Hubungan Pemberian Temulawak Terhadap Peningkatan Berat Badan Pada Mencit

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN TEMULAWAK TERHADAP

PENINGKATAN BERAT BADAN PADA MENCIT

Oleh :

NATA KHARIMANTARA NAKAMURA

080100069

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

HUBUNGAN PEMBERIAN TEMULAWAK TERHADAP

PENINGKATAN BERAT BADAN PADA MENCIT

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NATA KHARIMANTARA NAKAMURA

080100069

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian: Hubungan Pemberian Temulawak Terhadap

Peningkatan Berat Badan Pada Mencit

NAMA : NATA KHARIMANTARA NAKAMURA

NIM : 080100069

Pembimbing Penguji1

(Dr. Mega Sari Sitorus, M.Kes) (Dr. Cut Aria Arina, Sp.S) NIP: 19770126200112200 NIP: 197710202002122001

Penguji 2

(Dr. JuliandiHarahap, MA)

NIP: 197007021998021001

Medan, 19 Desember 2011 DekanFakultasKedokteran UniversitasSumateraUtara

(Prof. dr.GontarAlamsyahSiregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Kesulitan makan pada anak masih merupakan keluhan utama orang tua terhadap anaknya, terutama pada golongan balita. Untuk itu dapat diberikan obat penambah nafsu makan, dalam hal ini obat tradisional Indonesia dapat diberikan. Indonesia kaya akan bermacam-macam spesies tanaman, banyak diantaranya telah digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun-temurun sebagai penambah nafsu makan. Salah satu obat tradisional yang digunakan adalah temulawak (Curcuma xantorrhizae). Tujuan penelitian adalah untuk mencari tahu apakah ada hubungan pemberian temulawak terhadap peningkatan berat badan pada mencit

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain kohort prospektif yang dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Sumatra Utara, dalam waktu 4 minggu mulai dari Juli sampai Agustus 2011. Populasi dari penelitian ini adalah mencit jantan umur 6-8 minggu dengan berat badan 30-50 gr sekurangnya sebanyak 16 ekor tiap kelompok. Mencit yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 43 ekor.

Hasil uji hipotesis terhadap berat badan kedua kelompok dilakukan dengan uji beda mean T independent karena berdistribusi normal dan didapat p value

0.018 dan merupakan hasil yang signifikan sedangkan uji hipotesis terhadap konsumsi pakan mencit dilakukan dengan uji statistik Mann Whitney karena data berdistribusitidak normal dan didapat p value sebesar 0.02

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan berat badan mencit pada kelompok perlakuan dimana rata-rata peingkatan berat badan per minggunya sebesar 1 gr dan disertai juga peningkatan konsumsi pakan pada mencit kelompok perlakuan dibandingkan dengan mencit kelompok kontrol. KataKunci: Temulawak (Curcuma xantorrhizae), NafsuMakan, BeratBadan


(5)

ABSTRACT

Feeding difficulties in children is still a major complaint of parents towards their children, especially toddler. As an answer to this situation, they can use traditional Indonesian’s herbs that act as an appetite stimulator can be given to their children. Indonesia has plenty of herbs that have been used as traditional medicine that act as an appetite stimulator for years. One of the traditional medicines that have been used for years is temulawak. The aim of this study is to look for the relationship of temulawak (Curcuma xantorrhizae) supplementation and the increase of body weight on mice.

The method of this study is experimental and prospective cohort, which is conducted in the Biology Laboratory of Mathematic and Science Faculty in University of Sumatra Utara. This study was held for 4 weeks starting from July to August 2011. The population of this study is 6-8 weeks old, male mice with 30-50 gr of body weight, at least 16 mice for each group. There were 43 mice that has been used for this study.

Independent samples T test were used to test the body weight between two groups because the data was normally distributed and the p value of the test is 0.018 and Mann Whitney test were used to test the total feed consumption of the mice because the data was not normally distributed and the p value of the test is 0.02. Both of these testsshow significant results.

The conclusions of this study show increment of body weight at least 1 gr each weeks and increment of consumption rate on experimental group’s mice compare to the control group’s mice.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan Ramat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang berjudul

“HubunganPemberianTemulawakTerhadapPeningkatanBeratBadanPadaMencit”. Penulisjugamengucapkan rasa terimakasihkepada dr. Mega Sari Sitorus, M.Kes,selakudosenpembimbingpenulis, atasbimbingandanwaktu yang telahdiberikandemiterselesaikannya proposal ini.

Proposal

penelitianinidirencanakanuntukdilanjutkanketempatpenelitian.KaryaTulisIlmiahin idisusunsebagaisuatusyaratkelulusanuntukmemperolehsarjanakedokterandiUniver sitas Sumatera Utara.

Penulismenyadaribahwa proposal inimasihjauhdarisempurna.Untukitu,

penulissangatmengharapkankritikdan saran agar penulisdapatmenjadilebihbaikuntukkedepannyakelak.

Padakesempataninipenulisinginmenyampaikanterimakasihkepada:

1. Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp. PD-KGEH selakuDekanFakultasKedokteranUniversitas Sumatra Utara.

2. Dr. Mega Sari Sitorus, M.Kesselakudosenpembimbing yang telahbanyakmeluangkanwaktudanpikirannyadalammemberikanpetu

njuk, saran danbimbingankepadapenulissehinggakaryatulisilmiahinidapattersel

esaikan.

3. Dr. JuliandiHarahapm, MA selakudosenpenguji I serta Dr. Cut Aria Arina, Sp.Sselakudosenpenguji II yang telahbersediamenguji, memberikanmasukandan saran kepadapenulis.

4. Dr. Nurdin Nakamura dan Lim TjiuPhengselakuorangtuapenulis yang


(7)

telahbanyakmemberikansemangatdanmotivasidalammenyelesaikan karyatulisilmiahini.

5. KomisiEtikdanPenelitianKesehatanFakultasKedokteranUniversitas Sumatera Utara yang telahmenyetujuipelaksanaanpenelitianini.

6. LaboratoriumBiologiFakultas MIPA USU yang telahmemberikanizinuntukmelakukanpenelitian.

7. Temanseperjuanganpenulis Harry Andrean, ShaliniShanmugalingam, WawanHarimawan H, Sonia

SiraitdanNatanael B Sinagaselakutemanbelajar yang luarbiasa.

8. Kepada Elvira yang

selalumendukungsayadanmemberikansemangat yang luarbiasadalammenyelesaikanKaryaTulisIlmiahini.

9. SeluruhcivitasakademikaFakultasKedokteran USU yang telahmembantuselamaperkuliahan.

Demikianucapanterimakasihinidisampaikan.SemogaKaryaTulisIlmiahinib ermanfaatbagipembaca, danpenulismengharapkan saran dankritikdaripembaca.

