Hubungan antara Pemberian Suplementasi Madu dengan Peningkatan Berat Badan Mencit (Mus musculus)

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUPLEMENTASI MADU
DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN MENCIT (Mus musculus)

Oleh :
MULIADI LIMANJAYA
080100083

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUPLEMENTASI MADU
DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN MENCIT (Mus musculus)

KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
kelulusan sebagai Sarjana Kedokteran


Oleh :
MULIADI LIMANJAYA
080100083

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Hubungan

antara

Pemberian


Suplementasi

Madu

dengan

Peningkatan Berat Badan Mencit (Mus musculus)

Nama

: Muliadi Limanjaya

NIM

: 080100083

Pembimbing

Penguji I


dr. Imam Budi Putra, Sp.KK, MHA

dr.Yunita Sari Pane, M. Si
NIP: 19710620 200212 2 001

NIP: 19650725 200501 1 001
Penguji II

dr. Akhyar H. Nasution, Sp. An-KAKV
NIP: 19600701 198702 1 002

Medan,

Januari 2012

Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH

NIP. 19540220 198011 1 001

Universitas Sumatera Utara

Abstrak
Latar belakang: Madu adalah suatu substansi yang berasal dari kumpulan nektar
tumbuhan yang dikumpulkan, dimodifikasi, dan disimpan dalam sarang lebah
oleh lebah madu. Fruktosa adalah monosakarida dengan konsentrasi tertinggi pada
madu. Fruktosa, tidak seperti glukosa, tidak merangsang sekresi insulin dari selsel Pulau Langerhans pada pankreas. Insulin akan merangsang pelepasan leptin
pada sel-sel lemak, dan menekan pelepasan ghrelin oleh lambung yang
menyebabkan adanya kecenderungan peningkatan berat badan akibat nafsu makan
yang meningkat.
Tujuan
: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan
pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan mencit.
Metode
: Penelitian ini dilakukan terhadap 42 ekor mencit jantan yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel ini dibagi dalam dua kelompok,
perlakuan dan kontrol. Kelompok kontrol mendapat pakan secara ad libitum
sedangkan kelompok perlakuan mendapat pakan secara ad libitum ditambah

dengan suplementasi madu. Penelitian dilakukan selama 28 hari dengan
pengukuran berat badan dan suplementasi dilakukan pada waktu yang sama setiap
harinya untuk menghindari variasi diurnal. Penelitian ini merupakan uji pre-klinis
dan metode statistika yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik MannWhitney.
Hasil
: Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan yang signifikan,
dimana (P)=0.001, yang menggambarkan adanya hubungan antara suplementasi
madu dengan peningkatan berat badan mencit.
Kata kunci: madu, peningkatan berat badan, mencit (Mus musculus).

Universitas Sumatera Utara

Abstract

Background : Honey is a substance derived from the nectar plants gathered,
modified, and stored in the honeycomb by honey bees. Fructose is the
monosaccharide with the highest concentrations in honey. Fructose, unlike
glucose, does not stimulate insulin secretion from the islet of Langerhans cells in
the pancreas. Insulin stimulates the release of leptin in fat cells, and suppress the
release of ghrelin by the stomach that causes a tendency to weight gain due to an

increased appetite.
Objective
: The study was conducted to determine whether there is a
relationship of honey supplementation on weight gain of mice.
Method
: The research was conducted on 42 male mice that have met the
inclusion and exclusion criterias. These samples were divided into two groups,
treatment and control. The control group feed ad libitum while the treatment
group feed ad libitum with supplementation of honey. The study was conducted
for 28 days with measurements of weight and supplementation done at the same
time each day to avoid diurnal variations. This study is a pre-clinical trials and
statistical method used is Mann-Whitney non-parametric statistical test.
Result
: The study concluded that the significant value of (P) equals to
0.001 which shows a significant correlation between supplementation of honey
and increase in mice’s body weight.
Keywords: Honey, increase in body weight and mice (Mus musculus).

Universitas Sumatera Utara


Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat kelulusan sebagai sarjana kedokteran
program studi Pendidikan Dokter Fakultas Pendidikan Universitas Sumatera
Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul Hubungan antara Pemberian Suplementasi madu
dengan Peningkatan Berat Badan Mencit (Mus musculus). Dalam penyelesaian
penelitian ini penulis banyak sekali mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Yunita Sari Pane, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan membina penulis sehingga penelitian dan karya tulis
ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Dr. Imam Budi Putra, Sp. KK, MHA dan Dr. Akhyar H. Nasution, Sp. AnKAKV selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, kritik, dan
saran-saran yang membangun untuk penulis.
4. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan merawat penulis

dengan penuh kasih sayang dan memberikan doa, semangat, dan dukungan
yang tiada henti-hentinya baik secara moril ataupun materil untuk penulis.
5. Keluarga dan kakak penulis, Anita Limanjaya atas dukungan dan
bimbingan kepada penulis.
6. Sahabat-sahabat dan teman-teman penulis yang banyak memberi masukan,
dorongan, dan semangat kepada penulis, Ardytia Lesmana, William
Wiryawan, Thomson Affendy, Willy Winardi.
7. Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah
membantu merawat, dan melakukan pengukuran data untuk penulis.

Universitas Sumatera Utara

8. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Sumatera Utara.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan atas segala bantuan yang
telah diberikan kepada penulis selama ini, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan, tanpa dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadarai karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat lebih
menyempurnakan karya tulis ini.


