Penentuan Indeks Kepala Dan Wajah Orang Indonesia Asli Berdasarkan Suku Di Medan

(1)

PENENTUAN INDEKS KEPALA DAN WAJAH ORANG

INDONESIA BERDASARKAN SUKU DI KOTA MEDAN

NETTY HERAWATI 087113001/IKF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENENTUAN INDEKS KEPALA DAN WAJAH ORANG

INDONESIA BERDASARKAN SUKU DI KOTA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Spesialis dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Forensik pada Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

Oleh

NETTY HERAWATI 087113001

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

PENENTUAN INDEKS KEPALA DAN WAJAH ORANG

INDONESIA BERDASARKAN SUKU DI KOTA MEDAN

T E S I S

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah dIajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.

Hormat saya, Penulis


(4)

Judul : Penentuan Indeks Kepala Dan Wajah Orang Indonesia Asli Berdasarkan Suku Di Medan Nama Mahasiswa : Netty Herawati

Nomor Induk Mahasiswa : 087113001 Program Pendidikan : Dokter Spesialis Konsentrasi : Kedokteran Forensik

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua

Dr. H. Mistar Ritonga, SpF

Anggota

Dr. H. Guntur Bumi Nasution, SpF

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS

Dr. H. Mistar Ritonga, SpF Dr. Zainuddin Amir, Sp.P(K)

Tanggal Lulus : _______________ Telah diuji pada


(5)

________________________________________________________________

Ketua : ______________________ PANITIA PENGUJI TESIS

Anggota : 1. ____________________ 2. ____________________ 3. ____________________ 4. ____________________


(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik pada umumnya dan khususnya dalam penyusunan tesis ini, yaitu:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. H.Mistar Ritonga, SpF, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Kedokteran Forensik FK USU, guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengoreksi, dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. dr. H. Guntur Bumi Nasution, SpF , selaku Ketua Departemen Kedokteran Forensik FK USU dan guru penulis, yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Prof.dr. H. Amri Amir, SpF(K), DFM, SH, SpAk, selaku guru penulis, yang banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Prof.dr. H. Amar Singh, SpF(K), DFM, selaku guru penulis, yang banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

6. dr.Rita Mawarni, SpF, selaku guru, yang banyak membagikan ilmu, bimbingan dan nasehat kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

7. dr. Surjit Singh, SpF, DFM selaku guru, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan dan dorongan kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

8. dr. Alfred C Satyo, SpF(K) selaku guru penulis, yang banyak membagikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.


(7)

9. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik.

10. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Kedokteran Forensik FK USU: dr.Ismurrizal, dr.Dessy D Harianja, dr.Agustinus Sitepu, dr.Abdul Karim Lubis, dr.Jims Ferdinan, dr.Rosmawaty,dr. Monang S, dr. Erianto, dr. A. Gafar P yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik.

11. Para pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik.

12. Kedua orang tua kandung saya yang sangat penulis hormati dan sayangi Herman Bangun (Alm) dan ibunda Misniati,serta paman Dito dan bibi Hamidah, yang telah bersusah payah membesarkan, memberikan rasa aman, cinta dan doa restu kepada penulis sejak lahir hingga saat ini, dalam menjalani segala hal.

13. Akhirnya putra-putri tersayang, Muhammad Alif Prayuda, Qanita Fachira Danty terima kasih atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam suka cita dan keriangan selama penulis menjalani pendidikan spesialisasi dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan pendidikan Dokter Spesialis dan tesis ini dengan baik.

Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberkati kita semua.

Penulis


(8)

ABSTRAK

Netty Herawati*, Mistar Ritonga**

Departemen Kedokteran Forensik FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan

Indonesia merupakan masyarakat multietnik, yang cenderung memiliki pola bentuk tengkorak, rahang yang berbeda. Dalam ilmu kedokteran forensik identifikasi mempunyai arti cukup penting yaitu diperuntukkan untuk kejelasan identitas seseorang, selain identifikasi pada orang mati atau jenazah juga diperlukan pada orang hidup, data- data yang penting untuk di dapatkan pada proses identifikasi diantaranya dengan pengukuran antropometri data- data ini dapat diketahui salah satunya melalui perhitungan sefalic dan facial indeks yaitu pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup, nilai- nilai inilah yang dipakai sebagai penggolongan.

Atas hal tersebut peneliti tertarik untuk melihat perbedaan indeks kepala dan wajah berdasarkan suku. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, tehnik pengambilan sampel

consecutive sampling. Pelaksanaan kegiatan di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU dr. Pirngadi Medan. Periode Juli sampai September 2011. Pada jumlah sampel penelitian yang diperoleh dari mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU dr. Pirngadi Medan berjumlah 402 orang terdiri dari 187 laki- laki dan 215 perempuan dengan umur 21- 30 tahun.

Hasil pengukuran dan analisis menunjukkan bahwa rata- rata Indeks cephalic orang Indonesia berdasarkan suku 82,84 dan berdasarkan jenis kelamin 82,84. Disimpulkan Indeks cephalic orang Indonesia berdasarkan suku mempunyai perbedaan yang bermakna dan berdasarkan jenis kelamin laki- laki mempunyai perbedaan yang bermakna Sedangkan perempuan tidak mempunyai perbedaan yang bermakna.

Untuk rata- rata indeks facial orang Indonesia berdasarkan suku 86,43 dan berdasarkan jenis kelamin 86,53. Disimpulkan indeks facial orang Indonesia berdasarkan suku tidak mempunyai perbedaan yang bermakna dan berdasarkan jenis kelamin baik laki- laki maupun perempuan tidak mempunyai perbedaan bermakna.

Disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kota yang lain atau pulau yang lain, beserta jumlah sampel yang lebih banyak.


(9)

ABSTRACT

Netty Herawati*, Mistar Ritonga**

Forensics Department of FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan

Indonesia is a country with multiethnic community, which has the tendency to have different types of skull and jaw shape. In forensics medicine, this identification is important to explain the identity of a person either for dead bodies or alive ones. Important data’s such as anthropometry can be achieved from this identification through the calculation of cephalic and facial index whereby the value used will be the measurement of an alive human head.

Due to this, researcher is interested to see the difference between cephalic and facial index according to races. The type of this research is analytic descriptive with cross sectional method and consecutive sampling technique used. Research was done in Haji Adam Malik and Pirngadi General Hospital. Period of research was from July 2-11 to September 2011. Total number of samples was taken from the students who are currently doing their clinical in Forensics Department and it came up to a number of 402 people consisting of 187 men and 215 women in the age of 21to 30 years.

Results show that the average cephalic index of Indonesian people according to race and sex is 82,84. In conclusion, cephalic index of Indonesian community according to race and male has a significant difference whereas in woman there is no significant difference.

Average facial index of Indonesian people according to race and sex if 86,53. Conclusion made is facial index of Indonesian community do not have a significant difference either according to race or sex.

Preferably, more research is to be carried out in other cities or islands with a higher number of samples.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Tesis ... i

Abstrak ... ii

Abstract……….. iii

Kata Pengantar………... iv

Ucapan Terima Kasih ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar……….. xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 3

1.3. Hipotesis ………. 3

1.4. Tujuan Penelitian ……… 3

1.4.1. Tujuan Umum ... 3

1.4.2. Tujuan Khusus ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ………. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri ……….. 4

2.2. Identifikasi ………. 4

2.3. Ras dan Etnis ………. 5

2.4. Seks………. 6

2.5. Indeks Cephalic………... 6

2.5.1. Pengukuran Indeks Cephalic……….. 9

2.5.1.1. Panjang Kepala……….. 9

2.5.1.2. Lebar Kepala……….. 10

2.6. Indeks facial……… 11

2.6.1. Pengukuran Indeks facial………... 13


(11)

2.6.1.2. lebar Wajah……… 15

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……….. 17

3.2. Definisi Operasional……….. 17

BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Rencana Penelitian ……….. 19

4.2. Lokasi dan waktu Penelitian…… ... 19

4.3 Populasi dan sampel Penelitian……… 19

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi………... 20

4.4.1. Kriteria Inklusi……….. 20

4.4.2. Kriteria Eksklusi………... 20

4.5. Perkiraan Besar sampel.………. 20

4.6. Persetujuan Setelah Penjelasan……….… 20

4.7. Variabel Penelitian………... 21

4.8. Alat dan bahan Penelitian……… 21

4.9. Cara Kerja……… 22

4.10. Identifikasi Variabel………. 22

4.11. Pengolahan dan Analisa Data……….. 22

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

Daftar Pustaka ... 33

Riwayat Hidup Peneliti... … 36

Lampiran 1. Biaya penelitian ... 38

2. Jadwal Penelitian ... 39

3. Persetujuan Setelah Penjelasan... ... 40

4. Data penelitian Subjek ... 42


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Antropometri menurut Ewig………... 9 Tabel 2.2. Klasifikasi Indeks Cephalic Menurut Caller………... 9 Tabel 2.3. Klasifikasi Panjang Kepala Menurut Lebzelter / Seller……… 10 Tabel 2.4. Klasifikasi Lebar Kepala Menurut Lebzelter/ Saller…………. 11 Tabel 2.5. Klasifikasi Indeks Facial Menurut Martin………... 14 Tabel 2.6. Klasifikasi Panjang Wajah menurut Lebzelter/ Saller………. 15 Tabel 2.7. Klasifikasi Lebar Wajah menurut Lebzelter/ Saller…………. 16

Tabel 5.1. Perbandingan Indeks Cephalic Berdasarkan Suku-suku……. 23 Tabel 5.2. Perbandingan Indeks Cephalic Berdasarkan Jenis Kelamin…. 24 Tabel 5.3. Perbandingan Indeks Cephalic Suku Berdasarkan Jenis Kelamin 24 Tabel 5.4. Klasifikasi Indeks cephalic………... 25 Tabel 5.5. Perbandingan Indeks Facial Berdasarkan Suku- suku……….. 25 Tabel 5.6. Perbandingan Indeks Facial Berdasarkan Jenis Kelamin…….. 26 Tabel 5.7. Perbandingan Indeks Facial Suku Berdasarkan Jenis kelamin… 26


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Titik – titik Cephalimetric……… 7

Gambar 2.2. Titik – titk Kefalometri………... 8

Gambar 2.3. Panjang Kepala………... 10

Gambar 2.4. Lebar Kepala……….. 11

Gambar 2.5 Tipe Wajah………. 13

Gambar 2.6. Tipe Panjang Wajah………... 14

Gambar 2.7. Lebar Wajah……… 15


(14)

ABSTRAK

Netty Herawati*, Mistar Ritonga**

Departemen Kedokteran Forensik FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan

Indonesia merupakan masyarakat multietnik, yang cenderung memiliki pola bentuk tengkorak, rahang yang berbeda. Dalam ilmu kedokteran forensik identifikasi mempunyai arti cukup penting yaitu diperuntukkan untuk kejelasan identitas seseorang, selain identifikasi pada orang mati atau jenazah juga diperlukan pada orang hidup, data- data yang penting untuk di dapatkan pada proses identifikasi diantaranya dengan pengukuran antropometri data- data ini dapat diketahui salah satunya melalui perhitungan sefalic dan facial indeks yaitu pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup, nilai- nilai inilah yang dipakai sebagai penggolongan.

Atas hal tersebut peneliti tertarik untuk melihat perbedaan indeks kepala dan wajah berdasarkan suku. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, tehnik pengambilan sampel

consecutive sampling. Pelaksanaan kegiatan di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU dr. Pirngadi Medan. Periode Juli sampai September 2011. Pada jumlah sampel penelitian yang diperoleh dari mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU dr. Pirngadi Medan berjumlah 402 orang terdiri dari 187 laki- laki dan 215 perempuan dengan umur 21- 30 tahun.