Medan, 22 Desember 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN…... i

ABSTRAK………. ii

ABSTRACT………... iii

KATA PENGANTAR…….………. iv

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR………...ix

DAFTAR LAMPIRAN……….………..……….x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3.TujuanPenelitian ... 3

1.3.1.TujuanUmum ... 3

1.3.2.TujuanKhusus ... 3

1.4. ManfaatPenelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….. 4

2.1. Curcumaxantorrhiza ... 4

2.1.1.Gambaran Umum ... ... 4

2.1.2.Ekologi dan Penyebaran ... 5

2.1.3. Komposisi Kimiawi dari Temulawak ... 6

2.1.4. Efek Pada Usus Halus ... 7

2.2. Fisiologi Nafsu Makan ... 7

2.2.1. PeranHipotalamusdalamMengaturNafsuMakan. ... 7

2.2.2. PengaturanNafsuMakanJangkaPanjang ... 8

2.2.3. PengaturanNafsuMakanJangkaPendek ... 9

2.3. Gangguan Nafsu Makan pada Anak ... 9

2.4. Kurva Berat Badan Pada Anak ... 11

2.4.1.AnakLaki-lakiUmur 0-3 Tahun... 11

2.4.2. AnakPerempuanUmur 0-3 Tahun ... 12

2.4.3. AnakLaki-lakiUmur 3-20 Tahun... 13

2.4.4. AnakPerempuanUmur 3-20 Tahun ... 14


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL….. 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 16

3.2. Variabel Defenisi Operasional... 16

3.2.1. VariabelIndependen ... 16

3.2.2. VariabelDependen ... 16

3.2.3. DefenisiOperasional ... 16

3.3. Hipotesis... 17

BAB 4METODOLOGI PENELITIAN……... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.4. Besar Sampel ... 18

4.5. Metode Analisis Data ... 19

4.5.1. VariabelIndependen ... 19

4.5.2. VariabelIndependen ... 19

4.5.3. VariabelIndependen ... 20

4.6. Metode Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN……… 22

5.1. Hasil ... 22

5.1.1. DeskripsiLokasiPenelitian ... 22

5.1.2. Karakteristik Sampel ... 22

5.1.3. Analisa Data ... 26

5.2. Pembahasan... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 30

6.1.Kesimpulan ... 30

6.2. Saran ... 31


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. FungsidariTemulawakMenurutKomponen yang Dimiliki 6 Tabel 4.1. PerlakuanHewanCoba 20 Tabel 5.1. Rata-rata BeratBadanMencitPerlakuan per Minggu (gr) 23 Tabel 5.2. Rata-rata BeratBadanMencitKontrol per Minggu (gr) 24 Tabel 5.3. Rata-rata KonsumsiMencitPerlakuan per Minggu (gr) 25 Tabel 5.4. Rata-rata KonsumsiMencitKontrol per Minggu (gr) 25 Tabel 5.5. Data SelisihBeratBadanMencitHari 0 danHari 28 26 Tabel 5.6. HasilUjiStatistikBeratBadanDenganUjiT Independent 27


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Daun dari Temulawak dan Akar Batang 5 Gambar 2.2. SerbukTemulawak 5 Gambar 4.1. ProsesPencekokan 21 Gambar 4.2. ProsesPerhitungan Berat Badan 21 Gambar 4.3. ProsesPerhitunganPakanMencit 21


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 EthicalClearance Lampiran 3 Surat IzinPenelitian

Lampiran 4 Surat KeteranganPenelitian Lampiran 5 TabelMean Berat Badan Dan

KonsumsiPakanSertaKonsumsiRata-rataMencit per Hari

Lampiran 6 Grafik Berat Badan Dan Konsumsi PakanMencit Lampiran 7 Gambar Mencit Dan SerbukTemulawak

Lampiran 8 Tabel data Berat Badan Mencit Perlakuan Selama 4 Minggu

Lampiran 9 Tabel data Berat Badan Mencit Kontrol Selama 4 Minggu


(13)

ABSTRAK

Kesulitan makan pada anak masih merupakan keluhan utama orang tua terhadap anaknya, terutama pada golongan balita. Untuk itu dapat diberikan obat penambah nafsu makan, dalam hal ini obat tradisional Indonesia dapat diberikan. Indonesia kaya akan bermacam-macam spesies tanaman, banyak diantaranya telah digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun-temurun sebagai penambah nafsu makan. Salah satu obat tradisional yang digunakan adalah temulawak (Curcuma xantorrhizae). Tujuan penelitian adalah untuk mencari tahu apakah ada hubungan pemberian temulawak terhadap peningkatan berat badan pada mencit

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain kohort prospektif yang dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Sumatra Utara, dalam waktu 4 minggu mulai dari Juli sampai Agustus 2011. Populasi dari penelitian ini adalah mencit jantan umur 6-8 minggu dengan berat badan 30-50 gr sekurangnya sebanyak 16 ekor tiap kelompok. Mencit yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 43 ekor.

Hasil uji hipotesis terhadap berat badan kedua kelompok dilakukan dengan uji beda mean T independent karena berdistribusi normal dan didapat p value

0.018 dan merupakan hasil yang signifikan sedangkan uji hipotesis terhadap konsumsi pakan mencit dilakukan dengan uji statistik Mann Whitney karena data berdistribusitidak normal dan didapat p value sebesar 0.02

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan berat badan mencit pada kelompok perlakuan dimana rata-rata peingkatan berat badan per minggunya sebesar 1 gr dan disertai juga peningkatan konsumsi pakan pada mencit kelompok perlakuan dibandingkan dengan mencit kelompok kontrol. KataKunci: Temulawak (Curcuma xantorrhizae), NafsuMakan, BeratBadan


(14)

ABSTRACT

Feeding difficulties in children is still a major complaint of parents towards their children, especially toddler. As an answer to this situation, they can use traditional Indonesian’s herbs that act as an appetite stimulator can be given to their children. Indonesia has plenty of herbs that have been used as traditional medicine that act as an appetite stimulator for years. One of the traditional medicines that have been used for years is temulawak. The aim of this study is to look for the relationship of temulawak (Curcuma xantorrhizae) supplementation and the increase of body weight on mice.

The method of this study is experimental and prospective cohort, which is conducted in the Biology Laboratory of Mathematic and Science Faculty in University of Sumatra Utara. This study was held for 4 weeks starting from July to August 2011. The population of this study is 6-8 weeks old, male mice with 30-50 gr of body weight, at least 16 mice for each group. There were 43 mice that has been used for this study.

Independent samples T test were used to test the body weight between two groups because the data was normally distributed and the p value of the test is 0.018 and Mann Whitney test were used to test the total feed consumption of the mice because the data was not normally distributed and the p value of the test is 0.02. Both of these testsshow significant results.

The conclusions of this study show increment of body weight at least 1 gr each weeks and increment of consumption rate on experimental group’s mice compare to the control group’s mice.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesulitan makan pada anak masih merupakan keluhan utama orang tua terhadap anaknya, terutama pada golongan balita. Hal ini menyebabkan orang tua membawa anak ke dokter karena anak sulit untuk makan dan banyak orang tua juga mengeluhkan anaknya kurang gizi atau pun berat badan anak menjadi turun. Anak prasekolah merupakan sorotan utama dalam keluhan nafsu makan pada anak karena masih belum dapat mengambil dan memilih makanannya sendiri, anak masih sulit untuk diberi pengertian tentang makanan serta masih terbatas untuk menerima berbagai jenis makanan yang diberikan oleh orang tuanya. Biasanya anak kecil menyukai makanan jajanan yang mengandung pengawet, tentunya sebagai orang tua selalu resah setiap jajanan yang dimakan oleh anak. Tujuan memberi makanan adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi serta tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 1992). Oleh karena itu anak yang susah makan dapat diberi penambah nafsu makan dalam hal ini obat tradisional Indonesia dapat diberikan.

