 1 x 24

19 60 2 x 15

20 63 2 x 18

21 70 2 x 20

22 75 2 x 25

23 80 2 x 25

24 90 3 x 20


(47)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.


(1)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Loganathan, K.S. 1998. Rubber Engineer. New Delhi: Indian Rubber Institute. Mc Graw Hill Publishing.


(2)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada


(3)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Grafik Konsentrasi Asam Asetat (CH3COOH) Vs Modulus Green 300%

196 194 192 190 188 186 184 182 180 178 176 174 172 170

27 28 29 30 31 32 33

KONSENTRASI ASAM ASETAT (%)

M O D U L U S 300% ( g/ m m 2 )


(4)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

Parameter Physical Properties Benang Karet Count 37 Ends 40

No. Parameter Physical Properties Toleransi

1 Filament weight (mg) 33,7 - 33,8 - 37,1

2 Exact Count 37 ± 6 %

3 Separability (g) 110 – 135 - 160

4 Resistant at Break (g/mm2) Min 3000

5 Elongation at Break (%) Max 650

6 Green Modulus CA 300% (g/mm2) 262 - 310 - 370 - 427 7 Green Modulus CA 500% (g/mm2) 750 - 1300 8 Schwartz Value (VRS) (g/mm2) 123 – 135 – 150 - 164 9 Schwartz hysteresis Ratio (RIS) 1,00 – 1,85 10 Temp. 50 oC vulcanization test (oC) -2 to -5 11 Retention AT 149 oC TEST (%) Min 50 12 Permanent set at 80% E.B (%) 2 - 8

13 Talcum Content (%) Max 3,5%

14 Moisture Content (%) 4 – 6 – 8 - 10

15 Water Extract (%) 0,70 – 0,90


(5)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.

TABEL LOOP UNTUK MASING – MASING COUNT BENANG KARET

No. Count Loop

1 20 1 x 3

2 24 1 x 5

3 26 1 x 5

4 28 1 x 6

5 30 1 x 8

6 32 1 x 8

7 34 1 x 10

8 36 1 x 10

9 37 1 x 12

10 38 1 x 12

11 40 1 x 12

12 42 1 x 16

13 44 1 x 16

14 46 1 x 18

15 48 1 x 20

16 50 1 x 20

17 52 1 x 22

18 53 1 x 24

19 60 2 x 15

20 63 2 x 18

21 70 2 x 20

22 75 2 x 25

23 80 2 x 25

24 90 3 x 20


(6)

Permata Mhardela : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Modulus Green 300% Pada

Proses Produksi Benang Karet Di PT. Industri Karet Nusantara, 2009.


Dokumen yang terkait

Penentuan Waktu Kemantapan Mekanis (Mst) Lateks Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus) 300% Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara

6 65 38

Pengaruh Swelling Index Compound Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet Count 37 NS 40 Di PT. Industri Karet Nusantara Medan

1 33 61

Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara

0 31 44

Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan

2 43 57

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis(Mst) Lateks Pt. Perkebunan Nusantara Iii

0 5 40

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 8

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 2

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 3

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 14

Penentuan Regangan Tarik(Green Modulus)300% Benang Karet Terhadap Pengaruh Waktu Kemantapan Mekanis (MST) Lateks PT.Perkebunan Nusantara III

0 0 1