BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat penyelenggaraan upaya kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka
dan selalu
berinteraksi dengan
lingkungannya untuk
mencapai suatu
keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan
pendekatan peningkatan
kesehatan promotif,
pencegahan penyakit preventif, penyembuhan penyakit kuratif dan pemulihan rehabilitatif
yang dilaksanakan
secara menyeluruh,
terpadu dan
berkesinambungan. Semakin tinggi tingkat kecerdasan dan sosial ekonomi
masyarakat, maka pengetahuan mereka terhadap penyakit, biaya, administrasi maupun upaya penyembuhan semakin baik.
Pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu diantaranya adalah tenaga perawat.
Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya
berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual dan dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan Depkes RI, 2001. Berkaitan dengan kedudukan
tenaga perawat dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit
maka diperlukan upaya perbaikan mutu dan menjaga mutu pelayanan, termasuk kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan.
Kenyataan dari data yang ada berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Tanggal 23 Agustus 2010 di ruang Cucak Rowo RSJ. Dr.
Radjiman Wideodiningrat Lawang yang dilakukan dengan melakukan observasi dokumentasi yang ada dan mewawancarai Bapak. Yasuin selaku kepala ruang
cucok rowo ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses pendokumentasian asuhan keperawatan jiwa yang terjadi di ruangan tersebut
antara lain adanya kelalaian atau kurang lengkapnya dalam penulisan waktu serta tidak terdapatnya tanda tangan dan nama terang dari perawat yang telah
melakukan asuhan keperawatan jiwa dan terkadang tulisan kurang jelas dan sukar di baca oleh perawat lain.
Selain itu beliau juga menuturkan beban kerja yang terlalu tinggi juga dapat
menjadi salah satu penyebab
proses pendokumentasian asuhan
keperawatan sedikit terhambat, Seperti masalah yang ada di ruang cucok rowo jumlah pasien yang ada di ruangan tersebut pada bulan Agustus 2010 mencapai
38 pasien sedangkan perawat yang sedang bekerja atau dinas pagi di ruang tersebut hanya 4 perawat. Melihat banyaknya pasien yang ada maka pembagian
jumlah pasien pada tiap perawat terkadang tidak sama dan hal ini pula yang terkadang membuat layanan asuhan keperawatan dan pendokumentasian
keperawatan belum berjalan secara maksimal. Sedangkan untuk motivasi perawat dalam proses pendokumentasian
asuhan keperawatan jiwa sendiri memang merupakan tugasnya sebagai perawat serta menjalankan aturan dari atasan yang mewajibkan untuk melakukan proses
pendokumentasian asuhan keperawatan karena sebagai bukti perawat dalam
perawatan pasien. Selain itu masih belum adanya penghargaan bagi perawat yang melakukan proses pendokumentasian asuhan perawat dalam bentuk apapun.
Walaupun demikian secara kuantitas pendokumentasian asuhan keperawatan Jiwa yang ada sudah dilakukan dengan cukup baik namun secara kualitasnya
masih belum. Trend atau perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan
berpengaruh terhadap sistem dokumentasi asuhan keperawatan yang tercatat dalam rekam medis yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari, serta dokumentasi asuhan keperawatan itu sendiri mempunyai kegunaan dari berbagai aspek, seperti aspek hukum, jaminan mutu, komunikasi,
keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi Nursalam, 2001. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 tahun 2008
tentang rekam medis dalam pasal 3 menyebutkan butir-butir minimal yang harus dimuat untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-kurangnya
memuat: a identitas pasien, b tanggal dan waktu, c hasil anamnesis, d hasil pemeriksaan
fisik dan
penunjang medis,
e diagnosis
f rencana
penatalaksanaan, g pengobatan dan atau tindakan, h persetujuan tindakan apabila diperlukan, i catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, j ringkasan
pulang, k nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan dan l untuk pasien kasus gigi
dilengkapi dengan odontogram klinik. RSJ. Dr. Radjiman Wideodiningrat Lawang merupakan salah satu dari
rumah sakit rujukan di wilayah Indonesia timur yang memfokuskan diri pada pelayanan kesehatan jiwa. Sejak tahun 1997 telah mencanangkan akreditasi
rumah sakit yang meliputi lima aspek termasuk pelayanan keperawatan sehingga
pelayanan keperawatan mendekati mutu pelayanan dan professional yang dapat di andalkan Bulletin Kesehatan Jiwa. 1999.
Penelitian Sukwanto 2001 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Menur Surabaya menyatakan bahwa pengetahuan tenaga medis dan paramedis umumnya masih
rendah terhadap pengisian dan pemanfaatan rekam medis. Penelitian Lulut Puji H 2007 Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan jiwa di ruang
IPCU RSJ. Dr. Radjiman Wideodiningrat Lawang. Dalam kategori kuat hal ini di sebabkan belum meratanya tingkat pendidikan sehingga memotivasi untuk
mengikuti pelatihanpendidikan berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo 2003 bahwa pengetahuan seseorang
adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang baik perlu
didukung oleh motivasi yang tinggi dalam bekerja. Motivasi dapat memberi energi yang menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang
tinggi dan luhur, serta meningkatkan kebersamaan. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
penggerak dari motivasi kerja pada diri seseorang terdiri atas faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut atau disebut intrinsik dan faktor yang berasal
dari luar diri individu atau disebut juga faktor ekstrinsik atau faktor organisasional.
Tornfall dan wilhelmsson 2007 membuktikan dalam penelitiannya, The general practitioners usually used the nursing record as the foremost source of information for
treatment follow up . Dua sumber diatas dapat menggambarkan betapa pentingnya pendokumentasian keperawatan yang mudah diakses ,cepat , jelas dan sudah di
bakukan dalam penyajian informasi yang di butuhkan oleh tenaga kesehatan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan .
Melalui evaluasi dokumentasi keperawatan pada beberapa Rumah Sakit Umum ditemukan bahwa kemampuan perawat menuliskan asuhan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan rata-rata kurang dari 60 yang memenuhi kriteria. Kemudian hasil eveluasi terhadap dokumentasi proses
keperawatan jiwa pada dua rumah sakit jiwa besar, ditemukan kurang dari 40 yang memenuhi kriteria Keliat, 2006.
Beberapa aspek pentingnya dokumentasi dalam keperawatan sebagai aspek jaminan mutu dalam asuhan keperawatan, sebagai aspek legal dalam hal
tanggung jawab dan tanggung gugat, sebagai alat komunikasi antar perawat dan petugas kesehatan lainnya. Oleh
karena itu proses pendokumentasian keperawatan jiwa sangat perlu dilakukan secara rutin pada saat perawat bekerja.
Dengan melihat keadaan di atas, maka perlu diadakan penelitian, dengan harapan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai salah satu dasar pertimbangan
untuk membuat kebijakan dalam meningkatkan proses pendokumentasian asuhan keperawatan jiwa.
1.2. Rumusan Masalah