Hasil pengukuran dan analisis menunjukkan bahwa rata- rata Indeks cephalic orang Indonesia berdasarkan suku 82,84 dan berdasarkan jenis kelamin 82,84. Disimpulkan Indeks cephalic orang Indonesia berdasarkan suku mempunyai perbedaan yang bermakna dan berdasarkan jenis kelamin laki- laki mempunyai perbedaan yang bermakna Sedangkan perempuan tidak mempunyai perbedaan yang bermakna.

Untuk rata- rata indeks facial orang Indonesia berdasarkan suku 86,43 dan berdasarkan jenis kelamin 86,53. Disimpulkan indeks facial orang Indonesia berdasarkan suku tidak mempunyai perbedaan yang bermakna dan berdasarkan jenis kelamin baik laki- laki maupun perempuan tidak mempunyai perbedaan bermakna.

Disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kota yang lain atau pulau yang lain, beserta jumlah sampel yang lebih banyak.


(15)

ABSTRACT

Netty Herawati*, Mistar Ritonga**

Forensics Department of FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan

Indonesia is a country with multiethnic community, which has the tendency to have different types of skull and jaw shape. In forensics medicine, this identification is important to explain the identity of a person either for dead bodies or alive ones. Important data’s such as anthropometry can be achieved from this identification through the calculation of cephalic and facial index whereby the value used will be the measurement of an alive human head.

Due to this, researcher is interested to see the difference between cephalic and facial index according to races. The type of this research is analytic descriptive with cross sectional method and consecutive sampling technique used. Research was done in Haji Adam Malik and Pirngadi General Hospital. Period of research was from July 2-11 to September 2011. Total number of samples was taken from the students who are currently doing their clinical in Forensics Department and it came up to a number of 402 people consisting of 187 men and 215 women in the age of 21to 30 years.

Results show that the average cephalic index of Indonesian people according to race and sex is 82,84. In conclusion, cephalic index of Indonesian community according to race and male has a significant difference whereas in woman there is no significant difference.

Average facial index of Indonesian people according to race and sex if 86,53. Conclusion made is facial index of Indonesian community do not have a significant difference either according to race or sex.

Preferably, more research is to be carried out in other cities or islands with a higher number of samples.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ditinjau dari sejarah perkembangannya, Indonesia merupakan masyarakat multietnik. Kelompok etnik yang berbeda cenderung memiliki pola bentuk tengkorak dan rahang berbeda1. walaupun pola tersebut sering kali dipengaruhi variasi individual2. Ahli antropologi mempelajari ukuran dan bentuk ragawi dengan metode antropometri. Antropometri ini berarti mengukur manusia. Ukuran hanya memberikan informasi tentang besar-kecilnya (size). Karena itu, untuk mengungkapkan bentuk (shape) diciptakan proporsi antara ukuran-ukuran yang dinamakan indeks. Beberapa tahun terakhir, pemeriksaan antropologi forensik semakin berkembang, Forensik antropologi adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk proses hukum, yang berbasis pada osteologi dan anatomi manusia merupakan terapan menuju identifikasi individu dari data populasi yang dipelajari dalam antropologi biologi3.

Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal pemeriksaan identifikasi yang merupakan bagian tugas yang mempunyai arti cukup penting. Identifikasi diperuntukkan untuk kejelasan identitas seseorang, selain identifikasi pada orang mati atau jenazah identifikasi diperlukan juga pada orang hidup yang berusaha merubah identitas aslinya atau ketidak- tahuan akan identitasnya misalnya pada tentara yang melarikan diri dari kesatuannya (desersi), penjahat, pembunuh, pelaku penganiayaan/ perkosaan, bayi yang tertukar, disputed partenity, orang yang merubah wajah dengan operasi plastik, jenis kelamin yang diragukan, orang dewasa yang hilang ingatan4

Menurut Nandy, data-data yang penting untuk didapatkan pada proses identifikasi korban adalah: ras, etnis, kebangsaan, agama, jenis kelamin, perawakan, warna kulit muka, corak kulit, rupa, rambut, mata, kelainan kongenital, tanda lahir, tahi lalat, bekas luka, tato, cacat, penyakit lain, gigi, pengukuran antropometri (tinggi dan lebar badan, ukuran lingkar kepala), sidik


(17)

jari, pakaian dan ornamen lain yang dipakai korban, data- data ini dapat diketahui salah satunya melalui perhitungan sefalik dan facial indeks yaitu pengukuran yang digunakan pada kepala manusia yang masih hidup, nilai- nilai inilah yang dipakai sebagai penggolongan5

Penelitian di bidang antropometri mengenai penentuan indeks kepala dan wajah pernah di teliti di negara Amerika oleh Jennifer (2001) yaitu membandingkan bentuk wajah wanita Afrika Amerika dengan wanita kulit putih, hasil penelitiannya bahwa wanita Afrika Amerika tidak mempunyai proporsi wajah yang standart di banding wanita kulit putih

.

6

Sedang di Indonesia penelitian mengenai penentuan indeks kepala dan wajah ini pernah di teliti oleh Biljmer (1929) yang meneliti populasi yang ada di Nusa Tenggara dan Flores, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar orang- orang di Nusa Tenggara dan Flores mempunyai indeks cephalic

antara 75-80. Beukering (1947) melakukan penelitian pada orang- orang Sipora di Kepulauan Mentawai yang mempunyai rerata indeks facial 88,0 (tipe muka sempit/ leptoprosop) dengan kisaran antara 81,9- 98,49. Glinka (1990) melakukan penelitian pada populasi Palue di Nusa Tenggara Timur mempunyai rata- rata

indeks cephalic 76,5. Rahmawati et al (2003) melakukan studi perbandingan antara suku Jawa di Yokyakarta dan suku Naulu di pulau Seram, Maluku Tengah mempuyai bentuk kepala mesocephal, bentuk muka sempit (leptoprosop)

.

7

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya hanya membandingkan dua suku. Dari itulah penulis ingin meneliti penentuan indeks kepala dan wajah orang Indonesia berdasarkan suku di kota Medan.


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimanakah indeks kepala dan wajah orang Indonesia berdasarkan suku?

1.3.Hipotesa

Ada perbedaan indeks kepala dan wajah berdasarkan suku. 1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum: Untuk mengetahui bentuk kepala dan wajah berdasarkan suku di kota Medan.

Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui indeks kepala berdasarkan suku di kota Medan 2. Untuk mengetahui indeks wajah berdasarkan suku di kota Medan. 3. Untuk mengetahui indeks kepala berdasarkan jenis kelamin. 4. Untuk mengetahui indeks wajah berdasarkan jenis kelamin. 1.5. Manfaat penelitian

1. Membantu dalam identifikasi pada kasus – kasus tidak utuh (mutilasi) 2. Membantu dalam menentukan ciri- ciri suku berdasarkan bentuk kepala

dan wajah.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berlanjut untuk penelitian selanjutnya atau yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti man (orang) dan Metron yang berarti measure (ukuran), jadi antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam konteks antropologi8. Antropometri meliputi penggunaan secara hati-hati dan teliti dari titik titik pada tubuh untuk pengukuran, posisi spesifik dari subjek yang ingin diukur dan penggunaan alat yang benar. Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia secara umum meliputi pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam,

circumference (putaran), curvatur (busur), pengukuran jaringan lunak (lipatan kulit). Pada intinya pengukuran dapat dilakukan pada tubuh secara keseluruhan (contoh: stature) maupun membagi tubuh dalam bagian yang spesifik (contoh: panjang tungkai)8

Johan Sigismund Elsholtz (tahun 1654) seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dan menciptakan alat ukur yang dinamakan anthropometron yang merupakan cikal bakal alat ukur yang dikenal sebagai antropometer

.

3

Sebagian titik- titik antropometris, yang dipakai dipergunakan juga pada manusia hidup. Sebagian besar ukuran kepala sama dengan tengkorak, walaupun disana-sini tehnik pengukuranya sedikit berbeda.

.

Dalam antropologi forensik, proses identifikasi manusia di mulai dengan identifikasi ras, langkah kedua adalah mengidentifikasi seks individu, karena laki- laki dan perempuan memiliki dimorfisme seksual. Sesudah identifikasi ras dan seks kemudian dilakukan identifikasi umur dan diakhiri dengan identifikasi tinggi badan

3

9


(20)

2.2. Identifikasi

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Contoh dari kasus seperti ini adalah korban pesawat cassa 212 di Bahorok bulan oktober 2011. Akibatnya sulit bagi pihak kepolisian untuk mengidentifikasi korban yang sebagian wajah tidak bisa dikenali lagi oleh karena ruda paksa dan proses pembusukan tersebut untuk dikembalikan pada keluarganya.

Alfonsus Bertillon seorang dokter berkebangsaan Perancis (1854-1914) yang pertama memperkenalkan pengetahuan identifikasi secara ilmiah dengan cara memanfaatkan ciri umum seseorang, seperti ukuran antropometri, warna rambut, mata dan lain sebagainya10. Pada tahun 1882 Bertillon menyebutkan bahwa teori perhitungan tentang pengukuran tubuh manusia sebaiknya dilakukan pada usia 21 tahun11

2.3. Ras dan Etnis .

Identifikasi mengenai ras, etnis dari seorang korban, sering ditemukan pada kasus-kasus kematian yang disebabkan oleh kecelakan, baik itu kecelakaan kereta api, mobil, maupun pesawat terbang baik lokal maupun internasional.

Terkadang orang beranggapan ras sama dengan suku bangsa padahal keduanya berbeda. Ras itu sendiri merupakan penggolongan bangsa berdasarkan ciri- ciri fisik rumpun bangsa. Sedangkan suku bangsa merupakan kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan khususnya bahasa12. Terdapatnya suku- suku bangsa di Indonesia tidak terlepas dari adanya migrasi dan evolusi. Migrasi dan evolusi dari ras- ras yang datang di Indonesia sangat erat hubungannya dan sangat sukar dibedakan satu dengan yang lain13.


(21)

2.4. Seks

Jenis kelamin dari suatu korban, dapat dengan mudah diidentifikasi melalui organ-organ tubuhnya, misalnya payudara. Dengan melihat bagian payudara, bisa diketahui apakah korban tersebut berjenis-kelamin laki-laki atau perempuan. Tetapi, sering ditemukan pada berbagai kasus, dimana bagian-bagian tubuh yang ada tidak cukup jelas untuk diidentifikasi. Karena itu, ditemukan kesulitan dalam menentukan jenis kelamin korban tersebut14

Secara umum, perempuan memiliki sedikit rambut pada tubuhnya, ektremitas yang lebih halus, lebih banyak lemak dibawah kulit dan lebih sedikit otot. Tulang pada perempuan lebih kecil dengan poros yang lebih sempit, dan ruang medula yang lebih besar dari pada laki-laki. Kapasitas rongga kranial lebih kecil dan banyak tulang yang kurang menonjol. Rahang bawah lebih sempit, muka lebih kecil dari pada laki-laki. Dinding dada perempuan lebih kecil, pendek dan lebih bulat, sternum lebih kecil dan tangan serta kaki lebih kecil dari pada laki-laki

.

14

.