Indonesia kaya akan bermacam-macam spesies tanaman, banyak diantaranya telah digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun-temurun sebagai penambah nafsu makan. Keuntungan penggunaan obat tradisional ialah bahan bakunya mudah diperoleh. Banyak jenis obat-obat perangsang nafsu makan (Appetite Stimulant), namun sebagian besar telah ditarik dari peredaran oleh pemerintah karena efek sampingnya yang membahayakan. Dalam hal ini sebagai alternatif pengganti adalah pemakaian obat tradisional. Banyak simplisia tanaman asli Indonesia yang telah digunakan masyarakat sebagai penambah nafsu makan (Wijayakusuma, 1984) Obat tradisional atau yang biasa disebut jamu itu merupakan pengobatan yang telah dikenal luas dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan nafsu makan. Istilah awam nya adalah jamu cekok. Bahan utama


(16)

dari jamu tersebut termasuk juga Curcuma xanthorrhizae yang dipercaya selain memberi efek hepatoprotektif dapat juga meningkatkan nafsu makan pada orang yang sulit makan. (Limananti dan Triratnawati , 2003).

Curcuma xantorrhizae mengandung turmeric powder, ethanol extract,

petroleum ether extract, alcoholic extract, crude ether extract, chloroform extract, aqueous extract, volatile oil, curcumin, ar-turmerone, methylcurcumin,

demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin, sodium curcuminate. Beberapa efek

terapi telah diperlihatkan pada jurnal Turmeric and Curcumin : Biological Actions

and Medicinal Applications. Dari jurnal tersebut terdapat pernyataan dimana

Curcuma sp dapat memberikan efek pencernaan lipid oleh lipase yang lebih cepat dan meningkatkan sekresi kelenjar empedu untuk mengemulsi lemak sehingga secara tidak langsung dapat mempercepat pengosongan lambung karena secara fisiologis tubuh kita memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencerna lemak sehingga makanan akan lebih lama di saluran cerna oleh karena dasar ini maka curcuma dapat juga meningkatkan nafsu makan pada anak yang kekurangan nafsu makan dan secara sejalan peningkatan nafsu makan tentu akan menambah berat badan pada anak dan fungsi dari curcumin yang katanya dapat juga meningkatkan nafsu makan melalui fungsinya sebagai karminativum (antiflatulent).

Dengan keadaan ini. Penulis tertarik untuk melihat apakah pemberian temulawak (Curcuma xantorrhizae) dapat berfungsi sebagai penambah nafsu makan pada anak yang kekurangan nafsu makan dan meningkatkan berat badan pada anak, yang menjadi masalah pada sebagian besar orang tua yang datang kepada dokter.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah ; Apakah pemberian temulawak dapat meningkatkan berat badan pada mencit?


(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum:

Melihat apakah terdapat peningkatan berat badan pada mencit yang diberi temulawak (Curcuma xantorrhizae) 0.052 mg/20grBB/hari sebelum waktu makan selama 3 kali sehari.

1.3.2. Tujuan Khusus:

1. Mengetahui berapa peningkatan berat badan mencit setiap minggunya.

2. Mengetahui berapa jumlah makanan yang habis perharinya setelah perlakuan 2 kelompok.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk dapat bermanfaat sebagai:

1. Pengetahuan atau informasi kepada mahasiswa apakah pemberian temulawak (Curcuma xantorrhizae) dapat meningkatkan berat badan anak yang rendah. 2. Agar dapat memanfaatkan obat tradisional sebagai fitofarmaka yang lebih

sedikit intervensi zat kimia buatan sebagai pilihan utama dalam mengatasi keluhan orang tua pada anak yang berat badan nya rendah.

3. Masukan dan tambahan rujukan untuk instansi dan mahasiswa yang akan melakukan penelitian lainnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Curcuma xantorrhiza

2.1.1. Gambaran Umum

Klasifikasi Temulawak (Curcuma xantorrhiza) sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Keluarga : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Species : Curcuma xanthorrhiza

Tanaman berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm. (BAPPENAS,2000).


(19)

Bagian di dalam tanah berupa rimpang yang mempunyai struktur berbeda dengan Zingiber (yaitu berupa induk rimpang tebal berdaging yang membentuk anakan, rimpang lebih panjang dan lansing) warna bagian dalam kuning jingga atau pusatnya lebih pucat. (Effendi, 2011).

Gambar 2.1. : Daun dari Temulawak (kiri) dan Akar Batang / Rhizoma

(kanan)

Sumber : BAPPENAS

Gambar 2.2. : Serbuk Temulawak

Sumber : BAPPENAS

2.1.2. Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia, dan Filipina. Tanaman temulawak tumbuh dengan baik di tanah yang baik tata pengairannya, curah hujan yang cukup banyak dan di tempat yang sedikit kenaungan, tetapi untuk mengahsilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam di tempat yang terbuka. (Effendi, 2011).


(20)

2.1.3. Komposisi Kimiawi dari Temulawak

Temulawak mengandung protein (6.3%), lemak (5.1%), mineral (3.5%), karbohidrat (69.4%) dan air (13.1%). Saat di hangatkan dengan cara steam pad

rhizoma diperoleh α-phellandrene (1%), sabinene (0.6%), cineol (1%), borneol

(0.5%), zingiberene (25%) dan sesquiterpines (53%). Curcumin

(diferuloylmethane) (3–4%) merupakan zat yang memberi warna kuning pada

temulawak. Curcumin terbagi atas curcumin I (94%), curcumin II (6%), curcumin

III (0.3%). (Chattopadhyay, 2004).

Tabel 2.1. Fungsi dari Temulawak Menurut Komponen yang Dimiliki

(Chattopadhyay, 2004)

Komposisi/ekstrak Fungsi

Bubuk temulawak Penyembuh luka Ekstrak Ethanol Antiinflamasi

Antitumor Antiprotozoa

Hypolipemic

Ekstrak Petroleum ether Antiinflamasi Ekstrak Alcoholic Antibakteri Ekstrak Crude ether Antijamur Ekstrak Chloroform Antijamur Ekstrak Aqueous Antifertilitas

Volatileoil Antiinflamasi

Antibakteri Antijamur

Curcumin Antibakteri

Antiprotozoa Antivirus Hypolipemic Hypoglycemic Antikoagulan Antioksidan Antitumor

Ar-turmerone Antivenom

Methylcurcumin Antiprotozoa

Demethoxycurcumin Antioksidan

Bisdemethoxycurcumin Antioksidan

Sodium curcuminate Antiinflamasi


(21)

2.1.4. Efek Pada Usus Halus

Curcumin memiliki efek yang bagus pada usus halus. Antispasmodic yang ditunjukkan oleh sodium curcuminate telah di teliti pada usus halus marmut. Aktivitas antiflatulent (carminative) telah di observasi secara in vivo dan in vitro pada eksperimen yang menggunakan tikus.

Curcumin juga merangasang aktivitas dari lipase, sucrase dan maltase

sejalan dengan ini maka dapat juga di ambil kesimpulan bahwa waktu pengosongan lambung menjadi lebih pendek. Dari aktivitas yang merangsang sistem pencernaan, sifatnya yang sebagai antiflatulent dimana gas akan menjadi lebih sedikit dan pencernaan lebih gampang terjadi. (Chattopadhyay, 2004).

