Pemerintahan Desa sebagai sebuah entitas ekonomi Keuangan Desa

Desa. Kemudian dengan adanya otonomi daerah setelah jatuhnya Pemerintahan Order baru, perturan yang berlaku adalah UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam struktur pemerintahan nasional Indonesia, pemerintahan desa berada tepat dibawah kecamatan didalam lingkup pemerintahan daerah kabupatenkota. Namun, kecamatan hanyalah berstatus sebagai struktur geografis, bukan merupakan struktur koordinasi pemerintahan. Dengan kata lain, bahwa komando kebijakan atau pola pemerintahan tetap dari kabupatenkota ke desa, tidak melalui kecamatan. Dengan adanya struktur pemerintahan tersebut, maka pemerintahan desa bertanggungjawab secara vertikal kepada pemerintahan kabupatenkota. Sedangkan untuk pertanggungjawaban secara horisontal adalah kepada BPD dan masyarakat desa itu sendiri.

2.1.4 Pemerintahan Desa sebagai sebuah entitas ekonomi

Secara kelembagaan, desa telah diatur dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang menjadi landasan yuridisnya. Dalam peraturan tersebut diantaranya telah pula diatur tentang keuangan desa, mulai dari ketentuan umum, sumber pendapatan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDesa dan pengelolaannya, hingga pembentukan Badan Usaha Milik Desa BUMDesa. Secara psifik, pengelolaan keuangan desa telah pula diatur dengan terbitnya Permendagri Nomor 113 tahun 2014 tentang pelaporan Keuangan Desa dan sebagai pelaksana PP Nomor 72 tahun 2005 tersebut. Dari kedua ketentuan tersebut, maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa desa merupakan sebuah entitas yang mandiri. Dengan kata lain, desa memiliki otoritas yang otonom untuk mengatur perencanaan, pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangannya dimana kepala desa berperan sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan di desa. Bila ditinjau dari perspektif Standar Akuntansi Pemerintahan, desa merupakan entitas pelaporan. Hal ini tidak lepas dari karakteristik yang dimiliki desa antara lain; 1. Dibentuk dengan peraturan perundang-undangan, 2. Memperoleh anggaran dari APBN dan APBD, 3. Dan adanya kewajiban mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada BPD sebagai lembaga yang merepresentas ikan rakyat didesa terkait. Karakteristik ini sesuai dengan ciri entitas pelaporan sebagaimana yang dimaksud dalam paragrap 11 Pernyataan Standar Akuntan Pemerintahan PSAP Nomor 11 PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

2.1.5 Keuangan Desa

Dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014 dijelaskan bahwa, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Sumber keuangan desa pada umumnya berasal dari Pendapatan Asli Daerah PAD, dana dari Pemerintah, dan hasil dari BUMDes. Adapun pelaksanaan urusan pemerintah daerah oleh pemerintah desa akan didanai dari APBD, sedangkan pelaksanaan urusan pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai oleh APBN. Dalam pelaksanaan pemerintah, pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara transparan, akuntabel, dan partisipasif. Transparan berarti dikelola secara terbuka, akuntabel berarti dipertanggungjawabkan secara hukum, dan partisipatif bermakna melibatkan masyarakat dalam prosesnya. Disamping itu, keuangan Desa harus dibukukan dan dilaporkan sesuai dengan kaidah sistem Akuntansi Keuangan Pemerintahan. Kepala desa sebagai kepala pemerintahan desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa yang mewakili pemerintah dalam kepemilikan kekayaan desa. Tugas dan kewenangan kepala desa dalam kaitan pengelolaan keaungan antara lain; 1. Menetapkan kebijakan pengelolaan barang desa 2. Menetapkan beijakan pelaksanaan APBDesa, 3. Dan menetapkan Bendahara Desa. Kepala desa dibantu oleh sekretaris desa sebagai koordinator pelaksana pengelolaan keuangan desa dan pelaksanaan teknis pengelolaan keuangan desa lainnya.

2.1.6 Pengelolaan Keuangan Desa