Peneliti

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
ABSTRACT............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI........………………………………………………………...............vi
DAFTAR
TABEL…………...………………………….......................................................viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN...........………………………... ..............................
...... 1
1.1. Latar belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan masalah ...............................................................................2

1.3. Tujuan penelitian ................................................................................2
1.4. Manfaat penelitian ..............................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………..................................... ....... 3
2.1. Nutrisi.................................................................................................3
2.2. Rasa lapar dan nafsu makan............................................ ...................3
2.2.1. Definisi ...................................................................................3
2.2.2. Fisiologi nafsu makan ............................................................3
2.3. Keseimbangan energi .........................................................................6
2.3.1. Pengeluaran energi .................................................................7
2.3.4. Peningkatan berat badan ........................................................8
2.4. Madu ..................................................................................................8
2.4.1. Definisi ...................................................................................8
2.4.2. Komposisi ............................................................................ 9
2.5. Efek fruktosa terhadap nafsu makan ................................................10
2.6. Penggunaan madu dalam diet...........................................................11
2.6.1. Perbandingan madu dan sukrosa dalam diet anak ................12
Kerangka teori........................................................................ .................13
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…….......... 14
3.1. Kerangka konsep penelitian..............................................................14
3.2. Alur penelitian..................................................................................15

3.3. Definisi Operasional.........................................................................16
3.3.1. Suplementasi.........................................................................16
3.3.2. Madu.................................................................................... 17
3.3.3. Berat Badan......................................................................... 18
3.3.4. Mencit (Mus musculus)........................................................ 19
3.3. Hipotesa............................................................................................20

Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN.............…........................................................ 21
4.1. Jenis penelitian ................................................................................21
4.2. Lokasi dan waktu penelitian............................................................21
4.2.1. Lokasi penelitian ..................................................................21
4.2.2. Waktu penelitian ..................................................................22
4.3. Sampel penelitian ............................................................................22
4.3.1. Kriteria inklusi dan ekslusi ..................................................22
4.4. Pelaksanaan penelitian ....................................................................23
4.4.1. Penentuan dosis madu ..........................................................23
4.4.2. Pemeliharaan hewan coba ....................................................23
4.4.3. Persiapan hewan coba ..........................................................23
4.4.4. Perlakuan hewan percobaan .................................................23
4.5. Metode analisis data ........................................................................24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................... 25
5.1. Hasil penelitian..................................................................................25
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian....................................................25
5.1.2. Deskripsi karakteristik sampel..............................................25
5.1.3. Hasil analisa data..................................................................27
5.2. Pembahasan.......................................................................................29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 33
6.1. Kesimpulan........................................................................................33
6.2. Saran..................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA….............................................................................….......35

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
2.1
Substansi yang mempengaruhi pusat rasa lapar dan kenyang di
Hipotalamus......................................................................................... 5
2.2
Komposisi madu.................................................................................. 9
5.1
Sebaran berat badan sampel................................................................ 26
5.2
Pakan rata-rata harian kelompok sampel dan perlakuan (dalam satuan
gram)................................................................................................... 27
5.3
Hasil uji normalitas data..................................................................... 28
5.4
Hasil uji statistika............................................................................... 28
5.5
Hasil pengukuran pre-test dan post-test kelompok kontrol................ 30
5.6
Hasil pengukuran pre-test dan post-test kelompok perlakuan............ 31

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
Nomor
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5

Judul

Halaman

Mekanisme kontrol umpan balik nafsu makan................................ 6
Kadar insulin................................................................................... 10
Kadar leptin ................................................................................... 11
Jarum gavage per oral..................................................................... 16
Suplementasi terhadap mencit (Mus musculus)............................. 17
Natural unprocessed clover honey................................................ 18
Timbangan elektronik bersama wadah penimbangan setelah ditera 19
Penimbangan mencit...................................................................... 19

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar riwayat hidup

Lampiran 2

Ethical clearance

Lampiran 3

Surat keterangan hewan coba

Lampiran 4

Surat pengantar pengiriman hewan coba

Lampiran 5

Master Data dan hasil Output

Universitas Sumatera Utara

Abstrak
Latar belakang: Madu adalah suatu substansi yang berasal dari kumpulan nektar
tumbuhan yang dikumpulkan, dimodifikasi, dan disimpan dalam sarang lebah
oleh lebah madu. Fruktosa adalah monosakarida dengan konsentrasi tertinggi pada
madu. Fruktosa, tidak seperti glukosa, tidak merangsang sekresi insulin dari selsel Pulau Langerhans pada pankreas. Insulin akan merangsang pelepasan leptin
pada sel-sel lemak, dan menekan pelepasan ghrelin oleh lambung yang
menyebabkan adanya kecenderungan peningkatan berat badan akibat nafsu makan
yang meningkat.
Tujuan
: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan
pemberian suplementasi madu terhadap peningkatan berat badan mencit.
Metode
: Penelitian ini dilakukan terhadap 42 ekor mencit jantan yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel ini dibagi dalam dua kelompok,
perlakuan dan kontrol. Kelompok kontrol mendapat pakan secara ad libitum
sedangkan kelompok perlakuan mendapat pakan secara ad libitum ditambah
dengan suplementasi madu. Penelitian dilakukan selama 28 hari dengan
pengukuran berat badan dan suplementasi dilakukan pada waktu yang sama setiap
harinya untuk menghindari variasi diurnal. Penelitian ini merupakan uji pre-klinis
dan metode statistika yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik MannWhitney.
Hasil
: Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan yang signifikan,
dimana (P)=0.001, yang menggambarkan adanya hubungan antara suplementasi
madu dengan peningkatan berat badan mencit.
Kata kunci: madu, peningkatan berat badan, mencit (Mus musculus).

Universitas Sumatera Utara

Abstract

Background : Honey is a substance derived from the nectar plants gathered,
modified, and stored in the honeycomb by honey bees. Fructose is the
monosaccharide with the highest concentrations in honey. Fructose, unlike
glucose, does not stimulate insulin secretion from the islet of Langerhans cells in
the pancreas. Insulin stimulates the release of leptin in fat cells, and suppress the
release of ghrelin by the stomach that causes a tendency to weight gain due to an
increased appetite.
Objective
: The study was conducted to determine whether there is a
relationship of honey supplementation on weight gain of mice.
Method
: The research was conducted on 42 male mice that have met the
inclusion and exclusion criterias. These samples were divided into two groups,
treatment and control. The control group feed ad libitum while the treatment
group feed ad libitum with supplementation of honey. The study was conducted
for 28 days with measurements of weight and supplementation done at the same
time each day to avoid diurnal variations. This study is a pre-clinical trials and
statistical method used is Mann-Whitney non-parametric statistical test.
Result
: The study concluded that the significant value of (P) equals to
0.001 which shows a significant correlation between supplementation of honey
and increase in mice’s body weight.
Keywords: Honey, increase in body weight and mice (Mus musculus).