2.5. Indeks cephalic

lndeks cephalic dikenalkan pertama kali oleh Retzius ahli anatomi Swedia lebih dari 100 tahun yang lalu dengan tujuan untuk mengklasifikasi populasi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam proses indentifikasi, ras, etnis dan jenis kelamin merupakan suatu hal yang harus diketahui

Sefalik indeks adalah ukuran rasio (dalam persen), dari panjang maksimum tulang tengkorak dengan lebar maksimum tulang tengkorak. Melalui sefalik indeks, kita dapat mengetahui identitas korban tentang ras, etnis dan jenis kelaminnya

15

16

lndeks ini dapat menggambarkan bentuk kepala apakah lonjong, bulat atau di antaranya. Dari ukuran – ukuran bagian kepala dan muka tersebut, dapat dibuat suatu indeks yang menggambarkan bentuk kepala atau bagian- bagiannya

.

16

. Indeks ini dibagi dalam 3 kelompok yaitu dolicocephalic atau lonjong (di bawah 75), mesocephalic atau sedang (75-80) dan bracycephalic atau bulat (di atas 80)17.


(22)

Dalam melakukan pengukuran titik –titik anatomis pada kepala dan wajah diberikan nama serta simbol yang terdiri dari satu sampai tiga huruf, jarak titik antropometris ini menjadi ukuran antropometris, yang digunakan dengan simbol pada kedua titik / ujung18

.

Gambar 2.1. Titik- titik cephalometric

(Forensic Analysis Of the Skull, Helmer Richard. Jerman.1993.h.220-221) Titik – titik kefalometris yang paling umum digunakan simbol vertex (v) titik tertinggi pada neurocranium, stylion (sty)yang merupakan titik paling distal pada ujung processus styloideus, Alare (al) adalah titik paling lateral pada sayap hidung, Mastoidale (ms) adalah titik paling lateral processus mastoideus pada ketinggian lubang telinga, Fronto temporale (ft) adalah titik paling proksimal (mendalam) pada linea temporalis tulang dahi. Prostion (pr) pada manusia hidup terletak pada titik yang terbentuk oleh garis sentral pada pinggir bawah gusi (letaknya ± 1 mm lebih rendah dari pada prostion pada tengkorak)8

Stomion (sto) adalah titik di mana garis sentral memotong sudut antara bibir integumental dan sekat hidung, Trogion (t) adalah titik pada bagian depan pinggir atas tragus, Glabela (g) adalah titik paling depan pada dahi terletak diantara tonjolan supra orbital pada bidang Median- Sagital. Opistocranion (op) adalah titik di bidang sentral pada tulang kepala belakang (occipital) paling jauh dari glabela. Nasospinal (ns) adalah titik pemotongan antara bidang Median-


(23)

Sagital dengan tajuk dari hidung (spina nasalis anterior) atau pada garis, yang menghubungkan pinggir bawah rongga hidung (apertura piriformis)8

Eurion (eu) adalah titik paling distal pada sisi neurocranium. Zygion (zy) adalah titik paling lateral pada lengkung pipi (arcus zygomaticus), Gnation (gn) adalah titik paling bawah pada rahang bawah (mandibula) yang di potong oleh bidang Median- Sagital. Nasion (n) adalah titik tempat bidang Median- Sagital

memotong jahitan antara sutura fronto- nasalis.Opistion (o) adalah titik di tempat bidang Median- Sagital memotong foramen occipitale magnum sebelah belakang.

Gonion (go) adalah titik paling bawah, posterior dan lateral pada sudut yang terbentuk oleh cabang (ramus) dan bidang rahang bawah (corpus mandibula)

.

8,18.

Gambar 2.2. Titik kefalometris (Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008. h.55)

Tabel 2.1. Antropometri menurut Ewig Kapasitas cranium Indeks lebar kepala Indeks tinggi kepala Inggris 1,480 ml 76

(mesocephalic)

71 Cina 1,430 ml 79

(mesocephalic)

75 Negro 1,350 ml 73

(dolicocephalic)

72 Australia 1,300 ml 71

(dolicocephalic)

71

(Dikutip dari : Gonzales T, Vance M, Helpern M, Umberger C.Indentification of the Dead.In: Legal Medicine Pathology And Toxicology. Second Edition. New York. 1954. h.39)


(24)

2.5.1. Pengukuran indeks cepalic

Untuk menentukan tipe kepala sebaiknya tidak hanya mengandalkan pengamatan tetapi melakukan pengukuran untuk menetapkan indeks sefalik, yang dapat dihitung dengan rumus 20,21

Indeks cephalic

: = lebar kepala (eu- eu) Panjang kepala (g- op)

x 100

Tabel 2.2. Klasifikasi Indeks Cephalic menurut Saller :

- Hyperdolicocephal x- 70,9 x- 71,9 Laki- laki Wanita

- Dolicocephal 71,0- 75,9 72,0 -76,9 - Mesocephal 76,0- 80,9 77,0- 81,9 - Brachycephal 81,6- 85,4 82,0- 86,4 - Hyperbrachycephal 85,5- 90,9 86,5- 91,9 - Ultrabrachycephal 91,0- x 92,0- x (Dikutip dari : Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.59)

2.5.1.1. Panjang kepala

Untuk panjang kepala diukur dari glabella sampai opisthion (g-op), yaitu ujung jarum kaliper ditempatkan pada glabella jarum yang lain digeser dari atas ke bawah pada garis sentral, dengan sekaligus memperhatikan skala3.

Gambar 2.3. Panjang kepala (Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.56)


(25)

Tabel 2.3. Klasifikasi Panjang Kepala menurut Lebzelter / Seller Laki- laki Wanita Sangat pendek

Pendek Sedang Panjang Sangat panjang

x-169 170-177 178-185 186-193 194- x

x-161 162-169 170-176 177-184 185-x

(Dikutip dari : Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.56)

2.5.1.2. Lebar kepala

Untuk lebar kepala diukur jarak antara kedua euryon (eu-eu), dicari dengan memutar kaliper pada sisi kepala, secara tegak lurus terhadap bidang median- sagital, sekaligus diperhatikan skala. dengan jari ke-3 di cari daerah paling lebar dikepala, lalu dengan memutar jarum kaliper, dari putaran agak luas sampai yang makin kecil ditentukan ukuran lebar maksimal3.

Gambar 2.4. lebar kepala (Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.56)


(26)

Tabel 2.4. Klasifikasi Lebar kepala menurut Lebzelter/ Saller Laki- laki Wanita Sangat sempit Sempit Sedang Lebar Sangat lebar x-139 140-147 148-155 156-165 166-x x- 134 135-141 142-149 150-157 158-x

(Dikutip dari : Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.56)

2.6. Indeks facial

Secara umum morfologi bentuk wajah dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin dan usia. Walaupun bentuk wajah setiap orang berbeda, seseorang mampu mengenal ribuan wajah karena ada kombinasi unik dari kontur nasal, bibir, rahang dan sebagainya yang memudahkan seseorang untuk mengenal satu sama lain. Bagian-bagian yang dianggap mempengaruhi wajah adalah tulang pipi, hidung, rahang atas, rahang bawah, mulut, dagu, mata, dahi dan supra orbital. Komplek muka berhubungan dengan basis kranium, oleh karena itu pertumbuhan basis kranium pada tahap awal menentukan pola dimensi, sudut dan topografi muka7. Berdasarkan bentuknya, tipe wajah pada manusia di bagi menjadi tiga yaitu3

1.

Dolichofacial (leptoprosopic) :

Bentuk kepala dolichocephalic yang panjang dan oval membuat pertumbuhan wajah menjadi sempit, panjang dan protrusif. Tipe wajah ini disebut dengan leptoprosopic. Sudut lekukan dan turunnya hidung akan meningkat bila panjang hidung meningkat. Jadi, konveksivitas hidung lebih tinggi pada orang yang memiliki hidung panjang. Oleh karena bagian hidung dari tipe wajah leptoprosopic lebih protusif, glabela dan lingkaran tulang orbital


(27)

bagian atas menjadi lebih sangat menonjol sedangkan tulang pipi menjadi terlihat kurang menonjol, selain itu mata juga terlihat cekung.

Tipe wajah juga mempengaruhi bentuk lengkung rahang, bentuk wajah yang sempit dan panjang akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang panjang, sempit dan dalam. Selain itu, mandibula dan bibir bawah cenderung menjadi retrusif sehingga profil wajah menjadi cembung

3,7

7

2. Brachifacial (euryprosopic)

.

Bentuk kepala brachicephalic yang bulat dan luas membuat pertumbuhan wajah menjadi lebih lebar dan agak protrusif. Tipe wajah ini disebut dengan

euryprosopic. Pada euryprosopic, hidung cenderung pendek dan ujung hidung sering naik sehingga lubang hidung sering terlihat. Tulang pipi yang lebih lebar, datar, dan kurang protusif membuat konfigurasi tulang pipi terlihat jelas berbentuk persegi. Bola mata juga lebih besar dan menonjol karena kavitas orbital yang dangkal. Karakter wajah seperti ini membuat tipe euryprosopic terlihat lebih menonjol dari pada leptoprosopi

3. Mesofacial (Mesoprosopic)

7,19

Bentuk kepala mesocephalic merupakan bentuk kepala yang oval. Tipe wajah yang dihasilkan berukuran sedang sehingga bentuk hidung, dahi, tulang pipi, bola mata, dan lengkung rahang juga berukuran menengah7,19.


(28)

2.6.1. Pengukuran Indeks Facial

Kompleks muka berhubungan dengan basis kranium, oleh karena itu pertumbuhan basis kranium pada tahap awal menentukan pola dimensi, sudut dan topografi muka. Indeks wajah dapat di hitung dengan rumus :

Indeks wajah20 = panjang wajah (n-gn) lebar wajah (zy- zy)

x 100

Tabel 2.5. Klasifikasi Indeks Facialmenurut Martin :

Hypereuryprosop x- 78,9 x-76,8 Laki- laki Wanita

Euryprosop 79,0- 83,9 77,0-80,9 Mesoprosop 84,0-87,9 81,0-84,9 Leptoprosop 88,0-92,9 85,0-89,9 Hyperleptoprosop 93,0- x 90,0- x (Dikutip dari : Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.60)

2.6.1.1. Panjang Wajah

Untuk panjang wajah di ukur dari titik nasion sampai titik gnathion (n-gn), temukan titik nasion (dengan jari telunjuk atau jari tengah) dan dengan jarum kaliper geser dipegang pada titik nasion, dengan tangan kanan jarum mobil digeser dari bawah keatas sampai ujungnya kena pada gnathion3

.

Gambar 2.6. Panjang wajah (Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.58)


(29)

Tabel 2.6. Klasifikasi Panjang Wajah menurut Lebzelter/ Saller

Laki- laki Wanita Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

x-111 112-117 118- 123 124- 129 130- x

x-102 103- 107 108- 113 114- 119 120-x

(Dikutip dari : Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.59)

2.6.1.2. Lebar wajah

Lebar wajah diukur dari jarak antara kedua zygion (zy- zy), kaliper ditarik dari arah kuping ke depan pada lengkung pipi, sementara di perhatikan skala, di baca ukuran maksimal3

.

Gambar 2.7. Lebar wajah (Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.57)


(30)

Tabel 2.7. Klasifikasi Lebar Wajah menurut Lebzelter/ Saller

Laki- laki Wanita Sangat sempit x-127 x-120 Sempit 128-135 121- 127 Sedang 136-143 128- 135 Lebar 144-151 136- 142 Sangat lebar 152-x 143-x (Dikutip dari : Metode Pengukuran Manusia, oleh Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati, Airlangga University Press. 2008.h.57)


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

- Suku di Indonesia adalah suku asli orang Indonesia. - Alat ukur adalah caliper lengkung dan caliper geser

- Hasil ukur adalah hasil yang diperoleh pada pengukuran indeks kepala yaitu perbandingan lebar kepala dengan panjang kepala dikali seratus dan indeks wajah yaitu perbandingan panjang muka dengan lebar zygion dikali seratus dengan menggunakan caliper lengkung dan caliper geser.