2.2 Fisiologi Nafsu Makan

2.2.1. Peran Hipotalamus dalam Mengatur Nafsu Makan

Hipotalamus adalah kumpulan nukleus spesifik beserta serat-serat terkait, yang terletak di bawah talamus. Merupakan pusat integrasi pengaturan homeostatik untuk banyak sistem dan juga berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin. (Meutia,2005).

Dalam dekade terakhir, fungsi hipotalamus dalam pengaturan nafsu makan telah semakin dipahami. Teori dual center, yaitu terdapat dua area di hipotalamus yang berperan sebagai pusat makan dan pusat kenyang (hipotalamus lateral dan ventromedial) , kini telah berkembang. Diketahui adanya area hipotalamus lain yang berperan dalam hal ini, seperti nukleus paraventrikular (PVN) dan nukleus dorsomedial (DMH). (Meutia,2005).

Dengan berkembangnya pengetahuan tentang subpopulasi neuron spesifik, ide tentang ‘pusat’ pengaturan makan dan berat badan telah diganti dengan ‘jalur-jalur neuronal’ tertentu yang mengintegrasikan dan menghasilkan respon terhadapinput perubahan simpanan energi tubuhSebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dalam hal pengaturan asupan makanan, hipotalamus menerima stimulus/input dari dalam tubuh dan dari luar. Informasi tersebut diterima secara langsung (melalui saraf aferen), atau secara tidak langsung dengan melalui reseptor hormon dan sensor substrat yang sangat banyak dijumpai di neuron-


(22)

neuron hipotalamus.Informasi tersebut kemudian diproses sehingga menghasilkan output (respon) perubahan perilaku yaitu perubahan nafsu makan. (Meutia,2005).

2.2.2. Pengaturan Nafsu Makan Jangka Panjang

Pada Hipotalamus terdapat Neuropeptida seperti peptida anabolic seperti

neuropeptide Y (NPY) dan agouti-related protein (AGRP) yang dapat

meningkatkan nafsu makan dan menurunkan metabolisme tubuh. Sebagian neuron lainnya akan mensintesa propiomelanocortin (POMC) yang nantinya akan menstimulasi alpha-melanocyte stimulating hormone (α-MSH) dan cocaine-and

amphetamine-regulated-transcript (CART) yang berfungsi untuk menginhibisi

nafsu makan. (Huether,2006).

Sistem neuropeptida sentral di atur langsung oleh sinyal metabolic atau hormon seperti: (Huether,2006).

a. Leptin yang dipengaruhi oleh jaringan adipose.

Apabila kadar leptin tinggi makan leptin akan menginhibisi NPY dan AGRP dan menstimulasi neuron yang memproduksi melanocortin yang nantinya akan menurunkan nafsu makan.

b. Insulin yang dipengaruhi oleh kadar gula darah dan disekresi oleh pancreas. Apabila kadar insulin tinggi maka insulin akan menginhibisi NPY dan AGRP dan menstimulasi neuron yang memproduksi melanocortin yang nantinya akan menurunkan nafsu makan.

c. Peptide YY yang disekresikan oleh kolon.

Apabila sekresi Peptide YY tinggi oleh kolon maka Peptide YY akan langsung menginhibisi NPY dan AGRP sehingga nantinya akan berefek dengan turunnya nafsu makan.

d. Ghrelin yang disekresikan oleh lambung.

Apa bila kadar ghrelin dalam darah tinggi maka ghrelin akan meningkatkan nafsu makan dengan cara berikatan dengan NPY dan AGRP serta mengaktifkan ekspresi mRNA untuk NPY dan AGRP.


(23)

2.2.3. Pengaturan Nafsu Makan Jangka Pendek

Selain dari hormon sekresi neuropeptida yang mempengaruhi nafsu makan. Peregangan lambung setelah makan dapat juga menginhibisi nafsu makan. Pada lambung terdapat mechanosensory yang dapat tereksitasi apabila sudah merenggang. Impuls tersebut disampaikan ke batang otak melalui nervus vagus dan di bawa menuju ke nucleus traktus solitarius (NTS) di batang otak tepatnya pada bagian medulla oblongata dan sinyal dari sini akan disampaikan sebagai sinyal untuk menghambat rasa lapar. Selain distensi dari lambung hormon seperti kolesistokinin (CCK) yang di sekresi oleh usus halus dapat juga menginhibis rasa lapar karena dapat meningkatkan penghantaran listrik pada nervus vagus dan efek langsung CCK pada reseptor di hipotalamus. (Meutia,2005).

2.3. Gangguan Nafsu Makan pada Anak

Kesulitan makan sudah sejak lama menjadi masalah yang harus dihadapi pada anak. Anak yang mengalami gangguan atau kesulitan dalam makan akan gagal dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, yang seiring dengan waktu dapat berdampak terhadap gangguan kesehatan pada anak. Kesulitan makan pada anak sangat sulit untuk dikenali dan diobati ini dikarenakan adanya gabungan dari gangguan perilaku dan kelainan medis yang dapat mempengaruhi anak sehingga anak akan menolak untuk makan. (Greer,2007).

Karena pemberian makan normal tergantung kepada berhasilnya integrasi dan fungsi fisik dan hunbungan intrapersonal saat perkembangan dari anak, gangguan pada salah satu area tersebut dapat berujung pada gangguan pemberian makan pada anak. Gangguan umum yang terjadi dalam pemberian makan pada anak sering dikaitkan dengan:

a. Terhambatnya atau tidak adanya kemampuan pada anak untuk makan. b. Kesulitan dalam menelan cairan atau makan padat.

c. Penolakan dari anak dikarenakan rasa atau tekstur makanan yang tidak sesuai dengan keinginan anak.


(24)

Kira-kira 25-45% pada anak yang berkembang normal dan 80% pada anak yang terlambat perkembangannya akan mengalami kesulitan dalam makan. (Waugh,2010).

Anak-anak dengan gangguan atau kesulitan makan dapat menganggu berbagai macam organ di tubuh kita dan berefek serius. Komplikasi seperti gangguan elektrolit, sinkop, hematemesis, luka pada esophagus sering terjadi pada anak yang mengalami kesulitan makan. Berat badan yang rendah sampai dibawah 75% berat badan normal dapat menyebabkan premature osteoporosis dan gangguan perkembangan anak di kemudian harinya. Dapat juga terjadi gangguan pada otak sebab sintesis protein untuk kelangsungan fungsional otak akan terganggu dan secara kronik akan berlanjut menjadi atrofi pada otak. (DeSocio,2007).


(25)

2.4. Kurva Berat Badan Pada Anak 2.4.1. Anak Laki-laki Umur 0-3 Tahun


(26)

(27)

(28)

(29)

2.4.5. Interpretasi Nilai yang didapat dari Kurva

Eid Index adalah perbandingan dari berat badan aktual dengan berat badan ideal dalam persen. Berat badan ideal dapat diketahui degnan bantuan Grafik CDC-NCHS 2000 yaitu dengan memproyeksikan titik hasil pengukuran tingggi badan ke kurva persentil 50 tinggi badan lalu ke kurva persentil 50 berat badan. Status gizi ditentukan dengan ketentuan eid index dari BB/TB. :

1. ≥ 90-110% : normal (gizi baik) 2. ≥ 80-90% : malnutrisi ringan 3. ≥ 70-80% : malnutrisi sedang 4. < 70% : malnutrisi berat

5. ≥ 110-120% : overweight


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Variabel dan Defenisi Operasional 3.2.1 Variabel Independen

Pemberian temulawak.