Universitas Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Madu adalah suatu substansi yang berasal dari kumpulan nektar tumbuhan

yang dikumpulkan, dimodifikasi, dan disimpan dalam sarang lebah oleh lebah
madu. Madu adalah suatu produk murni tanpa adanya tambahan substansi lainnya,
termasuk air dan pemanis lainnya (National Honey Board, 2003).
Komposisi dan sifat madu bervariasi tergantung jenis tumbuhan asal madu
tersebut. Secara garis besar madu terdiri atas air, gula, protein dan asam amino,
asam, dan juga enzim yang kadarnya berbeda-beda untuk setiap jenisnya (White
Jr, 1980). Gula yang terkandung didalam madu terdiri atas glukosa, fruktosa,
sukrosa, dan berbagai jenis monosakarida lainnya. Fruktosa adalah monosakarida
dengan konsentrasi tertinggi pada madu (White Jr, 1980).
Fruktosa, tidak seperti glukosa, tidak merangsang sekresi insulin dari selsel Pulau Langerhans pada pankreas (Mueller et al. 1998). Insulin berperan dalam
menghambat nafsu makan melalui mekanisme kerjanya pada sel-sel lemak tubuh
dan sel-sel saraf pada sistem saraf pusat. Insulin akan merangsang pelepasan
leptin pada sel-sel lemak (Elliott et al. 2002), dan menekan pelepasan ghrelin oleh
lambung (Saad et al. 2002). Penurunan konsentrasi insulin dan leptin dalam
sirkulasi inilah yang menyebabkan adanya kecenderungan peningkatan berat
badan akibat nafsu makan yang meningkat (Elliott et al. 2002).
Fruktosa akan merangsang hati untuk melepaskan hormon glukokinase.
Hormon ini berperan dalam mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen
hati sehingga kelebihan glukosa tidak dikonversi menjadi sel-sel lemak. Sehingga
diduga juga bahwa madu dapat mencegah stres metabolik yang menyebabkan
obesitas pada objek penelitian (Fessenden, 2007).
Khasiat madu sebagai suplemen untuk meningkatkan berat badan pada
anak memberikan hasil yang positif, dimana ditemukan peningkatan berat badan
yang signifikan pada anak-anak yang diberikan suplementasi madu yang
dikombinasikan dengan temulawak (Yasin, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas mengenai kandungan zat gizi madu, maka
peneliti ingin mengetahui adanya hubungan pemberian suplementasi madu dengan
terjadinya peningkatan berat badan.

1.2

Rumusan masalah
Berdasarkan dari uraian diatas, akan dilakukan pengujian terhadap hewan

coba, dengan masalah yang dirumuskan bagaimanakah hubungan antara
pemberian suplementasi madu dengan peningkatan berat badan mencit (Mus
musculus)?

1.3

Tujuan penelitian

1.3.1

Tujuan umum
Mengetahui apakah ada hubungan pemberian suplementasi madu terhadap

peningkatan berat badan mencit (Mus musculus).
1.3.2

Tujuan khusus
Mengetahui berat badan mencit (Mus musculus) yang diberi suplementasi

madu dan yang tidak diberi suplementasi madu, dan mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok mencit (Mus musculus)
tersebut.

1.4

Manfaat penelitian

1.4.1

Bagi masyarakat awam
Mengetahui khasiat penggunaan madu sebagai suplementasi alami untuk

membantu meningkatkan berat badan.
1.4.2

Bagi mahasiswa fakultas kedokteran
Sebagai masukan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran yang ingin

melakukan penelitian lanjutan atau yang berhubungan dengan penelitian ini.
1.4.3

Bagi peneliti
Mengembangkan

kemampuan dan mengasah

daya

analisis

serta

menambah pengetahuan peneliti di bidang penelitian tentang penggunaan madu
sebagai suplementasi untuk meningkatkan berat badan.

Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Nutrisi
Nutrisi adalah substansi-substansi yang harus disediakan melalui diet

karena tubuh tidak dapat mensintesa substansi-substansi tersebut dalam jumlah
yang adekuat. Manusia membutuhkan nutrisi penghasil energi (protein, lemak,
dan karbohidrat), vitamin, mineral, dan air agar tetap sehat (Fauci et al. 2008).
Jumlah nutrisi yang harus dikonsumsi untuk menjaga kesehatan manusia dan
makhluk hidup berada dalam rentang yang luas, namun kemampuan adaptasi
tubuh terhadap jumlah nutrisi yang masuk memiliki batas. Nutrisi dalam jumlah
terlalu banyak atau terlalu sedikit akan memberikan efek yang tidak
menguntungkan terhadap kesehatan tubuh (Fauci et al. 2008).
Kebutuhan nutrisi tubuh seseorang dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
pertumbuhan, kehamilan, menyusui, aktivitas fisik, komposisi menu makanan,
penyakit yang dialami, dan obat-obatan yang dikonsumsi dan berbeda-beda untuk
setiap orangnya (Fauci et al. 2008).

2.2

Rasa lapar dan nafsu makan

2.2.1

Definisi
Rasa lapar didefinisikan sebagai suatu keinginan intrinsik seseorang untuk

mendapatkan jumlah makanan tertentu untuk dikonsumsi. Sedangkan nafsu
makan didefinisikan sebagai preferensi seseorang terhadap jenis makanan tertentu
yang ingin dikonsumsi. Mekanisme rasa lapar dan nafsu makan adalah suatu
sistem regulator otomatis yang penting dalam usaha tubuh untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi intrinsiknya (Guyton dan Hall, 2006).
2.2.2

