6
dengan sengaja menciptakan judul-judul lirik lagu dengan judul yang sama untuk syairnya.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa definisi lirik lagu dan puisi adalah dianggap sama.Demikian halnya dengan sebuah karya sastra
merupakan karya imajinatif yang menggunakan bahasa sastra. Maksudnya bahasa yang digunakan harus dibedakan dengan bahasa sehari-hari atau bahkan bahasa
ilmiah. Bahasa sastra merupakan bahasa yang penuh ambiguitas dan memiliki segi ekspresif yang justru dihindari oleh ragam bahasa ilmiah dan bahasa sehari-hari.
Lagu yang terbentuk dari hubungan antara unsur musik dengan unsur syair atau lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Tanpa
memerhatikan sistem tanda, makna, dan konvensi tandanya karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Begitu juga dengan konsep-konsep
yang dimiliki semiotik. Salah satu konsep semiotik yang dekat hubungannya dengan karya sastra yang berbentuk puisi adalah simbol.
1.2 Masalah
a. Apa sajakah simbol yang terdapat dalam lirik lagu Camellia I, II, III, dan
IVkarya EbietG. Ade ?
b. Apakah makna simbol yang terdapat dalam lirik lagu Camellia I, II,
III,dan IVkaryaEbiet G. Ade berdasarkan Tinjauan Semiotika?
7 1.3
Batasan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti membuat batasan masalahnya pada simbol dan makna simbol dalam lirik laguCamellia I, II, III, dan IV karya Ebiet G. Ade
dengan menggunakan teori Semiotika sebagai acuan dalam analisisnya.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasisimbol yang terdapat dalam lirik lagu Camellia I,
II, III, dan IVkaryaEbiet G.Ade.
b.
Mendeskripsikan makna simbol yang terdapat dalam lirik lagu
Camellia I, II, III,dan IVkarya Ebiet G. Ade.
1.4.2 Manfaat Penelitian
1.4.2.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, manfaat hasil penelitian ini adalah: 1.
Hasil penelitian dapat menjadi rujukan bagi penelitiyang ingin
menelitidaribidang-bidang lainnya.
2. Menambah pengetahuan bagi pengembangan Sastra
Indonesiakhususnyapuisi.
8
1.4.2.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:
1. Mengenalkan lagu-lagu Ebiet G. Ade pada pembaca sebagai karyasastra
yang merupakan lagu yang baik untuk dinikmati.
2. Membantu penggemar karya sastra memahami isi lagu khususnya lirik
laguCamellia I, II, III, dan IV karya EbietG. Ade yang berfokus pada
makna simbol dari lagu tersebut.
3. Bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca atau masyarakat untuk
lebihmemahami dan mengetahui makna yang disampaikandalamlirik
laguCamellia I, II, III, dan IVkarya Ebiet G. Ade.
4. Hasil penelitian ini dapat membantu penikmat lagu-lagu karya EbietG.
Ade untuk memahami adanya makna tanda dari simbol-simbol yang ada
khusunya dalam lirik lagu Camellia I, II, III, dan IVkarya Ebiet G. Ade.
9 BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspek-aspek yang menyangkut apa saja yang akan diteliti, sehingga ruang lingkup
materi yang akan dikaji menjadi linear terarah tidak melebar kepada hal-hal yang tidak penting. Adapun konsep yang dipergunakan pada penelitian ini adalah:
2.1.1 Puisi
Puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal Pradopo, 1995:6. Penyair dalam menciptakan puisi memikirkan bunyi yang merdu seperti musik
dalampuisinya dengan menggunakan orkestrasi bunyi. Selain itu, puisi juga merupakan pemikiran manusia.
Menurut Slamet 1997:ix ”Puisi adalah musik, sedangkan penyair adalah instrumennya.Dari bunyinya yang bagus, orang tertarik melihat alatnya”. Puisi
juga dapat dikatakan sebagai rangkaian kata yang tersusun rapi yang mengandung makna dan simboldalam kebahasaannya, sehingga tidak semua penikmat puisi
dapat memahami makna yang terkadang samar terlihat dibuat oleh pengarang.
2.1.2 Lirik, Lagu, dan Lirik Lagu
”Lagu adalah ragam suara yang berirama” KBBI, 2007:624. ”Lirik adalah karya sastra puisi yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata
sebuah nyanyian” KBBI:678. Lirik mempunyai dua pengertian yaitu sebagai
10
karya sastra puisi yang berisi curahan perasaan pribadi dan sebagai susunan sebuah nyanyian. Dalam menggunakan lirik seorang penyair atau pencipta lagu itu
harus benar-benar pandai mengolah kata.