3.2.2 Variabel Dependen

Peningkatan berat badan.

3.2.3 Definisi Operasional

a. Temulawak

Tanaman sebangsa akar batang dimana akar nya dapat berfungsi sebagai buah atau dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber pangan. Sari dari temulawak banyak dimanfaatkan sebagai hepatoprotektif dan sebagai penambah nafsu makan.

b. Berat badan

Merupakan massa dari seseorang yang dapat diukur secara kuantitatif dan ditunjukkan dalam bentuk angka.

c. Perlakuan / Intervensi

Pemberian temulawak dalam bentuk serbuk dengan dosis 0.052mg/20gr BB mencit/oral dan diberikan sebelum waktu makan 1 kali sehari yaitu pada pagi hari dan dilakukan selama 4 minggu. Berat badan mencit kelompok 2 diharapkan naik setelah pemberian temulawak selama Kelompok 1 (kontrol) Kelompok 2 (perlakuan) Pemberian air putih Pemberian temulawak 0.052 mg/kgBB/oral 3 kali sehari

Peningkatan berat badan pada mencit


(31)

4 minggu. Penimbangan berat badan mencit dengan menggunakan neraca timbang dilakukan setiap hari dan data yang sudah dicatat dihitung rata-rata nya dan dibandingkan antar kedua kelompok.

Kriteria peningkatan berat badan pada mencit

Berat badan mencit dikatakan meningkat apabila nilai rata-rata kelompok experiment lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok kontrol.

Kriteria tidak terdapatnya peningkatan berat badan pada mencit

Berat badan mencit dikatakan tidak meningkat apabila nilai rata-rata kelompok experiment sama atau lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok kontrol.

3.3 Hipotesis

Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat peningkatan berat badan dan peningkatan konsumsi pakan pada kelompok mencit yang diberi temulawak dibandingkan dengan berat badan daripada kelompok yang hanya diberikan air putih.

Hipotesis Nol (Ho) : Tidak terdapat peningkatan berat badan dan peningkatan konsumsi pakan pada kelompok mencit yang diberi temulawak dibandingkan dengan berat badan daripada kelompok yang hanya diberikan air putih.


(32)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain pre test dan post test group design pada dua kelompok hewan percobaan mencit jantan (Mus musculus L).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, dalam waktu 4 minggu mulai dari Juli – Agustus 2011.

4.3. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah mencit jantan umur 6-8 minggu dengan berat badan 30-50 gr dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif, diperoleh dari Fakultas MIPA USU.

4.4. Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan rumus (Wahyuni,2008):

- t = kelompok perlakuan (dua kelompok). - n = jumlah sampel tiap kelompok.

Banyaknya sampel pada penelitian ini adalah : (t-1) (n-1) ≥ 15

n-1 ≥ 15 n ≥ 16


(33)

Dari penelitian ini ada dua kelompok penelitian. Dari rumus di atas maka jumlah sampel ditiap kelompok ada 16 ekor mencit. Dengan perincian sebagai berikut: 1. P1 = kelompok perlakuan diberikan air putih 1 kali sehari sebelum makan

sebanyak 20 ekor mencit selama 4 minggu.

2. P2 = kelompok perlakuan yang diberi temulawak 0.052mg/20gr BB mencit/oral 1 kali sehari pada pagi hari sebelum pemberian makan sebanyak 23 ekor mencit selama 4 minggu.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

4.5.1. Pengumpulan dan Pemeliharaan Hewan percobaan

Mencit yang digunakan untuk penelitian adalah mencit jantan, umur 6-8 minggu, sehat dengan berat badan 30-50 gr. Kandang percobaan dibersihkan setiap hari untuk mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat kotoran mencit tersebut dan mencit dapat tetap sehat. Kandang ditempatkan dalam suhu kamar dan cahaya menggunakan sinar matahari tidak langsung. Makanan hewan percobaan diberikan berupa pellet dan jagung halus. Makanan dan minuman diberikan secukupnya dalam wadah terpisah dan diganti setiap hari.

4.5.2. Persiapan Hewan percobaan

Setiap kelompok hewan percobaan dipersiapkan dalam kandang yang terpisah dan disiapkan untuk beradaptasi selama satu minggu sebelum dilakukan penelitian. Sebelum perlakuan setiap mencit ditimbang berat badannya terlebih dahulu dan dicatat data dari setiap mencit tersebut diamati kesehatan fisiknya (gerakannya, berat badan, makan dan minum). Bila terdapat mencit yang sakit pada saat berdaptasi maka mencit diganti yang baru dengan kriteria yang sama dan diambil secara acak.


(34)

4.5.3. Perlakuan Hewan Percobaan, Perhitungan Berat Badan Mencit dan Makanan yang akan Dikonsumsi

Tabel 4.1. Perlakuan Hewan Coba

Perlakuan 1 hari sebelum percobaan

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Kelompok kontrol

Tidak diberikan temulawak atau pun air

Pemberian air sebelum pemberian pakan

Kelompok perlakuan

Pemberian Temulawak sebelum pemberian pakan Berat badan mencit ditimbang setiap hari dan dirata-ratakan di setiap akhir minggu

Mencit diberi makan sebanyak 10 gr per mencit. Pada akhir minggu 4 seluruh mencit ditimbang berat badannya dan dicatat hasilnya kemudian dirata-ratakan untuk melihat nilai rata-rata berat badan mencit dan hasil ini nanti dibandingkan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen

4.6. Analisa Data

Hasil yang didapati dari pengamatan berat badan mencit di analisa dengan SPSS pertama kali kita gunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan distribusi dari berat badan mencit kedua kelompok dan kemudian dilanjutkan dengan uji statistik T independent atau Mann Whitney.


(35)

Gambar 4.1. Proses Pencekokan

Gambar 4.2. Proses Perhitungan Berat Badan Mencit


(36)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, di dalam kandang ukuran tinggi 8 cm, panjang 32 cm, lebar 28 cm.

5.1.2. Karakteristik Sampel

Populasi penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan umur 6-8 minggu dengan berat badan 30-50 gr dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif, diperoleh dari Laboratorium Biologi Fakultas MIPA USU. Kemudian jumlah mencit yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 43 ekor. Yaitu 23 ekor pada kelompok perlakuan dan 20 ekor pada kelompok kontrol, selama 28 hari. Berikut daftar berat badan mencit yang masih hidup pada akhir penelitian.