Fisiologi nafsu makan
Nafsu makan dan rasa lapar muncul sebagai akibat perangsangan beberapa

area di hipotalamus yang menimbulkan rasa lapar dan keinginan untuk mencari
dan mendapatkan makanan (Guyton dan Hall, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Nukleus ventromedial pada hipotalamus berperan sebagai pusat rasa
kenyang. Pusat ini dipercaya berfungsi memberi sinyal kepuasan nutrisional yang
akan menghambat pusat nafsu makan. Stimulasi elektrik pada daerah ini akan
menyebabkan rasa kenyang dan puas, yang dengan keberadaan makanan pun akan
menyebabkan hewan coba menolak makanan tersebut (aphagia). Sedangkan
kerusakan pada daerah ini menyebabkan hewan coba makan secara berlebihan dan
terus menerus sehingga menyebabkan keadaan obesitas yang sangat ekstrim
(Guyton dan Hall, 2006).
Jumlah makanan yang dapat diterima tubuh diatur oleh nukleus
paraventrikuler, dorsomedial, dan arkuatus hipotalamus. Lesi pada daerah
paraventrikuler akan menyebabkan pola makan yang meningkat secara eksesif,
sedangkan lesi pada daerah dorsomedial akan menekan perilaku makan. Nukleus
arkuatus sendiri adalah lokasi berkumpulnya hormon-hormon dari saluran
gastrointestinal dan jaringan lemak yang kemudian akan mengatur jumlah
makanan yang dimakan dan juga penggunaan energi (Guyton dan Hall, 2006).
Pusat-pusat nafsu makan tersebut saling terhubung melalui sinyal-sinyal
kimia sehingga dapat mengkoordinasikan perilaku makan dan persepsi rasa
kenyang. Nukleus-nukleus tersebut juga mempengaruhi sekresi berbagai hormon
yang mengatur energi dan metabolisme, termasuk hormon dari kelenjar tiroid,
adrenal dan juga pulau-pulau Langerhans dari pankreas (Guyton dan Hall, 2006).
Pusat rasa lapar dan kenyang pada hipotalamus tersebut dipadati oleh
reseptor untuk neurotransmitter dan hormon yang mempengaruhi perilaku makan.
Hormon dan neurotransmitter tersebut terbagi atas substansi orexigenik yang
menstimulasi nafsu makan dan anorexigenik yang menghambat nafsu makan,
seperti terlihat pada Tabel 2.1

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Substansi yang mempengaruhi pusat rasa lapar dan kenyang di
Hipotalamus

Sumber: Guyton dan Hall, 2006

Sinyal yang menuju hipotalamus dapat berupa sinyal neural, hormon, dan
metabolit. Informasi dari organ viseral, seperti distensi abdomen, akan
dihantarkan melalui nervus vagus ke sistem saraf pusat. Sinyal hormonal seperti
leptin, insulin, dan beberapa peptida usus seperti peptida YY dan kolesistokinin
akan menekan nafsu makan (senyawa anorexigenic), sedangkan kortisol dan
peptida usus ghrelin akan merangsang nafsu makan (senyawa orexigenic).
Kolesistokinin, adalah peptida yang dihasilkan oleh usus halus dan memberi
sinyal ke otak secara langsung melalui pusat kontrol hipotalamus atau melalui
nervus vagus, seperti terlihat pada Gambar 2.1 (Fauci et al. 2008). Selain

sinyal

neural dan hormonal, metabolit-metabolit juga dapat mempengaruhi nafsu makan,
seperti efek hipoglikemia akan menimbulkan rasa lapar. Namun, metabolitmetabolit tersebut bukanlah regulator nafsu makan utama karena melepaskan
sinyal-sinyal hormonal, metabolik, dan neural tidak secara langsung, namun
dengan mempengaruhi pelepasan berbagai macam peptida-peptida pada
hipotalamus (Neuropeptide Y, Agouti-related Peptide,Melanocyte Stimulating
Hormone, Melanin Concentrating Hormone). Peptida-peptida tersebut terintegrasi

Universitas Sumatera Utara

dengan

jalur

sinyal

daripada

sistem

serotonergik,

katekolaminergik,

endocannabinoid, dan opioid. (Fauci et al. 2008).

Gambar 2.1 Mekanisme kontrol umpan balik nafsu makan (Guyton dan Hall,
2006)
Ket: (-)
(+)

2.3

Menekan nafsu makan
Merangsang nafsu makan

Keseimbangan energi
Berat badan adalah hasil pengaturan daripada kontrol neural dan hormonal

yang secara substansial mengatur keseimbangan antara pemasukan dan

Universitas Sumatera Utara

pengeluaran energi. Sistem regulatori yang kompleks ini dibutuhkan karena
sedikit ketidakseimbangan antara pemasukan dan penggunaan energi akan
memberi efek yang cukup signifikan pada berat badan (Fauci et al. 2008).
Pengaturan keseimbangan energi ini tidak dapat dimonitor dengan mudah dengan
penghitungan kalori dan hubungannya terhadap aktifitas fisik. Pengaturan berat
badan sendiri cenderung lebih bergantung terhadap signal-signal kompleks sistem
neural dan hormonal. Gangguan pada berat badan yang stabil dengan pemberian
makanan secara berlebihan ataupun pengurangan jumlah makanan yang
dikonsumsi akan merangsang perubahan fisiologis yang melawan gangguan
tersebut (Fauci et al. 2008). Jika terjadi penurunan berat badan, nafsu makan akan
meningkat dan penggunaan energi akan menurun. Jika terjadi konsumsi makanan
berlebih, nafsu makan akan menurun dan penggunaan energi meningkat. Hal ini
bisa terjadi disebabkan oleh perangsangan-perangsangan maupun penghambatan
yang dilakukan oleh hormon-hormon dan modulator-modulator tubuh lainnya.
Namun sering terjadi kegagalan mekanisme kompensasi yang menyebabkan
terjadinya obesitas ketika jumlah makanan yang masuk meningkat dan aktifitas
fisik terbatas. Regulator yang berperan penting dalam mekanisme adaptasi ini
adalah hormon turunan lemak, leptin. Leptin bekerja melalui sirkuit otak untuk
menekan nafsu makan, penggunaan energi, dan fungsi neuroendokrin (Fauci et al.
2008).
2.3.1

Pengeluaran energi
Pengeluaran energi terdiri atas komponen-komponen berikut:
A. Energi metabolisme basal
B. Energi untuk metabolisme dan penyimpanan zat-zat makanan
C. Energi termal untuk kegiatan tubuh
D. Energi termogenesis adaptif (bervariasi sebagai respon terhadap
pemasukan kalori kronis)
Energi metabolisme basal berjumlah sekitar 70% dari penggunaan energi

harian, sedangkan aktifitas fisik sekitar 5-10% (Fauci et al. 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Peningkatan berat badan
Ketika jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh (dalam bentuk

makanan) melebihi jumlah energi yang digunakan, berat badan akan meningkat,
dan kebanyakan dari energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak.
Oleh karena itu, adipositas yang berlebihan (obesitas) disebabkan oleh konsumsi
energi yang berlebihan dibandingkan dengan penggunaannya. Setiap 9.3 kalori
berlebih di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk 1 gram lemak. Lokasi
penyimpanan lemak yang utama adalah pada jaringan subkutan dan pada rongga
intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan lainnya didalam tubuh juga terkadang
menyimpan lemak dalam jumlah yang signifikan (Guyton dan Hall, 2006).