2.1.3Simbol
Zoest 1993:25 mengatakan ”Simbol lambang adalah tanda yang hubungan antara tanda dan denotatumnya ditentukan oleh suatu peraturan yang
berlaku umum”. Simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu. Simbol adalah tanda yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungannya bersifat arbitrer semau-maunya. Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. Adanya
bermacam-macam tanda untuk satu arti menunjukkan ”kesemena-menaan”. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol. Simbol dapat
juga diartikan sebagai bahasa kias yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan lambang untuk menyatakan maksud. Tujuannya untuk memperjelas makna dalam
puisi sehingga dapat menggugah jiwa pembaca.
2.14Makna
”Makna adalah maksud pembicara atau pengarang pengertian yangdiberikan kepada suatu bentuk kebahasaan” KBBI, 2007:703. Makna selalu
disampaikan oleh penciptanya secara langsung dan tidak langsung dengan kata- kata lirik yang diciptakannya. Pencipta dapat berbahasa kiasan, menggunakan
simbol dalam menciptakan karyanya sehingga penikmat lirik jarang dapat
11
menangkap apa yang disampaikan penciptapengarangnya. Lirik lagu pada intinya sama dengan puisi. Pada keduanya mempunyai ciri yang sama yaitu keduanya
terdapat struktur bentuk dan struktur makna.
2.1.5 Semiotika
Semiotika adalah ilmu ilmu yang membicarakan tanda yang mempunyai makna. Preminger dalam Jabrohim, 2001:71 ”Semiotik adalah ilmu tentang
tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosialmasyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika mempelajari sistem-
sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian
semiotika meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada sifat-siafat yang menyebabkan bermacam cara modus
wacana mempunyai makna”.
2.2 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan tinjauan Semiotika. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda yang mempunyai makna. Menurut A.Teew
1984:6 ”Semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua
faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi yang khas dalam masyarakat manapun”.Tokoh dalam semiotika terdiri atas
Ferdinand de Saussure, Charles Sander Pierce.
Konsep Semiotik menurut Ferdinand de Saussure menjelaskan bahwa tanda mempunyai dua aspek, yakni penanda signifier, dan petanda signified.
Penanda adalah bentuk formal yang menandai suatu petanda. Penanda adalah bentuk formal bahasa, sedangkan petanda adalah arti yang ditimbulkan oleh
12
bentuk formal. Tanda terdiri dari: bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut
signified. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut.
Objek bagi Saussure disebut ”referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya
Saussure memaknai ”objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata ”anjing”
signifier dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan signified. Begitulah, menurut Saussure, ”Signifier dan signified merupakan
kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” Sobur, 2006 Pierce menciptakan teori umum untuk tanda-tanda dan telah memberikan
dasar-dasar yang kuat pada teori tersebut dengan istilah ”semiotika” yang ternyata kata semiotika telah digunakan oleh seorang filsafat Jerman, yaitu Lambert. Pada
abad ke-18 semiotika diartikan sebagai sinonim ”logika”. Menurutnya, logika harus mempelajari bagaimana bernalar, dan penalaran itu dilakukan melalui
tanda-tanda. Alasan tanda-tanda itu dapat memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan
oleh semesta alam. Dengan demikian, secara harfiah dia mengatakan ˮKita
berpikir dalam tanda”. Oleh sebab itu, semua pikiran haruslah ada dalam tanda. Semiotika bagi Pierce adalah tindakan action, pengaruh influence, atau
kerjasama tiga subjek yaitu tanda sign, objek object, dan interpretan
13
interpretant. Yang dimaksudkan subjek pada semiotika yang sifatnya abstrak, yang tidak dipengaruhi oleh kebiasaan berkomunikasi secara konkret.
Pierce membaginya sebagai berikut : 1.
Tanda dan ground yaitu qualisign yaitu tanda-tanda merupakan tanda atas dasar tampilannya dalam kenyataan, dan legisign yang merupakan tanda
dasar suatu pengaturan yang berlaku umum. 2.
Tanda dan denotatum icon, indeks, symbol 3.
Tanda dan interpretan-nya berkembang dari tanda yang telah terlebih dahulu ada dalam benak orang yang menginterpretasikannya.
4. Tanda berfungsi dalam hubungannya dengan tanda yang lain Sintaksis,
Semantik, Pragmatik. Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada
cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja
menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.Roland Barthes sebagai penerus pemikiran tersebut menekankan interaksi antara teks
dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.
Gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification, dengan mencakup denotasi makna sebenarnya dan konotasi makna ganda yang lahir dari
pengalaman kultural dan personal.Semiotik dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-
hal things. Memaknai to signify dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan
14
dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa objek- objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Salah satu wilayah penting dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca the
reader. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang sering
disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut
dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.