- Suku

- Jenis kelamin

Indeks kepala


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian: Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik FK USU RSUP H.Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan.

Waktu penelitian: dilaksanakan dalam periode waktu 4 bulan (Juni sampai September 2011)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi target: mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Populasi terjangkau: mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan yang memenuhi kriteria inklusi periode juni sampai September 2011.

3. Sampel penelitian: sampel penelitian dilakukan dan diperoleh dari mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan.

4. Cara pengambilan sampel dengan consecutive sampling, semua orang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel terpenuhi.


(33)

4.4. kriteria Inklusi dan eksklusi 4.4.1. Kriteria Inklusi

1. Berusia minimal 21 tahun

2. Kedua orang tua mempunyai suku yang sama dengan subjek 3. Bersedia ikut serta dalam penelitian.

4.4.2. Kriteria eksklusi

- Subjek penelitian memakai penutup kepala

- Subjek penelitian yang memiliki kelainan kranio facial - Subjek penelitian memiliki orang tua yang berlainan suku - Subjek penelitian pernah melakukan operasi pada wajah . 4.5. Perkiraan Besar Sampel

n = Z2 p(1-p) d

2

Z2

p = proporsi suku

= tingkat kepercayaan 95 % = 1,96

d = ketepatan penelitian = 0,05 hasil : n = 385 □ 400

4.6. Persetujuan setelah penjelasan / inform Consent

Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan setelah terlebih dahulu diberi penjelasan, sebelum di lakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur Antropometris Kaliper geser dan Kaliper lengkung kecil.


(34)

4.7.Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang dihitung, meliputi : 1. Indeks cephalic = lebar kepala (eu-eu) x 100

Panjang kepala (g-op)

2. Indeks facial = panjang muka (n-gn) x 100 Lebar bizygomatic (zy-zy) 4.8.Alat dan Bahan Penelitian :

a. Status subjek sebagai data subjek

b. Kaliper lengkung kecil merk Vernier buatan china diantara kedua batang terdapat lengkungan yang berskala sampai dengan 40 cm.

c. Kaliper geser merk Vanier buatan china terdiri dari sebatang mistar yang berskala sampai 30 cm.


(35)

4.9. Cara kerja

Dilakukan pendataan terhadap subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek diminta persetujuan setelah terlebih dahulu diberi penjelasan

(inform consent), posisi subjek duduk dengan kepala tegak, agar pengukuran mudah dilakukan. Lakukan pengukuran panjang kepala dari glabela sampai opisthion (g-op) , lebar kepala yang diukur dari jarak kedua euryon (eu-eu), panjang muka yang diukur dari titik nasion sampai titik gnation (n-gn), lebar muka yang diukur dari jarak antar kedua zygion (zy-zy) dengan metode Martin.

4.10. Identifikasi Variabel Variabel bebas : suku

Variabel tergantung: indeks cephalik, indeks facial.

4.11.Pengolahan dan Analisa Data 1. Editing

Memeriksa ketepatan dan kelengkapan semua data yang diperoleh, data yang belum lengkap atau ada kesalahan, dilengkapi dengan mewawancarai ulang subjek penelitian.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode secara manual sebelum diolah dengan computer.

3. Entri

Memasukkan data yang telah dibersihkan ke dalam program computer.

4. Cleaning data

Memeriksa semua data yang telah dimasukkan ke dalam program computer agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasukan data.


(36)

6. Analisa data

Data di analisa dengan menggunakan tehnik komputerisasi, program SPSS 17.0 (statistic product and service sokotio), dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL PENELITIAN

Jumlah sampel penelitian yang diperoleh dari mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU dr. Pirngadi Medan mulai juni sampai September 2011 berjumlah 402 orang, terdiri dari 187 laki-laki dan 215 perempuan.

Data yang dikumpulkan, disajikan dalam bentuk tabel dan dilakukan analisis univariat (statistic deskriptif).

Tabel 5.1.Perbandingan Indeks Cephalic berdasarkan suku- suku

Suku N Mean SD P

Aceh 81 82,55 5,30 P < 0,05 Batak Toba 77 82,67 4,69 P < 0,05 Karo 51 82,66 4,81 P < 0,05 Jawa 68 84,48 4,41 P < 0,05 Mandailing 49 81,80 4,36 P < 0,05 Melayu 30 83,41 8,48 P < 0,05 Minang 40 81,48 4,56 P < 0,05 Nias 6 86,28 4,53 P < 0,05 Jumlah 402 82,84 5,16


(38)

Tabel 5.2. Perbandingan Indeks Cephalic berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin n Mean SD P

Laki- laki 187 82,85 4,59 P < 0,05

Perempuan 215 82,83 5,62 P > 0,05

Jumlah 402 82,84 5,10 T. Independen

Tabel 5.3. Perbandingan Indeks cephalic suku berdasarkan jenis kelamin

Suku Laki-laki Perempuan

N Mean SD N Mean SD

Aceh 46 82,93 6,04 35 82,05 4,16 Batak Toba 27 83,71 4,37 50 82,10 4,80 Karo 19 82,99 3,72 32 82,46 5,39 Jawa 31 84,74 4,04 37 84,27 4,74 Mandailing 29 82,18 3,71 20 81,25 5,22 Melayu 9 81,61 4,69 21 84,19 9,67 Minang 23 79,92 1,71 17 83,59 6,20 Nias 3 82,85 4,60 3 86,66 5,46

Jumlah 187 82,85 4,59 215 82,83 5,62


(39)

Tabel 5.4.Klasifikasi Indeks Cephalic

Suku Laki-laki Perempuan

Brachycepahli c

Mesocephali c

Brachycepahli c

Mesocephali c

Aceh 82,93 82,05

Batak Toba

83,71 82,10

Karo 82,99 82,46

Jawa 84,74 84,27

Mandailin g

82,18 81,25

Melayu 81,61 84,19

Minang 79,92 83,59

Nias 82,85 86,66

Uji Anova

Tabel 5.5.Perbandingan Indeks Facial berdasarkan suku- suku

Suku N Mean SD P

Aceh 81 88,55 8,97 P > 0,05 Batak Toba 77 85,70 6,31 P > 0,05 Karo 51 84,48 7,19 P > 0,05 Jawa 68 86,38 6,76 P > 0,05 Mandailing 49 86,52 8,19 P > 0,05 Melayu 30 84,47 7,38 P > 0,05 Minang 40 87,39 7,41 P > 0,05 Nias 6 86,76 7,54 P > 0,05

Jumlah 402 86,43 7,59


(40)

Tabel 5.6. Perbandingan Indeks Facial berdasarkan Jenis kelamin Jenis kelamin n Mean SD P Laki- laki 187 88,06 7,90 P > 0,05

Perempuan 215 85,01 7,02 P > 0,05

Jumlah 402 86,53 7,46 T. Independen

Tabel 5.7. Perbandingan Indeks facial suku berdasarkan jenis kelamin

Suku Laki-laki Perempuan

N Mean SD N Mean SD

Aceh 46 89,76 9,88 35 86,96 7,45 Batak Toba 27 87,14 5,45 50 84,92 6,65 Karo 19 85,61 6,34 32 83,80 7,66 Jawa 31 88,99 7,79 37 84,19 4,87 Mandailing 29 87,98 9,04 20 84,40 6,41 Melayu 9 85,93 7,31 21 83,84 7,50 Minang 23 88,06 5,65 17 86,49 9,40 Nias 3 82,23 5,55 3 90,30 8,60

Jumlah 187 88,06 7,90 215 82,83 5,62


(41)

Tabel 5.8. Klasifikasi Indeks Facial

Suku Laki-laki Perempuan

Brachycepahli c Mesocephali c Brachycepahli c Mesocephali c

Aceh 89,76 86,96

Batak Toba

87,14 84,92

Karo 85,61 83,80

Jawa 88,99 84,19

Mandailin g

87,98 84,40

Melayu 85,93 83,84

Minang 88,06 86,49

Nias 88,23 90,30

Uji Anova

5.2. PEMBAHASAN

Untuk Rata- rata Indeks Cephalic : 1. Suku Aceh

- Laki- laki 82,93 - Perempuan 82,05. 2. Suku Batak Toba

- Laki- laki 83,71 - Perempuan 82,10. 3. Suku Karo

- Laki- laki 82,99 - Perempuan 82,46. 4. Suku Jawa

- Laki- laki 84,74 - Perempuan 84,27.


(42)

5. Suku Mandailing

- Laki- laki 82,18 - Perempuan 81,25. 6. Suku Melayu

- Laki- laki 81,61 - Perempuan 84,19. 7. Suku Minang

- Laki- laki 79,92 - Perempuan 83,59. 8. Suku Nias

- Laki- laki 82,85 - Perempuan 86,66.

Untuk Rata- rata Indeks Facial : 1. Suku Aceh

- Laki- laki 89,76 - Perempuan 86,96. 2. Suku Batak Toba

- Laki- laki 87,14 - Perempuan 84,92. 3. Suku Karo

- Laki- laki 85,61 - Perempuan 83,80. 4. Suku Jawa

- Laki- laki 88,99 - Perempuan 84,19. 5. Suku Mandailing

- Laki- laki 87,98 - Perempuan 84,40.


(43)

6. Suku Melayu

- Laki- laki 85,93 - Perempuan 83,84. 7. Suku Minang

- Laki- laki 88,06 - Perempuan 86,49. 8. Suku Nias

- Laki- laki 82,23 - Perempuan 90,30.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

- Indeks cephalic orang Indonesia berdasarkan suku mempunyai perbedaan bermakna.

- Indeks cephalic orang Indonesia berdasarkan jenis kelamin mempunyai perbedaan bermakna.

- Indeks facial tidak mempunyai perbedaan bermakna.

- Indeks cephalic orang Indonesia dapat digunakan dalam membantu identifikasi orang Indonesia.

6.2.SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kota yang lain atau pulau yang lain, beserta jumlah sampel yang lebih banyak.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mundiyah, M. Hubungan Ukuran Mesiodistal Gigi Intra dan

Intermaksiler pada orang Kaukasoid. Berkala Antropologi Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 1983.

2. Foster, T.D. A Textbook of Ortodontics. Blackwell Sceintific Publication. Oxford London Edinburg Melbourn. Pp 17- 24.

3. Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati T. Metode Pengukuran Manusia. Airlangga University Press. 2008.h. 3, 55- 59.

4. Amir A. Identifikasi. Dalam : Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi kedua. Bagian Ilmu Kedokteran FK- USU. Medan : 2005. h. 178-203.

5. Nandy A. Identification Of Individual. In Principle Of Forensic Medicine. 2nd

2000.P. 48-49.

Edition. New Central Book Agency Publisher. Calcuta.

6. Porter JP. Anthropometri Facial Analysis of the African American Woman. In : Original Article. 2001. Downloaded from arch.ama-assn.org by guest,on 30 may 2011.

7. Rahmawati et al. Kajian Kefalometrik (Studi perbandingan antara suku Jawa Di Yokyakarta dan suku Naulu di pulau Seram,

Maluku tengah). Bagian Anatomi, Embriologi dan Antropologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta Tokyo University, Tokyo Japan. 2003. 8. Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati T. Metode Pengukuran Manusia.

Airlangga University Press. 2008.h. 3, 55- 59.