(37)

Tabel 5.1. Rata-rata Berat Badan Mencit Perlakuan per Minggu (gr)

Mencit Perlakuan

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Total Mean 1 25.21 27.01 27.72 26.76 26.67 2 20.51 21.06 22.05 23.62 21.81 3 37.24 37.99 39.75 41.23 39.05 4 28.33 29.97 29.85 31.82 29.99 5 24.78 30.19 33.75 37.08 31.45 6 22.36 25.90 28.33 29.65 26.56 7 28.54 31.42 32.53 32.64 31.28 8 29.70 29.30 30.38 31.59 30.24 9 27.87 27.90 28.63 30.62 28.75 10 30.09 30.22 31.50 33.29 31.27 11 36.38 37.31 38.56 44.44 39.17 12 30.76 32.25 32.61 34.85 32.61 13 30.81 31.36 33.84 36.60 33.15 14 33.09 33.84 34.17 33.84 33.73 15 34.60 34.51 35.11 35.32 34.88

Dari hari pertama sampai terakhir dilakukannya penelitian mencit kelompok perlakuan yang masih hidup berjumlah 15 ekor. Dapat dilihat bahwa rata-rata berat badan mencit minggu 1 sampai minggu ke 2 mengalami peningkatan. Kecuali pada mencit nomor 8 dan 15 dimana berat badan mencit mengalami sedikit penurunan. Namun jika dibandingkan antara minggu 1 dan minggu 4 rata-rata berat badan mencit mengalami peningkatan dan ini terjadi pada seluruh mencit tanpa terkecuali.


(38)

Tabel 5.2. Rata-rata Berat Badan Mencit Kontrol per Minggu (gr)

Mencit kontrol Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Total Mean 1 25.34 26.14 23.28 23.68 24.61 2 31.52 29.29 24.15 25.69 27.66 3 33.40 35.22 36.67 34.35 34.91 4 36.12 35.50 34.32 35.60 35.38 5 34.42 35.19 34.48 35.82 34.97 6 31.67 30.72 25.54 29.93 29.46 7 29.41 28.05 28.14 30.27 28.96 8 37.70 36.25 34.98 33.83 28.19 9 30.87 31.26 32.40 34.09 32.15 10 41.28 41.28 41.52 43.04 41.78 11 33.70 31.66 31.56 32.71 32.40 12 28.53 28.47 28.27 29.53 28.70 13 24.87 23.81 20.48 21.69 22.71

Dari hari pertama sampai terakhir dilakukannya penelitian mencit kelompok kontrol yang masih hidup berjumlah 13 ekor. Jika kita bandingkan antara minggu 1 dengan minggu 2 terdapat peningkatan berat badan pada mencit nomor 1,3,5,9. Selebihnya pada mencit nomor 2,4,6,7,8,10,11,12,13 mengalami penurunan. Ini dapat diakibatkan karena stress pada mencit. Jika kita bandingkan pada mencit kelompok perlakuan maka dapat dilihat bahwa pada kelompok kontrol berat badan berfluktuasi naik dan turun. sedangkan pada kelompok perlakuan, rata-rata berat badan mencit per-minggunya meningkat sampai pada akhir minggu berat badan mencit perlakuan akan rata-rata akan meningkat drastis.

Banyaknya mencit yang mati disebabkan karena stress. Naum hasil atau jumlah sampel masih dapat digunakan dalam penelitian sebab sampel terakhir masih merupakan 80% dari total sampel yang diperlukan melalui perhitungan rumus yaitu sebanyak 16 ekor mencit per kelompoknya.


(39)

Tabel 5.3. Rata-rata Konsumsi Mencit Perlakuan per Minggu (gr)

Konsumsi Pakan Mencit Kelompok

Perlakuan

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Total Mean

155.41 90.33 61.36 48.97 89.01

Dari tabel diatas diperoleh bahwa rata-rata konsumsi dari kelompok mencit perlakuan menurun, pada minggu pertama diperoleh rata-rata berat badan mencit kelompok perlakuan adalah 155.41 gr dan menurun sebanyak 65.08 gr sehingga didapat nilai konsumsi rata-rata 90.33 gr pada minggu ke 2 dan secara berkala menurun menjadi 61.36 gr dan pada akhirnya menurun sampai 48.97 gr di akhir penelitian

Tabel 5.4. Rata-rata Konsumsi Mencit Kontrol per Minggu (gr)

Konsumsi Pakan Mencit Kelompok

Kontrol

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Total Mean

69.20 47.12 49.47 46.58 53.09 Dari tabel diatas diperoleh bahwa rata-rata konsumsi dari kelompok mencit kontrol juga menurun, pada minggu pertama diperoleh rata-rata berat badan mencit kelompok perlakuan adalah 69.20 gr jika dibandingkan dengan konsumsi pakan kelompok perlakuan. Maka terdapat perbedaan yang amat signifikan. Pada minggu ke 2 konsumsi mencit kelompok kontrol menurun sebanyak 22.08 gr sehingga didapat nilai konsumsi rata-rata 47.12 gr dan secara berkala menurun menjadi 49.47 gr dan pada akhirnya menurun sampai 46.58 gr di akhir penelitian.

Terdapat perbedaan mencolok antara kelompok mencit perlakuan dan kontrol dimana total mean kelompok perlakuan didapat 89.01 gr dan total mean kelompok konrol 53.09 gr selisih dari kedua kelompok mencit adalah 35.92 gr


(40)

5.1.3. Analisa Data

Hasil yang diperoleh berupa data selisih berat badan pada hari ke 28 dan hari ke 0 dan diuji dalam analisa data menggunakan spss. Uji yang dipakai merupakan uji T Independent untuk berat badan mencit karena data berdistribusi normal. Hasil yang diberikan dalam uji statistik terhadap berat badan mencit dalam kedua kelompok memberikan nilai p=0,001 maka ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan karena p<0,05. Data yang digunakan dalam uji statistik spss terlampir pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5. Data Selisih Berat Badan Mencit Hari 0 Dan Hari 28

Mencit Nomor

Selisih Berat Badan Mencit Perlakuan

Selisih Berat Badan Mencit Kontrol

1 2.92 1.12

2 3.79 2.07

3 4.44 0.67

4 5.09 2.73

5 13.18 -4.64

6 12.41 4.66

7 3.72 2.88

8 3.89 -2.73

9 2.37 2.66

10 10.82 4.16

11 6.57 2.25

12 6.91 -4.42


(41)

Data diatas merupakan selisih berat badan mencit dan perlakuan pada hari 28 dan hari 0. Dimana pada hari 0 merupakan hari dimana mencit belum diberi perlakuan yaitu pencekokan temulawak pada kelompok perlakuan dan air pada kelompok kontrol. Dari data tersebut didapat berat badan mencit yang cukup meningkat pada mencit kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat penurunan berat badan pada mencit nomor 5, 8 dan 12 selebihnya terjadi peningkatan berat badan namun tidak terlalu signifikan. Mencit yang dipakai pada kelompok perlakuan merupakan mencit nomor 1, 2, 5, 6, 9, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 21. Mencit ini dipilih secara random sehingga tidak diikutkan 2 mencit yang masih hidup karena disesuaikan dengan jumlah mencit kelompok kontrol

Tabel 5.6. Hasil Uji Statistik Berat Badan Dengan Uji T independent One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N 26 Asymp. Sig. (2-tailed) .500

Uji T independent

PTL N Mean Signifikansi BBM ADA

PEMBERIAN TEMULAWAK

13 6.06

.001 TIDAK ADA

PEMBERIAN TEMULAWAK

13 0.95

Untuk melakukan uji statistik berat badan pada mencit,pertama kalinya dilakukan dulu uji normalitas dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan didapat hasil p value 0.500 (p>0.05) dan merupakan hasil yang berdistribusi normal. Jika hasil yang didapat berdistribusi normal maka akan dilanjutkan lagi dengan uji statistik t independent test. Dari uji T Independent


(42)

didapat p value 0.001 (p<0.05). Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata berat badan mencit kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

5.2. Pembahasan

Pemberian temulawak selama 4 minggu kepada kelompok perlakuan menunjukkan kenaikan berat badan. Seperti yang sudah dibuktikan oleh penelitian Al-Sultan (2003) dengan menggunakan ayam broiler dan hasil yang ditunjukkan bahwa berat badan ayam meningkat setiap minggunya namun hanya sedikit perbedaan dalam konsumsi pakan. Penulis menyertakan grafik perbandingan berat badan dan konsumsi dari kedua kelompok mencit untuk melihat secara jelas perbedaan yang di alami oleh mencit (grafik dapat dilihat pada lampiran 6).