1. Penanda signifier 2. Petanda signified
3. Tanda denotatif denotative sign 4. Penanda Konotatif connotative signifier
5. Petanda Konotatifconnotative signified 6. Tanda Konotatif connotative sign
Dari uraian Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif 3 terdiri atas penanda 1 dan petanda 2. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif 4. Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian
tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan
konotasi yang dipahami oleh Barthes. Di dalam semiologi Barthes dan para
15
pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih
diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan
dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna ”harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ’mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda.
Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga
suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. Berikut adalah bagan dan contoh analisis
model semiotika Roland Barthes :
Gambar Semiologi Roland Barthes
16
Pada tingkatan pertama Language Barthes memperkenalkan signifier 1 dan signified 2, yang gabungan keduanya menghasilkan sign 3 pada tingkatan
pertama. Pada tingkatan kedua, sign 3 kembali menjadi SIGNIFIER I dan digabungkan dengan SIGNIFIED II dan menjadi SIGN III. Sign yang ada
ditingkatan ke dua inilah yang berupa MYTH mitos disebut juga sebagai metalanguage. Di sini dapat dikatakan bahwa Makna denotatif adalah makna yang
digunakan untuk mendeskripsikan makna definisional, literal, gamblang atau common sense dari sebuah tanda. Makna konotatif mengacu pada asosiasi-asosiasi
budaya sosial dan personal berupa ideologis, emosional dan lain sebagainya.
LANGUAGE
MYTH
Gambar Semiologi Roland Barthes
Barthes mencontohkan istilah ”mawar”. Sebagai signifier adalah kata ”mawar” itu sendiri citra suara. Berfungsi sebagai signified adalah objeknya
bentuknya ”wujud bunga mawar” sebagai konsep mental. Ketika kedua hal tersebut digabungkan akan terwujud sign 1, yaitu ”mawar” sebagai entitas
konkret. Dan mawar sebagai entitas konkret, ketika dikaitkan atau dikonotasikan secara arbitrer dengan hasrat passion akan menghasilkan SIGN III yang
1. kata ”mawar”
2. wujud bunga Mawar
3. entitas konkret mawar I MAWAR
II. PASSION HASRAT
III CINTA YANG MENGGEBU
17
berarati sudah menjadi mitos. secara sederhana pada sign 3 mengandung makna denotatif dan pada SIGN III mengandung makna konotatif.
Berikut juga merupakan bagan model analisis Semiologi Roland Barthes :
Gambar semiologi Roland Barthes Inilah model bagan teori semiotika yang dipakai oleh Roland Barthes.Analisisnya
dalam penelitian ini adalah dengan cara mencari simbol dan makna simbol di dalam lirik lagu Camellia I, II, III, dan IV karya Ebiet G. Ade. Teori semiotik
memperhatikan segala faktor yang ikut memainkan peranan dalam komunikasi, seperti faktor pengirim tanda, penerimaan tanda, dan struktur tanda itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui karya sastra itu merupakan struktur bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang
mempunyai maknayangmempergunakan medium bahasa. Dalam usaha menangkap, memberi, dan memahami makna yang terkandung didalam karya
sastra, pembacalah yang sangat berperan. Karya sastra tidak akan mempunyai makna tanpa ada pembaca yang memberikan makna kepadanya.
18 2.3 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, peneliti belum melihat adanya penelitian tentang semiotika dalam lirik lagu Camellia I, II, III, dan
IVkarya Ebiet G. Ade. Namun penelitian sastra tentang album Ebiet G. Ade, bukanlah sebuah hal yang baru. Sudah ada penelitian sebelumnya mengenai
kumpulan album Ebiet G. Ade di Universitas lain. Adapun diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurniawan, dalam skripsinya yang berjudul ”Analisis Wacana Lagu
Camellia Karya Ebiet G. Ade, Kajian Tekstual dan Konteks Situasi” University of Pesantren tinggi Darul’ulum Jombang. Ia menganalisis lagu
Camellia dari dari aspek gramatikal ditemukan pengacuan referensi yang meliputi pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan
komparatif, pelesapan elipsis, penyulihan substitusi, perangkaian konjungsi, sedangkan dari aspek leksikal ditemukan repetisi, sinonomi,
kolokasi, dan hiponimi. Dari konteks situasi yang dalam hal ini terdiri dari konteks fisik dapat ditafsirkan bahwa kejadian ini terdapat dua partisipan
yaitu penulis dan gadis bernama Camellia. Tempat peristiwa berlangsung di sebuah desa dan baru saja terjadi sampai sekarang, dari konteks
epistemis dapat ditafsirkan bahwa penulis lagu menemukan sebuah kenyataan bahwa mimpi yang selama ini dia alami pada akhirnya dapat
terwujud dengan datangnya Camellia dalam hidupnya sehingga berakhir bahagia, berdasarkan konteks sosialnyaadalah hubungan antara dua orang
laki-laki dan perempuan yang akhirnya menjalin hubungan cinta.