9. Indriati, E. Identifikasi Rangka manusia, Aplikasi Antropologi Biologis Dalam Konteks Hukum. Dalam : Antropologi Forensik. CetakanPertama. Gadjah mada University Pres, Yokyakarta: 2004. h.1-46.


(46)

10. Wahid SA. Identifikasi. Dalam: Patologi Forensik. Dewan Bahasa dan Pustaka kementrian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 1993: 13-48.

11.Parikh C.K. Personal Identity, Identification in Mass Disasters. In :

Textbook of Medical Jurisprudence and Toxikology.

Medicolegal Centre. Bombay. 1989. 29-82.

12. Pengetahuan- pengetahuan Dunia, 2011. Asal Usul Nenek Moyang

Bangsa Indonesia

13. Glinka J. Antropometri dan Antroposkopi. Surabaya: FlSlP Unair, 1990. h.1-77.

14. Gonzales T, Vance M, Helpern M, Umberger C. Indentification of the Dead.In: Legal Medicine Pathology And Toxicology. Second Edition. New York. 1954. h.22-42.

15.Modi’s. Personal Identity. In: Textbook of Medical Jurisprudence And Toxicology. Twenty first Edition. Bombay. 1988. h. 28-32. 16. Harrison GA, Weiner IS, Tanner JM, Banicot NA. Human Biology.

London: Oxford University Press. 1970.

17. Raharjo P. Diagnosis ortodontik. Cetakan pertama. Airlangga university Press. Surabaya: 2008.h. 25-26.

18.Helmer Richard P. Anatomical and Artistic Guidelines for Forensic Facial reconstruction.In : Forensic Analysis of the Skull. Experimentelle Rechtsmedizin derUniversitat Bonn. Jerman. 1993.h.219-221.

19. Greber, T.M. Orthodontics, Principle and Practice, 3 nd

Saunders Co., Philadhelphia, London, Toronto. 1972. , ED., W.B.

20. Olivier G. Practical Anthropology. Springfield: Charles C Thomas Publisher, 1969.

21. Comas J. Manual of Physical Antropology. Springfield: Charles C Thomas Publisher. 1960.


(47)

22.Sastroasmoro S, Ismael S. Uji klinis. Dalam: Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 2002. h. 79-259.


(48)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama : Netty Herawati Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Langsa, 22 Juni 1975 Agama : Islam

Alamat : Villa Mutiara Johor I Blok.E No. 2 Deli Serdang Telepon : 085262996950

Email

Riwayat Pendidikan

Tahun 1983 - 1987 : SDN Birem Puntong Tahun 1987 - 1990 : SMPN 6 Langsa Tahun 1990 – 1993 : SMAN I Langsa

Tahun 1993 – 2002 : Pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Tahun 2008 – Sekarang : Pendidikan spesialis di bidang ilmu Kedokteran Forensik


(49)

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2002 – 2003 : PTT di RSU Kota Langsa Tahun 2006 : PNS di RSU Kota Langsa


(50)

Lampiran 1

BIAYA PENELITIAN

1. Pembelian alat ukur : Rp. 500.000 2. Akomodasi dan transportasi : Rp. 2.000.000 3. Penyusunan dan penggandaan hasil : Rp. 3.000.000 4. Seminar proposal penelitian : Rp. 700.000

5. Seminar hasil penelitian : Rp. 3.000.000


(51)

Lampiran 2

JADWAL PENELITIAN

JENIS KEGIATAN JUNI- SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER

5-10 11-17 18-24 25-31 1-7 8-14 15-21 22-3 1-5 6-16

Proposal penelitian Persiapan

Pelaksanaan Penelitian Penyusunan Laporan


(52)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN

PENENTUAN INDEKS KEPALA DAN WAJAH ORANG INDONESIA BERDASARKAN SUKU DI KOTA MEDAN

Sdr/i Yth,

Saya sedang meneliti tentang penentuan indeks kepala dan wajah orang Indonesia berdasarkan suku di kota Medan. Dimana penentuan indeks kepala dan wajah ini dilakukan pengukuran panjang kepala, lebar kepala, panjang wajah dan lebar wajah. Penentuan indeks ini dapat memberi gambaran bentuk kepala, apakah lonjong (dolichocephal) dengan tipe wajah leptoprosopic, bentuk kepala sedang (brachycephal) dengan tipe wajah euprosopic atau bentuk kepala bulat (mesocephal) dengan tipe wajah Mesoprosopic. Beberapa penelitian terdahulu telah menyebutkan bahwa variasi regional dalam ukuran- ukuran antropometrik selalu ditemui, bahkan dalam satu populasi maupun dalam subras. Pada penelitian ini saya akan melakukan pengukuran pada kepala dan wajah pada setiap suku yang ada, untuk melihat apakah ada perbedaan antara bentuk kepala dan wajah berdasar suku dan jenis kelamin.

Partisipasi Sdr/i dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan. Terima kasih.

Medan, Februari 2011 Hormat Saya


(53)

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Suku :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian ” Penentuan Indeks Kepala Dan Wajah Orang Indonesia Berdasarkan Suku Di Kota Medan ” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan...2011


(54)

Lampiran 4

DATA PENELITIAN SUBJEK

PENENTUAN INDEKS KEPALA DAN WAJAH ORANG INDONESIA BERDASARKAN SUKU DI KOTA MEDAN

No Nama Jk umur Suku LK PK PM LBz IC Ifc

1 Ar L 27 B. Toba 16 18.5 11.2 12 86.5 93.3

2 Nu P 23 B. Toba 15 18.5 10.7 11.5 81.1 93.0

3 Er L 26 Padang 15 19 11.2 14 78.9 80

4 Har L 24 B. Karo 15.5 18 10.1 12 86.1 84.1

5 Aan L 25 Jawa 16 18 10.6 12 88.9 88.3

6 Ra P 28 Minang 14 18 10.2 12 77.8 85

7 Abd L 21 Mndling 15.5 18 10.4 12 86.1 86.7

8 Ipl L 24 B.Toba 17 19 10.6 14 89.5 75.7

9 Bb P 21 Karo 15 18 9.4 15 83.3 62.7

10 Win P 24 Padang 15 17 8.4 12 88.2 70

11 Wt P 27 Jawa 14.5 16.5 9.3 11 87.9 84.5

12 Dn P 26 Jawa 15 16 9.3 11.5 93.8 80.9

13 Tr P 22 Mndling 14.5 17.5 9.7 11 82.9 88.2

14 Tt L 24 Jawa 16 19 11 13 84.2 84,6

15 Sr L 27 Mndling 14 17.5 9.9 11 80 90

16 Iwn L 25 Pak-pak 14.5 18 10.9 12 80.6 90.8

17 And L 25 Jawa 15 16.5 9.9 15 90.9 66

18 Ipn L 25 B. Toba 15 18 10.9 11 83.3 99.0

19 In P 29 Jawa 15 18 10 12 83.3 83.3

20 Ant L 25 Jawa 15 18 10.2 12 83.3 85

21 Ikbl L 25 Mndling 15 19 10.8 14 78.9 77.1

22 Intn P 24 Minang 15 16 9.4 11.5 93.7 81.7

23 Ln P 25 Jawa 15 17.5 10.3 12 85.7 85.8

24 Aswn L 23 Melayu 15 17 10.3 12 88.2 79.2

25 Rn L 21 Melayu 15 17.5 11 14 85.7 78.5

26 Ppn P 26 Smlngun 15 17.5 10.2 11.5 85.7 88.7

27 Dn P 25 Smlngn 15 17.2 11.1 10.2 87.2 108

28 Ni P 29 Mndling 15 17.5 9.3 11 85.7 84.5

29 Rn L 28 Jawa 17 19.5 11.1 11.5 87.1 96.5


(55)

31 Ksih P 21 Karo 15 17 9.9 11.5 88.2 86.1

32 Nrmi P 26 Aceh 14 18 9.7 11 77.8 88.1

33 Nni P 27 Jawa 14.5 17 10.3 11.5 85.3 90.4

34 Arm L 24 B. Toba 15 19 10.4 11.5 78.9 90.4

35 Inn P 25 Mndling 14 17.5 9.4 11 80 85.5

36 Jan P 27 Melayu 14.5 17.5 9.9 11 82.9 90

37 Nrl P 27 Melayu 15 17.5 9.9 14 85.7 70.7

38 Ern P 24 Mndling 14 17 9.2 12 82.3 70.8

39 Sul P 24 Pak-pak 14.5 17.5 11 12 82.9 91.7

40 An P 25 Jawa 14.5 16.5 9.5 12 87.9 79.1

41 Iwn L 27 Jawa 15.5 19.5 11 12 79.5 91.7

42 Ict P 24 Aceh 14 18 12 11.5 77.8 104

43 Rja L 25 Aceh 16 19 11.2 12 84.2 93.3

44 Frdus L 27 Aceh 14 18 17 12 77.8 141

45 Mshd L 27 Jawa 15 18 11 12 83.3 91.7

46 Slmt L 27 Jawa 15.5 19 12 13 81.6 92.3

47 Grhn L 28 Melayu 15.5 19 11.2 12 81.6 93.3

48 Mnjlt L 22 Melayu 15 19.5 10.6 11.5 76.9 92.1

49 Mktr L 23 Mndling 14.5 18 13 11.5 80.6 113

50 Don P 28 B. Toba 15 18 9.7 11.5 83.3 84.3

51 Lsd L 28 B. Toba 16 17.5 11 12.5 91.4 88

52 Jlna P 27 Melayu 15 18 9.4 11.5 83.3 81.7

53 Sd L 25 Aceh 15 18.5 9.6 12 81.0 80

54 Amn L 23 Jawa 15 17 9.7 11.5 88.2 84.3

55 Sr P 24 Jawa 15 17.5 11 12 85.7 91.7

56 Slbh P 25 Aceh 14 17 9.2 11 82.4 836

57 Indr P 26 Jawa 14.5 17 9.9 12 85.2 82.,5

58 Dni P 27 Minang 14 17.5 13 12 80 108

59 Wti P 23 Jawa 14.5 17 10 12 85.3 83.3

60 Smsdr P 21 Aceh 14.5 18 8.9 11.5 80.6 77.4


(56)

62 Rsni P 28 Mndling 15 17 9.9 12 88.2 82.5

63 Mlni P 29 Aceh 13.5 17.5 9.4 11.5 77.1 186

64 Amr L 24 Aceh 15.5 17 9.9 12 91.2 82.5

65 Rsmwt P 25 Jawa 15.5 18 10.2 12 86.1 85

66 Adm L 26 Aceh 15 19.5 10 12 76.9 83.3

67 An P 24 Jawa 15 17.5 9.9 13 76.9 76.2

68 Nnng P 29 Jawa 14.5 17.5 9.4 11 82.9 85.5

69 Msnti P 28 Jawa 14 17.5 10 11 80 90.9

70 Syrfllh L 26 Jawa 15.5 18.5 10.5 12.5 83.8 84

71 Nrl ftr P 24 Aceh 15 18 9.5 11 83.3 86.4

72 Frdn P 24 Simalungun 14.5 17 9.4 11.5 85.3 81.7

73 Yn P 23 Simalungun 14.5 17.5 10.5 11.5 82.9 91.3

74 Llk L 25 Nias 14.5 18 9.6 11 80.6 87.3

75 Mld P 22 Mndling 15 17 9.1 11.5 88.2 79.1

76 Ynt P 22 Aceh 14.5 18 10.1 11.5 80.6 87.8

77 Nn P 26 Minang 15.5 18 10.2 13 86.1 78.5

78 Rr P 21 Melayu 14.5 17.5 9.9 12.5 82.9 79.2

79 Id P 25 Jawa 14 17 9.2 11.5 82.4 80

80 Bstm L 27 Minang 14.5 18 10.8 11.5 80.6 93.9

81 Nrl P 29 Aceh 14.5 17.5 9.9 11.5 82.9 86.1

82 Nrchya P 28 Aceh 15 18 9.6 11.5 83.3 83.5

83 Ev P 25 Minang 14.5 17 9.5 11.5 85.3 82.6

84 Spni P 26 Jawa 14.5 17 10.1 12.5 85.3 80.8

85 Eri L 24 B. Toba 16 18.5 10.5 13 86.5 80.8

86 Id P 25 B. Toba 14 17.5 9.1 11 80 82.7

87 Mrsd P 25 B. Toba 13 17 9.7 10.5 76.5 92.4

88 Idynti P 26 Nias 15 17 10 10 88.2 100

89 Hbbh P 25 Nias 14.5 18 9.2 11 80.6 83.6

90 Rdh P 27 Karo 14 17 9.8 10.5 82.4 93.3

91 Smsdr P 25 Aceh 13.5 17 9.6 10 79.4 96


(57)