2.4

Madu

2.4.1

Definisi
Madu adalah suatu cairan kental dan manis yang dikumpulkan oleh lebah

dari nektar tumbuh-tumbuhan, yang terutama berupa bunga, ditransportasikan ke
sarang lebah untuk pematangan dan disimpan sebagai makanan (White Jr, 1980),
atau suatu substansi manis yang dihasilkan secara natural oleh lebah madu dari
nektar tumbuh-tumbuhan ataupun dari sekresi tumbuhan atau sekresi tumbuhan
pemakan serangga pada bagian yang hidup daripada tumbuhan tersebut, yang
mana dikumpulkan oleh lebah, ditransformasi dengan menggunakan substansi
spesifik oleh lebah, didehidrasikan, disimpan, dan kemudian ditinggalkan pada
sarang lebah untuk pematangan (American Revised Codex Standard for Honey,
2001).
Madu sendiri terbagi 2, yaitu:
A. Blossom honey yang berasal dari nektar tumbuh-tumbuhan
B. Honeydew honey yang secara umum berasal dari eksresi tumbuhan
pemakan serangga (Hemiptera) oleh bagian yang hidup dari tumbuhan
tersebut, ataupun sekresi dari bagian tersebut.
Di Indonesia jenis lebah yang paling banyak digunakan sebagai penghasil
madu adalah lebah lokal (Apis cerana), lebah hutan (Apis dorsata) dan lebah
Eropa (Apis melifera) (Heriyati, 2010).

Universitas Sumatera Utara

2.4.2

Komposisi
Karakteristik properti fisik dari madu seperti viskos, lengket, manis,

kepadatan tinggi, kecenderungan menyerap uap air dari udara, dan ketahanan
terhadap perlakuan tertentu semua berdasar dari fakta bahwa madu adalah suatu
larutan kental alami yang tersusun atas berbagai macam gula (White Jr, 1980).
Berikut adalah komponen-komponen yang terdapat didalam madu :

Tabel 2.2 Komposisi Madu

Sumber: National Honey Board, 2003

Fruktosa memiliki rasa sedikit lebih manis dibandingkan sukrosa, glukosa
lebih tidak manis, dan maltosa adalah yang paling tidak manis. Pada kebanyakan
madu, fruktosa berjumlah lebih banyak sehingga madu cenderung lebih manis
dibandingkan dengan gula. Beberapa jenis madu yang sangat kaya fruktosa akan
memiliki rasa yang sangat manis (National Honey board, 2003).

Universitas Sumatera Utara

2.5

Efek fruktosa terhadap nafsu makan
Homeostasis energi diatur secara jangka panjang oleh kerja insulin dan

leptin pada sistem saraf pusat. Fruktosa tidak merangsang sekresi insulin dari selsel Pulau Langerhans pankreas, sehingga konsumsi makanan dan minuman yang
mengandung fruktosa akan menghasilkan sekresi insulin yang lebih rendah
dibandingkan konsumsi makanan dan minuman berkarbohidrat yang mengandung
glukosa (Elliott et al. 2002).
Sebagai respon terhadap masuknya makanan, insulin akan disekresikan
dan akan merangsang produksi leptin. Karena berkurangnya kadar insulin yang
dihasilkan oleh konsumsi fruktosa, maka kadar leptin dalam darah juga akan
berkurang. Efek dari kombinasi kedua hal tersebut adalah orang yang diet tinggi
fruktosa akan meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya kenaikan berat
badan (Elliott et al. 2002).
Ditemukan juga perbedaan kadar insulin dan leptin dalam sirkulasi setelah
pemberian preparat glukosa dan fruktosa. Kadar insulin setelah pemberian
glukosa dan fruktosa terlihat pada Gambar 2.2 dimana kadar serum insulin lebih
tinggi setelah konsumsi makanan tinggi glukosa dibandingkan dengan konsumsi
nutrisi yang tinggi fruktosa (Teff et al. 2004).

Gambar 2.2 Kadar Insulin

Universitas Sumatera Utara

Sebagai suatu substansi yang produksinya dirangsang oleh insulin,
terdapat juga perbedaan pada kadar leptin plasma yang dapat dilihat pada Gambar
2.3 dimana kadar leptin pada kelompok yang mengkonsumsi makanan dengan
kadar glukosa tinggi memiliki kadar leptin yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok yang mendapatkan makanan yang tinggi fruktosa.

Gambar 2.3 Kadar Leptin

2.6

Penggunaan madu dalam diet
Madu senagai suatu pemanis alami yang mengandung campuran dari

berbagai gula sederhana dan kompleks, dan juga mengandung banyak gula, asam
amino, vitamin, dan mineral adalah salah satu pengobatan alami terbaik untuk
penurunan berat badan (Molan, 1996), dimana konsumsi madu sebagai makanan

Universitas Sumatera Utara

tambahan untuk masyarakat dengan index massa tubuh rendah (underweight)
sangat dianjurkan (Luder dan Alton, 2005).
Aplikasi penggunaan madu sebagai tambahan nutrisi bagi anak-anak telah
menjadi rekomendasi yang cukup umum berabad-abad belakangan. Dari hal
tersebut ditemukan suatu hal yang menarik dalam observasi yang dilakukan,
dimana anak-anak dengan diet yang mengandung madu memiliki postur tubuh
dan peningkatan berat badan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak
mengkonsumsi madu dalam diet sehari-harinya (Bogdanov, 2011).
2.6.1