19
2. Reza Anggoro juga pernah melakukan penelitian tentang
”Ketidaklangsungan Ekspresi Pada Lirik Lagu Ebiet G. Ade, Tinjauan Stilistika” Fakultas Ilmu Budaya, UNDIP yang membahas tentang ekspresi
masyarakat Indonesia yang penuh dengan kebohongan terhadap sesama, mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan keadaan orang lain.
3. Dalam Skripsi Isabella yang berjudul ”Konstruksi Realitas Lingkungan
Hidup dalam Lagu-Lagu Ebiet G. Ade, Tinjauan Sosiosastra” Universitas Kristen Petra dimana lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade berhubungan dengan
kehidupan nyata di Indonesia. 4.
Rahmita Windy dalam skripsinya yang berjudul ”Bahasa Figuratif dalam Lirik Lagu Album Camellia II Karya Ebiet G. Ade Kajian: Stilistika”
Universitas Muhammadiyah Surakarta menjelaskan dalam analisisnyaberdasarkan penggunaan bahasa figuratif yang berupa majas
dalam lirik lagu album Camellia II yaitu ditemukan 30 data yang terdiri dari 5 majas antara lain: Metonimia 3 data, Simile 4 data, Metafora 5 data,
Sinekdoki pars pro toto dan totum pro parte 7 data, Personifikasi 11 data. Hasil penelitian makna stilistika yang terkandung dalam lirik lagu
Camellia II, ditemukan beberapa gagasan yaitu: a kekaguman Ebiet terhadap sosok perempuan,
b empati terhadap orang-orang yang menderita, c dimensi religiositas,
d kekaguman Ebiet terhadap alam semesta.
20
5. Sarwo Indah Ika, ”Tuturan Metaforis dalam Lirik Lagu-lagu Ebiet G. Ade”
Universitas Sebelas Maret. Metaforis itu sendiri bekerja sebagai bahasa kiasan sepertiperbandingan hanya tidak menggunakan kata pembanding
seperti, laksana, bagai, dan sebagainya. 6.
Niki Utami, ”Analisis Wacana Lirik Lagu ”Berita Kepada Kawan dan ”Camellia 1” Karya Ebiet G. Ade Ditinjau dari Aspek Internal dan
Eksternal” Universitas Muhammadiyah Surakarta. Analisis lirik lagu Ebiet G.Ade ini telah diselesaikannya dengan mendeskripsikan kohesi
gramatikal pada lirik lagu, mendeskripsikan kohesi leksikal pada lirik lagu danmendeskripsikan prinsip penafsiran pada liriklagu.
Pada kesempatan ini, peneliti akan mendeskripsikan simbol dan makna simbol terdapat dalam lirik laguCamellia I, II, III, dan IV karya Ebiet G. Ade
tinjauan Semiotika.
21 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1
Metode Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor dalam Maleong, 1998:3 bahwa metode penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata bisa lisan untuk penelitian sosial, budaya, filsafat, catatan-catatan yang berhubungan
dengan makna, nilai serta pengertian. Metode kualitatif adalah data yang berhubungan dengan nilai, kesan dari objek Tantawi, 2014:61 yang
menggunakan studi kepustakaan, mengumpulkan referensi buku yang bersangkutan sebagai teori dan analisis data. Kedua, adalah dengan menggunakan
metode hermeneutik dan heuristik. Hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya
”Pembacaan ulang retroaktif sesudah membaca heuristik”. ”Irmayanti mengatakan tujuan hermeneutika adalah untuk mencari dan
menemukan makna yang terkandung dalam objek penelitian yang berupa fenomena kehidupan manusia, melalui pemahaman dan interpretasi. Menurut
Schleiermacher, prinsip kerja hermeneutika adalah menangkap objective geist, yang terkandung dalam objek
penelitian. Objective geist dapat pula diartikan makna yang terdalam, hakikat nilai yang terkandung dalam objek
penelitian Kaelan, 2005:80. Dalam hubungannya dengan analisis data dalam penelitian, cara kerja
hermeneutika adalah memfokuskan pada objek yang berkaitan dengan simbol-
22
simbol, bahasa, atau pada teks karya sastra serta karya budaya yang lainnya. Bagi seorang peneliti penafsir, fenomena objek penelitian harus dilihat sebagai suatu
wacana yang terbuka untuk ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Setiap simbol atau objek karya sastra tentu mempunyai makna ganda, yaitu makna literal atau
harfiah dan makna sesungguhnya. Makna yang pertamamenghasilkan pemaknaan literal harfiah, sedangkan makna keduaberada di balik makna literal, merupakan
makna sesungguhnya, makna yang harus dicari, diterjemahkan dan dipahami oleh peneliti sedangkan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur kebahasaanya
atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi pertama yaitu dengan melihat makna denotasi, konotasi berdasarkan struktural bahasanya dan berdasarkan
konvensi sastranya.
3.2 Analisis Data