93 Tno L 25 Aceh 15 18 11.4 11 83.3 103

94 Kmsdn L 22 Gayo 15 17 9.8 11.5 88.2 85.2

95 Jmldin L 23 Gayo 15.5 17.5 10.8 12 88.6 90

96 Symsdn L 25 Gayo 15 17.5 10.7 12 85.7 89.2

97 Andk L 25 Mndling 15 18.5 10.5 11.5 81.1 91.3

98 Znl L 21 Mndling 14.5 18 9.7 12 80.6 80.8

99 Afn P 23 B. Toba 14.5 17 9.3 12 85.3 77.5

100 Adl L 26 B. Toba 15 17 10.1 12 88.2 84.1

101 Zlkfl L 23 Nias 15 17 9.4 11 88.2 85.5

102 Zl L 25 Mndling 15 18 10.5 11.5 83.3 91.3

103 Hrstdi L 21 Karo 15 19 10 12 78.9 83.3

104 Symsr L 23 Aceh 19 17.5 10.2 11,2 108 91.1

105 Syhrl L 26 Mndling 15 18.5 10.4 12 81.1 86.7

106 Hsn bsr L 29 Aceh 15.5 18 11.5 12 86.1 95.8

107 Symsr L 25 Aceh 15.5 18 9.9 11.5 86.1 86.1

108 Hmrdn L 26 Minang 15 18.5 10.4 11.4 81.1 91.2

109 Ncls L 27 Minang 15 18.5 10.5 12 81.1 87.5

110 Zlbhr L 28 Aceh 16 19.5 10.5 12 82.1 87.5

111 Ismbn L 25 Karo 16 18.5 11.2 12 86.5 93.3

112 Itwti P 28 Karo 17.5 17 10.5 17.5 102 60

113 Jli L 23 Aceh 14.5 17 10 11.5 85.3 86.9

114 Mskrdi L 23 Jawa 15 16.5 9.1 11 90.9 82.7

115 Nrhyti P 28 Aceh 14.5 18.5 10.2 12 78.4 85

116 Ral P 25 Aceh 14 17.5 9.9 11.5 80 86.1

117 Nlwti P 22 Aceh 14 17.5 10 11 80 90.9

118 Mrn P 22 Jawa 15.5 18.5 10.8 12.5 83.7 86.4

119 Nrm P 28 Aceh 14.5 17 9.5 11 85.3 86.4

120 Nni P 25 Jawa 14 14.5 9.8 11 96.6 89.1

121 Hrn P 25 Jawa 14 17.5 9.7 11.5 80 84.3


(58)

123 Nni P 29 Mandling 14 17.5 9.1 12 80 75.8

124 Tti P 28 Jawa 15 17 9.2 10.5 88.2 87.6

125 Mrn L 27 Jawa 15 18.5 10.9 12 81.1 90.8

126 Id P 24 Aceh 12.5 17 8.5 10.5 73.5 80.9

127 Inta P 27 Aceh 15.5 17.5 10.2 11.5 88.6 88.7

128 Wni P 27 Aceh 15 17.5 10.2 11 85.7 92.7

129 Smti P 21 Jawa 13 16.5 9 11.5 78.8 78.3

130 Hsnhdti P 21 Melayu 17 14 9.6 11 121 87.3

131 Dw P 29 Jawa 14.5 17.5 9.3 11 82.9 84.5

132 Mrzl L 27 Aceh 14.5 18.5 10.4 11.5 78.4 91.3

133 Zndi L 29 Jawa 16 17.5 10.7 12 91.4 89.2

134 Znir P 27 Minang 15 17 10.3 11 88.2 93.6

135 Kst L 26 Gayo 15 19 10.8 12.5 78.9 86.4

136 Ek ylni P 26 Aceh 15 17 10.2 10.5 88.2 97.1

137 Ep P 26 Aceh 15 18.5 9.2 11 81.1 83.6

138 Hni P 26 Jawa 15.5 17 10.1 13 91.2 77.5

139 A. Mrdh P 25 Aceh 15 18 10.2 11.5 83.3 65.8

140 Mg P 28 B. Toba 14.5 18 10.3 12 80.6 85.8

141 Fnt P 25 Jawa 14 17 9.3 11 82.3 84.5

142 Sbndr L 28 Jawa 14.5 16.5 10.6 11.5 87.9 92.2

143 Irwn L 27 Aceh 17 18 9.7 12 94.4 80.8

144 Mri P 29 Jawa 14.5 17.5 9.5 12 82.9 79.2

145 Fzh P 26 Aceh 14.5 17 8.8 12 85.3 73.3

146 Ysln P 27 Aceh 14 18 9.6 12 77.8 80

147 Ash P 26 Aceh 13 16 9.7 12.5 81.3 77.6

148 Hsnh P 24 Gayo 14.5 18 10.3 12 80.6 85.8

149 Jhr L 21 Aceh 15 18 11.2 11.5 83.3 97.4

150 Syrfh P 27 Melayu 16 18 10.3 12 88.9 85.8

151 Symsh P 27 Tamiang 14 18 10.8 11 77.8 98.2


(59)

153 Nlwti P 25 Jawa 15 19 9.9 12 78.9 82.5

154 Nchrd P 26 Mndling 13 17.5 9,6 11 74.3 87.3

155 Ftmh P 25 Mndling 13 17 10.2 11 76.5 92.7

156 Rmlh P 29 Mndaling 13.5 17 10.2 10.5 79.4 97.1

157 Sdh P 24 Aceh 14.5 19 10.4 12 76.3 86.7

158 Hbi L 23 Aceh 15 18 10.8 11.5 83.3 93.9

159 Ann mrdh P 25 Aceh 13 16 10.8 10.5 81.3 102

160 Hlm L 24 Aceh 15 18.5 9.8 12 81.1 81.7

161 Afdn L 21 Mndling 15 18 9.5 12 83.3 79.2

162 Syhptr L 24 Mndling 14.5 18 10 12 80.6 83.3

163 Amr L 25 Mndling 15 18 9 13 83.3 69.2

164 Ismyhrn L 26 Nias 16 18 10 13 88.9 76.9

165 Jnrdi L 26 Aceh 14 18 9.9 11.5 77.8 86.1

166 Ign L 24 Aceh 14.5 18.5 10.3 11 78.4 93.6

167 Bhrmsyh L 24 Minang 14.5 18.5 11.4 11.5 78.4 99.1

168 M. Amn L 23 Minang 14.5 18 11.2 12 80.6 93.3

169 Zlml L 29 Minang 14 17.5 9.5 12.5 80 76

170 M.Adnn L 21 Minang 14 17.5 9.3 12 80 77.5

171 Bstmi L 25 Mndling 15 19 12 12 78.9 100

172 M. sbi L 25 Minang 14.5 18 11 12 80.6 91.7

173 Ijmr L 23 Aceh 14 18.5 10.3 11.5 75.7 89.6

174 Anwr L 25 Jawa 14.5 19.5 11.4 11 74.4 103

175 Ilys L 28 Aceh 15 18 10.3 12 83.3 85.8

176 Rdwn L 29 Melayu 14 18 9.6 12 77.8 80

177 Why L 22 Minang 14 18 10.7 11 77.8 97.3

178 Mlydi L 23 Minang 14 17 9.9 10.5 82.4 94.3

179 Fhm L 27 Minang 14 17.5 9.6 11 80 87.3

180 M. Rzl L 24 Aceh 15 17.5 10.4 12 85.7 86.7

181 Drmd L 25 Aceh 15 18.9 10.4 11 79.4 94.5


(60)

183 Khrdn L 24 Mandling 15.5 18.5 10.8 12.5 83.8 86.4

184 Rzk L 25 Mandling 15,5 18 11.9 12.5 86.1 99.2

185 Azhri L 23 Mandling 14 17.5 10.9 12 80 90.8

186 Ags L 23 Karo 14.5 18 11.6 12 80.6 96.7

187 St zhr P 24 Melayu 14.5 17 9.3 11.5 85.3 80.9

188 Engk eml P 23 Melayu 14 17 9 11 82.4 81.8

189 Elsbth P 27 Karo 14 18 9.6 11 77.8 87.3

190 Prpt L 29 Jawa 16 19 12.6 13 84.2 96.9

191 Ek L 29 Mndling 15 19 11.4 12 78.9 95

192 Ra P 24 Mndling 14 17.5 9.8 11 80 89

193 gfr L 23 Mndling 15.5 18 10.9 12 86.1 90.8

194 Hna L 23 Mndling 14.5 17.5 10.5 12 82.9 87.5

195 Mntr L 28 B. Toba 15.5 19.5 10.7 12 79.5 89.2

196 Mrs L 22 B. Toba 15 17.5 10.5 12 85.7 87.5

197 Dna L 21 Jawa 14.5 17.5 10.2 12 82.9 85

198 Ry L 28 B. Toba 15.5 19 11.3 13 81.6 86.9

199 Sr P 29 Jawa 14.5 18 10 12 80.6 83.3

200 Mrln L 25 Minang 15.5 19.5 10.5 12 79.5 87.5

201 Ai P 24 Minang 14 16 8.9 11 87.5 80.9

202 Prnta P 25 Nias 15.5 17 9.6 11 91.2 87.3

203 Hrndi L 24 Minang 14.5 18 10.2 12 80.6 85

204 Rsk P 24 Minang 14 17 10 12 82.4 83.3

205 Nrsh P 25 Mndling 14 17 9.8 11 82.4 89.1

206 Yn P 25 Melayu 11 16 9.5 11.5 68.8 82.6

207 Hrl L 24 Minang 14.5 18.5 10.4 12 78.4 86.7

208 Rc L 26 Minang 14.5 19 10.4 12 76.3 86.7

209 Eln P 22 Padang 13.5 17.5 9.6 11.5 77.1 83.5

210 Nrynt P 22 B. Toba 13.5 17.5 9.7 11.5 77.1 84.3

211 Srgr L 29 B. Toba 15.5 17.5 9.7 11.5 88.6 84.3


(61)