Dosis pemberian dalam cairan 20 % temulawak diberi 0.0125 cc/gr BB mencit setelah di konversi dan dilarutkan dari serbuk temulawak yang sudah di peroleh. Pada kelompok kontrol perjalanan berat badan berfluktuasi kadang turun dan naik namun angka yang dicapai tetap konstan dan tidak berubah secara signifikan. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.2 dimana pada mencit 1 yang memiliki rata-rata berat badan 25.34 gr pada minggu pertama dan mengalami kenaikan berat badan pada minggu ke dua 26.14 gr kemudian turun pada minggu ke tiga 23.28 gr dan akhirnya menglami sedikit peningkatan pada minggu ke empat 23.68 gr.

Pada kelompok perlakuan perjalanan berat badan juga berfluktuasi namun secara garis besar data yang diperoleh menunjukkan bahwa berat badan mencit meningkat pesat jika dibandingkan dari data minggu pertama dan minggu ke empat. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.1 dimana pada mencit nomor 11 menunjukkan peningkatan berat badan yang signifikan dimana pada minggu pertama rata-rata berat badan mencit 36.38 gr dan mengalami peningkatan pada minggu ke dua (37.31) pada minggu ke tiga berat badan mencit terus meningkat sampai menyentuh angka 38.56 gr dan puncaknya pada minggu ke empat rata-rata berat badan mencit 44.44 gr Keadaan berat badan yang berfluktuasi dapat disebabkan faktor stress dari mencit.


(43)

Dalam hal konsumsi pakan tampak jelas perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Konsumsi rata-rata mencit kelompok kontrol secara kesuluruhan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3 dan tabel 5.4 dimana total rata-rata konsumsi pakan pada kelompok perlakuan sebesar 89.01 gr dan pada kelompok kontrol sebesar 53.09 gr.

Ini dapat membuktikan bahwa pemberian temulawak memang meningkatkan nafsu makan. Namun itu terjadi hanya pada awal awal pemberian temulawak. Pada hari ke 19 (lihat pada tabel pada lampiran 5) sampai seterusnya rata-rata konsumsi pakan pada mencit kelompok perlakuan terkesan menurun dan stabil. Hal ini mungkin bisa terjadi akibat mencit yang stress akibat pencekokan atau pun terjadinya down regulation dari reseptor tempat berikatnya zat aktif curcumin sehingga efek yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan.

Walaupun demikian jika kita bandingkan konsumsi mencit perlakuan dan kontrol mulai dari minggu pertama sampai minggu ke empat mencit pada kelompok perlakuan tetap mengkonsumsi pakan lebih tinggi dari pada kelompok kontrol (lihat pada tabel 5.3 dan tabel 5.4)


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Setelah pemberian temulawak 0.052 mg/20grBB/hari

1. Terjadi peningkatan berat badan mencit kelompok perlakuan yang signifikan dengan hasil p=0.001 (p<0.05) yang dilakukan dengan uji statistik t independent, data yang digunakan untuk uji statistik diperoleh dari tabel 5.5 dan rata-rata peningkatan berat badan per minggu nya sebesar 1 gr. Hal ini dapat dilihat pada tabel pada lampiran 5 atau pun tabel 5.1 dimana ditunjukkan hasil perbandingan rata-rata berat badan yang amat signifikan antara kelompok kontrol dengan perlakuan.

2. Terjadi peningkatan konsumsi pakan pada mencit perlakuan dimana total rata-rata konsumsi pada mencit perlakuan sebesar 89.01 gr dan total rata-rata-rata-rata konsumsi pada mencit kelompok kontrol sebesar 53.09, selisih yang ditunjukkan 35.92 gr. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 3. Hipotesis Alternatif (Ha) diterima dimana terdapat peningkatan berat badan

pada kelompok mencit yang diberi temulawak dibandingkan dengan berat badan daripada kelompok yang hanya diberikan air putih. Hipotesis nol (Ho) ditolak


(45)

6.2. Saran

Adapun setelah melakukan penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa masukan untuk kedepannya yaitu:

1. Perlu diteliti lagi lebih lanjut mengenai khasiat dari temulawak selain dari peningkat berat badan dan nafsu makan.

2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai dosis lethal dari pada temulawak.

3. Perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan hewan coba yang lebih banyak dengan waktu percobaan yang lebih lama, sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat dan terpercaya.

4. Perlu dilakukannya persiapan yang lebih matang dan tempat bagi mencit yang lebih luas dan tidak dicampur dengan mencit lain sehingga perhitungan berat badan dan pakan lebih tepat dan akurat.


(46)

Daftar Pustaka

AL-Sultan, S.I., 2003. The Effect of Curcuma longa on Overall Performance of Broiler Chickens. International Journal of Poultry Science, 2 (5): 351-353

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, 2000. Budidaya Temulawak. Direktorat Pangan dan Pertanian, Sub Direktorat Perkebunan dan Hortikultura.

Chattopadhyay, I., et al. 2004. Turmeric and Curcumin: Biological Actions and Medical Applications. CurrentScience, 87 (1): 44-53.

DeSocio, J.E., et al. 2007. Screening for Childhood Eating Disorders in Primary Care. Prim Care Companion J Clin Psychiatry, 9 (1): 16-20

Effendi, D., 2011. Serbuk Akar Kunyit ( Curcuma Domestica Val ) Sebagai Zat Warna Alternatif pada Histoteknik. Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Available From

2011].

Greer, A.J., et al. 2007. Caregiver Stress and Outcomes of Children with Pediatric Feeding Disorders Treated in an Intensive Interdisciplinary Program. Journalof Pediatric Psychology, 33 (6): 612-620.

Limananti, A.I. dan A. Triratnawati., 2003. Ramuan Jamu Cekok Sebagai Penyembuhan Kurang Nafsu Makan pada Anak: suatu Kajian Etnomedisin.


(47)

Lubis, N.U., 1992. Anoreksia pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia, 42 (11): 683-685.

Meutia, Nuraiza., 2005. Peran Neuropeptida Y dalam Meningkatkan Nafs

Makan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available From:

[Accessed 22 May

2011].

Meutia, Nuraiza., 2005. Peran Hormon Ghrelin dalam Meningkatkan Nafsu Makan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1998 [Accessed 22 May 2011].

MacCance, K.L. and S.E. Huether., 2006. Pathophysiology: The Biologic Basis For Disease in adults and Children. 5th ed. USA: Elsevier Mosby.

National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, 2000.

Growthcharts. USA: Center for Disease Control and Prevention. Available from:[Accessed 25 May 2011].

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran disertai aplikasi dengan SPSS.

Medan: Bamboedoea Communication, 123-153.

Waugh, R.B., et al. 2010. Feeding and Eating Disorders in Childhood.