Perbandingan madu dan sukrosa dalam diet anak
Madu ditoleransi lebih baik oleh anak dibandingkan dengan sukrosa dan

memberi peningkatan berat badan yang lebih baik. Ditemukan juga jumlah anak
yang muntah akibat pemberian madu lebih sedikit dibandingkan dengan anak
yang diberikan sukrosa (Bogdanov, 2011).
Konsumsi madu sebagai sumber nutrisi juga menghasilkan peningkatan
hemoglobin, warna kulit yang lebih baik, tanpa adanya masalah-masalah
pencernaan ditemukan dibandingkan dengan konsumsi sukrosa sebagai sumber
nutrisi anak (Bogdanov, 2011). Efek-efek positif madu ini diakibatkan oleh efek
madu terhadap pencernaan. Pencernaan oligosakarida dalam madu yang
dicampurkan dengan susu pada anak menghasilkan peningkatan berat badan yang
stabil. Hal ini diduga disebabkan oleh peningkatan jumlah bakteri probiotik B.
bifidus yang memberi efek protektif dan membantu proses pencernaan
(Bogdanov, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Teori

Glukosa

Madu

Fruktosa
Insulin

Sel-sel lemak

Leptin

Sinyal-sinyal anorexigenic

Hipotalamus
Nukleus dorsomedial
Nukleus ventromedia
Sensasi rasa lapar
Stimulasi rasa kenyang
Keterangan:
Jalur glukosa

Intake makanan meningkat
Keseimbangan energi positif

Jalur fruktosa
Menghambat

Peningkatan berat badan

Universitas Sumatera Utara

BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1

Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:
Glukosa
Suplementasi madu
Sekresi insulin

Nukleus
ventromedia
hipotalamus

Sel-sel lemak

Sekresi leptin

Sinyal rasa kenyang

Intake zat-zat gizi
yang utama

Sinyal rasa kenyang
menurun
Perilaku makan terus
menerus

Mencit

Peningkatan jumlah
kalori masuk

Keseimbangan
energi positif

Peningkatan berat
badan mencit

Universitas Sumatera Utara

3.2

Alur Penelitian
Pengambilan sampel
Berupa
mencit
jantan
homogen
dengan
strain
Swiss Webster

Kelompok
kontrol
Terdiri atas 20
ekor
mencit,
sebagai kontrol
atas
perlakuan
yang diberikan

Pemisahan sampel
Kedalam dua kelompok,
kontrol
dan
perlakuan.
Mencit diambil dari kandang
utama, pengambilan dengan
nomor
ganjil
masuk
kelompok
kontrol,
dan
nomor
genap
masuk
kelompok perlakuan

Kelompok
perlakuan
Terdiri atas 22 ekor
mencit,
mendapatkan
perlakuan berupa
suplementasi madu

Adaptasi
Kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan
dipelihara secara normal
selama seminggu, tanpa ada
intervensi.
Pengukuran pre-test
Penimbangan berat badan
awal sebelum dilakukan
intervensi
Kelompok
kontrol
Diberikan pakan
dan air secara ad
libitum

Intervensi

Kelompok
perlakuan
Diberi pakan dan
air
secara
ad
libitum ditambah
dengan
suplementasi madu

Pengukuran post-test
Penimbangan berat badan
setelah dilakukan intervensi

Universitas Sumatera Utara

3.3

Definisi operasional

3.3.1

Suplementasi
Suplementasi adalah pemberian zat-zat gizi tambahan diluar makanan

utama.
A. Pemberian suplementasi
Pada penelitian ini makanan utama adalah pellet dan suplementasi berupa
madu yang diberikan dengan dosis yang berbeda sesuai dengan berat badan
mencit setiap harinya dan diberikan menggunakan spuit 1 cc dan jarum gavage
khusus untuk menghindari terjadinya error karena mencit (Mus musculus)
memuntahkan atau tidak mengkonsumsi suplemen tersebut.
Pemberian suplementasi dilakukan secara per oral, dan dilakukan oleh
mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USU
yaitu Adi Gunawan (NIM 080805003) yang sudah terlatih untuk melakukan
pemberian suplementasi dengan menggunakan jarum gavage per oral tersebut.

Gambar 3.1

Jarum gavage per oral

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.2
3.3.2

Suplementasi terhadap mencit (Mus musculus)

Madu
Cairan kental dan manis yang dikumpulkan oleh lebah dari nektar tumbuh-

tumbuhan, terutama bunga, ditransportasikan ke sarang lebah untuk pematangan
dan disimpan sebagai makanan. Madu yang digunakan adalah madu murni yang
diproduksi oleh New Zealand Honey Producers Co. Ltd dan diimpor serta
didistribusikan oleh PT. Harmonik Dinamik Indonesia dengan merk dagang
Natural Unprocessed Clover Honey. Madu ini adalah madu murni yang terdiri
atas 99.7% madu dan 0.3% serbuk sari dan tidak mengandung air sama sekali.
Madu ini kemudian diencerkan menjadi larutan dengan konsentrasi 20% dengan
cara yang akan dijelaskan pada bagian 4.4.1 Penentuan dosis madu.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.3
3.3.3

Natural unprocessed clover honey

Berat badan
Berat badan mencit (Mus musculus) diukur dengan menggunakan

timbangan elektronik dengan satuan gram menggunakan 4 (empat) angka penting.
Angka penting kelima akan dibulatkan sesuai dengan angka keempat. Jika angka
keempat adalah bilangan ganjil, dengan angka kelima ≥ 5, dilakukan pembulatan
ke atas. Jika angka keempat adalah bilangan genap, dan angka kelima ≤ 5,
dilakukan pembulatan ke bawah.
A. Pengukuran berat badan
Pengukuran dilakukan oleh mahasiswi FMIPA USU Nanin Triana (NIM
080805032). Pengukuran dilakukan dengan seluruh badan mencit (Mus musculus)
berada diatas timbangan. Hal ini dilakukan dengan cara meletakkan mencit
didalam suatu wadah sehingga seluruh anggota badan mencit berada diatas
timbangan yang sudah ditera, dan memperkecil kemungkinan bias.

Universitas Sumatera Utara

B. Hasil pengukuran berat badan
Hasil pengukuran dicatat dengan menggunakan skala pengukuran numerik
dan dinyatakan dalam satuan gram.