213 M. Thr L 26 Karo 15 18 9.7 12.5 83.3 77.6

214 Tnjng L 21 Padang 15.5 19.5 11 12.5 79.5 88

215 Ezr L 24 Melayu 17 19.5 10.9 13 87.2 83,8

216 Amr L 23 Melayu 14.5 19 10.3 12 76.3 85.8

217 Nrsdh P 25 Melayu 15 17 9.4 11 88.2 85.5

218 Fsy P 24 Melayu 14 18 10.8 11 77.8 98.2

219 Sr P 23 Mandling 13 17 9.9 11.5 76.5 86.1

220 Rhmt L 23 Melayu 15 18 10.6 13 83.3 81.5

221 Sr P 23 Melayu 14.5 17 10 11.5 85.3 86.9

222 Rfnl L 24 Minang 15.5 19 10.7 12 81.6 89.2

223 Sht L 24 B. Toba 15.5 20 11.6 12.5 77.5 92.8

224 M. Jhl L 23 Mandling 15.5 18 11.4 13 86.1 87.7

225 Hsn L 26 Aceh 14 18 10.9 11.5 77.8 94.8

226 Nsr L 26 Jawa 14.5 18 11.4 11.5 80.6 99.1

227 Idrs L 24 Aceh 15.5 17.4 9.4 11 89.1 85.5

228 Ksm L 25 Minang 15 19 10.4 12 78.9 86.7

229 Hrmnsyh L 25 Minang 14.5 17.5 10.4 11.5 82.9 90.4

230 Drmd L 29 Jawa 14 17.5 10.4 11 80 94.5

231 Pndi L 25 Jawa 14.5 17.5 9.7 12 82.9 80.8

232 M. Jfr L 25 Aceh 14.5 18 11 12.5 80.6 88

233 Jkr L 26 Aceh 14 19 11.7 12.5 73.7 93.6

234 M.Is L 27 Tamiang 15 18.5 11 12 81.1 91.7

235 Jndn L 23 Aceh 14.5 19 11.2 12 76.3 93.3

236 Dw P 23 B. Toba 14 17.5 10.8 12 80 90

237 Jnt P 23 B. Toba 14.5 17 9.5 12 85.3 79.2

238 And L 24 Smlngun 15.5 17.5 10.8 12 80 90

239 Dd L 24 Mndling 15.5 17 10.7 13 91.2 82.3

240 Tngk P 21 Melayu 15 17.5 8.9 14.5 85.7 61.4

241 Rt Ay P 24 B. Toba 14 17 9.6 12 82.4 80


(62)

243 M. Fdl L 29 Mandailing 14 18.5 10.7 12 75.7 89.2

244 Mwrj L 24 Mandailing 14 18 10.2 12 77.7 81.6

245 Ars L 29 Mandailing 14 18 10.2 12.5 75.6 81.6

246 Krmt P 27 Aceh 14 15 10.8 12 93.3 90

247 Lln P 25 Minang 14 18 10 10.5 75.6 95.2

248 Yd L 28 Jawa 16 17.5 9.7 11.5 91.4 84.3

249 Syhrl L 26 Aceh 14.5 18 9 12.5 80.5 72

250 Skrmn L 25 Jawa 15 18 10 11.5 83.3 86.9

251 Mhd L 28 Aceh 15 17.5 10.1 11.5 85.7 87.8

252 Iwn L 23 Aceh 15 19 10.5 12 78.9 87.5

253 Dsi P 26 Jawa 14 17 8.7 11.5 82.4 75.7

254 Dn P 23 Mandailing 15 17.5 10.5 12 85.7 87.5

255 Andk L 23 Jawa 15.5 18 11.3 13 86.1 86.9

256 Sr P 23 Karo 14.5 17 10.8 12.5 85.3 86.4

257 Dk L 23 Minang 15 18.5 10 12 81.1 83.3

258 M. Hsn L 23 Aceh 15 19 11 11 78.9 100

259 Frd L 23 Tapsel 16 20 11.1 12 80 92.5

260 Nrni P 26 Aceh 15 17.5 10.1 12 85.7 84.2

261 Zfr L 25 Aceh 16 19.5 10.7 12 82.1 89.2

262 Abdlh L 24 Aceh 15.5 18 10.4 11.5 86.1 90.4

263 Dhln L 26 Aceh 16.5 18.5 9.9 12.5 89.2 79.2

264 Nrhyt P 26 Aceh 14 16 9.5 11 87.5 86.4

265 Ant L 26 Jawa 15 18 11.4 11.5 83.3 99.1

266 Mrn P 24 Jawa 14 17 9.5 11 82.4 86.4

267 Ftmh P 26 Melayu 14 10.7 17.5 12.5 80 85.6

268 Nni P 25 Aceh 14.5 10.1 18 11.5 80.6 87.8

269 Nglnm P 22 Jawa 12 9.5 17 11 70.6 88.2

270 Zlkrn L 28 Aceh 13 9.6 17.5 11 74.3 87.3

271 Tgni P 28 Jawa 14 16.5 9.6 11 84.8 87.3


(63)

273 Ijh P 24 Jawa 14 16.5 11.6 11.5 84.4 100.6

274 An P 26 Jawa 15 16.5 9.6 11 90.9 87.3

275 Mrwn L 27 Jawa 16 19 10.4 12 84.2 89.7

276 Ul P 25 Minang 13 18 10.4 12 72.2 83.2

277 Hrnt P 23 B. Toba 12.5 18 11 11.5 69.4 95.7

278 Idl P 22 B. Toba 13.5 17 10.2 11 79.4 92.7

279 Bb L 24 B. Toba 15 18.5 10.3 12.5 81.1 82.4

280 Rsk L 23 Minang 14.5 19 11.2 13 76.3 86.2

281 Kstr L 26 B. Toba 15.5 18 11.1 12 86.1 92.5

282 Yn P 24 Karo 15 17 10.1 11.5 88.2 87.8

283 El P 24 B. toba 14.5 17 9.5 11.5 85.3 82.6

284 Okt P 21 B. Toba 14.5 19 10.3 12 76.3 85.8

285 Dni P 28 Minang 14.5 18 10.8 11 80.6 98.2

286 Tn P 29 Minang 13.5 18 9.7 11 75 88.2

287 Ysnt P 27 Aceh 14.5 17 10.1 11 85.3 91.8

288 Grcl P 26 B. Simlgn 14.5 17 9.5 12 85.3 79.2

289 Vivi P 22 Mndling 15 16.5 9.9 11.5 90.9 86.1

290 Rn Amrh P 23 Mndling 13 18 9.8 11.5 72.2 85.2

291 Frd P 22 Minang 14.5 17 9.6 12 85.5 80

292 Pjn P 28 Karo 14 17 10.5 12.5 82.4 84

293 Js L 21 Karo 15 18 10.2 12 83.3 85

294 Indr P 22 Jawa 15 17.5 10.2 12 85.7 85

295 Rzk L 28 Karo 16.5 18.5 10.9 13 89.2 83.3

296 Mrn P 27 Karo 14.5 17 10.5 12 85.3 87.5

297 Krtn P 27 Karo 14.5 17 9.3 12 85.3 77.3

298 Pnt P 28 Karo 15.5 18.5 11.6 12.5 83.8 92.8

300 Prngtn P 22 Karo 15 17 10.5 12 88.2 87.5

301 Jmn L 23 Karo 14.5 18 9.5 13 80.6 73.1

302 Ard L 24 Karo 16 18 11.7 15 88.9 78


(64)

304 Tmngr L 27 B. Toba 15.5 18 10.6 12.5 86.1 84.8

305 M.Al L 27 Gayo alas 15 18 10.7 12.5 83.3 85.6

306 Bdi L 26 Banten 16 19 11.6 12.5 84.2 92.8

307 Mrgn L 23 Jawa 16 18 9.9 13.5 88.9 73.3

308 Elsbth P 23 B. Toba 14 17.5 9.4 12 80 78.3

309 Slv P 23 Mndling 14 17 9.3 12 82.4 77.5

310 Slmt P 24 Minang 14.5 17.5 9.9 12 82.9 76.7

311 Lnr P 26 B. Toba 14 17 10.2 12.5 82.4 81.6

312 Sry P 24 Aceh 15.5 17.5 10.6 12 88.6 88.3

313 Dnl L 28 Mndling 15.5 18 10.1 12.5 86.1 80.8

314 Drl L 28 Aceh 14.5 18.5 9.8 12 78.4 81.7

315 Elv P 24 Karo 14.5 18.5 9.8 11.5 78.4 85.2

316 Msr P 26 Karo 15 18 10.3 12.1 83.3 85.1

317 Mt P 37 Karo 14.5 18.5 10.4 12 78.4 86.7

318 Ev P 26 B. Toba 15 17.5 10.1 12.5 85.7 80.8

319 Yl P 21 Aceh 14.5 18 10.5 11.5 80.6 91.3

320 Syhrl L 23 Minang 15.5 19 10.4 12 81.6 86.7

321 Prdmn L 28 B. Toba 16 19 10.2 12 84.2 85

322 Rt P 27 B. Toba 15 18 11.1 11.5 83.3 96.5

323 Jli P 29 B. Toba 14.5 17 9.8 11.5 85.3 85.2

324 Sr P 27 B. Toba 15 17.5 10.1 12 85.7 84.2

325 Ll P 28 Melayu 13 17.5 9.6 11 74.3 87.3

326 Elv P 23 Minang 14 16 10.6 11 87.5 96.4

327 Ida P 24 Melayu 14.5 17.5 9.6 11 82.9 87.3

328 Ltf L 23 Melayu 15.5 20 11.9 12 77.5 99.2

329 Jne P 21 B. Toba 13 18.5 10.4 11 70.3 94.5

330 Bnd L 21 B. Toba 16 19 10.5 13 84.2 80.8

331 Ysmn P 21 Mandailing 14.5 17 9.8 11 85.3 89.1

332 Syrfh P 22 Aceh 14.5 18 9.7 115 80.6 84.3


(65)

334 Prjng L 26 B. Toba 15.5 17.5 11.2 13 88.6 86.2

335 Dnt L 27 Jawa 14.5 17 11 11 85.3 100

336 Jlia P 22 Karo 15 18 9.3 11.5 83.3 80.9

337 Jhna P 27 Karo 14.5 17.5 9.7 12 82.9 80.8

338 Smsn L 26 B. Toba 15 20 10.3 12.5 75 82.4

339 Hnt P 23 Melayu 15.5 17 10.3 12 88.2 85.8

340 Rrs P 21 B. Toba 14.5 17.5 10.1 11.5 80 87.8

341 Htnd P 21 B. Toba 15 17 11 12.5 88.2 88

342 Rsdti P 21 B. Toba 15.5 18 11.3 12.5 86.1 90.4

343 Glr P 24 B. Toba 14 18.5 9.5 11 75.7 86.4

344 Slvn P 23 B. Toba 15 17 9.3 12 88.2 77.5

345 Dvd L 23 Karo 15 18 10 11.5 83.3 86.9

346 Lla P 25 Minang 15.5 16.5 10.4 11.5 93.3 90.4

347 Nr P 24 Melayu 13.5 16.5 10 12 81.8 83.3

348 Intn P 24 Melayu 14 17 10.3 11 82.4 93.6

349 Nn P 24 Jawa 14 17.5 9.6 12 80 80

350 Ylt P 21 Pak- pak 13 17.5 10 12 74.3 83.3

351 Pr L 29 Karo 15.5 18 10.3 12 86.1 85.8

352 Khrns P 23 Melayu 14 17 9.3 11.5 82.4 80.9

353 Msnt P 23 Smlngun 14 17 9.3 12.5 85.3 74.4

354 Bnglt P 22 B. Toba 14.5 17 9.3 12.5 85.3 74.4

355 Frd L 21 Jawa 15 19 11.1 13 78.9 85.4

356 Asmd L 21 Karo 14 17.5 10.1 12 80 84.4

357 Agstn P 23 B. Toba 13,5 17 9.6 12 79.4 80

358 Arht P 30 Karo 14 17.5 9 12 80 75

359 Sktn P 24 Karo 14.5 17,5 9.2 11.5 82.9 80

360 Lni P 29 Jawa 14.5 17.5 10 12 89.2 83.3

361 Ri P 21 Smlngun 14 17.5 9.8 13 80 75.4

362 Slvn P 29 B. Toba 14 17.5 9.7 12.5 80 77.6


(1)