(48)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nata Kharimantara Nakamura Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 Agustus 1990 Agama : Budha

Alamat : Kompleks Kuswari Indah Blok B4 No. 4, Medan Riwayat Pendidikan : 1. SD Santo Yoseph, Medan

2. SLTP Santo Thomas 1, Medan 3. SMA Santo Thomas 1, Medan Riwayat Organisasi : -


(49)

Lampiran 5

Tabel Mean Berat Badan dan Konsumsi Pakan Serta Konsumsi Rata-rata Mencit per Hari

Hari Total Mean Berat Badan Kontrol Total Mean Berat Badan Perlakuan Total Pakan yang Dikonsumsi Kontrol (gr) Total Pakan yang Dikonsumsi Perlakuan (gr) Rata-rata Konsumsi Kontrol per Hari (gr) Rata-rata Konsumsi Perlakuan per Hari (gr)

0 30.79 28.34 - - - -

1 30.04 27.64 - - - -

2 28.88 29.00 - - - -

3 31.06 28.77 - - - -

4 28.23 32.02 79.89 181.62 4.15 8.64 5 30.29 30.26 67.84 147.73 3.57 7.03 6 30.47 29.99 71.37 149.14 3.75 7.13 7 32.42 30.05 57.72 129.31 3.20 6.15 8 30.89 29.10 47.48 131.59 2.63 6.26 9 29.90 30.77 46.86 106.2 2.75 5.58 10 29.53 31.16 48.34 75.25 3.02 3.96 11 30.16 29.78 48.58 113.21 3.03 6.28 12 31.18 30.85 53.24 75.99 3.54 4.22 13 32.87 31.90 44.69 65.78 2.97 3.65 14 30.38 `31.92 40.68 64.31 2.71 3.57 15 28.46 31.85 39.78 71.89 2.65 4.22 16 27.57 30.68 35.56 79.36 2.37 4.96 17 26.20 32.29 51.34 61.37 3.42 3.83 18 30.78 31.81 55.88 67.55 3.72 4.22 19 31.64 31.57 59.91 54.79 3.99 3.42 20 31.61 32.47 58.24 40.32 3.88 2.68 21 31.34 32.60 45.64 54.26 3.04 3.61 22 31.25 32.54 55.36 30.49 3.69 2.03 23 29.50 32.97 47.48 43.11 3.16 2.87 24 30.70 33.56 35.64 57.72 2.54 3.84 25 31.56 33.95 36.9 46.19 2.83 3.07 26 30.66 33.46 39.15 53.29 3.01 3.55 27 30.15 34.51 65 48.59 5.00 3.23 28 33.77 34.87 - 63.46 - 4.23


(50)

Lampiran 6

Grafik Berat Badan mencit


(51)

Lampiran 7

Kelompok Mencit Perlakuan 1

Kelompok Mencit Perlakuan 2


(1)

Daftar Pustaka

AL-Sultan, S.I., 2003. The Effect of Curcuma longa on Overall Performance of Broiler Chickens. International Journal of Poultry Science, 2 (5): 351-353

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, 2000. Budidaya Temulawak. Direktorat Pangan dan Pertanian, Sub Direktorat Perkebunan dan Hortikultura.

Chattopadhyay, I., et al. 2004. Turmeric and Curcumin: Biological Actions and Medical Applications. CurrentScience, 87 (1): 44-53.

DeSocio, J.E., et al. 2007. Screening for Childhood Eating Disorders in Primary Care. Prim Care Companion J Clin Psychiatry, 9 (1): 16-20

Effendi, D., 2011. Serbuk Akar Kunyit ( Curcuma Domestica Val ) Sebagai Zat Warna Alternatif pada Histoteknik. Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Available From

2011].

Greer, A.J., et al. 2007. Caregiver Stress and Outcomes of Children with Pediatric Feeding Disorders Treated in an Intensive Interdisciplinary Program. Journalof Pediatric Psychology, 33 (6): 612-620.

Limananti, A.I. dan A. Triratnawati., 2003. Ramuan Jamu Cekok Sebagai Penyembuhan Kurang Nafsu Makan pada Anak: suatu Kajian Etnomedisin.


(2)

Meutia, Nuraiza., 2005. Peran Neuropeptida Y dalam Meningkatkan Nafs

Makan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available From:

[Accessed 22 May

2011].

Meutia, Nuraiza., 2005. Peran Hormon Ghrelin dalam Meningkatkan Nafsu Makan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1998 [Accessed 22 May 2011].

MacCance, K.L. and S.E. Huether., 2006. Pathophysiology: The Biologic Basis For Disease in adults and Children. 5th ed. USA: Elsevier Mosby.

National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, 2000.

Growthcharts. USA: Center for Disease Control and Prevention. Available

from:[Accessed 25 May 2011].

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran disertai aplikasi dengan SPSS.

Medan: Bamboedoea Communication, 123-153.

Waugh, R.B., et al. 2010. Feeding and Eating Disorders in Childhood.


(3)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nata Kharimantara Nakamura Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 Agustus 1990

Agama : Budha

Alamat : Kompleks Kuswari Indah Blok B4 No. 4, Medan Riwayat Pendidikan : 1. SD Santo Yoseph, Medan

2. SLTP Santo Thomas 1, Medan 3. SMA Santo Thomas 1, Medan Riwayat Organisasi : -


(4)

Tabel Mean Berat Badan dan Konsumsi Pakan Serta Konsumsi Rata-rata Mencit per Hari

Hari Total Mean Berat Badan Kontrol Total Mean Berat Badan Perlakuan Total Pakan yang Dikonsumsi Kontrol (gr) Total Pakan yang Dikonsumsi Perlakuan (gr) Rata-rata Konsumsi Kontrol per Hari (gr) Rata-rata Konsumsi Perlakuan per Hari (gr)

0 30.79 28.34 - - - -

1 30.04 27.64 - - - -

2 28.88 29.00 - - - -

3 31.06 28.77 - - - -

4 28.23 32.02 79.89 181.62 4.15 8.64

5 30.29 30.26 67.84 147.73 3.57 7.03

6 30.47 29.99 71.37 149.14 3.75 7.13

7 32.42 30.05 57.72 129.31 3.20 6.15

8 30.89 29.10 47.48 131.59 2.63 6.26

9 29.90 30.77 46.86 106.2 2.75 5.58

10 29.53 31.16 48.34 75.25 3.02 3.96

11 30.16 29.78 48.58 113.21 3.03 6.28

12 31.18 30.85 53.24 75.99 3.54 4.22

13 32.87 31.90 44.69 65.78 2.97 3.65

14 30.38 `31.92 40.68 64.31 2.71 3.57

15 28.46 31.85 39.78 71.89 2.65 4.22

16 27.57 30.68 35.56 79.36 2.37 4.96

17 26.20 32.29 51.34 61.37 3.42 3.83

18 30.78 31.81 55.88 67.55 3.72 4.22

19 31.64 31.57 59.91 54.79 3.99 3.42

20 31.61 32.47 58.24 40.32 3.88 2.68

21 31.34 32.60 45.64 54.26 3.04 3.61

22 31.25 32.54 55.36 30.49 3.69 2.03


(5)

Lampiran 6

Grafik Berat Badan mencit


(6)

Kelompok Mencit Perlakuan 1

Kelompok Mencit Perlakuan 2