Gambar 3.4

Timbangan elektronik bersama wadah penimbangan setelah
ditera

Gambar 3.5

Penimbangan mencit

Universitas Sumatera Utara

3.3.4

Mencit (Mus musculus)
Mencit yang digunakan adalah mencit galur murni (homogen), didapat

dari wirausaha penjualan mencit D’Tik Pop (Dagangan Tikus Populer). Mencit
yang digunakan berasal dari strain Swiss webster.
A. Pemisahan mencit
Mencit dipisahkan dalam kandang-kandang terpisah dengan jumlah
maksimum sebanyak 12 ekor dalam setiap kandang. Pemisahan mencit dilakukan
secara simple random sampling dengan cara menangkap mencit secara acak dari
kandang awal. Penangkapan dengan nomor ganjil masuk ke dalam kelompok
kontrol dan penangkapan dengan nomor genap masuk ke dalam kelompok
perlakuan. Jumlah sampel total adalah 42 ekor, dan setelah dipisahkan secara acak
dimana kelompok kontrol mencapai jumlah 20 ekor dan kelompok perlakuan 20
ekor, dua ekor mencit terakhir dimasukkan ke dalam kelompok perlakuan. Hal ini
dilakukan karena adanya kekhawatiran akan tingkat kematian yang lebih tinggi
didalam kelompok perlakuan.

3.4

Hipotesa
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternans atau Ha dimana

dijumpai hubungan antara suplementasi madu dengan peningkatan berat badan
mencit (Mus musculus).

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1.

Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara pemberian suplementasi madu terhadap
peningkatan berat badan. Pendekatan yang dilakukan adalah studi pre-klinis (PreClinical Study) (Notoadmodjo, 2010). Penelitian pre-klinis adalah penelitian yang
dilakukan untuk melihat efek dari zat-zat tertentu yang dilakukan pada hewan
coba, sebelum diuji secara langsung pada manusia (Clinical study). Penelitian ini
dirancang dengan menggunakan dua kelompok hewan percobaan mencit putih
(Mus musculus), yang terdiri atas satu kelompok kontrol dan satu kelompok yang
diberi intervensi. Hasil yang diperoleh kemudian akan dilakukan analisis untuk
melihat adanya perbedaan pada peningkatan berat badan. Pretest dilakukan pada
seluruh kelompok eksperimen sebelum diberikan intervensi berupa suplementasi
madu, kelompok eksperimen I diberi hanya diberikan pakan harian pellet, dan
pada kelompok eksperimen II diberikan pakan harian pellet beserta suplementasi
madu.

4.2

Lokasi dan waktu penelitian

4.2.1

Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di kandang hewan Laboratorium Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, yang
bertempat di Jalan Universitas kampus Universitas Sumatera Utara Medan untuk
perawatan dan pemberian perlakuan, disertai pencatatan data yang dilakukan
setiap hari.
4.2.2

Waktu penelitian
Pengukuran dan pencatatan data sampel pada penelitian ini dilakukan pada

Juli-Agustus 2011 dengan waktu yang sama setiap hari, yaitu pukul 09.00 WIB
selama 4 minggu.

Universitas Sumatera Utara

4.3

Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mencit jantan umur 8-12 minggu dengan

berat badan 15-45 gram dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif. Besar
sampel yang digunakan pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus :
(t-1) (n-1) ≥ 15
Dengan ;

(Federer, 1963)

t = kelompok perlakuan (2 kelompok)
n = jumlah sampel tiap kelompok

Banyak sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
(t-1) (n-1)

≥ 15

(2-1) (n-1)

≥ 15

n-1

≥ 15

n

≥ 16

Dari hasil perhitungan di atas, dibutuhkan jumlah sampel sebanyak 16
ekor mencit pada tiap perlakuan sehingga total jumlah sampel yang dibutuhkan
adalah sebanyak 32 ekor mencit dengan perincian sebagai berikut :
1. K = kelompok kontrol yang diberikan hanya pakan harian berupa
pellet.
2. P1 = kelompok perlakuan yang diberikan pakan harian berupa pellet
dan suplementasi madu.
4.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi:
1.Mencit jantan (Mus musculus) berumur 8-12 minggu
2.Berat mencit 15-45 gram
Kriteria eksklusi:
1.Terdapat kelainan anatomis
2.Mencit terlihat sakit, tidak aktif bergerak

Universitas Sumatera Utara

4.4

Pelaksanaan Penelitian

4.4.1

Penentuan Dosis Madu
Dosis madu adalah sebanyak 15 mL, dengan jumlah yang diberikan

ditentukan berdasarkan hasil konversi dari manusia ke mencit (Ngatidjan, 1991),
yaitu sebagai berikut:
Nilai konversi x 15 mL madu = 0,0026 x 15 mL madu = 0,04 mL madu
Pengenceran madu : 2 mL madu + aquadest 10 mL larutan madu
Dalam 1 mL larutan mengandung 0,2 mL madu, dimana 0,2 mL larutan
mengandung 0,04 mL madu. Madu yang diberikan kepada hewan coba adalah
madu yang telah diencerkan sebanyak 0,2 mL setiap kali pemberian sebanding
dengan pemberian madu sebanyak 15 mL kepada manusia.
4.4.2

Pemeliharaan Hewan Coba
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit

jantan (Mus musculus) berumur 8-12 minggu dengan berat badan 15-45 gr.
Kebersihan kandang selalu dijaga setiap hari agar mencit terhindar dari infeksi
akibat kotorannya sendiri. Suhu kandang dijaga agar tetap dalam suhu ruangan
dan pencahayaan ruangan menggunakan cahaya lampu dan sinar matahari secara
tidak langsung. Makanan yang diberikan berupa pellet. Makanan dan minuman
diberikan secukupnya dalam wadah terpisah dan diganti setiap hari. Madu
diberikan pada mencit dengan menggunakan jarum gavage per oral.
4.4.3

Persiapan Hewan Coba
Masing–masing kelompok percobaan disiapkan dalam kandang yang

terpisah. Mencit dipilih dan dipisahkan secara random dalam keadaan baik,
disiapkan untuk beradaptasi selama 1 minggu sebelum dilakukan penelitian.
Sebelum perlakuan, setiap mencit ditimbang berat badannya dan diamati
kesehatannya secara fisik (gerakannya, berat badan, makan, dan minum). Jika ada
mencit yang sakit pada saat adaptasi ini, maka diganti dengan mencit yang baru
dengan kriteria sama dan diambil secara acak. (Anggraini, 2008).
4.4.4