273 Ijh P 24 Jawa 14 16.5 11.6 11.5 84.4 100.6

274 An P 26 Jawa 15 16.5 9.6 11 90.9 87.3

275 Mrwn L 27 Jawa 16 19 10.4 12 84.2 89.7

276 Ul P 25 Minang 13 18 10.4 12 72.2 83.2

277 Hrnt P 23 B. Toba 12.5 18 11 11.5 69.4 95.7 278 Idl P 22 B. Toba 13.5 17 10.2 11 79.4 92.7 279 Bb L 24 B. Toba 15 18.5 10.3 12.5 81.1 82.4 280 Rsk L 23 Minang 14.5 19 11.2 13 76.3 86.2 281 Kstr L 26 B. Toba 15.5 18 11.1 12 86.1 92.5

282 Yn P 24 Karo 15 17 10.1 11.5 88.2 87.8

283 El P 24 B. toba 14.5 17 9.5 11.5 85.3 82.6 284 Okt P 21 B. Toba 14.5 19 10.3 12 76.3 85.8

285 Dni P 28 Minang 14.5 18 10.8 11 80.6 98.2

286 Tn P 29 Minang 13.5 18 9.7 11 75 88.2

287 Ysnt P 27 Aceh 14.5 17 10.1 11 85.3 91.8

288 Grcl P 26 B. Simlgn 14.5 17 9.5 12 85.3 79.2 289 Vivi P 22 Mndling 15 16.5 9.9 11.5 90.9 86.1 290 Rn Amrh P 23 Mndling 13 18 9.8 11.5 72.2 85.2

291 Frd P 22 Minang 14.5 17 9.6 12 85.5 80

292 Pjn P 28 Karo 14 17 10.5 12.5 82.4 84

293 Js L 21 Karo 15 18 10.2 12 83.3 85

294 Indr P 22 Jawa 15 17.5 10.2 12 85.7 85

295 Rzk L 28 Karo 16.5 18.5 10.9 13 89.2 83.3

296 Mrn P 27 Karo 14.5 17 10.5 12 85.3 87.5

297 Krtn P 27 Karo 14.5 17 9.3 12 85.3 77.3

298 Pnt P 28 Karo 15.5 18.5 11.6 12.5 83.8 92.8

300 Prngtn P 22 Karo 15 17 10.5 12 88.2 87.5

301 Jmn L 23 Karo 14.5 18 9.5 13 80.6 73.1

302 Ard L 24 Karo 16 18 11.7 15 88.9 78


(2)

304 Tmngr L 27 B. Toba 15.5 18 10.6 12.5 86.1 84.8 305 M.Al L 27 Gayo alas 15 18 10.7 12.5 83.3 85.6 306 Bdi L 26 Banten 16 19 11.6 12.5 84.2 92.8

307 Mrgn L 23 Jawa 16 18 9.9 13.5 88.9 73.3

308 Elsbth P 23 B. Toba 14 17.5 9.4 12 80 78.3

309 Slv P 23 Mndling 14 17 9.3 12 82.4 77.5

310 Slmt P 24 Minang 14.5 17.5 9.9 12 82.9 76.7 311 Lnr P 26 B. Toba 14 17 10.2 12.5 82.4 81.6

312 Sry P 24 Aceh 15.5 17.5 10.6 12 88.6 88.3

313 Dnl L 28 Mndling 15.5 18 10.1 12.5 86.1 80.8

314 Drl L 28 Aceh 14.5 18.5 9.8 12 78.4 81.7

315 Elv P 24 Karo 14.5 18.5 9.8 11.5 78.4 85.2

316 Msr P 26 Karo 15 18 10.3 12.1 83.3 85.1

317 Mt P 37 Karo 14.5 18.5 10.4 12 78.4 86.7

318 Ev P 26 B. Toba 15 17.5 10.1 12.5 85.7 80.8

319 Yl P 21 Aceh 14.5 18 10.5 11.5 80.6 91.3

320 Syhrl L 23 Minang 15.5 19 10.4 12 81.6 86.7

321 Prdmn L 28 B. Toba 16 19 10.2 12 84.2 85

322 Rt P 27 B. Toba 15 18 11.1 11.5 83.3 96.5 323 Jli P 29 B. Toba 14.5 17 9.8 11.5 85.3 85.2

324 Sr P 27 B. Toba 15 17.5 10.1 12 85.7 84.2

325 Ll P 28 Melayu 13 17.5 9.6 11 74.3 87.3

326 Elv P 23 Minang 14 16 10.6 11 87.5 96.4

327 Ida P 24 Melayu 14.5 17.5 9.6 11 82.9 87.3 328 Ltf L 23 Melayu 15.5 20 11.9 12 77.5 99.2 329 Jne P 21 B. Toba 13 18.5 10.4 11 70.3 94.5

330 Bnd L 21 B. Toba 16 19 10.5 13 84.2 80.8

331 Ysmn P 21 Mandailing 14.5 17 9.8 11 85.3 89.1 332 Syrfh P 22 Aceh 14.5 18 9.7 115 80.6 84.3 333 Asbs L 21 Jawa 15.5 18 11.5 13.5 86.1 85.2


(3)

334 Prjng L 26 B. Toba 15.5 17.5 11.2 13 88.6 86.2

335 Dnt L 27 Jawa 14.5 17 11 11 85.3 100

336 Jlia P 22 Karo 15 18 9.3 11.5 83.3 80.9

337 Jhna P 27 Karo 14.5 17.5 9.7 12 82.9 80.8 338 Smsn L 26 B. Toba 15 20 10.3 12.5 75 82.4 339 Hnt P 23 Melayu 15.5 17 10.3 12 88.2 85.8 340 Rrs P 21 B. Toba 14.5 17.5 10.1 11.5 80 87.8

341 Htnd P 21 B. Toba 15 17 11 12.5 88.2 88

342 Rsdti P 21 B. Toba 15.5 18 11.3 12.5 86.1 90.4

343 Glr P 24 B. Toba 14 18.5 9.5 11 75.7 86.4

344 Slvn P 23 B. Toba 15 17 9.3 12 88.2 77.5

345 Dvd L 23 Karo 15 18 10 11.5 83.3 86.9

346 Lla P 25 Minang 15.5 16.5 10.4 11.5 93.3 90.4

347 Nr P 24 Melayu 13.5 16.5 10 12 81.8 83.3

348 Intn P 24 Melayu 14 17 10.3 11 82.4 93.6

349 Nn P 24 Jawa 14 17.5 9.6 12 80 80

350 Ylt P 21 Pak- pak 13 17.5 10 12 74.3 83.3

351 Pr L 29 Karo 15.5 18 10.3 12 86.1 85.8

352 Khrns P 23 Melayu 14 17 9.3 11.5 82.4 80.9 353 Msnt P 23 Smlngun 14 17 9.3 12.5 85.3 74.4 354 Bnglt P 22 B. Toba 14.5 17 9.3 12.5 85.3 74.4

355 Frd L 21 Jawa 15 19 11.1 13 78.9 85.4

356 Asmd L 21 Karo 14 17.5 10.1 12 80 84.4

357 Agstn P 23 B. Toba 13,5 17 9.6 12 79.4 80

358 Arht P 30 Karo 14 17.5 9 12 80 75

359 Sktn P 24 Karo 14.5 17,5 9.2 11.5 82.9 80

360 Lni P 29 Jawa 14.5 17.5 10 12 89.2 83.3

361 Ri P 21 Smlngun 14 17.5 9.8 13 80 75.4

362 Slvn P 29 B. Toba 14 17.5 9.7 12.5 80 77.6


(4)

361 Nn P 24 Pak-pak 15.5 16.5 9.8 12.5 96.9 78.4 362 Rta P 25 B. Toba 14.5 17.5 10.3 12 82.9 85.8 363 Vnti P 22 Karo 14.5 18.5 10.2 13.5 78.4 75.6 364 Drmnt L 24 Karo 14.5 19.5 11.4 14.5 74.4 78.6 365 Trivr P 22 B. Toba 13.5 17 9.9 11.5 79.4 86.1

366 Rd P 25 B. Toba 15 18 9.7 11.5 83.3 84.3

367 Chrstn P 24 Pak –pak 14.3 17.5 9.9 12 80 82.5

368 Mln P 23 Karo 13 16.5 10.6 12 78.8 88.3

369 Nvta P 23 B. Toba 14.5 17 10 10.5 85.3 95.2

370 Ll P 28 Karo 14 18 10.5 12 77.8 87.5

371 Otn L 22 B. Toba 16 18.5 10.5 13 86.5 80.8

372 Aml Srm P 29 Karo 14 18 9.7 12 77.8 80.8

373 Elfrd P 22 B. Toba 14.5 17.5 9.4 11.5 82.9 81.7

374 Wnd P 21 Mndling 13 18 9 12 72.2 75

375 Rth P 23 B. Toba 13 17.5 9.4 12 74.3 78.3

376 Hrt P 28 Karo 14 18.5 10.3 12 75.7 85.8

377 Srri P 27 Karo 13 18 10.4 11.5 72.2 90.4

378 Rs P 24 Karo 13.5 17 10.1 12 79.4 84.2

379 Jwnt L 47 Karo 14.5 17 10.3 12 85.3 85.8

380 Ls P 27 Karo 14.5 17.5 10.6 11 82.9 96.4

381 Prnwt P 25 Karo 14.5 17.5 10.7 12 82.9 89.2

382 Mndr L 25 Karo 14 18 11.2 12.5 77.8 89.6

383 Hndrk L 23 Karo 15.2 18.5 11.3 12.5 82.2 90.4

384 Rsmn L 29 Karo 15 18 11.3 12 83.3 94.2

385 Mh L 26 Karo 15 18 11.3 12 83.3 94.2

386 Mrn P 26 Karo 15.5 17.5 10.6 12 88.6 88.3 387 Ern P 24 Smlngun 14 17.5 9.7 11.5 80 84.3 388 Frsk P 24 B. Toba 14,5 18 9.5 12 80.6 79.2 389 Snn L 22 Karo 15.5 18.5 10.7 13 83.8 82.3

390 El P 25 Karo 15 18 11 12.5 83.3 88


(5)

391 Alfndi L 27 Mndling 16 18 10 13 88.9 76.9

392 Ln P 29 Karo 13.5 18 10.3 12 75 81.8

393 Tmr P 27 Karo 14 16.5 9.5 12 84.8 79.2

394 Krm L 25 Mndling 14.5 17 10.5 12 85.3 87.5 395 Rhmn L 26 B. Toba 15.5 17.5 9.3 11.5 88.6 80.9 396 Zlkrnn L 23 Mndling 14.5 18 11.8 11 80.6 107 397 Gn L 24 Mndling 14.5 18 9.9 11.5 80.6 86.1 398 Brt L 23 B. Toba 14 17.5 11.1 11.5 80 96.5

399 Imn L 27 Pakpak 13 17 9.5 11 76.5 86.4

400 Jn L 29 B. Toba 14 17.5 10.8 11.5 80 93.9

401 Iph P 24 Aceh 14.2 17.8 12 11.5 79.8 104


(6)