Perlakuan Hewan Percobaan
Setelah semua persiapan selesai, maka hewan percobaan pada tiap

kelompok (K dan P1) akan diberikan perlakuan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

A. Pengukuran berat badan mencit (Mus musculus) pada pukul 09.00
WIB setiap hari.
B. Pemberian suplementasi madu setiap hari sesuai dosis sebelum
pemberian pakan harian berupa pellet. Dosis madu yang diberikan
disesuaikan dengan berat badan mencit yang telah ditimbang
sebelumnya. Larutan yang diberikan berupa larutan dengan konsentrasi
20% dengan dosis yang setara dengan 15 mL madu pada manusia.
Pemberian suplementasi tersebut dilakukan dengan menggunakan
jarum gavage per oral untuk memastikan hewan coba mengkonsumsi
suplementasi tersebut.

4.5

Metode Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran berat badan akan dianalisis

menggunakan perangkat lunak komputer. Variabel independen berbentuk nominal
dikotomik, sedangkan variabel dependen berbentuk numerik, sehingga metode
analisa data adalah secara parametrik dengan menggunakan uji-t independen atau
jika terdapat distribusi data yang tidak normal, akan digunakan uji non-parametrik
yaitu uji Mann-Whitney (Sudigdo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Hasil penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini adalah dengan melakukan

pengukuran langsung terhadap berat badan sampel secara harian menggunakan
timbangan digital. Timbangan yang digunakan memiliki ketepatan hingga 0.01
gram dan ditera setiap digunakan.
5.1.1

Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan
Bioteknologi I USU di dalam kampus USU yang berlokasi di jalan Dokter
Mansur, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan 20155.
Kampus ini memiliki luas sebesar 122 Ha, dengan lokasi akademik sekitar 100 Ha
di bagian tengahnya. Fakultas ini sendiri terbagi menjadi beberapa departemen
yang terdiri dari departemen Matematika dan departemen Ilmu Pengetahuan
Alam, yang terdiri dari departemen Ilmu Fisika, Ilmu Kimia, dan Ilmu Biologi.
5.1.2

Deskripsi karakteristik sampel
Sampel dari penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan yang

dipilih secara acak (Simple random sampling) dengan cara menangkap mencit
secara acak dari kandang awal. Penangkapan dengan nomor ganjil masuk ke
dalam kelompok kontrol dan penangkapan dengan nomor genap masuk ke dalam
kelompok perlakuan. Jumlah sampel total adalah 42 ekor, dan setelah dipisahkan
secara acak dimana kelompok kontrol mencapai jumlah 20 ekor dan kelompok
perlakuan 20 ekor, dua ekor mencit terakhir dimasukkan ke dalam kelompok
perlakuan. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran akan tingkat kematian
yang lebih tinggi didalam kelompok perlakuan. Sampel awal dipilih sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi yang ada.
Sampel yang digunakan adalah mencit galur murni (homogen) dengan
strain Swiss Webster. Dari keseluruhan sampel, diperoleh data mengenai berat
badan awal sebelum perlakuan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1
Nomor

Sebaran berat badan sampel
Kontrol

Perlakuan

S1

36.8

27.59

S2

35.26

19.95

S3

31.63

22.13

S4

29.77

29.43

S5

39.53

27.98

S6

29.77

29.05

S7

41.3

33.5

S8

36.65

30.97

S9

27.83

16.7

S10

24.24

16.67

S11

26.6

25.6

S12

24.92

19.39

S13

33.15

21.2

S14

21.7

31.66

S15

26.71

27.22

S16

35.8

31.58

S17

32.05

27.32

S18

27.61

22.72

S19

30.47

20.24

S20

24.13

36.58

S21

-

25.66

S22

-

34.08

Berdasarkan sebaran sampel, ditemukan bahwa berat maksimum pada
adalah 41.3 gram, dan berat minimum adalah 16.67 gram.
Sedangkan untuk pangan yang dikonsumsi oleh sampel sendiri sangat
bervariasi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.2

Pakan rata-rata harian kelompok sampel dan perlakuan (dalam
satuan gram)
PakanK

PakanP

4.204737

7.43625

3.570526

7.395833

4.124211

4.323913

3.206667

4.727826

2.637778

3.965652

2.756471

2.883478

2.975

3.610435

3.03625

2.913913

3.549333

3.044783

2.979333

3.526957

2.712

2.833043

2.652

3.664348

2.370667

3.624783

3.422667

3.143913

3.725333

3.392174

3.994

3.403913

3.882667

3.143043

3.038

3.094348

3.690667

3.206957

3.208

4.123913

2.376

4.323913

2.838462

3.652174

3.011538

3.472609

5

3.255652

Seperti terlihat pada tabel, jumlah pakan rata-rata harian baik pada kelompok
kontrol maupun kelompok perlakuan sangat bervariasi dengan pola yang tidak
dapat diprediksi sehingga sulit untuk dianalisa secara kuantitatif.
5.1.3. Hasil Analisa Data
Sebelum dilakukan analisa data,dilakukan terlebih dahulu uji normalitas
untuk mengetahui sebaran data penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.3 Hasil uji normalitas data
Kolmogorov-Smirnova

KenaikanBerat

Shapiro-Wilk

Madu

Statistic

Df

Sig.

Statistic

df

Sig.

1

.231

13

.055

.865

13

.045

2

.169

22

.102

.926

22

.101

Berdasarkan analisa data kenaikan berat badan, didapati nilai Sig.(P)
sebesar

0,055 menurut uji Kolmogorov-Smirnov dan Sig.(P) sebesar 0,045

menurut uji Shapiro-Wilk untuk berat badan kontrol. Untuk kelompok perlakuan
didapati nilai Sig.(P) sebesar 0,102 menurut uji Kolmogorov-Smirnov dan Sig.(P)
sebesar 0,102 menurut uji Shapiro-Wilk sebesar 0,101.
Dikarenakan jumlah data yang kecil (